KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCES DAN APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN PAI SMP PADA KURIKULUM 2013 TIM PENGUSUL

Bidang Ilmu: Pendidikan Agama Islam LAPORAN AKHIR PENELITIAN INTERNAL DOSEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCES DAN APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN PAI SMP PADA KURIKULUM 2013 TIM PENGUSUL

Ketua: Dr.Oneng Nurul Bariyah, M.Ag Anggota: Siti Rohmah, M.Pd

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2014

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN INTERNAL

Judul Penelitian

: Konsep Multiple Intelligences Dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran PAI SMP Pada Kurikulum 2013

Nama Bidang Ilmu

: Pendidikan Agama Islam

Ketua:

 Nama Lengkap : Dr.N.Oneng Nurul Bariyah, M.Ag  NID/NIDK

 Jabatan Fungsional

: Lektor

 Program Studi

: PAI Fakultas Agama Islam

 Nomor HP

: 081310844775

: noer_fai@yahoo.co.id  Alamat Surel (e-mail)

Anggota:

 Nama Lengkap

: Siti Rohmah, M.Pd

 NID/NIDK

: 20917/00101027

 Jabatan Fungsional

: Lektor

 Program Studi

: PAI Fakultas Agama Islam

:  Nomor HP 081586721364 : rahma_faiumj@yahoo.co.id  Alamat Surel (e-mail)

Jakarta, Nopember 2014 Mengetahui; Ketua Program Studi Peneliti,

Mukti Ali, MA Dr.N.Oneng Nurul Bariyah, M.Ag

Menyetujui,

Ketua LPPM UMJ

Dekan FAI UMJ

Dr. Susilahati, M.Si

Rini Fatma Kartika, MH

Abstrak

KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCES DAN APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN PAI SMP PADA KURIKULUM 2013

N.Oneng Nurul Bariyah & Siti Rohmah Universitas Muhammadiyah Jakarta noer_fai@yahoo.co.id ; rahma_faiumj@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aplikasi konsep multiple intelligences dalam pembelajaran PAI di SMP pada Kurikulum 2013. Data penelitian bersumber dari data pustaka karena penelitian ini merupakan Penelitian Kepustakaan (Library Research). Sumber data yang digunakan ada dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah kurikulum 2013 mata pelajaran PAI tingkat SMP & buku tentang konsep Multiple Intelligences. Adapun Data sekunder adalah berupa buku yang berbicara mengenai kecerdasan yang pernah di tulis oleh para ahli, bisa berupa majalah, jurnal, makalah, internet dan sebagainya yang mempunyai relevansi dengan judul penelitian. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk adalah Guru merencanakan suatu pendekatan pembelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, menggunakan Metode/teknik pembelajaran yang tepat sesuai dengan jenis kecerdasan yang dimiliki siswa serta mendorong mereka berperan aktif dan bekerjasama mengenali dan mengoptimalkan jenis- jenis kecerdasan yang ada pada diri. Guru membuat perencanaan pembelajara, melaksanakan pembelajaran serta mengevaluasi hasil belajar siswa.

Kata kunci: kecerdasan majemuk, strategi pembelajaran, berperan aktif, kurikulum, evaluasi.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus-menerus. Hal tersebut sesuai dengan perintah Allah yang pertama kepada Nabi Muhammad yaitu membaca (QS.al- „Alaq:1). Membaca merupakan proses meningkatkan kecerdasan seseorang dalam menunjang keberhasilan pendidikannya.

Menurut Suparlan, kurikulum pendidikan di Indonesia menilai kecerdasan manusia terlalu sempit, manusia dianggap hanya memiliki satu kecerdasan yang dapat diukur yang disebut kecerdasan logika-matematika, sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur kecerdasan tersebut adalah tes IQ. Praktek-praktek pembelajaran di Indonesia yang masih mengandalkan pada cara-cara yang lama yang menganggap anak hanya perlu melaksanakan kewajiban yang telah digariskan oleh guru dan orang tua harus diubah. Pembelajaran satu arah, yang berorientasi pada keinginan guru dan kurikulum, dan cenderung sangat mengutamakan prestasi akademik saja perlu dikaji ulang, karena sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat. 1 Tampaknya pendapat tersebut

dapat diterima, karena kehidupan dan budaya masyarakat terus berkembang yang ditandai dengan banyaknya penemuan baru berkaitan dengan teknologi yang menopang kehidupan manusia.

