ANALISIS KOMPARASI FLYPAPER EFFECT PADA DAERAH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TINGGI DAN RENDAH DENGAN METODE ELASTISITAS : Studi Kasus Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.

(1)

No. Daftar FPEB: 483/UN.40.FPEB.1.PL/2012

ANALISIS KOMPARASI FLYPAPER EFFECT PADA DAERAH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TINGGI DAN RENDAH DENGAN

METODE ELASTISITAS

Studi Kasus Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi

Oleh

CHAIRUNNISA PUSPITAWATI NIM 0807156

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Analisis Komparasi Flypaper Effect

pada Daerah Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Tinggi dan Rendah

dengan Metode Elastisitas

Studi Kasus Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

Oleh

Chairunnisa Puspitawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Chairunnisa Puspitawati 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

ANALISIS KOMPARASI FLYPAPER EFFECT PADA DAERAH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TINGGI DAN RENDAH DENGAN

METODE ELASTISITAS

Studi Kasus Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Disusun Oleh:

Chairunnisa Puspitawati Dosen Pembimbing: Dr. Ikin Solikin, SE., M.Si., Ak Dr. Budi S. Purnomo, SE., MM., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU), masing-masing terhadap Belanja Daerah, mengetahui kemungkinan terjadinya flypaper effect, serta menganalisis kemungkinan adanya perbedaan flypaper effect pada daerah dengan tingkat PAD yang tinggi dan daerah dengan tingkat PAD yang rendah.

Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dan verifikatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja Daerah (RAPBD). Penelitian ini menggunakan sampel 26 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dalam tahun anggaran 2010-2011. Penentuan sampel menggunakan metode sampel jenuh. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dan metode elastisitas untuk menentukan flypaper effect.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun Dana Alokasi Umum (DAU) masing-masing memiliki pengaruh positif terhadap Belanja Daerah. Dimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 54,2%, sedangkan Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh sebesar 70%. Metode elastisitas yang digunakan menunjukkan sebagian besar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat mengalami flypaper effect. Analisis perbandingan (komparasi) flypaper effect dengan metode elastisitas yang dilakukan terhadap 2 (dua) kelompok daerah yaitu, daerah yang kaya akan PAD dan daerah yang miskin PAD, memberikan hasil rata-rata terjadinya flypaper effect pada daerah dengan kaya PAD lebih kecil dibandingkan dengan daerah miskin PAD. Hal ini berarti ada perbedaan flypaper effect pada daerah dengan PAD tinggi maupun PAD rendah.

Kata-kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Belanja Daerah, Flypaper Effect, Metode Elastisitas


(5)

ABSTRACT

COMPARATIVE ANALYSIS OF FLYPAPER EFFECT ON HIGH AND LOW REGIONAL ORIGINAL INCOME WITH THE ELASTICITY METHOD Case Study Regencies/Municipalities Local Government of West Java Province

Proposed by :

Chairunnisa Puspitawati

Supervised by:

Dr. Ikin Solikin, SE., M.Si., Ak Dr. Budi S. Purnomo, SE., MM., M.Si

The purpose of this study is to finding out how much Regional Original Income (PAD) and the General Allocation Fund (DAU) respectively influence the local expenditure, knowing the possibility that there has a flypaper effect or not, and analizing the differences between the occurrences of flypaper in areas with a high level of PAD or in the contrary level of PAD.

The method used in this study is a descriptive and verificative quantitative method. The data used in this study is secondary data in the form of Local Budget and Expenditure Actual Reports. The samples of the study were 26 Regencies/Municipalities Local Government of West Java Province in the fiscal year 2010-2011. This study uses a saturated sample method in order to determine the findings result. The hypotesis is tested by using simple linear regression analysis and elasticity method to determine flypaper effect.

The results of this study indicate both Regionally Original Income (PAD) and the General Allocation Fund (DAU), each have a positive influence on regional expenditure in which the effect of Regionally Original Income (PAD) was 54,2%, whereas the General Allocation Fund (DAU) was 70%. Moreover, the elasticity method reveals that the most of regencies/municipalities have flypaper effect. This result also proves that flypaper effect is still exist. Comparative analysis flypaper effect with elasticity method which is conducted on 2 (two) groups of region, high-PAD region and low-PAD region, actually shows that the average of the occurrence of flypaper effect in the high-PAD region is smaller than the low-PAD region. It means that there is a difference between high and low level of PAD in case of flypaper effect.

Keywords: Regionally Original Income (PAD), General Allocation Fund (DAU),


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... . xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Otonomi Daerah ... 10

2.1.1.1Pengertian Otonomi Daerah ... 10

2.1.1.2Prinsip Otonomi Daerah ... 11

2.1.2 Latar Belakang Transfer ... 13

2.1.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ... 16

2.1.3.1 Pengertian APBD ... 16

2.1.3.2 Fungsi APBD ... 17

2.1.3.3 Klasifikasi APBD ... 18

2.1.4 Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 19

2.1.5 Dana Alokasi Umum (DAU) ... 27

2.1.6 Belanja Daerah ... 29

2.1.7 Pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah ... 34

2.1.8 Pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah ... 35

2.1.9Flypaper Effect ... 37

2.2 Kerangka Pemikiran ... 39

2.3 Hipotesis ... 46

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 47

3.2 Metode Penelitian ... 47

3.2.1 Desain Penelitian ... 48

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 48

3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 50

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 52


(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 65

4.1.1 Tinjauan Umum tentang Subyek Penelitian ... 65

4.1.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 70

4.1.2.1 Deskripsi Data Pendapatan Asli Daerah ... 70

4.1.2.2 Deskripsi Data Dana Alokasi Umum ... 72

4.1.2.3 Deskripsi Data Belanja Daerah ... 74

4.1.3 Analisis Data ... 77

4.1.3.1 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah ... 77

4.1.3.2 Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah... 85

4.1.3.3 Flypaper Effect ... 91

4.1.3.4 Perhitungan Analisis Komparasi Flypaper Effect ... 93

4.2 Pembahasan ... 99

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 107

5.2 Saran... 109 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Realisasi APBD TA 2009 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat 5

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 50

Tabel 3.2 Daftar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat ... 51

Tabel 3.3 Pengambilan Keputusan Autokorelasi ... 57

Tabel 3.4 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 59

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat ... 68

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat ... 69

Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Per-Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2011 ... 71

Tabel 4.4 Realisasi Dana Alokasi Umum Per-Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2011 ... 73

Tabel 4.5 Realisasi Belanja Daerah Per-Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2011 ... 75

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov 79 Tabel 4.7 Hasil Pengujian Asumsi Autokorelasi dengan Uji Durbin Watson . 81 Tabel 4.8 Hasil Pengujian Asumsi Autokorelasi dengan Runs Test ... 82

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Koefisien Korelasi Pearson ... 82

