Dinamika psikologis anak-anak korban kekerasan dalam rumah tangga : studi fenomenologi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
DINAMIKA PSIKOLOGIS
ANAK-ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
STUDI FENOMENOLOGI
Hannita Indri Hapsari
Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dinamika psikologis
anak–anak korban kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh orang tua
mereka dan bagaimana anak memaknai fenomena kekerasan dalam rumah tangga,
penelitian ini membahas mengenai cara anak korban kekerasan dalam rumah
tangga memaknai pengalamannya sebagai korban kekerasan yang dilakukan orang
tua mereka. Kekerasan yang dimaksud dalam penelitian ini khusus membahas
tentang kekerasan fisik, verbal dan sosial.
Penelitian ini menggunakan studi fenomenologi.Penelitian studi
fenomenologi merupakan jenis penelitian kualitatif.Studi fenomenologi adalah
suatu penelitian dengan mencari sesuatu yang mendalam untuk mendapatkan satu
pemahaman yang mendetail tentang fenomena yang diteliti, dan menggunakan
lebih dari satu subyek. Dalam penelitian ini, subjek yang dipilih oleh peneliti

adalah tiga orang anak berusia remaja yang mengalami tindak kekerasan dalam
rumah tangga oleh orang tua kandung mereka. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara wawancara dan observasi terhadap ketiga subjek penelitian. Masingmasing subjek memiliki dua orang informan yang memiliki latar belakang yang
berbeda-beda.
Hasil penelitian ini menunjukkan dalam memaknai pengalamannya, anakanak korban kekerasan dalam rumah tangga umumnya tidak berani untuk
melakukan perlawanan saat orang tua mereka melakukan tindak kekerasan seperti
memukul, menendang, menampar, memaki. Meskipun mereka sudah terbiasa
dengan kekerasan yang dilakukan orang tuanya tersebut, sebagaimana mereka
tetap menginginkan memiliki orang tua yang menyayangi mereka dengan kasih
sayang yang tulus, tidak semua subjek penelitian ini mampu memaknai
pengalamannya dengan baik, adapun salah satu subjek tersebut melakukan coping
atau modeling secara tidak sadar sebagai akibat dari tindak kekerasan yang
dilakukan orang tuanya. Ketika subjek mendapat kekerasan secara verbal, non
verbal, dan sosial, subjek tidak dapat melakukan tindakan atau perlawanan apapun,
sehingga ketidakberdayaan mereka secara fisik dan mental membuat mereka
semakin tertekan dan tidak memiliki relasi yang baik dengan orang tua mereka.
Kata kunci : Korban, Kekerasan, Anak, Verbal, Fisik, Sosial.

vii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT,
THE PSYCHOLOGICAL DYNAMICS
CHILDREN VICTIMS OF DOMESTIC VIOLENCE
THE STUDY OF PHENOMENOLOGY

Hannita Indri Hapsari
Sanata Dharma University
2016
This research aims to find out how the psychological dynamics of children
victims of domestic violence committed by their parents and how children
interpret the phenomenon of domestic violence, the study discusses about how
child victims of domestic violence to interpret her experiences as victims of
violence who do their parents. The violence referred to in this research
specifically discuss about physical violence, verbal and social.
This research uses the study of Phenomenology. Research study of
phenomenology is a kind of qualitative research. The study of phenomenology is a
research by looking for something profound to gain a detailed understanding of
the phenomenon is examined, and use more than one subject. In this study,

subjects selected by the researchers were three children aged teens who have
experienced acts of domestic violence by their biological parents. Data collection
is carried out by means of interviews and observations against the third subject of
the research. Each subject had two informants who have diverse backgrounds.
The results of this study showed in the interpret her experiences, children
of domestic violence victims generally did not dare to do the resistance while their
parents conduct acts of violence such as hitting, kicking, slapping, cursing.
Although they are already accustomed to the violence that the parents had done,
as they still want to have parents who dote on them with genuine affection, not all
of the subject is able to interpret his experience to good use, as for one of the
subject do coping or modeling unconsciously as a result of acts of violence
committed parents. When the subject gets a violent verbal, non verbal, and social,
the subject cannot perform actions or resistance of any kind, so the powerlessness
they physically and mentally making them increasingly depressed and does not
have a good relationship with their parents.
Keywords: Victims, Violence, Children, Verbal, Physically, Social.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


DINAMIKA PSIKOLOGIS ANAK-ANAK
KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
(Studi Fenomenologi)
SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Diajukan oleh :

HANNITA INDRI HAPSARI

111114057

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA
2016

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“JIKA KAU MAMPU BERSABAR, TUHAN MAMPU
MEMBERIKAN LEBIH DARI YANG KAU MINTA”

“Orang yang berjalan maju
dengan

menangis


sambil

benih,

pasti

menabur

pulang dengan sorak sorai
sambil

membawa

berkas-

berkasnya.
Mazmur 126 : 6

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus
Orang Tuaku Tercinta
Orang- Orang yang Ku kasihi
Teman- teman BK Angkatan 2011

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
DINAMIKA PSIKOLOGIS
ANAK-ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
STUDI FENOMENOLOGI
Hannita Indri Hapsari
Universitas Sanata Dharma
2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dinamika psikologis
anak–anak korban kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh orang tua
mereka dan bagaimana anak memaknai fenomena kekerasan dalam rumah tangga,
penelitian ini membahas mengenai cara anak korban kekerasan dalam rumah
tangga memaknai pengalamannya sebagai korban kekerasan yang dilakukan orang
tua mereka. Kekerasan yang dimaksud dalam penelitian ini khusus membahas
tentang kekerasan fisik, verbal dan sosial.
Penelitian ini menggunakan studi fenomenologi.Penelitian studi
fenomenologi merupakan jenis penelitian kualitatif.Studi fenomenologi adalah
suatu penelitian dengan mencari sesuatu yang mendalam untuk mendapatkan satu
pemahaman yang mendetail tentang fenomena yang diteliti, dan menggunakan
lebih dari satu subyek. Dalam penelitian ini, subjek yang dipilih oleh peneliti
adalah tiga orang anak berusia remaja yang mengalami tindak kekerasan dalam
rumah tangga oleh orang tua kandung mereka. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara wawancara dan observasi terhadap ketiga subjek penelitian. Masingmasing subjek memiliki dua orang informan yang memiliki latar belakang yang
berbeda-beda.
Hasil penelitian ini menunjukkan dalam memaknai pengalamannya, anakanak korban kekerasan dalam rumah tangga umumnya tidak berani untuk
melakukan perlawanan saat orang tua mereka melakukan tindak kekerasan seperti
memukul, menendang, menampar, memaki. Meskipun mereka sudah terbiasa
dengan kekerasan yang dilakukan orang tuanya tersebut, sebagaimana mereka

