Analisis Penerjemahan Dan Pemaknaan Istilah Teknis : Studi Kasus Pada Terjemahan Dokumen Kontrak

(1)

ANALISIS PENERJEMAHAN DAN PEMAKNAAN

ISTILAH TEKNIS: STUDI KASUS PADA

TERJEMAHAN DOKUMEN KONTRAK

TESIS

Oleh

ROSWANI SIREGAR

077009024/LNG

S

E K O L AH P

A S

C

A S A R JA NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

ANALISIS PENERJEMAHAN DAN PEMAKNAAN

ISTILAH TEKNIS: STUDI KASUS PADA

TERJEMAHAN DOKUMEN KONTRAK

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Linguistik

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROSWANI SIREGAR

077009024/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENERJEMAHAN DAN PEMAKNAAN ISTILAH TEKNIS: STUDI KASUS PADA TERJEMAHAN DOKUMEN KONTRAK

Nama Mahasiswa : Roswani Siregar

Nomor Pokok : 077009024

Program Studi : Linguistik

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Amrin Saragih, MA., Ph.D) Ketua

(Dr. Eddy Setia, M.Ed., TESP) Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. T. Silvana Sinar, MA., Ph.D) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 10 Maret 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Amrin Saragih, MA., Ph.D

Anggota : 1. Dr. Eddy Setia, M.Ed., TESP

2. Prof. T. Silvana Sinar, MA., Ph.D 3. Prof. Dr. Robert Sibarani, MS


(5)

PERNYATAAN

ANALISIS PENERJEMAHAN DAN PEMAKNAAN

ISTILAH TEKNIS: STUDI KASUS PADA

TERJEMAHAN DOKUMEN KONTRAK

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, atau kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2009


(6)

ABSTRAK

Tesis ini berjudul Analisis Penerjemahan dan Pemaknaan Istilah Teknis: Studi Kasus pada Terjemahan Dokumen Kontrak. Ada enam dokumen kontrak (sebagai produk terjemahan) sebagai sumber data dalam analisis ini. Dapat diidentifikasi bahwa istilah teknis yang digunakan dalam dokumen ini adalah istilah yang berkaitan dalam bidang ekonomi (akuntansi, manajemen, dan keuangan).

Dalam membaca sebuah teks sebagai produk terjemahan, dapat ditemukan berbagai masalah dalam memahami isi teks tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya adanya perbedaan budaya antara penulis dan pembaca teks tersebut, yang berakibat pada perbedaan pandangan pada konsep kata yang dimaksudkan oleh penulis.

Para penerjemah biasa memilih dua metode penerjemahan, yaitu terjemahan harafiah (literal) yang terdiri atas peminjaman, terjemahan harafiah, dan terjemahan wajib yang terdiri atas transposisi, modulasi, kesepadanan, dan penyesuaian). Oleh sebab itu, dalam menganalisis produk terjemahan penulis berfokus pada analisis metode yang disebutkan di atas. Untuk mendapatkan analisis yang rinci, juga dilakukan analisis medan makna untuk mendapatkan makna istilah atau kosa kata yang terdapat pada bahasa sumber (BS) dan bahasa target (BT).

Dari hasil analisis yang dilakukan dalam tesis ini memperlihatkan kompleksitas pemahaman tentang prosedur dan metode penerjemahan yang perlu untuk dipahami. Hal-hal yang berkaitan dengan cara identifikasi istilah, penerapan metode penerjemahan yang meliputi banyak hal, seperti misalnya proses peminjaman, calque, terjemahan harafiah, transposisi, modulasi, kesepadanan, penyesuaian, pergeseran struktur, unit, dan kelas, intrasistem dan juga sistem penyerapan istilah asing, sangat perlu untuk diperhatikan.

Kata Kunci: Peminjaman, Terjemahan Harafiah, Transposisi, Modulasi, Kesepadanan, dan Penyesuaian.


(7)

ABSTRACT

This thesis deals with An Analysis of Technical Terms Translation and Meanings: A case study of Contract document. There are six contract documents (translation products) as the source of data in this analysis. It can be identified that the terms used in the documents are mostly related to economical terms (accounting, management, and finance).

In reading a text as a product of translation, it can be found some problems to understand the content of the text. This is caused by some factors, for example, the different culture between writers and readers, which consequently can cause the different view of the word concept that is intended by the writers.

Translators may choose two methods of translating, namely direct or literal translation (borrowing, calque, literal translation), and obligue translation (transposition, modulation, equivalence, adaptation). So, in analyzing the products of translation, the writer focuses the analysis on these items of the method. In order to get detailed analysis, the analysis is also focused on the meaning field in order to find out the meanings of the terms of both SL and TL.

The results of analysis show that there are some complexities in understanding the translation procedures and methods that should be mastered. Those that are related to ways of terms identification, the application of translation method with its various problems, such as direct or literal translation (borrowing, calque, literal translation), and obligue translation (transposition, modulation, equivalence, adaptation), and translating the foreign terms, need to be observed.

Keywords: Borrowing, Calque, Literal Translation, Transposition, Modulation, Equivalence, Adaptation.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, rejeki, dan kesempatan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Salawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam ke jalan yang benar, jalan yang diridhoi Allah.

Tesis ini tidak akan pernah selesai tanpa adanya dukungan moral dan spiritual dari beberapa pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D selaku Pembimbing I yang telah membimbing, mengarahkan, mengkritisi, dan mengoreksi isi tulisan tesis ini dengan penuh kehati-hatian dan tak mengenal lelah sehingga terbentuknya tesis ini.

Dr. Drs. Eddy Setia, M.Ed TESP selaku Pembimbing II yang juga sibuk memberikan bantuan pinjaman buku-buku teori terjemahan yang berkualitas dan mutakhir. Beliau juga aktif dalam memberikan masukan, kritikan, dan koreksian yang menyeluruh sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Prof. Dr. T. Silvana Sinar, M.A selaku Ketua Program S2 Linguistik SPs. Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dorongan semangat, kritikan, dan juga sumbangan ilmu untuk kesempurnaan tesis ini.


(9)

Drs. Umar Mono, Dipl. Trans. H.Hum selaku Sekretaris Program yang juga banyak membantu dalam dua hal. Pertama, menyangkut administrasi sehingga segala permasalahan mengenai administrasi kuliah dan ujian dapat diselesaikan dengan baik. Kedua mengenai kontribusinya dalam hal kritikan dan sumbangan pemikiran untuk kesempurnaan tesis ini.

Seluruh dosen pengajar di Program S2 Linguistik yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna baik pengembangan ilmu pengetahuan secara keseluruhan maupun yang menyangkut terjemahan.

Seluruh teman seangkatan yang dengan antusias telah memberikan kritikan dan sumbangan pemikiran guna kesempurnaan tesis ini. Mereka juga banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.

Orang tua dan seluruh keluarga penulis yang senantiasa memberi doa, nasihat, bantuan dana, dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu.

Semoga Allah SWT membalas segala bantuan yang telah diberikan berlipat ganda. Amin ya robbal ‘alamin.

Penulis, Maret 2009


(10)

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Masalah Penelitian ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5

1.5 Ruang Lingkup... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 8

2.1 Pengertian Dokumen Kontrak dan Istilah... 8

2.1.1 Pengertian Dokumen Kontrak... 8

2.1.2 Pengertian Istilah... 9

2.2 Landasan Teori... 9

2.2.1 Terjemahan dan Permasalahannya... 9

2.2.2 Teori Relevansi... 15

2.2.3 Semantik dalam Penerjemahan... 17

2.2.4 Analisis Komponen Makna... 18

2.2.5 Metode Penerjemahan... 21

2.2.6 Pergeseran dalam Penerjemahan... 25

BAB III METODOLOGI... 29

3.1 Metode dan Teknik Penelitian... 29

3.2 Data dan Sumber Data... 29

3.3 Analisis Data... 30

3.4 Teknik Analisis Data... 31


(12)

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN... 33

4.1 Paparan Data... 33

4.1.1 Identifikasi Istilah Dokumen Kontrak Bahasa Inggris... 33

4.1.1.1 Istilah yang Terdiri atas Satu Kata dan Padanannya... 33

4.1.1.2 Istilah yang Terdiri atas Dua Kata atau Lebih (Frasa) dan Padanannya... . 35

4.1.2 Penerapan Metode Penerjemahan... 36

4.1.2.1 Metode Borrowing (Metode Peminjaman)... 37

4.1.2.2 Loan Translation (Calque)... 40

4.1.2.3 Terjemahan Harafiah (Literal Translation)... 41

4.1.2.4 Transposisi... 42

4.1.2.5 Modulasi... 43

4.1.2.6 Kesepadanan... 45

4.1.2.7 Penyesuaian... 46

4.1.3 Pergeseran dalam Penerjemahan... 47

4.1.3.1 Pergeseran Struktur... 48

4.1.3.2 Pergeseran Unit... 50

4.1.3.3 Pergeseran Kelas (Class Shifts)... 50

4.1.3.4 Pergeseran Intrasistem... 51

4.1.4 Penyerapan dan Penerjemahan Istilah Asing... 52

4.1.4.1 Penyerapan Istilah Asing... 52

4.1.4.2 Penerjemahan Istilah Asing... 54

4.1.4.3 Penyerapan dan Sekaligus Penerjemahan.. 55

4.1.5 Pemaknaan Istilah... 57

4.2 Pembahasan... 64

4.3 Rekomendasi Terjemahan... 66

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 68

5.1 Simpulan... 68

5.2 Saran... 69


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Istilah yang Berbentuk Satu Kata dan Padanannya... 34

2 Istilah yang Terdiri atas Dua atau Lebih Kata (Frasa) dan Padanannya... 35

3 Data Pure Loanwords (Pinjaman Murni)... 38

4 Data Mix Loanwords (Pinjaman Takmurni)... 39

5 Data Loanblend (Pinjaman Campuran)………. 39

6 Data Loan Translation (Calque)……… 40

7 Data Terjemahan Harafiah (Literal Translation)……….. 41

8 Data Transposisi……… 43

9 Data Kesepadanan………. 46

10 Data Penyesuaian……… 47

11 Data Pergeseran dalam Penerjemahan……… 48

12 Data Pergeseran Struktur……… 49

13 Data Pergeseran Unit (1)... 50

14 Data Pergeseran Unit (2)... 50

15 Data Pergeseran Kelas (1)... 51

16 Data Pergeseran Intrasistem... 51

17 Data Penyerapan Istilah Asing... 53


(14)