Tabel 4.10 Hasil Regresi Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah .. 83

Tabel 4.11 Hasil Koefisien Determinasi ... 84

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas Kolmogorov Smirnov ... 86

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Asumsi Autokorelasi dengan Uji Durbin Watson 88 Tabel 4.14 Hasil Pengujian Koefisien Korelasi Pearson ... 89

Tabel 4.15 Hasil Regresi Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah... 90

Tabel 4.16 Hasil Koefisien Determinasi ... 91

Tabel 4.17 Perhitungan Flypaper Effect dengan Metode Elastisitas ... 92

Tabel 4.18 Klasifikasi Daerah ... 94

Tabel 4.19 Rata-rata Terjadinya Flypaper Effect berdasarkan Elastisitas PAD pada daerah PAD Rendah dan PAD Tinggi ... 95

Tabel 4.20 Hasil Uji Independent Samples Test ... 96

Tabel 4.21 Uji Kolmogorov Smirnov Dua Sampel ... 97

Tabel 4.22 Rata-rata Terjadinya Flypaper Effect berdasarkan Elastisitas DAU pada daerah PAD Rendah dan PAD Tinggi ... 97

Tabel 4.23 Hasil Uji Independent Samples Test ... 98


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Komposisi Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota

di Indonesia ... 4 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 45 Gambar 4.1 Realisasi PAD Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat TA

2010-2011 ... 72 Gambar 4.2 Realisasi DAU Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat TA

2010-2011 ... 74 Gambar 4.3 Realisasi BD Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat TA

2010-2011 ... 76 Gambar 4.4 Grafik Normalitas Data ... 78 Gambar 4.5 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot .. 80 Gambar 4.6 Grafik Normalitas Data ... 85 Gambar 4.7 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot .. 87


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Frekuensi Bimbingan Lampiran 2 Formulir Perbaikan (Revisi) Seminar

Lampiran 3 Formulir Persetujuan Perbaikan (Revisi) UP Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 5 Surat Keputusan Ujian Sidang

Lampiran 6 Formulir Perbaikan (Revisi) Ujian Sidang Lampiran 7 Formulir Persetujuan Perbaikan (Revisi) UP


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Disahkannya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang kemudian di amandemen menjadi Undang-Undang No.32 Tahun 2004 dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004,

maka telah terjadi perubahan yang fundamental bagi sistem keuangan daerah dimana sistem keuangan yang pada awalnya bersifat sentralisasi berubah menjadi desentralisasi. Hal ini berarti bahwa Pemerintah Pusat telah memberikan kewenangan secara penuh kepada pemerintah daerah untuk mengelola dan mengatur rumah tangganya sendiri dengan sesedikit mungkin campur tangan dari pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk mengeksplor sumber-sumber keuangan yang dimilikinya.

Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah di Indonesia, dimulai dilaksanakan secara efektif pada tanggal 1 Januari 2001. Melalui otonomi diharapkan daerah akan lebih mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat diharapkan tidak terlalu aktif mengatur daerah. Pemerintah daerah diharap mampu memainkan perannya dalam membuka peluang memajukan daerah dengan melakukan identifikasi potensi sumber-sumber pendapatannya dan mampu menetapkan belanja daerah secara ekonomis, wajar, efisien dan efektif termasuk perangkat daerah meningkatkan kinerja, mempertanggungjawabkan kepada pemerintah atasannya maupun kepada publik (H.A.W Widjaja, 2004:101).


(12)

2

Kebijakan ini dipandang sangat demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi yang sesungguhnya. Desentralisasi pada dasarnya memiliki tujuan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan kehidupan berdemokrasi, keadilan, pemerataan dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dan antar daerah (Sidik et al, 2002 dalam Mutiara Maimunah, 2006:2).

Dalam pelaksanaannya, sesuai Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dimaksud dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka Negara Kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan antar daerah secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya (Saragih, 2003).

Wujud dari adanya perimbangan tersebut adalah dengan adanya dana perimbangan yang dialokasikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sebagai salah satu sokongan dana yang dapat digunakan untuk mendanai kebutuhan daerah. Selain itu, dana perimbangan dari pusat juga dapat digunakan untuk menyeimbangkan ketimpangan sumber pendanaan antara pusat dan daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan antar daerah. Dana perimbangan terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Di samping ketiga


(13)

3

dana perimbangan tersebut, pemerintah daerah juga memiliki sumber pendanaan sendiri yang berupa PendapatanAsli Daerah (PAD), pembiayaan dan pendapatan lain-lain. Baik dana perimbangan maupun dana pendapatan asli daerah, sama-sama digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah.

Pemberian transfer yang dilakukan pemerintah pusat pada dasarnya adalah untuk merubah dari eksternalisasi fiskal menjadi internalisasi, perbaikan sistem perpajakan, koreksi ke-tidak efisien-an fiskal, dan pemerataan fiskal antar daerah (Oates, 1999 dalam Haryo Kuncoro, 2007:2). Namun, faktanya alokasi biaya transfer yang dilakukan pemerintah pusat kepada daerah di negara berkembang pada umumnya lebih banyak didasarkan pada aspek belanja tapi kurang memperhatikan kemampuan pengumpulan pajak lokal (Naganathan dan Sivagnanam, 1999 dalam Haryo Kuncoro, 2007:2). Hal ini mengakibatkan pemerintah daerah selalu menuntut transfer yang lebih besar lagi dari pemerintah pusat (Shah, 2004 dalam Haryo Kuncoro, 2007:2), bukannya mengeksplorasi basis pajak lokal secara lebih optimal (Oates, 1999, dalam Haryo Kuncoro, 2007:2). Suatu kondisi ketika respon (belanja) daerah lebih besar terhadap transfer daripada pendapatannya sendiri, disebut flypaper effect (Oates, 1999 dalam Syukriy Abdullah dan Abdul Halim, 2003).

Fenomena flypaper effect ini juga berlaku pada kasus pemerintah daerah kota dan kabupaten di Indonesia. Data hasil temuan Haryo Kuncoro (2007:2) menunjukkan proporsi pendapatan asli daerah (PAD) hanya mampu membiayai belanja pemerintah daerah paling tinggi sebesar 20 persen. Hal ini didukung oleh data yang bersumber dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, yang


(14)

4

menggambarkan bahwa komposisi realisasi pendapatan daerah Kabupaten/Kota di Indonesia dalamTahun anggaran 2009 didominasi oleh Dana Perimbangan sebesar 81,1% diikuti oleh lain-lain pendapatan sah sebesar 11,4% dan sisanya sebesar 7,5% merupakan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Gambar 1.1

Komposisi Realisasi Pendapatan Daerah Kab/Kota di Indonesia Sumber: Analisis Realisasi APBD TA 2009, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan RI

Setiap daerah memiliki karakteristik dan kemampuan mengelola sumber daya yang berbeda-beda. Jawa Barat, merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Dari sisi ekonomi, selama lebih dari tiga dekade ini telah mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Saat ini peningkatan ekonomi modern ditandai dengan peningkatan pada sektor manufaktur dan jasa. Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi dalam sektor manufaktur termasuk diantaranya elektronik, industri kulit, pengolahan makanan, tekstil, furniture dan industri pesawat. Juga panas bumi, minyak dan gas, serta industri petrokimia menjadi andalan Jawa Barat. Selain diunggulkan dengan jumlah penduduk dan kegiatan perekonomiannya, Jawa Barat


(15)

5

juga memiliki banyak tempat-tempat hiburan, rekreasi dan wisata yang menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke Jawa Barat.