tetap menginginkan memiliki orang tua yang menyayangi mereka dengan kasih
sayang yang tulus, tidak semua subjek penelitian ini mampu memaknai
pengalamannya dengan baik, adapun salah satu subjek tersebut melakukan coping
atau modeling secara tidak sadar sebagai akibat dari tindak kekerasan yang
dilakukan orang tuanya. Ketika subjek mendapat kekerasan secara verbal, non
verbal, dan sosial, subjek tidak dapat melakukan tindakan atau perlawanan apapun,
sehingga ketidakberdayaan mereka secara fisik dan mental membuat mereka
semakin tertekan dan tidak memiliki relasi yang baik dengan orang tua mereka.
Kata kunci : Korban, Kekerasan, Anak, Verbal, Fisik, Sosial.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT,
THE PSYCHOLOGICAL DYNAMICS
CHILDREN VICTIMS OF DOMESTIC VIOLENCE
THE STUDY OF PHENOMENOLOGY

Hannita Indri Hapsari

Sanata Dharma University
2016
This research aims to find out how the psychological dynamics of children
victims of domestic violence committed by their parents and how children
interpret the phenomenon of domestic violence, the study discusses about how
child victims of domestic violence to interpret her experiences as victims of
violence who do their parents. The violence referred to in this research
specifically discuss about physical violence, verbal and social.
This research uses the study of Phenomenology. Research study of
phenomenology is a kind of qualitative research. The study of phenomenology is a
research by looking for something profound to gain a detailed understanding of
the phenomenon is examined, and use more than one subject. In this study,
subjects selected by the researchers were three children aged teens who have
experienced acts of domestic violence by their biological parents. Data collection
is carried out by means of interviews and observations against the third subject of
the research. Each subject had two informants who have diverse backgrounds.
The results of this study showed in the interpret her experiences, children
of domestic violence victims generally did not dare to do the resistance while their
parents conduct acts of violence such as hitting, kicking, slapping, cursing.
Although they are already accustomed to the violence that the parents had done,

as they still want to have parents who dote on them with genuine affection, not all
of the subject is able to interpret his experience to good use, as for one of the
subject do coping or modeling unconsciously as a result of acts of violence
committed parents. When the subject gets a violent verbal, non verbal, and social,
the subject cannot perform actions or resistance of any kind, so the powerlessness
they physically and mentally making them increasingly depressed and does not
have a good relationship with their parents.
Keywords: Victims, Violence, Children, Verbal, Physically, Social.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
pertolongan, berkat,

dan penyertannya dalam

persiapan, pelaksanaan dan

penyelesaian laporan penelitian ini dalam bentuk skripsi.
Skripsi ini ditulis dalam angka memenuhi salah satu syarat untuk memperloeh
gelar sarjana pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu
Pendidikan , Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. R. Budi Sarwono, M.A., selaku dosen pemimbing yang dengan sabar
dan tulus memberikan waktu, motivasi, semangat dan pembelajaran yang
berharga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis
dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berharga bagi penulis.
4. Orang tuaku tercinta, Alm. Yohanes Hartono dan Ibu Betty Ernawati,
serta kakak, adik dan keluarga besarku atas doa, dukungan, perhatian,
kasih, semangat selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata
Dharma.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Stefanus Ricky Riandri yang dengan tulus, sabar dan kasih memberi
dukungan, semangat dan waktu selama pengerjaan skripsi. Tuhan
memberkati.
6. Sahabat-sahabatku (Resa, Linggar, Pinem, Desta, Tari, Nurul, Atink, Irma,
Noel, Sugeng, Danty )
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skipsi ini masih jauh dai sempurna, oleh
karena itu masukan, saran, dan kritik, terhadap karya ini sangat diperlukan.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca.

Yogyakarta, 11 Maret 2016

Hannita Indri Hapsari

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………..

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………….....

ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….........

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………………………….

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………………

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ………….

vi

ABSTRAK………………………………………………………………………..

vii

ABSTRACT……………………………………………………………………… viii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………...

ix

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….

xi

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….....

xv

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………….

1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………

1

B. Identifikasi Masalah …………………………………………………….

4

C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian……………………………..

4

D. Pertanyaan Penelitian …………………………………………………..

5

E. Tujuan Penelitian ……………………………………………………….

5

F. Manfaat Penelitian ….…………………………………………………...

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ……………………………………………………………

8

1. Hakikat Kekerasan dalam Rumah Tangga .…………………………

8

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Jenis-jenis kekerasan………………………………………………..

8

3. Relasi Orang Tua-Anak ………………………………………......... 11
4. Gaya Pengasuhan dan Interaksi Orang Tua-Anak ……………........

13

5. Arti Pengalaman dan Perasaan ………………………………….....

15

B. Kajian Penelitian yang Relevan ……………………………………….

17

C. Kerangka Pikir ………………………………………………………...

20

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………….. 21
A. Jenis Penelitian ………………………………………………………... 21
B. Subjek Penelitian …………………………………………………….... 22
C. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………. 22
1. Wawancara ………………………………………………………..