19 Komponen Makna ’Income Statement/Laporan Laba Rugi ... 58

20 Komponen Makna ’Contract/Kontrak’... 59

21 Komponen Makna ’Claim/Klaim’... 60

22 Komponen Makna ’Liability/Kewajiban’... 60

23 Komponen Makna ’Indemnify/Ganti Rugi’... 61

24 Komponen Makna ’Profit/Profit’ ... 61

25 Komponen Makna ’Losses/Kerugian’ ... 62

26 Komponen Makna ’Marketable Securities/Sekuritas yang Dapat Dipasarkan... 62

27 Komponen Makna ’Income/Penghasilan’... 63


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Contract Document CRP-5354. Subject: Local Task Force ……… 73 (a) Subject : Local Task Force Services ……… 73 (b) Local Task Force Services: Exhibit B: Special Terms ………. 76 (c) Local Task Force Services: Exhibit C : Elucidation of Attachment … 86 (d) Local Task Force Services: Exhibit C : Compensation ………... 91 2. Contract No. CEN-7583. Subject : Well Maintenance and Security

Services ……… 104 3. Enquiry Document RFQ-CEN-7583. Subject : Well Maintenance and

Security Services Service Order No. CEN-1492………. 107 4. Subject : Crude Oil Transportation Services ………. 110 5. Contract No. CEN-7582. Subject : Clean up and Fencing Installation

Services ……….. 115 6. Service Order No. CEN-1492. Subject : Crude Oil Transportation

Services (Exhibit-B)……….. 119 7. Data……… 123


(16)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

1. Daftar Singkatan

BIND = Bahasa Indonesia

BING = Bahasa Inggris

BP = Bahasa Penerima

BS = Bahasa Sumber

BT = Bahasa Target

DK = Dokumen Kontrak

KBBI = Kamus Besar Bahasa Indonesia

TS = Teks Sumber

TT = Teks Target

L = Lampiran

WCD = Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary

FET = Financial and Economic Terms

2. Daftar Lambang


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Istilah terjemahan (translation) bisa berarti (1) bidang ilmu secara umum, (2) produk (teks yang sudah diterjemahkan), (3) proses (tindakan dalam memproduksi terjemahan) biasanya disebut penerjemahan (translating). Secara netral istilah ini digunakan untuk semua pekerjaan yang berkaitan dengan makna ungkapan dalam satu bahasa (bahasa sumber/BS) yang diubah menjadi makna ungkapan bahasa yang lain (bahasa target/BT) atau sebaliknya, apakah dalam bentuk media lisan maupun tulisan.

Penerjemahan tidak terlepas dari berbagai teori dan pendekatan yang digagas oleh para ahli dalam bidang ini. Kalau dikaitkan dengan kemajuan teknologi, kegiatan itu terkait dengan mesin-mesin penerjemah dan perangkat lunak yang membantu dalam proses penerjemahan (Jean-Pierre, 2005; Kussmaul, 2005; Sommers, 2003).

Keberhasilan suatu proses penerjemahan sangat bergantung pada tujuan terjemahan itu dilakukan, yang hasilnya merefleksikan kebutuhan orang yang memerlukannya. Sebagai contoh, sebuah terjemahan yang luwes, bersifat apa adanya (rough-and-ready translation) dari sebuah surat bisa mencukupi untuk memberikan informasi yang akurat. Sebuah terjemahan teks ilmiah membutuhkan perhatian yang super hati-hati terhadap makna, tetapi tidak demikian terhadap bentuk-bentuk


(18)

estetikanya. Karya-karya sastra membutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang sensitif terhadap bentuk dan isi. Terjemahan yang menyangkut teks-teks keagamaan khususnya kitab suci paling tidak harus memenuhi dua kriteria, yang justru selalu bertentangan, karena kriteria yang satu melihat ke belakang (latar belakang sejarah) dan yang satu lagi melihat ke depan (masa depan pemeluknya). Pertama, terjemahannya harus menurut sejarah akurat, tepat mewakili makna yang ada pada sumber aslinya, sepanjang hal ini dapat diketahui, dan dipadukan dalam tradisi keagamaan yang terpisah. Yang kedua, terjemahannya harus dapat diterima oleh pengguna terjemahan tersebut – yang dalam praktiknya – dapat dimengerti, secara estetika menyenangkan, dan mampu menghubungkan dengan kecenderungan masa kini khususnya dalam pemikiran keagamaan, tekanan-tekanan sosial, dan perubahan bahasa.

Kompetensi penerjemahan terdiri atas dua kemampuan pokok, yakni (1) kemampuan menurunkan serangkaian teks target yang memungkinkan bagi teks sumber yang ada dan (2) kemampuan memilih dari serangkaian teks tersebut, ’secara cepat dan dengan kepercayaan diri yang benar (etis)’ versi tertentu yang sangat tepat bagi pembaca. Pym (1992: 175) menambahkan, definisi kompetensi penerjemahan seperti itu “mengakui bahwa ada satu model teorisasi implisit dalam praktik penerjemahan, sepanjang penurunan target teks alternatif bergantung pada serangkaian hipotesis yang secara intuitif diaplikasikan”. Teori sangat berkaitan dengan praktik. Tidak akan ada praktik tanpa teori.


(19)

Berkaitan dengan judul tesis ini, teks yang akan dianalisis adalah produk terjemahan (Inggris – Indonesia) pada dokumen kontrak (DK). Kata dokumen (bahasa Latin: documentum) mempunyai arti bukti yang tertulis, surat akte, piagam, surat resmi, dan sebagainya. Sedangkan kata kontrak (bahasa Latin: contractus) mempunyai arti perjanjian yang mengikat. Secara hukum berarti perjanjian yang dituangkan dalam suatu akta (akte) (Shadily 1986: 849, 1861).

Terjemahan dokumen kontrak sangat sering dijumpai khususnya pada perusahaan-perusahaan swasta asing yang ada di Indonesia. Dalam tesis ini dokumen kontrak yang disasar adalah enam dokumen kontrak (dalam dua versi bahasa – Inggris dan Indonesia), yaitu antara lain:

(1) Contract Document CRP-5344 yang terdiri atas (a) Subject: Local Task Force Services,

(b) Local Task Force Services: Exhibit B: Special Terms,

(c) Local Task Force Services: Exhibit C: Elucidation of Attachment, dan (d) Local Task Force Services: Exhibit C: Compensation.

(2) Contract No. CEN-7583. Subject: Well Maintenance and Security Services, (3) Enquiry Document RFQ-CEN-7583. Subject: Well Maintenance and Security

Services,

(4) Service Order No. CEN-1492. Subject: Crude Oil Transportation Services, (5) Contract No. CEN-7582. Subject: Clean up and Fencing Installation


(20)

(6) Service Order No. CEN-1492. Subject: Crude Oil Transportation Services (Exhibit-B)

1.2. Masalah Penelitian

Masalah dalam tesis ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah cara menentukan dan memisahkan istilah yang terdapat dalam dokumen kontrak terutama dari kata atau ungkapan lain?

2. Bagaimanakah prosedur penerjemahan yang ditempuh dalam menerjemahkan istilah-istilah yang terdapat dalam dokumen kontrak dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia?

3. Bagaimanakah cara dalam menentukan padanan istilah dalam dokumen

kontrak bahasa Inggris ke dalam dokumen kontrak bahasa Indonesia?

4. Bagaimanakah cara mengevaluasi pemaknaan istilah yang terdapat dalam

dokumen kontrak dibandingkan dengan bahasa alami (natural language)?

1.3. Tujuan Penelitian

Terkait dengan permasalahan yang dikemukakan pada masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian dalam tesis ini dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu tujuan yang bersifat praktis dan akademis. Tujuan praktis penelitian ini adalah menjelaskan fenomena proses penerjemahan. Secara umum, penelitian ini bertujuan menemukan dan memberikan sejumlah fakta dan informasi linguistik yang terkait dengan proses penerjemahan bahasa (Inggris-Indonesia) dalam hal ini yang terdapat


(21)

dalam dokumen kontrak. Di samping itu, penelitian ini juga bertujuan menerapkan teori terjemahan dalam analisis produk terjemahan (dalam hal ini dokumen kontrak) agar hasil yang diperoleh dalam analisis tersebut dapat dijadikan model penelitian berikutnya. Secara akademis, ada empat tujuan penelitian ini, yaitu:

(1) Mengidentifikasi istilah-istilah teknis yang berkaitan dengan dokumen kontrak.

(2) Menelaah metode penerjemahan istilah yang terdapat dalam dokumen kontrak bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

(3) Menelaah pemberian makna khusus pada istilah yang terdapat dalam

dokumen kontrak dengan cara membandingkan makna teknisnya dengan makna kata dalam bahasa umum.

(4) Mengevaluasi pembentukan istilah Indonesia yang dipadankan dengan istilah dalam bahasa Inggris.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai analisis penerjemahan ini memiliki manfaat teoretis akademis dan manfaat praktis. Secara teoretis akademis, penelitian ini dapat menambah atau memperkaya khazanah pengetahuan khususnya dalam bidang penerjemahan – dalam hal ini penerjemahan dokumen-dokumen kontrak dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Manfaat teoretis akademis lainnya, terutama dari sudut pandang teori terjemahan, bahwa penerjemah dapat mengaplikasikan berbagai aspek yang terkandung dalam proses penerjemahan, khususnya yang berkaitan


(22)

dengan pemaknaan istilah teknis. Di samping itu, khususnya bagi pemerhati dan peminat bidang penerjemahan, diharapkan memperoleh manfaat teoretis akademis lainnya yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau model penelitian sejenis.

Manfaat praktis penelitian ini adalah memberi kontribusi berupa pengetahuan umum tentang penerjemahan dan metode analisis produk terjemahan yang didasari oleh teori terjemahan yang relevan dengan kebutuhan dan tujuan analisis tersebut.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup di sini dimaksudkan untuk memberi batasan pembahasan berkaitan dengan analisis yang dilakukan dalam tesis ini dan sumber data yang dianalisis. Disesuaikan dengan judul dan tujuan analisisnya maka analisis dalam tesis ini dibatasi pada empat bidang bahasan, antara lain:

1. Identifikasi istilah-istilah dokumen kontrak bahasa Inggris, baik yang berbentuk kata maupun frasa.

2. Evaluasi penerapan metode penerjemahan yang meliputi: (a) metode peminjaman,

(b) terjemahan harafiah, (c) transposisi,

(d) modulasi,

(e) kesepadanan, dan (f) penyesuaian.


(23)

3. Hal-hal yang berkaitan dengan pergeseran dalam penerjemahan yang meliputi:

(a) pergeseran struktur, (b) pergeseran unit, dan (c) pergeseran intrasistem.

