FAKTA PERBEDAAN DATA PENDUDUK TINGGI TINGGI DI TIGA INSTANSI

TINJAU UJIAN NASIONAL

  PENTINGNYA DATA KEPENDUDUKAN FAKTA PERBEDAAN DATA SMP

DALAM PEMBANGUNAN PENDUDUK TINGGI TINGGI

DI TIGA INSTANSI

  SINERGI SINERGI D I L E M A KEPENDUDUKAN

ESA HILANG MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

  SALAM REDAKSI SINERGI

REFERENSI TEBING TINGGI DELI

  TERBIT SEJAK 16 Juli 2002 SK WALIKOTA TEBING TINGGI NO.480.05/286 TAHUN 2002 Pembaca Budiman...

  KETUA PENGARAH :

  Ketika edisi April 2013 ini dalam proses pengerjaan, ada banyak

  Ir.Umar Zunaidi Hasibuan, MM

  pergantian yang terjadi. Berupa keluar masuknhya personil yang bertu-

  ( WaliKota Tebing Tinggi )

  gas dalam menyukseskan penerbitan. Beberapa nama yang masuk, dihara- pkan akan mampu mendukung kinerja yang dinilai sudah baik selama ini.

  WAKIL KETUA PENGARAH :

  Ada juga beberapa rekan jurnalis di unit Pemko Tebing Tinggi yang

  H. Irham Taufik, SH, M.AP

  mulai melirik, bahkan berambisi untuk mempercantikan SINERGI di masa

  (Wakil WaliKota Tebing Tinggi )

  depan. Tak jurang pula, ada niat sejumlah orang yang punya obsesi untuk mengendalikan masa depan majalah kesayangan kita ini. Alasannya seder-

  PENGENDALI :

  hana, mereka ingin mendarma baktikan ilmu pengetahuan dan skill yang ada

  H. Johan Samose Harahap, SH, MSP

  pada mereka untuk kemajuan majalah yang telah berusia satu dekade lebih ini. (Sekdako Tebing Tinggi Deli ) Semua itu, kita sambut dengan senang hati, karena atas nama kema-

  PENANGGUNG JAWAB :

  juan, siapa pun dia dan bagaimanapun jalan berfikirnya. Jika semua keinginan

  Ir. H. Zainul Halim dan kemauan itu disikapi dalam tendensi positif, pasti akan berbuah manis. (Asisten Administrasi Umum )

  Tak lupa kami memohon kemaafan yang amat dalam, karena ketr- lambatan penerbitan edisi April 2013 ini, hingga baru beberapa bu-

  PIMPINAN REDAKSI : Ahdi Sucipto, SH

  lan kemudian bisa beredar ke tangan Anda sekalian. Ini karena ber-

  (Kabag Adm. Humas PP)

  bagai kendala teknis yang dihadapi jajaran redaksi. Mulai dari persoalan personil, manajemen pengelolaan berita serta pendanaan yang tersendat-sen-

  REDAKSI : dat, akibat ketatnya pengeluaran keuangan yang seharusnya bisa mudah.

  Rizal Syam, Khairul Hakim, Juanda

  Edisi kali ini, kami menampilkan rubrik utama berupa laporan

  BENDAHARA :

  tentang dilema data kependudukan. Banyak yang tidak menyangka, beta-

  Jafet Candra Saragih

  pa data kependudukan sangat penting artinya dalam pengambilan kebi-

  KOORDINATOR LIPUTAN : jakan dalam pemerintahan. Bahkan, bagi para staholders di bidang lain.

  Drs Abdul Khalik, MAP

  Untuk persoalan ini, redaksi coba mengingatkan, harus ada upaya sis-

  SEKRETARIS REDAKSI :

  tematis dilakukan pemerintah agar data penduduk dikelola secara baik, Dian Astuti sistematis dan selalu up to date. Tak lupa kami membeberkan soal data

  LAYOUT DESAIN GRAFIS kependudukan di kota Tebingtinggi yang kelihatan menyimpan dilema akut.

  Edi Suardi, S.Sos

  Beberapa tulisan lain, turut mewarnai penyajian kali ini. Mis-

  Aswin Nasution, ST

  alnya, ada ekonomi dan wanita yang menyoroti persoalan jula-ju-

  FOTOGRAFER :

  la yang mampu menghidupkan ekonomi keluarga. Atau peran poli-

  Sulaiman Tejo

  tik perempuan menjelang Pileg 2014. Di rubrik pendidikan, kita coba Chairul Fadhli meneropong hasil akhir UN 2012/2013 bagi siswa kota Tebingtinggi.

KOORDINATOR DISTRIBUSI

  Ada pula beberapa tulisan lain yang mencoba menguak berbagai masalah

  RIDUAN

  di kota Tebingtinggi dan sekitarnya, misalnya langkanya buah-bua-

  LIPUTAN DAN REPORTER :

  han asli daerah ini, padahal dulunya buah-buahan daerah ini dike- Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi nal sebagai buah yang baik, semisal sawo, mangga dan rambutan.

  Redaksi menerima tulis,photo juga surat berisi saran

  Beberapa rebrik lain dihadirkan jajaran redaksi SINERGI guna

  penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan tanda pengenal (KTP,SIM,Paspor) dan Redaksi berhak

  melengkapi edisi kali ini, dalam rangka segera masuk ruang percetakan

  m e n g u b a h t u l i s a n s e p a n j a n g t i d a k m e n g u b a h i s i

  dan bisa sampai ke tangan para pembaca budiman. Akhirnya, tak lupa d a n maknanya. kami sampaikan maaf yang panjang untuk penerbitan yang terlambat ini.

  Tulisan dikirim ke alamat redaksi :

  Mudah-mudahan ke depan hal ini bisa diperbaiki demi kehadiran ma- Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekreariat

  Daerah Kota Tebing Tinggi jalah yang kita cintai ini lebih baik lagi. Salam kami dari meja redaksi. Jl,Dr Sutomo No : 14 Kota Tebing Tinggi Deli Deli Eimail : majalah_sinergi@yahoo.co.id Facebook : majalah_sinergi@yahoo.co.id

  DAFTAR ISI SINERGI EDISI 124 APRIL 2013

  4. MOMENTUM

  25. PEMKO KITA ) Optimalisasi Asset BMD Berperan Pent-

  8. SINERGITAS ing Tingkatkan PAD

  ) Penduduk ) FKUB Sarana Pemersatu Lintas Agama

  9. UTAMA ) Tebingtinggi Juara III Kategori Guide di ) Pentingnya Data Kependudukan Dalam

  PRSU Pembangunan ) Peringatan HUT Provsu ke 65 di Kota ) Fakta Perbedaan Data Penduduk

