PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI

  

PEDOMAN

PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN

PEMBELAJARAN BERBASIS

KOMPETENSI

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2011

  

SAMBUTAN REKTOR

Kami mengucapkan puji dan syukur pada Tuhan YME, karena LP3 Undana telah berhasil

merampungkan sebuah naskah akademik, yaitu Pedoman Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran

Berbasis Kompetensi di Lingkungan Universitas Nusa Cendana. Naskah ini merupakan standar

prosedur operasional bagi semua fakultas/program studi di lingkungan Undana di dalam

mengembangkan kurikulum dan pembelajarannya.

  Pada berbagai kesempatan, kami selalu menyampaikan bahwa Undana telah menegaskan

visinya, yaitu menjadi Universitas Berwawasan Global, yang dimaknai sebagai organisasi dengan

pandangan, pengharapan dan sikap global sambil berdiri kokoh di atas tanah yang memiliki kekayaan

alam di Nusa Tenggara Timur. Selanjutnya cita-cita Undana adalah: (a) menghasilkan lulusan yang

lebih berkualitas, mampu bersaing dalam dunia kerja baik lokal, nasional dan global, terutama mampu

menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri dan orang lain dengan memanfaatkan sumberdaya

yang tersedia secara lokal; (b) mampu menciptakan produk-produk intelektual yang bernilai ekonomi

tinggi untuk meningkatkan dayasaing bangsa dengan optimalisasi sumberdaya alam dan aset sosial

budaya yang tersedia di NTT dan sekitarnya; dan (c) mampu menjadi kekuatan moral bangsa dengan

cara memelihara karakter kebangsaan Indonesia dalam diri sivitas akademika dan alumni Undana

karena posisi yang sangat strategis secara geografis maupun geopolitik di Kawasan Timur Indonesia

Bagian Selatan.

  Kenyataan di masa lampau, kita telah berbuat “salah” dalam pembelajaran kepada mahasiswa,

antara lain dengan memanfaatkan dan mendominasi kesempatan belajar mahasiswa melalui cara

mendikte maupun berbicara untuk diri sendiri. Pembelajaran demikian menghasilkan jumlah lulusan

besar, yang: (a) kurang percaya diri dalam pemecahan masalah, (b) kurang terampil dalam

berkomunikasi, kurang mampu berinteraksi dalam situasi berkelompok, kurang proaktif, kekurangan

orang-orang berjiwa pemimpin, hampir tidak ada ketrampilan berwiraswasta, dan umumnya tidak

mampu memberi keputusan dalam situasi kritis.

  Kondisi pembelajaran di atas, menuntut dilakukannya perubahan dalam hal cara mengajar,

yakni lebih fokus kepada belajar mandiri mahasiswa. Untuk merealisasi belajar mandiri mahasiswa

maka syarat yang diperlukan adalah: (a) dosen haruslah berperan sebagai supervisor/fasilitator belajar

dengan berbekal pengetahuan terkini; (b) materi pembelajaran yang baik dan relevan serta mutakhir; (c)

lingkungan pembelajaran (secara fisik maupun psikologis) yang baik dan (d) sumber belajar yang baik.

  

prioritas kebutuhan, yang meliputi standar kualitas dan relevansi pendidikan, mendorong kontribusi

aktif dan konstruktif staf akademik, serta promosi “partnership” dalam hal penjaminan mutu.

  Penerbitan naskah Pedoman Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis Kompetensi

di Lingkungan Universitas Nusa Cendana merupakan salah satu wujud komitmen Undana untuk

meningkatkan standar kualitas dan relevansi pendidikan. Diharapkan pengelola fakultas/Program Studi

akan memanfaatkan dokumen ini sebagai referensi baku dalam menyusun program pengembangan

serta program perbaikan secara internal, baik dalam sistem perkuliahan dan pembelajaran dalam

lingkupnya.

  Kami menyambut baik diterbitkannya naskah pengembangan kurikulum dan pembelajaran

berbasis KBK oleh LP3 Undana. Kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-

besarnya kepada semua Pihak, terutama Tim Pakar, Tim Penyusun dan staf administrasi LP3 Undana

yang terlibat di dalamnya. Kiranya dokumen ini akan menjadi acuan untuk memperkaya proses

pematangan dan juga sebagai penuntun bagi sivitas akademika Undana dalam pelaksanaan tugas

masing-masing.

  Kupang, 20 Juni 2011

  

KATA PENGANTAR

Naskah akademik Pedoman Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Universitas Nusa Cendana telah rampung disusun dan memperoleh pengesahan Senat Universitas Nusa

Cendana pada Tanggal 29 Desember 2010 yang didanai oleh Nuffic Undana tahun anggaran 2010/2011.