Berbagai kondisi yang dijelaskan diatas merupakan potensi-potensi yang dimiliki oleh Provinsi Jawa Barat dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan daerah untuk mendanai Belanja Daerah. Data statistik realisasi APBD Tahun 2009 dengan mengambil sampel 4 kabupaten dan 3 kota di Provinsi Jawa Barat sebagai berikut:

Tabel 1.1

Realisasi APBD TA 2009 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

Kab/Kota PAD DAU Belanja Daerah Proporsi

PAD

Proporsi DAU

Kab. Karawang 133.731.689.147 722.098.972.000 1.274.965.822.798 10,49% 56,64% Kab. Majalengka 68.121.599.611 642.722.208.000 928.141.675.797 7,34% 69,25% Kab. Sumedang 104.172.660.221 629.006.913.000 951.691.409.125 10,95% 66,09% Kab. Tasikmalaya 49.657.867.201 801.713.443.000 1.253.770.095.370 3,96% 63,94% Kota Cirebon 77.318.391.813 365.486.549.000 620.625.958.024 12,46% 58,89% Kota Sukabumi 66.190.680.359 287.525.695.000 557.821.530.539 11,87% 51,54% Kota Banjar 25.849.341.609 209.610.505.000 393.596.851.571 6,57% 53,26%

Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan RI

Berdasarkan tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa proporsi PAD dan DAU terhadap Belanja Daerah memiliki kesenjangan yang cukup besar dimana, rata-rata PAD hanya mampu mendanai kurang dari 15% dari belanja daerah, sedangkan sebagian besar pendanaan belanja daerah bersumber dari DAU dan sisanya dari pendapatan lain-lain.

Penelitian mengenai flypaper effect sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti namun dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk melakukan pengkajian kembali fenomena flypaper effect dengan melakukan analisis komparasi flypaper effect untuk daerah dengan PAD tinggi dan rendah. Penentuan terjadinya flypaper effect pada penelitian ini menggunakan metode elastisitas.


(16)

6

Dalam bidang perekonomian daerah, konsep elastisitas dapat digunakan untuk memahami dampak dari suatu kebijakan, contohnya Pemerintah Daerah dapat mengetahui dampak kenaikan pajak atau subsidi terhadap pendapatan daerah, tingkat pelayanan masyarakat, kesejahteraan penduduk, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan investasi dan indikator ekonomi lainnya serta digunakan untuk menganalisis dampak kenaikan pendapatan daerah terhadap pengeluaran daerah atau jenis pengeluaran daerah tertentu (Anonim, Modul 8 Elastisitas).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Syukriy Abdullah dan Abdul Halim (2003) yaitu selain terletak pada perbedaan jumlah variabel independen, dimana pada penelitian terdahulu menggunakan tambahan Pajak Daerah sebagai variabel independennya (X3), juga tidak menggunakan analisis komparasi flypaper effect. Penelitian yang dilakukan Mutiara Maimunah (2006) memiliki perbedaan dengan penelitian ini, yaitu terletak pada lokasi dan kurun waktu penelitian. Haryo Kuncoro (2007) juga melakukan penelitian mengenai fenomena flypaper effect, perbedaan dengan penelitian ini adalah dimana pada penelitian terdahulu menjelaskan secara lebih luas mengenai fenomena flypaper effect pada kinerja keuangan pemerintah daerah, sedangkan penelitian yang disusun lebih menekankan kepada fenomena flypaper effect pada PAD dan DAU terhadap Belanja Daerah serta analisis komparasi flypaper effect yang dilakukan pada kabupaten/kota dengan PAD tinggi dan rendah. Penelitian dari Diah Ayu Kusumadewi dan Arief Rahman (2007) juga menjadi acuan dalam penelitian ini, perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak kepada cakupan lokasi penelitian, dimana penelitian yang disusun


(17)

7

memiliki cakupan yang lebih khusus yaitu hanya di wilayah Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Barat serta metode penentuan flypaper effect yang berbeda.

Penelitian mengenai flypaper effect khususnya di Jawa Barat juga sebelumnya telah dilakukan yaitu oleh Mayang Sofiani (2007) dan Yuda Husnul Wasa (2010). Pada kedua penelitian sebelumnya sama-sama tidak menggunakan analisis komparasi flypaper effect, oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan analisis untuk mengetahui apakah ada tingkat perbedaan flypaper effect di daerah dengan PAD tinggi dan rendah dengan menggunakan metode elatisitas.

Berdasarkan uraian singkat yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai fenomena flypaper effect dengan melakukan analisis mengenai kemungkinan adanya perbedaan flypaper effect di kabupaten/kota yang memiliki PAD tinggi dengan kabupaten/kota dengan PAD rendah dalam tahun anggaran 2010-2011 dengan menggunakan metode elastisitas. Untuk itu, judul dalam penelitian ini adalah “Analisis Komparasi Flypaper

Effect pada Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tinggi dan Rendah

dengan Metode Elastisitas, Studi Kasus Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat”.


(18)

8

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.

2. Bagaimana pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.

3. Apakah terjadi Flypaper Effect pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dalam tahun anggaran 2010-2011.

4. Apakah terdapat perbedaan Flypaper Effect pada Kabupaten/Kota dengan PAD tinggi dan PAD rendah.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.

2. Mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.

3. Mengetahui kemungkinan terjadinya Flypaper Effect pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dalam tahun anggaran 2010-2011. 4. Mengetahui kemungkinan adanya perbedaan Flypaper Effect pada


(19)

9

1.4Kegunaan Penelitian

Beberapa kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Akademis

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi empiris yaitu menambah pengetahuan dan wawasan mengenai fenomena flypaper effect pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat serta kontribusi teoritis yaitu sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang tertarik pada bidang kajian ini.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah demi perbaikan terutama terkait pelaksanaan otonomi daerah serta penyusunan kebijakan pada periode yang akan datang.


