PENGEMBANGAN KURIKULUM PELATIHAN PENDAMPING KELOMPOK PEMBELAJARAN SWADAYA MASYARAKAT (KPSM) : Studi Kasus Di Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora Departemen Pendidikan Nasional.
PENGEMBANGAN KURIKULUM
PELATIHAN PENDAMPING KELOMPOK
PEMBELAJARAN SWADAYA MASYARAKAT (KPSM)
(Studi Kasus Di Direktorat Tenaga Teknis
Ditjen Diklusepora Departemen Pendidikan Nasional)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Untuk Memenuhi
Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pelatihan
*liJLii>/
jTT*v
Oleh:
SAMSUDDEV
N1M 989521
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000
PERNYATAAN
Dengan
ini soya
"Pengembangan
menyatakan
Kurikulum
bahwa karya tulis
Pelatihan
dengan judul
Pendamping
Kelompok
Pemhelajaran Swadaya Masyarakat (KPSM) (Studi Di Direktorat Tenaga
Teknis Ditjen Diklusepora Departemen Pendidikan Nasional) " ini beserta
seluruh isinyanya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak
meiakukan penjiplakan ataupengutipan dengan cara-carayang tidak sesuai
dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Alas pernyataan
ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran alas etika keilmuan
dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, September 2000
YangMembuat Pernyataan,
SAMSUDDIN
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
PEMBIMBING I
PROF. DR. H. ISHAK ABDULHAK
PEMBIMBING II
flc, Llt
/
DR. H. ZAINUDIN ARIF, M.S.
Allah melahirkan kamu dari rahim ibumu tanpa
mengetahui apapun, dan dia memberikan
kepadamu pendengaran, penglihatan dan hati
nurani supaya kamu bersyukur.
(Q.S. XVI: 78)
Kupersembahkan kepada:
• Kedua orang tuaku yang penuh
bijaksana dan penuh do 'a;
• Kedua mertuaku (almarhum dan
almarhumah);
• Guru-guruku yang memberikan
pendidikan yang penuh arti;
• Istriku yang penuh pengertian dan cinta
kasih;
•
Anak-anakku yang menimhulkan motivasi
dan inspirasi;
ABSTRAK
Permasalahan utama penelitian ini adalah: bagaimana proses pengembangan
kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dilakukan Direktorat Tenaga Teknis
Ditjen Diklusepora. Dipilihanya fokus penelitian ini disebabkan karena kurikulum
merupakan unsur yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pelatihan.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses pengembangan kurikulum pelatihan
pendamping KPSM dan diharapkan bermanfaat sebagai unpan balik dan bahan
pengkajian lebih lanjut dan mendalam mengenai pengembangan kurikulum pelatihan.
Kajian pustaka yang mendukung penelitian ini meliputi: (1) konsep yang
berkaitan dengan kurikulum dari: Blank, 1982; Wentling, 1992, Mulyani Sumantri,
1988; Sukmadinata, 1999; Hamid Hasan, 1988; Achasius Kaber, 1988, Hamalik,
1993; (2) konsep pelatihan dari Laird, 1985; Mayo dan DuBois, 1987; dan Simamora,
1999; (3) Konsep KPSM dari LSM Bina Swadaya, 1999; dan Dektentis, 2000.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi, dan peneliti
sebagai instrumen utama. Tahapan penelitian: pra lapangan, pekerjaan lapangan,
pengolahan dan analisis data, dan penyusunan laporan.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa pengembangan kurikulum pelatihan
pendimping KPSM dilatari oleh adanya kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan
profesional bagi para pendamping KPSM, dengan mempertimbangan visi dan misi
pendidikan, tugas dan fungsi Direktorat, sumber daya yang ada, kondisi-kondisi
KPSM di lapangan, dan karakterstik peserta (para pendamping). Pelaksanaannya
dilakukan oleh suatu tim khusus yang direkrut dari jajaran Direktorat serta melibatkan
para ahli dari perguruan tinggi dan LSM. Dalam pelaksanaannya menggunakan
pendekatan kompetensi dengan langkah-langkah: menentukan kebutuhan pelatihan,
merumuskan tujuan, mengembangkan isi/materi, strategi, prosedur evaluasi,
selanjutnya melakukan evaluasi dan revisi desain kurikulum. Dalam deskripsi
kurikulum tidak terdapat pengelompokkan mata pelajaran/pokok bahasan.
Dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum pelatihan pendamping
KPSM dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendamping yang memiliki
kemampuan dan kecakapan, dengan melibatkan pihak-pihak yang berkompeten baik
dari dalam maupun dari luar Direktorat. Proses pengembangannya mendekati
prosedur yang dikembangkan oleh Wentling, Blank dan Hamalik, yang dapat atas tiga
tahap, yaitu persiapan, pengembangan unsur-unsur kurikulum, evaluasi dan revisi
desain. Bila dibandingkan dengan beban tugas dan fungsi pendamping nampaknya isi
atau materi kurikulum belum dapat memenuhi tuntutan tugas pendamping.
Rekomendasi : (1) agar pada struktur organisasi Subdit Penyusunan Sistem
dan Metode terdapat seksi yang secara khusus menangani masalah kurikulum; (2)
agar kurikulum dalam bentuk rencana dapat teraktualisasi, maka instruktur harus
mempunyai tanggung jawab moril untuk menyusun rencana pembelajaran; (3) untuk
melengkapi kemampuan profesional lulusan, sebaiknya kurikulum program studi
PLS/Konsentrasi Pelatihan memuat mata kuliah berhubungan dengan pengembangan
kurikulum pelatihan; (4) perlunya penelitian lanjutan tentang: (a) perilaku instruktur
dalam upaya mengembangkan keterampilan intelektual peserta pelatihan pendamping
KPSM; (b) efektivitas dan efisiensi implementasi kurikulum pelatihan pendamping
KPSM; (c) dampak program pelatihan terhadap kinerja pendamping KPSM.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN
•••
MOTTO
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
'.
UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN
DAFTAR ISI
1V
^
ix
•••
DAFTAR TABEL
J
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
{
xvji
]
A. Latar Belakang
B.
C.
D.
E.
i
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Definis Operasional
Tujuan Penelitian
4
^
7
g
F. Kegunaan Penelitian
G. Kerangka Pemikiran
o
,n
BAB II. LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Konsep Pengembangan Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
2. Kedudukan dan Fungsi Kurikulum Dalam Pelatihan
3. Komponen-Komponen Kurikulum
4. Prosedur Pengembangan Kurikulum
5. Landasan Pengembangan Kurikulum
6. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
7.
n
]I
H
15
20
35
4]
51
Orientasi dan Pendekatan
Dalam Pengembangan Kurikulum
8. Model-Model Pengembangan Kurikulum
B. Konsep Pelatihan
C. Konsep Pendamping KPSM
1. Pengertian danTujuan KPSM
2. Karakteristik KPSM
3. Pnnsip-PnnsipKPSM......
4. Komponen-Komponen Pokok KPSM
5. Pendamping Dalam KPSM
BAB. III. METODOLOG1 PENELTIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
B. Lokasi Peneltian
C. Subyek Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Pelaksanaan Penelitian
xiv
52
55
5-7
72
72
74
76
77
79
83
33
g4
35
g7
9q
BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian
2. Latar Belakang dan FaktorPertimbangan Dalam
Pengembangan Kurikulum Pelatihan Pendamping KPSM
3. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Pengembangan
Kurikulum Pelatihan Pendamping KPSM
4. Pendekatan dan Prosedur Pengembangan Kurikulum
Pelatihan Pendamping KPSM
5. Deskripsi dan Struktur Kurikulum Pelatihan
Pendamping KPSM
B. Pembahasan Hasil Penelitian
C. Temuan Penelitian
D. Keterbatasan Penelitian
98
98
98
103
105
106
126
130
157
] 60
BAB.V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. Implikasi Hasil Penelitian
B. Rekomendasi
161
161
163
164
DAFTAR PUSTAKA
167
LAMP1RAN-LAMPIRAN:
xv
DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel 4.1.
Halaman
Komposisi
Pegawai
Subdit
Penyusunan
Sistem dan Metode Menurut Jenis kelamin
dan Tingkat Pendidikan
102
Tabel 4.2.
Daftar Item Tugas Pendamping KPSM
110
Tabel 4.3.
Deskripsi kompetensi Pendamping KPM
112
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Gambar 1.1.
Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 2.1.
Kedudukan Kurikulum Dalam Komponen
10
Pelatihan
17
Gambar 2.2.
Hirarki Tujuan Pendidikan dan Pelatihan...
23
Gambar 2.3.
Fase-Fase Pengembangan materi
Gambar 2.4.
Gambar 2.5.
Pelatihan
28
Tahap-Tahap Pengembangan Kurikulum
Pelatihan Menurut T.L. Wentling
37
Tahap-Tahap Pengembangan Kurikulum
Pelatihan Menurut William E. Blank
38
Gambar 2.6.
Komponen-Komponen Dalam KPSM
77
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Direktorat Tenaga
Teknis Ditjen Diklusepora
XVII
100
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
Lampiran 1.
Kisi-kisi instrumen penelitian
171
Lampiran 2
Instrumen penelitian
173
Lampiran 3
Kutipan Surat Keputusan Direktur PPS
UPI tentang Pengangkatan Pembimbing
Penulisan Tesis Program Magister (S2)...
175
Pennohonan Izin Mengadakan
Lapangan/penelitian
177
Lampiran 4
Studi
Lampiran 5
Surat Izin Penelitian
178
Lampiran 6
Riwayathidup
179
xvi n
BAB I
PENDAHULUAN
A. La tar Belakang Masalah
Masyarakat dan bangsa Indonesia saat ini telah memasuki alam milenium
ketiga (abad 21) bertepatan dengan era globalisasi yang penuh dengan berbagai
macam tantangan, menuntut manusia Indonesia yang berkualitas tinggi.
Sementara itu krisis ekonomi (moneter) yang berkepanjangan terus dihadapi
bangsa Indonesia dewasa ini lebih mempertegas lagi perlunya pengembangan
sumber daya manusia Indonesia yang tangguh, berwawasan keunggulan dan
terampil sesuai dengan tuntutan perubahan. Sumber daya manusia yang
berkualitas tersebut yang dikehendaki dalam era reformasi masyarakat dan bangsa
Indonesia serta masyarakat kompetitif abad 21 merupakan produk dari sistem
pembangunan pendidikan nasional yang mantap dan tangguh, termasuk sistem
pelatihan. Secara konsepsional dapat dikatakan bahwa kegiatan pendidikan,
khususnya kegiatan pelatihan memberikan konlribusi yang sangat besar dalam
pengembangan sumberdaya manusia.
