PENILAIAN ACADEMIC ACHIEVEMENT SISWA SMP DALAM MATERI TEKANAN YANG BERORIENTASI PADA MULTIPLE INTELLIGENCES THEORY.

(1)

PENILAIAN ACADEMIC ACHIEVEMENT SISWA SMP DALAM MATERI TEKANAN YANG BERORIENTASI PADA MULTIPLE INTELLIGENCES

THEORY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

GRENITA 0902021

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA

DAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENILAIAN ACADEMIC ACHIEVEMENT SISWA SMP DALAM MATERI TEKANAN YANG BERORIENTASI PADA MULTIPLE INTELLIGENCES

THEORY

OLEH GRENITA

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

©

GRENITA 2013

UNIVERSIAS PENDIDIKAN INDONESIA JULI 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

GRENITA

PENILAIAN ACADEMIC ACHIEVEMENT SISWA SMP DALAM MATERI TEKANAN YANG BERORIENTASI PADA MULTIPLE INTELLIGENCES

THEORY

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Unang Purwana, M.Pd NIP. 195711301981011001

Pembimbing II

Endi Suhendi, M.Si NIP. 197905012003121001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP. 196807031992032001


(4)

i PENILAIAN ACADEMIC ACHIEVEMENT SISWA SMP DALAM MATERI TEKANAN YANG BERORIENTASI PADA MULTIPLE INTELLIGENCES

THEORY

Pembimbing I : Unang Purwana, M.Pd Pembimbing II : Endi Suhendi, M.Si

ABSTRAK

Penilaian erat kaitannya dengan academic achievement atau prestasi akademik siswa. Penilaian terhadap academic achievement perlu memperhatikan multiple intelligences theory atau teori kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Howard Gardner. Hal ini dikarenakan, setiap siswa mempunyai jenis kecerdasan yang berbeda. Untuk dapat mengetahui profil kecerdasan yang dimiliki siswa, seorang guru perlu menerapkan penilaian academic achivement yang berorientasi pada multiple intelligences theory. Hal inilah yang mendasari adanya penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel salah satu kelas di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memperoleh gambaran tentang jenis kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan desain penelitian berupa one group design. Sedangkan, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis berupa soal pilihan ganda dan tes perbuatan dengan rubrik penilaian unjuk kerja. Hasil dari penelitian ini berupa profil kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa. Sebanyak 96,67% siswa mempunyai kecerdasan verbal linguistik yang sangat baik, 70% siswa mempunyai kecerdasan visual-spasial yang sangat baik, 50% siswa mempunyai kecerdasan jasmani-kinestetik yang sangat baik, 46,67% siswa mempunyai kecerdasan naturalistik yang sangat baik, 30% siswa mempunyai kecerdasan logis-matematis yang sangat baik, 20% siswa mempunyai kecerdasan interpersonal yang sangat baik, dan sebanyak 20% siswa mempunyai kecerdasan interpersonal yang sangat baik. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan instrumen penelitian berupa tes uraian agar hasil pekerjaan siswa lebih akurat.


(5)

ii ASSESSMENT OF ACADEMIC ACHIEVEMENT OF STUDENT IN JUNIOR HIGH SCHOOL ORIENTED TO MULTIPLE INTELLIGENCES

THEORY

Pembimbing I : Unang Purwana, M.Pd Pembimbing II : Endi Suhendi, M.Si

ABSTRACT

Assessment closely associated with academic achievement of students. Assessment of academic achievement need to pay attention to multiple intelligences theory proposed by Howard Gardner. This is because, every student has a different kind of intelligence. To identify the profile of the intelligence of the students, a teacher needs to implement assessment of academic achivement oriented to multiple intelligences theory. This is the background to this research. This research was conducted using a sample of one of the classes in one junior high school in Bandung. This research aims to identify and gain an overview of the type owned by the multiple intelligences of students. The method used in this research is the descriptive research method to design a one-group design research. Whereas, data collection techniques used were in the form of a written test and a multiple choice test with acts of performance assessment rubric. The results of this research in the form of multiple intelligence profile of the students. A total of 96.67% of students had verbal linguistic intelligence very well, 70% of students have visual-spatial intelligence is very good, 50% of students have bodily-kinesthetic intelligence is very good, 46.67% of students have an excellent naturalistic intelligence, 30% of students have a logical-mathematical intelligence is very good, 20% of students have excellent interpersonal intelligence, and as many as 20% of students have excellent interpersonal intelligence. For further research, preferably using a research instrument in order to test students work description is more accurate.


