KINERJA PAMONG BELAJAR SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) : Studi Korelasional antara Intensitas Pelatihan, dan Motivasi Kerja, dengan Kinerja Pamong Belajar SKB, Dibawah Binaan BPKB Palembang Propinsi Sumatera Selatan dan Propinsi Riau.

KINERJA PAMONG BELAJAR

SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB)
(Studi Korelasional antara Intensitas Pelatihan, dan Motivasi Kerja,
dengan Kinerja Pamong Belajar SKB, Dibawah Binaan BPKB Palembang
Propinsi Sumatera Selatan dan Propinsi Riau)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Pada Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pelatihan

Oleh :

DRS. MAHIR SIAHAAN
NIM : 9 8 9 5 4 2

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul " Kinerja Pamong

Belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) "Studi Korelasional antara Intensitas
Pelatihan, dan Motivasi Kerja, dengan Kinerja Pamong Belajar di Propinsi Sumatera
Selatan dan Riau".

Tesis ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya

sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan
etikayang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam

karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2000.
Yang membuat pernyataan,

Mahir Siahaan

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH
PEMBIMBING

PROF. DR. H. DJUDJU SUDJANA, M.Ed

Pembimbing

I

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed
Pembimbing

II


ABSTRAK

Latar belakang dalam penelitian ini adalah tertariknya penulis melihat adanya
kesenjangan kinerja para pamong belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), tempat
penulis bertugas yaitu di daerah binaan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB)
Palembasng Sumatera Selatan dan Propinsi Riau. Penelitian ini mengungkapkan ; (1)
gambaran tentang hubungan antara intensitas pelatihan dengan kinerja pamong belajar,
((2) gambaran tentang hubungan motivasi kerja dengan kinerja pamong belajar, (3)
gambaran tentang hubungan intensitas pelatihan, dan motivasi kerja dengan kinerja
pamong belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), dibawah binaan Balai
Pengembanagan Kegiatan Belajar (BPKB) Palembang, yaitu daerah Propinsi Sumatera
Selatan dan Propinsi Riau.

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian ini secara teoritis dapat dikaji
tentang teori intensitas pelatihan Rolf P. Lynton dan Udai Pareek (1992), menyatakan;

pelatihan sangat memerlukan penelitian, karena pelatihan adalah bidang yang terus
bergerak dan berkembang dengan cepat. Moekidjat (1991) mengungkapkan; pelatihan
merupakan suatu penciptaan lingkungan dimana para karyawan dapat memperoleh

pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dan perilaku spesifik yang berkaitan dengan
pekerjaannya. Henry Simamora (1995), dalam teorinya menyatakan; pelatihan berperan
besar dalam menentukan efektifitas dan efisiensi suatu oraanisasi. Memutahirkan

keahlian para karyawan sejalan dengan perubahan teknologi. Teori motivasi dari Melayu
SP. Hasibuan (1993), mengungkapkan; motivasi mempersoalkan bagaimana caranya
mendorong gairah kerja karyawan, agar mereka mau bekerja keras. Panji Anaroga (1995)
berpendapat bahwa; motivasi individu dapat timbul dari diri individu (motivasi
instrinsik), dan dapat timbul dari luar individu (motivasi ekstrinsik), keduanya
mempunyai pengaruh terhadap perilaku dan prestasi kerja. Nawawi Hadari dan Martini
Hadari (1995), menyatakan; pemimpin harus mengetahui peranan motivasi untuk
mempengaruhi anggota kelompok. A. Dale Timpe (1999), mengungkapkan bahwa;

motivasi yaitu keinginan unrtuk berperforma sesuai dengan pengharapan. Agus Dharma
(1998) berpendapat bahwa; kinerja dipengaruhi oleh faktor karyawan, pekerjaan,
mekanisme kerja, dan lingkungan kerja, A. Dale Timpe (1999) menyatakan bahwa; mari
kita tinggalkan penilaian kinerja, tetapi kita harus mengkajinya.
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan metoda
korelasional. Populasi adalah seluruh pamong belajar yantg berada di Propinsi Sumnatera
Selatan dan Propinsi Riau sebanyak 157 orang. Sampel diambil secara Proportional

Random Sampling. Jumlah sampel sebanyak 70 responden. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi dan korelasi. Alat pengumpu! data yang dipergunakan
untuk variabel indevenden, dan devenden adalah kuissioner yang terlebih dahulu diuji
validitas dan reliabilitasnya.

Hasil dari penelitian ini adalah; (1) terdapat hubungan positif yang signifikan

antara intensitas pelatihan dengan kinerja pamong belajar, tergambar dari harga %2 regresi
4,042, distribusi data Xi normal, sehingga penggunaan statistik parametrik dibenarkan.

Skor kinerja pamong belajar (Y), adalah terendah 88 dan tertinggi 162, dengan rata-rata
137,51. Persmaan regresi Y = 88,8 + 4,66, koefisien korelasi nenunjukkab harga positip.
(2) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja
pamong belajar, tergambar dari persamaan regresi y = 5,4 + 1,08 X2 dengan koefisien
korelasi diperoleh nilai r xy = 0,83 V dan koefisien kinerja 69,1% (3). Terdapat hubungan
positif yang signifikan antara intensitas pelatihan, dan motivasi kerja, dengan kinerja
pamong belajar, tergambar dari persamaan regresi y = 27,8 + 2,77 Xi + 0,660 X2, dengan
iv

koefisien korelasi diperoleh nilai r xy = 0,909 dan koefisien kinerja 82,7%. Terdapat

perbedaan kinerja antara pamong belajar yang berpendidikan sarjana, dengan yang
berpendidikan SLTA, tergambar pada kinerja pamong belajar yang berpendidikan SLTA
= 130,4762, sedangkan pamong belajaryang berpendidikan sarjana = 148,0714, besarnya
perbedaan kedua rata-rata tersebut sebesar 17,5925.