Budiono dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II (1992) di
Medan, mengatakan bahwa dalam periode tinggal landas diperiukan adanya
pendidikan dan latihan yang berpusat pada tiga pennasalahan utama yakni:
Pertama, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi mereka yang
sudah meninggalkan lembaga pendidikan sehingga dapat memasuki
lapangan kerja. Kedua, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi
mereka yang tertinggal oleh kemajuan Iptek, bagi tenaga kerja yang sudah
bekerja. Ketiga menyiapkan generasi yang akan datang agar mampu
berperan aktif dalam pembangunan (Konvensi Nasional Pendidikan
Indonesia!!, 1994:254).
Di Indonesia, sistem pendidikan termasuk pelatihan menghadapi empat isu
utama, yakni berkaitan dengan aspek relevansi, kualitas, pemerataan, dan
efisiensi. Oleh karena itu maka setiap lembaga pendidikan maupun pelatihan
hendaknya memperhatikan ketiga permasalahan dan keempat isu umum
pendidikan dan pelatihan.
Dewasa ini program pelatihan telah dijadikan sebagai salah satu strategi
dan sarana pendukung dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional.
Berbagai perangkat perundang-undangan dan peraturan pemerintah mengenai
program pelatihan telah muncul ke pennukaan. Lahirnya UU Nomor 2 Tahun
1989, khususnya Bab 1 pasal 1, menjelaskan bahwa pelatihan merupakan
bahagaian dari aktivitas pendidikan nasional untuk mempersiapkan warga negara
bagi peranannya dimasa yang akan datang.
Khusus
bagi pelatihan
ketenagakerjaan, yakni latihan kerja diatur dalam PP 71 Tahun 1991.
Sebagai respon dan tindak lanjut atas perangkat perundang-undangan
tersebut maka banyak program pelatihan telah dilakukan oleh hampir semua
departemen, baik di tingkat pusat maupuntingkat daerah. Demikian juga lembagalembaga swasta, LSM, dan organisasi-organisasi tertentu melakukan hal yang
sama. Maksud dari semua pelatihan yang diadakan itu pada umumnya ialah untuk
meningkatkan kemampuan
meningkatkan
mutu
dan
kinerja
keterampilan,
para
karyawan
menambah
(anggota
wawasan,
atau
organisasi),
serta
mempersiapkan anggota masyarakat untuk memasuki lapangan kerja sesuai
dengan bidang pelatihan yang diikuti.
Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora, misalnya dalam tahun
anggaran 1999/2000 telah mengembangkaan suatu program yang berorientasi
pada pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan kelompok belajar yang
dikenal dengan istilah "Kelompok Pemhelajaran Swadaya Masyarakat" disingkat
KPSM. Kelompok ini merupakan wadah kegiatan bagi masyarakat dalam rangka
pemhelajaran untuk meningkatkan kesejahteraan secara mandiri. Agar KPSM
dapat berjalan dan mencapai tujuan sesuai
dengan yang diharapkan, maka
anggota masyarakat yang tergabung dalam wadah tersebut perlu diarahkan dan
dibimbing agar mereka mampu memecahkan pennasalahannya sendiri. Kegiatan
mengarahkan dan membimbing secara teknis manajerial anggota masyarakat
dalam wadah KPSM dinamakan kegiatan pendampingan, sedangkan orang yang
melakukan tugas pendampingan disebut pendamping (Diktentis, 2000).
Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia termasuk
pendamping, kegiatan pendidikan dan pelatihan memegang peran yang penting
dan sangat strategis. Kegiatan pelatihan sebagai proses yang simultan yang terdiri
atas beberapa aktivitas harus dikembangkan dan dikelola dengan cara-cara
tertentu dan berlangsung secara sistematis. Sebagai proses aktivitas, pelatihan
melibatkan berbagai komponen yang saiing terkait dan secara fungsional,
diarahkan pada pencapaian tujuan baik berupa kemampuan pengetahuan,
keterampilan maupun sikap. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud maka
diperiukan suatu pedoman berupa bahan atau materi pelajaran yang sudah
terseleksi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Untuk
menyampaikan bahan atau materi tersebut diperiukan metode penyampaian, serta
alat dan teknik evaluasi tertentu. Keempat hal di atas, yaitu tujuan, bahan ajaran,
dan metode serta alat evaluasi merupakan komponen-komponen utama kurikulum.
Kurikulum merupakan sarana yang mengarahkan berlangsungnya interaksi
antara peserta didik dengan pendidik. Kurikulum dengan demikian mempunyai
kedudukan yang sangat senteral dalam keseluruhan proses pelatihan. Kurikulum
mengarahkan segala macam bentuk aktivitas pelatihan kepada tercapainya tujuan
pelatihan itu sendiri.
Kurikulum juga merupakan suatu rencana pelatihan,
memberikan pedoman dan petunjuk tentang jenis, lingkup dan hirarki urutan isi
serta proses pelatihan. Oleh karena itu pengembangan kurikulum termasuk bagian
yang esensial dalam sistem penyelenggaraan pelatihan. Sasaran yang ingin dicapai
bukanlah semata-mata memproduksi bahan pemhelajaran melainkan untuk lebih
meningkatkan kualitas pelatihan.
Atas pemikiran dan penjelasan yang dikemukakan di atas mendorong
penulis untuk mengkaji secara mendalam tentang apa dan bagaimana proses
pengembangan kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dikembangkan oleh
Subdit Penyusunan Sistem dan Metode pada Direktorat Tenaga Teknis Ditjen
Diklusepora.
B. Identifikasi Masalah
Agar penelitian ini terarah pada sasaran yang diinginkan maka terlebih
dahulu diidentifikasi permasalahan-pemiasalahan berikut ini.
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh pihak Direktorat Tenaga
Teknis diperoleh gambaran bahwa dari 255 SKB, baru sekitar 20 % yang telah
berhasil mengaktualisasikan program KPSM di lapangan, sedangkan sisanya 80 %
masih dalam taraf embrio (rencana di atas kertas). Lebih lanjut dikatakan bahwa
kondisi tersebut merupakan salah satu indikator ketidak berhasilan dan ketidak-
mampuan para pendamping dalam mengoptimalkan pelaksanaan tugasnya. Hal ini
berkaitan dengan kurangnya kemampuan pengetahuan dan keterampilan para
pendamping.
Sehubungan dengan luncuran program tersebut, serta permasalahan-
pennasalahan yang dihadapi, apakah yang harus ditempuh agar kita dapat
melakukan pembinaan dan pengembangan sumber daya pendamping sehingga
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dunia usaha yang beriangsung
sangat cepat.
Untuk mengantisipasi permasalahan yang dikemukakan di atas, Direktorat
Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora mengembangkan suatu program pelatihan guna
meningkatkan kemampuan dan keterampilan para pendamping KPSM, baik
teoritis, praktis maupun prosedural pendampingan sesuai dengan pedoman
penyelenggaraan KPSM. Agar pelatihan tersebut dapat lebih efektif dalam arti
memberikan dampak terhadap pelaksanaan tugas para pendamping diperiukan
pengembangan program
atau kurikulum pelatihan yang memenuhi standar
kualitas yang memadai.
Perencanaan atau pengembangan kurikulum pelatihan bukanlah pekerjaan
yang mudah yang dilakukan secara serampangan, melainkan harus disusun
berdasarkan prosedur dan kaidah-kaidah ilmiah yang ada. Dalam beberapa kasus
berdasarkan pengalaman penulis, para desainer dan atau pengelola pelatihan
dalam mengembangkan kurikulum pelatihan/kursus dengan menempuh cara-cara
yang lebih praktis seperti meniru atau memodifikasi desain kurikulum yang sudah
ada serta diselesaikan di belakang meja, tanpa memperdulikan kaidah-kaidah yang
ada dalam pengembangan kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum pelatihan membutuhakan kemampuan,
keahlian, kecennatan, kreativitas, dan keterampilan teknis untuk memahami,
menjelaskan dan menuangkan sesuatu yang abstrak berupa ide-ide serta
informasi-infonnasi yang aktual yang berkenaan dengan masalah-masalah
bagaimana penentuan kebutuhan pelatihan, bagaimana spesifikasi perumusan
tujuan pelatihan, bagaimana penentuan strategi pelatihan, bagaimana penentuan
sasaran pelatihan, dan bagaimana perencanaan sumber daya material pelatihan.
Dengan kata lain, dalam proses pengembangan kurikulum menyangkut banyak
faktor, mempertimbangkan isu-isu mengenai kurikulum, siapa yang dilibatkan,
bagaimana prosesnya, apa tujuannya, dan kepada siapa kurikulum itu ditujukan
(Achasius Kaber, 1988: 75).
Dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum, menurut Hamid
Hasan (1988)
kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, yaitu: (1)
kurikulum sebagai suatu ide, (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, (3)
kurikulum sebagai suatu kegiatan, dan (4) kurikulum sebagai suatu hasil. Untuk
keperluan penelitian ini, kurikulum yang dimaksudkan adalah kurikulum dalam
dimensi rencana tertulis (dokumen tertulis).
C. Perumusan masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang dikemukakan di atas, maka
pengkajian selanjutnya lebih diarahkan pada fokus masalah yang dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: "bagaimana proses pengembangan
kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dikembangkan
oleh
Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora"?
Guna terarahnya
kegiatan
pengumpulan data dan memudahkan
pembahasan serta memperjelas sistimatika berfikir pada saat menganalisis
masalah, maka pertanyaan pokok penelitian tersebut dijabarkan ke dalam
beberapa pertanyaan yang lebih khusus sebagai berikut:
1. Apa yang melatarbelakangi perlunya pengembangan kurikulum pelatihan
pendamping KPSM yang dilakukan oleh Direktorat Tenaga Teknis Ditjen
Diklusepora?
2. Pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam pengembangan kurikulum
pelatihan pendamping KPSM yang dilakukan oleh Direktorat Tenaga Teknis
Ditjen Diklusepora?
3. Pendekatan apa yang digunakan dan bagaimana prosedur pengembangan
kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dilakukan oleh Ditektorat
Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora?
