KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA.

(1)

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Zeenatha Umaythia 1002987

DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Oleh

Zeenatha Umaythia NIM 1002987

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

© Zeenatha Umaythia Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Zeenatha Umaythia (1002987). Kesejahteraan Psikologis Perempuan Korban

Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Skripsi. Departemen Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung (2015).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. Kesejahteraan psikologis adalah pencapaian penuh dari potensi psikologis individu dan suatu keadaan ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal (Ryff dalam Wells, 2010). Penelitian ini dilakukan kepada tiga orang perempuan yang sudah berpisah dengan pelaku kekerasan dalam rumah tangga. Penggalian informasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis subjek berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga, yaitu pemulihan diri, rasa syukur, usia, dan dukungan sosial.


(5)

ABSTRACT

Zeenatha Umaythia (1002987). Psychological Well-Being of Women As A

Victims of Domestic Violence. Paper. Psychology Department, Faculty of Science Education, Indonesian University of Education, Bandung (2015).

This study aimed to describe the psychological well-being of women as a victims of domestic violence. Psychological well-being is the full achievement of the potential psychological individuals and a situation when individuals can receive the strength and weaknesses are, having a purpose in life, develop positive relationships with other people, be an independent person, able to control the environment, and continues to grow on a personally (Ryff in Wells, 2010). Three women who have been separated from the husband as perpetrators of violence participated in this study. Information was obtained by using qualitative approach with case study method. Data was gathered by using in-dept interview technic. The results obtained indicate that psychological well-being of subjects was different. There are several factors that influence the psychological well-being of women as a victims of domestic violence, namely healing, gratitude, age, and social support.


(6)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis ... 6

1. DefinisiKesejahteraan Psikologis ... 6

2. Dimensi-dimensi Kesejahteraan Psikologis ... 7

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis ... 9

B. Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 12

1. Definisi Kekerasan dalam Rumah Tangga... 12

2. Bentuk-Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 13

3. Faktor Pendorong Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 14

4. Akibat Kekerasan dalam Rumah Tangga... 15

5. Siklus Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 16

C. Teori Tambahan ... 17

1. Pemulihan Diri (Healing) ... 17

2. Rasa Syukur (Gratitude) ... 18

a. Definisi Rasa Syukur ... 18

b. Faset-faset Rasa Syukur ... 19

3. Forgiveness ... 20

a. Definisi Forgiveness ... 20

b. Tahap-tahap Forgiveness ... 20

c. Jenis-jenis Forgiveness ... 18

D. Penelitian Terdahulu ... 22

E. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 24

B. Instrumen Penelitian ... 24


(7)

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26

E. Teknik Analisis Data ... 27

F. Uji Keabsahan Data ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Subjek Penelitian ... 30

1. Subjek 1 (H) ... 30

a. Riwayat Hidup ... 30

b. Riwayat Pernikahan ... 31

c. Catatan Lapangan ... 33

2. Subjek 2 (F) ... 34

a. Riwayat Hidup ... 34

b. Riwayat Pernikahan ... 35

c. Catatan Lapangan ... 36

3. Subjek 3 (A) ... 37

a. Riwayat Hidup... 37

b. Riwayat Pernikahan... 38

c. Catatan Lapangan ... 40

B. Hasil dan Pembahasan ... 42

1. Gambaran Kesejahteraan Psikologis Perempuan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 42

a. Subjek 1 (H) ... 42

1) Penerimaan Diri ... 45

2) Hubungan Positif dengan Orang Lain ... 48

3) Kemandirian ... 52

4) Penguasaan Lingkungan ... 54

5) Tujuan Hidup ... 57

6) Pertumbuhan Pribadi ... 58

b. Subjek 2 (F) ... 63

1) Penerimaan Diri ... 66

2) Hubungan Positif dengan Orang Lain ... 70

3) Kemandirian ... 72

4) Penguasaan Lingkungan ... 75

5) Tujuan Hidup ... 77

6) Pertumbuhan Pribadi ... 79

c. Subjek 3 (A) ... 82

1) Penerimaan Diri ... 84

2) Hubungan Positif dengan Orang Lain ... 86

3) Kemandirian ... 89

4) Penguasaan Lingkungan ... 92

5) Tujuan Hidup ... 94

6) Pertumbuhan Pribadi ... 96

C. Keterbatasan Peneliti ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 101


(8)

DAFTAR PUSTAKA ... 102 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 105 RIWAYAT HIDUP PENELITI ... 207


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara untuk Mengungkap Kesejahteraan Psikologis Perempuan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 25 Tabel 3.2 GambaranTeknik Pengumpulan Data ... 27 Tabel 4.1 GambaranUmum Profil Subjek Penelitian ... 41


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Kekerasan Walker ... 16 Gambar 4.1 Gambaran kesejahteraan psikologis H sebagai

perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga ... 63 Gambar 4.2 Gambaran kesejahteraan psikologis F sebagai

perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga ... 82 Gambar 4.3 Gambaran kesejahteraan psikologis A sebagai


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Pernyataan Partisipasi Penelitian Subjek 1 (H) ... 106