(20)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1Objek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif disebut juga pendekatan traditional, positivism, eksperimental dan empiris, adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori, dan atau hipotesis-hipotesis melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dalam angka (quantitative) dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik dan atau permodelan matematis (Sujoko Efferin, Darmadji dan Tan, 2008:47). Penelitian ini dilakukan pada Kabupaten dan Kota yang terdapat di wilayah Jawa Barat. Penelitian ini menekankan kepada seberapa besar pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah, menganalisis kemungkinan terjadinya flypaper effect di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat pada tahun anggaran 2010-2011 serta melakukan analisis perbandingan flypaper effect pada daerah dengan tingkat PAD tinggi dan rendah.

3.2Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan bagian dari metodologi penelitian yang secara khusus mendeskripsikan tentang teknik pengumpulan dan analisis data (Sujoko Efferin, Darmadji dan Tan, 2008:10).


(21)

48

3.2.1 Desain Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, hendaknya penulis menentukan terlebih dahulu desain penelitian apa yang akan digunakan agar memudahkan peneliti dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaannya. Penelitian yang akan dilakukan adalah untuk memperoleh gambaran mengenai besarnya pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum masing-masing terhadap Belanja Daerah, mengetahui apakah terjadi flypaper effect atau tidak, serta melakukan analisis komparasi flypaper effect pada daerah dengan PAD tinggi maupun rendah. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistika deskriptif dan verifikatif. Metode statistika deskriptif menurut Sugiyono (2012: 147) adalah sebagai berikut:

“Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum.”

Sedangkan Rasdihan Rasyad (2003:6) menjelaskan bahwa metode statistik verifikatif adalah metode yang digunakan untuk melakukan perkiraan (estimate) dan pengujian hipotesis.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Definisi operasionalisasi variabel menurut Imam Chourmain (2008:36) adalah penarikan batasan yang menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih

substantive dari suatu konsep. Tujuannya agar peneliti dapat mencapai suatu alat


(22)

49

maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan

digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya.

Definisi variabel menurut Cooper (dalam Sujoko Efferin, Darmadji dan Tan, 2008) adalah “Variable is used as a synonim for construct or the property being studied. In this context, a variabel is a symbol to which numerals or values are assigned”. Jadi pada dasarnya variabel adalah sesuatu yang berbeda atau membedakan antara suatu hal dengan hal lainnya.

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) jenis variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang nilainya akan bergantung pada nilai dari variabel independen, sedangkan variabel independen memiliki nilai yang lebih bebas, dalam arti lebih bersifat seperti konstanta dalam model matematik (Zikmund, 1997 dalam Sujoko Efferin, Darmadji dan Tan, 2008).

Dalam penelitian ini, variable terikat (dependen) yang digunakan adalah Belanja Daerah. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sebagai variable bebas (independen). Untuk memenuhi penggunaan variabel, menentukan data yang diperlukan serta untuk memudahkan dalam melakukan pengukuran dalam penelitian ini, maka variabel-variabel tersebut di-operasionalisasi-kan kedalam tabel 3.1 sebagai berikut:


(23)

50

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Indikator Skala

Pendapatan Asli Daerah

)

Penjumlahan dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-lain PAD yang sah yang diterima oleh pemerintan kabupaten/kota dalam satu tahun anggaran.

Rasio

Dana Alokasi Umum ( )

Jumlah Dana Alokasi Umum yang diterima oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dalam satu tahun anggaran.

Rasio

Belanja Daerah (Y)

Penjumlahan dari Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten/kota dalam satu tahun anggaran.

Rasio

Sumber: Hasil Pengolahan Data

3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Definisi populasi menurut Sujoko Efferin, Darmadji dan Tan (2008) adalah “Population refers to the entire group of people, events, or things of interest that the researcher wishes to investigate”. Jadi populasi merupakan batas dari suatu objek penelitian dan sekaligus merupakan batas bagi proses induksi (generalisasi) dari hasil penelitian yang bersangkutan. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi (elemen) yang memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai objek penelitian.

Sugiyono (2012:80) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan definisi sampel menurut Sugiyono (2012:81) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.


(24)

51

Populasi dalam penelitian ini adalah daerah kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat. Jumlah kabupaten/kota di Jawa Barat adalah sebanyak 17 kabupaten dan 9 kota. Berikut ini daftar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat:

Tabel 3.2

Daftar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

No. Kabupaten/Kota Ibukota

1 Kabupaten Bandung Soreang

2 Kabupaten Bandung Barat Ngamprah

3 Kabupaten Bekasi Cikarang

4 Kabupaten Bogor Cibinong

5 Kabupaten Ciamis Ciamis

6 Kabupaten Cianjur Cianjur

7 Kabupaten Cirebon Sumber

8 Kabupaten Garut Garut

9 Kabupaten Indramayu Indramayu

10 Kabupaten Karawang Karawang

11 Kabupaten Kuningan Kuningan

12 Kabupaten Majalengka Majalengka

13 Kabupaten Purwakarta Purwakarta

14 Kabupaten Subang Subang

15 Kabupaten Sukabumi Pelabuanratu

16 Kabupaten Sumedang Sumedang

17 Kabupaten Tasikmalaya Singaparna

18 Kota Bandung Bandung

19 Kota Banjar Banjar

20 Kota Bekasi Bekasi

21 Kota Bogor Bogor

22 Kota Cimahi Cimahi

23 Kota Cirebon Cirebon

24 Kota Depok Depok

25 Kota Sukabumi Cisaat

26 Kota Tasikmalaya Tasikmalaya

Sumber: jabarprov.go.id

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan populasi sebagai sampel atau sampel jenuh. Sugiyono (2012: 85) menyatakan bahwa sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Penentuan sampel jenuh sering


(25)

52

dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30, atau penelitian ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang kecil.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sejumlah kabupaten/kota di Jawa Barat sebanyak 26 Kabupaten/Kota dalam kurun waktu tahun anggaran 2010-2011.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik library research (penelitian pustaka). Sujoko Efferin, Darmadji dan Tan (2008:20) menjelaskan bahwa penelitian pustaka adalah penelitian yang sumber datanya merupakan data yang tersedia pada pihak ketiga misalkan perpustakaan maupun lembaga lainnya yang bukan merupakan objek penelitian data itu sendiri (data sekunder). Selain menggunakan penelitian pustaka, peneliti juga melakukan browsing melalui internet untuk memperoleh data pendukung bagi data sekunder yang diperoleh dari objek penelitian serta referensi yang berkaitan dengan penelitian ini.