4. Bagaimana deskripsi dan struktur kurikulum pelatihan pendamping KPSM
yang dikembangkan oleh Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora?
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kekaburan memberikan makna dan persepsi serta
memudahkan pengkajian lebih lanjut sehingga analisisnya menjadi lebih jelas,
tepat dan terarah maka terdapat beberapa istilah yang terkait dalam studi ini yang
perlu dijelaskan secara operasional. Istilah yang dimaksud adalah:
8
1. Proses pengembangan kurikulum. Proses adalah serangkaian langkah-langkah
tertentu yang apabila dikombinasikan akan menghasilkan hasil tertentu.
Seperti yang dikemukakan oleh Beich (1994: 37) bahwa "process is a series of
steps that when combined will produc a result". Sedangkan kurikulum
menurut menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional diartikan sebagai perangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian yang
dimaksdukan dengan proses pengembangan kurikulum dalam penelitian ini
adalah proses atau langkah-langkah yang ditempuh dalam mengembangkan
kurikulum dalam bentuk rencana (dokumen tertulis) mulai dari persiapan,
penyusunan unsur-unsur kurikulum, evaluasi dan revisi.
2. Deskripsi kurikulum merupakan gambaran dari susunan kurikulum secara
sistematis yang meliputi: tujuan, isi /bahan, prosedur penyampaian, media,
waktu serta prosedur evaluasi.
3. Pendamping yang dimaksudkan dalam tesis ini adalah seseorang yang diserahi
tugas dan tanggung jawab untuk membina dan membimbing secara teknis
manajerial bagi Kelompok Pemhelajaran Swadaya Masyarakat (KPSM).
4. Kelompok Pemhelajaran Swadaya Masyarakat disingkat KPSM adalah
kumpulan orang-orang yang menyatukan diri di dalam upaya meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan para anggota dan masyarakat sekelilingnya,
dengan melakukan aktivitas pemhelajaran dan usaha-usaha di bidang sosial
ekonomi yang berkembang dari, oleh dan untuk anggota masyarakat.
E. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses
pengembangan kurikulum pelatihan KPSM yang dikembangkan oleh Direktorat
Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora. Secara khusus, hasil penelitian ini bertujuan:
1 Untuk mendeskripsikan data mengenai latar belakang, dan faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum pelatihan pendamping
KPSM.
2. Mendeskripsikan pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum
pelatihan pendamping KPSM.
3. Mendeskripsikan pendekatan yang digunakan dan prosedur pengembangan
kurikulum pelatihan pendamping KPSM.
4. Mendeskripsikan strukturkurikulum pelatihan pendamping KPSM.
F. Kegunaan Penelitian
Temuan-temuan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Dari segi teoritis, hasil temuan penelitian ini dapat menjadi masukan dalam
pengkajian tentang pengembangan kurikulum program pendidikan pada
umumnya dan pelatihan pada khususnya.
2. Secara praktis, bagi pihak Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora
temuan ini dapat dijadikan unpan balik untuk pengkajian lebih lanjut yang
berhubungan dengan pengembangan kurikulum program pelatihan KPSM.
3. Bagi para peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan untuk penelitian pengulangan maupun penelitian perluasan.
10
G. Kerangka Berpikir
Bahwa dalam rangka untuk mendukung keberhasilan program KPSM,
maka oleh Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora berusaha meningkatkan
kemampuan profesional para pendamping dengan cara menyelenggarakan
pelatihan pendamping KPSM. Guna untuk menyelenggarakan pelatihan yang
kualitasnya dapat dipertanggung jawabkan, maka perlu dikembangkan suatu
kurikulum yang dapat dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan pelatihan.
Untuk
menghasilakan
pengembangannya harus
kurikulum
yang
baik
maka
langkah
dilakukan secara cennat dan sistematis, mulai dari
perencanaan/persiapan, pengembangan desain, evaluasi dan revisi; menggunakan
pendekatan dan tahapan tertentu disamping memperhatikan faktor ekternal dan
internal dengan melibatkan berbagai unsur-unsur potensial yang ada. Secara
skematis kerangka pikir penelitian ini dapat dilukiskan seperti gambar berikut:
Latar
belakang &
pertimbangan
KEBUTUHAN
SUMBER
/
DAYA
PENDAMPING
YANG
MEMILIKI
^
\
\
Pelatihan
Bagi Para
Pihak-pihak
yang terlibat
Pendamping
KPSM
KEMAMPUAN
=c
PROFESIONL
Pendekatan &
Prosedur
DESKRIPSI DAN
Unpan Balik
STRUKTUR KURIKULUM
PELATIHAN PENDAMPING
KPSM
Gambar 1.1
Kerangka Pikir Penelitian
e^D/o7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Untuk terarahnya penelitian ini kepada pokok permasalahan, maka perlu
ditetapkan prosedur penelitian, yang di dalamanya mencakup: pendekatan dan metode
penelitian, penentuan sumber data dan subyek penelitian, teknik dan instrumen
pengumpulan data, prosedur pengolahan dan analisis data, dan tahap-tahap
pelaksanaan penelitian.
A.
Pendekatan dan Metode Penelitian
Untuk memperoleh data sebagai bahan kajian yang berhubungan dengan
pengembangan atau penyusunan kurikulum pelatihan Pendamping Kelompok
Pembelajaran Swadaya Masyarakat (KPSM) pada Direktorat Tenaga Teknis
Ditjen Diklusepora, maka perlu dilakukan pengkajian langsung pada situasi yang
sebenamya.
Berdasarkan jenis informasi yang diperiukan, maka pendekatan yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode
deskripftif. Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah "mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, serta memahami bahasa dan
tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya, dan karena itu penelitian harus turun ke
lapangan" (Nasution 1988: 5).
Dengan pendekatan kualitatif, peneliti dapat memahami peristiwa dan
gejala yang muncul dalam keseluruhan proses, sehingga pennasalahan dapat
didesknpsikan secara menyeluruh (holistik). Peneliti berusaha memahmi makna
(meaning) dan peristiwa dan interaksinya dengan segala hal yang berkaitan
83
84
dengan peristiwa atau gejala itu dalam situasi yang wajar dan alami (tidak
dikondisikan). Peneliti berinteraksi secara langsung dengan subyek yang akan
diteliti di tempat di mana mereka biasa melakukan aktivitasnya.
Pendekatan kualitatif ini dipilih untuk penelitian ini disebabkan karena
alasan: (1) penelitian ini berusaha menemukan kondisi obyektif dan mendalam
sebagaimana adanya mengenai karakteristik, proses serta deskripsi dan struktur
kurikulum pelatihan pendamping KPSM, (2) penelitian ini bermaksud untuk
menarik makna yang terkandung dalam proses penyusunan kurikulum pelatihan
pendamping KPSM; (3) penelitian ini dilakukan melalui studi kasus, mengkaji
secara mendalam salah satu bagian dari pengembangan program pelatihan
pendamping KPSM .
B.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora,
Departemen Pendidikan Nasional, beralamat di Gedung E. Lantai VII Kompleks
Depdiknas, Man Jenderal Sudirman Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian di
dasarkan atas beberapa pertimbangan tertentu. Pertimbangan pertama, adalah dari
hasil studi pendahuluan menunjukkan indikasi adanya permasalahan yang urgen
untuk diketahui dan dikaji pada setting penelitian, yakni bagaimana proses
pengembangan kurikulum pelatihan KPSM yang dikembangkan oleh Direktorat
Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora. Pelatihan KPSM ini merupakan salah satu
program yang baru dilaksanakan, yakni dimulai pada akhir tahun 1999 yang tentu
saja masih dalam proses pencarian bentuk sistem penyelenggaraannya.
Pertimbangan kedua adalah sampai saat ini penulis belum menemukan hasil
85
penelitian ilmiah mengenai
proses pengembangan kurikulum pelatihan
pendamping KPSM. Pada hal hasil penelitian semacam ini sangat dibutuhkan
untuk pengambilan berbagai keputusan dalam pengembangan kurikulum pada
bidang yang lain.
C. Subyek Penelitian
Sebelum melakukan kegiatan penelitian, peneliti menetapkan terlebih
dahulu subyek penelitian yang dapat memberikan informasi yang diperiukan.
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah pihak yang terkait dalam
pengembangan kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dilakukan di
Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora. Pihak yang bertanggung jawab
dalam pengembangan kurikulum tersebut tergabung dalam suatu tim kerja.
Dengan demikian informasi-informasi yang diberikan adalah informasi atas nama
tim pengembang.
Untuk memperoleh data yang diperiukan, peneliti berusaha menggali
informasi dengan melakukan wawancara dengan manusia sumber sebagai subyek
penelitian, yakni Ka. Subdit Penyusunan Sistem dan Metode selaku penanggung
jawab program pelatihan, serta anggota tim pengembang lainnya sebanyak 5
orang. Untuk keperiuan triangulasi, peneliti memanfaatkan pula informan lain,
yaitu mereka yang dipandang dapat membenkan infonnasi tambahan atau
pendukung terhadap obyek yang diteliti.
86
D. Teknik Pengumpulan Data
Salah satu karakteristik dari penelitian kualitatif adalah peneliti sebagai
instrumen utama. Manusia sebagai instrumen pengumpulan data memberikan
keuntungan, di mana ia dapat bersikap fleksibel dan adaptif, serta dapat
menggunakan keseluruhan alat indera yang dimilikinya untuk memahami sesuatu
(Lincoln dan Guba, 1985: 43).
Dalam melakukan kegiatan operasional di
lapangan peneliti menggunakan catatan lapangan (field notes). Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara, observasi (pengamatan), dan studi dokumentasi,
yang pelaksanaannya diuraikan sebagai berikut:
1.
Wawancara
Dalam penelitian kualitatif juga memiliki karakteristik mengutamakan
perpektif emic, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana
ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya (Nasution, 1988:
10). Oleh karena itu dalam penelitian ini pandangan para tim pengembang
kurikulum mendapatkan perhatian secara mendalam.
Untuk memperoleh informasi yang dijadikan data utama dari lapangan
penelitian, peneliti melakukan teknik wawancara dengan responden (tim
pengembang) serta pihak lain yang terkait dengan data yang dibutuhkan.
Wawancara dengan responden dilaksanakan di lingkungan tempat tim
pengembang bekerja.