Lampiran 2 Verbatim Subjek 1 Wawancara 1 ... 107

Lampiran 3 Verbatim Subjek 1 Wawancara 2 ... 119

Lampiran 4 Display Data Subjek 1 ... 126

Lampiran 5 Lembar Member Check Subjek 1 ... 132

Lampiran 6 Lembar Pernyataan Partisipasi Penelitian Subjek 2 (F) ... 134

Lampiran 7 Verbatim Subjek 2 Wawancara 1 ... 135

Lampiran 8 Verbatim Subjek 2 Wawancara 2 ... 154

Lampiran 9 Display Data Subjek 2 ... 161

Lampiran 10 Lembar Member Check Subjek 2 ... 168

Lampiran 11 Lembar Pernyataan Partisipasi Penelitian Subjek 3 (A) ... 170

Lampiran 12 Verbatim Subjek 3 Wawancara 1 ... 171

Lampiran 13 Verbatim Subjek 3 Wawancara 2 ... 184

Lampiran 14 Display Data Subjek 3 ... 195

Lampiran 15 Lembar Member Check Subjek 3 ... 202

Lampiran 16 SK Dosen Pembimbing ... 204


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah fenomena sosial yang memprihatinkan di tengah masyarakat. Abrahams (2007), mengungkapkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah segala bentuk perilaku mengancam dan menyakiti yang digunakan untuk mengendalikan seseorang dalam sebuah keluarga tanpa memperhatikan jenis kelamin atau gender. Kekerasan dalam rumah tangga dapat berbentuk kekerasan fisik, psikis, seksual, dan penelantaran rumah tangga.

Menurut data Komnas Perempuan (2014), berdasarkan sumber Catatan Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2013 terdapat 11.719 kasus kekerasan dalam relasi personal di Indonesia. Dengan kasus kekerasan terhadap istri berada di peringkat pertama, yaitu sebanyak 7.548 kasus atau 64% dari jumlah kasus kekerasan dalam relasi personal yang terjadi.

Salah satu kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi dan beredar di media massa adalah kasus Cornelia Agatha. Tindak kekerasan dilakukan oleh suaminya, Sony Lalwani. Kekerasan sudah terjadi sejak masih berpacaran dan berlanjut hingga menikah, bahkan saat proses perceraian kekerasan tetap pun masih terjadi. Hal tersebut tidak pernah dilaporkan Lia dengan alasan memiliki anak, mencintai dan berharap bahwa perilaku suaminya akan berubah. Pada tahun 2013, Lia bercerai dan melaporkan kekerasan yang dilakukan Sony kepada polisi (Tribunnews, 2013).

Kekerasan dalam rumah tangga terbentuk melalui sikus kekerasan yang sama dan berulang dalam pola interaksi pasangan (Lianawati, 2009). Walker (2009) menjelaskan bahwa siklus kekerasan dalam pola interaksi pasangan dimulai dengan membangun ketegangan dalam hubungan sehingga mengakibatkan terjadinya ledakan kekerasan. Kemudian diikuti dengan periode yang lebih harmonis dimana pelaku menunjukkan kasih sayangnya sehingga korban memaafkan dan mempertahankan hubungan dengan pelaku. Siklus tersebut membantu menjelaskan mengapa korban tetap memilih


(13)

2

bertahan dalam suatu hubungan yang disertai kekerasan selama siklus tersebut berlangsung. Menurut Krauss & Krauss (1995 dalam Krahe, 2005), kekerasan dalam rumah tangga jarang berdimensi tunggal, cenderung berulang, kadang terus-menerus, dan dalam jangka waktu yang lama.

Hasil penelitian Kisinky (2011), mengungkap bahwa perempuan yang menikah muda merasa sakit hati dan sedih atas kekerasan yang dilakukan suaminya, akibatnya perempuan tersebut berencana untuk menceraikan suami. Hal ini sejalan dengan Lianawati (2009) yang mengungkap bahwa akan ada saat dimana korban merasa tidak mampu bertahan sehingga korban akan mengatur strategi agar dapat meninggalkan dan menuntut keadilan atas kekerasan yang dilakukan suami.

Setelah meninggalkan pelaku, perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga akan tetap merasakan tekanan. Penelitian yang dilakukan Parker & Lee (2002 dalam Fraser, 2003) menjelaskan bahwa peristiwa kekerasan berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan psikologis wanita dewasa madya. Secara keseluruhan wanita tersebut memiliki kesehatan fisik dan mental yang rendah serta mengalami psychologically distresses dan depresi. Menurut Abrahams (2007), tekanan psikologis yang dirasakan korban kekerasan memunculkan rasa takut, cemas, perasaan bersalah, marah, depresi bahkan trauma (PTSD).

Tindak kekerasan dalam rumah tangga akan mempengaruhi kesehatan korban. Padahal kesehatan dan kesejahteraan psikologis saling berhubungan. Penelitian Vazquez et al. (2009) menjelaskan kesejahteraan psikologis berperan dalam mencegah dan menyembuhkan kondisi fisik atau penyakit bahkan memungkinkan peningkatan harapan hidup individu. Menurut penelitian Ryff (2014), kesejahteraan psikologis berkaitan dengan ketahanan dan kemampuan individu dalam mempertahankan atau memperoleh kembali kesejahteraan saat menghadapi kesulitan.

Menurut Ryff (1995 dalam Wells, 2010), kesejahteraan psikologis diperoleh melalui pencapaian penuh dari potensi psikologis individu ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi


(14)

3

pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal. Ryff menambahkan bahwa kesejahteraan psikologis merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan apa yang dirasakan individu sebagai hasil dari pengalaman hidupnya.