23

2. Observasi ………………………………………………………….

26

D. Teknis Analisis Data ………………………………………………….. 28
1. Reduksi Data ……………………………………………………… 28
2. Pengkodean/ Coding ……………………………………………….......... 28
E. Validitas Penelitian ………………………………………………….... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN ……………………………………………….. 32
A. Deskripsi Data ………………………………………………………...

32

B. Hasil Penelitian ……………………………………………………….

38

C. Pembahasan …………………………………………………………... 46
BAB V SIMPULAN DAN SARAN …………………………………………... 55
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 55
B. Keterbatasan Penelitian ……………………………………………….. 56

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Saran …………………………………………………………………. 56
D. Daftar Pustaka ……………………………………………………….. 59

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

PanduanWawancara ……………………………………

Tabel 2.

Agenda pertemuan peneliti subjek I, subjek II, subjek III

Tabel 3.

23

dan informan ……………………………………………

32

Kegiatan Observasi terhadap seluruh Subjek …………

33

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Lembar Persetujuan Informan

Lampiran 2.

Verbatim Wawancara

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah tentang fenomena kekerasan
dalam rumah tangga yang dialami oleh anak sesuai dengan fakta yang terjadi di
lapangan. Selain itu, bab ini juga akan memaparkan identifikasi masalah,
pembatasan masalah dan fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan
penelitian, serta manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan individu yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang
dan tempat bagi perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran,
kehendak tersendiri yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat
serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa kanakkanak (anak).
Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan
berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan
kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga memerlukan organisasi tersendiri
dan perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh penting yang memimpin keluarga
disamping beberapa anggota keluarga lainnya. Anggota keluarga terdiri dari Ayah,
ibu, dan anak merupakan sebuah satu kesatuan yang memiliki hubungan yang
sangat baik. Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian dalam
hubungan timbal balik antar semua anggota/individu dalam keluarga. Sebuah
keluarga disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

ditandai dengan tidak adanya konflik, ketegangan, kekecewaan dan kepuasan
terhadap keadaan (fisik, mental, emosi dan sosial) seluruh anggota keluarga.
Keluarga disebut disharmonis apabila terjadi sebaliknya.
Ketegangan maupun konflik antara suami dan istri maupun orang tua dengan anak
merupakan hal yang wajar dalam sebuah keluarga atau rumah tangga. Tidak ada
rumah tangga yang berjalan tanpa konflik namun konflik dalam rumah tangga
bukanlah

sesuatu

yang

menakutkan.

Hampir

semua

keluarga

pernah

mengalaminya. Yang mejadi berbeda adalah bagaimana cara mengatasi dan
menyelesaikan hal tersebut.
Setiap keluarga memiliki cara untuk menyelesaikan masalahnya masing-masing.
Apabila masalah diselesaikan secara baik dan sehat maka setiap anggota keluarga
akan mendapatkan pelajaran yang berharga yaitu menyadari dan mengerti
perasaan, kepribadian dan pengendalian emosi tiap anggota keluarga sehingga
terwujudlah kebahagiaan dalam keluarga. Penyelesaian konflik secara sehat
terjadi bila masing-masing anggota keluarga tidak mengedepankan kepentingan
pribadi, mencari akar permasalahan dan membuat solusi yang sama-sama
menguntungkan anggota keluarga melalui komunikasi yang baik dan lancar.
Disisi lain, apabila konflik diselesaikan secara tidak sehat maka konflik akan
semakin sering terjadi dalam keluarga.
Penyelesaian masalah dilakukan dengan marah yang berlebih-lebihan, hentakanhentakan fisik sebagai pelampiasan kemarahan, teriakan dan makian maupun
ekspresi wajah menyeramkan. Terkadang muncul perilaku seperti menyerang,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

memaksa, mengancam atau melakukan kekerasan fisik. Perilaku seperti ini dapat
dikatakan pada tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang
diartikan

setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang

berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.

Dalam sebuah struktur masyarakat atau keluarga dimanapun, anak
sesungguhnya adalah salah satu anggota komunitas yang memiliki posisi paling
lemah dan rentan, sehingga sudah sewajarnya bila mereka membutuhkan kasih
sayang, belas kasihan dan perlindungan yang cukup, terutama dari orang tua dan
masyarakat pada umumnya. Tetapi ironisnya, justru karena kelemahan dan
kerentanan mereka itu, anak seringkali menjadi korban dari hierarkhi masyarakat
yang tidak adil, diperlakukan sebagai pihak yang selalu dikalahkan, anak
sepertinya tidak memiliki hak untuk bersuara, dan bahkan tidak jarang pula
mereka menjadi sasaran dari pelampiasan kekesalan, kemarahan dan kesewenangwenangan terutama dari orang tua mereka sendiri.
Jumlah kasus kekerasan pada anak di Indonesia terus meningkat. Data dari
Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat, pada 2007 jumlah pelanggaran
hak anak yang terpantau sebanyak 40.398.625 kasus. Jumlah itu melonjak drastis
jika dibandingkan dengantahun sebelumnya yang mencapai 13.447.921 kasus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

Data tersebut berdasarkan laporan yang masuk ke lembaga tersebut, yang tersebar
di 30 provinsi.
Pada laporan tersebut tercantum, terdapat 600 kasus yang telah resmi diputus
oleh Kejaksaan Agung. Dari total tersebut, 41% di antaranya terkait dengan tindak
pencabulan dan pelecehan seksual.
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, peneliti menggunakan Studi
Fenomenologi sebagai metode penelitian. Dalam hal ini studi Fenomenologi
merupakan metode yang paling tepat untuk mengolah dan menganalisa informasi
serta data-data yang diperoleh peneliti dari subjek peneltian. Alasan paling utama
peneliti menggunakan Studi Fenomenologiadalah karena metode penelitian serta
landasan pemikiran dalam penelitian kualitatif adalah gagasan tentang bagaimana
seharusnya peneliti didalam memandang realitas sosial, fakta sosial atau
fenomena sosial yang menjadi masalah didalam penelitian. Menurut paradigm
fenomenologi bahwa realitas itu tidak semata-mata bersifat tunggal, objektif,
terukur (measurable), dan dapat ditangkap oleh panca indera sebagaimana
pandangan dari paradigma positivisme. Namun berbeda dengan itu bahwa
menurut paradigma fenomenologirealitasitubersifatgandaatau dualisme, subyektif,
interpretative atau hasil penafsiran subyektif dan dalam penelitian ini mengandung
seluruh unsur– unsur dari studi fenomenologi seperti subjek yang terdiri lebih dari
dua orang serta memakai salah satu teknik triangulasi sebagai validitas data

B. Identifikasi Masalah/ Kasus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan perilaku tindak
kekerasan fisik maupun psikis dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai
berikut:
1.