Kecenderungan pembelajaran yang selalu menekankan pada prestasi akademik tersebut akan menghasilkan generasi muda yang kurang berinisiatif seperti menunggu instruksi, takut salah, malu mendahului yang lain, hanya ikut- ikutan, salah tetapi masih berani bicara (tidak bertanggung jawab), mudah

1 Suparlan. Mencerdaskan Kehlmidupan Bangsa, Dari Konsepsi Sampai Dengan Implementas

i. (Yogyakarta: HLMikayat. 2004). hlm.7.

bingung karena kurang memiliki percaya diri, serta tidak peka terhadap lingkungannya. Di samping itu generasi demikian akan memiliki sifat-sifat yang tidak sabar, ingin cepat berhasil walaupun melalui jalan pintas, kurang menghargai proses, mudah marah sehingga banyak menimbulkan kerusuhan dan tawuran. Pendekatan di dalam pembelajaran yang sangat mementingkan aspek- aspek akademik cenderung memberikan tekanan pada perkembangan intelegensi hanya terbatas pada aspek kognitif, sehingga manusia telah dipersempit menjadi sekedar memiliki kecerdasan kognitif atau yang sering disebut IQ.

Howard Gardner memperkenalkan penelitiannya yang berkaitan dengan multiple intelligences (kecerdasan majemuk). Gardner menyatakan bahwa People are born with certain amount of intelligences bahwa seorang anak yang lahir memiliki berbagai macam kecerdasan. 2 Gardner menghilangkan anggapan yang

ada selama ini tentang kecerdasan manusia. Gardner menolak asumsi, bahwa kognisi manusia merupakan satu kesatuan dan individu hanya mempunyai kecerdasan tunggal. Meskipun sebagian besar individu menunjukkan penguasaan seluruh spektrum kecerdasan, tetapi setiap individu memiliki tingkat penguasaan yang berbeda. Individu memiliki beberapa kecerdasan, dan kecerdasan itu bergabung manjadi satu kesatuan dan membentuk kemampuan pribadi yang cukup tinggi. 3 Perbedaan kecerdasan yang dimiliki setiap individu melahirkan aktivitas yang berbeda-beda dalam kehidupan manusia. Dalam proses pendidikan, ada standar utama yang dapat dijadikan tolak ukur dalam penilaian keberhasilan seorang siswa. Namun, seorang guru pun harus memahami keberagaman tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh siswa.

Dalam pendidikan, guru menginginkan siswanya berhasil. Seorang guru ketika memilih karir menjadi pendidik dan sebagai pendidik akan merasa puas jika dapat membuat perubahan dalam kehidupan generasi muda. Oleh karena itu, sudah seharusnya para guru tidak hanya menggunakan satu metode dalam pengajaran, guru dapat menggunakan berbagai macam variasi metode dan model pembelajaran yang berlainan disesuaikan dengan intelegensi peserta didik, sebab

2 Howard Gardner, Changing Minds (Massachusetts, USA, Harvard Business School Press, 2006), hlm 29

3 Thomas R. HLMoer. Buku Kerja Multiple Intelligences. (Bandung: Kaifa. 2007). hlm 5.

para peserta didik mempunyai intelegensi yang berbeda dan siswa akan lebih mudah belajar bila materi disajikan dengan cara yang sesuai dengan intelegensi mereka yang menonjol.

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu bidang studi yang wajib dipelajari siswa di sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi. Berdasarkan pengamatan penulis di beberapa sekolah SMP di Kecamatan Ciputat metode pengajaran PAI pada umumnya menggunakan metode ceramah dan praktik (untuk materi ibadah salat dan membaca al-Quran). 4 Materi

PAI secara garis besar meliputi bidang akidah, syari‟ah, akhlak, dan sejarah. Keterbatasan metode pengajaran PAI yang dilaksanakan guru melahirkan siswa tidak memiliki kecerdasan majemuk. Artinya, siswa lebih memahami materi PAI secara teoritis dan sedikit yang bersifat praktis. Penilaian kemampuan siswa lebih menekankan pada aspek kognitif tidak pada aspek psikomotor. Akibatnya, tujuan pengajaran Agama Islam secara umum tidak tercapai dimana belum dapat merubah karakter siswa. Selain itu, pengukuran penilaian kemampuan siswa hanya menitikberatkan pada beberapa indicator dan kecerdasan.

Padahal, menurut teori Gardner bahwa siswa memiliki kecerdasan majemuk (multiple intellegences) sehingga seorang guru dapat menggunakan berbagai metode dalam menyampaikan pelajaran kepada anak-didik. Berdasarkan pemikiran tersebut, PAI sebagai salah satu bidang studi yang wajib dipelajari siswa semestinya juga dapat melahirkan berbagai kecerdasan anak didik. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa penting untuk mengkaji tentang Konsep Multiple Intellegence dan Aplikasinya dalam Pembelajaran PAI SMP. Pada penelitian ini materi PAI berdasarkan Pada Kurikulum 2013.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

4 Pengamatan dilakukan pada beberapa sekolah pada tahun 2012

1) Pembelajaran materi Akidah di SMP belum menerapkan pembelajaran berdasarkan kecerdasan majemuk?