  Tebingtinggi T.Tinggi Di Tiga Instansi 36 . AGAMA ) Naik Sepeda Mengajar Mengaji Keliling

  15 . PENDIDIKAN ) Tinjau UN SMP

  Kota Tebing Tinggi

  37. INFONASIONAL

  16. EKONOMI ) Penduduk Dunia Mencapai 7,2 Miliar Jiwa ) Penataan pasar Pasar Gambir TebingTinggi ) Penduduk Indonesia 250 Juta Jiwa

  17. KESEHATAN Tahun 2013

  ) Perawat Dituntut Tingkatkan Kompetensi ) Tahun Pemilu, SBY Minta Tiga Agenda Terjaga

  18. WANITA ) Pemko Tebingtinggi Peringati Hari Kartini

  39. OLAH RAGA ) Kejuaraan Bulu Tangkis Usia Khusus SD a

  19. PARLEMENTARIA

  40. SASTRA ) Reses Menjaring Aspirasi ) Demi Putri Tercinta Apapun Akan Kulaku- ) Reses Dprd Tebingtinggi Dapil II Padang kan Hulu

  ) Reses anggota DPRD Kota Tebing Tinggi

  42. SOSIAL ) DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM

  Daerah Pemilihan III Kecamatan Rambutan dan Bajenis

  43. RAGAM/PLURALIS

  22. HUKUM ) Manado : Negeri Pembuangan Para

  " Sejarah Pengadilan Agama Combatan .

  " Tebing Tinggi

  47. LENSA PEMKO

  25. PEMKO KITA ) Peringatan Hari Kartini Ke 134 Tahun 2013

  ) Hari Otda dan Linmas Diperingati Pem- ) Pengukuhan Pengurus Bkprm ko Tebingtinggi

  ) Pembukaan Mtq Ke-45 Kota Tebing Tinggi ) Realisasi Belanja APBD T.Tinggi 2012

  ) Walikota Tebing Tinggi Ir. H. Umar Zunaidi Rp 479 Miliar

  

) BPS Tebingtinggi Sosialisasikan Sensus Hasibuan, Mm Menerima Audiensi Dan

Pertanian 2013 Memberi Bantuan Kepada Pemain Sepak

  ) Semarak Paskah Raya, Bola Anak-Anak Ratusan Wanita Kristen Ikuti Seminar

  58. IKLAN GRATIS OVOP Kesehatan ) RPJMD Kota Tebingtinggi Sebagai Evalu-

  59. TEPIAN asi Kinerja Pembangunan ) IQBAL AHDI SUCIPTO.SH Drs.ABDUL KHALIK.MAP DIAN ASTUTI JAFET CHANDRA SARAGIH JUANDA KHARUL HAKIM RIZAL SYAM Pimpinan Redaksi Koordinator Liputan Sekretaris Redaksi Bendahara Redaksi Redaksi Redaksi

  Layout Desain Grafis Layout Desain Grafis Distributor Foto Grafer Sinergi Foto Grafer Sinergi ASWIN NAST.ST EDI SUWARDI.S.Sos RIDWAN FADHLI SULAIMAN

  

MOMENTUM

  

MOMENTUM

MOMENTUM MOMENTUM

  

MOMENTUM

  SINERGITAS

  Dalam ilmu sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menem- pati wilayah geografi dan ruang tertentu. Daerah-daerah yang mereka tempati memiliki berbagai macam karakteris- tik. Ada yang menempati daerah pegu- nungan, ada yang menempati daerah pantai, dan sebagainya. Sifat seseorang didaerah tersebut juga berbeda-beda.

  Yang berbeda dari suatu penduduk tidah hanya sifat mereka tetapi juga penduduk di suatu daerah tertentu ter- diri dari beragam golongan manusia. Ada yang berasal dari golongan orang muda, ada yang dari golongan orang tua, orang-orang yang berusia muda dan ada juga yang berusia sudah sangat tua.

  Penduduk dalam suatu daerah akan bertambah jumlahnya dari waktu ke waktu.Faktor-faktor yang mempen- garuhi pertumbuhan penduduk ada 3 (tiga), yaitu: Pertama, Fertilitas atau Kelahiran sebagai istilah demografi di- artikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelom- pok wanita. Dengan kata lain kelahiran menyangkut banyaknya bayi yang da- pat lahir dan hidup. Natalitas memiliki arti yang sama dengan kelahiran hanya saja berbeda ruang lingkupnya. Kela- hiran menyangkut perana banyaknya angka kelahiran pada perubahan pen- duduk. Sedangkan natalis menyang- kut perana kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.

  Sedangkan kedua, Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen demografi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Informasi tentang kema- tian penting, tidak hanya bgi pemerin- tah tetapi juga bagi pihak swasta. Yang terutama yang berdiri pada bidang kesehatan, dan ekonomi. Dan ketiga, Migrasi yang merupakan salah satu fak- tor fundamental mempengaruhi jumlah peduduk. Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk di tel- aah secara khusus, mengingat adanya densitas (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak merata. Adanya faktor pendorong dan penarik bagi orang-orang untuk melakukan imigrasi

  Atas terjadinya perkembangan jumlah penduduk, maka sangat perlu diadakan pengendalian. Pengendalian penduduk adalah kegiatan membatasi pertumbuhan penduduk, umumnya den- gan mengurangi jumlah kelahiran. Doku- men dari Yunani Kuno telah membukti- kan adanya upaya pengendalian jumlah penduduk sejak zaman dahulu kala. Salah satu contoh pengendalian pen- duduk yang dipaksakan terjadi di Cina yang terkenal dengan kebijakannya 'satu anak cukup'; kebijakan ini diduga ban- yak menyebabkan terjadinya aksi pem- bunuhan bayi, pengguguran kandungan yang dipaksakan, serta sterilisasi wajib.

  Indonesia juga menerapkan pengendalian penduduk, yang dikenal dengan program Keluarga berencana (KB). Tapi pergerakan program ini cend- erung bersifat persuasif ketimbang di- paksakan. Program ini dinilai berhasil menekan tingkat pertumbuhan pen- duduk Indonesia. Berkurangnya jum- lah penduduk menyebabkan turunnya jumlah populasi pada sebuah daerah. Hal ini disebabkan oleh perpindahan atau oleh emigrasi besar-besaran. Juga bisa oleh penyakit, kelaparan maupun perang. Namun seringkali oleh gabun- gan faktor-faktor tersebut. Di masa lam- pau penurunan jumlah penduduk dis- ebabkan terutama sekali oleh penyakit.

  Aspek kependudukan merupa- kan hal paling mendasar dalam pemban- gunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pem- bangunan sekaligus menikmati hasil pembangunan. Dalam kaitan peran pen- duduk tersebut, kualitas mereka perlu ditingkatkan melalui berbagai sumber daya yang melekat, dan pewujudan kelu- arga kecil yang berkualitas, serta upaya untuk menskenario kuantitas pen- duduk dan persebaran kependudukan.

  Penyebaran penduduk yang tidak merata akan mengakibatkan pemanfaatan sumber daya manusia tidak atau kurang efektif. Di luar Jawa banyak sumber daya alam yang be- lum atau kurang dimanfaatkan karena kekurangan tenaga kerja, sementara di Jawa banyak pengangguran karena terbatasnya lapangan kerja, kualitas penduduk rendah, yang ditandai den- gan tingkat pendidikan, tingkat kes- ehatan, dan pendapatan perkapita yang rendah. Semua ini akan menjadi ham- batan pembangunan. (khairul hakim)

  P e n d u d u k

Penduduk (rakyat) merupakan syarat mutlak yang mesti ada dalam sebuah

negara. Hal ini meliputi penduduk dan bukan penduduk (orang asing). Bukan

penduduk berarti orang yang berada di wilayah suatu negara tapi tidak ber-

maksud untuk menetap.

  UTAMA Jalanan sesak dan macat ka- rena padatnya kenderaan. Mall dan pusat perbelanjaan di- jejali warga yang hilir mudik sepanjang hari. Atau, pem- bangunan perumahan yang tidak pernah berhenti dan selalu laris manis terjual. Se- mua itu, hampir tak pernah disadari masyarakat awam.

  Yang mereka tahu, kondisi itu berbeda jauh dengan keadaan sekira 20-30 tahun lalu, di saat mana, jalan masih lengang dan lancar. Pusat perb- elanjaan masih sedikit dan orang bebas berkeliaran. Demikian pula, perumahan masih jarang, sehingga lingkungan tera- sa nyaman, terhindar dari kebisingan. Udara masih bersih dan sejuk di pagi hari. Alam terasa bersahabat, karena pepohonan menghijau dihiasi gem- ericik air jernih yang bisa langsung diminum, saat leher terasa haus dan gerah. Berbeda dengan sekarang, air sungai menguning dan sering membawa malapetaka banjir. Pohon sudah mulai menghilang, sehingga bumi terasa ger- sang. Lalu apa gerangan yang terjadi dalam pergerakan waktu tiga dekade itu? L e d a k a n P e n d u d u k Salah satu jawaban utama, adalah ter- jadinya ledakan penduduk yang berada diluar kontrol alam dan pemerintah. Hanya dalam rentang waktu satu Abad, jumlah penduduk Indonesia bertumbuh signifikan. Jika tahun 1900 penduduk Indonesia diperkirakan hanya mencapai 40,2 juta jiwa, pada tahun 2000 mening- kat lima kali lipat menjadi 205,6 juta jiwa.

  Meskipun laju pertumbu- han penduduk (LPP) menurun dari 1,34% tahun 2005 menjadi 1,18% ta- hun 2015, namun jumlah absolut pen- duduk masih cukup besar kenaikannya. Jumlah penduduk meningkat dari 219 juta jiwa tahun 2005 menjadi sekitar 248 juta jiwa tahun 2015. Jumlah penduduk yang besar ini, disumbangkan dari sejarah pertumbuhan penduduk yang tinggi di masa 1970-1980an yang mencapai sekitar 2,32 persen per tahun. Meski- pun upaya penurunan laju pertumbuhan penduduk sudah berhasil dilakukan, namun jumlah penduduk besar masih akan terus bertambah setiap tahunnya.

  Secara absolut pertambahan penduduk Indonesia masih akan men- ingkat sekitar 3 sampai 4 juta jiwa per tahun. Penambahan jumlah penduduk yang besar ini disumbangkan oleh jum- lah kelahiran yang masih tinggi. Jum- lah kelahiran per tahun masih tinggi sekitar 4,279 juta tahun 2009 – 4,243 tahun 2014. Apabila dilihat pertum- buhan penduduk dengan tingkat fer- tilitas, maka terdapat kecenderun- gan bahwa jumlah penduduk besar terjadi jika tingkat fertilitas juga tinggi.

  Secara global, persebaran pen- duduk dunia juga memperlihat ket- impangan yang mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, Asia Tenggara (Indone- sia, Malaysia, Singapura, Filpina, Burma, Thailand, Brunei Darussalam) saat ini di huni sekira 600 juta jiwa penduduk dari

  

Pentingnya Data Kependudukan

Dalam Pembangunan dari total penduduk dunia per 2011 mencapai 7 milyar jiwa. 40 persen dari 600 juta jiwa itu mendiami pulau-pulau Indonesia. Sedangkan benua Asia secara keseluruhan menjadi hunian 60 persen warga dunia. Berbeda dengan Eropah dan Afrika yang hanya dihuni 13,5 persen penduduk dunia, atau Amerika yang di- huni 11 persen dari total penduduk dunia.

  Data Kependudukan

  Sayangnya, hingga kini pen- gelolaan pertumbuhan penduduk neg- eri terbesar keempat di dunia itu, sesu- dah Cina, India, Amerika dan Rusia, belum dikelola secara baik. Mulai dari aspek fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian) juga bersoalan mobilitas (perpindahan), semua berlangsung se- cara alamiah, tanpa adanya manajemen kependudukan yang memadai. Pada- hal, sama diketahui, lemahnya pengelo- laan penduduk akan berdampak luas dan besar, bahkan bisa memunculkan kiamat kecil sebelum datangnya kia- mat besar, ketika alam menolak kehad- iran manusia di atas permukaannya.

  Paling tidak, menurut Prof. Dr. Sri Moertiningsih Adioetomo, SE, MA, PhD (2011) ada enam isu utama dan strategis persoalan kependudukan saat ini. Pertama, jumlah penduduk besar yang terus bertambah. Kedua, leda- kan penduduk usia kerja muda, Ketiga, jumlah penduduk lansia yang mening- kat, keempat, mobilitas penduduk yang meningkat, kelima, data kependudukan yang belum memadai; serta keenam kualitas manusia yang belum memadai.

  Dari keenam isu strategis dan utama persoalan kependudukan itu, faktor kunci yang menjadi dasar, ada- lah bagaimana data kependudukan yang ada dikelola, sebagai salah satu sarana menangani berbagai permasala- han yang ada. Data kependudukan membutuhkan akurasi yang tinggi dan kuat, sebagai sumber utama informasi dalam mengambil kebijakan terhadap persoalan kependudukan yang ada. Namun, jika data kependudukan yang dimiliki validitasnya sangat lemah, di- pastikan pengambilan kebijakan oleh Negara akan menghadapi kendala besar dan akan berakhir dengan kegagalan.

  Contoh paling mudah dari dampak lemahnya data kependudukan, adalah pemberian subsidi pemerin- tah yang tidak tepat sasaran. Berbagai pemberian subsidi (kenaikan BBM, dll) yang digulirkan pemerintah kepada warga kurang mampu/miskin, sejak bertahun-tahun, selalu memunculkan persoalan ditengah masyarakat. Mis- alnya, ada subsidi dinikmati oleh yang tidak berhak. Pada saat bersamaan, ban- yak pula masyarakat yang seharusnya mempunyai hak atas subsidi itu, justru tidak mendapatkannya. Akibatnya, ter- jadi ketidak puasan massif yang ber- muara pada insiden kekerasan di sana sini. Hal itu bisa terjadi, diakibatkan data yang diperoleh pemerintah dari unsur pemerintah terbawah (RT/RW, Kadus), validitasnya rendah, sehingga penyalurannya kemudian bermasalah.

  Tak sampai di situ, pemberian subsidi yang salah sasaran, juga mem- perpanjang rantai persoalan, karena si penerima subsidi yang salah, justru memanfaatkan subsidi itu untuk mem- perkuat posisinya ditengah persaingan hidup yang kian berat. Akibat berikutnya, jurang antar di kaya dan si miskin kian melebar, sehingga memunculkan kecem- buruan sosial yang mudah memicu tin- dak kekerasan dan kerusuhan ditengah masyarakat. Amuk massa yang belakan- gan sering meletup di berbagai daerah, merupakan dampak ikutan oleh faktor- faktor kebijakan yang salah, saat suatu kebijakan diluncurkan pemerintah. Kes- alahan itu, awalnya dipicu oleh keterse- diaan data yang tidak akurat dan valid. Inilah bahaya sosial yang jarang disa- dari para pengambil keputusan, terkait data kependudukan yang ada sekarang. Secara sederhana, terjadinya ketidak puasaan massif dan berujung pada kerusuhan dalam soal subsidi itu, kro- nologisnya dimulai dari data warga miskin yang diambil dari Ketua RT/ RW atau kepala dusun di kelurahan dan desa suatu daerah. Diperkirakan, ka- rena minimnya pengetahuan soal peta kemiskinan atau ada unur subjektifitas, petugas pencacah melakukan pencata- tan serampangan. Maka diperoleh lah data warga miskin yang tak sesuai den- gan persyaratan yang telah ditentukan.

  Data itu, selanjutnya diperguna- kan pihak pemerintahan desa dan kelu- rahan sebagai bahan laporan ke kecama- tan. Pihak kecamatan pun menggunakan laporan itu untuk disampaikan kepada atasannya, begitu selanjutnya. Diting- kat pusat, data itu diolah sedemikian rupa untuk jadi acuan dalam pelaksan- aan subsidi. Tapi apa lacur, karena me- mang data warga miskin sejak awal su- dah salah, penerapannya pun kemudian menjadi salah dan menimbulkan persoa- lan di kalangan warga. Data yang lazim berubah-ubah dan dikenal dengan isti- lah ‘data bergerak’ itu banyak digunakan instansi berbasis bantuan masyarakat, semisal Dinas Sosial. Atau instansi poli- tis semisal Dinas Kependudukan dan Capil. Juga termasuk didalamnya KPU.

  BPS sebagai lembaga resmi pemerintah yang memasok data, say- angnya menggunakan ‘data tetap’ seba- gai laporan, melalui Sensus periodik yang dilakukan 10 tahun sekali. Dengan pen- dekatan itu, umumnya data BPS menjadi out of date akibat terjadinya arus perger- akan kependudukan yang tinggi, dalam ketiga aspek, yakni fertilitas, mortalitas dan mobilitas penduduk. Dengan pen- dekatan itu, tidak heran pula jika data yang disajikan BPS, selalu tidak nyam- bung dengan kondisi kekinian. Dampakn- ya juga akan sama dengan data bergerak di atas, yang diolah dengan akurasi ren- dah, berupa kesalahan dalam pengam- bilan kebijakan terhadap masyarakat.

  Penduduk dan Pembangunan

  Dalam Rencana Jangka Panjang Nasional 2005-2025, Indonesia sesung- guhnya telah menempatkan kependudu- kan sebagai indikator kemajuan suatu bangsa. Ini menunjukkan bahwa pemer- intah sendiri mengakui pentingnya kependudukan dalam pembangunan.

  Namun, dengan laju pertumbu- han penduduk yang masih tinggi, diser- tai persebaran penduduk yang timpang, serta rendahnya kualitas penduduk, menunjukkan bahwa pembangunan kependudukan di Indonesia masih be- lum optimal. Peringkat Indeks Pem- bangunan Manusia (IPM) Indonesia yang hanya berada di urutan 124 dari 187 negara menunjukkan masih ren- dahnya kualitas penduduk Indonesia.

10 UTAMA

  11 UTAMA

  Apa pun argumennya, hal ini menunjuk- kan bahwa posisi relatif Indonesia me- mang masih di bawah 123 negara lain- nya. Bagaimanapun juga, kependudukan bersifat multidimensi karena terkait dengan berbagai aspek pembangunan.

  Mengabaikan isu kependudukan akan menciptakan konsekuensi terhadap pembangunan. Penduduk (orangnya) dan kependudukan (hal ihwal yang terkait penduduk) menjadi determinan (penentu) keberhasilan pembangunan.

  Tanpa pengendalian kelahiran yang memadai, laju pertumbuhan pen- duduk akan tinggi. Mengurangi makna dari pertumbuhan ekonomi. Fakta mem- perlihatkan pembangunan di Asia Timur dan Asia Tenggara dalam beberapa ta- hun terakhir sangat berhasil, dan ini tidak terlepas dari keberhasilan masing- masing pemerintahnya dalam mengen- dalikan ang ka kelahiran. Dampaknya, ukuran keluarga menjadi lebih kecil.

  Struktur penduduk menurut umur mengalami perubahan. Jumlah bayi dan penduduk usia muda dalam suatu keluarga berkurang. Anggota ke- luarga berusia produktif meningkat, beban setiap keluarga berkurang. Ber- dampak pada peningkatan kemampuan menabung penduduk yang lebih besar.

  Program Keluarga Berencana (KB) memang menekankan pada aspek pengendalian kelahiran, namun makna KB sesungguhnya jauh melampaui hal itu. KB bukan hanya sekadar kontrasep- si, tetapi juga mendorong peningkatan kualitas keluarga. Terkadang ada pen- dapat yang menyatakan bahwa banyak orang yang sanggup membiayai anak dalam jumlah yang banyak. Uang diarti- kan mampu memenuhi kebutuhan anak.

  Padahal, anak tidak sekadar membutuhkan uang, melainkan juga perhatian, waktu, dan kasih sayang. Oleh karenanya, KB harus dimaknai dengan filosofi yang benar, dan bukan sekadar pengendalian kelahiran. Mundurnya pro- gram KB nasional setelah otonomi dae- rah perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. KB tidak lagi menjadi ukuran kinerja pembangunan daerah.

  Padahal, kegagalan program KB tidak hanya berdampak terhadap lonja- kan penduduk saja, tetapi juga lambatnya peningkatan kualitas penduduk Indone- sia. Selain jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, kita juga perlu mencermati distribusi penduduk antarpulau yang tidak merata. Data menunjukkan bahwa ada keterkaitan yang erat antara distri- busi penduduk dan kontribusi ekonomi.

  Sebagai contoh, dari data BPS ta- hun 2010, Pulau Jawa, Madura, dan Bali yang dihuni hampir 60 persen penduduk Indonesia, ternyata menyumbangkan sekitar 62 persen perekonomian Indo- nesia. Demikian juga dengan Sumatra yang dihuni oleh sekitar 21 persen pen- duduk Indonesia, juga memiliki kon- tribusi ekonomi sebesar 21 persen ter- hadap perekonomian nasional. Papua, dengan penduduk 1,24 persen, meny- umbangkan ekonomi sebesar 1,28 pers- en terhadap perekonomian Indonesia.

  Ini memperlihatkan bahwa besaran aktifitas ekonomi serupa den- gan besaran jumlah penduduk. Data kependudukan harus menjadi basis bagi perencanaan pembangunan nasional maupun daerah. Setiap perencanaan sektoral harus menggunakan informasi tentang situasi kependudukan sebagai asumsi penyusunan perencanaan. Vari- abel kependudukan tidak hanya menjadi target dalam perencanaan pembangu- nan, melainkan juga sebagai asumsi pe- nyusunan perencanaan pembangunan.

  Sebagai contoh, dalam penyu- sunan APBD seharusnya berangkat dari asumsi jumlah, struktur, dan persebar an penduduk. Mungkin saja kita akan kagum dengan nilai nominal alokasi ang- garan kesehatan di suatu daerah. Namun kita tidak perlu terkejut jika ternyata setelah dibagi jumlah penduduk meng- hasilkan nilai yang kecil. Data penduduk seharusnya tidak hanya digunakan un- tuk keperluan pemilihan umum saja. Tidak hanya untuk keperluan memper- oleh dana alokasi umum saja. Tetapi leb- ih dari itu, data situasi kependudukan mencerminkan sebuah sinyal tentang apa yang dibutuhkan oleh penduduk.

  Tentang bagaimana strategi yang tepat, untuk menghasilkan pem- bangunan yang sesungguhnya. Dengan menjadikan penduduk sebagai sub- jek dan objek pembangunan. Sebagai subjek, penduduk harus berkualitas agar mampu berpartisipasi secara op- timal dalam pembangunan. Sebagai objek, penduduklah yang harus me- nerima manfaat pembangunan.

  Dengan jumlah penduduk Indo- nesia yang saat ini diperkirakan sudah mencapai 240 juta jiwa, Indonesia perlu segera menata kependudukannya secara serius. Data kependudukan tidak hanya dimaknai sebagai pelengkap profil ne- gara atau daerah saja. Tetapi harus men- jadi pijakan dasar dalam pembangunan.

  Kependudukan menjadi pe- nentu utama keberhasilan pemban- gunan, dan hasil pembangunan itu sendiri akan memengaruhi situasi kependudukan. Pengabaian terhadap isu kependudukan dapat menjadi "bom waktu" bagi generasi mendatang.

  Integrasi Dimensi Kependudukan Dan Perencanaan Pembangunan

  Pembangunan kependudukan adalah pembangunan sumberdaya manusia. Berbagai studi dan literatur memperli- hatkan bahwa kualitas sumberdaya ma- nusia memegang peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam jangka pendek in- vestasi dalm sumberdaya manusia me- mang nampak sebagai suatu upaya yang “sia-sia”. Naum dalam jangka panjang investasi tersebut justru mendorong pertumbuhan ekonomi. Johnson dan Lee (1987) melakukan analisis regresi ter- hadapa pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi pada 75 negara berkembang. Dua ukuran pertumbuhan ekonomi yang dipergunakan yaitu GNP pada tahun 1987 dan GNP per capita antara tauhun 1980–1987. pertumbu- han penduduk dibagi menjadi dua ba- gian yaitu pertumbuhan penduduk masa lalu yaitu pertumbuhan penduduk per tahun antara 1965–1980 dan pertumbu- han penduduk saat ini yaitu pertumbu- han penduduk per tahun antara tahun 1980–1987. pembagian ini dilakukan karena adanya dampak jangka pendek dan jangka panjang dari pertumbuhan penduduk itu terhadap pertumbuhan ekonomi. Studi tersebut menemukan hubungan bahwa pertumbuhan pen- duduk yang tinggi antara tahun 1980- 1987 berhubungan dengan rendahnya

  UTAMA

  GNP per kapita pada tahun 1987 dan juga berhubungan dengan rendahnya per- tumbuhan GNP antara tahun 1980–1987

  Demikian pula berbagai studi dan literatur memperlihatkan bahwa investasi dalam kesehatan dan pendidikan dalam jangka panjang berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Studi yang dilaku- kan oleh Rosenzwig (1988) misalnya mene- mukan hubungan positif sebesar 0.49 anta- ra enrollment rate sekolah dasar dari wanita usia 10–14 tahun terhadap peningkatan GNP per kapita. Demikian pula ditemukan hubungan positif sebesar 0.54 antara ting- kat melek huruf dengan pertumbuhan GNP per kapita. Studi tersebut dilakukan atas data makro dari 94 negara berkembang.

  Dalam hal mengintegrasikan di- mensi kependudukan dalam perencanaan pembangunan (baik nasional maupun daerah) maka manfaat paling mendasar yang diperoleh adalah besarnya hara- pan bahwa penduduk yang ada didae- rah tersebut menjadi pelaku pembangu- nan dan penikmat hasil pembangunan. Itu berarti pembangunan berwawasan kependudukan lebih berdampak besar pada peningkatan kesejahteraan pen- duduk secara keseluruhan dibanding den- gan orientasi pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth).

  Dalam pembangunan berwa- wasan kependudukan ada suatu jaminan akan berlangsung proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan berwawasan kependudukan menekankan pada pem- bangunan lokal, perencanaan berasal dari bawah(bottom up planning), disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat lokal, dan yang lebih penting adalah melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan.

  Sebaliknya orientasi pemban- gunan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan membawa pada peningkatan ketimpangan pendapatan. Industrialisasi dan liberalisasi yang terlalu cepat memang akan meningkatkan efisiensi dan produk- tivitas namun sekaligus juga meningkatkan pengangguran dan setengah menganggur. Sebagaimana yang terlihat selam ini di In- donesia. Demikian pula dalam pertumbu- han (growth) ada yang dinamakan dengan ‘limit to growth’. Konsep ini mengacu pada kenyataan bahwa suatu pertumbuhan ada batasnya. Jika batas dari terlampaui maka yang kemudian terjadi adalah terjadinya

  ‘pemusnahan’ atas hasil-hasil pembangu- nan tersebut. Nampaknya ini yang sedang berlangsung di Indonesia dengan ter- jadinya krisis ekonomi sekarang ini. Jika diingat beberapa tahun yang lalu selalu ada peringatan bahwa perekonomian kita ter- lalu memanas dan lain sebagainya. Itu tidak lain adalah kata lain bahwa pertumbuhan ekonomi kita sedang memasuki apa yang disebut dengan “limit to growth’. Bnahwa pertumbuhan ekonomi tersebut tidak da- pat dipacu lebih tinggi lagi dengan meli- hat pada kondisi fundamental yang ada.

  Ada beberapa kritik lagi yang ditujukan kepada konsep pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan, yaitu: (1) prakasa biasanya dimulai dari pusat dalam bentuk rencana formal; (2) proses penyusunan program bersifat statis dan didominasi oleh pendapat pakar dan teknokrat; (3) teknologi yang digunakan biasanya bersifat ‘scientific’ dan bersum- ber dari luar; (4) mekanisme kelembagaan bersifat ‘top-down’; (5) pertumbuhannya cepat namun bersifat mekanistik; (6) or- ganisatornya adalah para pakar spesialis; dan (7) orintasinya adalah bagaimana me- nyelesaikan program/proyek secara cepat sehingga mampu menghasilkan pertumbu- han. Dengan melihat pada kreteria di atas nampak bahwa peranan penduduk lokal dalam proses pembangunan sangat sedikit.

  Kritik para ahli terhadap orientasi pembangunan yang mengutamakan pada pertumbuhan tersebut telah berlangsung pada paruh waktu pertama tahun 1980- an. Para cendekiawan dari MIT dan Club of Rome pada kurun waktu tersebut secara gencar mengkritik orientasi pembangunan ekonomi tersebut. Dari berbagai kajian dan diskusi tersebut kemudian munculah pers- pektif pembangunan yang kemudian dike- nal dengan konsep pembangunan berkelan- jutan (sustainable development). Konsep pembangunan berkelanjutan dapat didefin- isikan sebagai pembangunan utuk memen- uhi kebutuhan pada saat ini tanpa mengor- bankan kebutuhan generasi mendatang. Dalam konsep pembangunan berkelan- jutan secara implisit terkandung makna pentingnya memperhatikan aspek pen- duduk dalam pelaksanaan pembangunan.

  Pembangunan berwawasan kependudukan menurut pada strategi pem- bangunan yang bersifat ‘bottom-up plan- ning’. Melalui pendekatan ini, tujuan utama seluruh proses pemabngunan adalah lebih memeratakan kesejahteraan penduduk dar- ipada mementingkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Karena itu pendekatan ‘bottom- up’ berupaya mengoptimalkan penyebaran sumberdaya yang dimiliki dan potensial ke seluruh wilayah dan membangun sesuai dengan potensi dan masalah khusus yang dihadapi oleh daerah masing-masing.

  Saat ini banyak pemerintah di negara-negara berkembang mengikuti al- iran ‘bottom-up planning’ dengan mak- sud lebih menyeimbangkan pelaksanaan pemabngunan, dalam arti memanfaatkan ruang dan sumberdaya secara lebih efisien. Pendekatanbottom-up mengisyaratkan kebebasan daerah atau wilayah untuk me- rencanakan pembangunan sendiri sesuai dengan keperluan dan keadaan daerah masing-masing. Oleh karena itu otonomi yang seluas-luasnya perlu diberikan ke- pada masing-masing daerah agar mampu mengatur dan menjalankan berbagai kebi- jaksanaan yang dirumuskan sendiri guna peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah atau kawasan yang bersangkutan. Melalui otonomi daerah, yang berarti ada- lah desentralisasi pembangunan, maka laju pertumbuhan antar daerah akan semakin seimbang dan serasi, sehingga pelaksanaan pembangunan nasional serta hasil-hasilnya semakin merata di seluruh Indonesia.

  Beberapa kata kunci yang perlu diberikan penekanan pada pemabngunan daerah adalah (1) pembangunan daerah disesuaikan dengan prioritas dan potensi masing-masing daerah, dan (2) adanya keseimbangan pemabngunan antar dae- rah. Kata kunci pertamamengandung makna pada kesadaran pemerintah untuk melakukan desentralisasi pemabngunan terutama berkaitan dengan beberapa sek- tor pembangunan yang dipandang sudah mampu dilaksanakan di daerah masing- masing, berarti pengambilan keputusan pembangunan berada pada tingkat daerah.

  Kata kunci kedua mengand- ung makna adanya kenyataan bahwa masing-masing daerah memiliki potensi, baik alam, sumberdaya manusia mau- pun kondisi geografis yang berbeda-beda, yang menyebabkan ada daerah yang me- miliki potensi untuk berkembang secara cepat. Sebaliknya ada pula daerah yang kurang dapat berkembang karwena berba- gai keterbatasan yang dimilikinya. Adanya

  13 UTAMA

  perbedaan potensi antar daerah ini menyebabkan peran pemerintah pusat sebagai ‘pengatur kebijaksanaan pema- bngunan nasional’ tetap diperlukan agar timbul keselarasan, keseimbangan dan keserasian perkembangan semua dae- rah. Baik yang memiliki potensi yang berlebihan maupun yang kurang memi- liki potensi. Dengan demikian, melalui otonomi dalam pengaturan pendapatan, sistem pajak, keamanan warga, sistem perbankan, dan berbagai pengaturan lain yang diputuskan daerah sendiri, pemabngunan setemapat dijalankan.

  Ada beberapa ciri kependudu- kan Indonesia dimasa depan yang harus dicermati dengan benar oleh para per- encana pembangunan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Be- berapa ciri tersebut antara lain adalah:

  1. Penduduk Dimasa Depan Akan Se- makin Tinggi Pendidikannya. Penduduk yang makin berpendidikan dan sehat akan membentuk sumber daya ma- nusia yang makin produktif. Tantan- gannya adalah menciptakan lapangan kerja yang memadai. Sebab bila tidak, jumlah penganggur yang makin ber- pendidikan akan bertambah. Keadaan ini dengan sendirinya merupakan pem- borosan terhadap investasi nasional. Karena sebagian besar dana tercurah dalam sektor pendidikan, disamp- ing kemungkinan terjadinya implikasi sosial lainnya yang mungkin timbul.

  2. Penduduk Yang Makin Sehat Dan Angka Harapan Hidup Naik. Usia hara- pan hidup yang tinggi dan jumlah pen- duduk lanjut semakin besar akan juga menuntut kebijaksanaan-kebijaksan- aan yang serasi dan sesuai dengan pe- rubahan tersebut. Suatu tantangan pula untuk dapat memanfaatkan pan- duduk usia lanjut yang masih poten- sial agar dapat dimanfaatkan sesuai pengetahuan dan pengalamannya.

  3. Penduduk Akan Bergeser Ke Usia Yang Lebih Tua. Pada saat ini di Indo- nesia telah terjadi proses transisi umur penduduk Indonesia dari penduduk muda ke pensusuk tua (ageing process).

  Pergeseran struktur umur muda ke umur tua produktif akan membawa konsekue- nsi peningkatan pelayanan pendidikan terutama pendidikan tinggi dan kesem- patan kerja. Sedang pergeseran struktur umur produktif ke umur tua pada akh- irnya akan mempunyai dampak terha- dap persoalan penyantunan penduduk usia lanjut. Bersamaan dengan peruba- han sosial ekonomi diperkirakan akan terjadi pergeseran pola penyantunan usia lanjut dari keluarga kepada institu- si. Apabila hal ini terjadi, maka tanggung jawab pemerintah akan semakin berat.

  4. Penduduk Yang Tinggal di Perko- taan Semakin Banyak. Seiring dengan peningkatan status sosial ekonomi masyarakat, presentase penduduk yang tinggal diperkotaan meningkat dari ta- hun ke tahun. Masalah urbanisasi akan menjadi masalah yang semakin menin- jol. Penduduk perkotaan akan bertam- bah terus sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Dengan demikian, tuntu- tan fasilitas perkotaan akan bertambah pula. Tambahan volume fasilitas perko- taan akan sangat berpengaruh terha- dap keadaan dan perkembangan fisik kota yang bersangkutan. Meningkatnya sarana perhubungan dan komunikasi antar daerah, termasuk di daerah per- desaan, menyebabkan orang dari per- desaan tidak perlu lagi melakukan mi- grasi dan berdiam di daerah perkotaan. Mereka cukup menuju daerah perkotaan manakala diperlukan. Hal ini dapat di- lakukan dalam kurun waktu harian, mingguan, bahkan bulanan. Dengan se- makin berkembangnya sarana trans- portasi dan komunikasi, pola mobilitas penduduk seperti itu akan semakin ban- yak dilakukan, sementara migrasi per- manen cenderung akan makin menurun.

  5. Jumlah Rumahtangga akan Mening- kat namun Ukurannya Makin Kecil. Pe- rubahan pola kelahiran dan kematian akan berpengaruh pada struktur rumah- tangga. Dimasa depan ukuran rumah- tangga akan semakin mengecil, namun jumlahnya akan semakin banyak. Den- gan makin sedikitnya jumlah anak yang dimiliki dan disertai dengan peningka- tan kesehatan penduduk, seiring tingkat pendidikan dan keterampilan yang lebih baik, memberikan kesempatan pula bagi individu maupun keluarga untuk mel- akukan mobilitas kedaerah lain. Apalagi bilamana otonomi daerah dilaksana- kan sesuai aturan dan keperluannya. 6. intensitas Mobilitas Penduduk Yang Makin Tinggi. Mobilitas penduduk yang makin tinggi baik secara internal mau- pun internasional menuntut jaringan prasarana yang makin baik dan luas.

  Selain itu akan membawa kepada per- geseran norma-norma masyarakat, sep- erti ikatan keluarga dan kekerabatan. Kesemuanya ini dapat membawa damp- ak yang berjangka panjang terhadap perubahan sosial budaya masyarakat.

  7. Masih Tingginya Pertumbuhan Ang- katan Kerja. Sejalan dengan pertumbu- han penduduk yang tinggi, maka laju per- tumbuhan angkatan kerjanya pun cukup tinggi. Permasalahan yang ditimbulkan oleh besarnya jumlah dan pertumbuhan angkatan kerja tersebut disatu pihak menuntut kesempatan kerja yang lebih besar. Dipihak lain menuntut pembinaan angkatan kerja itu sendiri agar mampu menghasilkan keluaran yang lebih ting- gi sebagai prasyarat untuk memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas.

  8. Terjadi Perubahan Lapangan Kerja. Sejalan dengan perkembangan ekono- mi dan bersifat primer, seperti perta- nian, pertambangan, menuju lapangan pekerjaan sekunder atau bangunan.

  Lalu pada akhirnya akan menuju lapa- ngan kerja tersier atau sektor jasa. Berbagai ciri dan fenomena diatas su- dah sepantasnya diamati secara sek- sama, dalam rangka menetapkan al- ternatif kebijaksanaan selanjutnya.

  Penutup

  Dalam perspektif demikian, data kependudukan menjadi penting bila di- hadapkan dengan berbagai persoalan kebangsaan di masa mendatang. Potensi penduduk yang besar jika tidak dikelo- la dengan baik, akan menimbulkan masalah besar, bagi bangsa Indonesia. Ketersediaan data kependudukan yang akurat menjadi persoalan utama untuk bisa menciptakan pembangu- nan berbasis penduduk. Dengan data akurat, persebaran hasil pembangunan akan kian baik dan mampu meredam ketidak puasan sosial yang dapat memicu terjadinya berbagai kerusuhan. Diperlukan sebuah lembaga yang khusus mengelola data kependudukan untuk menjaga akurasinya, sebagai bahan infor- masi pemngambilan kebijakan yang ter- ukur dan valid dalam rangka proses pem- erataan hasil-hasil pembangunan. Abdul Khalik (Diolah dari berbagai sumber)

  UTAMA

Fakta Perbedaan Data Penduduk T.Tinggi Di Tiga Instansi

  Selisih data kependudukan dari tiga intansi itu , khususnya yang beru- sia 17 tahun ke atas, berhak punya KTP dan berhak memilih, cukup signifikan.

  KPU Tebingtinggi juga, kata dia, akan memberikan salinan DPS kepada parpol yang menjadi peserta Pemilu Legislatif untuk mengetahui nama-nama pemilih dari parpol yang bersangkutan. Data yang disampaikan KPUD kota Tebingtinggi ini berbeda dari tahun ke tahun serta data tetap yang dilansir BPS kota Tebingtinggi. Misalnya, pada Pilkada 2011 tercatat pemilih hanya 120 ribu lebih. Sedangkan dari Sensus BPS 2010, jumlah pemilih diperkira- kan hanya berkisar 102 ribu jiwa saja.

  Ditegaskannya, Parpol pe- serta Pileg harus ikut pro aktif untuk mengecek nama masyarakat yang sudah diklaim sebagai peserta pemilih dari parpol yang bersangkutan. Diutarakan- nya, seandainya nanti ada masyarakat tidak terdaftar dalam DPT yang akan diumumkan KPU secara nasional 23 September 2013, maka tetap dapat dii- kutkan menjadi pemilih pada Pileg 9 April 2014. Artinya, KPU tetap men- gakomodir seluruh masyarakat untuk memilih asalkan memenuhi persyara- tan, misalnya sudah berusia 17 tahun.

  Hal ini disampaikan Wal Ashri, belum lama ini. "Ya kita sudah mengu- mumkan DPS Pileg Kota Tebingtinggi sampai 24 Juli 2013. Jika ada warga masyarakat yang belum tercantum namanya di DPS agar segera mem- beritahukan ataupun melaporkan- nya ke KPU atau PPS setempat," je- lasnya, sembari menyebutkan KPU Tebingtinggi telah memberikan sofcopy DPS kepada Parpol tingkat kecamatan.

  Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Tebingtinggi Wal Ashri, SP, MM, mengatakan daftar pe- milih sementara (DPS) Pemilu legis- latif (Pileg) di Kota Tebingtinggi ber- jumlah 126.434 pemilih yang tersebar di 405 TPS (tempat pemungutan su- ara). DPS tersebut diumumkan mulai 11 - 24 Juli 2013 untuk selanjutnya ditetapkan sebagai DPT (daftar pe- milih tetap) pada 23 September 2013.

  Pemilih Pileg Di T.Tinggi 126.434 Jiwa

  Kelang setahun kemudian, KPUD kota Tebingtinggi melakukan pendataan kembali dalam rangka Pemilu 2014. Has- il dari pendataan lembaga penyeleng- gara demokrasi itu, ternyata berbeda lagi dari tahun sebelumnya. Ada pertam- bahan penduduk mencapai sekira 7 ribu jiwa lebih. Persoalannya, hasil pendataan itu mematok pemilih mencapai 126.434 jiwa dari sebelumnya 119.355 jiwa pe- milih Pilkada 2011. Inilah fakt pertum- buhan penduduk yang tinggi dalam dua tahun terakhir di kota Tebingtinggi.

  Di mana data BPS hanya 98-99 ribu jiwa, tapi Disdukcapil mencapai 100.585 yang jika ditambah yang belum terdaftar 2 ribu jiwa menjadi 102.585, sedangkan data KPUD mencapai 119.355 pemilih. Artinya rata-rata selisih masing-masing instansi mencapai 4 ribu jiwa hingga 19 ribu jiwa.

  Ketua KPUD Wal Ashri, SP, MM, mengin- formasikan data pemilih untuk Pilgubsu 2013 mencapai 119.355 pemilih. Data awal itu berdasarkan DPT Pilkada kota Tebingtinggi 2010 mencapai 113 ribu lebih pemilih. Kemudian diperbarui oleh petugas pendata daftar pemilih (PPDP) di setiap lingkungan. Dari data itu, hanya dalam tempo dua tahun terdapat pertam- bahan penduduk kota Tebingtinggi yang berhakmemilih mencapai 6 ribu jiwa.

  Akurasi dan validasi data, inilah kunci awal suksesnya sebuah penyelenggaraan kebijakan yang akan diluncurkan pemerintah, mulai dari pusat hingga daerah. Jika akur- asi data yang dimiliki lemah, maka dampaknya akan sangat luar biasa bagi pemerintah itu sendiri. Bah- kan, bisa menimbulkan prasangka di banyak kalangan yang punya kepent- ingan terhadap data dimaksud.

  Terkait itu, data pemilih di KPUD kota Tebingtinggi, juga menun- jukkan adanya perbedaan signifikan.

  Pun begitu, salah seorang Ca- mat mengakui sisa warga yang belum terdaftar e-KTP validitasnya diragukan. Pada salah satu kecamatan misalnya, terdapat 1.600 warga belum terdaf- tar. Namun, diperkirakan hanya sekira 600 jiwa saja secara faktual data itu ada, selebihnya tidak ada. “Dari jum- lah 6.000 itu, paling yang memang ada hanya 2.000 saja lah,” ujar Camat yang minta namanya tak dimuat. Tapi diakui, menghilangkan data penduduk merupa- kan pelanggaran UU No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

  Berbeda dengan jumlah data BPS itu, Disdukcapil kota Tebingtinggi justru memiliki data jumlah penduduk yang berhak memiliki KTP atau berusia 17 tahun ke atas, sementara ini men- capai 100.585 jiwa. Data itu diperoleh dari hasil pendataan KTP elektronik yang kini tengah dilaksanakan. Dari data itu, masih pula tersisa 6.000 lebih penduduk yang belum mendaftar atau didaftar mengurus e-KTP. Kemudian, jika digabungkan keseluruhan data yang terdaftar dan belum terdaftar ada 107 ribu lebih warga berusia 17 ta- hun ke atas di kota itu. Jika dibanding dengan data BPS dalam kisaran 98-99 ribu, terdapat selisih mencapai 8-9 ribu jiwa penduduk usia 17 tahun ke atas.

  Ditambahkan, jumlah pen- duduk yang berusia 17 tahun ke atas dan berhak memiliki KTP serta memilih hanya dalam kisaran 98-99 ribu jiwa saja. Karena pada SP 2010 jumlah pen- duduk usia 17 tahun ke atas mencapai 96 ribu jiwa. Diterangkan, metode pen- gumpulan data penduduk, dilakukan BPS dengan cara door to door menger- ahkan pencacah langsung ke rumah penduduk. Bahkan, guna mendukung validitas data, pendataan dilakukan den- gan jadwal pendataan (time light) yang ketat. “Kami mendata hanya 1 bulan menjaga akurasinya,” tegas Ka BPS itu.