Tindak kekerasan digunakan orang tua sebagai bentuk hukuman
apabila anak melakukan kesalahan.

2.

Ketidaksadaran orangtua mengenai fungsi dan peran mereka dalam
keluarga.

3.

Beberapa orang tua membenarkan penggunaan kekuasan dengan
beranggapan bahwa hal tersebut cukup efektif dan tidak berbahaya.

4.

Kekerasan

yang dilakukan orang tua berdampak buruk bagi

psikologis anak.
5.

Anak-anak belum menyadari bahwa mereka memiliki hak untuk
dilindungi dan mendapat perlakuan yang wajar dari orang tua.

6.

Minimnya

kesadaran

para

orang

tua

bahwa

pengalaman

menyaksikan dan mengalami KDRT adalah suatu peristiwa traumatis
karena kekerasan dilakukan oleh orang- orang yang terdekat bagi
anak, keluarga yang semestinya memberikan rasa aman, justru
menampilkan dan memberikan kekerasan yang menciptakan rasa
takut serta kemarahan.
C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, fokus kajian diarahkan pada menjawab masalah- masalah
yang teridentifikasi di atas khususnya peneliti akan lebih membahas mendalam
mengenai dinamika psikologis dan pemaknaan dari anak- anak yang mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

tindak kekerasan oleh orang tuanya. Dalam penelitian ini peneliti akan membahas
mengenai kekerasan dalam bentuk fisik, psikis, dan sosial.
D. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan- pertanyaan dalam penelitian ini yaitu:
1.

Apa yang dilakukan anak ketika mendapatkan perlakuan keras secara
fisik?

2.

Apa yang dilakukan anak ketika mendapatkan perlakuan keras secara
verbal?

3.

Apa yang dilakukan anak ketika mendapatkan perlakuan keras secara
sosial?

4.

Bagaimana anak memaknai pengalaman dididik dengan cara
kekerasan fisik?

5.

Bagaimana anak memaknai pengalaman dididik dengan cara
kekerasan verbal?

6.

Bagaimana anak memaknai pengalaman dididik dengan cara
kekerasan sosial?

7.

Bagaimana anak memaknai relasi dengan orang tua yang mendidik
secara keras?

E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana dinamika psikologis
anak–anak korban kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh orang
tua mereka dan bagaimana anak memaknai fenomena kekerasan dalam rumah
tangga.
F.

MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa manfaat
sebagai berikut:
1.

Manfaat Teoritis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

Memberikan sumbangan pengetahuan khusunya dalam bidang
penerapan Bimbingan dan Konseling sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya pada kajian
yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan
mendalam.
2.

Manfaat Praktis
a. Bagi para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi baru guna menambah
pengetahuan mengenai pengalaman emosional anak-anak korban
kekerasan fisik dan psikis yang dilakukan oleh orang tua.
b. Bagi Para Orang Tua
Orang tua dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk
mengetahui apakah mereka sudah menjadi orang tua yang
melindungi,

memberikan

hak-hak

anak

mereka

serta

mensejahterakan anak mereka.
c. Bagi Peneliti
Peneliti

dapat

menggunakan

hasil

penelitian

ini

sebagai

pengetahuan baru mengenai fenomena masyarakat yang berkaitan
dengan kehidupan sehari- hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini memaparkan tentang hakikat kekerasan dalam rumah tangga,
hakikat kekerasan dalam rumah tangga, relasi orang tua dan anak, gaya
pengasuhan dan interaksi orang tua-anak, serta arti pengalaman dan mendalami
perasaan.
A. Kajian Teori
1. Hakikat Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Kekerasan yang termasuk di dalam tindakan kekerasan rumah tangga adalah
memberikan penderitaan baik secara fisik maupun mental di luar batas-batas
tertentu terhadap orang lain yang berada di dalam satu rumah; seperti terhadap
pasangan hidup, anak, atau orang tua dan tindak kekerasan tersebut dilakukan di
dalam rumah.Kekerasan dalam Rumah Tangga seperti yang tertuang dalam
Undang-undang

No.23 tahun 2004 tentang penghapusan Kekerasan dalam

Rumah Tangga memiliki arti setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan suatu perbuatan, pemaksaan atau perampasam kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Masalah kekerasan dalam Rumah
Tangga telah mendapatkan perlindungan hukum dalam Undang-undang Nomor 23
tahun 2004 yang antara lain menegaskan bahwa:

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

a. Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan
bebasdarisegala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan
Undang-undang Republik Indonesia tahun 1945.
b. Bahwa segala bentuk kekerasan, terutama
tangga merupakan pelanggaran