Dalam kegiatan wawancara dilakukan dengan menggunakan
pendekatan sebagai berikut:
87
a. Wawancara informal, yaitu menciptakan situasi yang memungkinkan
percakapan bebas dan spontanitas. Untuk itu dalam banyak kesempatan
wawancara
dilakukan
secara
informal
dan
kadang-kadang
tanpa
sepengetahuan responden.
b. Wawancara fonnal, yaitu wawancara yang dilakukan secara terencana
melalui suatu perjanjian bersama terlebih dahulu baik mengenai waktu,
tempat dan pokok-pokok yang akan dibahas atau diwawancarakan. Agar
pembicaraan selama wawancara terarah pada fokus penelitian, peneliti
menyediakan lembaran-lembaran yang berisi garis-garis besar pertanyaan
atau masalah yang akan didiskusikan. Namun dalam pelaksanaannya tidak
terikat secara ketat, artinya digunakan gabungan tipe wawancara
berstruktur dan tidak berstruktur, yang biasa dikenal dengan istilah
wawancara semi berstruktur.
Kedua pendekatan dalam kegiatan wawancara tersebut di atas
dilakukan secara fleksibel, artinya disesuaikan dengan situasi yang sedang
beriangsung. Agar hasil wawancara dapat dipelajari kembali secara cermat,
dan untuk mencapai obyektivitas data yang diperoleh dari hasil wawancara,
dalam arti tidak bias dan bebas dari pengaruh pemikiran dan penafsiran
pribadi peneliti (self-delusion), peneliti melakukan penggalian dan pelacakan
sampai sedalam-dalamnya mengenai data yang diperiukan.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden dalam
wawancara disesuikan dengan proporsi tugas masing-masing. Misalnya,
kepada Kasubdit penyusunan Sistem dan Metode, pertanyaan yang diberikan
88
menyangkut latar belakang pertimbangan perlunya pengembangan kurikulum
pelatihan pendamping KPSM, pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan
kunkulum tersebut. Kepada anggota tim pengembang lainnya, pertanyaan
yang diberikan adalah sekitar pendekatan dan prosedur pengembangan
kurikulum, mulai dari langka persiapan, pelaksanaan pengembangan/
penyusunan komponen-komponen utama kurikulum sampai pada evaluasi dan
revisi desain kurikulum.
Berdasarkan pada pokok permasalahan dalam penelitian ini, maka
data-data yang diperoleh melalui wawancara tersebut antara lain: (1) Data
yang berkaitan dengan latar belakang pertimbangan pengembangan kurikulum
pelatihan, (2) data yang berkaitan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam
pengembangan kurikulum, (3) data yang berkaitan dengan pelaksanaan
penyusunan kurikulum yang meliputi pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum dan prosedur yang ditempuh dalam pengembangan
komponen-komponen kurikulum. Untuk mengarahkan wawancara, peneliti
menyiapkan pedoman wawancara, namun dalam pelaksanaannya tidak selalu
mengikuti pertanyaan yang telah ditetapkan.
2.
Observasi
Observasi dilakukan untuk memungkinkan peneliti melihat secara
langsung apa yang terjadi di lapangan penelitian dan dapat berhubungan
langsung dengan subyek penelitian, sehingga dapat menarik makna dari apa
yang diobservasi. Observasi dilakukan pada berbagai peristiwa atau keadaan
yang berkaitan dengan proses pengembangan kurikulum. Dalam kegiatan
89
observasi peneliti berada di mana para tim pengembang bekerja dalam rangka
penyusunan kurikulum.
Dengan demikian peneliti dapat melakukan
pengamatan dalam pertemuan-pertemuan antar tim pengembang ketika ia
menganalisis
kebutuhan
pelatihan,
menyusunan
komponen-komponen
pelatihan, dan pada saat melakukan revisi desain kurikulum. Dalam kegiatan
observasi, peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman observasi.
3. Studi Dokumentasi
Teknik ini dipergunakan guna melengkapi kedua teknik pengumpulan
data yang telah dipergunakan. Studi dokumentasi ini digunakan untuk melacak
berbagai dokumen yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum pelatihan
pendamping KPSM. Studi dokumentasi ini antara lain untuk memperoleh data
tentang jumlah tim pengembang, asal instansi atau unit kerja, deskripsi tugas
pendamping, bahan-bahan pembelajaran, dan latar belakang pendidikan dan
jabatan para tim pengembang, deskripsi tugas pendamping, dan deskripsi
kurikulum pelatihan. Untuk kelancaran pelaksanaan studi dokumentasi ini
maka digunakan instrumen berupa pedoman studi dokumentasi.
Adapun kalasifikasi data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
terdiri dari:
1. Data mengenai gambaran umum lokasi dan subyek penelitian yang meliputi:
(a) alamat lokasi penelitian; (b) tugas dan fungsi Direktorat; (c) struktur
organisasi; dan (d) jumlah pegawai.
2. Data mengenai latar belakang dan pertimbangan dalam pengembangan
kurikulum pelatihan pendamping KPSM: (a) maksud perlunya kurikulum
90
pelatihan KPSM dikembangkan; (b) hal-hal yang dipertimbangkan dalam
pengembangan kurikulum.
3. Data mengenai pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum
pelatihan pendamping KPSM: (a) Struktur organisasi; (b) jumlah personil, (c)
unit kerja; dan (d) latar belakang pendidikan.
4. Data mengenai pendekatan dan prosedur pengembangan kurikulum pelatihan
pendamping KPSM: (a) pendekatan yang digunakan; (b) prosedur penentuan
kebutuhan pelatihan; (c) prumusan tujuan pelatihan; (d) penentuan isi
kurikulum; (e) penetapan strategi pembelajaran; (f) penetapan prosedur
evaluasi; (g) evaluasi dan revisi desain.
5. Data mengenai deskripsi dan struktur kurikulum pelatihan pendamping
KPSM.
E.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan, yakni tahap
pra lapangan, pekerjaan lapangan, analisis intensif dan penulisan laporan.
1. Tahap Pralapangan
Sebagai langkah awal dalam penelitian ini adalah menyusun desain
penelitian. Untuk keperiuan penyusunan desain penelitian ini, sebelumnya
peneliti melakukan kegiatan survey awal ke lapangan yaitu di Direktorat
Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora. Kegiatan survei awal ini dimaksudkan
untuk memperoleh gambaran umum tentang permasalahan pelatihan bagi para
pendamping KPSM. Berdasarkan survey awal tersebut peneliti memandang
91
ada sesuatu masalah yang dapat diangkat menjadi topik penelitian dalam
rangka penulisan tesis.
Permasalahan tersebut kemudian dituangkan dalam desain penelitian,
yang selanjutnya diajukan kepada dosen pembimbing untuk dinilai layak
tidaknya permasalahan yang dituangkan pada desain penelitian tersebut
diangkat sebagai topik penelitian. Setelah mendapat berbagai masukan, maka
dilakukan beberapa kali perbaikan atau penyempumaan sampai pada akhirnya
desain penelitian disetujui oleh pembimbing untuk selanjutnya dijadikan
sebagai kajian penelitian. Selain penyusunan desain penelitian, peneliti juga
menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian, mengurus dan menyampaikan
izin penelitian kepada pihak yang berwewenang.
2. Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan lapangan dalam rangka memperoleh data dibagai dalam tiga
tahap, yaitu:
a. Tahap orientasi
Tahap orientasi ini dilaksanakan berkenaan dengan langkah
pralapangan, yakni mengadakan survey lapangan dalam rangka penjajagan
kemungkinan dilaksanakannya penelitian. Pada tahap ini telah dilakukan
wawancara terhadap unsur staf dan pimpinan Derektorat Tenaga Teknis
Ditjen Diklusepora. Dalam orientasi ini peneliti juga mempelajari
sejumlah
dokumen
yang
berkaitan dengan
upaya
pengembangan
92
kurikulum pelatihan pendamping, dan melakukan pendekatan terhadap tim
pengembang.
b. Tahap Eksplorasi
Setelah perlengkapan penelitian dipersiapkan secara memadai,
selanjutnya peneliti masuk pada tahap eksplorasi. Selama eksplorasi
beriangsung kegiatan diarahkan pada usaha pengumpulan data secara
intensif melalui wawancara, observasi maupun studi dokumentasi untuk
menggali informasi yang melatari permasalahan sampai ditemukannya
informasi yang tuntas dan yang sebenamya berkenaan dengan fokus dan
aspek-aspek yang diteliti. Untuk maksud tersebut dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
(1) Melakukan wawancara dengan Ka. Subdit Penyusunan Sistem dan
Metode selaku penanggung jawab program pelatihan pendamping
KPSM. Fokus wawancara meliputi informasi yang lebih mendalam
mengenai latar belakang pertimbangan pengembangan kurikulum,
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembangan kurikulum
pelatihan, serta kebijakan-kebijakan pimpinan dalam kaitannya dengan
pengembangan kurikulum yang dimaksud.
(2) Melakukan wawancara secara intensif dengan para personil tim
pengembang kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang menjadi
responden penelitian. Fokus wawancara meliputi pendekatan dan
prosedur yang ditempuh dalam pengembangan kurikulum pelatihan
93
serta bagaimana deskripsi dan struktur kurikulum
pelatihan
pendamping KPSM tersebut.
(3) Melakukan
observasi
guna
memperoleh
gambaran
proses
pengembangan kurikulum pelatihan KPSM, seperti mengikuti rapat
dan atau pertemuan antartim pengembang.
(4) Melakukan studi dokumentasi terhadap persiapan-persiapan material,
rancangan dan hasil rumusan kurikulum KPSM yang telah
dikembangkan.
Pada tahap eksplorasi ini penelitian mulai berkembang sesuai
dengan tuntutan kebutuhan informasi yang diperiukan. Pada tahap ini juga
dilakukan triangulasi, pencatatan lapangan secara lebih terinci sesuai
dengan fokus masalah.