2) Pembelajaran materi Fikih di SMP belum menerapkan pembelajaran berdasarkan kecerdasan majemuk?

3) Pembelajaran materi Akhlak di SMP belum menerapkan pembelajaran berdasarkan kecerdasan majemuk?

4) Pembelajaran materi Qur‟an Hadis di SMP belum menerapkan pembelajaran berdasarkan kecerdasan majemuk?

5) Pembelajaran materi Sejarah di SMP belum menerapkan pembelajaran berdasarkan kecerdasan majemuk?

2.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, Penelitian ini dibatasi pada : Konsep Multiple Intellegence dan Aplikasinya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP berdasarkan Kurikulum 2013 . Dalam penelitian ini akan dibatasi pada Konsep multiple intelligence berdasarkan konsep Howard Gardner.

2.Perumusan M asalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana aplikasi konsep Multiple Intelligence s dalam pembelajaran PAI di SMP pada kurikulum 2013?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aplikasi konsep multiple intelligences dalam pembelajaran PAI di SMP pada Kurikulum 2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk memperkaya khazanah pemikiran dalam pendidikan agama Islam.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perumusan sistem pendidikan Islam yang inovatif dan aplikatif 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perumusan sistem pendidikan Islam yang inovatif dan aplikatif

3. Sebagai rujukan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam menggali potensi kecerdasan peserta didik untuk mendesain pembelajaran sesuai dengan gaya belajar mereka.

E. Luaran Penelitian Penelitian yang dilakukan melahirkan konsep tentang aplikasi multiple intelligences pada pengajarn Pendidikan Agama Islam di SMP pada kurikulum 2013. Tindak lanjut dari penelitian ini yaitu penyusunan buku tentang Pengajaran Agama Islam Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Multiple Intelligence

1. Pengertian Kecerdasan

Kecerdasan (inteligensi) merupakan salah satu dari beberapa gejala kejiwaan yang sulit dipahami. Padahal sudah tidak diragukan lagi, bagaimana peranannya dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran. 5 Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, masalah kecerdasan merupakan salah satu masalah pokok, karena itu tidak mengherankan kalau masalah itu banyak dikupas orang, baik secara khusus maupun sambil lalu dalam pertautan dengan pengupasan yang lain.

Dalam pertautan dengan pengupasan yang lain, 6 Kecerdasan didefinisikan bermacam-macam. Para ahli, termasuk para psikolog, tidak semua sepakat dalam

mendefinisikan arti kecerdasan. Karena, memang tidak mudah mendefinisikan kecerdasan. Bukan saja karena definisi kecerdasan itu berkembang sejalan dengan perkembangan ilmiah menyangkut studi kecerdasan dan sains-sains yang berkaitan dengan otak manusia, seperti, neurology atau neurobiology atau neurosains , dan penekanannya. Namun, hal demikian terjadi juga karena penekanan definisi kecerdasan tersebut sudah barang tentu akan sangat bergantung, pertama, pada pandangan dunia, filsafat manusia, dan filsafat ilmu yang mendasarinya; kedua, bergantung pada teori kecerdasan itu sendiri. Sebagai contoh, teori kecerdasan IQ sudah barang tentu akan berbeda dengan teori EQ dan

SQ dalam mendefinisikan kecerdasan. 7

Menurut Spearman (yang terkenal dengan teori Spearman), ada dua faktor pada kecerdasan, yaitu faktor umum dan faktor khusus. Faktor umum mendasari

5 Add. Rachlmman Abror. Psikologi Pendidikan. (Yogyakarta: Tiara Wacana. 1993). hlm 43

6 Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT.RajaGrafindo. 1998), hlm 121 7 Agus Effendi. Revolusi Kecerdasan Abad 21. (Bandung: Alfabeta. 2005) hlm 79-80 6 Sumadi Suryabrata. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT.RajaGrafindo. 1998), hlm 121 7 Agus Effendi. Revolusi Kecerdasan Abad 21. (Bandung: Alfabeta. 2005) hlm 79-80

Alfred Binet, seorang tokoh utama perintis pengukuran inteligensi yang hidup antara tahun 1857 – 1911, bersama Theodore Simon mendefinisikan inteligensi terdiri dari tiga komponen yaitu:

a. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan.

b. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan.

c. 9 Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri.