(6)

(7)

i DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR BAGAN... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 10

A. Penilaian Academic Achievement yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory... 10

1. Penilaian Academic Acheivement... 10 2. Jenis-jenis Penilaian Academic Achievement... 11 3. Multiple Intelligences Theory... 13 4. Hubungan antara Penilaian Academic Achievement dengan Multiple Intelligences Theory... 18


(8)

ii B. Penilaian Aspek Kognitif yang Berorientasi

pada Multiple Intelligneces Theory... 19

1. Aspek Kognitif dan Taksonomi Bloom... 19

2. Taksonomi Bloom dan Multiple Intelligneces Theory... 22

3. Instrumen Penilaian Aspek Kognitif yang Berorientasi pada Multiple Intelligences... 24

C. Penilaian Aspek Psikomotor yang Berorientasi pada Multiple Intelligneces Theory... 39

1. Aspek Psikomotor dan Taksonomi Bloom... 39 2. Taksonomi Bloom dan Multiple Intelligences Theory... 40 3. Instrumen Penilaian Aspek Psikomotor yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory... 42

BAB III METODE PENELITIAN... 48

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian... 48

B. Desain Penelitian... 48

C. Metode Penelitian... 49

D. Definisi Operasional... 49

E. Instrumen Penelitian... 50

F. Proses Pengembangan Instrumen... 52

G. Teknik Pengumpulan Data... 54

H. Analisis Data... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 57

A. Pemaparan Data... 57 1. Pemaparan Data Kuantitatif...


(9)

iii 2. Pemaparan Data Kualitatif...

60

B. Pembahasan Data... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 124

A. Kesimpulan... 124

B. Saran... 125

DAFTAR PUSTAKA... 126


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Penilaian merupakan salah satu aspek yang penting dalam pendidikan. Menurut Sumarna Surapranata (2004: 19), “penilaian pendidikan erat kaitannya dengan academic achievement atau prestasi akademik siswa. Academic achievement terdiri dari aspek kognitif dan aspek psikomotor siswa.” Dengan melakukan penilaian, seorang pendidik bisa memperoleh informasi mengenai academic achievement siswa. Berdasarkan academic achievement yang telah dicapai oleh siswa ini, pendidik bisa memilih siswa yang dapat naik kelas, mendiagnosis keunggulan dan kelemahan siswa, dan mengetahui keberhasilan siswa. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang menyebutkan bahwa, “penilaian dilakukan oleh pendidik terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.”

Berdasarkan ketentuan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian, “guru dituntut untuk mampu melakukan kegiatan penilaian dengan menggunakan sistem penilaian yang baik dan terencana.” Untuk mencapai sistem penilaian yang baik perlu digunakan instrumen yang baik, yakni instrumen yang memenuhi persyaratan yang ada. Berdasarkan ketentuan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian, “instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik harus memenuhi persyaratan: (a) substansi, yakni merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, yakni memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, yakni menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.”


(11)

Saat ini, kita mengenal Multiple Intelligences Theory atau Teori Kecerdasan Majemuk. Teori ini dikembangkan oleh seorang pakar psikologi perkembangan dari Universitas Hardvard yang bernama Howard Gardner. Gardner mendefinisikan delapan kecerdasan dasar yang sama pentingnya dengan kecerdasan yang sering diujikan dalam tes IQ (Muhammad Yaumi, 2012, 12). Delapan kecerdasan yang diidentifikasi oleh Gardner adalah kecerdasan verbal-lingustik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan jasmani-kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalistik. Selanjutnya, Walter McKenzie memasukkan kecerdasan eksistensial sebagai salah satu bagian dari kecerdasan majemuk.

Teori kecerdasan majemuk ini, pada awalnya hanya digunakan oleh kalangan ahli psikologi. Namun, akhirnya teori ini juga banyak digunakan oleh para pendidik, dalam hal ini guru. Hal ini dikarenakan, seorang guru setiap harinya berinteraksi dengan siswa, dan setiap siswa pasti memiliki jenis kecerdasan yang berbeda. Selain itu, setiap siswa pasti memiliki lebih dari satu kecerdasan yang diidentifikasi oleh Gardner. Setiap siswa bisa memiliki beberapa jenis kecerdasan sekaligus, bahkan sebagian siswa mungkin memiliki seluruh kecerdasan yang diidentifikasi oleh Gardner ini, meskipun akan tetap ada beberapa kecerdasan yang paling menonjol. Kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh seorang individu, dalam hal ini siswa, tidak hanya berdiri sendiri, tapi saling bersinergi satu sama lain. Misalnya, siswa yang memiliki gabungan antara kecerdasan linguistik, matematik, dan intrapersonal, kelak dia bisa menjadi seorang ilmuwan. Meskipun demikian, seorang guru nampaknya akan sulit untuk mengetahui jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Padahal, jika seorang guru mengetahui jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswa, maka guru akan dapat membantu siswa untuk mengembangkan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Oleh karena itu, teori kecerdasan majemuk ini layak untuk menjadi bahan pertimbangan bagi para guru agar bisa


(12)

mengatasi perbedaan yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, teori kecerdasan majemuk ini bukan hanya menghargai perbedaan yang ada pada siswa, tetapi juga dapat digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan praktis, misalnya penilaian terhadap siswa.

Berdasarkan studi pendahuluan di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bandung, pada saat melakukan penilaian terhadap academic achievement siswa, biasanya guru hanya menilai kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis-matematis saja. Hal ini dikarenakan, kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis-matematis menjadi sasaran dari instrumen penilaian, dalam hal ini, tes yang dirancang oleh guru. Siswa yang memiliki kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis-matematis akan dianggap berhasil mencapai academic achievement atau yang ditargetkan oleh sekolah.

Kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis-matematis dianggap paling mudah untuk dinilai, karena dua kecerdasan tersebut hampir bisa dilakukan sepanjang waktu. Selain itu, semua tes standar terbentuk dari unsur bahasa yang dikombinasikan dengan notasi matematis. Jika siswa yang tidak memiliki dua kecerdasan ini, maka siswa tidak akan mendapatkan nilai dalam academic achievement yang cukup tinggi. Bahkan, jika letak kecerdasan yang dimiliki oleh siswa berada di ranah kecerdasan yang lain, maka siswa tersebut akan ditempatkan dalam program remedial.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh F. Ebru Ikiz dan Firdevs Savi Cakar di salah satu sekolah menengah di Izmi, Turki, penilaian academic achivement yang memperhatikan multiple inteliigences theory atau teori kecerdasan majemuk dapat membuat siswa lebih percaya diri, meskipun kecerdasan logis-matematis dan kecerdasan verbal-linguistiknya rendah. Hal ini dikarenakan, ranah kecerdasan selain kecerdasan verbal-linguistik dan kecerdasan logis-matematis juga perlu dinilai. Akan tetapi, penilaiannya tidak bisa dilakukan dengan menggunakan tes yang hanya mengandung notasi matematika dan bahasa saja. Tes untuk menilai jenis


(13)

kecerdasan yang lain perlu dibuat secara khusus dengan memerhatikan teori-teori yang berlaku untuk kecerdasan majemuk.

Seperti telah dipaparkan sebelumnya bahwa seorang guru dituntut untuk mampu melakukan kegiatan penilaian dengan memerhatikan teori kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Howard Gardner. Dengan melakukan penilaian yang berorientasi pada teori kecerdasan majemuk, guru dapat melihat profil kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Data profil kecerdasan yang diperoleh dari penilaian bisa digunakan untuk membantu siswa meningkatkan kecerdasan yang dimilikinya.

Profil kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa dapat dilihat dari kemampuannya menyelesaikan tes yang diberikan. Misalnya, apabila seorang siswa lebih banyak menyelesaikan tes yang berbasis angka dan bahasa, maka jenis kecerdasan yang dimiliki siswa termasuk dalam kategori kecerdasan logis-matematis dan kecerdasan verbal-linguistik. Sementara itu, apabila siswa tersebut lebih banyak menyelesaikan tes yang berbasis gambar dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, maka jenis kecerdasan yang dimiliki siswa termasuk dalam kategori kecerdasan visual-spasial dan kecerdasan naturalistik. Untuk menilai kecerdasan jasmani-kinestetik, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal tidak dapat dilakukan dengan tes tertulis, tapi harus dilakukan dengan tes perbuatan.

Penilaian academic achievement yang akan dilakukan hanya melibatkan tujuh kecerdasan saja, yakni kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan logis matematis, kecerdasan naturalistik, kecerdasan jasmani-kinestetik, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal. Hal ini dikarenakan, tujuh komponen kecerdasan majemuk ini yang memungkinkan dinilai dalam pelajaran fisika. Penilaian terhadap tujuh komponen kecerdasan ini akan dilakukan pada materi ajar tekanan. Hal ini dikarenakan, dalam materi tekanan, terdapat beberapa hukum fisika yang bisa digunakan untuk mengukur kecerdasan verbal-linguistik yang dimiliki siswa dan bisa dikaitkan dengan fenomena dalam


(14)

kehidupan sehari-hari yang bisa digunakan untuk mengukur kecerdasan naturalistik yang dimiliki siswa. Selain itu, perhitungan matematis dalam materi tekanan dapat digunakan untuk mengukur kecerdasan logis-matematis yang dimiliki siswa. Dari gambar-gambar yang disajikan dalam materi tekanan, kecerdasan visual-spasial siswa pun dapat diukur. Selain dengan menggunakan tes tertulis, kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan logis-matematis, dan kecerdasan naturalistik juga bisa diukur dengan tes perbuatan, dalam hal ini akan diukur dengan rubrik penilaian unjuk kerja atau performance assessment. Untuk mengukur kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan jasmani-kinestetik siswa juga dapat dilakukan dengan mempelajari materi tekanan dan menuangkannya dalam bentuk media pembelajaran berupa poster yang bermanfaat bagi siswa itu sendiri.

Penilaian yang dilakukan untuk melihat profil kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa ini diterapkan pada siswa sekolah menengah pertama (SMP), karena siswa SMP masih berada dalam masa peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja. Pada masa ini, siswa masih aktif menunjukkan semua bakat yang dimilikinya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “Penilaian Academic Achievement Siswa SMP dalam Materi Tekanan yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Penelitian ini berfokus pada penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory, sehingga variabel penelitiannya pun berupa penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory. Penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory merupakan suatu proses pengambilan keputusan terhadap baik buruknya kemampuan peserta didik berdasarkan metode yang sudah dilakukan pada


(15)

aspek pengetahuan (kognitif) siswa yang berintegrasi dengan aspek keterampilan (psikomotor) yang dimilikinya, serta memerhatikan teori tentang berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam pembelajaran.

Agar penelitian ini bisa lebih terfokus, maka diperlukan batasan masalah sebagai berikut.

1. Kompetensi Dasar yang diambil untuk penelitian ini adalah Kompetensi Dasar 5.5, yaitu menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Indikator untuk aspek kognitif dikembangkan berdasarkan Taksonomi Bloom dari C1 (pengetahuan) – C3 (penerapan). Sedangkan untuk aspek psikomotor, indikator dikembangkan berdasarkan Taksonomi Bloom dari menirukan sampai artikulasi.