Kekerasan dalam rumah

hak asasi manusia dan kejahatan

terhadap martabat kemansiaan serta bentuk deskriminasi yang harus
dihapus.
c. Bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga yang kebanyakan adalah
perempuan, hal itu harus mendapatkan perlindungan dari Negara
dan/atau masyarakatagar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau
ancaman kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan
derajat dan martabat kemanusiaan.
2. Jenis- Jenis Kekerasan
Kekerasan terbagi menjadi lima jenis, yaitu kekerasan fisik, psikis, sosial,
ekonomi,dan seksual. Akan tetapi dalam hal ini fokus penelitian hanya pada
tiga jenis kekerasan yaitu fisik, psikis, dan sosial.
a. Kekerasan Verbal atau psikis adalah kekerasan yang ditunjukkan oleh
orang tua dengan bentuk kemarahan menggunakan makian, ataupun
kritik tajam. Orang tua menyebut anak sebagai anak bodoh, nakal,
kurang ajar, anak tidak tahu diri, anak tidak berguna dan segala bentuk
kata-kata yang merendahkan diri anak. kekerasan jenis ini tidak begiu
mudah dikenali, akibat yang dirasakan oleh korban tidak mamberikan
bekas yang nampak jelas bagi orang lain. Dampak kekerasan jenis ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

akan berpengaruh pada situasi perasaan tidak aman dan nyaman,
menurunkan harga diri serata martabat korban. Wujud konkrit kekerasan
atau pelanggaran jenis ini adalah; pengunaan kata-kata kasar,
penyalahgunaan kepercayaan,mempermalukan orang didepan orang lain
atau di depan umum, melontarkan ancaman dengan

kata-kata dan

sebagainya. Akibat adanya perilaku tersebut biasanya korban akan
merasa rendah diri, minder, merasa tidak berharga dan lemah dalam
membuat keputusan(decision making) (suyanto dan Sanituti, 2002).
b. Kekerasan Non Verbal
Adapun kekerasan non verbal adalah kekerasan yang ditunjukkan
oleh orang tua dengan bentuk kekerasan terhadap fisik baik
menggunakan alat ataupun tidak. Orang tua melakukannya dalam bentuk
tamparan, pukulan, tendangan, dan segala bentuk kekerasan yang
menyebabkan luka fisik.
c. Kekerasan Sosial
Adapun kekerasan sosial adalah salah satu jenis kekerasan yang
dilakukan oleh orang tua terhadap anak yang mengakibatkan krisis sosial
terhadap anak dan menyebabkan anak merasa dipermalukan atau tidak
dihargai oleh orang tua mereka.
Berdasarkan pertimbangan sebagai dimaksud dalam huruf a, b, c
perlu dibentuk Undang-undang tentang penghapusan kekerasan dalam
rumah tangga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

Sri lestari (2012), mengatakan dalam salah satu metode sosialisasi nilai kepada
anak salah satunya adalah “Pemberian Hukuman”. Dalam rangka melakukan
sosialisasi pada anak, adakalanya orang tua menggunakan hukuman sebagai cara
untuk mendisiplinkan anak apabila berperilaku kurang sesuai dengan nilai-nilai
yang disosialisasikan. Dalam penelitian ini terungkap bahwa tidak semua orang
tua menggunakan hukuman dalam rangka mendisiplinkan anak. Namun demikian,
dalam beberapa keluarga masih menggunakannya. Bentuk- bentuk hukuman yang
diberikan orang tua pada anak pun bervariasi tergantung pada tingkat berat- ringan
pelanggaran yang dilakukan oleh anak dalam pandangan orang tua. Hukuman
yang diterima oleh anak dapat berupa dimarahi, didiamkan/tidak diajak berbicara,
dipotong uang sakunya, bahkan ada yang dipukul dengan sapu atau kayu. Khusus
untuk hukuman dipukul dialami oleh anak ketika masih kanak-kanak, tetapi sudah
tidak dialami lagi ketika anak-anak telah memasuki remaja. Berikut penuturan
anak mengenai pengalamannya dihukum oleh orang tuanya:
Dulu waktu kecil kan pernah main pulangnya malem, larut malem
banget, terus dipukul ayah sampai kepalanya berdarah, pakai kayu
yang lancip lalu dijewer dulu baru dinasehatin. (dituturkan oleh
Awang).
Yo mestine marah-marah pertamane marah-marah terus habis itu
bosen ngomongine ya udah terus dijarke (jawa: dibiarkan) sampai
sekarang, sekarang jarang-jarang paling dimarahi tok nggak
pernah dihukum wi mbak. Yo hukumane paling apa ya nggak
pernah dikasih uang jajan itu tok (dituuturkan oleh Akbar).
3. Relasi Orang Tua- Anak
Menjadi orang tua merupakan salah satu tahapan yang dijalani oleh pasangan
yang memiliki anak. Masa transisi menjadi orang tua pada saatkelahiran anak
pertama terkadang menimbulkan masalah bagi relasi pasangan dan dipersepsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

menurunkan

kualitas

perkawinan.

Selain

itu,

kajian

psikologis

juga

memperlihatkan bahwa perempuan menjalani transisi yang lebih sulit daripada
laki-laki (John & Belsky, 2009).
Anak-anak menjalani proses tumbuh dan berkembang dalam suatu lingkungan dan
hubungan (Thompson, 2006). Pengalaman mereka sepanjang waktu berama
orang-orang yang mengenal mereka dengan baik, serta berbagai karakteistik dan
kecenderungan yang mulai mereka pahami merupakan hal-hal pokok yang
mempengaruhi konsep dan kepribadian sosial mereka. Menurut Thompson,
hubungan menjadi katalis bagi perkembangan dan merupakan jalur bagi
peningkatan

pengetahuan

dan

informasi,

penguasaan

keterampilan

dan

kompetensi, dukungan emosi, dan berbagai pengaruh lain semenjak dini.
Dalam tinjauan psikologi perekembangan, pandangan tentang relasi orang tuaanak pada umumnya merujuk pada teori kelekatan (attachment theory)yang
pertama kali dicetuskan oleh John Bowlby (1969). Bowlby mengidentifikasikan
pengaruh perlaku pengasuhan sebagai factor kunci dalam hubungan orangtuaanak yang dibangun sejak usia dini. Pada masa awal kehidupannya anak
mengembangkan hubungan emosi yang mendalam dengan orang dewasa yang
secara teratur merawatnya.Kelekatan dicirikan sebagai hubungan imbal balik
antara sistem kelekatan anak dan sistem pengasuhan dari orang tua (Turner,
2005). Selain teori kelekatan, hubungan orang tua-anak juga dapat dijelaskan
dengan pendekatan teori penerimaan dan penolakan orang tua (parental
acceptance-rejection theory) yang dikembangkan oleh Rohner. Penerimaan dan
penolakan orang tua membentuk dimensi kehangatan (warmth dimension) dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