Implikasi penelitian secara teoritis dan praktis adalah sebagai berikut: (1).
Implikasi teoritis, berkaitan dengan konsep pelatihan yang berhubungan dengan kinerja
seorang pamongbelajar, agar dapat bekerja secara optimal dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), dengan pemberian motivasi secara terus
menerus. (2). Implikasi praktis; yaitu apabila penyelenggaraan pelatihan pamong belajar
hendak meningkatkan kinerja pamong belajar maka perlu diperhatikan kesesuaian
program pelatihan dengan kebutuhan belajar para pamong belajar.

DAFTAR ISI
Halaman

PERNYATAAN

»


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

iii

ABSTRAK

iv

KATA PENGANTAR

vi

DAFTAR ISI

xi

DAFTAR TABEL

xiii


DAFTAR GAMBAR

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xv

BAB I PENDAHULUAN

l

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Identifikasi Masalah
C. Perumusan Masalah

10

H

D. Definisi Operasional

!2

E. Tujuan Penelitian
F. Kerangka Pemikiran

16
18

G. Hipotesis

23^

H. Kegunaan Penelitian

2


j

BAB H LANDASAN TEORITIS
A. Pentingnya Pendidikan dan Pelatihan
B. Pengertian Istilah
1. Pengertian Kinerja
2. Pengertian Pelatihan
3. Pengertian Motivasi
4. Pengertian Tingkat Pendidikan
5. Pengertian Pamong Belajar

-25
25
27
27
28
31
32
32


C. Intensitas Pelatihan

33

D. Motivasi Kerja
E. Tingkat Pendidikan Pegawai
F. Kinerja Karyawan
G. Hasil Penelitian yang Relevan

39
51
57
65
XI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

74

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

74

B. Populasi dan Sampel Penelitian

75

C. instrumen Pengumpul Data

77

D. UjiCoba Instrumen Penelitian

83

E. Teknik Analisis Data

88

F. Langkah-langkah Kegiatan Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Variabel yang Diteliti
B. Depskripsi Hasil Pengolahan Data
1. PengujianNormalitasDistribusi Data

97

100
100
100
100

2. Perhitungan Rata-rata, Simpangan baku dan Kecenderungan

Umum

3. Hubungan Fungsional Antar Variabel Penelitian
a. Hubungan Fumgsional Antara Intensitas Pelatihan (XI)
dengan kinerja pamong belajar ( Y)
b. Hubungan Fungsional antara Motivasi Kerja (X2) dengan
Kinerja Pamong Be;ajar ( Y)
c. Hubungan antara Intensitas Pelatiahan ( XI ), dan Motivasi
Kerja (X2), dengan Kinerja Pamong Belajar (Y)

10J

103

103
106
109

d. Perbedaan Kinerja Pamong Belajar SKB dilihatdari Tingkat
Pendidikan

112

C. Pembahasan Hasil penelitian
D. Temuan Penelitian

113
122

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

124

124

B. Keterbatasan Penelitian

131

C. Implikasi Hasil Penelitian

133

D. Saran-saran

I44

DAFTAR PUSTAKA

147

LAMPIRAN-LAMPIRAN

151

Xll

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1-1 Jenjang Kepangkatan Pamong Belajar

8

Tabel 11-2 Faktror-Faktor Motivasi

47

Tabel III-3 Populasi Penelitian

76

Tabel IV-4 Jumlah Sampel Penelitian

77

Tabel V-5 Indikator Motivasi Kerja

80

Tabel VI-6 Indikator Kinerja Pamong Belajar

81

Tabel VII-7 Variabel Motivasi Kerja ( X2 )

85

Tabel VIII-8 Variabel Kinerja Pamong Belajar ( Y)

86

Tabel IX-9 Harga Uji Reliabilitas Instrumen

88

Tabel X-10 Analisis Varians Dalam Regresi Sederhana

92

Tabel XI-11 Variabel Penelitian Kinerja Pamong Belajar (Y), dan Motiuvasi Kerja
(X2)
102
Tabel XII-12 Hubungan Fungsional Kinerja Pamong Belajar (Y), dengan Intensitas
Pelatihan

105

Tabel XIII-13 Hubungan Fungsional Kinerja Pamong Belajar (Y) Terhadap Motivasi
Kerja (X2)
110
Tabel XIV-14 Hubungan Fungsional Kinerja Pamong Belajar (Y) dengan Intensitas
Pelatihan(XI) dan Motivasi Kerja(X2)

xin

Ill

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1-1 Bagan Struktur Organisasi SKB

6

Gambar II - 2 Hubungan Fungsional Antara Komponen-Komponen PLS

19

Gambar III—3 Hubungan Variabel-Variabel Penelitian

22

.Gambar IV-4 Kebutuhan Pendidikan

54

Gambar V- 5Faktor Uama yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

59

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

T
• „
Lampiran

Halaman

1. Instrumen Uji Coba

151

2. Pengujian Validitas Variabel Motivasi Kerja (X2)

161

3. Tabel Kerja Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Motivasi Kerja

162

4. Pengujian Validitas Variabel Kinerja Pamong Belajar (Y)

166

5. Tabel Kerja Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kinerja Pamong Belajar
6. Pengujian Reliabilitas Instrumen Motivasi Kerja (X2)
7. Mencari harga varians tiap item soal

