ANALISA KERENTANAN MASYARAKAT DI ZONA RAWAN TSUNAMI KOTA PADANG TERHADAP POTENSI TERKENA BENCANA TSUNAMI: STUDI KASUS KOTA PADANG.

ANALISA KERENTANAN MASYARAKAT DI ZONA
RAWAN TSUNAMI KOTA PADANG TERHADAP
POTENSI TERKENA BENCANA TSUNAMI: STUDI
KASUS KOTA PADANG

SKRIPSI

Oleh

YOLLAN RANDOVA
1010923017

JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014

ABSTRAK

Provinsi sumatera barat khususnya kota Padang berada
pada daerah yang memiliki potensi tinggi akan tenjadinya gempa serat

Tsunami. Hal ini disebabkan posisi pantai barat sumatera yang berada
pada pertemuan dua lempeng benua yang selalu aktif melepaskan
energi, dan menghasilkan guncangan kuat dipermungkaan yang dapat
memicu terjadinya tsunami. Ancaman terbesar tsunami adalah pada
penduduk yang berada dipinggir pantai pada radius 500 m ( FEMA
P646 ). Gelombang tsunami akibat tegangan patahan diperkirakan
mencapai ketinggian 10 m dan akan menghantam pantai dalam waktu
30 menit setelah tsunami dibangkitkan (Natawidjaja. Et al, 2006).
Ketika bencana gempa dan tsunami terjadi, permasalahan utama
masyarakat pesisir pantai adalah bagaimana masyarakat bisa melakukan
evakuasi untuk menyelamatkan diri dari ancaman tsunami. Oleh karena
itu, dilakukanlah survey dengan menggunakan kuisoner untuk
mengetahui tingkat kerentanan masyrakat terhadap potensi terkena
bencana tsunami. Dari penelitian ini didapatkan tingkat kerenatanan
masyarakat terhadap potensi terkena bencan tsunami pada zona 1 dalam
bentuk persamaan y = 0.4x1+0.3x2+0.3x3.Dengan Y adalah tingakat
kerentanan , x1 adalah kondisi bahaya yang ada, x2 adalah persiapan
pencegahan,x3 adalah kesiapan masyarakat menghadapi bahaya. Dan
berdasarkan persamaan ydi atas maka untuk zona 1-5 didapatkan
bahwa nilai tingkat kerentananya adalah di kategorikan dalam tingkat

kerentanan berada pada posisi rentan terhadap terkena tsunami

Kata Kunci : kerentanan , evakuasi , gempa bumi dan
tsunami

ii

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pulau Sumatera merupakan daerah yang secara geodinamika

terletak diatas lempeng benua, lempeng indo Australia dan lempeng
pasifik

serta keberadaan sesar regional yang ada di wilayah pulau


Sumatera, Hal ini membuat pulau Sumatera sering dilanda gempa bumi.
Secara umum daerah yang pernah terjadi bencana gempa bumi akan
berpeluang akan terjadi kembali. Walaupun waktu tepat pengulangan
terjadinya gempa bumi belum bisa diprediksikan secara akurat, dengan
keadaan ini maka dibutuhkan kewaspadaan yang tinggi dan persiapan
yang baik.
Banyak ahli geologi berasumsi rentang waktu terjadinya kembali
bencana gempa bumi rata-rata di atas 100 tahunan. Menurut pemodelan
perambatan tsunami di Padang yang pernah terjadi berskala 8,7 dan 8,9
skala Richter pada tahun 1797 dan 1833 akan menimbulkan tinggi
gelombang di atas 5 meter. Sedangkan rentang waktu terjadinya gempa
bumi terakhir di kota Padang dengan skala di atas 8,9 skala Richter
sudah memasuki fase di atas 100 tahunan (Latief, 2005).
Gempa yang terjadi tanggal 30 September 2009, yang
berkekuatan 7,6 skala richter berada 57 km dari kota Pariaman
merupakan gempa yang sangat kuat. Getaran gempa juga terasa

1

sebagian besar pulau Sumatera hingga Malaysia dan Singapura. Gempa

ini membuat sebagian besar rumah, kantor dan sebagian bangunan
lainya hancur, dengan peringatan tsunami yang disampaikan oleh
BMKG membuat terjadinya kepanikan pada masyarakat. Masyarakat
memilih untuk melakukan evakuasi menuju daerah aman shelter atau
jalur evakuasi. Namun, dengan evakuasi yang dilakukan masyarakat
menyebabkan kemacetan parah terjadi pada jalur – jalur menuju daerah
aman tersebut. Hal ini membuat masyarakat kehabisan waktu untuk
melakukan evakuasi, dimana pada saat peringatan tsunami masyarakat
hanya memiliki waktu antara 20-45 menit yang otomatis menyebabkan
kerentanan masyarakat sangat tinggi terhadap potensi terkena bencana
tsunami.
Oleh karena itu,bencana alam pada dasarnya merupakan hal yang
tidak dapat kita hindari. Hal yang bisa dilakukan adalah meminimalkan
dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam melalui upaya mitigasi,
diantaranya adalah pemberian pemahaman yang baik kepada masyrakat
bagaimana bersikap ketika bencana terjadi, penyediaan sistem
peringatan dini (early warning system) kemudian penataan ruang
wilayah/kota yang berbasis pada kerentanan terhadap bencana alam
serta pembangun fasilitas evakuasi vertikal berupa bangunan shelter dan
fasilitas evakuasi horizontal berupa jalur evakuasi.

Mitigasi

bencana

merupakan

upaya preventif yang harus

diterapkan di lokasi rawan gempa dan tsunami. Untuk kelancaran upaya
mitigasi maka harus diperhatikan penempatan lokasi bangunan shelter,
berapa kapasitas dari masing-masing shelter dan kondisi infrastuktur

2

dari jalur evakuasi sehingga memudahkan masyarakat menuju ke shelter
terdekat. Sesuai dengan Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Evakuasi dalam Rangka Mitigasi Bencana Tsunami di Kota Padang.
Sehingga dapat dilakukan perkiraan kerentanan masyarakat terhadap
potensi terkena bencana tsunami.


1.2

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Karakteristik penduduk dalam melakukan evakuasi
b. Mengidentifikasi jenis fasilitas yang digunakan dalam
melakukan evakuasi

c. Menentukan tingkat kerentanan masyarakat terhadap
potensi terkena bencana tsunami

1.3

Manfaat
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui

tingkat kerentanaan masyarakat yang rawan terkena bencana tsunami
yang berada dizona merah, serta memberikan rekomendasi bangunanbangnan yang potensial digunakan untuk menjadi shelter oleh
masyarakat.


3

1.4

Batasan Masalah
Untuk menghindari penelitian terlalu luas, maka pembatasan

masalah dalam penelitian akan berkonsentrasi pada beberapa hal yaitu:
a.

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan pada kawasan
zona rawan bencana tsunami di wilayah Kota Padang..

b.

Penentuan lokasi shelter berdasarkan lokasi gedung –
gedung yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai
shelter.


4