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sugiyono (2012:137) mengemukakan bahwa data sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Data sekunder juga biasanya bersumber dari literatur, buku-buku maupun dokumen pemerintah/perusahaan. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat dalam tahun anggaran 2010-2011. Data ini bisa didapatkan


(26)

53

dari situs resmi Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dengan alamat website www.djpk.depkeu.go.id namun dikarenakan data yang akan digunakan tidak lengkap, maka peneliti menggunakan data yang bersumber dari Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Tahun 2011 yang diperoleh dari bagian Akuntansi dan Pelaporan Biro Keuangan SETDA Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

3.2.5 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan ketika semua data telah terkumpul lengkap dan siap untuk diolah. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengujian-pengujian menggunakan alat uji yang sesuai dengan jenis penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini terdiri atas dua variabel independen yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU), dan satu variabel dependen yaitu Belanja Daerah. Variabel dalam penelitian ini menggunakan skala rasio, karena data yang digunakan merupakan data keuangan yaitu data realisasi APBD, sehingga alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistika parametris. Menurut Sugiyono (2012:150), statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal, ordinal. Adapun uji statistika parametrik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana (linier). Urutan teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(27)

54

1. Menyusun Hipotesis Penelitian

Definisi hipotesis penelitian menurut Sugiyono (2012:64), hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Penyusunan hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. : β = 0 : PAD berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.

: β ≠ 0 : PAD tidak berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.

2. : β = 0 : DAU berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.

: β ≠ 0 : DAU tidak berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.

3. : β = 0 : Terjadi flypaper effect terhadap Belanja Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.

: β ≠ 0 : Tidak terjadi flypaper effect terhadap Belanja Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.

4. : β = 0 : Tidak ada perbedaan flypaper effect pada daerah dengan PAD tinggi dan daerah dengan PAD rendah.

: β ≠ 0 : Ada perbedaan flypaper effect pada daerah dengan PAD tinggi dan daerah dengan PAD rendah.


(28)

55

2. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dalam penelitian karena dalam penelitian ini menggunakan uji statistika parametris dengan data berbentuk rasio. Hal ini berdasarkan pada pendapat Sugiyono (2012:150) yang mengemukakan bahwa dalam melakukan uji statistika parametris memerlukan terpenuhi banyak asumsi, asumsi utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Imam Ghazali, 2011:160). Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini selain dari menggunakan grafik adalah Uji Kolmogorov Smirnov. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik (Pascal Smart Consulting, 2009).

Pascal Smart Consulting (2009) memberikan gambaran bahwa konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov ini adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan kedalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi dapat dikatakan bahwa uji Kolmogorov Smirnov ini merupakan uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Cara pengujiannya adalah seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi dibawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan atau data


(29)

56

tidak normal, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan signifikan dan berarti data ini normal, tidak berbeda dengan normal baku.

Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Imam Ghazali, 2011:139). Jika varience dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskesdatisitas. Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot. Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam data yang akan kita olah menurut Imam Ghazali (2011:139), yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dengan dasar analisis:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan adanya heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi sederhana (liniear) ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan


(30)

57

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Imam Ghazali, 2011:110). Jika waktu berkaitan satu sama lainnya, masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain (data time series), sedangkan pada data crossection (silang waktu) masalah autokorelasi jarang terjadi. Dalam suatu pengujian regresi dikatakan baik ketika bebas dari unsur autokorelasi. Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson (D-W), dengan tingkat kepercayaan  = 5%. Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi menurut Imam Ghazali (2011:111) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pengambilan Keputusan Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tdk ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl

Tdk ada autokorelasi positif No decision dl≤d≤du

Tdk ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl<d<4

Tdk ada autokorelasi negatif No decision 4-du≤d≤4-dl Tdk ada autokorelasi, positif atau negatif Tdk ditolak du<d<4-du

Sumber: Imam Ghazali, 2011:111

Jika hasil penelitian menunjukkan keputusan “No decision”, maka harus dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui apakah terdapat problem autokorelasi atau tidak. Alat yang dapat digunakan dalam melakukan pengujian autokorelasi adalah Runs Test. Imam Ghazali (2011:120) menerangkan bahwa runs test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk


(31)

58

menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Runs test digunakan dengan tingkat signifikansi 0,05.

3. Koefisien Korelasi Product Moment (Pearson)

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi untuk mengetahui bagaimana variabel-variabel penelitian saling mempengaruhi satu sama lainnya. Andi Supangat (2007:295) menyatakan bahwa: “Apabila dua variabel independen dan variabel dependen mempunyai hubungan atau korelasi, maka perubahan nilai variabel diartikan sebagai variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain”.

Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009: 218), koefisien korelasi digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel terikat Y dengan variabel bebas X. Semakin besar nilai koefisien korelasi menunjukkan semakin eratnya hubungan dan sebaliknya. Banyak macam dari analisis korelasi, namun dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi Product Moment (Pearson). Kegunaan korelasi Product Moment (Pearson) adalah untuk mengetahui derajat kontribusi variabel independen (PAD atau DAU) dengan variabel dependen (BD), menyatakan ada tidaknya hubungan antara variabel X dengan variabel Y dan untuk menyatakan besarnya kontribusi variabel satu terhadap yang lainnya yang dinyatakan dalam persentasi.


(32)

59

Koefisien korelasi Product Moment (Pearson) dapat dirumuskan sebagai berikut:

∑ ∑ ) ∑ )

√{ ∑ ∑ ) }{ ∑ ∑ ) }

Sumber: Sugiyono, 2012:183 Dimana: r = korelasi koefisien

x = variabel independen (PAD atau DAU) y = variabel dependen (Belanja Daerah) n = jumlah sampel

Untuk menentukan kekuatan suatu koefisien korelasi, Sugiyono (2012) memberikan pedoman interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 3.4

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono, 2012:184

Angka koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai dengan ± 1,00. Tanda plus minus pada angka koefisien korelasi berfungsi untuk menunjukkan arah korelasi. Apabila angka koefisien korelasi bertanda plus (+) maka korelasi tersebut positif dan arah korelasi satu arah, sedangkan apabila angka koefisien korelasi bertanda negatif (-) maka korelasi tersebut negatif dan arah korelasi tersebut berlawanan arah dan jika angka koefisien korelasi = 0, hal ini menunjukkan tidak ada korelasi (Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi, 2010). Sudjana (1997:244) mengemukakan batas-batas koefisien korelasi sebagai berikut


(33)

60

Dengan menggunakan perhitungan matematika, ternyata dapat dibuktikan, bahwa batas-batas koefisien korelasi itu ditentukan oleh:

-1 ≤ r ≤ + 1

Sumber: Sudjana, 1997:244

Tanda positif menyatakan bahwa antara variabel-variabel itu terdapat korelasi positif atau korelasi langsung yang berarti nilai variabel X yang kecil berpasangan dengan nilai variabel Y yang kecil dan nilai X yang besar berpasangan dengan nilai variabel Y yang besar. Sedangkan jika variabel X yang besar berpasangan dengan Y yang kecil dan jika variabel X kecil berpasangan dengan Y yang besar, akan diperoleh korelasi negatif atau korelasi invers.