169
171
I74

8. Uji Keberartian rreliabilitas instrumen
9. Pengujian Reliabilitas Instrumen Kinerja Pamong Belajar (Y)

181
182

10. Mencari harga varians tiap item soal

185

11. Uji Keberartian rreliabilitas instrumen



185

12. Instrumen Penelitian

194

13. Data Uji Coba Variabel X2
14. Data Uji Coba Variabel Y
15. Summary Statistiics for Discrete Variables
16. Rekapitulasi Data Penelitian
17. Pengujian Normalitas Distribusi Untuk Variabel XI
18. Pengujian Normalitas Distribusi Untuk Variabel X2
19. Pengujian Normalitas Distribusi Untuk Variabel Y
20. Descriptive Statistik
21. Analisis Regresi dan Korelasi antara XI dan Y
22. Analisis Regresi dan Korelasi antara X2 dan Y
23. Analisis Regresi dan Korelasi antara XI dan X2 dengan Y
24. Diagram Pencar XI dengan X2
25. Group Statistik
26. Tabel Harga Kritik dari r-Product-Moment

204
205
206
207
209
210
211
212
213
213
213
214
2l5
216

xv

27. Harga Kritik Chi Kwadrat

217

28. Luas di Bawah Lengkungan Normal

218

29. Nilai Kritis Distribusi Normal t
30. Tabel Nilai Persentil Untuk Distribusi F

219
220

31. Permohonan izin mengadakan studi lapangan dari PPS UPI Bandung

224

32. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian dari Kepala BPKB Palembang
33. Daftar Riwayat Hidup Penulis

225
226

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan sumber daya manusia (human resources development) pada
zaman reformasi sekarang ini, merupakan suatu hal yang mutlak harus dilaksanakan.

Aset lembaga pemerintahan maupun swasta adalah aset manusia dari lembaga atau

organisasi tersebut, dan mereka bukanlah sumber daya yang tidak hidup (inanimate),
seperti layaknya modal, tanah, dan pabrik, melainkan sumber daya manusia yang
hidup.

Para pelaksana roda pemerintahan maupun swasta tidak akan dapat

dimaksimalkan kinerjanya, maupun produktifitas perusahaan tersebut tanpa adanya

karyawan yang memiliki dedikasi yang tinggi, yang-diangkat secara terus menerus

ilmu pengetahuan, sikap, dan terutama ketrampilannya melalui pengembangan sumber
daya manusia, dan hal ini dapat terjawab lewat pendidikan luar sekolah.
"Sumber daya manusia merupakan dasar pokok untuk kekayaan nasional.
Sumber daya alam dan sumber daya kapital dianggap sebagai faktor-faktor

produksi, pasip, sedangkan sumber daya manusia adalah agen-agen aktip, yang
mengakumulasikan kapital, mengeksploitasi sumber daya alam, membangun
sosial ekonomi dan organisasi sosial politik serta membawa tercapainya

pembangunan nasional, Harbinson (1973 :132)".

Dalam pendekatan sumber daya manusia, tujuan-tujuan dari pembangunan

adalah pendayagunaan semaksimal mungkin manusia seutuhnya dalam aktivitas yang

lebih produktif dan pengembangan sepenuh mungkin pengetahuan (knowledge), sikap

(uptitude), dan ketrampilan (skill), dari setiap kekuatan tenaga kerja yang berhubungan
dengan aktivitasnya masing-masing.

Pendidikan sebagai bahagian dari pembangunan nasional memiliki kedudukan

strategis dalam rangka pengembangan sumber daya manusia mengingat berbagai
indikator peningkatan kualitas sumber daya manusia harus didukung oleh adanya

peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan, pada berbagai dimensi mutu sumber
- daya manusia pembangunan.

Pengembangan pendidikan sebagai upaya untuk mewujudkan amanat
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, diselenggarakan melalui sistem pendidikan
nasional dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa. Pendidikan merupakan hak setiap warga negara Indonesia yang dilaksanakan,
melalui sistem pendidikan nasional.

Ketetapan MPR tahun 1999, dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, Bab IV

arah kebijakan, bahagian E tentang pendidikan, pasal 7 dinyatakan; mengembangkan
kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu, dan menyeluruh
melaluli berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar

generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan
lindungan sesuai dengan potensinya.

Betapa pentingnya pengembangan sumber daya manusia tersebut, dengan

berbagai upaya, walaupun dinyatakan dilaksanakan sedini mungkin, tentu sasarannya

adalah pendidikan sekolah, atau anak-anak yang sedang duduk dibangku pendidikan
formal. Namun tidak tertutup kemungkinan untuk meningkatkan sumber daya manusia

tersebut bagi yang tidak duduk pada sekolah, tetapi pendidikan luar sekolah selalu siap

untuk menjawab segala kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat sejalan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi.

Undang-undang RI nomor: 2 tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan

Nasional menggariskan bahwa; pendidikan nasional dilaksanakan melalui dua jalur

yaitu pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah
meliputi satuan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Umum, dan Perguruan Tinggi. Sedangkan jalur pendidikan luar
sekolah mencakup ;Kerluarga, Kelompok Belajar, Kursus-kursus dan satuan lain yang

sejenis. Didalam satuan yang disebut terakhir, termasuk antara lain kerlompok bermain,
penitipan anak, pusat magang, panti asuhan, gerakan pramuka, dan kegiatan
transformasi edukatif melalui media massa, serta pelatihan (training) yang
diselenggarakan pemerintah maupun swasta.

Tujuan umum pendidikan luar sekolah, pemuda, dan olahraga (diklusepora)
adalah meningkatkan martabat dan mutu kehidupan masyarakat, mengembangkan dm

dan bekerja mencari nafkah atau membuka peluang untuk melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan luar sekolah menambah dan melengkapi
pendidikan yang tidak dapat diselenggarakan oleh jalur pendidikan sekolah. Pendidikan
luar sekolah memiliki keleluasaan jauh lebih besar daripada sekolah, pendidikan luar

sekolah secara cepat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang senantiasa
berubah menurut ruang dan waktu, apalagi sebagai perwujudan ihtiar pembangunan
nasional.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang semakin

cepat menimbulkan kebutuhan yang beraneka ragam, semakin luas dan semakin

banyak dan kompleks, untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta
ketrampilan.