4. Penyerapan dan penerjemahan istilah asing.

Adapun data yang dianalisis dibatasi hanya yang terdapat pada dokumen kotrak seperti yang terdapat dalam lampiran tesis ini. Artinya hasil yang diperoleh berdasarkan keempat bidang bahasan yang diuraikan di atas berdasar pada data yang dianalisis.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Dokumen Kontrak dan Istilah

2.1.1. Pengertian Dokumen Kontrak

Di latar belakang tesis ini (1.1) telah diungkap penjelasan tentang dokumen kontrak. Berikut ini perlu diperjelas lagi frasa dokumen kontrak secara leksikografi. Dokumen adalah (1) surat yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan (seperti akte kelahiran, surat nikah, surat perjanjian); (2) barang cetakan atau naskah karangan yang dikirim melalui pos. Kontrak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah (1) perjanjian (secara tertulis) antara dua pihak di perdagangan, sewa-menyewa, dan sebagainya; (2) persetujuan yang bersanksi hukum antara dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan (KBBI, 1988: 211, 458).

Dalam tesis ini, pengertian dokumen kontrak adalah surat yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan berisikan persetujuan yang bersanksi hukum antara dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan.


(25)

2.1.2. Pengertian Istilah

Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas di bidang tertentu (KBBI, 1988: 341). Istilah juga merupakan bahasa khusus yang berlaku dalam suatu bidang ilmu tertentu (lihat Hornby, dkk., 1994: 269). Oleh karena itu, dalam dokumen kontrak sering dijumpai istilah yang mempunyai makna khusus berkaitan dengan kontrak tersebut. Misalnya istilah dalam BING exhibit yang memiliki makna ‘lampiran’ (Nomina), sementara dalam bahasa sehari-hari istilah itu bermakna ‘menunjukkan/ memamerkan/memperlihatkan/mengadakan pameran’ (Verba). Contoh lain istilah executed copy (Frasa Nomina) dalam dokumen kontrak bermakna ‘salinan (dokumen kontrak) yang telah ditandatangani’. Kata executed itu sendiri dalam bahasa sehari-hari bermakna ‘dieksekusi/diputuskan/dilaksanakan/dijalankan’. Dalam analisis penerjemahan permasalahan tersebut di atas adalah salah satu fenomena yang perlu dikaji dan dianalisis agar para penerjemah dapat secara tepat menentukan langkah-langkah dalam mengantisipasi permasalahan tersebut.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Terjemahan dan Permasalahannya

Terjemahan menjadi semakin penting karena kebanyakan teks tentang berbagai informasi ilmu pengetahuan dan teknologi berasal dari negara-negara maju dan ditulis dalam bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Hanya dengan terjemahan


(26)

orang dapat mengetahui dan memahami isi teks tersebut. Berikut ini adalah penjelasan tentang terjemahan yang berasal dari berbagai pakar terjemahan.

Larson (1984: 3) menyebutkan bahwa terjemahan terdiri atas pentransferan makna bahasa pertama ke dalam bentuk bahasa kedua dengan memperhatikan struktur semantiknya. Terjemahan melibatkan dua bahasa, bahasa sumber (BS) dan bahasa penerima (BP) dan tindakan penerjemahan adalah suatu tindakan dalam mereproduksi makna pesan, pernyataan, ujaran, dan gaya teks BS ke dalam teks BP.

Bell (1991: 6) berpendapat bahwa terjemahan adalah penggantian sebuah representasi teks yang sama dalam bahasa kedua. Teks dalam dua bahasa yang berbeda dapat sama dalam tingkatan yang berbeda (secara penuh atau sebagian). Lebih lanjut, Bell (1991: 6), menambahkan bahwa terjemahan merupakan penggantian representasi teks yang sama ke dalam teks bahasa kedua khususnya yang berkaitan dengan kesamaan konteks, semantik, tatabahasa, leksis, dan sebagainya, dan pada tataran yang berbeda (kata-untuk-kata, frasa-untuk-frasa, kalimat-untuk-kalimat). Bertautan dengan perbedaan cara pandang para pakar dalam mendefinisikan terjemahan, secara prinsip dasar mereka sepakat pada pertimbangan makna sebagai pertimbangan yang paling penting (Astika, 1993: 66, dalam Nababan, 2007: 203, vol.10).

Jakobson (1959/2000: 114) – dengan pendekatan sifat makna linguistik dan padanan kata - mengelompokkan terjemahan ke dalam tiga kelompok:


(27)

1. Terjemahan intralingual, atau penyusunan kata-kata kembali (rewording): suatu interpretasi tanda-tanda verbal dengan menggunakan tanda-tanda lain dalam bahasa yang sama.

2. Terjemahan interlingual, atau terjemahan yang sebenarnya: suatu interpretasi tanda-tanda verbal dengan menggunakan bahasa lainnya.

3. Terjemahan intersemiotik, atau transmutasi: suatu interpretasi tanda-tanda verbal dengan menggunakan sistem tanda nonverbal.

Terjemahan interlingual dilakukan misalnya ketika kita hendak mengatakan sesuatu dengan cara lain baik berupa sebuah ungkapan maupun teks dalam bahasa yang sama untuk menjelaskan atau mengklarifikasi sesuatu yang sudah kita jelaskan atau tuliskan. Terjemahan intersemiotik dilakukan kalau sebuah teks tulis diterjemahkan, misalnya ke dalam musik, film atau lukisan. Terjemahan interlingual merupakan terjemahan tradisional yang menjadi fokus kajian dalam kajian-kajian terjemahan (translation studies). Setidaknya ada dua tujuan utama kajian terjemahan ini, antara lain:

1. untuk mendeskripsikan fenomena penerjemahan dan terjemahan sebagaimana keduanya nyata di dunia pengalaman kita.

2. untuk menetapkan prinsip-prinsip umum dengan menggunakan

fenomena-fenomena yang dapat dijelaskan dan yang dapat diprediksi.

Isu kunci yang digagas khususnya menyangkut makna linguistik dan padanan kata. Pendekatan yang dilakukan masih kental mengikuti konsep Saussure yaitu signifier (tanda lisan dan tulisan) dan signified (konsep tanda). Signifier dan signified


(28)

membentuk tanda linguistik, tetapi tanda itu abritrer atau tidak dimotivasi (Saussure, 1916/1983: 67-69). Dicontohkan kata cheese dalam bahasa Inggris merupakan signifier akustik yang menunjukkan konsep makanan yang terbuat dari pati susu yang dipadatkan (signified).

Terjemahan interlingual meliputi penggantian pesan dalam satu bahasa bukan untuk memisahkan satuan-satuan kode tetapi untuk keseluruhan pesan dalam bahasa lainnya. Penerjemah mengkodefikasikan ulang dan memindahkan pesan yang diterima dari sumber lain. Oleh karenanya, terjemahan meliputi dua pesan yang pada dalam dua buah kode yang berbeda (1959/2000: 114).

Sebelum melakukan penerjemahan, diperlukan untuk memilih prosedur atau strategi penerjemahan yang sangat diperlukan. Perlu diketahui apakah pesannya bisa dipahami atau tidak. Untuk mengawasi pentransferan makna dari pesan BS ke dalam BT, pertama sekali yang perlu diketahui adalah makna-makna yang bertautan dengan: kata, bentukan kata, dan urutan kata yang membentuk berbagai unit dari unit yang paling kecil hingga teks secara keseluruhan.

Untuk mengatasi perbedaan kata akan membuka peluang untuk mengkaji agar permasalahan dalam terjemahan antara BS dan BT yang perlu segera diselesaikan permasalahannya. Misalnya kata-kata dalam bahasa Inggris yang mengungkapkan konsep budaya kemudian menemukan dengan tepat konsep budaya yang dimaksud ke dalam bahasa Indonesia merupakan masalah tersendiri dalam proses penerjemahan.

Ketika membaca sebuah teks produk terjemahan, ditemukan berbagai permasalahan dalam memahami isi teks tersebut. Hal ini disebabkan oleh berbagai


(29)

faktor, misalnya perbedaan kultur penulis teks dengan pembacanya, yang secara nyata dapat berakibat pada hasil interpretasi atau pandangan konsep kata atau istilah yang digunakan penulis. Kadang juga ditemui kata atau istilah yang dianggap asing oleh pembaca sehingga pembaca tidak memahami makna yang terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, dalam proses pentransferan isi teks yang perlu diperhatikan adalah tidak hanya yang berkaitan dengan struktur kalimat, tetapi juga pemahaman makna kata atau istilah secara menyeluruh.

Proses penerjemahan merupakan kegiatan linguistik yang sangat sulit seperti diakui para diplomat. Banyak linguis yang menaruh perhatian besar dalam bidang satu ini. Menerjemahkan teks sastra misalnya, juga sarat dengan problematika. Demikian halnya dengan menerjemahkan dokumen-dokumen kontrak, yang memiliki problematika yang tidak kalah dengan teks lainnya. Dokumen kontrak berkaitan dengan banyak bidang, misalnya kontrak bisnis perminyakan, perdagangan alat-alat berat, perdagangan komoditas pertanian, perikanan, perkebunan, hasil bumi, dan lain-lain.

Dalam proses penerjemahan, pengetahuan tentang linguistik seperti morfologi, sintaksis, semantik kedua bahasa mutlak diperlukan. Sementara pengetahuan tentang budaya dan bidang pengetahuan yang melatarbelakangi teks tersebut perlu dimiliki pembaca sebagai latar belakang pengguna kedua bahasa tersebut.

Di berbagai tugas penerjemahan sangatlah mungkin untuk memindahkan unsur-unsur pesan BS ke dalam BT dan hal ini berkaitan dengan paralelisme struktur.


(30)

Dikarenakan perbedaan struktur linguistik, berbagai pengaruh stilistika tertentu tidak dapat dipindahkan ke dalam BT tanpa mengubah urutan sintaksis atau bahkan leksisnya. Dalam kasus ini, dapat dipahami bahwa metode yang lebih rumit harus digunakan dengan tujuan untuk mengatasi berbagai problema unsur linguistik di kedua bahasa yang terlibat. Di samping itu juga, para penerjemah disarankan untuk mengetahui tiga faktor utama, yaitu: (1) sifat pesan, (2) tujuan, dan (3) jenis/tipe pembaca. Penerjemah juga harus terbiasa dengan informasi khusus untuk diterjemahkan. Keterbiasaan dengan jenis informasi atau bidang ilmu yang diterjemahkan akan sangat membantu dalam menemukan istilah-istilah, ungkapan, dan idiom yang digunakan dalam BT.

Ada beberapa kriteria bahasa tertentu yang memiliki pengaruh langsung pada prinsip-prinsip penerjemahan. Maksudnya adalah, dalam menerjemahkan teks, seorang penerjemah harus mempertimbangkan komponen makna, pola gramatika, dan kalimat secara menyeluruh, karena semua bentuk ini diidentifikasi secara berbeda dalam bahasa lain dan semuanya diungkapkan dengan makna atau fungsi yang berbeda.

Makna dipelajari dimulai dari bentuk bahasa pertama ke bentuk bahasa kedua untuk melihat struktur semantiknya. Makna yang dipindahkan harus bersifat terus menerus (konstan) dan hanya bentuk yang berubah. Untuk menghasilkan terjemahan yang efektif, yang harus diperhatikan adalah menemukan makna BS dan menggunakan bentuk-bentuk BT yang mengungkapkan makna tersebut dengan cara alami.


