Management of NSAID Gastropathy and its complication.

Management of NSAID Gastropathy and its complication
H Ali Djumhana
SubBag Gastroenterologi dan Hepatologi Bag I.Penyakit Dalam
RS Hasan Sadikin-FK Unpad
Bandung
Pendahuluan
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) sangat banyak dipergunakan oleh
pasien, baik diperoleh melalui resep dokter maupun membeli sendiri dari toko
obat. OAINS dapat dengan mudah diperoleh dimana-mana sekalipun di daerah
terpencil.Beberapa tahun yang lampau Depertemen Kesehatan RI melarang
produksi sejumlah merek jamu (obat tradisional) untuk keluhan rematik atau sakit
badan, karena ternyata jamu tersebut dicampur dengan OAINS bahkan
kortikosteroid.
Satu penelitian yang disponsori FDA menunjukkan bahwa dikusi antara pasen
dan dokter tentang pemakaian OAINS menempati urutan ke 3 setelah obat untuk
impoten dan obat anti cemas (1). Sekitar 20-30% dari pemakai OAINS
memdapatkan efek samping pada gastroduodenal. Di USA pada tahun 1997
sebanyak 16500 penderita Artritis rematoid dan osteoartritis meninggal karena
toksisitas OAINS terhadap mukosa gastroduodenal, angka ini menempati urutan
ke 15 dari penyebab kematian dinegara tersebut(2). Data yang dilaporkan pada
tahun 2004 di RS Hasan Sadikin Bandung, penyebab perdarahan saluran cerna

bagian atas non variseal adalah erosi dan tukak gastroduodenal karena
pemakaian OAINS(3).Sebagian besar pemakai OAINS ini berusia diatas 60
tahun dan sering disertai penyakit lain terutama penyakit kardio vaskuler.
Mekanisme kerusakan mukosa gastroduodenal
OAINS konvensional (non selektif) bekerja menghambat enzim siklooksigenase1
dan siklooksigenase2 (cox1 dan cox2). Akibat dihambatnya kerja cox1 maka
terjadi penurunan sintesa prostaglandin.Prostaglandin ini penting untuk
memelihara keutuhan mukosa (penting dalam sintesa mukus,bikarbonat dan
memelihara aliran darah serta regenerasi epitel).Ada dua mekanisme penting
dalam patogenesis kerusakan mukosa gastroduodenal oleh OAINS. Pertama
adanya deplesi prostaglandin, sehingga lambung mengalami kekurangan faktor
protektif. Kedua adanya eksposur asam dan pepsin pada mukosa lambung yang
telah mengalami penurunan faktor protektif tadi sehingga terjadi kerusakan
mukosa bahkan lapisan yang lebih dalam lagi. Efek toksik OAINS pada mukosa
gastroduodenal terutama karena efek sistemik dari OAINS tersebut. Kerusakan
gastroduodenal dapat terjadi walaupun OAINS diberikan parenteral atau melalui
rute lain (rektal atau jeli / topikal)(4). Mekanisme lain terjadinya kerusakan
gastroduodenal karena OAINS (terutama aspirin) yaitu melalui efek langsung
dari obat terhadap mukosa gastroduodenal karena adanya ion trapping (2,4).
Dengan pemberian OAINS selektif / spesifik yang bekerja menghambat enzim

cox2 ternyata kerusakan mukosa gastroduodenal menjadi banyak berkurang.
Meskipun OAINS ini selektif atau spesifik anti cox 2, tetapi kerusakan mukosa

gastroduodenal masih bisa terjadi, tampaknya kerusakan ini sangat bergantung
pada dosis yang diberikan(5).
Pada binatang percobaan, pemberian prostaglandin pada lambung ternyata
dapat melindungi kerusakan mukosa lambung akibat OAINS konvensional.
Dalam percobaan yang sama prostaglandin ini dapat memperbaiki aliran darah
mukosa lambung dan mengurangi perlengketan neutrofil pada endotel pembuluh
darah. Percobaan lain memperlihatkan bahwa dengan meningkatkan pH
lambung 5,5-7,0 ternyata dapat melindungi mukosa lambung dari pemberian
indometasin (6,7).
Faktor risiko
Faktor risiko untuk terjadinya tosisitas OAINS pada gastroduodenal(3)
Faktor pasen
Faktor obat

Faktor lain

Usia > 60 tahun

Riwayat ulkus
Penggunaan obat dengan toksisitas tinggi
Wanita
OAINS dosis tinggi
Dua atau lebih OAINS
Ada kombinasi dengan antikoagulan
Ada kombinasi dengan kortikosteroid
Lama pemakaian OAINS
Wanita
Penyakit kardiovaskuler
Infeksi Hp
Merokok
Alkohol

Toksisitas OAINS

Dikutip dari (3)