Untuk menghadapi berbagai macam tantangan pada masa yang akan datang

perlu adanya pengembangan sumber daya manusia. Kualitas manusia Indonesia perlu
dikembangkan demi survival bangsa Indonesia sendiri, yang sedang menghadapi

berbagai krisis dewasa ini, seperti krisis moneter, krisis moral, krisis hukum dan lain
sebagainya. Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut perlu dipacu
perkembangan teknologi agar dapat memantau masyarakat Indonesia mengatasi
kebutuhannya, dalam artian meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia menyerap

dan mengolah teknologi dan hal ini mendorong keperluan untuk mengembangkan

pendidikan manusia Indonesia. Pendidikan perlu diarahkan pada pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya dengan tekanan pada bobot kualitas, seperti iman, budi pekerti dan
rasionalitas.

Pemerintah memiliki suatu lembaga, yaitu Departemen Pendidikan Nasional,

untuk melaksanakan pendidikan luar sekolah bagi masyarakat umum, yang dalam

pelaksanaannya diserahkan kepada Direktorat Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan
Olahraga (Diklusepora). Diklusepora memiliki Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
(BPKB), dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
terletak di Propinsi, sedangankan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) terletak di daerah
tingkat II kabupaten dan kotamadia.

Keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor: 253/0/1997, perincian

tugas Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), memiliki fungsi: 1) pembuatan
dan penyusunan model serta pengembangan program pendidikan luar sekolah, pemuda

dan olagraga. 2) pelaksanaan uji coba model dan program pendidikan luar sekolah,

pemuda dan olahraga yang dikembangkan menurut kondisi daerah setempat. 3)
penyebarluasan model dan pengembangan program pendidikan luar sekolah, pemuda
dan olahraga ke daerah yang sesuai, 4) pemberian penyuluhan proses belajar mengajar

dan penilaian dalam rangka pengembangan program pendidikan luar sekolah, pemuda
dan olahraga. 5) pengembangan dan pelaksanaan ujicoba model sarana belajar muatan
lokal untuk mendukung program kegiatan belajar pendidikan luar sekolah, pemuda dan

olahraga. 6) pelaksanaan bimbingan teknis kepada Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
Kerputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor: 254/0/1997, tentang

perincian tugas, Sanggar Kegiatan Belajar ( SKB) sebagai unit pelaksana teknis dari
pendidikan luar sekolah pemuda dan olahraga (diklusepora). Sanggar Kegiatan Belajar
(SKB) merupakan lembaga dari pemerintah yang tersebar diseluruh kabupaten dan
kotamadya di seluruh Indonesia. Tugas yang diemban oleh Sanggar Kegiatan Belajar

(SKB) adalah melaksanakan program kegiatan pendidikan luar sekolah, pemuda dan
olahraga, baik untuk sumber belajar (tutor, fasilitator) maupun masyarakat berdasarkan
kebijakan teknis Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga,
(diklusepora) Departemen Pendidikan Nasional.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) memiliki
fungsi:

1 Membangkitkan dan menumbuhkan kemauan belajar masyarakat agar gemar
belajar.

2. Memotivasi dan membina warga masyarakat agar mau dan mampu
sumber belajar dalam pelaksanaan azas saling membelajarka
3 Melakukan kegiatan pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahn

meningkatkan kesejahteraan segala aspek kehidupan.
4. Memberikan pelayanan informasi kepada warga belajar yang memerlukan
ketrampilan fungsional.

5 Mengintegrasikan dan mensingkronisasikan kegiatan sektoral dalam bidang
pendidikan luar sekolah, pemuda dan olahraga.
6. Menyediakan sarana dan fasilitas belajar.
7. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga sangggar

Berdasarkan SK Mendikbud Nomor 023/0/1997 Sanggar Kegiatan Belajar

(SKB) memiliki susunan organisasi dan tata kerja sebagai berikut di bawah ini:

KEPALA

]
URUSAN TATA
USAHA

KELOMPOK TENAGA
FUNGSIONAL

( PAMONG BELAJAR)

GAMBAR 1-1

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI SKB

Sumber: SK Mendikbud No. 023/0/1997

Memperhatikan susunan organisasi tersebut di atas, kelompok tenaga fungsional

(pamong belajar) mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis di dalam
menyukseskan program Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Keberhasilan SKB dalam
melaksanakan misinya dapat dilihat kinerja dari masing-masing pamong belajar
tersebut.

Kelompok tenaga fungsional atau pamong belajar adalah seseorang yang

diangkat dalam jabatan teknis yang mempunyai tugas di bidang :
1. Pendidikan

2. Penyuluhan dan proses belajar mengajar
3. Pengembangan profesi

4. Penunjang penyuluhan dan proses belajar mengajar

Tenaga fungsional atau pamong belajar mempunyai jabatan yang berjenjang

sesuai dengan SK Menpan Nomor: 127/MEMPAN/1989 tanggal 27 Nopember 1989,
seperti terlihat pada tabel berikut ini;

TABEL 1-1

JENJANG KEPANGKATAN PAMONG BELAJAR

GOLONGAN

JABATAN

a. Assisten Pamong Belajar Muda

11/a

b. Assisten Pamong Belajar Madya

Il/b

c. Assisten Pamong Belajar

II/c

d. Ajun Pamong Belajar Muda

11/d

e. Ajun Pamong Belajar Madya

Ill/a

f. Ajun Pamong Belajar

|

Ill/b

g. Pamong Belajar Pratama

III/c

h. Pamonmg Belajar Muda

Ill/d

i. Pamong Belajar Madya

IV/a

j. Pamong BelajarUtama Pratama

IV/b

k.Pamong Belajar Utama Muda

IV/c

Sumber : SK Menpan No.l27/MENPAN/1989

Pada Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) masih banyaknya ditemukan para pamong

belajar bertugas belum sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai pamong belajar,
ilaupun terkadang sudah sering atau beberapa kali mengikuti program Pelatihan.

wai

Dalam suatu pelatihan sering terjadi para peserta pelatihan kurang aktip dari

awal sampai pada akhir dari suatu kegiatan pelatihan, demikian juga para pelatih,
sehingga berpengaruh terhadap pengetahuan yang diserap oleh para peserta training.