(31)

Karena semantik berperan penting dalam penerjemahan, maka fokus permasalahan lebih agak ke arah investigasi semantis. Misalnya, dalam menerjemahkan leksikon BING ke dalam BIND, permasalahan yang sering ditemukan adalah:

1. bentuk kata yang berbeda pada kedua bahasa itu, 2. makna, dan

3. strategi dalam menerjemahkan kata yang dimaksud.

Di samping itu, banyak teori dan prosedur menerjemahkan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia yang harus dipelajari dan dipahami oleh para penerjemah. Penerjemah dapat memilih dari dua metode penerjemahan, yaitu direct or literal translation (borrowing, calque, literal translation), dan obligue translation (transposition, modulation, equivalence, adaptation) (Vinay dan Darbelnet dalam Venuti, 2000: 84).

2.2.2. Teori Relevansi

Gutt (1991) dalam Venuti (2000: 377) menjabarkan bahwa penerjemahan merupakan kegiatan menafsirkan teks dan mengalihkannya ke dalam media lain dalam bentuk yang paling berkaitan (relevan) atau paling sesuai dengan situasi komunikasi. Atau dengan kata lain, terjemahan adalah kegiatan dalam dalam bidang penggunaan bahasa dalam praktik. Gutt dalam hal ini menggunakan tiga pengertian kunci dalam konsep penerjemahan, yaitu:

(1) Interpretation (interpretasi),


(32)

(3) Minimal effort (upaya minimal).

Yang dimaksud dengan interpretasi (interpretation) dalam hal ini adalah penerjemah disarankan untuk menelaah berbagai kemungkinan makna dan memberikan tafsiran yang paling sesuai dengan tujuan komunikasi. Kemudian keberkaitan optimal (optimal relevance) adalah bahwa bentuk terjemahan harus mempunyai keberkaitan terbesar terhadap komunikasi yaitu yang meliputi kepentingan, tujuan, latar belakang sosial budaya, isi pesan, dan lain-lain, sedangkan upaya minimal (minimal effort) dimaksudkan bahwa terjemahan harus dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh pembaca (jika suatu hasil terjemahan sulit atau tidak dipahami pembaca, maka tujuan penerjemahan dapat dikatakan tidak tercapai.

Vernay (1974) yang dikutip Gutt (dalam Venuti, 2000: 387) menambahkan bahwa sebuah tindak yang mentransfer informasi dalam bahasa A ke dalam bahasa B sedemikian rupa sehingga sejumlah informasi yang relevan diterima dalam bahasa B akan identik dengan yang ada pada bahasa A.

Gutt (1991) dalam Hatim dan Munday (2004: 57) menjelaskan bahwa dalam

kajian ekivalensi yang perlu diperhatikan adalah teks atau pecahan teks, dan gagasan ekivalensi yang didukung oleh dinamika dan pragmatik ini atau tekstual yang kemudian menjadi berbasis teks. Analisis linguistik kognitif terhadap proses penerjemahan telah bergeser fokusnya dari teks ke proses mental. Terjemahan dipandang sebagai penyontohan khusus dari konsep komunikasi yang lebih luas, dan hal ini, bersama-sama dengan proses pembuatan keputusan yang tercakup di dalamnya dijelaskan berkaitan dengan hubungan koherensi sebab-akibat.


(33)

Hubungan ini menopang proses penyocokan (interfencing), kegiatan kognitif yang dilakukan sebagai pusat setiap kegiatan komunikasi dan oleh karenanya sangatlah penting dalam setiap tindak atau kegiatan membaca atau terjemahan.

2.2.3. Semantik dalam Penerjemahan

Seperti yang disebutkan di atas (2.2.1) bahwa pengetahuan tentang linguistik mutlak diperlukan dalam proses penerjemahan. Semantik sebagai salah satu bidang linguistik yang menekankan pengertian atas makna kata, sangat berperan dalam proses ini. Satu kata bisa mempunyai banyak makna. Makna kata sangat bergantung pada konteks penggunaannya. Dalam penerjemahan mutlak diperlukan pendekatan ilmiah terhadap analisis makna, khususnya yang berkaitan dengan analisis makna satuan kata dan frasa. Semantik sebagai bidang linguistik yang menangani kajian makna ini tujuan utamanya adalah menjelaskan makna kata secara sistematis (Leech, 1981: ix).

Hatim dan Munday (2004: 35) menyebutkan bahwa masalah kunci bagi penerjemah adalah sering kurangnya pencocokan yang seimbang melalui bahasa. Tidak hanya petanda (signifier) yang berubah melalui bahasa tetapi juga masing-masing bahasa menggambarkan realita secara berbeda (yaitu bidang semantik diambil alih oleh satuan tanda sering tidak tepat. Misalnya pada bahasa-bahasa yang lebih berorientasi budaya (Saussure, 1916/1983: 65-70).

Berkaitan dengan kajian makna dalam penerjemahan, Nida (1964) membedakan dua tipe makna, yaitu:


(34)

1. makna referensial, dan 2. makna konotatif.

Makna referensial disebut juga makna denotasi, yang berhubungan dengan kata sebagai tanda atau simbol. Makna konotatif atau konotasi merupakan reaksi emosi yang tercipta pada pembaca dengan sebuah kata.

Berbagai permasalahan linguistik berkaitan dengan makna referensial diuraikan oleh Nida dan Taber (1969: 58-59). Misalnya, kata chair dalam bahasa Inggris bersifat polisemi (bermakna banyak): sebagai nomina, kata itu berarti furnitur, satu kedudukan universitas seperti profesor, ketua dalam rapat, dan sebagai verba bisa berarti ’mengetuai sebuah rapat’. Banyak contoh kasus seperti ini yang dijumpai dalam setiap bahasa. Arti yang benar bagi penerjemah ditentukan oleh lingkungan semotaktik atau konteks (kata-kata lain di sekitarnya). Beberapa makna bisa bersifat figuratif dan perlu dibedakan dengan makna literalnya. Misalnya kata father dalam bahasa Inggris: father of a child, our Father in heaven, Father Murphy, father of an invention or a country, dan lain-lain, dan tiap-tiap kata father tersebut memerlukan penerjemahan yang berbeda.

2.2.4. Analisis Komponen Makna

Secara umum ada dua pendekatan dalam menentukan. Yang pertama adalah pendekatan yang bersifat analitis, dan yang kedua adalah pendekatan yang bersifat operasional. Pendekatan yang bersifat analitis berupaya mencari inti makna dengan analisis komponen makna. Pendekatan operasioal lebih memberikan penekanan pada


(35)

mempelajari kata dalam penggunaannya, dan bukan makna leksikal, tetapi lebih kepada bagaimana kata itu digunakan dalam sebuah konteks.

Terkait dengan analisis komponen makna, Nida (1975) membahas cara-cara yang digunakan dalam menganalisis makna. Dicontohkan kata run dalam bahasa Inggris mempunyai makna yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya.

(1) (1) The man (boy, child) runs. (run1)

(2) The water (faucet, flour) runs. (run2)

(3) The motor (business, heart) runs. (run3)

(4) The vine runs over the door. (run4)

Nida beranggapan bahwa kata run dapat dibedakan melalui analisis sifat gerakan pada aktivitas run dengan menggunakan tiga parameter seperti tersebut di bawah ini:

(1) Aktual (gerakan merupakan kegiatan nyata secara harafiah), (2) Ritmik (kegiatan gerakan mengandung irama),

(3) Hubungan dengan objek (sifat kegiatan dalam kaitannya dengan objek).

Analisis Gerakan run1 run2 run3 run4

(1) Aktual + + + -

(2) Ritmik + - + -

(3) Hubungan dengan objek Total parsial bagian tujuan

Berkaitan dengan analisis sifat gerakan ini tentunya parameter yang digunakan disesuaikan dengan kata yang dianalisis.


(36)

Berbeda dengan Nida, Larson (1998: 59) mengklaim bahwa dalam semua bahasa terdapat empat jenis komponen makna, yaitu (1) golongan benda (things), (2) golongan kejadian (events), (3) golongan atribut (attributes), dan (4) golongan relasi (relation). Tetapi, tidak ada dua bahasa yang mempunyai struktur dan tatabahasa yang sama, meskipun pada tataran konsep masing-masing bahasa mengandung keempat hal tersebut. Keempat golongan komponen yang dimaksud dapat dijabarkan sebagai berikut:

Benda (things) meliputi semua makhluk hidup seperti manusia, binatang, dan

sebagainya, dan semua benda mati seperti batu, tanah, dan lain-lain.

Kejadian (event) meliputi semua kegiatan/perbuatan seperti berlari, memukul, dan

lain-lain, dan perubahan keadaan atau proses seperti membeku, meleleh, dan lain-lain, dan pengalaman seperti berpikir, berpendapat, dan lain-lain.

Atribut (attributes) berkaitan dengan masalah mutu dan jumlah berkenaan dengan

benda atau kejadian seperti panjang, sedikit, lambat, semua, dan lain-lain).

Relasi (relation) berkaitan dengan hubungan di antara unit-unit semantik tersebut,


(37)

2.2.5. Metode Penerjemahan

Berbagai teori dan pendapat yang berkaitan dengan metode penerjemahan dapat diperoleh dari berbagai sumber. Salah satunya adalah Larson (1984: 17) yang menyebutkan bahwa metode penerjemahan dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu

(1) penerjemahan harafiah (literal translation) dan (2) penerjemahan idiomatik (idiomatic translation).

Penerjemahan harafiah disebut juga dengan penerjemahan berbasis bentuk (form- based translation), yaitu proses penerjemahan dengan cara mengikuti bentuk bahasa sumbernya.

Misalnya:

(2) BING : How are you? BIND : Bagaimana kamu?

Sedangkan penerjemahan idiomatik disebut juga dengan penerjemahan berbasis makna (meaning-based translation). Jenis penerjemahan ini lebih menitikberatkan pada kewajaran kesepadanannya dalam bahasa sasaran, sehingga produk terjemahannya diharapkan tidak mencerminkan bahasa sumbernya, melainkan bentuk lain berupa tulisan asli dengan isi gagasan sama dengan bahasa sumbernya. Misalnya:

(3) BING : cats and dogs rain. BIND : hujan lebat

Sama dengan Larson, Bell (1991: 70) membedakan prosedur penerjemahan menjadi dua, yaitu (1) penerjemahan harafiah (literal translation), dan


(38)

(2) penerjemahan nonharafiah (nonliteral translation). Oleh Bell, penerjemahan harafiah dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu (1) peminjaman (borrowing), (2) penerjemahan pijaman (loan translation atau calque), dan penerjemahan harafiah (literal translation). Sedangkan penerjemahan nonharafiah dibedakan menjadi empat bagian, yaitu (1) transposisi (transposition), (2) modulasi (modulation), (3) kesepadanan (equivalence), dan (4) penyesuaian (adaptation).