pengasuhan, yaitu suatu kualitas afeksi antara orang tua dan anak (Rohner,
khaleque, & Cournoyer, 2009).
Dimensi kehangatan merupakan suatu rentang kontinum , yang di satu sisi
ditandai oleh penerimaan yang mencakup berbagai perasaan dan perilaku yang
menunjukkan kehangatan, afeksi, kepedulian, kenyamanan, perhatian, perawatan,
dukungan, dan cinta. Adapun sisi yang lain ditandai oleh penolakan yang
mencakup ketiadaan atau penarikan berbagai perasaan atau perilaku tersebut
(kehangatan, afeksi, dan lain-lain), dan adanya berbagai perasaan atau perilaku
yang menyakitkan secara fisik maupun psikologis (seperti tidak menghargai,
penelantaran, tak acuh memaki, dan penyiksaan). Menurut Rohner dkk., persepsi
anak terhadap penerimaan dan penolakan orang tua atau sosok signifikan yang
lain akan memengaruhi perkembangan kepribadian individu dan mekanisme yang
dikembangkan dalam menghadapi masalah.
Kajian tentang hubungan orang tua-anak dapat dibagi ke dalam dua masa, yaitu
sebelum berkembangnya paham dua arah (bidirectionality) pada akhir tahun 60-an
dan setelahnya (Chen, 2009). Semasa berkembangnya paham satu arah
(unidirectionality), penelitian tentang hubungan orang tua-anak memfokuskan
pada mengenali strategi pengasuhan, praktik-praktik , perilaku, gaya, dan
pembawaan yang memengaruhi akibat pada anak, misalnya kompetensi,
perkembangan yang sehat, prestasi akademik, dan problem perilaku. Menurut
Chen kualitas hubungan orang tua-anak merefleksikan tingkatan dalam hal
kehangatan (warmth), rasa aman (security), kepercayaan (trust), afeksi positif
(positive affect), dan ketanggapan (responssiveness) dalam hubungan mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

Kehangatan menjadi komponen mendasar dalam hubungan orang tua-anak yang
dapat membuat anak merasa dicintai dan mengembangkan rasa percaya diri.
Rasa aman merupakan dimensi dalam hubungan yang berkembang karena
interaksi yang berulang yang memperlihatkan adanya kesiagaan, kepekaan, dan
ketanggapan. Interaksi tersebut mengembangkan kelekatan pada masing-masing
pihak yang terlibat dalam hubungan. Rasa aman juga akan mendorong anak untuk
berani melakukan eksplorasi yang bermanfaat bagi perkembangan kompetensi.
Setelah berkembangnya paham dua arah, area penting yang menjadi fokus
penelitian adalah kaitan antara interaksi orang tua- anak dan relasi yang terbentuk.
Interaksi dan waktu merupakan dua komponen mendasar bagi relasi orang tuaanak (Hinde, 1976). Yang dimaksudkan dengan interaksi adalah suatu rangkaian
peristiwa ketika individu A menunjukkan suatu perilau ke individu B, atau
memperlihatkan X kepada B yang meresponsnya dengan Y.
4. Gaya Pengasuhan dan Relasi Orang Tua-Anak
Pengasuhan anak dipercaya memiliki dampak terhadap perkembangan individu.
Dalam memahami dampak pengasuhan oran tua terhadap perkembangan anak
pada mulanya terdapat dua aliran yang dominan, yaitu psikoanalitik dan belajar
sosial (social learning). Pada perkembangan yang lebih kontemporer kajian
pengasuhan anak terpolarisasi dalam dua pendekatan, yaitu pendekatan tipologi
atau gaya pengasuhan (parenting style) dan pendekatan interaksi sosial
(interaction style) atau parent-child system (Lewis, 2005; O’keeffe, 2008)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

k
Penerimaan/
Ketanggapan
c
cTinggi

Rendah

Tinggi

(1) Otoritatif
Tuntutan yang masuk akal,
penguatan yang konsisten,
disertai kepekaan dan
penerimaan pada anak.

(2) Otoriter
Banyak aturan dan
tuntutan,
sedikit
penjelasan,
dan
kurang peka terhadap
kebutuhan
dan
pemahaman anak

Rendah

(3) Permisif
Sedikit aturan dan tuntutan;
anak terlalu dibiarkan
bebas
menuruti
kemauannya.

(4) Tak peduli
Sedikit aturan dan
tuntutan; orang tua
tidak peduli dan peka
pada kebutuhan anak.

Gambar 1
Matriks Kombinasi Dua Dimensi dalam Pengasuhan
Gaya pengasuhan yang permisif biasanyadilakukan oleh orang tua yang terlalu
baik, cenderung memberi banyak kebebasan pada anak-anak dengan menerima
dan memaklumi segala perilaku, tuntutan dan tindakan anak, namun kurang
menuntut sikap tanggung jawab dan keteraturan anak. Bila pembebasan terhadap
anak sudah berlebihan dan sama sekali tanpa ketanggapan dari orang tua
menandakan bahwa orang tua tidak peduli (rejecting-neglecting) terhadap anak.
Gaya pengasuhan yang otoriter dilakukan oleh orang tua yang selalu berusaha
membentuk, mengontrol, mengevaluasi perilaku dan tindakan anak agar sesuai
dengan aturan standar. Aturan tersebut biasanya bersifat mutlak yang dimotivasi
oleh semangat teologis dan diberlakukan dengan otoritas tinggi. Kepatuhan anak
merupakan nilai yang diutamakan, dengan memberlakukan hukuman manakala
terjadi pelanggaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