Pada tahun 1916 Lewis Madison Terman mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir secara abstrak. Sedangkan H.H. Goddard pada tahun 1946 mendefinisikan kecerdasan sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang datang. 10 Donald Sterner memberikan definisi tentang kecerdasan yaitu kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk memecahkan masalah-masalah baru; tingkat kecerdasan diukur dengan kecepatan memecahkan masalah. 11 Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai "kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang budaya atau lebih ". Dengan kata lain, kecerdasan dapat bervariasi menurut konteksnya. 12

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan itu merupakan kemampuan yang dimiliki setiap orang untuk

8 Nana Syaodihlm Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 2005). hlm 93

9 Syaifuddin Azwar. Pengantar Psikologi Inteligensi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2002). hlm.5

10 Ibid 11 HLMarry Alder. Boost Your Intelligense. (Jakarta: Erlangga. 2001). hlm.15

12 Colin Rose dan Malcolm J. Nichlmoll, Accelerated Learning For Thlme 21 ST Century, ( Bandung: Nuansa, 2006), hlm.58 12 Colin Rose dan Malcolm J. Nichlmoll, Accelerated Learning For Thlme 21 ST Century, ( Bandung: Nuansa, 2006), hlm.58

2. Teori Multiple Intellegence

1) Kecerdasan Intelektual (IQ) Selama ini yang diketahui untuk mengetahui kecerdasan dikenal dengan

IQ sebagai standar pertama dan utama kecerdasan kita. Semakin tinggi tes IQ seseorang, maka dia dikatakan memiliki kualitas kecerdasan intelektual yang tinggi, dan kemudian orang tersebut dipuji-puji sebagai orang "pintar" dan bahkan "brilian". Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tes IQ seseorang, semakin rendah pula derajat kecerdasan intelektualnya, dan kemudian dia dicap sebagai orang bodoh.

Cerdas-tidaknya otak seseorang , sepertinya hanya ditentukan melalui tes kecerdasan yang populer dengan sebutan School Aptitude Test (SAT). Ini mengantar manusia menuju dekade-dekade yang oleh Gardner disebut "cara berpikir IQ": "bahwa orang itu entah cerdas atau tidak terlahir secara demikian; bahwa tak ada banyak hal yang dapat Anda lakukan untuk mengubahnya; dan bahwa tes-tes itu dapat menunjukkan apakah Anda termasuk orang cerdas atau

bukan". 13 Pendapat tersebut tentu berbeda dengan dasar pemikiran dalam Islam bahwa setiap manusia diberi akal untuk berfikir. Namun, manusia memiliki

keterbatasan dan hanya sedikit ilmu yang diketahui oleh manusia, disamping manusia itu sendiri memiliki kemampuan berbeda-beda.

Di berbagai sekolah dan perguruan tinggi, mahasiswa yang ber-IQ tinggi biasanya menduduki rangking tinggi dan sekaligus memperoleh prestasi akademis. Demikian pula dalam dunia kerja; mereka akan segera memperoleh pekerjaan yang menjanjikan selepas dari perguruan tinggi. Apalagi, banyak perusahaan besar telah lama melakukan semacam "nota kesepakatan" dengan perguruan tinggi bergengsi dalam rangka perekrutan lulusan-lulusan terbaik untuk bergabung ke dalam perusahaan.

13 Ibid

Mata rantai itulah yang kemudian memperkuat persepsi dan citra di kalangan masyarakat luas bahwa orang yang ber-IQ tinggi akan mempunyai masa depan yang lebih cemerlang dan menjanjikan. Sampai-sampai hal itu merasuk kuat ke dalam ingatan kolektif masyarakat: Ber-IQ tinggi menjamin kesuksesan hidup; sebaliknya, ber-IQ sedang-sedang saja, apalagi rendah, begitu suram masa depanya.

2) Kecerdasan Emosional (EQ) Istilah kecerdasan emosional baru dikenal secara luas pertengahan 90-an

dengan diterbitkannya buku Daniel Goleman, Emotional Intelligence. Sebenarnya Goleman telah melakukan riset kecerdasan emosional ini lebih dari 10 tahun. Ia menunggu waktu sekian lama untuk mengumpulkan bukti ilmiah yang kuat. Sehingga saat Goleman mempublikasikan penelitiannya, Emotional Intelligence mendapat sambutan positif baik dari akademisi maupun praktisi. 14

Keterampilan kecerdasan emosional bekerja secara sinergi dengan keterampilan kognitif, orang-orang yang berprestasi tinggi memiliki keduanya. Makin kompleks pekerjaan, makin penting kecerdasan emosional. Emosi yang lepas kendali dapat membuat orang yang pandai menjadi bodoh.