Setelah mendapatkan masukan dari anggota senat Undana dan para pakar, baik internal maupun

eksternal, naskah ini direvisi dengan dana DIPA Undana tahun anggaran 2011/2012. Hal ini dilakukan

bagi implementasi dokumen ini, dan ditetapkan dengan keputusan rektor.

  Pedoman pengembangan kurikulum berbasis kompetensi ini mengacu kepada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 232/U/2000, 045/U/2002 dan Standar Isi Pendidikan Tinggi yang dikeluarkan oleh BSNP tahun 2010 tentang kompetensi utama, kompetensi khusus dan kompetensi umum. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kompetensi lulusan sesuai tuntutan pasar dan keinginan stakeholder.

  Harapan kami, adanya Pedoman Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis Kompetensi ini dapat dimanfaatkan secara optimal, terutama oleh pengelola fakultas/program studi dalam menyusun kurikulum serta program perbaikan secara internal, baik dalam sistem perkuliahan dan pembelajaran dalam lingkupnya.

  Kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada tim pakar, tim

penyusun dan staf administrasi LP3 Undana yang terlibat di dalamnya atas kesempatan dan waktu yang

tercurah.

  Dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki, kami senantiasa mengharapkan adanya

masukan dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak, sebagai upaya proses pembelajaran dan

perbaikan ke depan.

  

1 Sambutan Rektor ……………………………………………………………….. ii

  

2 Kata Pengantar …………………………………………………………………... iii

  

3 Daftar isi ………………………………………………...…………..................... iv

  

4 Daftar Gambar ………………………………………………………………… vi

  

5 Daftar Tabel …………………………………………………………………… vii

  6 BAB I PENDAHULUAN .………………………………………………………

  1 A. Latar Belakang …………………………………….…………………………

  1 B. Dasar Hukum …………………………………..…………………………….

  5 C. Tujuan …………………………………………………………………..….

  5

  6 D. Ruang Lingkup ……………………………………………………………….

  8 E. Penyusun ………………………………………………………………….….

  7 BAB II . PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI …………………………………………………….

  10 A. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi ………………………..…

  10 B. Memahami Lebih Dalam Kepmendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045/U/2002

  12 …………………………………………………………………...

  15 D. Integrasi Soft Skills dalam Pembelajaran …………………………………….

  26 E. Pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi ………………………

  34

  7 BAB III PENUTUP …………………………………..………………………….

  67

  8 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………

  68 10 Lampiran1.Langkah-Langkah Penyusunan Kurikukum Berbasis Kompetensi ....

  69 Lampiran 2. Sistimatika Dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi Lingkup UNDANA ………………………………………………………………………..

  76 DAFTAR GAMBAR

  1. Skema Proses Penyusunan Kurikulum ……………..……………………………

  11 2. Struktur Kurikulum ……………………………………………………………...

  24 3. Contoh Struktur Kurikulum Kombinasi Serial-Paralel ………………………….

  25

  4. Hard Skill dan Soft Skill …………………………………………………………

  26

  5. Hard Skill vs Soft Skill ………………...…………………………………………

  28 6. Sumbu Kordinat 3 ranah Bloom .………………………………………………...

  30

  7. Ilustrasi TCL versus SCL …………………………………….…………………

  36 8. Skema student centered …………………………………..……………………...

  37 9. Skema Sistem Pemelajaran KBK ………………………………………………..

  49

  10. Sistem Pembelajaran 2 ….………………………………………………………

  50

  11. Rancangan Pembelajaran SCL …………………………………………………

  50 12. Unsur-unsur yang perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran .…………………….

  59

  13. Memilih Metode Dalam Pembelajaran …………………..……………………

  60 DAFTAR TABEL 1. Kepmendiknas 232/U/2000 dan Konsep UNESCO ……………………………..

  13 2. Kelompok Kompetensi Tahun 2002 dan 2010 …………………………………..

  27 9. Dua Puluh Kualitas Penting dalam Dunia Kerja ………………………………...

  14. Ringkasan model pembelajaran Diccovery Learning dan kompetensi yang diperoleh mahasiswa …………………………………………………………….

  42

  13. Ringkasan model pembelajaran Simulasi/Demonstrasi dan kompetensi yang diperoleh mahasiswa …….……………………………………………………….

  41

  12. Ringkasan model pembelajaran Small Group Discussion dan kompetensi yang diperoleh mahasiswa …………………………………………………………….

  36

  33 11. Rangkuman Perbedaan TCL dan SCL ...................................................................

  29 10. Kisi-kisi Pengembangan Instrumen Soft Skills Aspek: Kerjasama ……………...