Kekerasan dalam rumah tangga menyebabkan adanya perubahan dalam kesejahteraan psikologis perempuan yang menjadi korban meskipun telah berpisah dengan pelaku. Rini (2008) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis survivor yang mengalami kekerasan belum sepenuhnya kembali dikarenakan masih ada rasa cemas, takut, dan depresi. Menurut penelitian yang dilakukan Anderson & Saunders (2003) bahwa kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga akan menurun dalam jangka waktu enam bulan atau interval satu tahun selama masa perpisahan.

Kesejahteraan psikologis yang dimiliki individu dapat berubah dan berbeda antara satu individu dengan individu yang lainnya. Hidalgo et al. (dalam Wells (Ed), 2010), mengungkap bahwa kesejahteraan psikologis dipengaruhi oleh pengalaman subjektif individu karena adanya fungsi aspek fisik, mental dan sosial yang berbeda dari masing-masing individu. Lebih lanjut Hidalgo et al. menambahkan bahwa salah satu komponen dari kesejahteraan adalah kepuasan pribadi pada kehidupan, dimana kepuasan pribadi dipengaruhi oleh hubungan individu dengan lingkungan sosialnya yang meliputi masa kini dan masa lalu. Dalam penelitiannya, Huppert (2009) menyatakan bahwa kesejahteraan psikologis berkaitan dengan kehidupan yang berjalan baik. Kehidupan tersebut merupakan kombinasi dari perasaan yang baik dan keberfungsian secara efektif.

Banyak faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Menurut penelitian yang dilakukan Hamdan-Mansour et al. (2011), kesejahteraan psikologis perempuan yang berpendidikan lebih baik sehingga sedikit memperoleh kekerasan dalam rumah tangga, bila dibandingkan dengan perempuan yang kurang berpendidikan. Hidalgo et al. (dalam Wells (Ed), 2010), mengungkapkan faktor sosiodemografi seperti usia, jenis kelamin,


(15)

4

status perkawinan, tingkat sosial-ekonomi, dan hubungan sosial sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis.

Berdasarkan uraian dan fenomena yang dipaparkan, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. kasus kekerasan dalam rumah tangga terutama kekerasan terhadap istri telah banyak terjadi di Indonesia.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini berfokus pada kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. Menurut Ryff (1995 dalam Wells, 2010), kesejahteraan psikologis adalah pencapaian penuh dari potensi psikologis individu dan suatu keadaan ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal.

Penelitian mengenai kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga akan digambarkan melalui enam dimensi kesejahteraan psikologis yang dikemukakan oleh Ryff (1989, 1995; dalam Wells, 2010), yaitu: penerimaan diri (self-acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others), kemandirian (autonomy), penguasaan lingkungan (environmental mastery), tujuan hidup (purpose in

life), dan pertumbuhan pribadi (personal growth).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang, rumusan masalah dapat dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu bagaimana kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga.


(16)

5

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi

tambahan Psikologi Sosial mengenai kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga dan Psikologi Positif mengenai kesejahteraan psikologis.

2. Menjadi sumber informasi bagi masyarakat luas terutama perempuan sehingga mengetahui hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus kekerasan dalam rumah tangga di masyarakat dan hal yang harus dilakukan untuk mengembangkan kesejahteraan psikologis setelah mengalami kekerasan.

F. Struktur Organisasi Skripsi BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini merupakan latar belakang penelitian, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab II ini terdiri dari uraian tinjauan pustaka dari beberapa teori. Teori yang dipaparkan adalah teori mengenai kesejahteraan psikologis perempuan dan teori kekerasan dalam rumah tangga.

BAB III: METODELOGI PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai desain penelitian, subjek dan lokasi penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data.

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang gambaran subjek penelitian, hasil, dan pembahasan.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjabarkan mengenai kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran yang diajukan bagi peneliti selanjutnya berdasarkan kesimpulan.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Creswell (2009) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif merupakan cara untuk mengeksplorasi dan memahami masalah sosial dan manusia baik secara individu atau kelompok. Proses dalam penelitian kualitatif meliputi pertanyaan yang akan terus berkembang sehingga menghasilkan gambaran secara holistik, menganalisis dan menginterpretasi data, serta melaporkan pandangan informan secara rinci pada situasi kompleks yang terjadi. Sementara itu, studi kasus adalah salah satu metode pendekatan kualitatif yang menekankan pada eksplorasi data secara mendalam dari waktu ke waktu yang melibatkan berbagai sumber informasi dan melaporkan deskripsi kasus secara rinci pada kasus yang terbatas (Creswell, 2007).

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dalam penelitian ini agar peneliti dapat melakukan eksplorasi dan memahami kasus kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga secara mendalam. Sehingga pada akhirnya peneliti dapat membuat gambaran secara holistik mengenai kasus tersebut.

B. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human

instrument). Sebagai human instrument, peneliti bertugas untuk menetapkan

fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, mengumpulkan data, menilai kualitas data, menganalisi data, menafsirkan dan membuat kesimpulan dari data yang diperoleh selama penelitian berlangsung (Sugiyono, 2013). Dalam mengumpulkan data, peneliti sebagai human

instrument menggunakan pedoman wawancara yang dibuat sendiri oleh

peneliti dengan mengacu pada teori kesejahteraan psikologis Ryff (1989, 1995; dalam Wells, 2010).