Peminjaman (borrowing) berupa upaya dalam penerjemahan kata atau

ungkapan dengan cara menggunakan langsung kata atau ungkapan dalam bahasa sumber ke dalam bahasa target, biasanya ada dua kemungkinan, yang pertama tidak mengalami perubahan bentuk maupun maknanya, dan yang kedua mengalami perubahan cara penulisan dan tidak mengalami perubahan makna.

Misalnya :

(4) (1) Tidak mengalami perubahan bentuk maupun maknanya, honeymoon å honeymoon

copy å copy;

coffee table å coffee table; trick å trick;

bunker å bunker.

(2) Mengalami perubahan cara penulisan dan tidak mengalami perubahan makna.

microphone å mikrofon; camera tripods å tripod kamera;


(39)

furniture å furnitur; shooting å syuting; counter å konter;

poop å pup;

please å pliis; acting å akting

Penerjemahan pijaman (loan translation atau calque) adalah metode menerjemahkan atas unsur bahasa sumber ke bahasa sasaran dengan cara substitusi linier (urutan unsur dalam bahasa sumber tidak harus sama dengan bahasa sasaran). Vinay dan Jean (1995) dalam Venuti (2000: 85) membedakan jenis penerjemahan ini menjadi dua jenis, yaitu (1) calque leksikal, dan (2) calque gramatikal.

Misalnya:

(5) (1) calque leksikal

red flag å bendera merah

contract document å dokumen kontrak the contract form å formulir kontrak

(2) calque gramatikal

(6) The contractor shall perform the work å Kontraktor akan melaksanakan in accordance with this contract. (L5 1) pekerjaan sesuai dengan kontrak ini.

(7) See Exhibit C for explanation (L1 C(5-8) å Lihat Lampiran C untuk penjelasan


(40)

Penerjemahan harafiah adalah proses menerjemahkan dengan cara menerjemahkan kata demi kata dan struktur sintaktisnya sama atau hampir sama baik jumlah maupun unsurnya (isomorfik) yang ada dalam BS dan BT.

Misalnya:

(8) What time did she leave the class? å *Waktu apa dia meninggalkan kelas?

Transposisi adalah cara menerjemahkan dengan memusatkan perhatian kepada kesamaan makna dan dengan mengabaikan terjadinya pergeseran kategori maupun unit gramatikal.

Misalnya:

(9) Well Maintenance and Security Services å Jasa Well Maintenance dan Security

Modulasi merupakan pergeseran sudut pandang atau pesan yang sama dilihat dari segi yang berbeda dalam proses penerjemahan.

Misalnya:

(10) No Smoking å Dilarang Merokok (11) Beware of dog å Awas Anjing

(12) No smoking dalam bahasa Inggris adalah frasa nomina sedangkan Dilarang Merokok dalam bahasa Indonesia adalah kalimat perintah.

Ekivalensi adalah metode menerjemahkan dengan penekanan pada kesepadanan fungsi, seperti fungsi memberi ucapan selamat, memberi janji, dan lain-lain.


(41)

Misalnya:

(13) Hello å Selamat pagi, selamat siang, dan lain-lain

Hello dalam bahasa Inggris mempunyai banyak fungsi. Terjemahan dalam bahasa Indonesia sangat bervariasi tetapi sesuai dengan fungsinya dalam situasi komunikasi.

Adaptasi merupakan metode penerjemahan dengan melakukan penyesuaian dua budaya yang berbeda.

Misalnya:

(14) take a bath å mandi

(15) take medicine å minum obat

2.2.6. Pergeseran dalam Penerjemahan

Hatim dan Munday (2004: 26-27) memberi penjelasan permasalahan seputar pergeseran dalam penerjemahan seperti dalam kutipan berikut ini.

The small linguistic changes that occur between ST and TT are known as translation shifts. John Catford was the first scholar to use the term in his A Linguistic Theory of Translation: (1965). His definition of shift is ‘departures from formal correspondence in the process of going from the SL to the TL’. The distinction drawn between formal correspondence and textual equivance will be crucial and relates to Saussure’s distinction between langue and parole.

Disebutkan bahwa perubahan kecil linguistik yang terjadi antara Teks Sumber (TS) dan Teks Target (TT) disebut pergeseran terjemahan. John Catford adalah ahli pertama yang menggunakan istilah ini dalam bukunya berjudul: A Linguistic Theory of Translation: (1965). Definisinya tentang pergeseran ini berangkat dari hubungan formal dalam proses pemindahan dari Bahasa Sumber (BS). Perbedaan yang


(42)

digambarkan antara hubungan formal dan ekivalensi teks akan menjadi sangat penting dan berhubungan dengan perbedaan antara langue dan parole.

Catford (1978: 73) mengelompokkan pergeseran ini menjadi dua kelompok, yaitu (1) pergeseran tingkatan (level shift) dan (2) pergeseran kategori (category shift). Pergeseran tingkatan (level shift) yaitu pergesern dari satu tataran linguistik ke tataran lainnya. Misalnya dari tingkatan linguistik gramatika BS ke leksis BT atau sebaliknya.

Contoh:

(16) He is my father’s best friend. (BS)

Dia (laki-laki) sahabat karib ayah saya (BT)

He å Dia (laki-laki) = terjadi pergeseran tingkatan

(gramatika) å lexis

Pergeseran kategori (category shift) dibedakan menjadi tiga jenis pergeseran, yaitu (a) pergeseran unit (unit shift)

(b) pergeseran struktur (structure shift) (c) pergeseran kelas (class shift)

(d) pergeseran antar-sistem (intra-system shift)

Yang dimaksud dengan pergeseran unit (unit shift) adalah pergeseran dalam proses penerjemahan yang terjadi apabila unsur BS pada suatu unit linguistiknya memiliki padanan yang berbeda unit dalam BT.

Misalnya:


(43)

Pada contoh di atas soluble merupakan unit kata yang dalam proses penerjemahannya berubah menjadi unit klausa (yang dapat dipecahkan).

Pergeseran struktur (structure shift) sangat sering terjadi dalam proses penerjemahan karena sistem struktur BS tidak selalu sama dengan sistem struktur BT. Dalam bahasa Inggris misalnya, berlaku pola struktur menerangkan-diterangkan (MD), sedangkan dalam bahasa Indonesia pola strukturnya diterangkan-menerangkan (DM). Sehingga dalam proses penerjemahannya perubahan struktur mutlak dilakukan.

Misalnya:

(18) giant contract å kontrak besar

Dalam bahasa Inggris penanda (modifier) giant berposisi di depan inti (head) sehingga dapat diistilahkan sebagai penanda awal (premodifier). Posisi ini berbanding terbalik dengan BTnya (bahasa Indonesia) di mana penanda (modifier) besar berposisi setelah inti (head) yang disebut pasca inti (postmodifier).

Pergeseran kelas (class shift) adalah pergeseran yang terjadi dari kelas kata tertentu dalam BS menjadi kelas kata yang lain dalam BT.

Misalnya:

(19) annual report å laporan tahunan

Kelas kata adjektiva annual diterjemahkan menjadi tahunan yang berkelas kata nomina.

Pergeseran antar-sistem (intra-system shift) adalah pergeseran yang terjadi dalam kategori gramatikal yang sama.


(44)

Misalnya:

(20) Cleopatra married Jane å Cleopatra kawin dengan Jane.

Kata marry dalam bahasa Inggris adalah verba transitif. Dalam proses penerjemahannya dipadankan dengan kawin yang dalam hal ini sebagai verba intransitif. Proses pergeseran ini disebut pergeseran antar sistem.


(45)

BAB III

METODOLOGI

3.1. Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research method), yaitu data yang diperoleh dengan cara membaca, menyimak, mengidentifikasi, dan mengklasifikasi istilah yang terdapat dalam dokumen kontrak. Data yang dianalisis sepenuhnya berasal dari dokumen kontrak yang dipilih. Data itu kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan masalah dan tujuan dalam penelitian ini.

3.2. Data dan Sumber Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah berupa dokumen kontrak dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Ada enam dokumen yang diteliti dalam penelitian ini. Keenam dokumen ini diperlakukan sama dalam proses penganalisisannya, yaitu dengan menganalisis unsur-unsur yang terdapat pada batasan analisis untuk menjawab segala permasalahan yang dirumuskan dalam rumusan masalah penelitian ini.

Sumber data penelitian ini berupa dokumen kontrak yang terdiri atas: 1. Contract Document CRP-5344 yang terdiri atas,


(46)

(b) Local Task Force Services: Exhibit B: Special Terms,

(c) Local Task Force Services: Exhibit C: Elucidation of Attachment, (d) Local Task Force Services: Exhibit C: Compensation.

2. Contract No. CEN-7583. Subject: Well Maintenance and Security Services, 3. Enquiry Document RFQ-CEN-7583. Subject: Well Maintenance and Security

Services,

4. Service Order No. CEN-1492. Subject: Crude Oil Transportation Services, 5. Contract No. CEN-7582. Subject: Clean up and Fencing Installation

Services, dan

6. Service Order No. CEN-1492. Subject: Crude Oil Transportation Services (Exhibit-B).

Keenam dokumen kontrak ini berupa produk terjemahan bahasa sumber (bahasa Inggris) ke dalam bahasa target (bahasa Indonesia).

3.3. Analisis Data

Data yang telah diseleksi dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Kemudian, data tersebut dianalisis sesuai dengan komponen yang telah ditetapkan, antara lain:

1. Identifikasi istilah-istilah dokumen kontrak bahasa Inggris, baik yang berbentuk kata maupun frasa.

2. Evaluasi penerapan metode penerjemahan yang meliputi: a. metode peminjaman,


(47)

b. terjemahan harafiah, c. transposisi,

d. modulasi,

e. kesepadanan, dan f. penyesuaian.

3. Hal-hal yang berkaitan dengan pergeseran dalam penerjemahan yang

meliputi:

a. pergeseran struktur, b. pergeseran unit, dan c. pergeseran intrasistem.

4. Penyerapan dan penerjemahan istilah asing.

Akhir dari analisis komponen di atas adalah berupa simpulan hasil analisis yang menggambarkan temuan dalam penelitian ini.

3.4. Teknik Analisis Data

Metode dan teknik analisis data difokuskan pada analisis makna data dengan menggunakan metode kualitatif. Data dianalisis dengan memberikan pemberian atau narasi baik untuk istilah yang digunakan dalam BS maupun yang digunakan dalam BT.