Para peserta mengikuti program pembelajaran hanya pada awal dan akhir saja,

sedangkan pada pertengahan pelatihan ada yang tidak aktip. Pelatihan yang
dilaksanakan" oleh dinas/lembaga pada umumnya adalah proyek. Pelaksanaan proyek

pelatihan dilapangan pada umumnya disusun proposalnya dengan pola waktu misalnya
100 (seratus) jam. Namun sering terjadi pemangkasan waktu pelatihan tersebut atas
hasil musyawarah panitia penyelenggara dengan para peserta pelatihan. Sehingga yang
direncanakan semula 100 jam menjadi 80 jam namun efek kekurangan dari jam
tersebut adalah terhadap peserta juga. Materi yang diberikan para pelatih sering

berulang-ulang sehingga membosankan atau membuat kejenuhan bagi para peserta

pelatihan. Metode yang dipakai para pelatih kurang bervariasi dan menarik perhatian

peserta pelatihan. Penggunaan media belajar sebagai alat penunjang untuk tercapainya
tujuan pembelajaran masih pada tahap asal ada saja dan sering menimbulkan
verbalisme para peserta pelatihan. Adakalanya pelatih terlalu bersemangat untuk
menimbulkan kesan kagum dengan penggunaan sarana/media yang demikian canggih.

Syukur apabila kesan kagum terpusat pada materi yang disajikan. Sering terjadi peserta
justru lebih mengagumi sarana yang digunakan ketimbang materi yang disajikan
Tingkat pendidikan Pendididkan Guru Sekolah Lanjutan Pertama), dan Strata I

(SI) dari berbagai macam jurusan yang berbeda-beda.para pamong di Sanggar

Kegiatan Belajar (SKB) pada umumnya bervariasi, yaitu mulai dari tingkat pendidikan
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), Program Diploma I, Program Diploma II,
Program Diploama III,PGSLP.

10

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengalaman peneliti bertugas selama 18 (delapan belas) tahun

bertugas pada Sanggar Kegiatan Belajar dan telah banyak mengikuti pelatihan-pelatihan
ditambah dengan buku bacaan, dan keluhan- keluhan dari rekan-rekan pamong belajar

,maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

Apakah ada hubungan antara tujuan pelatihan dengan kinerja pamong belajar pada
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

1. Apakah ada hubungan antara penyajian materi pelatihan dengan kinerja pamong
belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

2. Apakah ada hubungan metode pembelajaran dengan kinerja Pamong Belajar pada
Sanggar Kegiatan Belajar.

3. Adakah perbedaan Tingkat Pendidikan Pamong Belajar dengan kinerja Pamong
Belajar pada Sanggar Kegiatan Belajar.

4. Adakah hubungan kesehatan pamong belajar dengan kinerja pamong belajar di
Sanggar Kegiatan Belajar.

5 Bagaimana hubungan persepsi pamong belajar dengan kinerja pamong belajar pada

Sanggar Kegiatan Belajar.Bagaimana hubungan Intensitas Pelatihan dengan kinerja
pamong belajar pada Sang gar Kegiatan Belajar.

6. Apakah terdapat hubungan Intensitas Pelatihan dengan kinerja pamong belajar Sanggar
KegiatanBelajar.

7. Apakah terdapat hubungan antara kinerja bagian tata usaha dengan kinerja pamong
belajar Sanggar Kegiatam Belajar?

,

11

8. Apakah terdapat hubungan antara sarana dan prasarana kerja di Sanggar Kegiatan

Belajar dengan kinerja pamong belajar, Sanggar Kegiatan Belajar.

L"'

9. Apakah terdapat hubungan antara kreatifitas pamong belajar dengan kinerja pamong
belajar Sanggar Kegiatan Belajar.

10. Apakah terdapat hubungan antara Motivasi Kerja Pamong Belajar dengan Kinerja
Pamong Belajar, Sanggar Kegiatan Belajar.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis dapat
merumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara Intensitas Pelatihan, dengan Kinerja Pamong
Belajar, Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di Propinsi Sumatera Selatan dan Riau.

2. Apakah terdapat hubungan antara Motivasi Kerja pamong belajar, dengan Kinerja
Pamong Berlajar (SKB).

3. Apakah ada hubungan antara Intensitan Pelatihan dan Motivasi Kerja dengan
Kinerja pamong belajar SKB, Propinsi Sumatera Selatan dan Propinsi Riau.
4. Apakah terdapat perbedaan

Kinerja pamong belajar SKB dilihat dari tingkat

pendidikan yang dimiliki oleh pamong belaja?

12

D. Definisi Operasional

S

Untuk mencegah terjadinya salah penafsiran atau terjadinya verbalisme kata-kata

maupun kalimat terhadap judul tesis ini, penulis memberikan batasan-batasan tentang
pengertian daripada istilah tersebut baik secara leksikal, maupun secara gramatikal dalam
penggunaannya dalam penelitian ini.

Penelitian ini melibatkan 2 (dua) variabel bebas yaitu intensitas pelatihan (XI),
dan motivasi kerja pamong belajar (X2), serta satu variabel terikat kinerja pamong
belajar SKB (Y). Untuk mengantisipasi terjadinya kekeliruan dalam variabel-variabel ini,

maka variabel tersebut secara operasional dapat didefmisikan sebagai berikut:
1.

Intensitas Pelatihan

Intensitas Pelatihan adalah lama dan seringnya seorang pamongbelajar mengikuti

kegiatan pelatihan. Lamanya dihitung melaluijumlah jam, sedangkan seringnya dihitung
berapa kali pamong belajar mengikuti pelatihan, skor ditetapkan dengan angka yang
diperoleh melalui kuissioner.