  22 8. Atribut Soft Skills yang Dominan ………………………………………………..

  14

  7. Matriks Penggambaran Matakuliah Dalam Hubungannya dengan Bahan Kajian dan Kompetensi ………………………………………………………………………..

  21

  6. Kaitan Rumusan Kompetensi dengan Bahan Kajian Program Studi: Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Mata Kuliah : Pembelajaran Bahasa Indonesia Lintas Kurikulum ..

  18

  5. Kaitan Kompetensi dengan Elemen Kompetensinya Program Studi: Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Mata Kuliah : Pembelajaran Bahasa Indonesia Lintas Kurikulum..

  16

  4. Profil & Rumusan Kompetensi Program Studi: Pendidikan Guru Sekolah Dasar

  15

  3. Profil Lulusan Program Studi ……………………………………………………

  42

  15. Ringkasan model pembelajaran Self-Directed Learning dan kompetensi yang diperoleh mahasiswa ……………………………………………………………..

  43

  16. Ringkasan model pembelajaran Cooperative Learning dan kompetensi yang diperoleh mahasiswa ……………………………………………………………..

  44

  17. Ringkasan model pembelajaran Collaborative Learning dan kompetensi yang diperoleh mahasiswa ……………………………………………………………..

  45 18. Ringkasan model pembelajaran Contextual Instruktion dan kompetensi yang diperoleh mahasiswa ……………………………………………………………..

  46

  19. Ringkasan Model Pembelajaran Project-Based Learning dan kompetensi yang diperoleh mahasiswa …………………………………………………………….

  47

  20. Ringkasan Model Pembelajaran Project-Based Learning dan kompetensi yang diperoleh mahasiswa …………………………………………………………….

  48 21. Format Rancangan Pembelajaran ………………………………………………..

  51 22. Matriks Pembelajaran ............................................................................................

  54 23. Skema Jenjang Kompetensi ……………………………………………………...

  57 24. Bentuk Umum Rubrik Deskriptif ..........................................................................

  63 25. Contoh Rubrik Deskriptif untuk menilai Presentasi Lisan ....................................

  63 26. Bentuk Umum Rubrik Holistik ………………………………………………….

  64

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi, dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan untuk menghasilkan

  sumberdaya manusia yang diharapkan mampu berperan secara global. Pengaruh globalisasi dicirikan oleh adanya aliran manusia, informasi, teknologi baru, modal dan gagasan serta citra. Keadaan ini mempengaruhi perubahan nilai kehidupan masyarakat, perubahan persyaratan dunia kerja sehingga diperlukan lulusan pendidikan yang memiliki kompetensi sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan seni, dunia kerja, profesi dan pengembangan kepribadian dengan ciri khas kebudayaannya masing-masing. Perubahan-perubahan yang disebutkan di atas membutuhkan penyesuaian penyelenggaraan pendidikan baik dasar, menengah maupun perguruan tinggi secara terus menerus.

  Perubahan-perubahan yang dikemukakan di atas juga bermakna adanya dinamika, khususnya dinamika pendidikan. Oleh karena itu, Perguruan Tinggi di Indonesia dalam mengemban tugasnya dituntut untuk mengantisipasi berbagai dinamika pembangunan pendidikan dan juga dituntut menampilkan kemampuan untuk menyesuaikan berbagai program dan aktivitas akademiknya sejalan dengan paradigma baru pendidikan. Universitas Nusa Cendana sebagai salah satu penyelenggara Perguruan Tinggi di Indonesia, dituntut untuk melaksanakan hal tersebut di atas. Hal ini dimaksudkan untuk menyambut pendidikan berwawasan masa depan, dalam arti pendidikan yang dapat menjawab tantangan masa depan, yaitu suatu proses guna melahirkan individu-individu yang berbekal pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk hidup dan berkiprah dalam era global.

  Komisi Internasional bagi Pendidikan Abad ke 21 yang dibentuk oleh UNESCO melaporkan bahwa di era global ini, pendidikan dilaksanakan dengan bersandar pada empat pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together (Delors, 1996). Dalam learning to know mahasiswa belajar pengetahuan yang penting sesuai dengan jenjang pendidikan yang diikuti. Dalam learning to do mahasiswa mengembangkan keterampilan dengan memadukan pengetahuan yang dikuasai dengan latihan (law of practice), sehingga terbentuk suatu keterampilan yang memungkinkan mahasiswa memecahkan masalah dan tantangan kehidupan. Dalam learning to be, mahasiswa belajar menjadi individu yang utuh, memahami arti hidup dan tahu apa yang terbaik dan sebaiknya dilakukan, agar dapat hidup dengan baik. Dalam learning to live together, mahasiswa dapat memahami arti hidup dengan orang lain, dengan jalan saling menghormati, saling menghargai, serta memahami tentang adanya saling ketergantungan (interdependency). Dengan demikian, melalui keempat pilar pendidikan ini mahasiswa diharapkan tumbuh menjadi individu yang utuh, yang menyadari segala hak dan kewajiban, serta menguasai ilmu dan teknologi untuk bekal hidupnya.