Pendekatan tipologi menganggap bahwa gaya pengasuhan yang paling baik adalah
bersifat otoritatif. Orang tua mengarahkan perilaku anak secara rasional, dengan
memberikan penjelasan terhadap maksud dari aturan-aturan yang diberlakukan.
Gaya pengasuhan merupakan serangkaian sikap yang ditunjukkan oleh orang tua
kepada anak untuk menciptakan iklim emosi yang melingkupi interaksi orang tuaanak. Dalam hal ini gaya pengasuhan sangat penting bagi mereka, sehingga bagi
orang tua yang memiliki ketidakmampuan untuk mengelola stress pengasuhan
dapat menyebabkan mudah melakukan tindak kekerasan anak, yang akhirnya
berdampak buruk pada perkembangan kepribadian anak. Selain itu juga dapat
menyebabkan munculnya perasaan gagal dan ketidakpuasan dalam menjalankan
tugas sebagai orang tua (parenting dissatisfaction). Kalaupun tidak sampai terjadi
kekerasan, stress pengasuhan yang tidak terkelola dengan baik dapat
merenggangkan hubungan orang tua-anak. Dalam keadaan ini anak dapat
kehilangan tempat rujukan pada saat menghadapi problem, dan menghambat
perkembangan kemampuan pemecahan masalah dari pengambilan keputusan.
5. Arti Pengalaman dan Mendalami Perasaan
Sudah pada permulaan hidupnya manusia mulai menggali realitas. Tentu saja
realitas itu bukan suatu lumbung yang penuh arti yang dapat ditimba darinya
begitu saja. Realitas dunia dan hidup, dibuka artinya tahap demi tahap. Dibukanya
realitas ini dibuka dengan pengalaman.
Pengalaman tentang realitas sudah terdapat pada seorang bayi, sebab dari
permulaan seorang bayi sudah hadir pada realitas secara manusiawi. Namun oleh
sebab kesadaran bayi itu belum dibuka segala kemungkinannya, si bayi itu hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

memiliki suatu benih pengertian. Bahkan pada permulaan perbedaan antara subjek
dan objek belum nyata bagi kesadaran yang sederhana itu. Ketika bertambah umur
si anak semakin sadar dalam pengalamannya, lagi pula lapangan pengalaman
menjadi makin luas dengan tambahan pengalaman, pengertian tentang realitas
makin bertumbuh di segala bidang intelektual, melainkan juga di bidang praktis
dan emosional. Di sini pengalaman dan pengertian yang telah ada menjadi bahan
pikiran, artinya bagian suatu proses kesadaran dimana manusia tak henti-henti
terus menggali kekayaan realitas yang dihadapinya.
Sedangkan perasaan adalah merupakan suatu gejala psikis. Sebagai demikian
perasaan menyangkut pertama-taman situasi batin manusia. Hal ini diinsafi tiaptiap orang. Kalau seorang merasa dicinta, perasaan cinta itu tinggal dalam
batinnya, dan kalau ia menjadi marah, kemarahan timbul dalam batinnya.
Namun perasaan itu tidak bersifat intern belaka. Seperti aspek-aspek
kesadaran lainnya perasaan membuktikan diri sebagai sifatmanusia seluruhnya
dengan mendapat salah satu bentuk ekspresi jasmani. Dapat terjadi ekspresi itu
terletak dalam seluruh kedudukan badan, seperti pada orang malas (anak A), tetapi
terutama otot-otot wajah mencerminkan keadaan batiniah dan memperlihatkan isi
hati (anak-anak B,C,D). Umpamanya, anak-anak yang tertawa (C) menyatakan
rasa kegembiraan dalam ekspresi wajah mereka. Namun belum tentu penilaian
tentang perasaan hati orang-orang selalu tepat. Dapat saja orang keliru atau
tertipu.

Tentang

kemungkinan

ini

ada

cukup

banyak

eksperimen

ilmiah.berdasarkan eksperimen tersebut telah dipastikan, bahwa terdapat ekspresi
khas bagi suatu perasaan tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Pada bagian ini peneliti menemukan jurnal penelitian yang serupa dengan judul
penelitian

peneliti,

hal

ini

berguna

sebagai

relevansi

sebuah

penelitian.Berdasarkan jurnal penelitian dengan judul “PROFIL KEKERASAN
ORANG TUA PADA ANAK DI KAMPUNG LUBUK BANGKA NAGARI IV
KOTO MUDIEK KECAMATAN BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR
SELATAN”yang dilakukan oleh Rizki Rani Anggraini seorang mahasiswi
program studi Bimbingan dan Konseling di STKIP PGRI Sumatera Barat ia telah
melakukan observasi pada tanggal 6 februari 2014 dan wawancara pada tanggal
23 Juli 2014 di Kampung Lubuk Bangka Nagari IV Koto Mudiek Kecamatan
Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan bahwa masih ditemukan kekerasan yang
dilakukan oleh orang tua pada anak seperti, memukuli anak menggunakan ikat
pinggang atau sapu lidi disebabkan anak tidak mengikuti perintah dari ibunya,
emosi orang tua tidak terkendali, orangtua mencubit anak karena tidak
menghiraukan perintah dari ibunya, orang tua menjewer anak karena tidak
mendengarkan kata-kata dari ibunya, orang tua membentak anak dengan suara
yang keras, orang tua mengomeli anak dengan bicara kasar dan orang tua selalu
mengomeli anak.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tersebut didapat fakta bahwa
peran orang tua masih kurang sesuai, yang seharusnya memberikan kasih sayang
pada anak serta melindunginya, justru orang tua melakukan kekerasan pada anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

seperti memukul, mencubit dan menjewerserta orang tuatidak menyadari dampak
yang akan terjadipada anak.

Yang menyebabakan orang tua (Ibu) memukul, mencubit dan menjewer anak
dikarenakan anak tidak megikuti perintah dari ibu dan tidak menghiraukan
perintah ibunya. Sedangkan orangtua juga masih kurang menyadari bahwa
melakukan kekerasan psikis seperti membentak, mengomeli, dan meremehkan
anak baik dalam keadaan sadar maupun tidak sadar akan berdampak buruk pada
anak. Penyebab orang tua (Ibu) membentak, mengomeli dan meremehkan anak
dikarenakan anak mengabaikan perintah Ibunya dan karena nilainya jelek.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari jurnal tersebut diperoleh
informasi bahwa masih ada orang tua yang sering menggunakan tindak kekersan
sebagai bentuk hukuman atas tindakan anak yang tidak sesuai dengan keinginan
orang tua mereka hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan penulis bahwa
penulis menemukan tindak kekerasan anak yang berupa fisik maupun psikis
terhadap tiga anak dengan latar belakang yang berbeda namun mereka sama-sama
mengalami tindak kekerasan fisik maupun psikis.