Pelatihan merupakan suatu proses dimana perilaku diubah, dibentuk dan

dikendalikan, proses pembelajaran dalam pelatihan adalah proses terjadinya interaksi
edukatif antara peserta dengan peserta, dan peserta dengan pelatih, (Mappa, 1994 : 12 ).

Tujuan pelatihan disini dalam rangka peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
yang dilaksanakan secara sistematis, yang diharapkan menjadi seorang inovator,

pengambil inisiatif, pemecah masalah yang efektif, dalam melakukan pekerjaannya.

13

Harapan lainnya adalah sikap pamong belajar akan lebih matang, matang untuk
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungan organisasinya. Organisasi

membutuhkan orang-orang yang mampu melaksanakan tugas-tugas yang telah ditetapkan
dengan persyaratan jabatan, untuk dapat melaksanakan jabatan itu, maka orang tersebut
perlu memperoleh pengetahuan dan ketrampilan tentang bagaimana melaksanakan tugas

tersebut. Melalui pendidikan dan latihan diharapkan kebutuhan dan kekurangannya dapat
dipenuhi sehingga

ia dapat melaksanakan tugas dengan tepat dan cepat. Program

pelatihan dapat didesain untuk dapat meningkatkan kemampuan kerja, baik secara
individual, kelompok, maupun sebagai kegiatan organisasi secara keseluruhan melalui

metode pemagangan, memainkan peranan, konferensi, giliran jabatan, instruksi kerja.
Pelatihan ini dapat dilaksanakan ditempat kerja atau disekolah-sekolah. Seorang pegawai

yang berkesempatan mengikuti pendidikan dan latihan khususnya diklat kepemimpinan

tidaklah dapat ditunggu hasilnya seketika. Hasil ini akan berubah setelah beberapa waktu,
mengalami pengadaptasian atau internalisasi dan sangat tergantung dari masing-masing
pribadi yang bersangkutan.
2. Motivasi Kerja

i ,

Motivasi kerja yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah dorongan atau daya
gerak yang mempengaruhi perilaku seseorang yang mengarah pada tercapainya tujuan.
Motivasi ini dapat timbul dari dalam diri seseorang dan dapat timbul dari luar diri

seseorang, yang mana keduanya mempunyai pengaruh terhadap perilaku dan kinerja.

Motivasi sangat dipengaruhi oleh kebutuhan, sedangkan perwujudannya menjadi
tindakan/perbuatan dikendalikan oleh

kepribadian.

Orang-orang yang

14

kebutuhannya sama akan memiliki motivasi yang sejenis walaupun tidak sama kuatnya.
Hal-hal yang memotivasi semangat bekerja seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan

dan kepuasan material maupun non material yang diperolehnya dari pekerjaannya. Jika
kepuasan dan kebutuhannya semakin terpenuhi maka semangat bekerjanyapun semakin

baik pula, jadi semakin tinggi atau rendahnya tingkat kebutuhan dan kepuasan yang ingin
dicapai seseorang mencerminkan semangat bekerja orang tersebut.

Orang yang tinggi motivasinya tetapi rendah kemampuannya akan menghasilkan L,
kinerja yang rendah pula. Untuk itu diperlukan teknik motivasi yang tepat dimana
kemampuan seseorang atau pimpinan secara konseptual ataupun dengan berbagai sumber
daya dan sarana dalam menciptakan situasi yang memungkinkan timbulnya motivasi

pada setiap bawahan atau orang lain untuk berperilaku sesuai dengan rujuan. Adapun

motivasi kerja pamong belajar itu dinilai melalui prestasi, pengakuan, pekerjaan itu
sendiri, tanggung jawab, pengembangan potensi, gaji, kondisi kerja fisik, kebijaksanaan,
hubungan antar pribadi, dan supervisi.

3. Tingkat Pendidikan

^

Tingkat Pendidikan adalah lamanya mengikuti pendidikan formal/persekolahan,
dihitung dalam jumlah tahun. Skor tingkat pendidikan dinyatakan dalam bentuk angka
yang diperoleh melalui kuissioner.

Penjenjangan dalam pendidikan formal

dibagi menjadi pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari sekolah
menengah tingkat pertama, sekolah menengah tingkat atas. Dengan demikian variabel

15

pendidikan mempunyai indikator-indikator jenjang pendidikan yang pernah ditempuh
atau tamat atau lulusan yang sederajad dengan tingkat pendidikan dasar, tingkat

pendidikan menengah pertama, tingkat pendidikan menengah atas, atau setingkat
pendidikan tinggi (Institut, Universitas, Sekolah Tinggi, atau Akademi).

4. Kinerja Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)

\_^

Kinerja pamong belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) adalah tercapainya
keberhasilan yang dicapai seseorang pamong belajar. Hal ini dinilai berdasarkan

pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan tugas pamong belajar. Penilaian ini berkaitan
dengan hasil akhir atau perilaku pamong belajar

dalam melaksanakan tugas sehari-

harinya sebagai pamong belajar SKB. Penilaian terhadap kinerja pamong belajar berguna
sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan dan kekurangan
dan prestasinya yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur,
rencana, dan pengembangan kariernya. Sedangkan kepentingan bagi SKB, penilaian

kinerja berguna sebagai pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti identifikasi
berbagai kebutuhan pendidikan dan latihan, rekruitmen, seleksi, program pengenalan,
penempatan, promosi, sistem imbalan dan berbagai aspek lain dari keseluruhan proses

manajemen kepegawaian secara efektif. Penilaian untuk mengukur kinerja pegawai
dinilai berdasarkan faktor-faktor yang dianggap penting bagi pelaksanaan pekerjaan

seperti kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan sifat, dan dapat tidaknya diandalkan.
Kemampuan seseorang sangat berkaitan dengan kinerja.

