Agama dan Perubahan Sosial dan

PAPER
“AGAMA DAN PERUBAHAN SOSIAL”
MATA KULIAH SOSIOLOGI AGAMA
Dosen pembimbing :
Irawan Budi Lukmono, S.Sos., M.Th.

Disusun oleh : Yunus Adi Nugroho

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GAMALIEL
SURAKARTA
2015

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama saat ini dipandang sebagai suatu hal yang menyebabkan
konflik. Orang-orang cenderung melihat agama sebagai perusak sistem sosial
kemasyarakatan yang telah terbentuk. Sehingga dewasa ini kecenderungan
orang lebih banyak menghindari agama atau tidak beragama.
Pandangan ini tampaknya perlu dikritisi apakah benar demikian.

Agama menurut Sosiologi Agama aliran Fungsionalisme, agama dipandang
sebagai
a. Merupakan bentuk tindak langkah manusia yang dilembagakan yang berada
diantara lembaga-lembaga sosial lainnya.
b. Penyebab sosial yang dominan dalam terbentuknya lapisan sosial dalam
tubuh masyarakat
c. Agama sebagai suatu bentuk kebudayaan yang isteimewa, yang
pengaruhnya meresapi tingkah laku manusia penganutnya, sehingga sistem
sosialnya untuk sebagian terdiri dari kaidah-kaidah yang dibentuk oleh
agama1.
Pendukung sosiologi agama aliran Fungsionalis bertolak dari pendirian
dasar bahwa masyarakat itu suatu sistem perimbangan, dimana setiap
kelompok memberikan sumbangannya yang khas melalui peranannya masingmasing yang telah ditentukan demi lestarinya sistem perimbangan sebagai
keseluruhan. Konflik sosial digunakan sebagai fungsi korektif 2. Dari pandangan
ini jelas bahwa agama adalah bagian dari masyarakat sehingga peran agama
dalam sistem sosial memiliki peran sendiri. Oleh karena itu perubahan sosial
akibat agama tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu sangat penting untuk
mengetahui pengaruh dari agama terhadap perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat.
B. Perumusan Masalah

1. Apa pengaruh agama terhadap perubahan sosial?

1 Hendropuspito, D. 1991. Sosiologi Agama. Kanisius. Yogyakarta. Hal 29-35
2 Hendropuspito, D. 1991. Sosiologi Agama. Kanisius. Yogyakarta. Hal 26

BAB II
PEMBAHASAN
Masyarakat tinggal dalam sistem sosial. Perubahan sistem sosial ini
disebut dengan perubahan sosial. Perubahan ini mencakup aspek perilaku dan
pola pikir Individu (sempit). Selain itu perubahan ini juga berupa tingkat struktur
masyarakat yang nantinya mempengaruhi perkembangan masyarakat (luas) 3.
Aspek perilaku dan pola pikir Individu
Agama berfungsi bagi manusia dan masyarakat adalah sebagai berikut
1. Fungsi Edukatif
Agama memberikan pengajaran dan didikan otoratif, bahkan dalam
hal-hal yang “sakral” tidak pernah salah. Hal yang diberikan adalah seperti
tujuan hidup, hati nurani dan rasa tanggungjawab, Tuhan, hidup, kekal, dan
ganjaran.
2. Fungsi Penyelamatan
Agama mengajarkan dan memberikan jaminan dengan cara yang khas

(persembahan,
“terakhir”,

penyucian,

yang

liturgi)

pencapaianya

untuk

mengatasi

mencapai

kebahagiaan

kemampuan


yang

manusia secara

mutlak, karena kebahagiaan itu berada diluar batas kekuatan manusia.
3. Fungsi Pengawasan Sosial
Agama menyeleksi kaidah-kaidah susila yang ada dan mengukuhkan
yang baik sebagai kaidah yang baik dan menolak kaidah yang buruk untuk
ditinggalkan sebagai larangan atau tabu. Agama memberi juga sangsi-sangsi
yang harus dijatuhkan kepada orang yang melanggarnya dan mengadakan
pengawasan yang ketat atas pelaksanaannya. Agama juga melakukan
pengawasan terhadap masyarakat (fungsi profetis)
4. Fungsi Memupuk Persaudaraan
Umat beragama dapat menahan diri untuk menciptakan situasi damai.
Agama memupuk dan membina persaudaraan antar umat manusia yang
tercerai-berai.
5. Fungsi Transformatif
Agama mengubah bentuk kehidupan masyarakat lama dalam bentuk
kehidupan baru. Agama juga mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan

nilai-nilai baru. Agama menetapkan nilai-nilai yang tertinggi 4.
3 Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Dilihat dalam
book.google.com
4 Nottingham, Elizabeth K. 1990. Agama dan Masyarakat. Rajawali Pers. Jakarta. Hal 38.