  Dengan adanya keempat pilar ini, penyelenggaraan pendidikan tinggi sudah mengarah untuk menciptakan prinsip pembelajaran yang mengutamakan link and match yang pada akhirnya memberi peluang besar kepada lulusan untuk mendapat lapangan kerja. Artinya dengan adanya pilar learning to do dan learning to be yang juga tetap erat dengan kedua pilar yang lain, lulusan diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja yang setidak-tidaknya untuk kepentingan diri sendiri dengan keterampilan yang dimiliki tanpa melupakan aspek kognisi. Hal semacam ini sesungguhnya ikut serta mengurangi problema pemerintah, yakni ikut mengurangi angka ketergantungan pada pemerintah. Berkurangnya angka ketergantungan pada pemerintah sudah barang tentu meringankan pemerintah dalam hal penganggaran, dimana alokasi anggaran untuk mengelola pengangguran bisa diarahkan pada masalah lain, misalnya pendidikan, dan kesehatan.

  Uraian di atas menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia dalam era reformasi dewasa ini perlu dikembangkan. Pengembangan pendidikan di Indonesia di era reformasi, menurut Fasli Jalal dan Supriadi (2001), dilandaskan pada tiga acuan yang pada prinsipnya bertujuan untuk menjawab tantangan global. Ketiga acuan yang dimaksud adalah acuan filosofis, acuan nilai kultural, dan acuan lingkungan strategis.

  Acuan filosofis , didasarkan pada abstraksi acuan hukum dan kajian empiris tentang kondisi sekarang serta idealisasi masa depan. Secara filosofis pendidikan perlu memiliki karakteristik seperti : (a) mampu mengembangkan kreativitas, kebudayaan, dan peradaban; (b) mendukung diseminasi dan nilai keunggulan, (c) mengembangkan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan dan keagamaan; dan (d) mengembangkan secara berkelanjutan kinerja kreatif dan produktif yang koheren dengan nilai-nilai moral. Kesemuanya ini tidak terlepas dari cita-cita pembentukan masyarakat Indonesia Baru, yakni masyarakat madani.

  Acuan nilai kultural sebagai acuan yang harus dimiliki pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari penataan aspek legal. Tata nilai itu sendiri bersifat kompleks dan berjenjang mulai dari jenjang nilai ideal, nilai instrumental, sampai pada nilai operasional. Pada tingkat ideal, acuan pendidikan adalah pemberdayaan untuk kemandirian dan keunggulan, sedangkan pada tingkat instrumental, acuan ini berkiprah pada pengembangan otonomi, kecakapan, kesadaran berdemokrasi, kreativitas, daya saing, estetika, kearifan, moral, harkat, martabat dan kebanggaan, yang kesemuanya merupakan nilai-nilai penting yang kesemuanya dikembangkan melalui pendidikan. Pada tingkat operasional, pendidikan harus menanamkan pentingnya kerja keras, sportivitas, kesiapan bersaing, dan sekaligus bekerjasama dan disiplin nilai-nilai yang penting melalui pendidikan adalah diri.

  Acuan lingkungan strategis mencakup lingkungan nasional dan lingkungan global. Lingkungan nasional ditandai oleh dua hal yang substansial yaitu: masih berlanjutnya krisis dimensional yang menerpa bangsa ini, dan tuntutan reformasi secara total yang belum berjalan secara baik dan optimal. Lingkungan nasional yang ditandai oleh dua hal substantial di atas meliputi perubahan demografis dan pengaruh ekonomi yang tidak merata, sehingga penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan meningkat, pengaruh sumber kekayaan alam yang pemanfaatannya membutuhkan pengelolaan yang baik, pengaruh nilai sosial budaya di era global ini, dimana munculnya nilai-nilai baru di masyarakat seperti kerja keras, keunggulan, dan ketepatan waktu, pengaruh politik yang sejak era reformasi terasa sangat labil, serta pengaruh ideologi dimana pendidikan ideologi perlu terkait dengan yang universal. Lingkungan nasional yang saat ini masih dalam situasi reformasi, bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

  Secara nasional, acuan strategis ini mengandung arti keharusan, yakni bahwa pendidikan di Indonesia harus dapat menjawab tantangan reformasi dan membawa negeri ini keluar dari berbagai krisis. Lingkungan global ditandai antara lain dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi sehingga kita tidak bisa menjadi warga lokal dan nasional saja, tetapi juga warga dunia. Oleh karena itu, lingkungan strategis sangat berpengaruh terhadap pendidikan di Indonesia yakni bagaimana pendidikan masa depan tersebut hendaknya dirancang untuk menjawab pesatnya perkembangan teknologi yang mendunia.