Dalam menganalisis komponen makna, sebagaimana yang disarankan oleh Nida (1975), ada tiga jenis komponen makna yaitu (1) common components, makna umum yang dimiliki oleh satu kata, (2) diagnostic components, ciri-ciri penting untuk


(48)

membedakan berbagai makna, dan (3) supplementary components, fitur makna tambahan yang penting untuk memberikan ciri tambahan yang khas tetapi tidak berfungsi sebagai komponen diaknosis.

3.5. Metode dan Teknik Penyajian Data

Menurut Sudaryanto (1993: 57) ada dua metode dan teknik penyajian analisis data yaitu metode formal dan informal. Metode formal adalah metode penyajian dengan menggunakan statistik berupa angka dan tabel, sedangkan metode informal adalah metode penyajian dengan menggunakan untaian kata-kata biasa agar terkesan rinci dan terurai. Untuk memperoleh hasil analisis yang lengkap dalam penelitian ini, maka hasil analisis disajikan dengan metode formal dalam bentuk tabel dan metode informal dengan menggunakan deskripsi-deskripsi yang bersifat kualitatif.

Tabel yang ditayangkan pada tiap-tiap bagian yang dianalisis menunjukkan temuan data. Dalam tabel tersebut (Tabel 1 – 18) disajikan nomor urut, data bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, dan juga sumber (dalam bentuk Kode, misalnya L1 A(3) yang berarti Lampiran 1-A poin 3) yang menunjukkan posisi data itu diperoleh. Dalam pembahasan temuan data pada tiap-tiap bagian tersebut disajikan secara utuh sebagai eviden atau fakta bahwa unsur yang diteliti ada. Tabulasi data secara utuh ditampilkan dalam lampiran tesis ini.


(49)

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

4.1. Paparan Data

4.1.1. Identifikasi Istilah Dokumen Kontrak Bahasa Inggris

Subbab 4.1 ini menjawab masalah penelitian pertama yang dirumuskan pada masalah penelitian, yakni mengenai cara dalam menentukan dan memisahkan istilah yang terdapat dalam DK terutama dari kata atau ungkapan lain. Istilah teknis yang terdapat pada DK dapat diidentifikasi lebih mengarah pada istilah yang digunakan dalam bidang ekonomi (akuntansi, keuangan, dan manajemen). Istilah teknis itu kemudian dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu (1) istilah teknis yang terdiri atas satu suku kata dan (2) istilah teknis yang terdiri atas dua atau lebih kata (frasa). Pemisahan ini dilakukan untuk mempermudah identifikasi dan klasifikasi istilah-istilah tersebut.

4.1.1.1.Istilah yang Terdiri atas Satu Suku Kata dan Padanannya

Dari hasil penelusuran yang dilakukan terhadap dokumen kontrak (DK) sebagai sumber data, padanan istilah-istilah bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia yang digunakan dapat disajikan dalam tabel berikut ini.


(50)

Tabel 1. Istilah yang Berbentuk Satu Kata dan Padanannya

No. Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Sumber

1. engineering rekayasa L6 (Form LIT II) 2. handling pengurusan L6 (Form LIT II)

3. exhibit lampiran L6 (Form LIT II)

4. premium premi L1 B(36)

5. licence lisensi L1 B(4)

6. truck truk L4 (2,3)

7. tank tangki L4 (4)

8. contractor kontraktor L1 A

9. company perusahaan L1 A

10. party pihak L1 A

11. operation kegiatan L1 Aa

12. personnel personil/tenaga kerja L1 Ab

13. facilities fasilitas L1 Ab

14. experties keahlian L1 Ab

15. agreement perjanjian L1 Ab

16. condition syarat L1 A(3)

17. indemnify ganti rugi L1 A(3)

18. loss kerugian L1 A(3)

19. under berdasarkan L1 A(3)

20. claim klaim L1 A(3)

21. paymaster petugas pembayar L1 C (III4) 22. bidders para peserta penunjukan

langsung

L3 (3) 23. undersigned yang bertanda tangan di

bawah ini

L3 (3)

24. thereto dilekatkan L3 (3)

25. initialed Diparaf/ditandatangani L5

26. executed salinan L3 (3), L5

27. payday Pembayaran upah L1 C (III4)

28. desire bermaksud L1 Aa

29. decree keputusan L1 A(3)

30. term sarat L1 A(3)

31. overtime lembur L1 C (III3)

32. overhead biaya umum L1 B (III)

33. elucidation penjelasan L3

34. conversant trampil L1 C (3a)

35. severance santunan L2 (3)

36. copy copy L1 D (Note)

37. consecutive berurutan L1 D (D1) 38. extinguished dihilangkan L2 (3)


(51)

39. provision penyediaan L1 B(III)

40. subject tunduk L3 (2)

41. acknowledge mengakui L3 (3)

42. contract kontrak L1 B(2)

43. quotation permintaan L3

44. capasity kapasitas L2

45. termination pemutusan L1 B (B4)

46. ambiguity ketidakjelasan L3 (3)

4.1.1.2.Istilah yang Terdiri atas Dua Kata atau Lebih (Frasa) dan Padanannya

Dalam menentukan istilah atau kosakata dokumen kontrak yang terdiri atas dua atau lebih kata (frasa) adalah dengan cara mengidentifikasi tingkat keseringan istilah-istilah tersebut digunakan dalam dokumen tersebut. Dari identifikasi itu diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 2. Istilah yang Terdiri atas Dua atau Lebih Kata (Frasa) dan Padanannya

No. Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Sumber

1. the exhibits form lampiran-lampiran L1 A(2)

2. the payment of severance pembayaran atas santunan L2 (3) 3. in the event of any conflict dalam hal terdapat

pertentangan

L2 (3) 4. the most stringent term penafsairan yang paling

menguntungkan

L2 (3) 5. applicable law hukum yang berlaku L1 A(3) 6. purported provision ketentuan yang

bertentangan

L1 A(3) 7. mutual promises perjanjian bersama L1 A(b) 8. issuance of revision dikeluarkannya revisi L1 B(1)

9. general term ketentuan umum L1 A(2)

10. written approval persetujuan L1 B(1)

11. the scope of work lingkup kerja L1 A(2)

12. date of quotation tanggal penawaran L3

10. satisfactory performance pelaksanaan pekerjaan yang memuaskan

L1 A(2)

11. legal fees ongkos penasehat hukum L3 (3)

12. executed copy salinan dokumen L3 (3)


(52)

Lanjutan Tabel 2.

13. contractor’s general terms

ketentuan umum kontraktor L1 A(3)

14. quotation document dokumen penawaran L3

15. breakdown cost calculation

rincian perhitungan harga L3 Note

16. applicable exhibit lampiran yang berlaku L3 (3)

17. procurement goods/services

pengadaan barang/jasa L3 (3)

18. stamp duty materai L3 (3)

19. incorporated under didirikan berdasarkan L5

20. any purported provision setiap ketentuan L1 A(3)

21. local task force satuan tugas setempat L1 A

22. general requirement ketentuan umum L1 B

23. medical assistance bantuan pengobatan L1 B (3a)

24. base salary upah pokok L1 C (4)

25. government agencies petugas instansi pemerintah L1 C(10)

26. termination of employee pemutusan hubungan kerja L1 B (4)

27. provident fund tabungan hari tua L1 D (2)

28. meal allowance bantuan biaya makan L1 C (9)

29. annual leave allowance tunjangan cuti tahunan L1 C (9) Note

30. overhead and profit biaya umum dan keuntungan L1 D (C2)

31. billing procedure cara penagihan L1 D (IV)

32. previous pay periods pembayaran sebelumnya L1 D (IVC)

4.1.2. Penerapan Metode Penerjemahan

Anak Subbab 4.1.2 ini menjawab masalah penelitian kedua yang dirumuskan pada masalah penelitian, yakni mengenai prosedur penerjemahan yang ditempuh dalam menerjemahkan istilah-istilah yang terdapat dalam DK dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.

Bell (1991: 71) mengungkapkan bahwa ada tujuh metode yang digunakan dalam penerjemahan istilah yaitu borrowing, loan translation (calque), literal


(53)

translation, transposition, modulation, equivalence, dan adaptation. Berikut ini uraian dari tiap-tiap metode tersebut.

4.1.2.1.Metode Borrowing (Metode Peminjaman)

Yang dimaksud dengan metode borrowing (metode peminjaman) adalah suatu cara penerjemahan terhadap kata (lexical) dari bahasa sumber (BS) ke dalam bahasa target (BT) dengan cara menggunakan langsung (pinjam langsung) kata tersebut. Proses pinjaman langsung itu tidak merubah sedikitpun bentuk dan makna kata yang dimaksud ke dalam BT (dalam hal ini bahasa Indonesia). Contohnya, basis, item, copy, cover, bus, dan lain-lain. Dari hasil penelusuran terhadap sumber data yang digunakan dalam analisis ini, istilah yang digunakan dalam DK tersebut menunjukkan bahwa jarang sekali terjadi penerjemahan istilah DK bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan metode borrowing. Yang kerap terjadi adalah dengan menggunakan metode borrowing yang dimodifikasi. Haugen (Fishman, ed. 1978: 37 – 43) menegaskan bahwa istilah pure borrowing dianggap kurang tepat dalam proses penerjemahan. Haugen kemudian membagi metode ini ke dalam tiga jenis, yaitu (1) pure loanwords (peminjaman dalam bentuk kata murni BS tanpa mendapat proses adaptasi morfologis maupun ortografis, (2) mix loanword, yaitu peminjaman kata dari BS tetapi dengan menggunakan proses adaptasi morfologis atau ortografis, dan (3) loanblends yaitu peminjaman kata BS yang mengalami proses komposisi atau yang berbentuk kata majemuk.


(54)

4.1.2.1.1. Pure Loanwords (Pinjaman Murni)

Pure loanwords (proses peminjaman murni) adalah peminjaman kata atau istilah yang terdapat pada DK secara langsung dari BS (bahasa Inggris) ke BT (bahasa Indonesia). Atau dengan kata lain, kata-kata yang ditransfer tersebut tidak mengalami proses afiksasi, abreviasi, reduplikasi, dan derivasi. Dari hasil penelusuran terhadap sumber data, diperoleh hanya sekitar 8 kata yang dapat dikategorikan seperti itu. Contohnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Data Pure Loanwords (Pinjaman Murni)

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Sumber

copy copy L1 D(Note)

check-up check-up L1 B(8)

Over head Over head L1 B(8)

basis basis L1 B

operator operator L4 (3)

unit unit L4 (2,3)

liter liter L4 (4)

profit profit L1 D(C2)

4.1.2.1.2. Mix Loanwords (Pinjaman Takmurni)

Yang dimaksud pinjaman takmurni di sini adalah pinjaman istilah bahasa Inggris yang digunakan dalam DK ke dalam bahasa Indonesia yang mengalami adaptasi morfologis atau ortografis. Adaptasi yang dimaksud bias berupa afiksasi dan derivasi. Contoh pinjaman takmurni yang mengalami proses penyesuaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(55)

Tabel 4. Data Mix Loanwords (Pinjaman Takmurni)

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Sumber

qualification kualifikasi L1 B(2)

contract kontrak L1 C

contractor kontraktor L1 B(G)

facilities fasilitas L1 A

claim klaim L1 A(3)

capacity kapasitas L6

premium premi L1 B(36)

insurance asuransi L1 C (III3)

priority priotitas L6 3

identificationtion identifikasi L1 A (III2)

certification sertifikasi L1 B(F)

tank tangki L4 4

communication komunikasi L1 A(b)

compensation kompensasi L1 B(A)

medical medis L1 B (4)

penalty penalti L1 B(A)

4.1.2.1.3. Loanblend (Pinjaman Campuran)

Loanblend (pinjaman campuran) adalah pinjaman istilah yang berbentuk kata majemuk dengan perpaduan antara sebuah kata yang dipinjam dari bahasa Inggris dengan sebuah kata bahasa Indonesia. Berikut ini adalah contoh pinjaman campuran tersebut.