4. Analisis Regresi Sederhana (Linier)

Menurut Mc Clave et al. (dalam Sujoko Efferin, Darmadji dan Tan, 2008:177), analisis regresi disamping dapat dipergunakan untuk melakukan prediksi terhadap variabel dependen, dapat juga digunakan untuk melakukan identifikasi suatu jenis hubungan matematis yang ada dari suatu variabel independen terhadap suatu variabel dependen, serta untuk melakukan kuantifikasi pengaruh suatu perubahan pada variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut Sugiyono (2012:188), persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi (dirubah-rubah). Analisis regresi sederhana (linier) digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar nilai BD (Y) apabila terjadi perubahan pada PAD ( ) dan DAU ( ).

Persamaan analisis regresi linear secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:


(34)

61

Sumber: Sugiyono, 2012:188

Dimana: Y’= Nilai yang diprediksikan = Konstanta atau bila harga X = 0 b = Koefisien regresi

X = Nilai variabel independen

5. Koefisien Determinasi

Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut koefisien determinasi yang besarnya adalah kuadrat koefisien korelasi ). Imam Ghazali (2011:97) menerangkan bahwa koefisien determinasi ( ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang kecil menyatakan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas, sedangkan nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Koefisien determinasi akan menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel yang lain (Purbayu Budi Santosa dan Ashari, 2005:125). Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Koefisien Determinasi = Sumber: Sudjana, 1997:246


(35)

62

Sudjana (1997:247) menentukan batas-batas koefisien determinasi sebagai berikut:

0 ≤ ≤ 1

Sumber: Sudjana, 1997:247

- Jika nilai Kd ( ) = 0, maka tidak ada pengaruh variabel independen (PAD atau DAU) terhadap variabel dependen (BD).

- Jika nilai Kd ( ) = 1, maka variasi (naik-turunnya) variabel dependen (BD) adalah 100% dipengaruhi oleh variabel independen (PAD atau DAU).

- Jika nilai Kd ( ) berada di antara 0 sampai 1, maka besarnya pengaruh variabel independen (PAD atau DAU) adalah sesuai dengan nilai Kd itu sendiri, dan selebihnya berasal dari faktor-faktor lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa koefisien determinasi tidak pernah negatif dan paling besar sama dengan satu. Dalam penggunaannya koefisien determinasi dinyatakan dalam persen, sehingga setiap hasil yang diperoleh perlu dikalikan dengan 100%. Hasilnya, diartikan sebagai variasi variabel yang satu disebabkan oleh perubahan variabel yang lainnya, tepatnya jika koefisien korelasi antara dua variabel X dan Y sama dengan r, maka 100 % variasi dalam variabel Y disebabkan oleh variasi dalam X (Sudjana, 1997:247).

6. Menentukan Flypaper Effect

Perhitungan flypaper effect berbeda-beda dengan penelitian sebelumnya sesuai dengan acuan teori yang digunakan. Penentuan flypaper effect dalam penelitian ini mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Gorodnichenko (2001, dalam Haryo Kuncoro, 2007), yang membagi fenomena flypaper effect kedalam dua versi yaitu versi pertama merujuk pada peningkatan pajak daerah dan anggaran belanja pemerintah yang berlebihan dan versi kedua mengarah pada


(36)

63

elastisitas pengeluaran terhadap transfer yang lebih tinggi daripada elastisitas pengeluaran terhadap penerimaan pajak daerah. Oleh karena itu metode elastisitas digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan apakah terjadi flypaper effect atau tidak pada masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat.

Pada umumnya elastisitas digunakan untuk mengukur seberapa besar perubahan suatu variabel terhadap perubahan variabel lain. Rumus elastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sumber: T. Gilarso, 2007:52

Di mana:

= Koefisien Elastisitas

= Perubahan Belanja Daerah

= Perubahan PAD / Perubahan DAU Q = Belanja Daerah awal

P = PAD / DAU awal

Perhitungan di atas dilakukan pada masing-masing variabel independen (X) yaitu PAD dan DAU sehingga menghasilkan elastisitas PAD dan elastisitas DAU. Penentuan terjadinya flypaper effect atau tidak adalah dengan membandingkan koefisien elastisitas PAD dan DAU. Jika koefisien PAD lebih besar dibandingkan koefisien DAU maka tidak terjadi flypaper effect pada daerah yang diteliti. Sebaliknya, jika koefisien elastisitas DAU lebih besar dibandingkan koefisien elastisitas PAD maka daerah tersebut mengalami flypaper effect.


(37)

64

7. Menentukan Klasifikasi Daerah

Untuk melakukan pengujian atas hipotesis keempat mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Diah Ayu Kusumadewi dan Arief Rahman (2007), daerah kabupaten/kota yang menjadi sampel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi kategori daerah dengan PAD tinggi dan daerah dengan PAD rendah. Pengklasifikasian ini didasarkan pada nilai presentase dari DOF (derajat otonomi fiskal) dari masing-masing daerah yang dihitung dengan cara membandingkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan total pendapatan daerah tersebut. Perhitungan DOF dapat dirumuskan sebagai berikut:

)

Sumber: Diah Ayu Kusumadewi dan Arief Rahman, 2007:74

Daerah dengan nilai rasio DOF diatas rata-rata dikategorikan sebagai daerah dengan PAD tinggi dan daerah dengan nilai rasio DOF dibawah rata-rata dikategorikan sebagai daerah dengan PAD rendah. Setelah dilakukan pengklasifikasian daerah, masing-masing daerah dengan DOF rendah dan daerah dengan DOF tinggi dilakukan uji komparasi dengan menggunakan uji t-test (uji beda) dan uji Kolmogorov Smirnov.


(38)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan dari penelitian yang telah dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah di Kota/Kabupaten di Jawa Barat pada periode 2010-2011. Hasil analisis data yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi pearson yang telah dilakukan, menunjukkan hasil bahwa antara Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah memiliki hubungan yang kuat.Selain itu berdasarkan regresi sederhana menunjukkan arah yang positif dari Pendapatan Asli Daerah dalam mempengaruhi Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat. Nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa PAD berpengaruh terhadap Belanja Daerah sebesar 54,2%.

2. Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah di Kota/Kabupaten di Jawa Barat pada periode 2010-2011. Hasil analisis korelasi pearson yang telah dilakukan, menunjukkan hasil bahwa antara Dana Alokasi Umum dan Belanja Daerah memiliki hubungan yang sangat kuat. Selain itu berdasarkan regresi sederhana menunjukkan arah yang positif dari Dana Alokasi Umum dalam mempengaruhi Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat. Nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa DAU berpengaruh terhadap Belanja Daerah sebesar 70%.