3. Academic achievement ranah kognitif akan diukur dengan tes tertulis berupa pilihan ganda yang dapat mengukur kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan naturalistik. Sedangkan academic achievement ranah psikomotor akan diukur dengan tes perbuatan berupa rubrik penilaian performance assessment dengan rating scale yang dapat mengukur kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan naturalistik kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan jasmani-kinestetik.

Rumusan masalah berdasarkan hasil identifikasi selanjutnya dikembangkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana profil kecerdasan verbal-linguistik yang dimiliki siswa setelah diukur dengan penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory?

2. Bagaimana profil kecerdasan logis-matematis yang dimiliki siswa setelah diukur dengan penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory?


(16)

3. Bagaimana profil kecerdasan visual-spasial yang dimiliki siswa setelah diukur dengan penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory?

4. Bagaimana profil kecerdasan naturalistik yang dimiliki siswa setelah diukur dengan penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory?

5. Bagaimana profil kecerdasan jasmani-kinestetik yang dimiliki siswa setelah diukur dengan penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory?

6. Bagaimana profil kecerdasan interpersonal yang dimiliki siswa setelah diukur dengan penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory?

7. Bagaimana profil kecerdasan intrapersonal yang dimiliki siswa setelah diukur dengan penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian “Penilaian Academic Achievement Siswa SMP dalam Materi Tekanan yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory” ini adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi jenis kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa. 2. Memperoleh gambaran tentang jenis kecerdasan majemuk yang

dimiliki oleh siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian “Penilaian Academic Achievement Siswa SMP dalam Materi Tekanan yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory” ini adalah sebagai berikut.

1. Mempelajari cara melakukan penilaian academic achievement yang berorientasi multiple intelligences theory pada proses belajar mengajar.


(17)

2. Menerapkan penilaian academic achievement yang berorientasi multiple intelligences theory pada proses belajar mengajar.

3. Membantu siswa meningkatkan academic achievement sesuai dengan jenis kecerdasan yang dimilikinya.

4. Membantu guru menemukan metode yang cocok untuk mengajarkan fisika kepada siswa sesuai dengan jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswa.

E. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Struktur Organisasi Skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Penilaian Academic Achievement yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory

1. Penilaian Academic Achievement

2. Jenis-jenis Penilaian Academic Achievement 3. Multiple Intelligences Theory

4. Hubungan antara Penilaian Academic Achievement dengan Multiple Intelligences Theory

B. Penilaian Aspek Kognitif yang Berorientasi pada Multiple Intelligneces Theory

1. Aspek Kognitif dan Taksonomi Bloom

2. Taksonomi Bloom dan Multiple Intelligneces Theory

3. Instrumen Penilaian Aspek Kognitif yang Berorientasi pada Multiple Intelligences


(18)

C. Penilaian Aspek Psikomotor yang Berorientasi pada Multiple Intelligneces Theory

1. Aspek Psikomotor dan Taksonomi Bloom

2. Taksonomi Bloom dan Multiple Intelligences Theory

3. Instrumen Penilaian Aspek Psikomotor yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian B. Desain Penelitian

C. Metode Penelitian D. Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian

1. Tes tertulis pilihan ganda

2. Format penilaian unjuk kerja (performance assessment) F. Proses Pengembangan Instrumen

G. Teknik Pengumpulan Data H. Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemaparan Data

1. Pemaparan Data Kuantitatif 2. Pemaparan Data Kualitatif B. Pembahasan Data

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung dengan mengambil subjek populasi seluruh siswa kelas VIII dan sampel penelitian salah satu kelas VIII di SMP Negeri tersebut. Hal ini dikarenakan, peneliti sudah melakukan studi pendahuluan di sekolah tersebut sebagai dasar untuk melakukan penelitian. Selain itu, peneliti juga sudah melakukan observasi terhadap subjek populasi, yakni seluruh siswa kelas VIII, sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil salah satu kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Cara pengambilan sampel seperti ini disebut purposive sampling. Sampel penelitian terdiri dari 30 siswa. Selain itu, karena siswa SMP masih berada dalam masa peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja. Pada masa ini, siswa masih aktif menunjukkan semua bakat yang dimilikinya.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group design. Hal ini dikarenakan peneliti tidak memberikan perlakuan dan tidak melihat pengaruh suatu perlakuan terhadap sesuatu. Peneliti hanya akan mengumpulkan fakta-fakta yang ada di lapangan dan berusaha mendeskripsikannya secara apa adanya. Bagan 3.1. menjelaskan desain penelitian one group design yang dirancang oleh peneliti.