Kegiatan eksplorasi ini dilakukan dalam tenggang waktu dimana
tim pengembang kurikulum melakukan tugasnya, sehingga memungkinkan
peneliti berada di lingkungan tempat kerja tim pengembang untuk
melakukan pengumpulan data.
c. Tahap Member Check
Tahap member check merupakan langkah pengecekan ulang atas
data atau informasi yang diperoleh dari responden. Kegiatan ini dilakukan
guna menguji konsistensi informasi yang telah diberikan responden dengan
informasi yang telah dituangkan dalam bentuk laporan narasi, guna
memperoleh tingkat kredibilitas hasil penelitian. Tingkat kredibilita^M)^-/.^\ N%\
diperiukan sebagai upaya pembenaran hasil penelitian terutama pemb
PELATIHAN PENDAMPING KELOMPOK
PEMBELAJARAN SWADAYA MASYARAKAT (KPSM)
(Studi Kasus Di Direktorat Tenaga Teknis
Ditjen Diklusepora Departemen Pendidikan Nasional)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Untuk Memenuhi
Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pelatihan
*liJLii>/
jTT*v
Oleh:
SAMSUDDEV
N1M 989521
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000
PERNYATAAN
Dengan
ini soya
"Pengembangan
menyatakan
Kurikulum
bahwa karya tulis
Pelatihan
dengan judul
Pendamping
Kelompok
Pemhelajaran Swadaya Masyarakat (KPSM) (Studi Di Direktorat Tenaga
Teknis Ditjen Diklusepora Departemen Pendidikan Nasional) " ini beserta
seluruh isinyanya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak
meiakukan penjiplakan ataupengutipan dengan cara-carayang tidak sesuai
dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Alas pernyataan
ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran alas etika keilmuan
dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, September 2000
YangMembuat Pernyataan,
SAMSUDDIN
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
PEMBIMBING I
PROF. DR. H. ISHAK ABDULHAK
PEMBIMBING II
flc, Llt
/
DR. H. ZAINUDIN ARIF, M.S.
Allah melahirkan kamu dari rahim ibumu tanpa
mengetahui apapun, dan dia memberikan
kepadamu pendengaran, penglihatan dan hati
nurani supaya kamu bersyukur.
(Q.S. XVI: 78)
Kupersembahkan kepada:
• Kedua orang tuaku yang penuh
bijaksana dan penuh do 'a;
• Kedua mertuaku (almarhum dan
almarhumah);
• Guru-guruku yang memberikan
pendidikan yang penuh arti;
• Istriku yang penuh pengertian dan cinta
kasih;
•
Anak-anakku yang menimhulkan motivasi
dan inspirasi;
ABSTRAK
Permasalahan utama penelitian ini adalah: bagaimana proses pengembangan
kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dilakukan Direktorat Tenaga Teknis
Ditjen Diklusepora. Dipilihanya fokus penelitian ini disebabkan karena kurikulum
merupakan unsur yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pelatihan.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses pengembangan kurikulum pelatihan
pendamping KPSM dan diharapkan bermanfaat sebagai unpan balik dan bahan
pengkajian lebih lanjut dan mendalam mengenai pengembangan kurikulum pelatihan.
Kajian pustaka yang mendukung penelitian ini meliputi: (1) konsep yang
berkaitan dengan kurikulum dari: Blank, 1982; Wentling, 1992, Mulyani Sumantri,
1988; Sukmadinata, 1999; Hamid Hasan, 1988; Achasius Kaber, 1988, Hamalik,
1993; (2) konsep pelatihan dari Laird, 1985; Mayo dan DuBois, 1987; dan Simamora,
1999; (3) Konsep KPSM dari LSM Bina Swadaya, 1999; dan Dektentis, 2000.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi, dan peneliti
sebagai instrumen utama. Tahapan penelitian: pra lapangan, pekerjaan lapangan,
pengolahan dan analisis data, dan penyusunan laporan.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa pengembangan kurikulum pelatihan
pendimping KPSM dilatari oleh adanya kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan
profesional bagi para pendamping KPSM, dengan mempertimbangan visi dan misi
pendidikan, tugas dan fungsi Direktorat, sumber daya yang ada, kondisi-kondisi
KPSM di lapangan, dan karakterstik peserta (para pendamping). Pelaksanaannya
dilakukan oleh suatu tim khusus yang direkrut dari jajaran Direktorat serta melibatkan
para ahli dari perguruan tinggi dan LSM. Dalam pelaksanaannya menggunakan
pendekatan kompetensi dengan langkah-langkah: menentukan kebutuhan pelatihan,
merumuskan tujuan, mengembangkan isi/materi, strategi, prosedur evaluasi,
selanjutnya melakukan evaluasi dan revisi desain kurikulum. Dalam deskripsi
kurikulum tidak terdapat pengelompokkan mata pelajaran/pokok bahasan.
Dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum pelatihan pendamping
KPSM dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendamping yang memiliki
kemampuan dan kecakapan, dengan melibatkan pihak-pihak yang berkompeten baik
dari dalam maupun dari luar Direktorat. Proses pengembangannya mendekati
prosedur yang dikembangkan oleh Wentling, Blank dan Hamalik, yang dapat atas tiga
tahap, yaitu persiapan, pengembangan unsur-unsur kurikulum, evaluasi dan revisi
desain. Bila dibandingkan dengan beban tugas dan fungsi pendamping nampaknya isi
atau materi kurikulum belum dapat memenuhi tuntutan tugas pendamping.
Rekomendasi : (1) agar pada struktur organisasi Subdit Penyusunan Sistem
dan Metode terdapat seksi yang secara khusus menangani masalah kurikulum; (2)
agar kurikulum dalam bentuk rencana dapat teraktualisasi, maka instruktur harus
mempunyai tanggung jawab moril untuk menyusun rencana pembelajaran; (3) untuk
melengkapi kemampuan profesional lulusan, sebaiknya kurikulum program studi
PLS/Konsentrasi Pelatihan memuat mata kuliah berhubungan dengan pengembangan
kurikulum pelatihan; (4) perlunya penelitian lanjutan tentang: (a) perilaku instruktur
dalam upaya mengembangkan keterampilan intelektual peserta pelatihan pendamping
KPSM; (b) efektivitas dan efisiensi implementasi kurikulum pelatihan pendamping
KPSM; (c) dampak program pelatihan terhadap kinerja pendamping KPSM.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN
•••
MOTTO
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
'.
UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN
DAFTAR ISI
1V
^
ix
•••
DAFTAR TABEL
J
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
{
xvji
]
A. Latar Belakang
B.
C.
D.
E.
i
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Definis Operasional
Tujuan Penelitian
4
^
7
g
F. Kegunaan Penelitian
G. Kerangka Pemikiran
o
,n
BAB II. LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Konsep Pengembangan Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
2. Kedudukan dan Fungsi Kurikulum Dalam Pelatihan
3. Komponen-Komponen Kurikulum
4. Prosedur Pengembangan Kurikulum
5. Landasan Pengembangan Kurikulum
6. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
7.
n
]I
H
15
20
35
4]
51
Orientasi dan Pendekatan
Dalam Pengembangan Kurikulum
8. Model-Model Pengembangan Kurikulum
B. Konsep Pelatihan
C. Konsep Pendamping KPSM
1. Pengertian danTujuan KPSM
2. Karakteristik KPSM
3. Pnnsip-PnnsipKPSM......
4. Komponen-Komponen Pokok KPSM
5. Pendamping Dalam KPSM
BAB. III. METODOLOG1 PENELTIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
B. Lokasi Peneltian
C. Subyek Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Pelaksanaan Penelitian
xiv
52
55
5-7
72
72
74
76
77
79
83
33
g4
35
g7
9q
BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian
2. Latar Belakang dan FaktorPertimbangan Dalam
Pengembangan Kurikulum Pelatihan Pendamping KPSM
3. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Pengembangan
Kurikulum Pelatihan Pendamping KPSM
4. Pendekatan dan Prosedur Pengembangan Kurikulum
Pelatihan Pendamping KPSM
5. Deskripsi dan Struktur Kurikulum Pelatihan
Pendamping KPSM
B. Pembahasan Hasil Penelitian
C. Temuan Penelitian
D. Keterbatasan Penelitian
98
98
98
103
105
106
126
130
157
] 60
BAB.V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. Implikasi Hasil Penelitian
B. Rekomendasi
161
161
163
164
DAFTAR PUSTAKA
167
LAMP1RAN-LAMPIRAN:
xv
DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel 4.1.
Halaman
Komposisi
Pegawai
Subdit
Penyusunan
Sistem dan Metode Menurut Jenis kelamin
dan Tingkat Pendidikan
102
Tabel 4.2.
Daftar Item Tugas Pendamping KPSM
110
Tabel 4.3.
Deskripsi kompetensi Pendamping KPM
112
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Gambar 1.1.
Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 2.1.
Kedudukan Kurikulum Dalam Komponen
10
Pelatihan
17
Gambar 2.2.
Hirarki Tujuan Pendidikan dan Pelatihan...
23
Gambar 2.3.
Fase-Fase Pengembangan materi
Gambar 2.4.
Gambar 2.5.
Pelatihan
28
Tahap-Tahap Pengembangan Kurikulum
Pelatihan Menurut T.L. Wentling
37
Tahap-Tahap Pengembangan Kurikulum
Pelatihan Menurut William E. Blank
38
Gambar 2.6.
Komponen-Komponen Dalam KPSM
77
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Direktorat Tenaga
Teknis Ditjen Diklusepora
XVII
100
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
Lampiran 1.
Kisi-kisi instrumen penelitian
171
Lampiran 2
Instrumen penelitian
173
Lampiran 3
Kutipan Surat Keputusan Direktur PPS
UPI tentang Pengangkatan Pembimbing
Penulisan Tesis Program Magister (S2)...
175
Pennohonan Izin Mengadakan
Lapangan/penelitian
177
Lampiran 4
Studi
Lampiran 5
Surat Izin Penelitian
178
Lampiran 6
Riwayathidup
179
xvi n
BAB I
PENDAHULUAN
A. La tar Belakang Masalah
Masyarakat dan bangsa Indonesia saat ini telah memasuki alam milenium
ketiga (abad 21) bertepatan dengan era globalisasi yang penuh dengan berbagai
macam tantangan, menuntut manusia Indonesia yang berkualitas tinggi.
Sementara itu krisis ekonomi (moneter) yang berkepanjangan terus dihadapi
bangsa Indonesia dewasa ini lebih mempertegas lagi perlunya pengembangan
sumber daya manusia Indonesia yang tangguh, berwawasan keunggulan dan
terampil sesuai dengan tuntutan perubahan. Sumber daya manusia yang
berkualitas tersebut yang dikehendaki dalam era reformasi masyarakat dan bangsa
Indonesia serta masyarakat kompetitif abad 21 merupakan produk dari sistem
pembangunan pendidikan nasional yang mantap dan tangguh, termasuk sistem
pelatihan. Secara konsepsional dapat dikatakan bahwa kegiatan pendidikan,
khususnya kegiatan pelatihan memberikan konlribusi yang sangat besar dalam
pengembangan sumberdaya manusia.