(39)

108

3. Terdapat flypaper effect pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat pada periode 2010-2011. Menggunakan metode elastisitas dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa sebagian besar daerah mengalami flypaper effect yaitu sebanyak 23 daerah dan hanya 3 daerah yang dinyatakan bebas dari flypaper effect. Hal ini didasarkan kepada hasil penelitian yang sesuai dengan syarat terjadinya flypaper effect dimana nilai koefisien elastisitas DAU lebih besar dibandingkan nilai koefisien elastisitas PAD. Dengan kata lain, sebagian besar pemerintah daerah masih bergantung terhadap pemerintah pusat dan belum cukup mandiri dalam menyelenggarakan kegiatan keuangannya.

4. Terdapat perbedaan flypaper effect pada daerah dengan PAD tinggi maupun PAD rendah. Hal ini didasarkan pada hasil analisis komparasi yang telah diakukan menggunakan uji t-test dan kolmogorov smirnov pada elastisitas PAD dan DAU. Pada daerah dengan PAD Rendah dengan jumlah amatan sebanyak 14 daerah rata-rata terjadinya flypaper effect sebanyak 1,5136 sedangkan pada daerah dengan PAD tinggi dengan jumlah amatan sebanyak 9 daerah terjadi flypaper effect dengan rata-rata 0,6275. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi-rendahnya PAD menentukan flypaper effect yang terjadi, dimana pada daerah dengan PAD tinggi memiliki kecenderungan mengalami flypaper effect lebih kecil dibandingkan daerah dengan PAD rendah.


(40)

109

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka ada beberapa hal yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat yang diproksikan dalam bentuk transfer dana keuangan (DAU). Akan tetapi diharapkan melakukan optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah (PAD) yang akan memberikan kontribusi utama bagi kegiatan keuangan pemerintah daerah khususnya dalam pemungutan pajak daerah seperti pajak parkir, pajak penerangan jalan dsb. Selain itu pemerintah daerah juga diharapkan dapat mengalokasikan belanja daerah secara proporsional dan berorientasi terhadap pelayanan dan kesejahteraan publik sehingga produktivitas masyarakat meningkat dan secara tidak langsung meningkatkan pula kemandirian daerah tersebut.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengkaji penelitian ini lebih lanjut, disarankan agar penelitian dilakukan dalam jangka waktu lebih dari 2 tahun anggaran, agar flypaper effect dapat dilihat perkembangannya dari tahun ke tahun. Selain itu, dalam penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis lebih dalam mengenai kemungkinan ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya flypaper effect.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2002. Seri Akuntansi Sektor Publik-Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta: Salemba Empat.

________. 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Yogyakarta: AMP YKPN.

Ahmad Yani. 2004. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Andi Supangat. 2007. Statistika: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensial dan Nonparametrik. Edisi I. Jakarta: Kencana.

Anonim. Modul 8 Elastisitas. [Online]. Tersedia:

http://id.scribd.com/doc/2903501/Modul-8-Elastisitas. [Diakses pada 4 Agustus 2012].

Bambang Agus Pramuka. 2010. “Flypaper Effect pada Pengeluaran Pemerintah

Daerah di Jawa”. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 11 No. 1, Juni

2010, 1-12.

Deddi Nordiawan. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat. Deddi Nordiawan, dkk. 2007. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat. Diah Ayu Kusumadewi dan Arief Rahman. 2007. “Flypaper Effect pada Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia Vol. 11 No. 1, Juni 2007, 67-80.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. 2010. Analisis Realisasi APBD Tahun Anggaran 2009. Jakarta: Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

H.A.W. Widjaja. 2004. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Haryo Kuncoro. 2007. “Fenomena Flypaper Effect pada Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar.

Imam Chourmain. 2008. Acuan Normatif Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Al-Haramain Publishing House.


(42)

Imam Ghazali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: BP-UNDIP.

Indra Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan

Keuangan. [Online]. Tersedia: http://djpk.depkeu.go.id/.

Kesit Bambang Prakosa. 2004.“ A n a l i s i s P e n g a r u h D a n a

A l o k a s i U m u m ( D A U ) d a n

P e n d a p a t a n A s l i D a r a h ( P A D ) t e r h a d a p P r e d i k s i B e l a n j a D a e r a h ( s t u d i e m p i r i k d i w i l a y a h P r o p i n s i

J a w a T e n g a h d a n D I Y ) ”, Jurnal Akuntansi dan

Auditing Indonesia, Vol. 8 No. 2.

Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi. Istilah Pengukuran Statistik. [Online]. Tersedia: http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/10/istilah-pengukuran-statistik.html.[10 Mei 2012].

Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Edisi II. Yogyakarta: Andi.

Masyarakat Transparansi Indonesia. FAQ: Otonomi Daerah. [Online]. Tersedia: www.transparansi.or.id/tentang/otonomi-daerah. [5 Mei 2012].

Mayang Sofiani. 2007. “Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan

Asli Daerah terhadap Belanja Daerah”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Padjadjaran.

Menteri Dalam Negeri. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Mutiara Maimunah. 2006. “Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU)

dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada

Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera”. Simposium Nasional Akuntansi IX.

Padang.

Nurlan Darise. 2009. Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Indeks.

Pambudi Tri Widodo. 2007. “Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Bali”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.


(43)

Pascal Smart Consulting. Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov. [Online]. Tersedia: http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/uji-normalitas-dengan-kolmogorov.html.[27 Mei 2012].

Pemerintah Provinsi Jawa Barat. [Online]. Tersedia: http://jabarprov.go.id/. Purbayu Budi Santosa dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel

& SPSS. Yogyakarta: Andi.

Rasdihan Rasyad. 2003. Metode Statistik Deskriptif. Jakarta: Grasindo.

Republik Indonesia. 1999. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

______________. 1999. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

_______________. 2004. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

_______________. 2004. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Riandasa Anugerah Febrian. (2011). Pengertian Flypaper Effect. [Online]. Tersedia: http://accounting1st.wordpress.com/2011/07/05/pengertian-flypaper-effect/. [17 Januari 2012].

Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Siregar, Baldric dan Bonni Siregar. 2001. Akuntansi Pemerintahan: Dengan Sistem Dana. Yogyakarta: STE YKPN.

Sudjana. 1997. Statistika Untuk Ekonomi dan Niaga. Jilid II. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Suharyadi dan Purwanto. 2009. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat.

Sujoko Efferin, Darmadji, S. H., dan Tan, Y. 2008. Metode Penelitian Akuntansi: Mengungkap Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(44)

Syukriy Abdullah dan Abdul Halim. 2003. “Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali”. Simposium Nasional Akuntansi VI, Yogyakarta, Hal 1140-1159.