Pesentasi klinis toksisitas OAINS pada saluran cerna


Dikutip dari (3)
Pengelolaan pasien dengan gastropati karena OAINS
Dispepsia
Sekitar 50% dari pemakai OAINS mempunyai keluhan dispepsia tetapi hanya
sepertiganya yang mempunyai kelainan mukosa gastroduodenal,sisanya tidak
ditemukan kelainan (dispepsi non ulkus). Mekanisme dari dispepsi non ulkus
pada pemakai OAINS belum diketahui benar. Diduga karena adanya eksposur
asam pada mukosa, tetapi tidak menimbulkan lesi.Dengan menghentikan OAINS
keluhan akan menghilang. Apabila OAINS tidak bisa dihentikan,untuk mengatasi
gejala ini pemberian PPI hasinya lebih baik dari H2 RA, maupun misoprostol
(8,9).
Erosi gastroduodenal
Presentasi klinis bervariasi dari asimtomatis sampai perdarahan masifr saluran
cerna bagian atas. Bentuk asimtomatis kebanyakan ditemukan pada pasien
penelitian.Bila terjadi perdarahan saluran cerna bagian atas(SCBA) tindakan
sesuai prosedur standar penanganan SCBA yang dilaksanakan di masingmasing rumah sakit.
Tindakan pertama yaitu menghentikan OAINS dan memberikan penekan sintesa
asam lambung antagonis reseptor H2(H2 receptor antagonist=H2RA) atau
penghambat pompa proton (Proton pump inhibitor=PPI) atau misoprostol.Dapat
dipertimbangkan memberikan OAINS selektif/spesifik anti cox2. Bila harus

memakai
terus
OAINS
non
selekt
if
dapat
diberikan
PPI
atau
misoprostol.Omeprazol lebih superior dibandingkan dengan ranitidin untuk erosi
gastroduodenal (8). Hawkey dkk,melaporkan penyembuhan erosi gaster oleh
misoprostol 200 µg qid sebanyak 87% dari kasus yang diobati, sedangkan
dengan omeprazol 20 mg od dan 40 mg od masing-masing hanya 77% dan 79%
dari kasus yang diobati(9).

Tukak gastroduodenal
Presentasi klinis tukak gastroduodenal pada pemakai OAINS bervariasi dari
asimtomatik sampai peritonitis difusa karena perforasi. Kematian akibat toksisitas
OAINS pada saluran cerna bagian atas mencapai 1,3-1,6% pertahun (10).

Pemakaian OAINS harus dihentikan bila pasien mempunyai efek samping tukak
gastroduodenal. Pemberian sukralfat tidak berbeda dengan plasebo, sedangkan
penghentian OAINS bersama-sama pemberian H2RA selama 8 minggu dapat
menyembuhkan tukak hampir pada 100% kasus(11). Pada situasi tertentu
pemakaian OAINS non selektif sulit untuk dihentikan.Beberapa penelitian
memperlihatkan bahwa PPI maupun prostaglandin analog mempunyai hasil
yang lebih baik dibanding H2RA untuk mengatasi tukak gastro duodenal yang
disebabkan OAINS konvensional
walaupun pemberian OAINS tetap
dilanjutkan(12) .Agrawal dkk melaporkan ada perbedaan yang signifikan dalam
penyembuhan tukak gaster dari pasien yang mendapat ranitidin dan lansoprazol
yaitu masing-masing sebanyak 53% dan 73% dari kasus yang diobati (13).
Peneliti lain melaporkan pada penderita dengan tukak duodenum karena OAINS
dan tetap meneruskan pemakaian OAINS-nya dengan pemberian PPI
(omeprazol 20mg od) selama 8 minggu penyembuhan terjadi pada 93% kasus
dari yang diobati, sedangkan dengan prostaglandin analog (misoprostol 200 mg
qid) penyembuhan hanya ditemukan pada 77% kasus(9) .Penderita-penderita
tukak gaster yang meneruskan pemakaian OAINS non selektif pada penelitian ini
memperlihatkan hasil terapi dengan pemberian PPI atau misoprostol selama 8
minggu masing masing mencapai kesembuhan pada 87% dan 73% dari kasus

yang diobati(9). Kelompok peneliti lain yang membandingkan lansoprazol dan
misoprostol selama 12 minggu untuk penderita tukak gastroduodenal yang masih
meneruskan pemakaian OAINS-nya ternyata tidak mendapatkan perbedaan
hasil yang bermakna. Akan tetapi pasien dari kelompok misoprostol lebih banyak
yang mengalami efek samping sehingga tidak dapat meneruskan pemakaian
misoprostolnya (14).
Infeksi Helicobacter pylori
Kontribusi Hp untuk terjadinya tukak gastroduodenal pada pemakai OAINS
konvensional masih kontroversi.Penelitian pada pasien dengan ukak
t
gastroduodenal yang melanjutkan pemakaian OAINS-nya bersama-sama PPI
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kesembuhan tukak pada pasien
dengan Hp positif dan Hp negatif, laporan lain menyebutkan bahwa kesembuhan
tukak duodeni pada pasien yang sedang memakai OAINS bersama PPI dengan
Hp positif hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan Hp negatif(10).Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa eradikasi Hp sebelum pemberian OAINS non
selektif dapat menurunkan peluang rekurensi dari tukak gastroduodenal(15,16).
OAINS selektif / spesifik terhadap cox2
OAINS yang selektif atau spesifik anti cox 2 secara signifikan dapat menurunkan
kejadian efek samping pada saluran cerna walaupun demikian kejadian tukak