Kemampuan atau kompetensi diartikan sebagai suatu sifat dasar seseorang yang dengan

16

sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan secara efektif Kompetensi ini
dapat berupa motif dan ketrampilan kognitif atau perilaku.
E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu;

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang faktual tentang

bidang pedidikan luar sekolah, khususnya tentang temuan empirik di lapangan yaitu
tetang kinerja pamong belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di wilayah binaan Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Palembang yaitu Sanggar Kegiatan Belajar

(SKB) yang ada di Propinsi Sumatera Selatan dan Propinsi Riau sebagaimana tugas dan
fungsinya adalah memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat, dengan
menganalisa dan melakukan pengkajian yang lebih mendalam, variabel-variabel yang
berhubungan dengan kinerja pamong belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
Dengan temuan ini diharapakan memberikan masukan untuk merumuskan tentang model
suatu pelatihan bagi para pamong belajar sebagai tenaga kependidikan dalam pendidikan

bagi orang dewasa. Kegiatan pelatihan pamong belajar juga berhubungan dengan
penugasan secara birokratis, dan pelatihan yang diikutinya erat hubungannya dengan

jabatan tenaga fungsional yang dilimpahkan kepadanya dan juga berkaitan dengan
promosijabatan struktural bagi para pamongbelajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
Secara lebih khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan, mengolah,
menafsirkan, dan menganalisis data-data tentang:

,

17

a. Hubungan antara intensitas pelatihan pamong belajar dengan kinerja pamong belajar
tersebut.

b. Hubungan antara motivasi kerja pamong belajar dengan kinerja pamong belajar di
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

c. Hubungan antara intensitas pelatihan, dan motivasi kerja pamong belajar, dengan

kinerja pamong belajar, pada Sanggar Kagiatan Belajar (SKB), di wilayah binaan
BPKB Palembang, yaitu SKB Propinsi Riau dan SKB Propinsi Sumatera Selatan.

d. Perbedaan tingkat pendidikan pamong belajar dengan kinerja pamong belajar dilihat
dari tingkat pendidikan, di Sanggar kegiatan Belajar (SKB).

18

F. Kerangka Pemikiran

1. Intensitas Pelatihan dengan Kinerja Pamong Belajar
Pelatihan lebih sebagai

sarana yang

ditujukan pada upaya untuk lebih

mengaktipkan kerja para anggota orgasnisasi yang kurang aktif sebelumnya, mengurangi
dampak negartif yang-dikarenakan kurangnya pendidikan, pengalaman yang terbatas atau
kurangnya kepercayaan diri dari anggota atau kelompok anggota tertentu. Pelatihan sering

dipakai sebagai solusi atas persoalan kinerja organisasi.

L-

Dengan demikian dapat diduga bahwa latar belakang pelatihan berhubungan

positif dengan kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas pembelajaran
pendidikan luar sekolah pemuda dan olahraga.
Secara sistematik proses belajar mengajar atau proses pembelajaran sebagai inti

pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari; instrumental input, raw input,
enviromental input, dan out put, secararinci komponen tersebut dijelaskan.
"Masukan

sarana,

memungkinkan

meliputi

bagi

keseluruhan

seseorang/kelompok

sumber

dapat

dan

fasilitas

melakukan

yang

kegiatan

pembelajaran. Kedalam masukan ini termasuk tujuan program, kurikulum,
pendidik/pelatihtutor/fasilitator tenaga kependidikan lainnya, pengelola program,
sumber belajar, media, fasilitas.
Masukan mentah, meliputi peserta didik dengan berbagai karakteristik yang
dimiliki, termasuk ciri-ciri yang berkaitan dengan faktor internal dan eksternal.
Masukan lingkungan, yaitu seluruh faktor lingkungan yang dapat menunjang

pelaksanaan program pelatihan, meliputi lingkungan keluarga, sosial, serta alam.
Proses, dalam komponen proses ini adalah kegiatan pembelajaran, bimbingan dan

penyuluhan, serta evaluasi. Dalam proses ini terjadi interaksi antara masukan
sarana dengan masukan mentah.
Keluaran, maksudnya adalah bahwa kuantitas lulusan yang disertai dengan

kualitas perubahan yang didapat melalui pembelajaran dalam pelatihan.
Perubahan tingkah laku ini mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikhomotor,
sesuai dengan kebutuhan belajaryang diharapkan.
Masukan lain, adalah daya dukung lain, yang memungkinkan para peserta didik

dan lulusan dapat mengembangkan kemampuan yang telah dimilikinya untuk
kemajuan kehidupannya.

19

Pengaruh, adalah merupakan hasil yang dicapai oleh peserta didik atau lulusan.
Komponen ini meliputi perubahan taraf hidup yang ditandai dengan perolehan
pekerjaan, berwira usaha, peningkatan pendapatan, kesehatan dan penampilan
diri, kegiatan membelajarkan orang lainataui mengikut sertakan orang lain dalam
memanfaatkan hasil belajar yang telah dimilikinya serta meningkatnya tingkat

partisipasi dalam kehidupan sosial dan pembangunan masyarakat. Hubungan
fungsional seluruh komponen tersebut, dapat dilihat pada gambar di bawah ini. (
HaSudjana, 1996:32)".
Masukan Lingkungan

Masukan Lain

Masukan Sarana

y



t



Proses

-•



Keluaran

j

A A

Pengaruh
Masukan Mentah

Masukan Lingkungan

GAMBAR H-2

HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARA

KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
Sumber : Sudjana: 1996 : 32

20

2. Motivasi dengan Kinerja Pamong Belajar
Motivasi merupakan dorongan, keinginan, sehingga bawahan melakukan sesuatu

kegitan atau pekerjaan dengan memberikan yang terbaik bagi dirinya, baik waktu
maupun tenaga demi tercapainya tujuan yang diinginkan.