Budiono dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II (1992) di
Medan, mengatakan bahwa dalam periode tinggal landas diperiukan adanya
pendidikan dan latihan yang berpusat pada tiga pennasalahan utama yakni:
Pertama, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi mereka yang
sudah meninggalkan lembaga pendidikan sehingga dapat memasuki
lapangan kerja. Kedua, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi
mereka yang tertinggal oleh kemajuan Iptek, bagi tenaga kerja yang sudah
bekerja. Ketiga menyiapkan generasi yang akan datang agar mampu
berperan aktif dalam pembangunan (Konvensi Nasional Pendidikan
Indonesia!!, 1994:254).
Di Indonesia, sistem pendidikan termasuk pelatihan menghadapi empat isu
utama, yakni berkaitan dengan aspek relevansi, kualitas, pemerataan, dan
efisiensi. Oleh karena itu maka setiap lembaga pendidikan maupun pelatihan
hendaknya memperhatikan ketiga permasalahan dan keempat isu umum
pendidikan dan pelatihan.
Dewasa ini program pelatihan telah dijadikan sebagai salah satu strategi
dan sarana pendukung dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional.
Berbagai perangkat perundang-undangan dan peraturan pemerintah mengenai
program pelatihan telah muncul ke pennukaan. Lahirnya UU Nomor 2 Tahun
1989, khususnya Bab 1 pasal 1, menjelaskan bahwa pelatihan merupakan
bahagaian dari aktivitas pendidikan nasional untuk mempersiapkan warga negara
bagi peranannya dimasa yang akan datang.
Khusus
bagi pelatihan
ketenagakerjaan, yakni latihan kerja diatur dalam PP 71 Tahun 1991.
Sebagai respon dan tindak lanjut atas perangkat perundang-undangan
tersebut maka banyak program pelatihan telah dilakukan oleh hampir semua
departemen, baik di tingkat pusat maupuntingkat daerah. Demikian juga lembagalembaga swasta, LSM, dan organisasi-organisasi tertentu melakukan hal yang
sama. Maksud dari semua pelatihan yang diadakan itu pada umumnya ialah untuk
meningkatkan kemampuan
meningkatkan
mutu
dan
kinerja
keterampilan,
para
karyawan
menambah
(anggota
wawasan,
atau
organisasi),
serta
mempersiapkan anggota masyarakat untuk memasuki lapangan kerja sesuai
dengan bidang pelatihan yang diikuti.
Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora, misalnya dalam tahun
anggaran 1999/2000 telah mengembangkaan suatu program yang berorientasi
pada pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan kelompok belajar yang
dikenal dengan istilah "Kelompok Pemhelajaran Swadaya Masyarakat" disingkat
KPSM. Kelompok ini merupakan wadah kegiatan bagi masyarakat dalam rangka
pemhelajaran untuk meningkatkan kesejahteraan secara mandiri. Agar KPSM
dapat berjalan dan mencapai tujuan sesuai
dengan yang diharapkan, maka
anggota masyarakat yang tergabung dalam wadah tersebut perlu diarahkan dan
dibimbing agar mereka mampu memecahkan pennasalahannya sendiri. Kegiatan
mengarahkan dan membimbing secara teknis manajerial anggota masyarakat
dalam wadah KPSM dinamakan kegiatan pendampingan, sedangkan orang yang
melakukan tugas pendampingan disebut pendamping (Diktentis, 2000).
Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia termasuk
pendamping, kegiatan pendidikan dan pelatihan memegang peran yang penting
dan sangat strategis. Kegiatan pelatihan sebagai proses yang simultan yang terdiri
atas beberapa aktivitas harus dikembangkan dan dikelola dengan cara-cara
tertentu dan berlangsung secara sistematis. Sebagai proses aktivitas, pelatihan
melibatkan berbagai komponen yang saiing terkait dan secara fungsional,
diarahkan pada pencapaian tujuan baik berupa kemampuan pengetahuan,
keterampilan maupun sikap. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud maka
diperiukan suatu pedoman berupa bahan atau materi pelajaran yang sudah
terseleksi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Untuk
menyampaikan bahan atau materi tersebut diperiukan metode penyampaian, serta
alat dan teknik evaluasi tertentu. Keempat hal di atas, yaitu tujuan, bahan ajaran,
dan metode serta alat evaluasi merupakan komponen-komponen utama kurikulum.
Kurikulum merupakan sarana yang mengarahkan berlangsungnya interaksi
antara peserta didik dengan pendidik. Kurikulum dengan demikian mempunyai
kedudukan yang sangat senteral dalam keseluruhan proses pelatihan. Kurikulum
mengarahkan segala macam bentuk aktivitas pelatihan kepada tercapainya tujuan
pelatihan itu sendiri.
Kurikulum juga merupakan suatu rencana pelatihan,
memberikan pedoman dan petunjuk tentang jenis, lingkup dan hirarki urutan isi
serta proses pelatihan. Oleh karena itu pengembangan kurikulum termasuk bagian
yang esensial dalam sistem penyelenggaraan pelatihan. Sasaran yang ingin dicapai
bukanlah semata-mata memproduksi bahan pemhelajaran melainkan untuk lebih
meningkatkan kualitas pelatihan.
Atas pemikiran dan penjelasan yang dikemukakan di atas mendorong
penulis untuk mengkaji secara mendalam tentang apa dan bagaimana proses
pengembangan kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dikembangkan oleh
Subdit Penyusunan Sistem dan Metode pada Direktorat Tenaga Teknis Ditjen
Diklusepora.
B. Identifikasi Masalah
Agar penelitian ini terarah pada sasaran yang diinginkan maka terlebih
dahulu diidentifikasi permasalahan-pemiasalahan berikut ini.
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh pihak Direktorat Tenaga
Teknis diperoleh gambaran bahwa dari 255 SKB, baru sekitar 20 % yang telah
berhasil mengaktualisasikan program KPSM di lapangan, sedangkan sisanya 80 %
masih dalam taraf embrio (rencana di atas kertas). Lebih lanjut dikatakan bahwa
kondisi tersebut merupakan salah satu indikator ketidak berhasilan dan ketidak-
mampuan para pendamping dalam mengoptimalkan pelaksanaan tugasnya. Hal ini
berkaitan dengan kurangnya kemampuan pengetahuan dan keterampilan para
pendamping.
Sehubungan dengan luncuran program tersebut, serta permasalahan-
pennasalahan yang dihadapi, apakah yang harus ditempuh agar kita dapat
melakukan pembinaan dan pengembangan sumber daya pendamping sehingga
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dunia usaha yang beriangsung
sangat cepat.
Untuk mengantisipasi permasalahan yang dikemukakan di atas, Direktorat
Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora mengembangkan suatu program pelatihan guna
meningkatkan kemampuan dan keterampilan para pendamping KPSM, baik
teoritis, praktis maupun prosedural pendampingan sesuai dengan pedoman
penyelenggaraan KPSM. Agar pelatihan tersebut dapat lebih efektif dalam arti
memberikan dampak terhadap pelaksanaan tugas para pendamping diperiukan
pengembangan program
atau kurikulum pelatihan yang memenuhi standar
kualitas yang memadai.
Perencanaan atau pengembangan kurikulum pelatihan bukanlah pekerjaan
yang mudah yang dilakukan secara serampangan, melainkan harus disusun
berdasarkan prosedur dan kaidah-kaidah ilmiah yang ada. Dalam beberapa kasus
berdasarkan pengalaman penulis, para desainer dan atau pengelola pelatihan
dalam mengembangkan kurikulum pelatihan/kursus dengan menempuh cara-cara
yang lebih praktis seperti meniru atau memodifikasi desain kurikulum yang sudah
ada serta diselesaikan di belakang meja, tanpa memperdulikan kaidah-kaidah yang
ada dalam pengembangan kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum pelatihan membutuhakan kemampuan,
keahlian, kecennatan, kreativitas, dan keterampilan teknis untuk memahami,
menjelaskan dan menuangkan sesuatu yang abstrak berupa ide-ide serta
informasi-infonnasi yang aktual yang berkenaan dengan masalah-masalah
bagaimana penentuan kebutuhan pelatihan, bagaimana spesifikasi perumusan
tujuan pelatihan, bagaimana penentuan strategi pelatihan, bagaimana penentuan
sasaran pelatihan, dan bagaimana perencanaan sumber daya material pelatihan.
Dengan kata lain, dalam proses pengembangan kurikulum menyangkut banyak
faktor, mempertimbangkan isu-isu mengenai kurikulum, siapa yang dilibatkan,
bagaimana prosesnya, apa tujuannya, dan kepada siapa kurikulum itu ditujukan
(Achasius Kaber, 1988: 75).
Dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum, menurut Hamid
Hasan (1988)
kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, yaitu: (1)
kurikulum sebagai suatu ide, (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, (3)
kurikulum sebagai suatu kegiatan, dan (4) kurikulum sebagai suatu hasil. Untuk
keperluan penelitian ini, kurikulum yang dimaksudkan adalah kurikulum dalam
dimensi rencana tertulis (dokumen tertulis).
C. Perumusan masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang dikemukakan di atas, maka
pengkajian selanjutnya lebih diarahkan pada fokus masalah yang dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: "bagaimana proses pengembangan
kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dikembangkan
oleh
Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora"?
Guna terarahnya
kegiatan
pengumpulan data dan memudahkan
pembahasan serta memperjelas sistimatika berfikir pada saat menganalisis
masalah, maka pertanyaan pokok penelitian tersebut dijabarkan ke dalam
beberapa pertanyaan yang lebih khusus sebagai berikut:
1. Apa yang melatarbelakangi perlunya pengembangan kurikulum pelatihan
pendamping KPSM yang dilakukan oleh Direktorat Tenaga Teknis Ditjen
Diklusepora?
2. Pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam pengembangan kurikulum
pelatihan pendamping KPSM yang dilakukan oleh Direktorat Tenaga Teknis
Ditjen Diklusepora?
3. Pendekatan apa yang digunakan dan bagaimana prosedur pengembangan
kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dilakukan oleh Ditektorat
Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora?
4. Bagaimana deskripsi dan struktur kurikulum pelatihan pendamping KPSM
yang dikembangkan oleh Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora?