  Sebagai implikasi dari globalisasi dan reformasi tersebut, terjadi perubahan pada paradigma pendidikan yang menyangkut empat hal. Pertama, paradigma proses pendidikan yang berorientasi pada pengajaran dimana Dosen lebih menjadi pusat informasi, bergeser pada proses pendidikan yang berorientasi pada pembelajaran dimana mahasiswa menjadi sumber (student center). Penggeseran ini memberi peluang bagi banyaknya sumber belajar alternatif untuk melengkapi dan memperkaya fungsi dan peran Dosen, sehingga peran Dosen berubah menjadi fasilitator. Kedua, paradigma proses pendidikan tradisional yang berorientasi pada pendekatan klasikal dan format di dalam kelas, bergeser ke model pembelajaran yang lebih fleksibel, seperti pendidikan dengan sistem jarak jauh. Ketiga, mutu pendidikan menjadi prioritas (berarti kualitas menjadi internasional). Keempat, semakin populernya pendidikan seumur hidup dan makin mencairnya batas antara pendidikan formal dan nonformal.

  Saat ini telah terjadi perubahan kurikulum di dunia Perguruan Tinggi di Indonesia, dari yang semula menitik beratkan pada pemecahan masalah internal Perguruan Tinggi dengan target penguasaan pada ilmu pengetahuan dan teknologi (SK Mendiknas No. 056/U/1994), ke kurikulum sekarang yang lebih menekankan pada proses pendidikan yang mengacu pada konteks kebudayaan dan pengembangan manusia secara komprehensif, global/universal, dengan targetnya adalah menghasilkan lulusan yang berkebudayaan dan yang mampu berperan di dunia internasional. Rambu-rambu kurikulum baru kemudian ditetapkan dan dituangkan dalam SK Mendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik yang kemudian dilengkapi dalam SK Mendiknas No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi menggantikan SK Mendiknas No. 056/U/1994, yang semula disebut sebagai Kurikulum Berbasis Isi (KBI), kemudian beralih ke Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dengan diberlakukannya SK Mendiknas No. 232/U/2000 dan SK Mendiknas No.045/U/2002, maka masing-masing Perguruan Tinggi wajib menetapkan standar mutu kurikulum dan manajemen kurikulumnya sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing yang dimilikinya dan menjamin bahwa proses pembelajaran dan lulusannya sesuai dengan yang ditetapkan.

  Dalam KBK terjadi perubahan dalam proses pembelajaran yang menyangkut juga perubahan dalam peran Dosen, perencanaan kurikulum, pelaksanaan proses pembelajaran, pengembangan proses pembelajaran, dan evaluasi program pembelajaran. Dengan diberlakukannya SK Mendiknas No. 232/U/2000 dan SK Mendiknas No.045/U/2002 maka masing-masing Perguruan Tinggi wajib menetapkan standar mutu kurikulum dan manajemen kurikulumnya sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing yang dimilikinya dan menjamin proses pembelajaran dan lulusannya sesuai dengan yang ditetapkan.

  Sampai saat ini belum semua program studi di Undana menerapkan konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi sebagaimana tertera dalam SK Mendiknas No. 232/U/2000 dan SK Mendiknas No. 045/U/ 2002 yang kemudian dilengkapai dengan Keputusan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2010. Dalam rangka mengakomodasi perubahan ekternal, maka Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Pembelajaran (LP3) Undana bekerjasama dengan Proyek NUFFIC Undana menyusun Pedoman Pengembangan Kurikulum dan Pengembangan Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Pedoman ini dimaksudkan untuk membantu fakultas/program studi dalam rangka penerapan KBK yang telah disepakati bersama.