(18)

25

Tabel 3.1

Pedoman Wawancara untuk Mengungkap Kesejahteraan Psikologis Perempuan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga

Dimensi Indikator Gambaran

Penerimaan diri

Penilaian diri  Penggambaran diri saat ini.

 Penilaian diri saat ini setelah mengalami kekerasan dan berpisah.

 Evaluasi mengenai pengalamannya. Mengetahui dan

menerima kelebihan dan kelemahan diri

 Menyadari hal-hal positif (kelebihan) pada diri.

 Menyadari hal-hal negatif (kelemahan) pada diri).

Hubungan positif dengan orang lain

Kedekatan dengan orang lain

Hubungan dengan orang lain Kepercayaan dan

kehangatan

Kenyamanan berhubungan dengan orang lain

Kepedulian Memberi dukungan kepada orang lain

Otonomi

Dapat menentukan nasib sendiri

Keyakinan dalam pengambilan keputusan. Mampu melawan

tekanan sosial

Tindakan atau hal yang dilakukan untuk menghadapi tuntutan dari orang lain.

Penguasaan lingkungan

Menguasai dan mengontrol

lingkungan

Mengetahui apa yang dilakukan, mengetahui masalah dan upaya menyelesaikannya.

Mampu memilih situasi/ lingkungan yang kondusif

Pemanfaatan terhadap waktu atau kesempatan yang ada.

Tujuan hidup Memiliki tujuan yang bermakna dan terarah

 Tujuan hidup yang ingin dicapai.  Arti dari kehidupannya

Pertumbuhan pribadi

Terbuka pada pengalaman baru

Membuka diri terhadap setiap kesempatan yang datang.

Kemauan untuk mengembangkan potensi atau mengubah/

memperbaiki diri

 Mengetahui potensi diri yang dapat dikembangkan dan upaya yang dilakukan.

 Mengetahui hal yang ingin diubah/diperbaiki dan upaya yang dilakukan.

Penambahan

pengetahuan dan efektivitas diri dari waktu ke waktu

Mengetahui tentang perkembangan hidupnya (perubahan yang terjadi)

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2013), purposive sampling


(19)

26

merupakan salah satu teknik pengambilan subjek yang dilakukan atas pertimbangan tertentu dari peneliti. Penelitian ini dilakukan terhadap tiga orang subjek dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Perempuan (istri).

2. Korban kekerasan dalam rumah tangga. Dalam hal ini, subjek memperoleh berbagai bentuk kekerasan yang cukup lama ketika masih berada dalam ikatan pernikahan. Semakin banyak dan lama bentuk kekerasan yang dialami oleh korban akan mempengaruhi keadaan psikologis seseorang walaupun sudah mengakhiri hubungan (Krauss & Krauss, 1995 dalam Krahe, 2005).

3. Pelaku kekerasan adalah suami.

4. Saat ini telah berpisah dengan pelaku kekerasan (suami). Dasar pertimbangan peneliti adalah dari banyak kasus kekerasan yang terjadi terlihat bahwa ketika sudah mengakhiri hubungan dengan pelaku korban dapat lebih terbuka dalam mengutarakan pendapat-pendapatnya mengenai peristiwa yang telah dialami.

Pada penelitian ini, peneliti memilih tiga orang subjek berdasarkan karakteristik tersebut. Subjek 1 (H) adalah perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga yang telah berpisah selama 4-5 tahun dengan usia 50 tahun. Subjek 2 (F) adalah perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga yang telah berpisah selama dua tahun dengan usia 30 tahun. Subjek 3 (A) adalah perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga yang telah berpisah selama tiga tahun dengan usia 45 tahun.

Lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Tangerang Selatan. Hal tersebut diputuskan karena peneliti mendapatkan rekomendasi subjek dari teman peneliti di wilayah tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam (in-depth interview) dengan jenis wawancara semi-terstruktur. Tujuan wawancara semi-terstruktur adalah menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancara diminta


(20)

27

pendapat dan ide-idenya (Sugiyono, 2013). Peneliti memilih teknik wawancara mendalam dengan jenis semi-terstruktur agar peneliti dapat menggali informasi mengenai kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga secara mendalam. Wawancara dilakukan beberapa kali sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara sebanyak dua kali pada masing-masing subjek. Penelitian ini dibantu dengan alat perekam selama proses pengambilan data di lapangan.

Tabel 3.2

Gambaran Teknik Pengumpulan Data Sumber

Informasi

Sumber Informasi

Prosedur Pengumpulan

Data Hasil

Wawancara semi terstruktur Perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga yang telah berpisah dengan pelaku (suami).

1. Wawancara tatap

muka dengan

menggunakan alat perekam.

2. Wawancara dengan pedoman wawancara semi-terstruktur

sehingga tidak menutup kemungkinan

akan adanya

pengembangan dari pertanyaan, sesuai dengan situasi dan kondisi.

1. Untuk mendapatkan gambaran kekerasan dalam rumah tangga yang dialami korban dan kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga.

2. Pedoman wawancara dibuat sebagai panduan agar wawancara tidak keluar dari konteks.

E. Teknik Analisis Data

Setelah mengumpulkan data, data yang ada akan dianalisis. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis model interaktif Miles dan Huberman. Teknik analisis ini memiliki tiga tahapan (Sugiyono, 2013), yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses analisis yang merangkum, memilih, memfokuskan, membuang, dan menyusun data sehingga akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data selanjutnya atau mencarinya bila dibutuhkan. Data yang direduksi oleh peneliti berasal dari hasil rekaman wawancara semi-terstruktur yang direkam dengan menggunakan alat


(21)

28

perekam. Hasil rekaman tersebut kemudian diubah ke dalam bentuk

verbatim wawancara. Setelah terkumpul transkrip yang berisi verbatim

wawancara pada setiap subjek, peneliti memberi kode pada setiap jawaban wawancara. Setelah itu, peneliti membaca data tersebut berulang-ulang agar ketika menemukan sesuatu yang tidak mengerti peneliti dapat menanyakan atau memastikan kembali maksud dari informasi yang diberikan subjek.

2. Display Data

Display data merupakan suatu kumpulan informasi yang disusun dalam bentuk uraian singkat, bagan atau hubungan antar kategori sehingga deskripsi atas kesimpulan dan pengambilan tindakan dapat dilakukan peneliti. Setelah melakukan verbatim wawancara dan pemberian kode, peneliti mulai mengelompokan hasil verbatim tersebut ke dalam subtema yang diteliti oleh peneliti. Hal tersebut dilakukan agar peneliti dapat mengambil kesimpulan dengan mudah.

3. Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan yang dikemukakan diawal penelitian bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat. Tetapi, bila kesimpulan diawal penelitian didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan konsisten dalam pengumpulan data selanjutnya maka kesimpulan tersebut adalah kesimpulan yang kredibel.

Pada penelitian ini, data yang diperoleh dari setiap subjek dibaca berulang-ulang hingga peneliti mengerti dengan benar apa yang diungkapkan subjek. Kemudian, dianalisi secara perorangan sehingga mendapat gambaran mengenai penghayatan yang dialami oleh masing-masing subjek. Selanjutnya, peneliti melakukan interpretasi secara keseluruhan termasuk keseluruhan hasil dan kesimpulan dari penelitian ini. Dengan melakukan pembahasan data pada masing-masing subjek yang telah dikumpulkan, akan membantu peneliti untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah sesuai.


(22)

29

F. Uji Keabsahan Data

Setelah melakukan analisis data, peneliti melakukan uji keabsahan data. Teknik uji keabsahan data yang digunakan peneliti adalah member check. Setelah diperoleh kesimpulan dari analisis data yang dilakukan, peneliti melakukan member check. Member check merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada informan yang menjadi sumber data dalam penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan sehingga informasi yang diperoleh dan yang akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan yang dimaksud oleh informan (Sugiyono, 2013).


(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek memiliki gambaran kesejahteraan psikologis yang berbeda. H menonjol dalam dimensi penerimaan diri. H dan F mampu berhubungan positif dengan orang lain, sedangkan A kurang mampu membangun kepercayaan terhadap orang lain. H dan A mampu bertindak mandiri, sedangkan F masih membutuhkan penilaian orang lain untuk memutuskan hal penting. Dalam dimensi pertumbuhan pribadi, H dan A mengalami peningkatan kualitas hidup yang lebih baik sedangkan F merasakan peningkatan yang disertai dengan munculnya perasaan yang lebih sensitif. Dalam tujuan hidup, semua subjek berfokus pada kebahagiaan dan anak-anak. Ketiga subjek mampu menguasai lingkungan dengan mengendalikan dan memilih situasi yang sesuai dan bermanfaat bagi mereka.

Selain itu, kesejahteraan psikologis yang dirasakan oleh ketiga subjek juga dipengaruhi oleh pemulihan diri (healing) yang dilakukan setelah berpisah dengan pelaku, rasa bersyukur, usia, dan dukungan sosial.

B. SARAN

Berdasarkan proses dan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat hal-hal yang disarankan kepada beberapa pihak terkait dengan kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga, yaitu:

1. Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian mengenai kesejahteraan psikologis disarankan untuk menggali lebih dalam proses pemulihan diri (healing) perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga dan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis korban. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat menambah referensi, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data (melalui


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Abrahams, Hilary. (2007). Supporting Women after Domestic Violence. Loss, Trauma and Recovery. London: Jessica Kingsley Publishers.

Anderson, D.K. & Saunders, D.G. (2003). LEAVING AN ABUSIVE PARTNER An Empirical Review of Predictors, the Process of Leaving, and Psychological Well-Being. Trauma, Violence, & Abuse, 4(2), pp. 163-191. Carr, Alan. (2004). Positive Psychology, The science of happiness and human

strengths. New York: Brunner-Routledge.

Creswell, J. W. (2007). Qualitative Inquiry & Research Design Choosing Among Five Approaches 2ND. Amerika Serikat: Sage Publications.

Creswell, J. W. (2009). Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches 3th. Amerika Serikat: Sage Publications.

Emmons, R.A. (2007). Thanks!: How the New Science of Gratitude Can Make You Happier. Amerika Serikat: Houghton Mifflin Company.

Emmons, R.A. & McCullough, M.E. (2004). The Psychology of Gratitude. Amerika Serikat: Oxford University Press.

Emmons, R.A. & Shelton, C.M. (2002). Gratitude and the Science of Positive Psychology. Dalam C.R. Snyder & Shane J. Lopez (Editor). Handbook of Positive Psychology (pp. 459-471). New York: Oxford University Press. Fraser, Kristen. (2003). Domestic Violence and Women’s Physical Health.

Australian Domestic and Family Violence Clearinghouse.

Fulero, S.M. & Wrightsman, L.S. (2009). Forensic Psychology, Third Edition. Amerika Serikat: Wadsworth.

Hamdan-Mansour, A.M. et al.. (2011). Marital Abuse and Psychological Well-Being Among Women in the Southern Region of Jordan. Journal of Transcultural Nursing, 22(3), pp. 265 –273.

Harne, Lynne & Radford, Jill. (2008). Tackling Domestic Violence. Theories, Policies and Practice. New York: McGraw-Hill.

Hidalgo, J.L. et al.. (2010). Psychological Well-Being, Assessment Tools and Related Factors. Dalam Ingrid E. Wells (Editor). Psychological Well-Being (pp. 77-113). New York: Nova Science Publishers, Inc.

Huppert, F.A. (2009). Psychological Well-being: Evidence Regarding its Causes and Consequences. Applied Psychology: Health and Well-Being, 1(2), pp. 137-164.


(25)

103

Kisinky, Nathasya. (2011). Kekerasan dalam Rumah Tangga pada Perempuan yang Menikah Muda. (Skripsi). Universitas Gunadarma, Jakarta.

Kodir, F. A., & Mukarnawati, U. A. (2013). Referensi bagi Hakim Peradilan Agama tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jakarta: Komnas Perempuan.

Komnas Perempuan. (2013). Korban Berjuang, Publik Bertindak: Mendobrak Stagnansi Sistem Hukum Catatan KTP Tahun 2012. Jakarta: Komnas Perempuan.

Komnas Perempuan. (2014). Kegentingan Kekerasan Seksual: Lemahnya Upaya Penanganan Negara, Catatan Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2013. Jakarta: Komnas Perempuan.

Krahe, Barbara. (2005). Perilaku Agresif, Buku Panduan Psikologi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kübler-Ross, Elisabeth. (2009). On Death and Dying: What the dying have to teach doctors, nurses, clergy and their own families. New York: Routledge.

Lianawati, E. (2009). Tiada Keadilan Tanpa Kepedulian KDRT: Perspektif Psikologi Feminis. Yogyakarta: Paradigma Indonesia.

McCullough, M. E., Pargament, K. I., & Thoresen, C.E. (2000). Forgiveness Theory, Research, and Practice. New York: The Guilford Press.

McCullough, M.E., Tsang,Jo-Ann, & Emmons, R.A. (2002). The Grateful Disposition: A Conceptual & Empirical Topography. Journal of Personality and Social Psychology, 82(1), pp.112-127.

O’Connor, L.E. et al. (1997). Interpersonal Guilt: The Development of a New Measure. Journal of Clinical Psychology, 53(1), pp.73-89.

Olson, D.H., DeFrain, J. & Skogrand, L. (2011). Marriages and Families: Intimacy, Diversity, and Strengths, Seventh Edition. New York: McGraw-Hill.

Rini, M.P. (2008). Dinamika Kesejahteraan Psikologis Survivor Kekerasan Seksual [Online]. Diakses dari http: https://www.uii.ac.id/.../naskah-publikasi-03320020.pdf

Ryff, C.D. (2014). Psychological Well-Being Revisited: Advances in the Science and Practice of Eudaimonia. Psychotherapy Psychosomatics, 83, pp.10– 28. DOI: 10.1159/000353263.

Ryff, Carol D. & Singer, Burton. (2002). From Social Structure to Biology Integrative Science in Pursuit of Human Health and Well-Being. Dalam C. R. Snyder & Shane J. Lopez (Editor). Handbook of Positive Psychology (541-555). New York: Oxford University Press.


(26)

104

Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology:Biopsychosocial Interaction 5th edition. New York: John Willey & Sons, Inc.

Sirgy, M. Joseph. (2012). The Psychology of Quality of Life. Hedonic Well-Being, Life Satisfaction, and Eudaimonia, Second Edition. New York: Springer. Soeroso, M.H. (2011). Kekerasan dalam Rumah Tangga. Dalam Perspektif

Yuridis-Viktimologis. Jakarta: Sinar Grafika.

Strong, B., DeVault,C. & Cohen,T.F. (2011). The Marriage and Family Experience: Intimate Relationships in a Changing Society, Eleventh Edition. Amerika Serikat: Wadsworth.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tribunnews. (2013). Cornelia Agatha Alami Kekerasan Sejak Pacaran Hingga

Proses Cerai [Online]. Tersedia:

http://www.tribunnews.com/seleb/2013/08/26/cornelia-agatha-dianiaya-sony-lalwani-sejak-pacaran-hingga-bercerai [26 Juni 2014].

UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT)

Vazquez, C. et al. (2009). Psychological Well-Being and Health. Contributions of Positive Psychology. Annuary of Clinical and Health Psychology, 5, pp. 15-27.

Walker, L.E.A. (2009). The Battered Woman Syndrome. New York: Springer Publishing Company.

Wells, I.E. (2010). Psychological Well-Being. New York: Nova Science Publishers, Inc.

Worthington, E, L. (2006). Forgiveness and Reconciliation Theory and Application. Amerika Serikat: Taylor & Francis Group, LLC


(1)

28

perekam. Hasil rekaman tersebut kemudian diubah ke dalam bentuk verbatim wawancara. Setelah terkumpul transkrip yang berisi verbatim wawancara pada setiap subjek, peneliti memberi kode pada setiap jawaban wawancara. Setelah itu, peneliti membaca data tersebut berulang-ulang agar ketika menemukan sesuatu yang tidak mengerti peneliti dapat menanyakan atau memastikan kembali maksud dari informasi yang diberikan subjek.

2. Display Data

Display data merupakan suatu kumpulan informasi yang disusun dalam bentuk uraian singkat, bagan atau hubungan antar kategori sehingga deskripsi atas kesimpulan dan pengambilan tindakan dapat dilakukan peneliti. Setelah melakukan verbatim wawancara dan pemberian kode, peneliti mulai mengelompokan hasil verbatim tersebut ke dalam subtema yang diteliti oleh peneliti. Hal tersebut dilakukan agar peneliti dapat mengambil kesimpulan dengan mudah.

3. Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan yang dikemukakan diawal penelitian bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat. Tetapi, bila kesimpulan diawal penelitian didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan konsisten dalam pengumpulan data selanjutnya maka kesimpulan tersebut adalah kesimpulan yang kredibel.

Pada penelitian ini, data yang diperoleh dari setiap subjek dibaca berulang-ulang hingga peneliti mengerti dengan benar apa yang diungkapkan subjek. Kemudian, dianalisi secara perorangan sehingga mendapat gambaran mengenai penghayatan yang dialami oleh masing-masing subjek. Selanjutnya, peneliti melakukan interpretasi secara keseluruhan termasuk keseluruhan hasil dan kesimpulan dari penelitian ini. Dengan melakukan pembahasan data pada masing-masing subjek yang telah dikumpulkan, akan membantu peneliti untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah sesuai.


(2)

29

F. Uji Keabsahan Data

Setelah melakukan analisis data, peneliti melakukan uji keabsahan data. Teknik uji keabsahan data yang digunakan peneliti adalah member check. Setelah diperoleh kesimpulan dari analisis data yang dilakukan, peneliti melakukan member check. Member check merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada informan yang menjadi sumber data dalam penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan sehingga informasi yang diperoleh dan yang akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan yang dimaksud oleh informan (Sugiyono, 2013).


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek memiliki gambaran kesejahteraan psikologis yang berbeda. H menonjol dalam dimensi penerimaan diri. H dan F mampu berhubungan positif dengan orang lain, sedangkan A kurang mampu membangun kepercayaan terhadap orang lain. H dan A mampu bertindak mandiri, sedangkan F masih membutuhkan penilaian orang lain untuk memutuskan hal penting. Dalam dimensi pertumbuhan pribadi, H dan A mengalami peningkatan kualitas hidup yang lebih baik sedangkan F merasakan peningkatan yang disertai dengan munculnya perasaan yang lebih sensitif. Dalam tujuan hidup, semua subjek berfokus pada kebahagiaan dan anak-anak. Ketiga subjek mampu menguasai lingkungan dengan mengendalikan dan memilih situasi yang sesuai dan bermanfaat bagi mereka.

Selain itu, kesejahteraan psikologis yang dirasakan oleh ketiga subjek juga dipengaruhi oleh pemulihan diri (healing) yang dilakukan setelah berpisah dengan pelaku, rasa bersyukur, usia, dan dukungan sosial.

B. SARAN

Berdasarkan proses dan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat hal-hal yang disarankan kepada beberapa pihak terkait dengan kesejahteraan psikologis perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga, yaitu:

1. Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian mengenai kesejahteraan psikologis disarankan untuk menggali lebih dalam proses pemulihan diri (healing) perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga dan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis korban. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat menambah referensi, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data (melalui significant other) sehingga dapat menggali informasi yang lebih dalam.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abrahams, Hilary. (2007). Supporting Women after Domestic Violence. Loss, Trauma and Recovery. London: Jessica Kingsley Publishers.

Anderson, D.K. & Saunders, D.G. (2003). LEAVING AN ABUSIVE PARTNER An Empirical Review of Predictors, the Process of Leaving, and Psychological Well-Being. Trauma, Violence, & Abuse, 4(2), pp. 163-191. Carr, Alan. (2004). Positive Psychology, The science of happiness and human

strengths. New York: Brunner-Routledge.

Creswell, J. W. (2007). Qualitative Inquiry & Research Design Choosing Among Five Approaches 2ND. Amerika Serikat: Sage Publications.

Creswell, J. W. (2009). Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches 3th. Amerika Serikat: Sage Publications.

Emmons, R.A. (2007). Thanks!: How the New Science of Gratitude Can Make You Happier. Amerika Serikat: Houghton Mifflin Company.

Emmons, R.A. & McCullough, M.E. (2004). The Psychology of Gratitude. Amerika Serikat: Oxford University Press.

Emmons, R.A. & Shelton, C.M. (2002). Gratitude and the Science of Positive Psychology. Dalam C.R. Snyder & Shane J. Lopez (Editor). Handbook of Positive Psychology (pp. 459-471). New York: Oxford University Press. Fraser, Kristen. (2003). Domestic Violence and Women’s Physical Health.

Australian Domestic and Family Violence Clearinghouse.

Fulero, S.M. & Wrightsman, L.S. (2009). Forensic Psychology, Third Edition. Amerika Serikat: Wadsworth.

Hamdan-Mansour, A.M. et al.. (2011). Marital Abuse and Psychological Well-Being Among Women in the Southern Region of Jordan. Journal of Transcultural Nursing, 22(3), pp. 265 –273.

Harne, Lynne & Radford, Jill. (2008). Tackling Domestic Violence. Theories, Policies and Practice. New York: McGraw-Hill.

Hidalgo, J.L. et al.. (2010). Psychological Well-Being, Assessment Tools and Related Factors. Dalam Ingrid E. Wells (Editor). Psychological Well-Being (pp. 77-113). New York: Nova Science Publishers, Inc.

Huppert, F.A. (2009). Psychological Well-being: Evidence Regarding its Causes and Consequences. Applied Psychology: Health and Well-Being, 1(2), pp. 137-164.


(5)

103

Kisinky, Nathasya. (2011). Kekerasan dalam Rumah Tangga pada Perempuan yang Menikah Muda. (Skripsi). Universitas Gunadarma, Jakarta.

Kodir, F. A., & Mukarnawati, U. A. (2013). Referensi bagi Hakim Peradilan Agama tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jakarta: Komnas Perempuan.

Komnas Perempuan. (2013). Korban Berjuang, Publik Bertindak: Mendobrak Stagnansi Sistem Hukum Catatan KTP Tahun 2012. Jakarta: Komnas Perempuan.

Komnas Perempuan. (2014). Kegentingan Kekerasan Seksual: Lemahnya Upaya Penanganan Negara, Catatan Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2013. Jakarta: Komnas Perempuan.

Krahe, Barbara. (2005). Perilaku Agresif, Buku Panduan Psikologi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kübler-Ross, Elisabeth. (2009). On Death and Dying: What the dying have to teach doctors, nurses, clergy and their own families. New York: Routledge.

Lianawati, E. (2009). Tiada Keadilan Tanpa Kepedulian KDRT: Perspektif Psikologi Feminis. Yogyakarta: Paradigma Indonesia.

McCullough, M. E., Pargament, K. I., & Thoresen, C.E. (2000). Forgiveness Theory, Research, and Practice. New York: The Guilford Press.

McCullough, M.E., Tsang,Jo-Ann, & Emmons, R.A. (2002). The Grateful Disposition: A Conceptual & Empirical Topography. Journal of Personality and Social Psychology, 82(1), pp.112-127.

O’Connor, L.E. et al. (1997). Interpersonal Guilt: The Development of a New Measure. Journal of Clinical Psychology, 53(1), pp.73-89.

Olson, D.H., DeFrain, J. & Skogrand, L. (2011). Marriages and Families: Intimacy, Diversity, and Strengths, Seventh Edition. New York: McGraw-Hill.

Rini, M.P. (2008). Dinamika Kesejahteraan Psikologis Survivor Kekerasan Seksual [Online]. Diakses dari http: https://www.uii.ac.id/.../naskah-publikasi-03320020.pdf

Ryff, C.D. (2014). Psychological Well-Being Revisited: Advances in the Science and Practice of Eudaimonia. Psychotherapy Psychosomatics, 83, pp.10– 28. DOI: 10.1159/000353263.

Ryff, Carol D. & Singer, Burton. (2002). From Social Structure to Biology Integrative Science in Pursuit of Human Health and Well-Being. Dalam C. R. Snyder & Shane J. Lopez (Editor). Handbook of Positive Psychology


(6)

104

Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology:Biopsychosocial Interaction 5th edition. New York: John Willey & Sons, Inc.

Sirgy, M. Joseph. (2012). The Psychology of Quality of Life. Hedonic Well-Being, Life Satisfaction, and Eudaimonia, Second Edition. New York: Springer. Soeroso, M.H. (2011). Kekerasan dalam Rumah Tangga. Dalam Perspektif

Yuridis-Viktimologis. Jakarta: Sinar Grafika.

Strong, B., DeVault,C. & Cohen,T.F. (2011). The Marriage and Family Experience: Intimate Relationships in a Changing Society, Eleventh Edition. Amerika Serikat: Wadsworth.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tribunnews. (2013). Cornelia Agatha Alami Kekerasan Sejak Pacaran Hingga

Proses Cerai [Online]. Tersedia:

http://www.tribunnews.com/seleb/2013/08/26/cornelia-agatha-dianiaya-sony-lalwani-sejak-pacaran-hingga-bercerai [26 Juni 2014].

UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT)

Vazquez, C. et al. (2009). Psychological Well-Being and Health. Contributions of Positive Psychology. Annuary of Clinical and Health Psychology, 5, pp. 15-27.

Walker, L.E.A. (2009). The Battered Woman Syndrome. New York: Springer Publishing Company.

Wells, I.E. (2010). Psychological Well-Being. New York: Nova Science Publishers, Inc.

Worthington, E, L. (2006). Forgiveness and Reconciliation Theory and Application. Amerika Serikat: Taylor & Francis Group, LLC