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kekaburan memberikan makna dan persepsi serta
memudahkan pengkajian lebih lanjut sehingga analisisnya menjadi lebih jelas,
tepat dan terarah maka terdapat beberapa istilah yang terkait dalam studi ini yang
perlu dijelaskan secara operasional. Istilah yang dimaksud adalah:
8
1. Proses pengembangan kurikulum. Proses adalah serangkaian langkah-langkah
tertentu yang apabila dikombinasikan akan menghasilkan hasil tertentu.
Seperti yang dikemukakan oleh Beich (1994: 37) bahwa "process is a series of
steps that when combined will produc a result". Sedangkan kurikulum
menurut menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional diartikan sebagai perangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian yang
dimaksdukan dengan proses pengembangan kurikulum dalam penelitian ini
adalah proses atau langkah-langkah yang ditempuh dalam mengembangkan
kurikulum dalam bentuk rencana (dokumen tertulis) mulai dari persiapan,
penyusunan unsur-unsur kurikulum, evaluasi dan revisi.
2. Deskripsi kurikulum merupakan gambaran dari susunan kurikulum secara
sistematis yang meliputi: tujuan, isi /bahan, prosedur penyampaian, media,
waktu serta prosedur evaluasi.
3. Pendamping yang dimaksudkan dalam tesis ini adalah seseorang yang diserahi
tugas dan tanggung jawab untuk membina dan membimbing secara teknis
manajerial bagi Kelompok Pemhelajaran Swadaya Masyarakat (KPSM).
4. Kelompok Pemhelajaran Swadaya Masyarakat disingkat KPSM adalah
kumpulan orang-orang yang menyatukan diri di dalam upaya meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan para anggota dan masyarakat sekelilingnya,
dengan melakukan aktivitas pemhelajaran dan usaha-usaha di bidang sosial
ekonomi yang berkembang dari, oleh dan untuk anggota masyarakat.
E. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses
pengembangan kurikulum pelatihan KPSM yang dikembangkan oleh Direktorat
Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora. Secara khusus, hasil penelitian ini bertujuan:
1 Untuk mendeskripsikan data mengenai latar belakang, dan faktor-faktor yang
dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum pelatihan pendamping
KPSM.
2. Mendeskripsikan pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum
pelatihan pendamping KPSM.
3. Mendeskripsikan pendekatan yang digunakan dan prosedur pengembangan
kurikulum pelatihan pendamping KPSM.
4. Mendeskripsikan strukturkurikulum pelatihan pendamping KPSM.
F. Kegunaan Penelitian
Temuan-temuan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Dari segi teoritis, hasil temuan penelitian ini dapat menjadi masukan dalam
pengkajian tentang pengembangan kurikulum program pendidikan pada
umumnya dan pelatihan pada khususnya.
2. Secara praktis, bagi pihak Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora
temuan ini dapat dijadikan unpan balik untuk pengkajian lebih lanjut yang
berhubungan dengan pengembangan kurikulum program pelatihan KPSM.
3. Bagi para peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan untuk penelitian pengulangan maupun penelitian perluasan.
10
G. Kerangka Berpikir
Bahwa dalam rangka untuk mendukung keberhasilan program KPSM,
maka oleh Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora berusaha meningkatkan
kemampuan profesional para pendamping dengan cara menyelenggarakan
pelatihan pendamping KPSM. Guna untuk menyelenggarakan pelatihan yang
kualitasnya dapat dipertanggung jawabkan, maka perlu dikembangkan suatu
kurikulum yang dapat dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan pelatihan.
Untuk
menghasilakan
pengembangannya harus
kurikulum
yang
baik
maka
langkah
dilakukan secara cennat dan sistematis, mulai dari
perencanaan/persiapan, pengembangan desain, evaluasi dan revisi; menggunakan
pendekatan dan tahapan tertentu disamping memperhatikan faktor ekternal dan
internal dengan melibatkan berbagai unsur-unsur potensial yang ada. Secara
skematis kerangka pikir penelitian ini dapat dilukiskan seperti gambar berikut:
Latar
belakang &
pertimbangan
KEBUTUHAN
SUMBER
/
DAYA
PENDAMPING
YANG
MEMILIKI
^
\
\
Pelatihan
Bagi Para
Pihak-pihak
yang terlibat
Pendamping
KPSM
KEMAMPUAN
=c
PROFESIONL
Pendekatan &
Prosedur
DESKRIPSI DAN
Unpan Balik
STRUKTUR KURIKULUM
PELATIHAN PENDAMPING
KPSM
Gambar 1.1
Kerangka Pikir Penelitian
e^D/o7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Untuk terarahnya penelitian ini kepada pokok permasalahan, maka perlu
ditetapkan prosedur penelitian, yang di dalamanya mencakup: pendekatan dan metode
penelitian, penentuan sumber data dan subyek penelitian, teknik dan instrumen
pengumpulan data, prosedur pengolahan dan analisis data, dan tahap-tahap
pelaksanaan penelitian.
A.
Pendekatan dan Metode Penelitian
Untuk memperoleh data sebagai bahan kajian yang berhubungan dengan
pengembangan atau penyusunan kurikulum pelatihan Pendamping Kelompok
Pembelajaran Swadaya Masyarakat (KPSM) pada Direktorat Tenaga Teknis
Ditjen Diklusepora, maka perlu dilakukan pengkajian langsung pada situasi yang
sebenamya.
Berdasarkan jenis informasi yang diperiukan, maka pendekatan yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode
deskripftif. Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah "mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, serta memahami bahasa dan
tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya, dan karena itu penelitian harus turun ke
lapangan" (Nasution 1988: 5).
Dengan pendekatan kualitatif, peneliti dapat memahami peristiwa dan
gejala yang muncul dalam keseluruhan proses, sehingga pennasalahan dapat
didesknpsikan secara menyeluruh (holistik). Peneliti berusaha memahmi makna
(meaning) dan peristiwa dan interaksinya dengan segala hal yang berkaitan
83
84
dengan peristiwa atau gejala itu dalam situasi yang wajar dan alami (tidak
dikondisikan). Peneliti berinteraksi secara langsung dengan subyek yang akan
diteliti di tempat di mana mereka biasa melakukan aktivitasnya.
Pendekatan kualitatif ini dipilih untuk penelitian ini disebabkan karena
alasan: (1) penelitian ini berusaha menemukan kondisi obyektif dan mendalam
sebagaimana adanya mengenai karakteristik, proses serta deskripsi dan struktur
kurikulum pelatihan pendamping KPSM, (2) penelitian ini bermaksud untuk
menarik makna yang terkandung dalam proses penyusunan kurikulum pelatihan
pendamping KPSM; (3) penelitian ini dilakukan melalui studi kasus, mengkaji
secara mendalam salah satu bagian dari pengembangan program pelatihan
pendamping KPSM .
B.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora,
Departemen Pendidikan Nasional, beralamat di Gedung E. Lantai VII Kompleks
Depdiknas, Man Jenderal Sudirman Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian di
dasarkan atas beberapa pertimbangan tertentu. Pertimbangan pertama, adalah dari
hasil studi pendahuluan menunjukkan indikasi adanya permasalahan yang urgen
untuk diketahui dan dikaji pada setting penelitian, yakni bagaimana proses
pengembangan kurikulum pelatihan KPSM yang dikembangkan oleh Direktorat
Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora. Pelatihan KPSM ini merupakan salah satu
program yang baru dilaksanakan, yakni dimulai pada akhir tahun 1999 yang tentu
saja masih dalam proses pencarian bentuk sistem penyelenggaraannya.
Pertimbangan kedua adalah sampai saat ini penulis belum menemukan hasil
85
penelitian ilmiah mengenai
proses pengembangan kurikulum pelatihan
pendamping KPSM. Pada hal hasil penelitian semacam ini sangat dibutuhkan
untuk pengambilan berbagai keputusan dalam pengembangan kurikulum pada
bidang yang lain.
C. Subyek Penelitian
Sebelum melakukan kegiatan penelitian, peneliti menetapkan terlebih
dahulu subyek penelitian yang dapat memberikan informasi yang diperiukan.
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah pihak yang terkait dalam
pengembangan kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang dilakukan di
Direktorat Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora. Pihak yang bertanggung jawab
dalam pengembangan kurikulum tersebut tergabung dalam suatu tim kerja.
Dengan demikian informasi-informasi yang diberikan adalah informasi atas nama
tim pengembang.
Untuk memperoleh data yang diperiukan, peneliti berusaha menggali
informasi dengan melakukan wawancara dengan manusia sumber sebagai subyek
penelitian, yakni Ka. Subdit Penyusunan Sistem dan Metode selaku penanggung
jawab program pelatihan, serta anggota tim pengembang lainnya sebanyak 5
orang. Untuk keperiuan triangulasi, peneliti memanfaatkan pula informan lain,
yaitu mereka yang dipandang dapat membenkan infonnasi tambahan atau
pendukung terhadap obyek yang diteliti.
86
D. Teknik Pengumpulan Data
Salah satu karakteristik dari penelitian kualitatif adalah peneliti sebagai
instrumen utama. Manusia sebagai instrumen pengumpulan data memberikan
keuntungan, di mana ia dapat bersikap fleksibel dan adaptif, serta dapat
menggunakan keseluruhan alat indera yang dimilikinya untuk memahami sesuatu
(Lincoln dan Guba, 1985: 43).
Dalam melakukan kegiatan operasional di
lapangan peneliti menggunakan catatan lapangan (field notes). Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara, observasi (pengamatan), dan studi dokumentasi,
yang pelaksanaannya diuraikan sebagai berikut:
1.
Wawancara
Dalam penelitian kualitatif juga memiliki karakteristik mengutamakan
perpektif emic, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana
ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya (Nasution, 1988:
10). Oleh karena itu dalam penelitian ini pandangan para tim pengembang
kurikulum mendapatkan perhatian secara mendalam.
Untuk memperoleh informasi yang dijadikan data utama dari lapangan
penelitian, peneliti melakukan teknik wawancara dengan responden (tim
pengembang) serta pihak lain yang terkait dengan data yang dibutuhkan.
Wawancara dengan responden dilaksanakan di lingkungan tempat tim
pengembang bekerja.