  B. Dasar Hukum

  a) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.

  b) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.

  c) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional

  d) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

  e) Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen cq Psl 4 tentang peran guru, sebagai learning agent.

  f) Kepmendiknas No. 2 Tahun 2009 tentang Statuta UNDANA

  g) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

  C. Tujuan Pedoman pengembangan kurikulum dan pembelajaran berbasis kompetensi ini berfungsi sebagai rambu-rambu bagi sivitas akademika Undana dalam rangka mengimplementasi dan menyempurnakan kurikulum; selanjutnya, sasaran dari Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah para pengelola/penanggung jawab penyelenggara kegiatan akademik di lingkungan Undana, baik tingkat universitas, fakultas, program studi maupun Dosen. Secara spesifik, tujuan pedoman pengembangan kurikulum dan pengembangan pembelajaran ini adalah untuk membantu:

  a) Setiap fakultas/program studi mempunyai patokan yang terukur dan jelas serta dapat didiskusikan oleh peer groups (task force or classcourses) dalam merancang dan mengembangkan baik KBK maupun kegiatan pembelajaran.

  b) Setiap fakultas/program studi dapat menonjolkan keunggulannya disertai tanggung jawab khususnya pada stakeholders c) Pengelola akademik (Dekan, Pembantu Dekan bidang Akademik, Kaprodik, Peer groups

  (task force or class courses) dan Dosen dalam merencanakan, menyelenggarakan dan menyempurnakan kegiatan pembelajaran.

  d) Membantu pelaksana penjaminan mutu kurikulum dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan evaluasi internal kurikulum dan implementasinya.

  D.

Ruang Lingkup

  Surat Keputusan Mendiknas No.232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik, menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan baik mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar di Perguruan Tinggi. Jadi kurikulum memuat materi-materi pembelajaran yang harus diketahui oleh mahasiswa serta bagaimana mahasiswa mencapai tujuan pendidikan dan kompetensi lulusan. Kurikulum sebagai seperangkat rencana yang memuat materi pembelajaran dikemas dalam bentuk yang mudah dikomunikasikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) di dalam institusi pendidikan, akuntabel dan mudah diaplikasikan dalam praktek serta harus responsif terhadap perubahan kebutuhan stakeholders akan lulusan program studi tersebut.

  Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah kurikulum yang disusun berdasarkan elemen- elemen kompetensi yang dapat mengantar mahasiswa untuk mencapai kompetensi utama, kompetensi khusus dan kompetensi umum versi Keputusan Badan Standar Nasional Pendidikan (dalam Kepmendiknas 032/U/2002, tidak disebutkan kompetensi umum). Kompetensi dimaksudkan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu

  Dalam KBK mata kuliah terdistribusi menurut bahan kajian dalam upaya pencapaian kompetensi lulusan, baik kompetensi utama yang menurut versi Keputusan BSNP tahun 2010 adalah penciri program studi yang dulu menurut versi Kepmendiknas 032/U/2002 disebut kurikulum inti maupun pencapaian kompetensi kompetensi khusus dalam versi Keputusan BSNP tahun 2010 adal;ah penciri universitas yang versi Kepmendiknas 032/U/2002 disebut kompetensi pendukung dan lainnya sebagai kurikulum institusional dan kompetensi umum yaitu penciri nasional yang diakomodir dalam mata kuliah (1) Pendidikan Agama, (2) Pendidikan Kewarganegaraan, (3) Bahasa Indonesia, (4) Bahasa Inggris/bahasa asing, dan (5) Matematika/Statistika/Logika. Kompetensi utama sebagai pendiri program studi ditetapkan oleh kalangan perguruan tinggi, masyarakat profesi dan pengguna lulusan. Kompetensi khusus sebagai penciri universitas ditetapkan oleh universitas sedangkan kompetensi umum sebagai penciri nasional ditetapkan oleh negara.

  Fakultas adalah penyelenggara kegiatan akademik Undana dalam dan/atau disiplin ilmu tertentu. Fakultas dapat terdiri dari satu program studi atau beberapa program studi, yaitu kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan akademik dan/atau profesi yang diselenggarakan atas dasar suatu kurikulum serta ditujukan agar para peserta didik mampu menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan sasaran kurikulum. Kurikulum mencakupi enam hal sebagai ruang lingkup cakupan, yakni: (a) kompetensi lulusan, (b) materi/isi pembelajaran, (c) sumber belajar, (d) strategi dan metoda pembelajaran, (e) beban dan masa studi, serta (f) sistem evaluasi hasil belajar mahasiswa.

  Departemen/Program Studi merupakan penanggung jawab utama dalam mendesain, mengembangkan, merevisi dan melaksanakan kurikulum; sedangkan Senat Fakultas merupakan penanggung jawab utama dalam memantau efektivitas penyelenggaraan kurikulum di tingkat fakultas. Senat Universitas merupakan penanggung jawab utama dalam memantau efektivitas penyelenggaraan kurikulum di tingkat universitas.

  E.