Agama akan memberikan fungsi-fungsi ini dan akan mengubah pola pikir
setiap orang dalam kehidupan. Sebagai contoh dalam gerakan Protesanisme dan
Reformasi mempengaruhi secara langsung tipe-tipe kegiatan ekonomi, politik,
atau ilmiah yang baru serta strukturisasi kembali masyarakat Eropa. Unsur paling
penting

dalam

hal

ini

adalah

kombinasi


yang

kuat

“keduniawian”

dan

transendentalisme, dimana ketahanan individu untuk tidak terpengaruh oleh
kegiatan-kegiatan duniawi, tetapi pada saat yang sama tidak sepenuhnya
menjalankan ritual. Kedua sangat mementingkan kegiatan dan tanggung jawab
individu. Ketiga hubungan langsung individu dengan yang sakral dan tradisi
sakral5.
Agama dan Stratifikasi Sosial
Agama menghasilkan Stratifikasi Sosial. Stratifikasi sosial yang dihasilkan
pada awal adalah keimaman. Pada sejarah asal mula agama, agama awal tidak
memiliki imam dan setiap orang berhak untuk melakukan praktek keagamaan
yaitu pengorbanan. Semakin lama praktek pengorbanan membutuhkan orang
yang berhak memberikan korban terkait dengan orang yang mulai berkumpul

dan membentuk suku. Sehingga setelah suku tersebut menetap, maka keimaman
juga akan ditetapkan.
Stratifikasi agama juga muncul dari pengajaran dari agama tersebut.
Salah satunya adalah dalam agama Hindu yang membagi masyarakat dalam
kasta-kasta. Gita karangan dari agama Hindu menekankan untuk setiap orang
untuk melaksanakan peran pribadi dalam kastanya.
Peran pembentukkan kasta dalam agama juga terkait dengan proses
masuk agama. Masuk agama adalah dalam artian berpindah agama atau masuk
ketingkat yang lebih tinggi.Faktor pendorong proses masuk agama adalah
1. Pengaruh ilahi
2. Pembebasan dari tekanan batin
3. Suasana pendidikan / sosiaisasi
4. Aneka pengaruh sosial (pergaulan) yang persuasif dan atau memaksa
Proses ini terkait dengan krisis dan keputusan. Menurut H. Carrier
kerangka masuk agama diantaranya adalah
1. Akibat krisis terjadilah desintegrasi sintesis kognitif dan motivasi seseorang
2. Reintegrasi

kepribadian


atas

landasan

religius

baru

yang

melahirkan

kepribadian baru
3. Penerimaan peran sosial dari agama baru
5 Robertson, Roland. 1980. Agama : Dalam Analisa Dan Interpretasi Sosiologis. Rajawali. Jakarta. Hal 349 - 372

4. Kesadaran atas panggilan baru itu sebagai karya ilahi
Proses masuk agama tentu tidak lepas dari peranan kohesi agama. Kohesi
agama yaitu loyalitas atau kesetiaan terhadap agama. Allport menerangkan
semakin tinggi tingkat keterlibatan seseorang dalam kegiatan dan tingkah laku

agama semakin dalam pula kohesinya. H. Carrier juga menambahkan empat
unsur prinsip dari psikologi kohesi yang diterapkannya dalam kohesi keagamaan:
1. Pemahaman atau presepsi anggota-anggota mengenai keadaan mereka yang
saling tergantung
2. Motivasi yang sesungguhnya dari keanggotaannya
3. Prestise kelompok
4. Kedudukan kelompok dalam masyarakat
Agama sendiri berpengaruh dan terpengaruh oleh lapisan dan stratifikasi
sosial. Seperti pada golongan petani yang sering bersinggungan dengan alam
akan lebih peka dan mengandalkan agama dari kaum kaya atau kelas atas.
Golongan kaya atau atas tidak terlalu mengandalkan agama karen kebutuhannya
sudah tercukupi sehingga kebutuhan “akhir” mereka merasa tidak perlu atau
mereka menunda hingga masa tua.

BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa agama memiliki pengaruh
dalam perubahan sosial. Pengaruhnya berupa perubahan dalam aspek perilaku
dan pola pikir Individu. Perubahan juga diberikan agama dalam stratifikasi sosial.

Kehilangan peran agama karena penghilangan agama merupakan suatu kerugian
karena masyarakat akan kehilangan 2 peran penting dalam perkembangan
agama.
DAFTAR PUSTAKA
Brow, Robert. Asal Mula Agama (Religion, Original, Ideas). Diterjemahkan oleh
Stanley Heath, Ruth Rahmat, Iskandri K. Iskandar. Tonis. Bandung.
Hendropuspito, D. 1991. Sosiologi Agama. Kanisius. Yogyakarta.
Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Nottingham, Elizabeth K. 1990. Agama dan Masyarakat. Rajawali Pers. Jakarta.
O’Dea, Thomas F. 1992. Sosiologi Agama: Suatu Pengenalan Awal. Rajawali Pers.
Jakarta
Robertson, Roland. 1980. Agama : Dalam Analisa Dan Interpretasi Sosiologis.
Rajawali. Jakarta.