gastroduodenal masih mungkin terjadi. Tampaknya komplikasi ini berhubungan
dengan peningkatan dosis obat(5).Kombinasi obat yang selektif spesifik
/

terhadap cox 2 bersama dengan PPI pada pasien dengan tukak gastroduodenal
tampaknya akan sangat bermanfaat, namun masih perlu uji klinis(17 )
Pencegahan primer
Untuk pencegahan terjadinya penyakit gastroduodenal sebelum diberikan OAINS
dilakukan dengan melakukan assesmen pasien, apakah termasuk kelompok
risiko tinggi untuk timbul komplikasi atau tidak. Bila termasuk kelompok risiko
tinggi pasien dapat diberi OAINS yang selektif/spesifik anti cox2.Apabila disertai
adanya penyakit kardiovaskuler dan memerrlukan aspirin maka dapat dipilih
OAINS nonselektif dikombinasi dengan PPI.Apabila tidak termasuk kelompok
risiko tinggi dapat mulai dengan OAINS non selektif disertai pengawasan
kemungkinan terjadinya efek samping gastrointestinal. Untuk masa yang akan
datang mungkin akan dipakai OAINS yang mempunyai kemampuan sebagai
donor nitric oxide(17).
Daftar Pustaka
1. Berndt ER. To inform or persuade? Direct to Consume Advertizing of
Prescription Drugs. NEJM.2005;352:325-328

2. Wolfe MM, Lichtenstein DR, Singh G.Gastrointestinal toxicity of
Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs. NEJM.1999;340:1888-1899
3. Catatan Medik SubBag Gastroenterologi-Hepatologi Bag.I.Penyakit Dalam
RS Hasan Sadikin Tahun 2004.Data tidak dipublikasikan.
4. Soll A.Pathogenesis of Nonsteroidal antiinflammatory drug-related upper
gastrointestinal toxicity.Am J Med.1998;105 (5A):10S-16S
5. Hawkey CJ.Cyclo-oxygenase inhibition between the devil and the deep
blue sea.Gut.2002;50(supplII):III25-III30.
6. Scarpignato C.Nonsteroidal anti-inflammatory drugs: how do they damage
the gastroduodenal mucosa?.Dig.Dis 1995;13 suppl1;9-39
7. Elliot SL,Ferris RJ,Giraud AS et al. Indomethacin damage to rat gastric
mucosa is markedly dependent on luminal pH. Clin Exp Pharmacol.
Physiol 1996:23;432-434.
8. Yeoman ND,Tulasay Z,Juhaz L et al.A comparison of omeprazole with
ranitidine for ulcer associated with nonsteroid anti inflammatory drugs.
NEJM 1998;338:719-726.
9. Hawkey CJ,Karrasch JA,Szczepanski L ,et. al. Omeprazole compared
with misoprostol for ulcers associated with nonsteroidal antiinflammatory
drugs.NEJM 1998;338:727-734.
10. Rostom A,Maetzel A,Tugwell P,Wells G. Ulcer disease and non-steroidal

anti-inflammatory drugs:etiology and treatment in McDonald J,Burrough A
and Feagan B. Evidence Based Gastroenterology and Hepatology.London.
BMJ Books1999
11. Lancaster-Smith MJ,Jaderberg MS,Jackson DA.Ranitidin in the treatment
of non-steroidal anti-inflammatory drugs-associated gastric and duodenal
ulcers.Gut 1991;32:252-255.

12. Laine L.The role of Proton pum
p inhibitors in NSAID-Associated
Gastropathy and Upper Gastrointestinal Symptoms.Rev Gastroenterol
Disord.2003;3(suppl4):S30-39
13. Agrawal NM,Campbell DR,Safdi MA,et.al. Superiority of Lansoprazole vs
Ranitidine in Healing Nonsteroidal Anti-inflammatory dugs Associated
Gastric Ulcers. Arch Intern Med.2000;160:1455-1461
14. Graham D Y,Agrawal NM,Campbell DR,et.al.Ulcer Prevention in Long
term users of Nonsteroidal Anti-inflammatory drugs.Arch Intern Med.2002;
162:169-175.
15. Chan FK,Subg JJ,Chung SJ et al.Randomize trial of eradication of
Helicobacter pylori before nonstreoidal anti-inflammatory druds therapy to
prevent peptic ulcers. Lancet 1997;350:975-979.

16. Lai KC,Lam SK,Chu KM et al. Lansoprazole for prevention of recrrence of
ulcer complications from long term low-dose aspirin use. NEJM 2002;316:
2033-2038.
17. Hawkey CJ,Talley NJ,Wallace JL,Yeoman ND.NSAID gastric injury and
dyspepsia.Satellite Symposium.Stockholm,Sweden 13 Juni 2002.