Tabel 5. Data Loanblend (Pinjaman Campuran)

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Sumber

qualification requirement persyaratan kualifikasi L1 A(II) contractor’s general terms ketentuan umum kontraktor L1 A(3) computerized personnel records administrasi personil yang

dikomputerisasikan

L1 A(III3)

contract period masa kontrak L1 B (III)

sum of coloums jumlah kolom L1 C(12)

pay period periode pembayaran L1C (III4)

personnel files arsip personil L1 B(2)


(56)

4.1.2.2.Loan Translation (Calque)

Bell (1991: 71) menyebutkan bahwa suatu metode penerjemahan atas unsur bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) adalah dengan cara substitusi linier (linier substitution). Misalnya frasa current value dalam bahasa Inggris menjadi ‘nilai sekarang’ dalam bahasa Indonesia. Tabel berikut ini berisikan data istilah DK bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan metode loan translation.

Tabel 6. Data Loan Translation (Calque)

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Sumber

satisfactory performance pekerjaan yang memuaskan L1 A(2) mutual promises perjanjian bersama L1 A(b)

general term ketentuan umum L1 A(2)

the scope of work lingkup kerja L1 A(2)

the applicable law hukum yang berlaku L1 A(3) satisfactory performance pelaksanaan pekerjaan yang

memuaskan

L1 A(2) legal fees ongkos penasehat hukum L3 (3) any purported provision setiap ketentuan L1 A(3) local task force satuan tugas setempat L1 A general requirement ketentuan umum L1 B

annual leave allowance tunjangan cuti tahunan L1 C(9) Note written approval persetujuan (tertulis) L1 B(1) date of quotation tanggal penawaran L 3 issuance of revision dikeluarkannya revisi-revisi L1 B(1) acting in its capacity bertindak dalam kedudukannya L6 contractor’s cargo muatan kontraktor L4 3 practice of dealing praktek-praktek transaksi L6 3 contractor’s general

terms

ketentuan umum kontraktor L1 A(3)

contract value nilai kontrak L4 3

contractor failure ketidaktaatan kontraktor L6 3 legal fees and cost biaya dan ongkos penasehat hukum L6 3

material used material terpakai L6(Form LIT II contractor’s bid bond jaminan kontraktor L4 3


(57)

4.1.2.3.Terjemahan Harafiah (Literal Translation)

Salah satu metode dalam penerjemahan dikenal dengan istilah penerjemahan dengan cara harafiah atau word-for-word translation. Bell (1991: 71) menyebutkan bahwa terjemahan harafiah (literal translation) adalah suatu cara menerjemahkan kata demi kata dan struktur sintaksisnya secara sama atau hampir sama baik jumlah maupun unsurnya (isomorfik) yang ada dalam BS dan BT. Pada tingkat kalimat, contohnya dapat dilihat seperti berikut ini.

(21) BS : Life in a small town is very cheap. BT : Hidup di kota kecil sangat murah.

Metode ini juga terjadi dalam penerjemahan frasa seperti yang dapat dilihat dari hasil terjemahan dalam DK yang terdapat dalam tabel berikut ini.

Tabel 7. Data Terjemahan Harafiah (Literal Translation)

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Sumber

mutual promises perjanjian bersama L1 A(b)

general term ketentuan umum L1 A(2)

contractor’s general terms ketentuan umum kontraktor L1 A(2) each day delay setiap hari keterlambatan L4 3 the second lowest bidder penawar terendah kedua L4 3 applicable exhibit lampiran yang berlaku L3 (3) procurement goods/services pengadaan barang/jasa L3 (3) request for quotation permintaan untuk penawaran L3 local task force satuan tugas setempat L1 A

general requirement ketentuan umum L1 B

executed by ….. ditandatangani oleh… L3 3

administrative indifference kelalaian administratif L1 B(3b) annual leave allowance tunjangan cuti tahunan L1 C(9) Note compulsory insurance program program asuransi wajib L1 D(2) qualification requirement persyaratan kualifikasi L1 A(II) other justified reasons alasan-alasan lain yang

diijinkan


(58)

Lanjutan Tabel 7.

all of contractor’s monthly based employee

semua pekerja bulanan kontraktor

L1 D(2) deducted from subsequent salary dipotong dari upah pekerja L1 D(4) breakdown cost calculation rincian perhitungan harga L3

the base salary upah pokok L1 D (B1)

pay period periode pembayaran L1C (III4)

total amount jumlah biaya L 1D (C)

billing procedure prosedur penagihan L1 D(IV) operations requirement kebutuhan operasionil L1 D 5

4.1.2.4.Transposisi

Menurut Bell (1991: 71) metode penerjemahan dengan transposisi adalah suatu metode yang melibatkan pergeseran kelas kata. Ada dua jenis transposisi, yaitu (1) transposisi wajib (obligatory transposition) adalah ketika BT tidak memiliki pilihan lain dari sistem kebahasaan yang ada, misalnya a pair of trousers å ’(sebuah) celana’ dan (2) transposisi pilihan (optional transposition) adalah berkaitan dengan gaya penyusunan struktur dalam BT, misalnya pada kalimat berikut ini.

(22) BS : Roni never gave his Mom any gifts dapat diterjemahkan dengan berbagai gaya/cara.

(23) BT : (a) Roni tak pernah memberi hadiah apapun pada ibunya.

(b) Tak satu hadiah pun yang pernah diberikan Roni pada ibunya. (c) Roni sama sekali tak pernah memberi hadiah pada ibunya.


(59)

Tabel 8 berikut ini memaparkan bentuk transposisi yang terdapat pada DK. Tabel 8. Data Transposisi

Bahasa Inggris Bahasa

Indonesia

Proses Transposisi

applicable exhibit lampiran yang berlaku

applicable (adjektif) å yang berlaku (klausa relatif)

marketable securities

sekuritas yang dapat dipasarkan

marketable (adjektif) å yang dapat dipasarkan (klausa relatif)

any purported provision

setiap ketentuan purported provision (frasa) å ketentuan (kata benda)

satisfactory performance

pekerjaan yang memuaskan

satisfactory (adjektif) å yang memuaskan (klausa relatif)

stamp duty materai stamp duty (frasa) å materai (kata benda) income statement laporan laba rugi income (kata benda) å laba rugi (kata

majemuk)

4.1.2.5.Modulasi

Modulasi adalah variasi bentuk pesan yang diperoleh dengan merubah cara pandang. Perubahan ini dapat ditentukan ketika hasil terjemahan yang secara gramatis mendekati ujaran yang benar tetapi masih dalam pertimbangan ketidaktepatan atau tidak idiomatik atau janggal dalam BT. Bell (1991: 71) menyebutkan bahwa dalam metode penerjemahan bias terjadi pergeseran sudut pandang atau pesan yang sama dan dilihat dari segi yang berbeda.

Ada dua tipe modulasi, yaitu (1) modulasi bebas atau pilihan (free or optional modulation) dan (2) modulasi wajib (obligatory modulation). Modulasi bebas dapat terjadi karena alasan nonlinguistik dan biasanya untuk menekankan maknanya. Sementara modulasi wajib terjadi ketika kata, struktur frasa atau kalimat tidak dapat dijumpai dalam BT.


(60)

Contoh modulasi bebas atau pilihan.

(24) BS : Indonesian people suffer from the consequence of social life degradation. BT : Masyarakat Indonesia menderita karena (adanya) penurunan mutu

kehidupan sosial.

(25) BS : It is not easy to raise kids in metropolitan. (Negative) BT : Sulit membesarkan anak di metropolitan. (Positif)

(26) BS : If case the Daily Services required, the Contractor will provide temporary employee on a shift basis,……(Klausa andai) (L1B (III) BT : Dalam hal jasa harian dibutuhkan, Kontraktor akan menyediakan pekerja sementara berdasarkan regu bergilir, …….(Bukan Klausa andai)

Dalam terjemahan BT ada penambahan kata mutu di antara kata penurunan dan frasa kehidupan sosial. Hal ini terjadi karena tanpa adanya penambahan kata mutu tersebut maka makna hasil terjemahannya akan kabur. Tidak ada penurunan kehidupan sosial, yang turun adalah mutunya.

Contoh modulasi wajib.

(27) BS : The questions are very difficult for us to answer. (aktif) BT : Pertanyaan-pertanyaan tersebut sukar (untuk) dijawab. (pasif)

Dalam konstruksi bahasa Inggris ditemukan adanya objek mendahului subjek (seperti contoh di bawah ini) yang biasanya berkoresponden dengan struktur bahasa Indonesia di mana nomina diikuti oleh klausa relatif pasif.

Contoh:

(28) BS : Contractor shall be responsible and liable dor the payment of severance pay for its employee as required under the Applicable Law. (L5 3)


(61)

BT : Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap pembayaran atas santunan pekerjaannya sebagaimana diisyaratkan di dalam Hukum yang berlaku.

(klausa relatif) (29) BS : The amount to be paid by the Company for the satisfactory performance of the work shall be stated in Exhibit C. L5 2) (frasa nomina) BT : Jumlah yang akan dibayar oleh Perusahaan atas pelaksanaan pekerjaan yang memuaskan diatur di dalam Lampiran C. (klausa relatif)

Selama fokus analisis tesis ini pada istilah (baik yang berbentuk kata maupun frasa) maka proses modulasi tidak dibahas, ditemukan dalam proses penerjemahan DK yang diteliti.

4.1.2.6.Kesepadanan

Kesepadanan (equivalence) sering digunakan dalam proses penerjemahan

khususnya dalam kasus penggunaan struktur dan makna yang seluruhnya berbeda dari teks BS selama fungsi situasi komunikasinya masih sama. Penerjemahan dengan metode ini biasanya digunakan ketika penerjemah menghadapi teks yang kental dengan bentuk-bentuk idiom dan pepatah. Bell (1991: 71) juga menyebutkan bahwa metode penerjemahan dengan metode kesepadanan adalah metode yang menekankan pada kesepadanan fungsi suatu unit linguistik seperti peribahasa, idiom, ucapan selamat, dan lain-lain.