Tanpa kecerdasan emosional, orang tidak akan mampu menggunakan kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum. Yang diperlukan untuk sukses dimulai dengan keterampilan intelektual, tetapi orang juga memerlukan kecerdasan emosional untuk memanfaatkan potensi bakat mereka secara penuh. Penyebab tercapainya potensi maksimum adalah karena ketidaksetabilan emosi. 15

Kecerdasan emosional bukan merupakan lawan kecerdasan intelektual yang biasa dikenal dengan IQ, tetapi keduanya berinteraksi secara dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan dalam

14 Agus Nggermanto, Quantum Quotient, (Bandung: Nuansa, 2005), hlm98

15 HLMamzahlm B.Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2006), hlm69 15 HLMamzahlm B.Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2006), hlm69

a. Mengenali emosi diri Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan. Sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan.

b. Mengelola emosi Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.

c. Memotivasi diri Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut : 1) cara mengendalikan dorongan hati; 2) derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; 3) kekuatan berfikir positif; 4) optimisme; dan 5) keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.

d. Mengenali emosi orang lain Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.

e. Membina hubungan dengan orang lain Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin "hablun min al- naas". Pusat dari EQ adalah "qalbu". Hati mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yang dijalani. Hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak. Hati adalah sumber keberanian dan semangat, integritas dan komitmen. Hati merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang memberi dorongan untuk belajar,

menciptakan kerjasama, memimpin dan melayani.

Keharusan memelihara hati agar tidak kotor dan rusak, sangat dianjurkan oleh lslam. Hati yang bersih dan tidak tercemar-lah yang dapat memancarkan EQ dengan baik. Di antara hal yang merusak hati dan memperlemah daya kerjanya adalah dosa. EQ berkaitan erat dengan kehidupan keagamaan. Apabila petunjuk agama dijadikan panduan kehidupan, maka akan berdampak positif terhadap kecerdasan emosional. Begitu pula sebaliknya. Jika petunjuk agama tidak dijadikan panduan kehidupan, maka akan berdampak negatif terhadap kecerdasan emosional.

4) Kecerdasan Spritual (SQ) Menurut Ary Ginanjar Agustian di dalam ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya, dan memiliki pola pemikiran tauhidi, serta berprinsip "hanya karena Allah". 16

16 Ary Ginanjar Agustian, Rahlmasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ ,, (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), hlm.57

SQ berbeda dengan IQ dan EQ. IQ adalah jenis kecerdasan yang digunakan untuk memecahkan masalah logika dan strategis. Sementara EQ adalah jenis kecerdasan yang memberi kita rasa empati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat.

Perlu ditegaskan bahwa secara harfiah SQ menumbuhkan otak manusiawi kita. SQ adalah kecerdasan yang mampu "menyalakan" kita. Dengan SQ, kita akan menjadi manusia seperti adanya sekarang dan memberikan kita potensi untuk "menyala" lagi – untuk tumbuh dan berubah serta menjalani lebih lanjut evolusi potensi manusiawi. Dengan SQ pula, kita bisa menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, atau spontan secara kreatif, untuk berhadapan dengan masalah eksistensial – yaitu saat secara pribadi kita merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran, dan masalah masa lalu akibat penyakit dan kesedihan. SQ-lah yang menjadikan kita sadar bahwa kita mempunyai masalah eksistensial. SQ akan membuat kita mampu mengatasinya; memberi kita suatu rasa yang "mendalam" menyangkut perjuangan hidup; pedoman kita di saat kita berada di "ujung". SQ adalah hati nurani kita, yang mampu membuat kita menjadi lebih cerdas secara spiritual dalam beragama. SQ membantu kita menjalani hidup pada tingkatan makna yang lebih dalam; menghadapi masalah baik dan jahat, hidup dan mati, serta asal-usul sejati dari penderitaan dan keputusasaan manusia. 17

Dari sudut psikologi memberi tahu kita bahwa ruang spiritual pun memiliki arti kecerdasan. Logika sederhananya: di antara manusia ada yang tidak cerdas secara spiritual, dengan ekspresi keberagamaannya yang monolitik, eksklusif, dan intoleran, yang sering kali berakibat pada kobaran konflik atas nama agama. Begitu juga sebaliknya, di antara manusia bisa juga ada orang yang cerdas secara spiritual sejauh orang itu mengalir dengan penuh kesadaran, dengan sikap jujur dan terbuka, inklusif, dan bahkan pluralis dalam beragama di tengah pluralitas agama.

17 Ibid

5. Kecerdasan majemuk/ganda (Multiple Intelligences)

Menurut Howard Gardner bahwa kecerdasan itu meliputi beberapa macam, yaitu: 18 (1) kecerdasan linguistic-verbal / linguistic intelligence (2) kecerdasan

logika-matematik / logical mathematical intelligence (3) kecerdasan visual-spasial / spatial intelligence , (4) kecerdasan ritmik-musik / musical intelligence, (5) kecerdasan kinestetis / Bodily-Kinesthetic intelligence, (6) kecerdasan sosial / interpersonal intelligence , (7) kecerdasan Diri Pribadi / intrapersonal intelligence (8) kecerdasan naturalis.

a. 19 Kecerdasan Linguistic-Verbal Kecerdasan ini berupa kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas

juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

1. Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca.

2. Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu komunikasi verbal.

3. Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca karya orang lain.

4. Mampu menulis dan berbicara secara efektif.

5. Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau melakukan perbaikan pada karya tulis.

6. Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui diskusi, ataupun debat.

18 Howard Gardner, Multiple Intelleigence, Intelleigence Reframed for the 21 st (New York,

USA: Basic Books, 1999), h.43-48; Paul Suparno, Teori Intelligensi Ganda Dan Aplikasinya Di Sekolahlm, (Jakarta : Kanisius, 2004), hlm 15.

19 Ibid , hlm 43-48

7. Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan.

8. Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata.

Profesi: pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum, pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator, pembawa acara di radio / TV, dan sebagainya.

b. Kecerdasan Logika-Matematik Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran. Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik.

Kecerdasan ini amat penting karena akan membantu mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang. Dia menjadi mudah berpikir logis karena dilatih disiplin mental yang keras dan belajar menemukan alur piker yang benar atau tidak benar. Di samping itu juga kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara kerja, pola, dan hubungan, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya ingat.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

1. Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.

2. Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.

3. Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.

4. Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman komputer, metode riset.

5. Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat hipotesis, merumuskan dan membangun argumentasi kuat.

6. Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan hukum.

7. Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek yang konkret. Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis / programer komputer, ahli ekonomi, teknisi, guru IPA / Fisika, dan sebagainya.

c. Kecerdasan Spasial-Visual Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya. Seorang seniman dapat memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila mereka melihat sebuah lukisan, mereka dapat melihat adanya perbedaan yang tampak di antara goresan-goresan kuas, meskipu orang lain tidak mampu melihatnya.

Dengan mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari foto tersebut seperti arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan mereka dapat memberi jalan keluar bagaimana seandainya foto itu ditingkatkan kualitasnya.

Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-profesi seperti fotografer, seniman, navigator, arsitek. Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara tepat gambaran visual dan kemudian member arti terhadap gambaran tersebut.

1. Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

2. Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung.

3. Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual lainnya.

4. Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif.

5. Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya.

6. Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan manipulasi.

7. Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek, bentuk, dan warna.

8. Menggunakan bantuan gambar untuk membantu proses mengingat.

Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis, desainer interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan sebagainya.

d. Kecerdasan Ritmik-Musik Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan seseorang untuk menyimpan nada di dalam benaknya, untuk mengingat irama, dan secara emosional terpengaruh oleh musik. Kecerdasan musikal merupakan suatu alat yang potensial karena harmoni dapat merasuk ke dalam jiwa seseorang melalui tempat-tempat yang tersembunyi di dalam jiwa (Plato). Musik dapat membantu seseorang mengingat suatu gerakan tertentu, perhatikan seseorang atau sekelompok orang yang sedang menari atau berolahraga senam ritmik mesti selalu disertai dengan alunan musik.

Banyak pakar berpendapat bahwa kecerdasan musik merupakan kecerdasan pertama yang harus dikembangkan dilihat dari sudut pandang biologi (saraf) kekuatan musik, suara dan irama dapat menggeser pikiran, member ilham, meningkatkan ketakwaan, meningkatkan kebanggaan nasional dan mengungkapkan kasih sayang untuk orang lain.

Kecerdasan musikal dapat memberi nilai positip bagi siswa karena: (a) meningkatkan daya kemampuan mengingat; (c) meningkatkan prestasi/kecerdasan; (c) meningkatkan kreativitas dan imajinasi.

Suatu studi yang dikutip oleh May Lim (2008) menunjukkan bahwa sekelompok siswa yang kepadanya diperdengarkan musik selama delapan bulan mengalami peningkanan dalam IQ spatial sebesar 46% sementara kelompok kontrol yang tidak diperdengarkan musik hanya meningkat 6%.Mungkin sering kita melihat ada siswa atau orang yang lebih suka belajar bila ada musik yang diperdengarkan (Gaya belajar auditory). Pada orang ini informasi akan lebih mudah tersimpan di dalam memorinya , karena mereka mampu mengoasiasikan irama musik dengan informasi pengetahuan yang mereka baca meskipun kadang-kadang mereka tidak menyadarinya.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

1. Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan alat musik.

2. Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara.

3. Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu.

4. Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu.