Penyusun

  1. Tim Penyusun Pembina : Rektor Undana Pengarah : Pembantu Rektor Bidang Akademik Penanggung Jawab Kegiatan : Ketua LP3 Undana Ketua Pelaksana : Dr. Thontjie Makmara, M.Pd Sekretaris : Dr. Paulus Taek, MS Anggota : Ir. Herianus J.D. Lalel, M.Si, Ph.D

  Ir. Edi Djoko Sulistijo, MP Dr. Agustinus Semiun, M.A Dr. F. Sumantri, M.Si

  Dra. Maria A. Kleden, M.Sc

  I Wayan Sukarjita,S.Pd, M.Si

  2. Tim Pakar Undana : Prof. Ir. F. Umbu Datta, M.App.Sc., Ph.D Prof. Dr. Ir. I Gusti Bagus Arjana, MS

  Prof. Dr. A.M. Mandaru, M.Pd Prof. Drs. Elias Kopong, M.Ed, Ph.D Prof. Dr. Erna Hartati, MS Prof. Dr. J. F. Bale Therik, MS Prof. Dr. Mientje Ratoe Oedjoe, M.Pd Dr. David B. W. Pandie, MS Drs. Josua Bire, MA., M.Ed., Ph.D.

  Dr. Intje Picauly, M.Si Dr. Ir. Robby Pellokila, MP Dr. Heru Sutejo, M.Agr. Sc. Ph.D

  3. Tim Pakar P3 UGM : Prof. dr. Harsono, Sp.S (K) : dr. Ova Emilia, M.M.Ed. Ed, SpOG, Ph.D

BAB II PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI A. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi pada dasarnya bertujuan untuk

  menciptakan lulusan yang berkompeten, yang memiliki life skill, yang mandiri secara individual untuk menciptakan lapangan kerja sebagai upaya dan kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan yang dihadapinya. Selain itu lulusan yang berkompeten juga mampu memperlihatkan kinerja yang inovatif, yang membuatnya mampu mengatasi tantangan hidup yang dihadapinya.

  Langkah awal yang harus dilakukan dalam menyusun kurikulum adalah melakukan analisis SWOT dan Tracer Study serta Labor Market Signals. Baik kurikulum berbasis isi maupun Kurikulum Berbasis Kompetensi, harus diawali dengan analisis SWOT terkait dengan visi keilmuan program studi dan kajian terhadap kebutuhan pasar kerja. Kendati demikian, proses penyusunan kedua jenis kurikulum itu berbeda sebagaimana terlihat pada Gambar 1 yang disajikan pada bagian berikut ini.

  Dalam penyusunan kurikulum yang sering dilakukan (lihat alur warna abu-abu pada Gambar 1), setelah didapat hasil dari analisis seperti hal-hal tersebut di atas, kemudian ditentukan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang dijabarkan dalam mata kuliah, yang kemudian dilengkapi dengan bahan ajarnya (silabus) untuk setiap mata kuliah. Sejumlah mata kuliah ini disebarkan ke dalam semester-semester. Sebaran mata kuliah ke dalam semester, biasanya didasarkan pada struktur atau logika urutan sebuah IPTEKS, dengan tingkat kerumitan dan kesulitan ilmu yang dipelajari. Kurikulum semacam ini mempertimbangkan apakah lulusannya nanti relevan dengan kebutuhan pemangku kepentingan (stakeholders) bahkan kebutuhan masyarakat pengguna atau tidak.

  

% * % ) * * * +

$ " %

  " & " ' ! # ! % (1) % & (2) (3) (4)

  !

  (5) (

  (7) (6) " # %

  ! (8)

  Yang biasa dilakukan

KBK yang diusulkan , -

  Berbeda dengan itu, penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi (lihat alur warna ungu pada Gambar 1), dimulai dengan langkah-langkah: (1) Penyusunan profil lulusan, yaitu peran dan fungsi yang diharapkan dapat dijalankan oleh lulusan nantinya di masyarakat; (2) Penetapan kompetensi lulusan berdasarkan profil lulusan yang telah diancangkan; (3) Penentuan Bahan Kajian yang terkait dengan bidang IPTEKS program studi; (4) Penetapan kedalaman dan keluasan kajian (SKS) yang dilakukan dengan menganalisis hubungan antara kompetensi dan bahan kajian yang diperlukan; (5) Merangkai berbagai bahan kajian tersebut kedalam mata kuliah; (6) Menyusun struktur kurikulum dengan cara mendistribusikan mata kuliah tersebut dalam semester; (7) Mengembangkan Rancangan Pembelajaran; (8) Memilih metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai kompetensinya. B. Memahami Lebih Dalam Kepmendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045/U/2002

  Dalam Kepmendiknas No. 232/U/2000 memang terdapat hal–hal yang belum

seluruhnya jelas dan karena tidak ada petunjuk teknis yang menyertainya, menjadikan

perguruan tinggi sulit untuk melaksanakannya. Hal ini terungkap dalam kajian yang dilakukan

oleh Tim Kelompok Kerja Inventarisasi dan Evaluasi Implementasi Kurikulum DIKTI di

Perguruan Tinggi tahun 2003 yang mensurvai perguruan tinggi yang telah merekonstruksi dan

mengimplementasikan kurikulumnya sesuai dengan isi Kepmen tersebut.