Misalnya:

(30) BS : totally identical

BT : seperti pinang dibelah dua (31) BS : to kill two birds with one stone


(62)

BT : sambil menyelam minum air (32) BS : cock-a-doodle-do

BT : kukuruyuk

(33) BS : still waters run deep BT : air tenang menghanyutkan

Tabel di bawah ini memberikan adanya beberapa bentuk hasil terjemahan dalam DK yang menggunakan metode kesepadanan.

Tabel 9. Data Kesepadanan

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Sumber

stamp duty materai L3 (3)

amount of this invoice jumlah faktur ini L1 D C any purported provision setiap ketentuan L1 A(3) applicable exhibit lampiran yang berlaku L3 3 total base cost jumlah biaya pokok L1 A(3)

4.1.2.7.Penyesuaian

Metode penerjemahan dengan penyesuaian (adaptation) adalah metode yang melakukan penyesuaian karena adanya perbedaan latar belakang budaya di kedua bahasa sehingga konsep yang diacu oleh istilah BS tidak terdapat pada BT (Bell, 1991: 71). Prosedur ini diambil ketika objek atau situasi yang berkaitan dengan budaya yang ada pada BS tidak diketahui dalam BT. Dalam hal ini penerjemah harus menciptakan situasi baru, atau ungkapan baru yang sesuai dengan konteks situasinya. Misalnya:

(34) BS : Dear Sir


(1)

di dalam Lampiran B. Jumlah yang akan dibayar oleh Perusahaan atas pelaksanaan pekerjaan yang memuaskan diatur di dalam Lampiran C.

c. Kontraktor harus bertanggungjawab atas pembayaran santunan pekerjaan karyawan sebagaimana disyaratkan di dalam hukum yang berlaku. Kontraktor akan memberikan ganti rugi kepada Perusahaan dan membebaskan dari setiap dan segala kerugian, tanggungjawab, biaya-biaya, klaim, kerusakan, tuntutan, dan pengeluaran (tetapi tidak termasuk terbatas pada biaya dan ongkos penasihat hukum) dalam segala hal dan jenis, yang disebabkan oleh ketidaktaatan Kontraktor atas ketentuan tersebut.

Dalam hal terdapat perselisihan atau ketidakjelasan antara ketentuan dan persyaratan di dalam Kontrak ini, maka ketentuan atau penafsiran yang paling menguntungkan Perusahaan akan berlaku terhadap hal-hal yang bertentangan, tidak sesuai, dan tidak jelas, dan apabila hal-hal tersebut seimbang, maka ketentuan di dalam Lampiran-lampiran tersebut akan berlaku secara berurutan menurut urutannya, di mana urutan yang lebih dahulu akan berlaku terhadap ketentuan sesudahnya, kecuali terdapat ketentuan khusus di dalam Lampiran B yang secara tegas menentukan bahwa ketentuan di dalamnya akan berlaku di atas ketentuan yang terdapat pada ketentuan umum di dalam Lampiran A.

Kontrak ini akan berlaku dan menggantikan segala persyaratan dan ketentuan yang dicantumkan atau disebutkan dalam persyaratan dan ketentuan umum Kontraktor, daftar harga atau korespondensi atau apa saja yang tersirat di dalam perdagangan, kebiasaan-kebiasaan, praktik-praktik, atau pelaksanaan transaksi kecuali secara khusus ditentukan lain di dalam kontrak ini dan setiap ketentuan yang bertentangan dikecualikan atau dihilangkan.

Kontraktor, Perusahaan,


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Analisis penerjemahan dan pemaknaan istilah pada suatu bidang ilmu dapat memberikan kontribusi yang signifikan dikaitkan dengan pemahaman teks bidang yang bersangkutan. Analisis yang sama yang dilakukan pada dokumen kontrak (DK) dapat dijadikan rujukan dalam tidak hanya memahami dokumen itu sendiri tetapi juga yang jauh lebih penting adalah yang berkaitan dengan proses penerjemahan dokumen tersebut.

Dari hasil analisis yang dilakukan dalam tesis ini memperlihatkan kompleksitas pemahaman tentang prosedur dan metode penerjemahan yang perlu untuk dipahami. Hal-hal yang berkaitan dengan cara identifikasi istilah, penerapan metode penerjemahan yang meliputi banyak hal, seperti misalnya proses peminjaman, calque, terjemahan harafiah, transposisi, modulasi, kesepadanan, penyesuaian, pergeseran struktur, unit, dan kelas, intrasistem dan juga sistem penyerapan istilah asing, sangat perlu untuk diperhatikan.

Dalam hal pergeseran (shifts) misalnya, ada dua jenis pergeseran yang perlu dipahami, yaitu (1) pergeseran unit (level shifts) dan (2) pergeseran kategori (category shifts). Kedua macam pergeseran itu hampir selalu terjadi dalam proses penerjemahan karena secara sintaksis bahasa Inggris sebagai bahasa sumber (BS)


(3)

tidak memiliki kesamaan dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa target (BT). Secara struktural bahasa Inggris memberlakukan pola dasar menerangkan – diterangkan (MD), sedangkan bahasa Indonesia memberlakukan pola dasar yang sebaliknya, yaitu diterangkan – menerangkan (DM). Kondisi ini yang menyebabkan adanya pergeseran yang sangat signifikan dalam proses penerjemahan. Kedua jenis pergeseran itu saling mempengaruhi.

Demikian pula halnya dengan hal-hal yang berkaitan dengan penyerapan dan penerjemahan istilah asing yang terdapat dalam DK. Fokus analisis dalam bidang ini bermanfaat dalam penentuan istilah BT yang tepat. Dengan adanya analisis ini, unsur-unsur yang diterjemahkan akan mendekati kesempurnaan.

5.2. Saran

Setelah menganalisis dokumen kontrak, sebagai salah satu contoh fenomena penerjemahan, penulis mengharapkan bagi para pemerhati terjemahan dan pelaku penerjemahan untuk mengkaji lebih dalam metode dan teknik penerjemahan karena hal itu dapat tidak hanya meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang penerjemahan tetapi juga dapat diaplikasikan dalam praktek penerjemahan. Kajian ilmiah dalam penerjemahan akan menghasilkan produk terjemahan yang memiliki akurasi tinggi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, N. 2005. Translation, Linguistics, and Culture: A French – English Handbook. Toronto: Multilibgual Matters.

Baker, M. 1991. In Other Words: A Coursebook on Translation. London: Routledge. Bassnett-McGuire, S. 1980. Translation Studies. London: Methuen. Edisi Revisi

1991.

Bell, T. R. 1991. Translation and Translating: Theory and Practice. 1st Ed. New York: Longman.

Berman, A. 1985. “La Traduction somme épreuve de l’étrenger,” Texte 4: 67-81. Borges, J.L. 1936. Historia de la eternidad. Buenos Aires: Viau y Zona.

Brisset, A. 1990. Sociocritique de la Traduction: Théâtre et altérité au Québec, (1968-1988). Longueuil, Canada: Le Préambule.

_______, 1996. A Sociocritique of Translation: Theatre and Alterity in Quebec, (1968-1988). Terj. Rosalind Gill dan Roger Gannon, Toronto: University of Toronto Press.

Catford, J.C. 1965. A Linguistic Theory of Translation: An Essay in Applied Linguistics. London: Oxford University Press.

Chesterman, A. (Ed.). 1989. Readings in Translation Theory. Helsinki: Oy Finn Lectura Ab.

Dingwaney, A. dan Carol, M. 1995. Between Languages and Cultures: Translation and cross-cultural texts. London: University of Pittsburgh Press.

Even-Zohar, I. 1975. “Decisions in Translating Poetry,” Hasifrut 21: 32-45. ________, 1990. Polysystem Studies, Poetic Today 11:1.

Frawley, W. (Ed.). 1984. Translation: Literary, Linguistics, and Philosophical Persspectives. Newark: University of Delaware Press.


(5)

Gutt, E.A. 1991. Translation and Relevance: Cognition and Context. Oxford: Blackwell.

Hatim, B. dan Jeremy, M. 2004. Translation : An Advanced resource book. London: Routledge.

Holmes, J. S. 1988. Translated! : Papers on Literary Translation and Translation Studies. Amsterdam: Radopi.

Jakobson, R. (1959/2000) “On linguistic aspecs of translation”, dalam L. Venuti (ed.) (2000) hal. 113-118.

Larson, L. M. 1984. Meaning-based Translation. 2nd Ed. New York: University Press of America.

Leech, G. 1981. Semantics: The Study of Meaning. Harmondsworth: Penguin.

Llewellyn, W. A. 1988. Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary. Massachusetts: Merriam-Webster Inc.

________, 1967. Translation as a Decision Process,” dalam To Honor Roman Jakobson II, The Hague: Mouton, hal. 1171-1182.

Machali, R. 2000. Pedoman bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo.

Mackenzie, I. 1995. Financial English with Mini-Dictionary of Finance. England: LTP.

Majid, A. H. 2007. Kiat Menerjemahkan. Medan: Kopertis Wilayah-I Sumatera Utara – NAD.

Moeliono, A. M. (dkk). 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Munday, J. 2001. Introducing Transkation Studies: Theories and Applications. London: Routledge.

Nababan, M. R. 2003. Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nabokov, V. 1941. “The Art of Translation,” New Republic 105: 160-162. Newmark, P. 1988. Textbook of Translation. 1st Ed. U.K: Prentice Hall.


(6)

Nida, E. A. 1964. Toward a Science of Translating, with a Special Reference to Principles and Procedures Involved in Bible Translation. Leiden, Holland: Brill, dicetak ulang 1982.

Nida, E. A. dan C. Taber. 1969. The Theory and Practice of Translation. Leiden: E.J. Brill.

Olohan, M. 2004. Introducing Corpora in Translation Studies. Oxfordshire: Routledge.

Pym, Anthony. 1992a. Translation and Text Transfer. Frankfurt-am-Main: Peter Lang.

________. 1992b. The Relations between Translation and Material Text Transfer. Target 4, 171-189.

Quine, W.V.O. 1960. Word and Object. Cambridge: MIT Press.

Richard, B. N. 1992. Sepuluh Makalah Mengenai Penerjemahan. Jakarta: Rebia Indah Perkasa.

Simatupang, M., D.S. 2000. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Spivak, G. 1992. Outside in the Teaching Machine. London: Routledge.

Steiner, G. 1975. After Babel: Aspects of Language and Translation. Oxford: Oxford University Press, Edisi Ketiga.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana Press.