5. Mampu menciptakan komposisi musik.

6. Senang improvisasi dan bermain dengan suara.

7. Menyukai dan mampu bernyanyi.

8. Tertarik untuk terjun dan menekuni musik, baik sebagai penyanyi atau pemusik.

9. Mampu menganalisis / mengkritik suatu musik. Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi musik, penulis lagu, insinyur studio musik, dirigen orkestra, penyanyi, guru musik, penulis lirik lagu, dan sebagainya.

e. Kecerdasan Kinestetik Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh, yang memungkin tubuh untuk memanipulasi objek atau menciptakan e. Kecerdasan Kinestetik Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh, yang memungkin tubuh untuk memanipulasi objek atau menciptakan

kemudian berlari, bahkan pada usia remaja berkembang kemampuan berenang dan akrobatik.

Kecerdasan ini amat penting karena bermanfaat untuk (a) meningkatkan kemampuan psikomotorik, (b) meningkatkan kemampuan sosial dan sportivitas, (c) membangun rasa percaya diri dan harga diri dan sudah barang tentu (d) meningkatkan kesehatan.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

1. Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara trampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran, perasaan, dan mampu bekerja dengan baik dalam menangani objek.

2. Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak.

3. Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play, permainan yang menggunakan fisik.

4. Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat.

5. Suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang sedang dipelajari.

6. Suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap apa yang dialami atau dilihat.

Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli mekanik/montir, tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari, atlet profesional, dan sebagainya.

f. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, f. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen,

Kecerdasan ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak dapat hidup sendiri (No man is an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat yang luas tentu akan lebih mudah menjalani hidup ini. Se orang yang memiliki kecerdasan “bermasyarakat” akan (a) mudah menyesuaikan diri, (b) menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial, (b) berhasil dalam pekerjaan.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut :

1. Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin hubungan sosial.

2. Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang lain.

3. Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi dengan efektif, baik secara verbal maupun non- verbal.

4. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok yang berbeda, mampu menerima umpan balik yang disampaikan orang lain, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.

5. Mampu berempati dan mau mengerti orang lain.

6. Mau melihat sudut pandang orang lain.

7. Menciptakan dan mempertahankan sinergi.

Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia / humas, penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli psikologi, tenaga penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya.

g. Kecerdasan Intrapersonal. Oliver Wendell Holmes berpendapat: Apa yang didepan dan apa yang ada di belakang kita adalah hal yang kecil dibandingkan dengan apa yang ada di dalam diri kita. Inilah kira-kira pandangan yang dianut oleh orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal ini. Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang menyangkut kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri.

Orang-orang dengan kecerdasan ini selalu berpikir dan membuat penilaian tentang diri mereka sendiri, tentang gagasan, dan impiannya. Mereka juga mampu mengendalikan emosis mereka untuk membimbing dan memperkaya dan memperluas wawasan kehidupan mereka sendiri.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

1. Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyalurkan pikiran dan perasaan.

2. Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup.

3. Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar yang berkelanjutan dan mau meningkatkan diri.

4. Mengembangkan konsep diri dengan baik.

5. Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog atau di jalur spiritual. Tertarik pada arti hidup, tujuan hidup dan relevansinya dengan keadaaan saat ini.

6. Mampu menyelami / mengerti kerumitan dan kondisi manusia. Profesi: ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi, perencana program, pengusaha, dan sebagainya.

h. Kecerdasan Naturalis. Kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan serta menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungannya. Beberapa pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi atau ahli konservasi lingkungan.

Kecerdasan naturalis ini berkaitan dengan wilayah otak bagian kiri, yakni bagian yang peka terhadap pengenalan bentuk atau pola kemampuan membedakan dan mengklasifikasikan sesuatu. Jika anak dengan mudah dapat menandai pola benda-benda alam, dan mengingat benda-benda alam yang ada di sekitarnya, maka anak dapat dikatakan memiliki kecerdasan naturalis tinggi.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

1. Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek alam, tanaman atau hewan.

2. Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia.

3. Mampu mengenali pola di antara spesies.

4. Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani.

5. Senang memelihara tanaman, hewan.

6. Suka menggunakan teleskop, komputer, binocular, mikroskop untuk mempelajari suatu organisme.

7. Senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna.

8. Senang melakukan aktivitas outdoor, seperti: mendaki gunung, scuba diving (menyelam).

Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung, pengurus organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna / flora, penjaga museum zoologi / botani dan kebun binatang, dan sebagainya.