Pemberian tes tertulis Penilaian Unjuk Kerja

Profil Kecerdasan Majemuk Penilaian Academic Achievement


(20)

Pertama, peneliti memberikan tes pilihan ganda yang berorientasi pada multiple intelligences theory untuk melihat kemampuan kognitif siswa. Kedua, peneliti melakukan observasi dibantu oleh para observer untuk menilai kemampuan psikomotor siswa dengan rubrik penilaian unjuk kerja atau performance assessment yang berorientasi pada multiple intelligences theory. Dari dua kegiatan ini, peneliti memperoleh skor academic achivement untuk masing-masing siswa yang merupakan gabungan dari skor aspek kognitif dengan skor aspek psikomotor. Skor academic achivement ini dapat digunakan untuk melihat profil kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh masing-masing siswa.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Hal ini dikarenakan, penelitian yang dilakukan memenuhi karakteristik-karakteristik penelitian deskriptif, yakni penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan objektivitas, dilakukan secara cermat, tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan tidak adanya uji hipotesis.

Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama untuk menggambarkan fakta, karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat dan sistematis. Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan tidak menetapkan peristiwa yang akan terjadi, dan biasanya menyangkut peristiwa-peristiwa yang saat itu terjadi.

D. Definisi Operasional

Penilaian academic achievement atau prestasi akademik merupakan suatu proses pengambilan keputusan terhadap baik buruknya kemampuan peserta didik berdasarkan metode yang sudah dilakukan pada aspek pengetahuan (kognitif) siswa yang berintegrasi dengan aspek keterampilan (psikomotor) yang dimilikinya. Multiple Intelligences Theory atau biasa


(21)

disebut dengan teori kecerdasan jamak adalah teori tentang berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran. Kecerdasan jamak atau kejerdasan majemuk ini terdiri dari, (1) kecerdasan verbal-linguistik, (2) kecerdasan logis-matematis, (3) kecerdasan visual-spasial, (4) kecerdasan berirama-musik, (5) kecerdasan jasmaniah-kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal, (8) kecerdasan naturalistik, dan (9) kecerdasan eksistensial.

Penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory merupakan suatu proses pengambilan keputusan terhadap baik buruknya kemampuan peserta didik berdasarkan metode yang sudah dilakukan pada aspek pengetahuan (kognitif) siswa yang berintegrasi dengan aspek keterampilan (psikomotor) yang dimilikinya, serta memerhatikan teori tentang berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran.

Untuk menilai aspek kognitif akan digunakan instrumen berupa soal pilihan ganda yang berorientasi pada multiple intelligences theory. Sedangkan, untuk menilai aspek psikomotor akan digunakan instrumen berupa rubrik penilaian performance assessment yang berorientasi pada multiple intelligences theory.

E. Instrumen Penelitian

1. Tes Pilihan Ganda yang Berorientasi pada Multiple Intelligences

Theory

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa adalah tes pilihan ganda. Hal ini dikarenakan, tes pilihan ganda mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya adalah jumlah materi yang dapat ditanyakan relatif tak terbatas dibandingkan dengan materi yang dapat dicakup soal bentuk lainnya; dapat mengukur berbagai jenjang kognitif mulai dari ingatan sampai dengan evaluasi;


(22)

penskorannya mudah, cepat, objektif, dan dapat mencakup ruang lingkup bahan dan materi yang luas dalam satu tes untuk suatu kelas atau jenjang; dan reliabilitas soal pilihan ganda relatif lebih tinggi dibandingkan dengan soal uraian.

Soal pilihan ganda ini dibuat dengan 20 butir soal. Setiap 5 butir soal masing-masingnya mewakili kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan naturalistik. Soal pilihan ganda tersebut akan diberikan kepada siswa selaku sampel penelitian dan akan dilihat skor untuk masing-masing jenis kecerdasan yang tersurat dalam soal tersebut.

2. Format Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assessment) dengan Skala Rentang yang Berorientasi pada Multiple Intelligences

Theory

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur kemampuan psikomotor siswa adalah format penilaian unjuk kerja (performance assessment) dengan skala rentang. Hal ini dikarenakan, penilaian unjuk kerja (performance assessment) dengan skala rentang cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kerja yang menunjukkan keterampilan-keterampilan tertentu dan atau menciptakan produk yang spesifik.

Format Penilaian Pembuatan Media Pembelajaran (Poster) Materi Tekanan

No. Aspek yang Dinilai 1 2 3 4 5

1. Kecerdasan verbal-linguistik: Kalimat.

2. Kecerdasan logis-matematis: Persamaan matematis.

3. Kecerdasan visual-spasial: Kualitas gambar.


(23)

No. Aspek yang Dinilai 1 2 3 4 5 4. Kecerdasan jasmani-kinestetik:

Gerakan anggota tubuh. 5. Kecerdasan interpersonal:

Interaksi dengan teman sekelompok. 6. Kecerdasan intrapersonal:

Bertahan dalam suatu kelompok. 7. Kecerdasan naturalistik:

Pengungkapan fenomena alam.

Kriteria Penilaian

5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, dan 1 = sangat kurang

F. Proses Pengembangan Instrumen

1. Tes Pilihan Ganda yang Berorientasi pada Multiple Intelligences

Theory

a. Pengembangan Tes Pilihan Ganda

Untuk dapat menghasilkan instrumen tes pilihan ganda yang baik diperlukan judgement atau penelaahan oleh seseorang yang ahli dibidangnya. Judgement instrumen tes pilihan ganda ini dilakukan oleh dua orang dosen dan satu orang guru. Pada judgement instrumen tes pilihan ganda dilakukan penelaahan terhadap kesesuaian indikator soal dengan soal, kesesuaian aspek kognitif dengan indikator soal dan soal, serta kesesuaian multiple intelligences theory dengan soal. Selain itu, dilakukan pula penelaahan terhadap kesesuaian soal yang dibuat dengan kaidah-kaidah penulisan soal pilihan ganda.

b. Uji Instrumen 1) Validitas

Nilai validitas instrumen dicari dengan menggunakan software Anates. Interpretasi mengenai besarnya koefisien


(24)

korelasi ditunjukkan oleh Tabel 3.1 (Suharsimi Arikunto, 2009, 75).

