Konduksi, Konveksi dan Radiasi
Konduksi, Konveksi dan Radiasi Perpindahan Panas
Kegunaan Ilmu Perpindahan Panas
Fenomena
1. Jika kita perhatikan pengendara sepeda motor di jalan raya, biasanya kebanyakan dari antara mereka menggunakan jaket atau sweater.
2. Ketika udara cukup dingin kita juga biasa menggunakan jaket, kaki harus dibungkus dengan kaos
3. Katanya kalau kita tidur di lantai ubin atau lantai keramik tanpa menggunakan kasur atau selimut, katanya bisa cepat sakit
Mekanisme Perpindahan Panas
Konduktifitas Thermal
Tetapan kesebandingan (k) adalah sifat fisik bahan atau material yang disebut konduktivitas termal. Persamaan diatas merupakan persamaan dasar tentang konduktivitas termal. Berdasarkan rumusan itu maka dapatlah dilaksanakan pengukuran dalam percobaan untuk menentukan konduktifitas termal berbagai bahan. Pada umumnya konduktivitas termal itu sangat tergantung pada suhu.
Konduktivitas thermal berbagai
bahan pada suhu 0CContoh Konduksi
qc hc Ts
Macam-Macam Konveksi
Contoh Radiasi
Contoh soal
1. Salah satu permukaan sebuah plat tembaga yang
tebalnya 5 cm mempunyai suhu tetap 380C,sedangkan suhu permukaan yg sebelah lagi di
jaga 95C. Berapa kalor yang berpindah melintasi lempeng tersebut (Konduktivitas thermal tembaga 370 W/ m C)2. Udara pada suhu 23C bertiup diatas plat panas berukuran (60x80) cm. Suhu plat dijaga tetap 300C. Koofesien perpindahan kalor konveksi adalah 20 W/m C. Hitung berapa nilai perpindahan kalornya.
3. Plat A dan Plat B merupakan dua plat tak
berhingga. Suhu plat A adalah 700 C dan suhu
plat B 450 C. Pada kedua plat tersebut saling terjadi perpindahan kalor secara radiasi. Hitung perpindahan kalor netto persatuan luas!4. Jika plat pada contoh no 2 mempunyai konduktifitas thermal 73 W/m C dengan tebal 3 cm, dan kehilangan panas dari permukaan plat karena radiasi adalah 350 W, hitung suhu sisi plat bagian dalam!
Perhitungan kecepatan linear parang untuk mencacah tandan sawit dirumuskan:
V = S/t
V = kecepatan linear (m/s) S = jarak (m) t = waktu (detik)
Besarnya kecepatan linear parang untuk mencacah dipakai sebagai acuan besarnya kecepatan linear pisau pencacah yang akan didesain:
Vpisau pencacah = Vparang V = ω. R ω = V/R
F = P/V
Dimana: F =gaya (Newton) P = Daya (Watt) V = Kecepatan (m/detik)
Jika gaya tersebut bekerja pada luasan bidang potong (As) tertentu, maka gaya tersebut adalah gaya geser sedangkan besarnya tegangan geser untuk memotong dapat dihitung dengan persamaan:
τ = F/ As
Dimana: 2 )
τ = tegangan geser (N/m 2 As = luas bidang potong (m ) Pada alat yang dirancang, berapa luas pemotongannya (As-alat), maka gaya yang bekerja adalah:
F = rancangan τ. A s-alat F = gaya rancangan alat (N)
rancangan = tegangan geser (N/m ) 2 As-alat = luas pemotongan (m ) τ 2
Besarnya daya yang diperlukan adalah: =
P F rancangan rancangan (N) x r (m) x 2 . π . RPM / ( 60 x 735 ) Daya rancangan (HP), r adalah jari-jari pisau pencacah. Angka 735 adalah angka konversi satuan, 1 HP = 735 watt
Daya motor listrik penggerak pisau pencacah adalah
sebesar:Daya motor listrik = Daya rancangan / η
Dengan η adalah efisiensi penerusan daya dari motor listrik ke poros pisau pencacah
Contoh Soal: Dari perhitungan manual pencacahan tandan kosong sawit diketahui jarak ayunan parang 27 cm, diameter bidang potong nya 8 cm, dengan waktu pencacahan satu tandan sawit adalah 1 menit. Setelah mencacah, denyut nadi orang yg mencacah dihitung sebesar 110 beats/min. Diameter pisau yg akan dirancang 20 cm. Berapa daya rancangan jika rpm-nya di naikan 12 kali rpm manual.
Langka Penyelesaian 1.
V 2. Daya Manual (Tabel Christensen) 3.
Kecepatan sudut dan RPM 4. Rpm-rancangan
5. F manual 6.
As (luas bidang potong) 7. Tegangan geser 8.
As-alat 9. F-rancangan 10. P-rancangan
Konduksi Tunak
Satu Dimensi
Bilamana konduktivitas thermal bahan tetap, tebal
dinding adalah dan T adalah suhu ∆x, sedang T 1 2permukaan dinding seperti terlihat pada gambar
berikut :Profil Suhu q T 1 T 2 q x
∆x
Jika dalam sistem tersebut terdapat lebih dari satu
macam bahan, dan terdiri dari beberapa lapis dinding
seperti terlihat pada gambar berikut :A q q
A B C
4
1 2 3 Aliran kalor dapat dituliskan :
Laju perpindahan kalor dapat dipandang sebagai aliran, dapat ditulis: =
ℎ
T ), sedangkan untuk tahanan termal dapat dihitung melalui perbandingan
beda potensial termal dapat dihitung melalui selisih panas yang terjadi (T – ketebalan dinding terhadap perkalian konduktivitas termal dengan luas 2 1 perpindahan panas , ∆ .−
1
2
= .
∆
A K x A K x
A K x C C B B A A .
; . ; .
Jika terdiri dari beberapa lapis dinding
C C B B A x T TA K x T T A K T T
A K q
3 4 2 3 A 1 2 x
A K x A K x
A K x T T q
C C B B A A . . . 4 1
Analogi Listrik R T 1 T 2
= ∆ .
Maka Nilai Resitensinya dapat dihitung Jika terdiri dari beberapa lapis dinding q R R R A B C
x x C
A x
B K . A C K . A A K . A B
Analogi listrik digunakan untuk mempermudah memecahkan
soal-soal yang rumit baik yang seri maupun paralel.
Persamaan aliran kalor satu dimensi dapat juga dituliskan
sebagai berikut apabila kasusnya seperti pada gambar
berikut ini:B F q q C
A E G D 1 2 3 4 5
T m enyeluruh q
R th Contoh Soal
pada sisi yang berhubungan dengan ruang panas adalah 400 . Sedangkan
Suatu dinding datar dari baja dipakai untuk menyekat ruang panas. Suhu baja
odengan isolasi asbes setebal 0,03 m. Suhu dindung asbes sebelah luar adalah
tebal baja adalah 0,06 m. Pada sisi luar, dinding baja tersebut masih dilapisi
asbes berturut-turut adalah 19 dan 0,2 . Hitung laju aliran
90 o C. Luas perpindahan panas adalah 25 m . Konduktivitas termal baja dan 2 Τ Τ panas (KW) ! .° .°
Konduksi Tunak Pada
SelinderSistem Silinder - Radial Mari kita tinjau suatu silinder panjang dengan jari-jari dalam r , jari-jari luar r dan panjang L o i q r r o i L Dimana silinder ini mengalami beda suhu Ti dengan diameternya, dapat diandaikan bahwa aliran silinder yang panjangnya sangat besar dibandingkan – To. Untuk kalor berlangsung menurut arah radial.
Maka laju aliran panas yang terjadi dapat kita tuliskan : dT q KA Dimana : dr Maka : A = 2ПrL
Dengan kondisi batas : dT T = Ti pada r = ri q rlK
2 T = T pada r = r o o
dr
Bila persamaan diatas diintegralkan didapat :
i o q Ln r / r
o i Dan tahanan thermal disini adalah :
Ln r r /
o i R th KL
2 Analogi Listriknya: Maka:
−
Ln r r /
= − o i ൗ
R th KL
2. . .
2 Pada sistem silinder 3 lapis
=
ൗ 2 1 2. . .
=
ൗ 3 2 2. . .
=
ൗ 4 3 2. . .
=
1
−
4
1
1 − .......................(4.1)
=
ℎ
Dengan suhu dinding dalam adalah Ti dan suhu dinding luar adalah To, maka
4. . besarnya laju aliran kalor adalah :− .............................(4.2)
=
ℎ Contoh Soal
1. Silinder baja karbon dengan konduktifitas termal 43 mempunyai jari-
jari dalam 2 cm, jari-jari luar 4 cm, dan panjang 10 m. Suhu dinding dalam o Τ .° o kalor yang mengalir pada silinder tersebut ! adalah 400 C, sedangkan suhu dinding luar adalah 100 C. Hitunglah laju
2. Sebuah tabung berdinding tebal terbuat dari baja tahan karat dengan
konduktivitar termal 19 dengan jari-jari dalam 3 cm dan jari-jari luar 5 cm. Tabung tersebut dibalut dengan isolasi asbes setebal 2 cm (k =0,2 Τ .° o ). Jika suhu dinding dalam pipa tersebut 500 C dan suhu dinding luar isolasi 100 Τ .° o C, hitung laju kalor yang mengalir tiap 1 m panjang tabung ! (W/m)3. Tangki berberntuk bola yang terbuat dari baja memiliki konduktivitas termal
(k) 19 dengan jari-jari dalam (ri) 30 cm dan jari-jari luar (ro) 32 cm.
Tangki tersebut berisi zat cair panas sehingga suhu dinding tangki bagian
Τ .° laju aliran kalor !dalam (Ti)menjadi 80 oC dan suhu tangki bagian luar (To) 30oC. Hitunglah
Langkah-langkah pemilihan sabuk dan
puli1. Tentukan:
a. Daya yang akan ditransmisikan P (kW)
b. Putaran poros n (rpm)
1
c. Perbandingan putaran (i) n /n = D /d
1 2 p p
n = rpm yang dikehendaki
2
d. Jarak sumbu poros C (mm), prediksi Berdasarkan penggerak dan jumlah jam kerja tiap hari.
3. Daya rencana (P )
d
4. Momen Rencana (T) (kg.mm)
5. Poros
a. Bahan poros FC = baja cor kelabu SC = baja karbon cor SF =baja karbon tempa
2
b. Kekuatan tarik, ) σB (kg/mm
c. Faktor keamanan (sf )
1 d. Faktor kekasaran (sf )
2
2
e. Tegangan geser, ) σa (kg/mm g. Faktor lenturan (cb)
f. Faktor tumbukan (kt)
6. Perhitungan poros
9. Diameter Lingkaran
a. Jarak bagi puli d dan D (mm)
p p
d = diameter nominal minimal
p
D = d * i
p p
b. Diameter luar puli d dan D (mm)
k k
d = d + (2*(0,5*tinggi belt))
k p
D = D + (2* (0,5* tinggi belt)
k p
c. Diameter naf atau bos (mm) d + 10 ≥ 5/3 d
B s1
D + 10 ≥ 5/3 d
B s2
10. Kecepatan sabuk, v (m/s)
1
n )/(60*1000) v = (π d p
11. Validasi v ≤ 30 m/s Jika besar dari 30 m/s kembali ke pemilihan penampang sabuk
12. Validasi C -1/2 (dk +Dk) > 0
Jika kecil dari 0 kembali ke pemilihan penampang sabuk
13. Pemilihan sabuk-V (standar atau sempit), Kapasitas
daya transmisi dari satu sabuk, Po (kW)---Interpolasi14. Perhitungan panjang keliling, L (mm)
2
- –d
p p p p
- D ) +1/4C (D ) L=2C+π/2 (d
15. Nomor nominal dan panjang sabuk dalam perdagangan
- ––Tabel
16. Jarak sumbu poros, C (mm)
17. Sudut Kontak ( θ) dan Faktor Koreksi (K
θ
) Faktor Koreksi (K
θ
)
18. Jumlah sabuk, N N = P /P K
d o θ
19. Daerah penyetelan jarak poros dan ΔC ΔC
i t
Contoh Soal
Sebuah kompresor kecil digerakan oleh sebuah motor listrik dengan daya 3,7 kW, 4 katup, 1450 rpm dan diameter poros 25 mm. Diameter poros dan putaran kompresor yg dikehendaki 30 mm dan 870 rpm. Kompresor bekerja selama 8 jam/ hari. Carilah sabuk V dan puli yg sesuai Note:
2 Bahan poros S30C-D,
σB = 58 kg/mm
Konveksi dengan
Analogi Tahanan
Listrik
Permukaan dinding dengan suhu T akan melepaskan kalor ke lingkungan
dengan suhu T Wpada luas permukaan dinding dan koefisien perpindahan panas konveksi,
∞, yang besarnya laju aliran panas tersebut juga bergantung dengan rumus : ..............(5.1)= ℎ. − Dengan analogi tahanan listrik, maka persamaan (5.1) dapat dituliskan ∞
sebagai berikut : −
∞ ............................(5.2)
=
h = koefisien perpindahan panas konveksi q = laju aliran panas (W) 2 A = luas perpindahan panas (m ) 2 Τ .° T Tw = suhu permukaan dinding ( o C) o C) ∞ = suhu lingkungan atau fluida (
Contoh o
2 2 Τ perpindahan kalor !
.° Logika If
Dua bentuk pernyataan IF 1)IF…….THEN 2)
IF…….THEN……ELSE 1)
IF ……THEN….
IF ekspresi THEN pernyataan
- ekspresi menghasilkan nilai Boolean. Jika ekspresi
bernilai true maka pernyataan akan diesekusi, sebaliknya
jika ekspresinya bernilai False, maka pernyataan tidakdiesekusi.penulisan ekspresi dapat bermacam2, biasanya
menggunakan operator rasioanl (>, <, >=, <=) - if J >0 then Result:=I/J;
IF ekspresi THEN pernyataan 1 ELSE pernyataan 2
Ekspresi menghasilkan nilai Boolean jika ekspresi
bernialai True maka pernyataan 1 diesekusi; sebaliknya jika ekspresi bernilai Falsemaka yg diesekusi pernyataan 2: Contoh If J=0 then Exit Else Result:= I/j;Jika beberapa statement terstruktur:
If J>0 then Begin
Result:= I/J Count:=Count + 1;
End Else if Count = Last then
Done:=True Else exit Note: diantra then dan else tidak diberi tanda titik koma
Contoh : Aplikasi Predikat
kelulusan Nrata =(Nteori+Npraktek)/2Nilai Rata-Rata Predikat <5 jelek <6 Kurang <7 Cukup <8 Baik
>=8 memuaskan
Komponen Properti Setting
Form Caption Predikat Kelulusan
Name frmPredikat Label1 Caption Nama Siswa Label2 Caption Niali teori Label3 Caption Nilai Praktek Label4 Caption Nilai Rata-rata Label5 Caption Kelulusan Label6 Caption predikat Edit1 name edNama Edit2 name edNToeri text (kosongkan) text (kosongkan) Edit3 name edNPraktek text (kosongkan) Edit4 name edNRata Edit5 name edKelulusan text (kosongkan) text (kosongkan) Edit6 name edPredikat text (kosongkan) Button1 Caption &proses Name btProses
procedureTfrmPredikat.btProsesClick(Sender:Tobject)
var List Program NT:=StrToFloat(edNTeori.Text); Kel,Pred:String; NT,NP,Nrata:Real; If Nrata>=6 Then Kel Nrata:= (NT+NP)/2 NP:=StrToFloat(edNpraktek.Text); If Nrata<5 Then Pred :=‘Lulus’Else Kel:=‘Tidak Lulus’; Else If Nrata<6 Then Pred :=‘Jelek’ If Nrata<7 Then Pred else :=‘Kurang’ If Nrata<8 Then Pred Else :=‘Cukup’ Else Pred :=‘Baik’ edKelulusan.Text:=Kel; edNRata.Text:=FloatToStr(NRata); :=‘Memuaskan’; edPredikat.Text:=Pred;PEMILIHAN RANTAI DAN SPROKET Rantai transmisi daya biasanya dipergunakan dimana jarak poros lebih besar dari pada transmisi roda gigi tetapi lebih pendek dari pada transmisi sabuk.
Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip, jadi menjamin perbandingan putaran tetap. Keuntungan Rantai
Kelemahan Rantai
JENIS RANTAI
Langkah-langkah pemilihan sproket
dan rantai1. Tentukan:
a. Daya yang akan ditransmisikan P (kW)
b. Putaran poros n (rpm)
1
c. Perbandingan putaran (i) n /n = D /d
1 2 p p
n = rpm yang dikehendaki
2
d. Jarak sumbu poros C (mm), prediksi
3. Daya rencana (P )
d
4. Momen Rencana (T) (kg.mm)
5. Poros
a. Bahan poros
2
b. Kekuatan tarik, ) σB (kg/mm
c. Faktor keamanan (sf )
1
d. Faktor kekasaran (sf )
2
2
e. Tegangan geser, ) σa (kg/mm
f. Faktor tumbukan (kt)
g. Faktor lenturan (cb)
6. Perhitungan poros
7. Pemilihan sementara jumlah rangkaian
a. Nomor rantai
b. Jarak bagi p (mm)
c. Batas kekuatan rata-rata Fb (kg)
d. Beban maksimum yang diizinkan Fu (kg)
e. Jumlah gigi sproket kecil z1
Ukuran rantai
8 a. Jumlah gigi sproket besar z2 Z2 = (n1/n2)*z1
b. Diameter jarak bagi sproket kecil dp (mm)
c. Diameter jarak bagi sproket besar, Dp (mm)
d. Diameter luar sproket kecil, dk (mm)
e. Diameter luar sproket besar, Dk (mm)
f. Diameter naf maksimum sproket kecil dbmax (mm) dan sproket besar Dbmax (mm) b. Nilai C
a. Nilai v < 4 -10 m/s p: jarak bagi rantai (mm) z1: jumlah sproket kecil, dalam hal reduksi putaran n1: putaran sporoket kecil, dalam hal reduksi putaran
- – dk +Dk/2 > 0
c. Nilai L c
- – dk +Dk/2 > 200
10. Beban yg bekerja pada satu rantai F (kg) f b f
a. S = F /F ------ 6 ≤ S
b. F < Fu
a. Jarak sumbu poros dalam jarak bagi Cp (mm)
b. Jarak sumbu poros C (mm)
Contoh soal
Sebuah mesin pertanian digerakkan oleh motor bensin dengan daya 6 PS pada 1800 rpm.
Putaran tersebut direduksi dengan sabuk V menjadi 918 rpm pada tingkat pertama, dan pada tingkat berikutnya menjadi 530 rpm dengan rantai rol. Jarak sumbu sproket adalah 200 mm dan panjang seluruh alat reduksi (ukuran luar) 400 mm. Rencanakan rantai dan sproket yang cocok (Bahan S40c-D,
σB = 65
2
kg/mm )
Gabungan
Konduksi dan Konveksi Pada dindin datar, apabila terjadi peristiwa gabungan konduksi dan konveksi dengan ilustrasi pada Gambar (6.1) maka analogi listriknya adalah :
Gambar 6.1. Perpindahan Kalor Menyeluruh Melalui Dinding Datar Besarnya tahanan termal gabungan adalah : 1 ∆ 1 ℎ = + ℎ . ℎ + 1 . . 2 ........................................................... (6.1) Besarnya laju kalor yang mengalir adalah : − ...................................................................................... (6.2) = ℎ Penyelesaian
Analogi listriknya : Pada suatu silinder bolong (berlubang) yang terkena lingkungan konveksi di permukaan bagian dalam dan luar, seperti pada Gambar 6.2. maka analogi listriknya adalah :
Dalam hal ini :
1
1 ...................(6.3)
= =
1 ℎ . ℎ . 2 . . . ln ൗ
...............................(6.4)
=
2 2 . . .
1
1 ...............(6.5)
= =
3 ℎ . ℎ . 2 . . . Dengan : q = laju perpindahan kalor (W) h = koefisien perpindahan kalor dari dinding silinder ke fluida B h = koefisien perpindahan kalor dari fluida A ke dinding silinder o i r = jari-jari dinding silinder bagian dalam k = koefisien perpindahan kalor konduksi pada silinder i L = panjang silinder R = jari-jari dinding silinder bagian luar o Dengan demikian, maka besarnya tahanan termal gabungan adalah : ..................(6.5)
= + +
ℎ−
1
2
sebagai berikut :
− ...............................(6.6)
= ℎ−
suhu udara luar adalah 28 o C. Luas perpindahan panasnya adalah 26 m . Koefisien o 2 perpindahan panas konveksi dari ruang panas ke plat adalah 2500 Koefisien 2 . perpindahan panas konveksi dari plat ke udara adalah 4,5 dan koefisien 2 Τ .° perpindahan panas konduksi pada plat adalah 16 . Hitung laju kalor yang Τ .° mengalir dari ruang panas ke udara luar (kW) ! Τ .°
2. Suatu silinder bolong (berlubang) mempunyai jari-jari dalam 0,04 m dan jari-jari luar 0,06 m. Pada silinder tersebut dilewatkan fluida panas dengan suhu 100 o C, sedangkan pada anulus (ruang diantara pipa yang bersumbu sama) dialiri dengan fluida bersuhu 38 o C. Panjang silinder adalah 4 m. koefisien perpindahan panas konveksi dari fluida ke dinding panas adalah 2600 Koefisien perpindahan 2 . panas konveksi dari dinding silinder ke fluida pada anulus 6 dan koefisien Τ .° 2 , perpindahan panas konduksi pada silinder 35 . Hitung laju perpindahan panas Τ .° yang terjadi !
Τ .° Roda GiGI
Kelebihan roda GIGI
N 1
Kuis soal 1
Rem blok ganda sperti gambar disamping diketahui: a = 460 mm 1 a = 40 mm c = 120 mm 1 c = 40 mm e = 230 mm 1 e = 230 mm
F = 15 kg μ = 0.3
Rem blok ganda
Berapa diameter drum rem (mm) jika besarnya torsi yang diserap 94.500 kg mm dan berapa rpm putaran drum rem jika daya yang dapat di rem sebesar 6,79 kW.
Kuis soal 2 Rem pita sperti gambar disamping diketahui: koefesien gesek 0,15, lebar pita 40 mm, jari-jari drum rem 180 mm, nilai c = 630 mm, a = 110 mm, s = 10 mm dan sudut kontak 250°.
a. Bearapa batas tekanan maksimal jikagaya pada sisi kendor 748 N
b. Berapa nilai torsi rem
c. Berapa nilai gaya pengereman
d. Berapa mm ukuran a yang berakibat rem tersebut mengunci sendiri (self-locking)
Statemen Case
Statemen case memberikan alternative yg mudah dibaca
bagi kondisi if yg kompleks. Statmen case memiliki bentuk sebagai berikut; CASE EkspresiPemilih ofDaftarKasus_1: pernyataan_1 …….
DaftarKasus_n: pernyataan_n END Ekspresi pemilih adalah setiap ekspresi dg tipe ordinal (tidak valid untuk tipe string) dan daftarKasus adalah sebagai berikut Sebuah numeral konstanta yg
dideklarasikan atau ekspresi lain yg dapat dievaluasi oleh compiler tanpa mengesekusi program. Statemen case dapat memiliki kalusa else dibagian akhir seperti: case selectorExpression of caseList1: Statement1; else caseListn: statement; …….. Contoh: end statement; Case I of
1..5: Caption:=‘Low”; 6..9: Caption;=‘High’; Else 0, 10..99: Caption:=‘Out of range’; End; Caption:”; case Selection of Done: Form1.Close
Compute: CalculateTotal(unitCost, Quantity);
else beep; endSILINDER DENGAN SUMBER KALOR
Hubungan antara suhu pada pusat silinder (T ) terhadap suhu pada dinding
osilinder (T ), jari-jari silinder (R), kalor yang dibangkitkan pada silinder tiap
w satuan volume ( ሶ ), dan konduktivitas termal bahan silinder (k), ditampilkan pada persamaan berikut :2 ሶ .
=
- ...................................(7.1)
4
Diberikan contoh penyelesaian kasus dengan menggunakan diagram alir,
sebagai berikut :Kawat dialiri arus listrik (berarti kawat tersebut menjadi sumber kalor).
Kawat tersebut berada pada lingkungan fluida, bila diketahui : Kuat arus listrik (I) -Konduktivitas termal kawat (k) - Diameter kawat (d) - Panjang kawat (L) - Resistivitas kawat
(ρ)
- Suhu fluida (T∞)
- Koefisien perpindahan panas konveksi dari kawat ke fluida (h) -
1. Arus listrik sebesar 150 A dilewatkan melalui sebuah kawat baja tahan karat (k = 19 ) yang berdiameter 4 mm.resistivitas baja dapat dianggap 70 µ. Τ .° suhu 110 C dengan koefisien perpindahan kalor konveksi adalah 4 .
Ω.cm. Panjang kawat 1,5 m. kawat ini dibanamkan didalam zat cair pada o 2 Hitunglah suhu pusat kawat !
ൗ .°
19 W/m.C), yang diameternya 3 mm. Resistivitas baja dianggap 70 μΩ.cm,
dan panjang kawat 1 m. Kwat dibenamkan didalam zat cair pada 110C,
dimana koefesien perpindahan kalor konveksi adalah 4 kW/m^2. Hitung suhu pusat kawat1. Arus sebesar 200 A dilewatkan melalui sebuah kawat baja tahan karat (k= 19 W/m.C), yang diameternya 3 mm. Resistivitas baja dianggap 70 koefesien perpindahan kalor konveksi adalah 4 kW/m^2. Hitung suhu pusat kawat panjang kawat 1 m. Kwat dibenamkan didalam zat cair pada 110C, dimana μΩ.cm, dan ke cairan: Seluruh daya yang dibangkitkan didalam kawat haruslah dilepas melalui konveksi jika: R = P = I^2.R A = ρ (L/A) P = qV = q Kalor yang dibangkitkan persatuan volume q dihitung: πdL Suhu awal: πr^2L To = + Tw qr^2
4
Struktur loop merupakan struktur perulangan, dengan kata lain kita dapat mengesekusi satu baris atau lebih kode program secara berulang-ulang.
Beberapa struktur perulangan yang didukung oleh bahasa VB
Do….loop 3. While….end while Struktur for…next biasa disebut struktur perulangan biasa. Struktur ini gunkan untuk menentukan beberapa kali pernyataan tersebut diesekusi.
Dalam penggunaannya, struktur for…next
selalu menggunakan variabel atau yang
biasa disebut Counter yang digunakan sebagai penghitung maju maupun penghitung mundur. For Counter = Nilai 1 to Nilai 2 [Step kenaikan ] [Pernyataan yang diesekusi] Next Counter
Dari sintaks penulisan, tersebut nilai1 merupakan nialai awal dari counter dan nilai 2 merupakan nialai akhir atau batas pernyataan esekusi.
Do….loop adalah struktur yang bekerja menggunakan boolean. Struktur do…loop mempunyai fleksibilitas yang lebih ketimbang struktur for…next, karena menggunakan struktur
Do…loop pengujian dapat diletakkan diawal maupun pada akhir perulangan.
1. Do…loop dengan While Diesekusi selama kondisi bernilai benar.
2. Do…loop dengan Until Disekusi sampai kondisi bernialai benar
1. Do…While
Do While (kondisi)
………. ………. Ekspresi ………. Loop2. Do until Do Until (kondisi) ………. ………. Ekspresi ………. Loop
Loop akan diesekusi selama x<= 10, jika x
>10 maka proses loop tidak akan diesekusi Do While x<= 10 x= x+1 Loop‘Loop akan diesekusi sampai x>= 10 Do until x >10 x= x+1 Loop until x>=10
Struktur while end while akan
mengesekusi pernyataan selama kondisi
yg ditentukan bernilai true. Statemen while sama dg statemen repeat.
Jika kondisi False maka statemen while
tidak akan pernah diesekusi. Sepanjang
syarat masih terpenuhi maka pernyataan
akan dikerjakan. WHILE ekspresi DO statemen While Data[I]>0 do I:=I+1
Pernyataan for dipakai untuk membuat perulangan dg jumlah perulangan yg tertentu atau pasti.
FOR counter := nilai_awal TO nilai_akhir DO pernyataan
Counter adalah sebuah variabel lokal (dideklarasikan diblok
dimna statemen for berada dg tipe ordinal. Nilai_awal dan nilai_akhir ekspresi kompatibel atau bertipe sama dg counter Pernyataan adalah pernyataan terstruktur yg tdak merubha nilai counter
Form1 Caption Perhitungan Faktorial
Komponen Properti Setting label2 Caption Hasil Faktorial label1 Caption BilanganName frmFaktorial
Edit2 Text Kosongkan Edit1 Text Kosongkan Name edBilangan Button1 Caption Hitung Name btHitung Name edFaktorial
Procedure TfrmFaktorial.btHitungClick
(Sender:Tobject) Var Bil, Fak: Integer Begin Bil:=StrToInt(edBilangan.Text); Fak:=bil; While bil <>1 do Begin Bil:=bil-1; Fak:=Fak*bil; End; edFaktorial.Text :=IntToStr (Fak);Var bil, sqrBil, Mulai, Sampai: Integer; Begin lsbHasil.Items.Clear; Mulai:=StrToInt(edMulai.Text); Sampai:=StrToInte(edSampai.Text); For bil:=Mulai to Sampai do Begin sqrBil:=sqr(bil); lsbHasil.Items.Add(IntToStr(bil
)+’kuadrat=‘+IntTo Str(sqrBil)); End; End;