  Berdasarkan studi yang telah dilaksanakan tersebut diperoleh data bahwa pemahaman

terhadap isi Kepmen tersebut masih berbeda-beda dan kesiapan untuk melakukan perubahan

kurikulum di perguruan tinggi juga berbeda. Berdasarkan kajian tersebut dikeluarkanlah

Kepmendiknas no 045/U/2002 yang dimaksudkan untuk memperjelas dan melengkapi

Kepmendiknas 232/U/200 agar bisa dilaksanakan dengan tepat. Untuk memahami konsep

kurikulum berbasis kompetensi ini harus dipahami kedua Kepmen tersebut secara utuh. Kedua

Kepmen tersebut sebetulnya saling melengkapi, namun pada satu bagian Kepmen tersebut

mengandung makna yang berbeda, yaitu bahwa dalam Kepmendiknas No. 232/U/2000

disebutkan bahwa kurikulum terdiri atas Kurikulum Inti dan kurikulum Institusional yang

terdiri atas kelompok-kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Mata

Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MKK), Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB), Mata

Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), serta Mata Kuliah Berkehidupan Bersama (MBB). Konsep

ini adalah runtutan pemikiran yang berusaha mensepadankan antara konsep UNESCO dengan

persyaratan kerja hasil survai yang dijadikan referensi oleh DIKTI, kedalam pola lama yaitu

adanya pengelompokan mata kuliah seperti tergambar pada tabel 1 berikut ini.

  • -/ % (* 0102 2033 ( %

  4 4 * * * % ) % 5 (

    • !
    • ! " !

  $

  • !
  • # !

  % Namun, pada SK Mendiknas No. 045/U/2002, pengelompokkan mata kuliah tersebut

diluruskan maknanya agar penyusunan kurikulum tidak terfokus pada usaha pengelompokan mata

kuliah tetapi lebih kearah pencapaian kompetensi yang mengandung elemen-elemen kompetensi

sebagai berikut: (a) landasan kepribadian; (b) penguasaan ilmu dan keterampilan; (c) kemampuan

berkarya; (d) sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan

keterampilan yang dikuasai; (e) pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan

pilihan keahlian dalam berkarya. Dengan demikian pengelompokan mata kuliah menjadi tidak

berperan lagi karena tidak terkait langsung dengan pencapaian kompetensi lulusan. Bisa terjadi satu

mata kuliah dibangun untuk mencapai satu atau lebih kompetensi (learning to do, learning to know,

learning tobe, learning to live together) , dan sebaliknya satu kompetensi dapat dicapai lewat lebih

dari satu mata kuliah, sehingga pengelompokan mata kuliah menjadi sulit dilakukan atau dapat

dikatakan tidak bisa dilakukan, kecuali dipaksakan. Jadi pencapaian kompetensilah yang menjadi

tujuan/sasaran kurikulum, sedang pengelompokan mata kuliah bukan sasaran perubahan

kurikulum.

  Kurikulum inti menurut Kepmendiknas no.045/U/2002, merupakan penciri dari

kompetensi utama, bersifat dasar untuk mencapai kompetensi lulusan, merupakan acuan baku

minimal mutu penyelenggaraan program studi, dan ditetapkan oleh kalangan perguruan tinggi

  

(program studi sejenis) bersama masyarakat profesi dan pengguna lulusan. Jadi Kompetensi utama

ini merupakan penciri suatu lulusan program studi tertentu, dan ini bisa disepakati dengan

mengambil beban dari keseluruhan beban studi sebesar 40% – 80%. Sementara itu kurikulum

institusional didalamnya terumuskan kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya, yang

bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama suatu program studi dan ditetapkan oleh

institusi penyelenggara program studi. Kompetensi pendukung dapat bergerak antara 20% - 40%

dari keseluruhan beban studi. Sementara itu kompetensi lainnya equivalen dengan beban studi

sebesar 0%-30% dari keseluruhan.

  Untuk mewujudkan kompetensi terstandar, Keputusan Badan standar Nasional

Pendidikan (BSNP) Tahun 2010 menetapkan tentang kompetensi utama, kompetensi khusus dan

kompetensi umum sebagai penyempurnaan Kepmendiknas No. 232/U/2000 sebagaimana terlihat

pada tabel 2.