Tabel 3.1. Nilai koefisien korelasi dan kategori validitas instrumen

Nilai Koefisien Korelasi Kategori Validitas Instrumen 0,800 – 1,00 Sangat tinggi

0,600 – 0,800 Tinggi

0,400 – 0,600 Cukup

0,200 – 0,400 Rendah

0,00 – 0, 200 Sangat rendah 2) Reliabilitas

Nilai reliabilitas instrumen dicari dengan menggunakan software Anates. Apabila nilai reliabilitasnya sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti instrumen tersebut reliabel. Sedangkan, apabila nilai reliabilitasnya lebih kecil daripada 0,70 berarti instrumen tersebut tidak reliabel (Suharsimi Arikunto).

3) Taraf Kesukaran

Nilai taraf kesukaran dicari dengan menggunakan software Anates. Indeks kesukaran sering diklasifikasikan seperti pada Tabel 3.2 (Suharsimi Arikunto, 2009, 210).

Tabel 3.2. Indeks kesukaran dan tingkat kesukaran Indeks Kesukaran (P) Tingkat Kesukaran

0,00 – 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1, 00 Mudah

4) Daya Pembeda

Nilai daya pembeda dicari dengan menggunakan software Anates. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Menurut Suharsimi


(25)

Arikunto (2009: 218), daya pembeda dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

D = 0,00 – 0,20 : jelek D = 0,20 - 0,40 : cukup D = 0,40 – 0,70 : baik D = 0,70 – 1,00 : baik sekali

D = negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

2. Tes Unjuk Kerja (Performance Assessment) yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory

Untuk mengembangkan format penilaian unjuk kerja diperlukan penyusunan indikator, pembuatan format penilaian, dan penyusunan kriteria penilaian untuk setiap skala rentang yang digunakan. Ketiga unsur ini sangat berkaitan dalam penerapan tes unjuk kera (performance assessment) yang berorientasi pada multiple intelligences theory.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Tes Pilihan Ganda yang Berorientasi pada Multiple Intelligences

Theory

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa adalah tes pilihan ganda. Hal ini dikarenakan, tes pilihan ganda mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya adalah jumlah materi yang dapat ditanyakan relatif tak terbatas dibandingkan dengan materi yang dapat dicakup soal bentuk lainnya; dapat mengukur berbagai jenjang kognitif mulai dari ingatan sampai dengan evaluasi; penskorannya mudah, cepat, objektif, dan dapat mencakup ruang lingkup bahan dan materi yang luas dalam satu tes untuk suatu kelas atau jenjang; dan reliabilitas soal pilihan ganda relatif lebih tinggi dibandingkan dengan soal uraian.


(26)

2. Tes Unjuk Kerja (Performance Assessment) yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur kemampuan psikomotor siswa adalah format penilaian unjuk kerja (performance assessment) dengan skala rentang. Hal ini dikarenakan, penilaian unjuk kerja (performance assessment) dengan skala rentang cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kerja yang menunjukkan keterampilan-keterampilan tertentu dan atau menciptakan produk yang spesifik.

H. Analisis Data

1. Data Kuantitatif

a. Data Skor Tes Pilihan Ganda yang Berorientasi pada Multiple

Intelligences Theory

Skor tes pilihan ganda menggambarkan aspek kognitif yang dimiliki oleh siswa. Seperti telah dibahas pada BAB II, skor untuk tes pilihan ganda ini bernilai 1 apabila siswa menjawab pertanyaan tes tersebut dengan benar dan bernilai 0 apabila siswa menjawab salah. Dari 20 soal pilihan ganda yang diujikan, terdapat masing-masing 5 butir soal yang akan merepresentasikan kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan logis-matematis, dan kecerdasan naturalistik. Jadi, skor maksimum untuk masing-masing kecerdasan yang diukur adalah 5 dan untuk skor maksimum aspek kognitif adalah 20.

b. Data Skor Penilaian Unjuk Kerja yang Berorientasi pada

Multiple Intelligences Theory

Skor dari penilaian unjuk kerja menggambarkan aspek psikomotor yang dimiliki oleh siswa. Seperti telah dibahas pada BAB II, skor untuk penilaian unjuk kerja ini terdiri dari 5 skala rentang, yakni 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang,


(27)

dan 1 = sangat kurang. Dalam penilaian unjuk kerja ini, ada 7 aspek yang diamati, yakni aspek untuk kercerdasan verbal-linguistik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan naturalistik, kecerdasan jasmani-kinestetik, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal, sehingga skor maksimum untuk masing-masing kecerdasan adalah 5 dan skor maksimum untuk aspek psikomotor adalah 35.

c. Data Skor Academic Achievement

Skor academic achievement diperoleh dari penjumlahan antara skor aspek kognitif hasil tes pilihan ganda dengan skor aspek psikomotor hasil penilaian unjuk kerja. Dari skor academic achievement ini dapat dihasilkan skor untuk masing-masing kecerdasan majemuk.

d. Data Skor Multiple Intelligences yang dimiliki Siswa dari Hasil Skor Academic Achievement

Skor multiple intelligences atau kecerdasan majemuk yang diperoleh dari skor academic achievement ini dapat merepresentasikan jenis kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa.

2. Data Kualitatif

Data kualilatif ini diperoleh dari analisis data kuantitatif yang menggambarkan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa.


(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian “Penilaian Academic Achievement Siswa SMP dalam Materi Tekanan yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory” didapat kesimpulan sebagai berikut.

1. Sebanyak 96,67% siswa mempunyai kecerdasan verbal linguistik yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di jenjang SMP mudah memahami dan mampu menjelaskan suatu materi secara verbal.

2. Sebanyak 70% siswa mempunyai kecerdasan visual-spasial yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di jenjang SMP mudah memahami dan mampu menjelaskan suatu materi dengan menggunakan gambar dari imajinasi mereka masing-masing.

3. Sebanyak 50% siswa mempunyai kecerdasan jasmani-kinestetik yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di jenjang SMP cenderung aktif bergerak untuk mengekspresikan kemampuannya. 4. Sebanyak 46,67% siswa mempunyai kecerdasan naturalistik yang

sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di jenjang SMP sudah mulai menyadari fenomena-fenomena alam yang terjadi di sekitarnya. 5. Sebanyak 30% siswa mempunyai kecerdasan logis-matematis yang

sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di jenjang SMP masih belum bisa berpikir logis dan mengoperasikan persamaan matematis dengan baik.

6. Sebanyak 20% siswa mempunyai kecerdasan interpersonal yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di jenjang SMP masih belum bisa menempatkan diri di lingkungan sekitarnya.

7. Sebanyak 20% siswa mempunyai kecerdasan interpersonal yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di jenjang SMP masih belum bisa menemukan kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya.


(29)

B. Saran

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut.

1. Untuk instrumen penilaian aspek kognitif sebaiknya dibuat dalam bentuk tes uraian agar profil kecerdasan majemuk yang tampak benar-benar sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki siswa.

2. Untuk instrumen penilaian aspek psikomotor sebaiknya dilengkapi dengan lembar kegiatan luar kelas siswa agar bisa menjadi pertimbangan bagi peneliti unutk menilai jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswa.

3. Agar penilaian bersifat adil, sebaiknya untuk penilaian aspek psikomotor tidak hanya mencakup satu aspek dari karakteristik masing-masing kecerdasan majemuk saja.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Armstrong, Thomas. (2009). Multiple Intelligences in the Classroom. Alexandria, Virginia USA: ASCD Member Book.

Bellinger, D. C. (2008). “Low-Level Lead Exposure, Intelligences and Academi Achievement: A Long-term Follow-up Study”. Official Journal of the American Academic of Pediatrics. 90, (6), 855-861.

Ebru, I.F. (2010). “The Relationship Between Multiple Intelligences and

Academic Achievement of Second Grade Student”. Mehmet Akif Ersoy

Universitesi Sosyal Bilimer Enstitusu Dergisi. 2, (3), 83-92.

Jasmine, Julia. (2007). Metode Mengajar Multiple Intelligences. Bandung: Nuansa Cendikia.

Muhadi. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Shira Media.

Munaf, Syambasari. (2011). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia 2012.

Sukiman. (2012). Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani.

Surapranata, Sumarna. (2007). Panduan Penulisan Tes Tertulis. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(31)

Syaodih, Nana, Sukmadinata. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Uno, Hamzah. (2012). Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Xie, J. C. (2009). “Research on Multiple Intelligences Teaching and Assessment”.

Asian Journal of Management and Humanity Science. 4, (2-3), 106-124.

Yaumi, Muhammad. (2012). Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Jakarta: Dian Rakyat.


(1)

Grenita, 2013

Penilaian Academic Achievement Siswa SMP Dalam Materi Tekanan Yang Berorientasi Pada Multiple Intelegences Theory

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Tes Unjuk Kerja (Performance Assessment) yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur kemampuan psikomotor siswa adalah format penilaian unjuk kerja (performance assessment) dengan skala rentang. Hal ini dikarenakan, penilaian unjuk kerja (performance assessment) dengan skala rentang cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kerja yang menunjukkan keterampilan-keterampilan tertentu dan atau menciptakan produk yang spesifik.