B. Pembelajaran PAI

1. Pengertian Pembelajaran PAI Pembelajaran adalah proses interaksi antar Peserta Didik, antara Peserta Didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pendidikan agama Islam adalah organisasi masyarakat yang memberi pengaruh aktivitasnya bagi keluarga dan lembaga sekolah, dalam upaya mengembangkan potensi anak didik, baik dari aspek jasmani, akal, maupun akhlak. Dengan demikian, memungkinkan anak didik dapat hidup sesuai dengan perkembangan

lingkungan di mana dia berada. 20 Omar Muhammad Al-Toumy al-Syaebany mengartikan pendidikan agama

Islam sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan. Usaha melakukan perubahan ini harus dilandasi

oleh nilai-nilai islami, yakni Qur'an dan Sunnah Nabi. 21 Di dalam GBPP pendidikan agama Islam di sekolah umum, dijelaskan

bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat

beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 22 Dari beberapa pendapat para ahli tentang pendidikan agama Islam di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar, sistematis dan pragmatis berupa bimbingan, latihan dan asuhan yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak didik yang sesuai dengan ajaran Islam untuk mencapai kebahagian di dunia dan akhirat.

Jadi dapat diambil suatu pengertian bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu di mana terdapat unsur manusiawi, material, fasilitas, prosedur dan perlengkapan yang saling

20 Ibid. , 93 21 Sama'un Bakry, Menggagas Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Bani Qurasy,

2005), hlm 10

22 Ibid ., hlm76 22 Ibid ., hlm76

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;

6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

1) pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;

2) pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat- lingkungan alam, sumber/media lainnya);

3) pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa

saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);

4) pola pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);

5) pola belajar kelompok (berbasis tim);

6) pola pembelajaran berbasis alat multimedia;

7) pola pembelajaran berbasis kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

8) pola pembelajaran pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

9) pola pembelajaran kritis.

Prinsip pembelajaran yang digunakan sebagai berikut:

1. dari pesertadidik diberi tahu menuju pesertadidik mencari tahu;

2. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajarmenjadi belajar berbasis aneka sumber belajar;

3. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;

4. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;

5. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;

6. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

7. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;

8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills);

9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan(ing ngarso sung tulodo) , membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

11. pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;

12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.

13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan

14. Pengakuan atas perbedaan individualdan latar belakang budaya peserta didik.

2.Kompetensi Inti (KI) & Kompensi Dasar (KD) PAI tingkat SMP

KELAS: VII K.1

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya ; Kompetensi Dasar.1

1.1 Menghayati Al-Quran sebagai implementasi dari pemahaman rukun iman.

1.2 Beriman kepada Allah SWT

1.3 Beriman kepada malaikat Allah SWT

1.4 Menerapkan ketentuan bersuci dari hadas kecil dan hadas besar berdasarkan

syariat Islam

1.5 Menunaikan shalat wajib berjamaah sebagai implementasi dari pemahaman

rukun Islam

1.6 Menunaikan shalat Jumat sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-

Jumu„ah (62): 9

1.7 Menunaikan shalat jamak qasar ketika bepergian jauh (musafir) sebagai implementasi dari pemahaman ketaatan beribadah

KI.2

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya;

KD.2

2.1 Menghargai perilaku jujur sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-

Baqarah (2): 42 dan hadis terkait

2.2 Menghargai perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru sebagai implementasi dari Q.S. Al-Baqarah (2): 83 dan hadis terkait

2.3 Menghargai perilaku empati terhadap sesama sebagai implementasi dari Q.S. al-Nisa (4): 8 dan hadis terkait

2.4 Menghargai perilaku ikhlas, sabar, dan pemaaf sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. al-Nisa (4):146, Q.S. Al Baqarah (2):153, dan Q.S. Ali Imran (3): 134, dan hadis terkait

2.5 Menghargai perilaku amanah sebagai implementasi dari Q.S. Al-Anfal (8): 27 dan hadis terkait

2.6 Menghargai perilaku istiqamah sebagai implementasi dari pemahaman QS Al- Ahqaf (46): 13 dan hadis terkait

2.7 Menghargai perilaku semangat menuntut ilmu sebagai implementasi dari pemahaman sifat Allah (Al- ‟Alim, al-Khabir, as-Sami‟, dan al-Bashir) dan Q.S. Al-Mujadilah (58): 11 dan Q.S. al-Rahman (55):33 serta hadis terkait

2.8 Meneladani perjuangan Nabi Muhammad SAW periode Mekah dan Madinah

2.9 Meneladani sikap terpuji khulafaurrasyidin

KI.3

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata ;

KD.3

3.1 Memahami makna al-Asmaul-Husna: Al- ‟Alim, al-Khabir, al-Sami‟, dan al-

Bashir

3.2 Memahami makna iman kepada malaikat berdasarkan dalil naqli

3.3 Memahami kandungan Q.S. Al- Mujadilah (58): 11 dan Q.S. al-Rahman (55):