Pada hakekatnya setiap

karyawan ingin menghasilkan suatu pekerjaan yang bermutu tinggi. Mutu pekerjaan yang
tinggi yang pada akhirnya akan melahirkan penghargaan dan kemajuan, bukan saja dalam
arti lebih menjamin eksistensi dan pertumbuhan,m serta perkembangan organisasi akan

tetapijuga dalam pencapaian tujuan-tujuan pribadi dari anggota organisasi.
Dengan demikian dapat diduga bahwa motivasi kerja berhubungan positif

dengan kinerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas dan fungsi pembelajaran
pendidikan luar sekolah pemuda dan olahraga.

3. Tingkat Pendidikan dengan Kinerja Pamong Belajar

Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh
para pamong belajar yang bertugas di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Pamong belajar
diangkat dengan jabatan tenaga fungsional, dan kepadanya diberikan tunjangan jabatan
menurut jenjang kepangkatan yang diembannya. Semakin tinggi pengalaman pendidikan
pamong belajar, maka semakin tinggi pula daya nalar dan performance yang

ditampilkannya. Jenjang pendidikan formal pada pamongbelajar ini paling rendah adalah
Sekolah Menengah Umum (SMU) atau Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

21

Dengan demikian dapat diduga bahwa tingkat pendidikan pamong belajar,
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) berhubungan positif dengan kinerja pamong belajar,
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam pembelajaran pendidikan luar sekolah
pemuda dan olahraga.

Kinerja Pamong Belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), sebagai totalitas dari

kemampuan, baik pengetahuan (Konwledge), Sikap (afektif), dan Ketrampilan
(Psikhiomotor), dalam mencapai target tugas yang telah ditetapkan, dan kreartifitas

bekerja, dalam mencapai tujuan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Tujuan yang ingin
dicapai

tersebut

adalah

memperoleh

output

beberapa

tenaga

kependidikan,

penyelenggara, warga belajar, dan bahan belajar/alat peraga.
Dalam keadaan

sumber

yang langka atau terbatas dilingkungan Sanggar

Kegiatan Belajar (SKB) dengan lingkup garapan/sasaran yang cukup luas satu atau lebih

kabupaten atau kotamadya yang dilayani, maka kinerja pamong belajar yang efektif yang
didapatkan dari suatu pelatihan dapat mempengaruhi kemampuan untuk merangkul

simpati dan bantuan nyata dari instansi lain atau masyarakat sekitar, sehingga kinerja
pamong belajar untuk bekerja melaksanakan program Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
sangat tinggi dan baik sekali.

Pola hubungan antara variabel dalam suatu pelatihan, yaitu intensitas pelatihan,
motivasi kerja , dan tingkat pendidikan pamong belajar, mempengaruhi kinerja pamong

belajar di lapangan, bukan secara aditif tetapi secara kompleks, apabila dikembangkan
maka paradigma berfikirnya dengan model sebagai berikut:

22

GAMBAR IH-3

HUBUNGAN VARIABEL-VARIABEL PENELITIAN

Dari model di atas nampak terdapat beberapa variabel, yaitu variabel
terikat dan variabel bebas;

1) variabel terikat yaitu kinerja pamong belajar SKB (Y) dan
2) variabel bebas adalah :
a) intensitas pelatihan (XI)

b) motivasi kerja (X2)

23

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut di atas, maka hipotesis yang akan diajukan
adalah sebagai berikut di bawah ini:

HI: Terdapat hubungan yangbermakna antara Intensitas

Pelatihan, dengan

Kinerja Pamong Belajar.

H2: Terdapat hubungan yang bermakna antara, Motivasi kerja pamong belajar

Kinerja Pamong Belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

dengan

V

H3: Terdapat hubungan yang bermakna antara Intensitas Pelatihan, dan Motivasi Kerja
Pamong Belajar, dengan kinerja Pamong Belajar.

H4: Terdapat perbedaan kinerja pamong belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB),
dilihat dari tingkat pendidikan
H. Kegunaan Penelitian

Peneltian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada pimpinan ditingkat daerah
seperti, Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Riau dan
Propinsi Sumatera Selatan, Kepala-kepala Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) wilayah
binaan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Palembang maupun ditingkat
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga (Dirjen Diklusepora)
dalam mengambil suatu kebijakan untuk meningkatkan kinerja pamong belajar Sanggar

Kegiatan Belajar (SKB) seluruh indonesia pada umumnya dan khususnya Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB) Sumatera Selatan dan propinsi Riau.

Kinerja pamong belajar

dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang

berasal dari dalam diri pamong belajar itu sendiri, maupun faktor - faktor yang berasal

24

dari luar pamong belajar itu sendiri, seperti kebijakan pimpinan, lingkungan dan sarana

kerja, hubungan kerja teman sejawat, peranan pendidikan dan latihan. Dengan demikian
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga atau pimpinan
lembaga yang terkait dapat dengan cermat untuk meningkatkan potensi dan kinerja
pamong belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, maka penelitian ini berguna sebagai berikut:
1.

Secara Teoritis

Untuk memperoleh data yang akurat mengenai hunbungan antara

intensitas pelatihan dengan kinerja pamong, hubungan antara motivasi kerja

dengan kinerja pamong, hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja
pamong, demikian juga hubungan antara intensitas pelatihan, motivasi kerja,
tingkat pendidikan secara bersama-sama dengan kinerja pamong belajar.
2.

Secara Praktis

Sebagai bahan dasar untuk melakukan penelitian lanjutan dengan populasi

yang lebih luas, dan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan di
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga untuk

meningkatkan perhatiannya dalam meningkatkan kinerja pamong belajar sebagai
ujungtombak dalam tugas dan fungsinya melakukan program-program Pendidikan

Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga (Diklusepora) yang sangat diharapkan
kualitasnya.