T. Gilarso. 2007. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Edisi Revisi. Yogyakarta: Kanisius.

Yuda Husnul Wasa. 2010. “Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Barat”. Skripsi. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis


(1)

108

3. Terdapat flypaper effect pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat pada periode 2010-2011. Menggunakan metode elastisitas dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa sebagian besar daerah mengalami flypaper effect yaitu sebanyak 23 daerah dan hanya 3 daerah yang dinyatakan bebas dari flypaper effect. Hal ini didasarkan kepada hasil penelitian yang sesuai dengan syarat terjadinya flypaper effect dimana nilai koefisien elastisitas DAU lebih besar dibandingkan nilai koefisien elastisitas PAD. Dengan kata lain, sebagian besar pemerintah daerah masih bergantung terhadap pemerintah pusat dan belum cukup mandiri dalam menyelenggarakan kegiatan keuangannya.

4. Terdapat perbedaan flypaper effect pada daerah dengan PAD tinggi maupun PAD rendah. Hal ini didasarkan pada hasil analisis komparasi yang telah diakukan menggunakan uji t-test dan kolmogorov smirnov pada elastisitas PAD dan DAU. Pada daerah dengan PAD Rendah dengan jumlah amatan sebanyak 14 daerah rata-rata terjadinya flypaper effect sebanyak 1,5136 sedangkan pada daerah dengan PAD tinggi dengan jumlah amatan sebanyak 9 daerah terjadi flypaper effect dengan rata-rata 0,6275. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi-rendahnya PAD menentukan flypaper effect yang terjadi, dimana pada daerah dengan PAD tinggi memiliki kecenderungan mengalami flypaper effect lebih kecil dibandingkan daerah dengan PAD rendah.


(2)

109

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka ada beberapa hal yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat yang diproksikan dalam bentuk transfer dana keuangan (DAU). Akan tetapi diharapkan melakukan optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah (PAD) yang akan memberikan kontribusi utama bagi kegiatan keuangan pemerintah daerah khususnya dalam pemungutan pajak daerah seperti pajak parkir, pajak penerangan jalan dsb. Selain itu pemerintah daerah juga diharapkan dapat mengalokasikan belanja daerah secara proporsional dan berorientasi terhadap pelayanan dan kesejahteraan publik sehingga produktivitas masyarakat meningkat dan secara tidak langsung meningkatkan pula kemandirian daerah tersebut.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengkaji penelitian ini lebih lanjut, disarankan agar penelitian dilakukan dalam jangka waktu lebih dari 2 tahun anggaran, agar flypaper effect dapat dilihat perkembangannya dari tahun ke tahun. Selain itu, dalam penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis lebih dalam mengenai kemungkinan ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya flypaper effect.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2002. Seri Akuntansi Sektor Publik-Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta: Salemba Empat.

________. 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Yogyakarta: AMP YKPN.

Ahmad Yani. 2004. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Andi Supangat. 2007. Statistika: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensial dan Nonparametrik. Edisi I. Jakarta: Kencana.

Anonim. Modul 8 Elastisitas. [Online]. Tersedia: http://id.scribd.com/doc/2903501/Modul-8-Elastisitas. [Diakses pada 4 Agustus 2012].

Bambang Agus Pramuka. 2010. “Flypaper Effect pada Pengeluaran Pemerintah

Daerah di Jawa”. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 11 No. 1, Juni 2010, 1-12.

Deddi Nordiawan. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat. Deddi Nordiawan, dkk. 2007. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat. Diah Ayu Kusumadewi dan Arief Rahman. 2007. “Flypaper Effect pada Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia Vol. 11 No. 1, Juni 2007, 67-80.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. 2010. Analisis Realisasi APBD Tahun Anggaran 2009. Jakarta: Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

H.A.W. Widjaja. 2004. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Haryo Kuncoro. 2007. “Fenomena Flypaper Effect pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar.

Imam Chourmain. 2008. Acuan Normatif Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Al-Haramain Publishing House.


(4)

Imam Ghazali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: BP-UNDIP.

Indra Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan

Keuangan. [Online]. Tersedia: http://djpk.depkeu.go.id/.

Kesit Bambang Prakosa. 2004.“ A n a l i s i s P e n g a r u h D a n a

A l o k a s i U m u m ( D A U ) d a n

P e n d a p a t a n A s l i D a r a h ( P A D ) t e r h a d a p P r e d i k s i B e l a n j a D a e r a h ( s t u d i e m p i r i k d i w i l a y a h P r o p i n s i

J a w a T e n g a h d a n D I Y ) ”, Jurnal Akuntansi dan

Auditing Indonesia, Vol. 8 No. 2.

Konsultan Skripsi, Tesis, Disertasi. Istilah Pengukuran Statistik. [Online]. Tersedia: http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/10/istilah-pengukuran-statistik.html.[10 Mei 2012].

Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Edisi II. Yogyakarta: Andi.

Masyarakat Transparansi Indonesia. FAQ: Otonomi Daerah. [Online]. Tersedia: www.transparansi.or.id/tentang/otonomi-daerah. [5 Mei 2012].

Mayang Sofiani. 2007. “Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan

Asli Daerah terhadap Belanja Daerah”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran.

Menteri Dalam Negeri. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Mutiara Maimunah. 2006. “Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada

Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera”. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

Nurlan Darise. 2009. Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Indeks.

Pambudi Tri Widodo. 2007. “Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Bali”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.


(5)

Pascal Smart Consulting. Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov. [Online]. Tersedia: http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/uji-normalitas-dengan-kolmogorov.html.[27 Mei 2012].

Pemerintah Provinsi Jawa Barat. [Online]. Tersedia: http://jabarprov.go.id/. Purbayu Budi Santosa dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel

& SPSS. Yogyakarta: Andi.

Rasdihan Rasyad. 2003. Metode Statistik Deskriptif. Jakarta: Grasindo.

Republik Indonesia. 1999. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

______________. 1999. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

_______________. 2004. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

_______________. 2004. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Riandasa Anugerah Febrian. (2011). Pengertian Flypaper Effect. [Online]. Tersedia: http://accounting1st.wordpress.com/2011/07/05/pengertian-flypaper-effect/. [17 Januari 2012].

Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Siregar, Baldric dan Bonni Siregar. 2001. Akuntansi Pemerintahan: Dengan Sistem Dana. Yogyakarta: STE YKPN.

Sudjana. 1997. Statistika Untuk Ekonomi dan Niaga. Jilid II. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Suharyadi dan Purwanto. 2009. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat.

Sujoko Efferin, Darmadji, S. H., dan Tan, Y. 2008. Metode Penelitian Akuntansi: Mengungkap Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(6)

Syukriy Abdullah dan Abdul Halim. 2003. “Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali”. Simposium Nasional Akuntansi VI, Yogyakarta, Hal 1140-1159.

T. Gilarso. 2007. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Edisi Revisi. Yogyakarta: Kanisius.

Yuda Husnul Wasa. 2010. “Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Barat”. Skripsi. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia.