Kumpulan Artikel Pilihan Muqaddimah

  

Kumpulan Artikel Pilihan

Muqaddimah

  

Segala puji hanya milik Allah Subahanahu wata’aala Kita memuji-

Nya, memohon ma'unah dan Maghfirah-Nya, bertaubat dan

berlindung kepada-Nya dari kejahatan jiwa kita dan keburukan

amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah

Subahanahu wata’aala maka tiada yang dapat menyesatkanya, dan

barangsiapa yang disesatkan-Nya maka tiada yang dapat

menunjukinya.

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain

Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad

adalah hamba dan Rasul-Nya. Beliau diutus untuk membawa

agama dan petunjuk yang haq. Semoga shalawat dan salam tetap

tercurah atas beliau, keluarga dan sahabatnya.

  Amma ba‟du :

Semoga Allah Subhanahu wa ta‟ala menjadikan ini sebagai ladang

amal bagi kami, bagi pembaca dan orang yang mengambil faidah

nya.

  

Semoga bermanfaat.

  

Mohonlah pertolongan kepada Allah

  Kali pertama yang harus engkau datangi ketika bermasalah adalah Allah. Kali pertama yang harus engkau datangi untuk diminta tolong adalah Allah. Allah-lah pertama-tama yang harus engkau datangi. "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah;

  

dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan

yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (Q.S. Al-

A‟raf [7] : 128)

  Kejarlah Allah dengan mengejar pertolongan-Nya, ridha-Nya, dan kasih sayang-Nya, sambil kita berikhtiar kepada dunia-Nya. Sungguh, tidak ada yang bisa membayarkan utang-utangmu kecuali Allah. Sungguh, tidak ada yang bisa membebaskanmu dari kesulitan, baik itu penyakit, kemiskinan dan musibah kecuali Allah yang membebaskan-Nya. Sungguh, tidak ada yang bisa mendatangkan rezeki, harta kekayaan, dan anak keturunan kecuali Allah jua yang juga akan mempersembahkan-Nya. Pertolongan hanyalah milik Allah. Hanya kepada-Nya-lah kita meminta terhadap apa yang tidak bisa dipinta kepada makhluk- Nya. Katakanlah: "Seluruh pertolongan itu milik Allah semata. Kepunyaan-Nya kekuasaan langit dan

  bumi. Kemudian kepada- Nyalah kamu dikembalikan" (Q.S. Az-Zumar [39] : 44) Simaklah baik-baik kata di bawah ini..

  Hati manusia itu ibarat burung. Apabila terbang tinggi, ia akan jauh dari bahaya. Semakin tinggi terbangnya, semakin jauh pula dari bahaya. Sebaliknya, semakin dekat dengan bumi, semakin besar pula bahaya yang mengancamnya.

Terbang tingginya burung dianalogikan dengan “terbangnya” jiwa ke hadirat Allah. Ketika seorang hamba ikhlas dalam pengabdiannya, ketika itu pula jiwanya akan melangit, mendekati Dzat Yang

  Mahatinggi. Hatinya menjadi bersih dan bebas dari polusi dosa. Dengan cara apapun, setan sulit melepaskan panah-panah tipu daya dan kesesatan. Namun ketika jiwa seorang hamba menukik ke bawah, menukik ke arah kenikmatan duniawi, saat itu pula setan akan mudah membidikkan panah-panahnya. Ketidakikhlasan yang melahirkan sikap riya, ujub, takabur, ataupun ketergantungan yang tinggi kepada makhluknya, terlalu cinta dunia yang melahirkan keserakahan adalah pertanda jiwa seorang hamba telah menukik dan terkena panah- panah setan.. Semoga Allah subhanahu wata¡¦ala memperbaiki qalbu kita semua, dan menjaganya dari penyakit- penyakit yang merusak dan membinasakan, Aamiin ...

Mendeteksi Sehatnya Qalbu Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ..

  Qalbu yang sehat memiliki beberapa tanda, sebagaimana yang disebutkan oleh al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah di dalam kitab 'Ighatsatul Lahfan min Mashayid asy -Syaithan.¨ Dan di antara tanda-tanda tersebut adalah mampu memilih segala sesuatu yang bermanfaat dan memberikan kesembuhan. Dia tidak memilih hal-hal yang berbahaya serta menjadikan sakitnya qalbu. Sedangkan tanda qalbu yang sakit adalah sebaliknya. Santapan qalbu yang paling bermanfaat adalah keimanan dan obat yang paling manjur adalah al-Qur'an. Selain itu, qalbu yang sehat memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Mengembara ke Akhirat Qalbu yang sehat mengembara dari dunia menuju ke akhirat dan seakan-akan telah sampai di sana. Sehingga dia merasa seperti telah menjadi penghuni akhirat dan putra-putra akhirat. Dia datang dan berada di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing, yang mengambil sekedar keperluannya, lalu akan segera kembali lagi ke negeri asalnya. Nabi shallallhu 'alaihi wasallam bersabda, "Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau

  (musafir) yang melewati suatu jalan." (HR. al-Bukhari)

  Ketika qalbu seseorang sehat, maka dia akan mengembara menuju akhirat dan terus mendekat ke arahnya, sehingga seakan-akan dia telah menjadi penghuninya. Sedangkan bila qalbu tersebut sakit, maka dia terlena mementingkan dunia dan menganggapnya sebagai negeri abadi, sehingga jadilah dia ahli dan hambanya.

  2. Mendorong Menuju Allah subhanahu wata'ala Di antara tanda lain sehatnya qalbu adalah selalu mendorong si empunya untuk kembali kepada Allah subhanahu wata'ala dan tunduk kepada-Nya. Dia bergantung hanya kepada Allah, mencintai- Nya sebagaimana seseorang mencintai kekasihnya.

  Tidak ada kehidupan, kebahagiaan, kenikmatan, kesenangan kecuali hanya dengan ridha Allah, kedekatan dan rasa jinak terhadap-Nya. Merasa tenang dan tentram dengan Allah, berlindung kepada-Nya, bahagia bersama-Nya, bertawakkal hanya kepada-Nya, yakin, berharap dan takut kepada Allah semata.

  Maka qalbu tersebut akan selalu mengajak dan mendorong pemiliknya untuk menemukan ketenangan dan ketentraman bersama Ilah sembahannya. Sehingga tatkala itulah ruh benar -benar merasakan kehidupan, kenikmatan dan menjadikan hidup lain daripada yang lain, bukan kehidupan yang penuh kelalaian dan berpaling dari tujuan penciptaan manusia. Untuk tujuan menghamba kepada Allah subhanahu wata¡'ala inilah surga dan neraka diciptakan, para rasul diutus dan kitab - kitab diturunkan.

  

Abul Husain al-Warraq berkata, "Hidupnya qalbu adalah dengan mengingat Dzat Yang Maha

Hidup dan Tak Pernah Mati, dan kehidupan yang nikmat adalah kehidupan bersama Allah, bukan

selain-Nya."

  Oleh karena itu terputusnya seseorang dari Allah subhanahu wata'ala adalah sesuatu yang lebih dahsyat bagi orang-orang arif yang mengenal Allah daripada kematian, karena terputus dari Allah adalah terputus dari al-Haq, sedang kematian adalah terputus dari sesama manusia.

  3. Tidak Bosan Berdzikir Di antara sebagian tanda sehatnya qalbu adalah tidak pernah bosan untuk berdzikir mengingat Allah subhanahu wata'ala. Tidak pernah merasa jemu untuk mengabdi kepada-Nya, tidak terlena dan asyik dengan selain-Nya, kecuali kepada orang yang menunjukkan ke jalan-Nya, orang yang mengingatkan dia kepada Allah subhanahu wata'ala atau saling mengingatkan dalam kerangka berdzikir kepada- Nya.

  4. Menyesal jika Luput dari Berdzikir Qalbu yang sehat di antara tandanya adalah, jika luput dan ketinggalan dari dzikir dan wirid, maka dia sangat menyesal, merasa sedih dan sakit melebihi sedihnya seorang bakhil yang kehilangan hartanya.

  5. Rindu Beribadah Qalbu yang sehat selalu rindu untuk menghamba dan mengabdi kepada Allah subhanahu wata¡¦ala, sebagaimana rindunya seorang yang kelaparan terhadap makanan dan minuman.

  6. Khusyu' dalam Shalat Qalbu yang sehat adalah jika dia sedang melakukan shalat, maka dia tinggalkan segala keinginan dan sesuatu yang bersifat keduniaan. Sangat memperhatikan masalah shalat dan bersegera melakukannya, serta mendapati ketenangan dan kenikmatan di dalam shalat tersebut. Baginya shalat merupakan kebahagiaan dan penyejuk hati dan jiwa.

  7. Kemauannya Hanya kepada Allah Qalbu yang sehat hanya satu kemauannya, yaitu kepada segala sesuatu yang diridhai Allah subhanahu wata'ala.

  8. Menjaga Waktu Di antara tanda sehatnya qalbu adalah merasa kikir (sayang) jika waktunya hilang dengan percuma, melebihi kikirnya seorang yang pelit terhadap hartanya.

  9. Introspeksi dan Memperbaiki Diri Qalbu yang sehat senantiasa menaruh perhatian yang besar untuk terus memperbaiki amal, melebihi perhatian terhadap amal itu sendiri. Dia terus bersemangat untuk meningkat kan keikhlasan dalam beramal, mengharap nasihat, mutaba'ah (mengontrol) dan ihsan (seakan-akan melihat Allah

  

subhanahu wata'ala dalam beribadah, atau selalu merasa dilihat Allah). Bersamaan dengan itu dia

  selalu memperhatikan pemberian dan nikmat dari Allah subhanahu wata'ala serta kekurangan dirinya di dalam memenuhi hak-hak-Nya. Demikian di antara beberapa fenomena dan karakteristik yang mengindikasikan sehatnya qalbu seseorang. Dapat disimpulkan bahwa qalbu yang sehat dan selamat adalah qalbu yang himmah (kemauannya) kepada sesuatu yang menuju Allah subhanahu wata'ala, mencintai-Nya dengan sepenuhnya, menjadikan-Nya sebagai tujuan. Jiwa raganya untuk Allah, amalan, tidur, bangun dan bicaranya hanyalah untuk-Nya. Dan ucapan tentang segala yang diridhai Allah lebih dia sukai daripada segenap pembicaran yang lain, pikirannya selalu tertuju kepada apa saja yang diridhai dan dicintai-Nya. Berkhalwah (menyendiri) untuk mengingat Allah subhanahu wata'ala lebih dia sukai daripada bergaul dengan orang, kecuali dalam pergaulan yang dicintai dan diridhai-Nya. Kebahagiaan dan ketenangannya adalah bersama Allah, dan ketika dia mendapati dirinya berpaling kepada selain Allah, maka dia segera mengingat firman-Nya, "Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-

  Nya".(QS.Al-Fajr [89]:27-28)

  Dia selalu mengulang-ulang ayat tersebut, dengan harapan dia akan mendengarkannya nanti pada hari Kiamat dari Rabbnya. Maka akhirnya qalbu tersebut di hadapan Ilah dan Sesembahannya yang Haq akan terwarnai dengan sibghah (celupan) sifat kehambaan. Sehingga jadilah abdi sejati sebagai sifat dan karakternya, ibadah menjadi kenikmatannya bukan beban yang memberatkan. Dia melakukan ibadah dengan rasa suka, cinta dan kedekatan kepada Rabbnya. Ketika disodorkan kepadanya perintah atau larangan dari Rabbnya, maka hatinya mengatakan, "Aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi dengan suka cita, sesungguhnya aku mendengarkan, taat dan akan melakukannya. Engkau berhak dan layak mendapatkan semua itu, dan segala puji kembali hanya kepada-Mu".

  Apabila ada takdir menimpanya maka dia mengatakan, " Ya Allah, aku adalah hamba-Mu, miskin

  

dan membutuhkan-Mu, aku hamba-Mu yang fakir, lemah tak berdaya. Engkau adalah Rabbku

yang Maha Mulia dan Maha Penyayang. Aku tak mampu untuk bersabar jika Engkau tidak

menolongku untuk bersabar, tidak ada kekuatan bagiku jika Engkau tidak menanggungku dan

memberiku kekuatan.

  

Tidak ada tempat bersandar bagiku kecuali hanya kepada-Mu, tidak ada yang dapat memberikan

pertolongan kepadaku kecuali hanya Engkau. Tidak ada tempat berpaling bagiku dari pintu-Mu,

dan tidak ada tempat untuk berlari dari-Mu".

  Dia mempersembahkan segalanya hanya untuk Allah subhanahu wata¡¦ala, dan dia hanya bersandar kepada-Nya. Apabila menimpanya sesuatu yang tidak dia sukai maka dia berkata, "Rahmat telah

  

dihadiahkan untukku, obat yang sangat bermanfaat dari Dzat Pemberi Kesembuhan yang

mengasihiku." Jika dia kehilangan sesuatu yang dia sukai, maka dia berkata, "Telah disingkirkan

  keburukan dari sisiku." Semoga Allah subhanahu wata¡¦ala memperbaiki qalbu kita semua, dan menjaganya dari penyakit- penyakit yang merusak dan membinasakan, Aamiin.

  

Cinta adalah Fitrah yang Suci

  Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Allah SWT di dalam jiwa manusia, yaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan pikiran dan fisiknya. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari

  

jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya

diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat

tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" (Ar-Rum ayat 21).

  Cinta pada dasarnya adalah bukanlah sesuatu yang kotor, karena kekotoran dan kesucian tergantung dari bingkainya. Ada bingkai yang suci dan halal dan ada bingkai yang kotor dan haram. Cinta mengandung segala makna kasih sayang, keharmonisan, penghargaan dan kerinduan, disamping mengandung persiapan untuk menempuh kehiduapan dikala suka dan duka, lapang dan sempit. Cinta bukanlah hanya sebuah ketertarikan secara fisik saja. Ketertarikan secara fisik hanyalah permulaan cinta bukan puncaknya. Dan sudah fitrah manusia untuk menyukai keindahan. Tapi disamping keindahan bentuk dan rupa harus disertai keindahan kepribadian dengan akhlak yang baik. Islam adalah agama fitrah karena itulah islam tidaklah membelenggu perasaan manusia. Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia. Akan tetapi islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga, dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya. Islam mebersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus bersih dari persentuhan yang haram.

  “Tidak terlihat diantara dua orang yang saling mencintai (sesuatu yang sangat menyenangkan)

  seperti pernikahan

  ” (Sunan Ibnu Majah) Pernikahan dalam Islam merupakan sebuah kewajiban bagi yang mampu. Dan bagi insan manusia yang saling mencintai pernikahan seharusnyalah menjadi tujuan utama mereka.

  Karena itulah percintaan yang tidak mengarah kepada pernikahan bahkan disertai hal-hal yang diharamkan agama sangat tidak disarankan oleh islam. Cinta dalam pandangan islam bukanlah hanya sebuah Ketertarikan secara fisik, dan bukan pula pembenaran terhadap perilaku yang dilarang agama. Karena hal ini bukanlah cinta melainkan sebuah lompatan birahi yang besar saja yang akan segera pupus. Karena itu cinta memerlukan kematangan dan kedewasaan untuk membahagiakan pasangannya bukan menyengsarakannya dan bukan juga menjerumuskannya ke jurang maksiat .

  Percintaan tanpa didasarkan oleh tujuan hendak menikah adalah sebuah perbuatan maksiat yang diharamkan oleh agama. Karena batas antara cinta dan nafsu birahi pada dua orang manusia yang saling mencintai sangatlah tipis sehingga pernikahan adalah sebuah obat yang sangat tepat untuk mengobatinya.

  Pernikahan adalah sebuah perjanjian suci yang menjadikan Allah SWT sebagai pemersatunya. Dan tidak ada yang melebihi ikatan ini. Dan inilah puncak segala kenikmatan cinta itu dimana kedua orang yang saling mencinta itu memilih untuk hidup bersama dan saling berjanji untuk saling mengasihi dan berbagi hidup baik suka maupun duka.

  

DZIKIR, Jiwa Yang Tiada Tanding

  Bismillahir-Rahmaanir- Rahim ... Allah SWT berfirman, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku

  

niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu

mengingkari (nikmat)-Ku.

  ” (Qs. al-Baqarah [2]: 152) Dzikir adalah tali koneksi antara Allah dengan seorang hamba. Orang yang mengingat Allah, maka Allah akan mengingatnya. Dan yang melupakan Allah, maka Allah juga akan melupakan dan membiarkannya larut, hanyut dan tenggelam dalam kealfaan yang panjang. Larut dalam gulita hati dan kekeruhan rohani. Hanyut dalam kekerasan hati dan ketulian kalbu. Kita perlu mengingat Allah, karena kita memang membutuhkannya. Sementara Allah tak perlu kita mengingat-Nya, namun kitalah yang menghajatkan Dzat-Nya. Mengingat Allah adalah refleksi syukur kita, sedangkan melupakan- Nya adalah ungkapan nyata kekufuran (lihat Qs. Âli „Imrân [3]: 135). Setiap manusia pasti pernah alfa dan lalai. Namun sebaik-baik manusia yang berlaku salah adalah yang segera kembali ke akar penciptaannya, akar fitrah yang melekat pada dirinya. Ia akan segera berdzikir dan ingat kepada Allah, memohoan ampunan-Nya, mengemis welas asih-Nya, meratapi dosa-dosanya di hadapan kasih sayang-Nya. Karena ia sadar hanya Allah yang Maha Lapang rahmat- Nya, Maha Kasih, dan Maha Luas rahmat daripada murka- Nya (Qs. Âli „Imrân [3]: 191). Orang-orang yang berakal akan senantiasa mengingat Allah, merapat ke hadirat-Nya, merindukan- Nya, dan masuk bersama-Nya. Ia akan senantiasa ingat dan dzikir kepada Allah dalam segala kondisi, hal, dan waktu.

  Saat berdiri, duduk, atau berbaring ia ingat Allah. Ia dekat kepada Allah dengan dengan semua asma`-Nya, kekuasaan-Nya, kehendak dan iradat-Nya. Bagi dirinya, Allah adalah segalanya, di atas segala cintanya, termasuk diri sendiri. Hal sebaliknya terjadi pada orang-orang munafik (Qs. an-Nisâ` [4]: 142). Mereka hanya mengingat Allah dengan volume sangat sedikit. Kalaupun d ia ingat, itupun lakukan saat berada di tengah banyak orang karena ingin mendapat pujian dan apresiasi. Namun sesungguhnya hati dan nuraninya kosong dari dzikir hakiki. Berdirinya adalah kemalasan mengingat Allah, shalatnya dilakukan dengan ogah-ogahan dan berat. Ia bukan ingin pujian dari Allah, tapi dari manusia. Riya` menjadi selimut jiwanya, sehingga manusiapun merasakannya.

  Cermin Takwa ...

  Radar keimanan orang yang bertakwa akan senantiasa bergetar keras ketika datang bisikan jahat yang akan menghancurkan diri dan menenggelamkannya dalam maksiat kepada Allah. Radar keimanannya begitu aktif menyadap virus-virus jahat yang mungkin menjangkiti dirinya. Radar keimanannya menyala tatkala ada serbuk dosa ditebarkan untuk meracuni (Qs. al-

  A‟râf [7]: 201). Kebeningan hati mampu menyingkap kesalahan yang dilakukannya saat itu, kekeliruan yang sedang mengintai, dan kejahatan yang tengah membidik dirinya. Nuraninya tajam berkat dzikir (Qs. al-

  A‟râf [7]: 205). Manusia bertakwa akan senantiasa berdzikir dalam hatiny a dengan perasaan rendah diri, tak berdaya di hadapan Allah. Perasaan takut menyelimuti jiwanya. Suaranya rendah dalam nyala kobaran dzikir dalam hatinya di pagi dan petang hari, di ubun-ubun siang dan jantung malam. Kobaran dzikirnya membubung menyentuh „Arasy Sang Maha Rahman. Suara sunyinya demikian gemuruh di tengah para malaikat, melengking di tengah gemuruh tasbih malaikat yang mengitari Baitul Makmûr (Qs. al-Anfâl [8]: 2). Hati mereka akan gemetar ketika nama Allah disebut, dzikir pun akan segera mel uncur dari mulut, membasahi lidah, dan memenuhi dadanya. Iman mereka melonjak tatkala ayat-ayat Allah dikumandangkan dan dialunkan. Tawakal menjadi hiasan hidupnya, dan memagari setiap geraknya (Qs. ar- Ra‟d [13]: 27). Dalam dzikir mereka ada tobat. Hati mereka merasa damai, tenteram dan lembut dalam derasnya dzikir yang mengalir dari samudera keimanan. Ketentraman menghiasi hidupnya, melingkupi ruang jiwa, dan memadati kekosongan hatinya. Ia damai dalam dzikir. Tentram saat mengingat Allah.

  Lalai Akibat Dunia ...

  Banyak orang sering berpaling kepada dunia, dan mabuk di dalamnya. Ia hanyut di arus dunia, karena dzikir tak mengalir deras dari hati melalui gelombang lisannya. Ia akan silau dengan dunia (Qs. al-Kahfi [18]: 28). Sementara orang yang suka berdzikir tak akan pernah terlalaikan oleh urusan bisnis di dunia, jabatan atau tugas-tugas kenegaraan, niaga, anak, dan harta harta benda. Karena mereka telah mengingatkan diri dengan langit, menyambungkan jiwa dengan Penguasa langit dan bumi (Qs. an-Nûr [24]: 37).

Jiwa mereka akan senantiasa mempersiapkan diri untuk semua “pertemuan akbar” di Padang

  Mahsyar kelak, tatkala semua perbuatan dipertanyakan, semua ucapan dipersoalkan, dan semua tindakan dimintai pertanggungjawaban. Saat hati mengalami guncangan besar, saat jiwa dirasuki ketakutan. Orang yang suka berdzikir akan mampu meneladani Rasulullah dalam semua tingkah laku, semua derap langkah, dan semua paradigma pikirnya. Rasulullah menjadi idola, kiblat perilaku moralnya (Qs. al-Ahzâb [33]: 21). Karena dzikir berkobar menyala di jantung hatinya, ia akan senantiasa ingat kepada firman Allah, “Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak- banyaknya.” (Qs. al-Ahzâb [33]: 41)

  Ia senantiasa akan mampu memperbesar gelombang dzikirnya dalam sepi dan ramai, suka dan duka, susah dan senang. Kulit orang yang dzikir akan bergetar manakala ayat-ayat Allah yang mulia dikumandangkan, dialunkan dan dilantunkan. Mereka akan tenang saat mengingat Allah mendengar Kitab Allah yang melahirkan damai, ketenangan, kesejukan jiwa, dan obat bagi para pembacanya (Qs. az-Zumar [39]: 23). Kerugian akan menimpa orang-orang yang lupa kepada Allah karena anak-anak mereka, dan tidak menjadikan dzikir sebagai agenda hidupnya (Qs. al-Munâfiqûn [63]: 9). Allah memperingatkan orang-orang beriman agar tak lupa kepada Allah gara-gara anak, apalagi limpahan harta. Allah memperingatkan bahwa harta sering menarik kepada tindakan melupakan Allah, dan anak-anak akan melalaikan kita kepada-Nya.

  Banyak Manfaat ...

  “Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (Qs. al- Muzammil [73]: 8) “Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.” (Qs. al-Insân [76]: 29).

  Mari kita kobarkan dzikir di nafas subuh, ubun siang, remang senja dan di jantung malam. Sebab, banyak sekali manfaat dalam dzikir:

  

Pertama , mengusir, menangkal dan menghancurkan setan. Membuat Allah ridha dan setan murka.

  Dzikir akan menghilangkan risau, gelisah, dan gundah, lalu menghadikrkan ketenangan.

  

Kedua , segala keburukan menjadi sirna, kalbu menjadi kuat, badan menjadi sehat, memperbaiki yang

  lahir dan batin. Wajah terang dan bersinar, rezeki menjadi gampang, ada wibawa mengitari diri, dan ketenagan menjalar di segala arah.

  

Ketiga , istiqamah akan kokoh, kebenaran akan menghampiri, murâqabah akan tinggi, ihsân akan

  terengkuh, iman akan meneguh, tobat terus merambat, inâbah akan merayap, taqarrub menjadi mudah, ma‟rifat menjadi terbuka, dan khâsyiyah akan berkilauan.

  

Keempat , dzikir adalah makanan rohani, nutrisi bagi tubuh. Ia adalah pembersih jiwa, pembening

  hati, pengusir lalai, dan penakluk syahwat. Kelalaian lenyap bersamanya. Ia adalah lentera bagi gulitanya jiwa, pelebur dosa, dan pelenyap nestapa.

  

Kelima , mendatangkan sakinah, malaikat akan menaungi dengan sayap-sayap terbentang. Dzikir

akan menghambarkan lisan untuk mengumbar ghibah, melempar dusta dan berlaku zhalim.

  Membuat teman duduknya tenteram. Dan dzikir adalah tanaman surga yang akan dipetik oleh orang yang rajin menyiraminya.

  

Keenam , mencegah kepikunan, dan mengatasi kelalaian. Hati pendzikir akan senantiasa menatap

akhirat dan mengabaikan dunia. Karena dzikir adalah pondasi dan puncak rasa syukur.

Ketujuh , dzikir adalah api yang aktif bekerja menyirnakan sisa-sisa dosa, dan menghilangkan noda-

  noda kejahatan kita. Gunung, langit, bumi dan semesta, selain setan durjana, bangga dengan dzikir - dzikir manusia.

  

Kedelapan , dalam kobaran dzikir, ada kelezatan yang luar biasa, dan kenikmatan tiada tara. Kobaran

  dzikir yang terus menyala akan menjadi saksi bahwa kita benar-benar mencinta Sang Maha Kuasa. Di kobarannya kita masuk dengan damai dan tentram bersama Allah. #Samson Rahman, MA Pendakwah, Departemen Riset dan Kajian Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Perbanyak Dzikir agar termasuk orang yang beruntung.

  

Makna Kebahagiaan Hakiki

  Sahabat saudaraku fillah..Yang di Rahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Sejatinya seorang Muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala,tidak hanya berfikir untuk meraih kebahagiaan di dunia, tetapi ia juga akan berfikir untuk meraih kebahagiaan yang abadi di akhirat kelak. Allah Subhanahu wa Ta‟ala, mengutus Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kepada jalan yang haq lurus, agar mereka bahagia didunia dan akhirat.

  Meski demikian manusia menempuh, Jalan dan caranya masing-masing ,untuk menggapai kebahagiaan, ada yang mengikuti petunjuk Allah Subhanahu wa Ta‟ala, ada juga sekelompok manusia memilih jalan yang menyimpang dan dilarang, yaitu tunduk pada hawa nafsunya sendiri. Walaupun hasilnya sama-sama mendapat kebahagiaan, namun maknanya berbeda. Mereka yang memilih jalan Allah Subhanahu wa Ta‟ala akan mendapat kebahagiaan kekal abadi. Sementara yang memilih jalan yang dilarang dan menyimpang hanya mendapat kebahagiaan sesaat. Setiap insan pasti menginginkan dan mendambakan kebahagiaan,sesungguhnya kebahagiaan itu tidaklah muncul dari luar diri kita, akan tetapi hadir dan datang dalam diri kita sendiri.Kebahagiaan akan terasa ketika kita memahami dan menyadari,bahwa semua yang kita terima sudah diatur oleh Allah Subhanahu wa Ta‟ala, Dan kitapun qana‟ah yaitu selalu merasa puas, dan menerima dengan senang hati dan lapang dada, apapun yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta‟ala, Apakah bentuk pemberian tersebut sesuai dengan keinginan kita ataupun tidak. Dengan satu keyakinan, bahwa kenyataan tersebut itulah yang baik dan paling terbaik bagi kita, sebab hanya Allah Subhanhu wa Ta‟ala Yang Maha mengetahui,Maha Bijaksana,Maha Pengasih dan Maha Penyanyang terhadap hamba-hamba-Nya, dan kewajiban kita dianjurkan untuk berupaya ikhtiar maksimal,Berdoa dan Bertawakal.

  Dalam hal ini menurut pandangan islam, bahwa kebahagiaan hakiki itu tidak diukur, dengan memiliki harta yang berlimpah,status sosial yang tinggi di masyarakat, dan semua standar ukuran- ukuran keduniaan lainnya,akan tetapi kebahagiaan itu akan hadir ketika setiap insan, berusaha maksimal penuh keikhlasan serta kepasrahan kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala, untuk membersihkan hatinya (qalbu) dari hal-hal yang mengotorinya. Allah Subhanahu wa Ta‟ala Berfirman : “Sesungguhnya Berbahagialah orang-orang yang mensucikan jiwanya (Qalbu), Dan

  Sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya

  ”. (QS. Asy Syams : 9-10) Setiap muslim mempunyai kesempatan, untuk mencapai kebahagiaan dan ketentraman dalam jiwanya.Untuk menggapainya tentunya harus diusahakan, melalui Riyadhah (latihan), dan Mujahadah (tekun) untuk mensucikan jiwa (tazkiyatun Nafs) bisa dilakukan dengan dzikir,karena ketika berdzikir qalbu seorang hamba selalu berhubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta‟ala, sehingga dengan demikian melahirkan ketentraman dan Kebahagiaan.Terlebih selalu merasakan diawasi dan mengalirkan Naungan dari Allah Subhanahu wa Ta‟ala.

  Allah Subhanahu wa Ta‟ala Berfirman : “Maka ingatlah Kepada-KU,Niscaya AKU (ALLAH) akan ingat pula kepada kalian.Dan

Bersyukurlah Kepada-KU,serta janganlah kalian mengikari Nikmat-KU ”.(QS. Al Baqarah : 152)

  Dari ayat tersebut diatas, mengisyaratkan adanya suatu anjuran untuk senantiasa ,berdzikir dan selalu mengingat kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala, dan senantiasa bersyukur atas nikmat-Nya, karena dengan bersyukur atas karunia dan nikmat, yang Allah Subhanahu wa Ta‟ala telah berikan, hati hambapun selalu merasa ada keberkahan dan bertambahnya nikmat tersebut.

  Jadi jelaslah bahwa kebahagiaan akan hadir di qalbu, manakalah setiap muslim mampu menyikapi apa saja yang menimpanya, selalu berbaik sangka (husnudzan) kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala,baik disaat lapang maupun disaat dirundung kesempitan ,selalu diterima dengan sabar dalam segala hal. Karena dengan keimanan yang kokoh yakin bahwa Allah Subhanahu wa Ta‟ala, menetapkan segala sesuatu yang terbaik kepada hamba-hamba-Nya.

  Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda: "Dan Tidaklah seseorang di berikan satu pemberian lebih Baik, dan lebih luas dari pada

  kesabaran ”. (HR. Bukhari dan Muslim )

  Sebagaimana kita maklumi bersama, bahwa pada dasarnya seorang mukmin, hidupnya selalu dikelilingi kebaikan, baik ketika mendapat kesenangan,kelapangan maupun disaat ditimpa ujian,musibah, ada manfaat yang dapat ia ambil dari keduanya,ketika ia ditimpah ujian dan musibah, ia akan merasakan kebahagiaan.

  Karena ia yakin bahwa ujian dan musibah pada hakikatnya, untuk membersihkan jiwa setiap insan hingga benar- benar ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta‟ala, dan membantunya meraih kebahagiaan dan kenikmatan- kenikmatan surga yang telah Allah Subhanahu wa Ta‟ala, janjikan kepada hamba-hamba-Nya.

  Allah Subhanahu wa Ta‟ala Berfirman : “Wahai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Rabb-Mu dengan hati yang yang ridha dan diridhai-

  

Nya.Masuklah kedalam hamba-hamba-KU,Dan masuklah ke dalam Surga-KU ”.(QS. Al Fajr 27-

30).

  Demikian pula ketika ia mendapat kesenangan dan kelapangan, makin bertambah syukurnya,dan ia pun giat melakukan hal-hal yang di ridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta‟ala.Oleh karena itu semua urusan orang mukmin itu, adalah Kebaikan dan melahirkan kebahagiaan baik disaat senang maupun disaat diuji dengan musibah.Karena dengan keimanan yang terpatri dalam qalbu, yakin apapun yang terjadi pada dirinya adalah sudah menjadi ketentuan dari Allah Subhanahu wa Ta‟ala.

  Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda : “Sungguh Luar biasa Urusan orang mukmin itu,Sesungguhnya semua urusannya itu baik dan itu

  

semua tidak dimiliki kecuali orang mukmin. Jika ia mendapatkan Kebaikan ia Bersyukur, dan itu

sangat baik baginya.Jika ia ditimpa Cobaan,ia Bersabar dan itu sangat baik baginya .”(HR.

  Bukhari). Dalam keadaan inilah kemilau seorang mukmin memancar,karena semua urusanya adalah mendatangkan dan melahirkan kebahagiaan, dan menjadikannya makin bertaqwa, karena hudhur (kehadiran) Allah Subhanahu wa Ta‟ala,selalu dirasakan setiap saat menaungi langkah-langkahnya, dalam Ma‟iyatillah (Kebersamaan Allah Subhanhu wa Ta‟ala) dalam semua urusannya.

  Allah Subhanahu wa Ta‟ala Berfirman : “Dan DIA (ALLAH) memberi Rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.Dan Barangsiapa

  

Bertawakkal kepada ALLAH, niscaya ALLAH akan mencukupkan (keperluanya).Sesungguhnya

ALLAH melaksanakan Urusan-Nya,sungguh ALLAH telah mengadakan ketentuan bagi setiap

sesuatu ”.(QS. At Thalaq : 3).

  Sahabat saudaraku fillah..kehidupan seorang mukmin yang beriman, kepada kehidupan negeri akhirat yang kekal abadi,Tidaklah sama dengan kehidupan orang kufur, yang menganggap umurnya merupakan kesempatan pertama, dan terakhir untuk menghabiskan kenikmatan sementara duniawi. Oleh karena itu dalam menghadapi kehidupan di dunia,hendaklah kita berpegang teguh pada ajaran Islam, yang benar-benar telah disediakan ole h Allah Subhanahu wa Ta‟ala, untuk membentengi hati dan aqidah kita, agar selamat dan bisa menggapai kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaa yang kekal di akhirat.

  Sahabat Saudaraku fillah yang di Rahmati Allah Subhanahu wa Ta‟ala,demikian untaian sederhana ini, semoga manfaat buat kita semua,‟ Yang benar haq semua datang-Nya dari Allah Subhanahu wa Ta‟ala,yang kurang dan khilaf mohon sangat dimaafkan ‟‟Akhirul qalam “Wa tawasau bi al-haq Watawa saubil shabr “.Semoga Allah Subhanahu wa Ta‟ala . Senantiasa menunjukkan kita pada sesuatu yang di Ridhai dan di Cintai- Nya..Aamiin Allahum Aamiin. Selesai…

  

Menikah Tanpa Pacaran

  Dalam Islam adanya pacaran adalah setelah pernikahan.Hal ini akan lebih indah dan nyaman dibandingkan pacaran sebelum menikah karena belum memiliki ikatan apapun.Namun sebagian dari kita belum memahami akan hal ini dan menganggap aturan Islam membelenggu kebebasan kita.Padahal sesungguhnya segala aturan itu jika kita terapkan adalah demi kebaikan kita sendiri.Telah kita ketahui begitu dahsyatnya akibat pergaulan bebas antara pria dan wanita yang belum memiliki ikatan pernikahan.Dalam hal ini tentu pihak wanita yang sering menanggung akibat lebih besar.

Jika kita merasa siap menikah lebih baik ta‟aruf saja.Kalau merasa cocok bisa diurus lebih cepat dan jika dibatalkanpun tak banyak pihak yang tersakiti.Dalam ta‟aruf kita boleh mengenal pasangan

  namun harus disertai mahramnya yang telah dewasa agar tidak terjerumus dalam perbuatan zina. Bagaimana agar menikah tanpa pacaran tidak menimbulkan penyesalan karena salah pilih? Menikahlah karena didasari niat beribadah kepada Allah. Sehingga kita akan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah dan apapun keputusan-Nya pastilah yang terbaik untuk kita. Dengan kemantapan hati lewat istikharah,hati nurani serta tawakal kita harus yakin atas pilihan Allah.. Mari kita renungkan firman- Nya “ Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan

  

laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik

adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik

(pula)... ”(QS. An-Nur: 26).

  Kita harus yakin bahwa seseorang yang akan mendampingi kita kelak adalah orang yang mempunyai tujuan sama yakni di jalan yang diridhai Allah. Jika tidak, Allah pasti akan menjauhkan dari kita dan mengganti dengan yang lebih baik. Dari ayat diatas sudah jelas bahwa Allah tidak mungkin menjodohkan kita dengan orang yang senang berbuat maksiat sedangkan kita sendiri menjauhi segala perbuatan maksiat. Lantas bagaimana pula jika kita menikah nanti belum bisa sepenuhnya mencintai pasangan karena belum begitu mengenalnya? Tak perlu risau saudaraku..

  Allah berjanji akan menumbuhkan cinta dan kasih sayang dalam pernikahan selama pernikahan tersebut didasari atas kecintaan kepada-Nya. Sebagaimana firman- Dan di antara tanda-tanda Nya“

  

kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan

sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum

yang berpikir.

  ” (QS. Ar- Rum: 21). Oleh karena itu saudaraku, janganlah pacaran sebagai solusi untuk mendapatkan jodoh. Hendaklah kita senantiasa menempuh jalan yang diridhai-Nya agar pernikahan kita kelak bisa menghadirkan keberkahan.. Selesai…

Solusi Berbagai Masalah Dear sahabat fillah yang lapang hatinya.

  Masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Itulah dimensi waktu yang senantiasa hadir dalam kehidupan manusia, di dunia ini. Di manakah kita berada? Jelas, kita berada pada masa sekarang.

  Masa lalu telah menjadi sejarah. Kita hanya bisa mengenangnya, melihat catatan-catatan peristiwa yang ada di dalamnya. Bagaimana dengan masa depan? Ia masih berupa misteri.

  Jika demikian adanya, yang pasti dan yang benar-benar menjadi milik kita adalah masa sekarang. Dialah hadiah dari Allah yang layak kita sambut dan kita manfaatkan sebaik -baiknya. Dialah yang akan menentukan baik buruknya kita pada masa yang akan datang. Dia pula yang akan mampu memperbaiki catatan-catatan buruk kita pada masa lalu. Karena itu, PERLAKUKAN MASA LALU SEPERTI KACA SPION. Cukuplah ia dilihat sekali-kali saja sebagai pemandu. Tugas terbesar kita adalah menjalani masa sekarang dengan penuh kesungguhan dan memandang masa depan dengan pernuh perhitungan.

  Nasehat Hasan Al Basri... Suatu saat 4 orang datang kepada Hasan Al Basri dan bergantian menyampaikan masalahnya..

  • Orang pertama datang mengadukan kekeringan yang melanda karena hujan tidak turun dari langit.. Hasan Al Basri memberi nasehat kepada orang tersebut untuk BERISTIGHFAR..
  • Orang kedua datang mengadukan kemiskinan yang dideritanya.. Hasan Al Basri memberi nasehat kepada orang tersebut untuk BERISTIGHFAR.
  • Orang ketiga datang mengadukan istrinya mandul..tidak bisa melahirkan. Hasan Al Basri memberi nasehat kepada orang tersebut untuk BERISTIGHFAR..
  • Orang keempat datang mengeluhkan kebunnya yang gersang tidak dapat menumbuhkan tanaman.. Hasan Al Basri memberi nasehat kepada orang tersebut untuk BERISTIGHFAR.. Mereka yang hadir heran karena mendapat nasehat yang sama... Akhirnya mereka bertanya.. “kamu ini aneh Hasan Al Basri...kenapa semua orang yang datang meskipun problemnya berbeda- beda..solusi yang kamu berikan sama...
yaitu “istighfar”...

  Hasan Al Basri menjawab.. ”Apakah kamu tidak membaca firman Allah berikut”...lalu beliau membaca Al Quran surat nuh yang artinya..

  ”Mohonlah ampunan pada Tuhanmu sesungguhnya Dia Maha Pengampun..niscaya Dia akan

  

menurunkan hujan yang lebat dari langit..Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu dan

mengadakan kebun-kebun untukmu.. dan mengadakan sungai-sungai untukmu

  ”. ( QS Nuh: 10-12) Nasehat yang sangat bijak untuk semua orang yang masih mengakui keberadaan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Memberi..Maha Pengasih..Maha Penyayang..

  Sayidina Abu Bakar as-Siddiq mengemukakan..Ada delapan perhiasan indah bagi delapan hal lainnya..

  1. PANTANG MEMINTA MINTA merupakan hiasan si miskin..

  2. BERSYUKUR merupakan hiasan bagi anugerah..

  3. SABAR hiasan bagi musibah..

  4. SANTUN hiasan bagi ilmu..

  5. BANYAK MENANGIS (menginggat dosa dosa) hiasan bagi orang bertaubat..

  6. MENYEMBUNYIKAN KEBAIKAN hiasan bagi kebajikan..dan 7. KHUSYUK hiasan bagi orang shalat.

  

Renungan, khusus untuk wanita

  Sayidina Ali ra menceritakan suatu ketika melihat Rasulullah saw menangis manakala ia datang bersama Fatimah. Lalu keduanya bertanya mengapa Rasulullah saw menangis. Beliau menjawab, "Pada malam aku di-isra'- kan , aku melihat perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan

  

berbagai siksaan. Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena, menyaksikan mereka yang

sangat berat dan mengerikan siksanya

  ”. Putri Rasulullah saw kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya.

  

"Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih. Aku lihat perempuan

digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam

tengkoraknya.

Aku lihat perempuan tergantung kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai ke ubun-

ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking.

  

Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka.

Serta aku lihat perempuan yang bermuka hitam, memakan tali perutnya sendiri.

Aku lihat perempuan yang telinganya pekak dan matanya buta, dimasukkan ke dalam peti yang

dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung, badannya berbau busuk karena

penyakit sopak dan kusta. Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar, beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya.

Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar

dari duburnya sementara malaikat memukulnya dengan pentung dari api neraka," kata Nabi saw.

  Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka disiksa seperti itu? Rasulullah menjawab, "Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya.

  Perempuan yang digantung susunya adalah istri yang mengotori' tempat tidurnya.

Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia

keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haiddan nifas.

Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan

muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.

  

Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia

memperkenalkan dirinya kepada orang yang kepada orang lain bersolek dan berhias supaya

kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya.

Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atas ubun-ubunnya diulurkan ular dan

kalajengking padanya karena ia bisa shalat tapi tidak mengamalkannya dan tidak mau mandi

junub.

Perempuan yang kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar ialah tukang umpat dan

pendusta.

  

Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan yang suka memfitnah dan membenci

suami."

  Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis. Dan inilah peringatan kepada KAUM HAWA.....

Allah masih sayang kepada kita

  Bismillah ... Allah masih sayang kepada kita, tatkala kita bermaksiat ... inilah bukti betapa besar Kasih Sayang-Nya kepada kita ....

  1. Allah masih menutup aib kita, .. seandainya Allah membongkar satu saja dosa/aib kita maka betapa malunya kita ...

  2. Allah tidak langsung mengadzab kita, .. seandainya Allah langsung mengadzab setiap dosa yang kita lakukan tentu kita tidak akan bisa hidup diatas muka bumi ini .. tentu kita akan segera binasa sebelum sempet bertaubat ...

  3. Bahkan Allah masih terus memberikan rezki kepada kita... bahkan terkadang ditambah rizki kita, apakah kita tidak malu ..? Bermaksiat tapi terus dibaiki oleh Allah ...??

  4. Allah selalu memberi kesempatan bertaubat bagi kita ... bahkan hingga nafas terakhir kita ...

  5. Bahkan Allah sangat gembira pada hamba-Nya yang bertaubat...(padahal baru saja sang hamba tenggelam dalam kemaksiatan) .. Subhanallah .. alangkah lembutnya kasih sayang Allah kepada hamba-Nya ...

  6. Allah juga memberi ganjaran besar bagi kita yang bertaubat... lantas .. kenapa kita masih menunda taubat ..?, kenapa masih beristigfar tapi dengan hati lalai ..? Apakah kita akan terus demikian hingga Allah cabut rahmat-Nya sehingga kita meninggal dalam keadaan penuh berlumuran dosa ... Na'udzubillahi mindzalik ..!

  Dan, apabila seorang hamba Allah jatuh sakit, Allah akan mengutus 4 malaikat :

  1. Malaikat Pertama akan mengambil SELERA MAKANNYA

  2. Malaikat Kedua akan mengambil REZEKINYA

  3. Malaikat Ketiga akan mengambil KECANTIKAN/KETAMPANAN WAJAH ( pucat )

  4. Malaikat Keempat akan mengambil DOSANYA Apabila telah sampai waktu yang telah Allah tetapkan untuk hambaNya kembali sehat, Allah akan menyuruh Malaikat Pertama, Malaikat Kedua dan Malaikat Ketiga agar mengembalikan apa yang telah diambil oleh mereka. Akan tetapi Allah tidak menyuruh Malaikat Keempat mengembalikan dosa hambaNya tersebut.