Dalam kegiatan wawancara dilakukan dengan menggunakan
pendekatan sebagai berikut:
87
a. Wawancara informal, yaitu menciptakan situasi yang memungkinkan
percakapan bebas dan spontanitas. Untuk itu dalam banyak kesempatan
wawancara
dilakukan
secara
informal
dan
kadang-kadang
tanpa
sepengetahuan responden.
b. Wawancara fonnal, yaitu wawancara yang dilakukan secara terencana
melalui suatu perjanjian bersama terlebih dahulu baik mengenai waktu,
tempat dan pokok-pokok yang akan dibahas atau diwawancarakan. Agar
pembicaraan selama wawancara terarah pada fokus penelitian, peneliti
menyediakan lembaran-lembaran yang berisi garis-garis besar pertanyaan
atau masalah yang akan didiskusikan. Namun dalam pelaksanaannya tidak
terikat secara ketat, artinya digunakan gabungan tipe wawancara
berstruktur dan tidak berstruktur, yang biasa dikenal dengan istilah
wawancara semi berstruktur.
Kedua pendekatan dalam kegiatan wawancara tersebut di atas
dilakukan secara fleksibel, artinya disesuaikan dengan situasi yang sedang
beriangsung. Agar hasil wawancara dapat dipelajari kembali secara cermat,
dan untuk mencapai obyektivitas data yang diperoleh dari hasil wawancara,
dalam arti tidak bias dan bebas dari pengaruh pemikiran dan penafsiran
pribadi peneliti (self-delusion), peneliti melakukan penggalian dan pelacakan
sampai sedalam-dalamnya mengenai data yang diperiukan.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden dalam
wawancara disesuikan dengan proporsi tugas masing-masing. Misalnya,
kepada Kasubdit penyusunan Sistem dan Metode, pertanyaan yang diberikan
88
menyangkut latar belakang pertimbangan perlunya pengembangan kurikulum
pelatihan pendamping KPSM, pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan
kunkulum tersebut. Kepada anggota tim pengembang lainnya, pertanyaan
yang diberikan adalah sekitar pendekatan dan prosedur pengembangan
kurikulum, mulai dari langka persiapan, pelaksanaan pengembangan/
penyusunan komponen-komponen utama kurikulum sampai pada evaluasi dan
revisi desain kurikulum.
Berdasarkan pada pokok permasalahan dalam penelitian ini, maka
data-data yang diperoleh melalui wawancara tersebut antara lain: (1) Data
yang berkaitan dengan latar belakang pertimbangan pengembangan kurikulum
pelatihan, (2) data yang berkaitan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam
pengembangan kurikulum, (3) data yang berkaitan dengan pelaksanaan
penyusunan kurikulum yang meliputi pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum dan prosedur yang ditempuh dalam pengembangan
komponen-komponen kurikulum. Untuk mengarahkan wawancara, peneliti
menyiapkan pedoman wawancara, namun dalam pelaksanaannya tidak selalu
mengikuti pertanyaan yang telah ditetapkan.
2.
Observasi
Observasi dilakukan untuk memungkinkan peneliti melihat secara
langsung apa yang terjadi di lapangan penelitian dan dapat berhubungan
langsung dengan subyek penelitian, sehingga dapat menarik makna dari apa
yang diobservasi. Observasi dilakukan pada berbagai peristiwa atau keadaan
yang berkaitan dengan proses pengembangan kurikulum. Dalam kegiatan
89
observasi peneliti berada di mana para tim pengembang bekerja dalam rangka
penyusunan kurikulum.
Dengan demikian peneliti dapat melakukan
pengamatan dalam pertemuan-pertemuan antar tim pengembang ketika ia
menganalisis
kebutuhan
pelatihan,
menyusunan
komponen-komponen
pelatihan, dan pada saat melakukan revisi desain kurikulum. Dalam kegiatan
observasi, peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman observasi.
3. Studi Dokumentasi
Teknik ini dipergunakan guna melengkapi kedua teknik pengumpulan
data yang telah dipergunakan. Studi dokumentasi ini digunakan untuk melacak
berbagai dokumen yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum pelatihan
pendamping KPSM. Studi dokumentasi ini antara lain untuk memperoleh data
tentang jumlah tim pengembang, asal instansi atau unit kerja, deskripsi tugas
pendamping, bahan-bahan pembelajaran, dan latar belakang pendidikan dan
jabatan para tim pengembang, deskripsi tugas pendamping, dan deskripsi
kurikulum pelatihan. Untuk kelancaran pelaksanaan studi dokumentasi ini
maka digunakan instrumen berupa pedoman studi dokumentasi.
Adapun kalasifikasi data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
terdiri dari:
1. Data mengenai gambaran umum lokasi dan subyek penelitian yang meliputi:
(a) alamat lokasi penelitian; (b) tugas dan fungsi Direktorat; (c) struktur
organisasi; dan (d) jumlah pegawai.
2. Data mengenai latar belakang dan pertimbangan dalam pengembangan
kurikulum pelatihan pendamping KPSM: (a) maksud perlunya kurikulum
90
pelatihan KPSM dikembangkan; (b) hal-hal yang dipertimbangkan dalam
pengembangan kurikulum.
3. Data mengenai pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum
pelatihan pendamping KPSM: (a) Struktur organisasi; (b) jumlah personil, (c)
unit kerja; dan (d) latar belakang pendidikan.
4. Data mengenai pendekatan dan prosedur pengembangan kurikulum pelatihan
pendamping KPSM: (a) pendekatan yang digunakan; (b) prosedur penentuan
kebutuhan pelatihan; (c) prumusan tujuan pelatihan; (d) penentuan isi
kurikulum; (e) penetapan strategi pembelajaran; (f) penetapan prosedur
evaluasi; (g) evaluasi dan revisi desain.
5. Data mengenai deskripsi dan struktur kurikulum pelatihan pendamping
KPSM.
E.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan, yakni tahap
pra lapangan, pekerjaan lapangan, analisis intensif dan penulisan laporan.
1. Tahap Pralapangan
Sebagai langkah awal dalam penelitian ini adalah menyusun desain
penelitian. Untuk keperiuan penyusunan desain penelitian ini, sebelumnya
peneliti melakukan kegiatan survey awal ke lapangan yaitu di Direktorat
Tenaga Teknis Ditjen Diklusepora. Kegiatan survei awal ini dimaksudkan
untuk memperoleh gambaran umum tentang permasalahan pelatihan bagi para
pendamping KPSM. Berdasarkan survey awal tersebut peneliti memandang
91
ada sesuatu masalah yang dapat diangkat menjadi topik penelitian dalam
rangka penulisan tesis.
Permasalahan tersebut kemudian dituangkan dalam desain penelitian,
yang selanjutnya diajukan kepada dosen pembimbing untuk dinilai layak
tidaknya permasalahan yang dituangkan pada desain penelitian tersebut
diangkat sebagai topik penelitian. Setelah mendapat berbagai masukan, maka
dilakukan beberapa kali perbaikan atau penyempumaan sampai pada akhirnya
desain penelitian disetujui oleh pembimbing untuk selanjutnya dijadikan
sebagai kajian penelitian. Selain penyusunan desain penelitian, peneliti juga
menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian, mengurus dan menyampaikan
izin penelitian kepada pihak yang berwewenang.
2. Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan lapangan dalam rangka memperoleh data dibagai dalam tiga
tahap, yaitu:
a. Tahap orientasi
Tahap orientasi ini dilaksanakan berkenaan dengan langkah
pralapangan, yakni mengadakan survey lapangan dalam rangka penjajagan
kemungkinan dilaksanakannya penelitian. Pada tahap ini telah dilakukan
wawancara terhadap unsur staf dan pimpinan Derektorat Tenaga Teknis
Ditjen Diklusepora. Dalam orientasi ini peneliti juga mempelajari
sejumlah
dokumen
yang
berkaitan dengan
upaya
pengembangan
92
kurikulum pelatihan pendamping, dan melakukan pendekatan terhadap tim
pengembang.
b. Tahap Eksplorasi
Setelah perlengkapan penelitian dipersiapkan secara memadai,
selanjutnya peneliti masuk pada tahap eksplorasi. Selama eksplorasi
beriangsung kegiatan diarahkan pada usaha pengumpulan data secara
intensif melalui wawancara, observasi maupun studi dokumentasi untuk
menggali informasi yang melatari permasalahan sampai ditemukannya
informasi yang tuntas dan yang sebenamya berkenaan dengan fokus dan
aspek-aspek yang diteliti. Untuk maksud tersebut dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
(1) Melakukan wawancara dengan Ka. Subdit Penyusunan Sistem dan
Metode selaku penanggung jawab program pelatihan pendamping
KPSM. Fokus wawancara meliputi informasi yang lebih mendalam
mengenai latar belakang pertimbangan pengembangan kurikulum,
pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembangan kurikulum
pelatihan, serta kebijakan-kebijakan pimpinan dalam kaitannya dengan
pengembangan kurikulum yang dimaksud.
(2) Melakukan wawancara secara intensif dengan para personil tim
pengembang kurikulum pelatihan pendamping KPSM yang menjadi
responden penelitian. Fokus wawancara meliputi pendekatan dan
prosedur yang ditempuh dalam pengembangan kurikulum pelatihan
93
serta bagaimana deskripsi dan struktur kurikulum
pelatihan
pendamping KPSM tersebut.
(3) Melakukan
observasi
guna
memperoleh
gambaran
proses
pengembangan kurikulum pelatihan KPSM, seperti mengikuti rapat
dan atau pertemuan antartim pengembang.
(4) Melakukan studi dokumentasi terhadap persiapan-persiapan material,
rancangan dan hasil rumusan kurikulum KPSM yang telah
dikembangkan.
Pada tahap eksplorasi ini penelitian mulai berkembang sesuai
dengan tuntutan kebutuhan informasi yang diperiukan. Pada tahap ini juga
dilakukan triangulasi, pencatatan lapangan secara lebih terinci sesuai
dengan fokus masalah.
Kegiatan eksplorasi ini dilakukan dalam tenggang waktu dimana
tim pengembang kurikulum melakukan tugasnya, sehingga memungkinkan
peneliti berada di lingkungan tempat kerja tim pengembang untuk
melakukan pengumpulan data.
c. Tahap Member Check
Tahap member check merupakan langkah pengecekan ulang atas
data atau informasi yang diperoleh dari responden. Kegiatan ini dilakukan
guna menguji konsistensi informasi yang telah diberikan responden dengan
informasi yang telah dituangkan dalam bentuk laporan narasi, guna
memperoleh tingkat kredibilitas hasil penelitian. Tingkat kredibilita^M)^-/.^\ N%\
diperiukan sebagai upaya pembenaran hasil penelitian terutama pemb