H. Analisis Data

1. Data Kuantitatif

a. Data Skor Tes Pilihan Ganda yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory

Skor tes pilihan ganda menggambarkan aspek kognitif yang dimiliki oleh siswa. Seperti telah dibahas pada BAB II, skor untuk tes pilihan ganda ini bernilai 1 apabila siswa menjawab pertanyaan tes tersebut dengan benar dan bernilai 0 apabila siswa menjawab salah. Dari 20 soal pilihan ganda yang diujikan, terdapat masing-masing 5 butir soal yang akan merepresentasikan kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan logis-matematis, dan kecerdasan naturalistik. Jadi, skor maksimum untuk masing-masing kecerdasan yang diukur adalah 5 dan untuk skor maksimum aspek kognitif adalah 20.

b. Data Skor Penilaian Unjuk Kerja yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory

Skor dari penilaian unjuk kerja menggambarkan aspek psikomotor yang dimiliki oleh siswa. Seperti telah dibahas pada BAB II, skor untuk penilaian unjuk kerja ini terdiri dari 5 skala rentang, yakni 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang,


(2)

dan 1 = sangat kurang. Dalam penilaian unjuk kerja ini, ada 7 aspek yang diamati, yakni aspek untuk kercerdasan verbal-linguistik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan naturalistik, kecerdasan jasmani-kinestetik, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal, sehingga skor maksimum untuk masing-masing kecerdasan adalah 5 dan skor maksimum untuk aspek psikomotor adalah 35.

c. Data Skor Academic Achievement

Skor academic achievement diperoleh dari penjumlahan antara skor aspek kognitif hasil tes pilihan ganda dengan skor aspek psikomotor hasil penilaian unjuk kerja. Dari skor academic achievement ini dapat dihasilkan skor untuk masing-masing kecerdasan majemuk.

d. Data Skor Multiple Intelligences yang dimiliki Siswa dari Hasil Skor Academic Achievement

Skor multiple intelligences atau kecerdasan majemuk yang diperoleh dari skor academic achievement ini dapat merepresentasikan jenis kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa.

2. Data Kualitatif

Data kualilatif ini diperoleh dari analisis data kuantitatif yang menggambarkan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa.


(3)

Grenita, 2013

Penilaian Academic Achievement Siswa SMP Dalam Materi Tekanan Yang Berorientasi Pada Multiple Intelegences Theory

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian “Penilaian Academic Achievement Siswa SMP dalam Materi Tekanan yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory” didapat kesimpulan sebagai berikut.

1. Sebanyak 96,67% siswa mempunyai kecerdasan verbal linguistik yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di jenjang SMP mudah memahami dan mampu menjelaskan suatu materi secara verbal.

2. Sebanyak 70% siswa mempunyai kecerdasan visual-spasial yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di jenjang SMP mudah memahami dan mampu menjelaskan suatu materi dengan menggunakan gambar dari imajinasi mereka masing-masing.

3. Sebanyak 50% siswa mempunyai kecerdasan jasmani-kinestetik yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di jenjang SMP cenderung aktif bergerak untuk mengekspresikan kemampuannya. 4. Sebanyak 46,67% siswa mempunyai kecerdasan naturalistik yang

sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di jenjang SMP sudah mulai menyadari fenomena-fenomena alam yang terjadi di sekitarnya. 5. Sebanyak 30% siswa mempunyai kecerdasan logis-matematis yang

sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di jenjang SMP masih belum bisa berpikir logis dan mengoperasikan persamaan matematis dengan baik.

6. Sebanyak 20% siswa mempunyai kecerdasan interpersonal yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di jenjang SMP masih belum bisa menempatkan diri di lingkungan sekitarnya.

7. Sebanyak 20% siswa mempunyai kecerdasan interpersonal yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di jenjang SMP masih belum bisa menemukan kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya.


(4)

B. Saran

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut.

1. Untuk instrumen penilaian aspek kognitif sebaiknya dibuat dalam bentuk tes uraian agar profil kecerdasan majemuk yang tampak benar-benar sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki siswa.

2. Untuk instrumen penilaian aspek psikomotor sebaiknya dilengkapi dengan lembar kegiatan luar kelas siswa agar bisa menjadi pertimbangan bagi peneliti unutk menilai jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswa.

3. Agar penilaian bersifat adil, sebaiknya untuk penilaian aspek psikomotor tidak hanya mencakup satu aspek dari karakteristik masing-masing kecerdasan majemuk saja.


(5)

Grenita, 2013

Penilaian Academic Achievement Siswa SMP Dalam Materi Tekanan Yang Berorientasi Pada Multiple Intelegences Theory

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Armstrong, Thomas. (2009). Multiple Intelligences in the Classroom. Alexandria, Virginia USA: ASCD Member Book.

Bellinger, D. C. (2008). “Low-Level Lead Exposure, Intelligences and Academi Achievement: A Long-term Follow-up Study”. Official Journal of the American Academic of Pediatrics. 90, (6), 855-861.

Ebru, I.F. (2010). “The Relationship Between Multiple Intelligences and

Academic Achievement of Second Grade Student”. Mehmet Akif Ersoy

Universitesi Sosyal Bilimer Enstitusu Dergisi. 2, (3), 83-92.

Jasmine, Julia. (2007). Metode Mengajar Multiple Intelligences. Bandung: Nuansa Cendikia.

Muhadi. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Shira Media.

Munaf, Syambasari. (2011). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia 2012.

Sukiman. (2012). Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani.

Surapranata, Sumarna. (2007). Panduan Penulisan Tes Tertulis. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(6)

Syaodih, Nana, Sukmadinata. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Uno, Hamzah. (2012). Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Xie, J. C. (2009). “Research on Multiple Intelligences Teaching and Assessment”.

Asian Journal of Management and Humanity Science. 4, (2-3), 106-124.

Yaumi, Muhammad. (2012). Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Jakarta: Dian Rakyat.