Peneliti juga menemukan jurnal mengenai kekerasan pada anak yang berjudul
“AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN
KEKERASAN RUMAH TANGGA” jurnal ini ditulis oleh Lili hartini seorang
mahasiswi jurusan Psikologi di Universitas Gunadarma. Metode penelitian yang
digunakan oleh penulis adalah pendekatan studi kasus (case study) sedangkan
subjek penelitian seorang anak perempuan yang berumur 10 tahun yang masih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

duduk di bangku sekolah dasar di daerah Pisangan Timur. Jumlah subjek dalam
penelitian ini satu orang siswa dan didukung satu orang significant other. Teknik
pengumpulan data yang dgunakan observasi dan wawancara. Adapun kekerasan
yang dialami oleh subjek adalah kekerasan sosial dan kekerasan fisik. Subjek
sering dipukul dan dilempari dengan menggunakan sandal dan sapu, serta ayahnya
sering memanggilnya dengan sebutan bego, tolol,bodoh. hal ini biasa terjadi
ketika ayah sedang marah. Hal ini membuat subjek melakukan agresi terhadap
tindakan sang ayah seperti subjek akan mengeluarkan kata-kata yang sama seperti
yang diucapkan ayahnya ketika sedang marah. Hal ini memungkinkan terjadi
perilaku modeling terhadap perilaku ayahnya.

C. Kerangka Pikir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

KELUARGA

Ayah

Ibu

Anak

POLA ASUH ORANG
TUA

PEMAKNAAN

KDRT

Fisik

Sosial

Psikis

Penjelasan dari kerangka pikir :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

Dalam sebuah keluarga terdapat sususan anggota keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak. Orang tua memiliki peran yang penting dan dominan dalam
mendidik dan membesarkan anak mereka, namun dalam kenyataannya ada
beberapa orang tua yang tidak menyadari tugas dan tanggung jawabnya. Pola asuh
dan cara mendidik yang ditekankan dalam keluarga menjadi kunci keharmonisan
sebuah keluarga, dalam hal ini kekerasan dalam rumah tangga kerap dialami oleh
anak, karena anak dianggap tidak memiliki kekuatan secara fisik, sehingga orang
tua merasa mereka bebas melakukan apapun. Dan dalam penelitian ini akan
membahas menganai dampak psikologis yang dialami oleh anak-anak korban
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian tentang desain jenis penelitian yaitu hal-hal , subjek
penelitian, teknik pengumpulan data, tahap-tahap analisis data dan validitas
penelitian.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian iniadalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan
Fenomenologi.

Studi Fenomenologis adalah suatu penelitian dengan mencari

sesuatu yang mendalam untuk mendapatkan satu pemahaman yang mendetail
tentang fenomena sosial dan pendidikan yang diteliti, serta menggunakan lebih
dari satu subjek. Penelitian fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti dan
seksama pada kesadaran manusia. Hal itu karena studi fenomenologi merupakan
sebuah pendekatan filosofis untuk menyelidiki pengalaman manusia.
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian fenomenologi terkait dengan judul
adalah, dinamika psikologis kekerasan yang dialami anak berasal dari tekanantekanan dari lingkungan luar yang membuat subjek harus memutar otak untuk
memanipulasi setiap permasalahan yang dimilikinya adapun gambaran dinamika
psikologis yang berkaitan dengan judul adalah berdasarkan gambaran tersebut
diatas dapatdijelaskan bahwa segala sesuatu baik itu dampak psikologis maupun
fisik selalu diawali oleh sistem kerja kognisi. Dari kognisi akan berpengaruh pada
perasaan dan tindakan, perasaan dan tindakan akan berpengaruh pada kondisi fisik
seseorang. Sistem kognisi yang negatif akan membuat individu memliki pola
21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

pikir negatif (negative belief) . Adanya negative belief ini kemudian dikunci dan
dibekukan ke individu dengan peristiwa traumatis (kekerasan fisik dan psikis).
Individu mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial, individu mampu
beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari.
B. Subjek Penelitian
Subjek yang dipilih pada penelitian ini adalah tiga orang anak yangmasih
berstatus sebagai siswa maupun siswi ketiganya memiliki kesamaan pengalaman
yaitu mengalami kekerasan fisik maupun psikis. Subjek pertama adalah seorang
anak laki-laki berusia 13 tahun, ia mengalami tindak kekerasan yang dilakukan
oleh Ibunya, subjek kedua seorang nanak perempuan berusia 15 tahun, ia
mengalami kekerasan fisik dan psikis yang dilakukan oleh Ayah kandung dan Ibu
tirinya, dan subjek ketiga seorang anak laki-laki berusia 15 tahun, ia juga
mengalami tndak kekerasan yang dilakukan oleh Ayah kandungnya. Alasan
peneliti memilih subjek tersebut karena menurut peneliti dan berdasarkan faktafakta yang diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya anak-anak tersebut
mengalami tindak kekerasan fisik maupun psikis yang dilakukan oleh orang tua
kandungnya sendiri.
Anak-anak ini menunjukkan perilaku yang beragam, misalnya membuat gaduh
dan mengganggu teman-teman

kelasnya saat kegiatan belajar mengajar

berlangsung, namun ada juga yang cenderung pendiam namun prestasinya baik.
Perilaku-perilaku yang ditunjukan oleh subjek berbeda-beda, hal ini menunjukkan
bahwa dinamika psikologis mereka juga berbeda-beda.
C. Teknik Pengumpulan Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23

1. Wawancara
Wawancara

merupakan

alat

me