Pembangunan Sosial dan Globalisasi budaya
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBANGUNAN SOSIAL DAN GLOBALISASI
TUGAS MATA KULIAH
PEMBANGUNAN SOSIAL
Dikerjakan oleh:
Andi Patonangi
Didik Sunarko
Frisca Anindhita
M. Adnan Atmanegara
Ngatman
Retna
Rosa Indrianty
1206189644
1206298336
1206298342
1206191144
1206191352
1206191434
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM PASCA SARJANA KESEJAHTERAAN SOSIAL
DEPOK
2012
PEMBANGUNAN SOSIAL DAN GLOBALISASI
1. Jelaskan yang saudara ketahui tentang pendekatan Pembangunan Sosial &
Globalisasi.
Globalisasi, sebuah kekuatan dominan di akhir abad ke-20, membentuk sebuah era interaksi
baru antar negara, ekonomi dan masyarakat. Globalisasi meningkatkan hubungan antar
masyarakat di seluruh perbatasan negara dari segi ekonomi, teknologi, sosial dan juga tata
pemerintahan. Namun globalisasi sekaligus juga membuat fragmentasi proses-proses
produksi, pasar dunia kerja, entitas politik dan masyarakat. Oleh karena itu, globalisasi yang
memiliki aspek positif – dinamis, juga memiliki aspek negatif – mengacaukan,
memarjinalisasi.1
Dengan kata lain, globalisasi ekonomi terlihat di dalam perluasan kapitalisme secara global
dalam bentuk penyebaran korporasi multi-nasional dan insitusi finansial, teknologi
informasi dan konsumerisme. Globalisasi sosial di lain pihak berfokus pada pembangunan
manusia (human development) dan pembangunan yang terpusat pada manusia (peoplecentered development).
Kebutuhan terhadap paradigma pembangunan baru pada dasarnya telah muncul beberapa
dekade lalu. Perluasan globalisasi dan dampak-dampak negatifnya dapat diamati dari
besarnya jarak distribusi pendapatan antara yang kaya dan yang miskin di dalam satu
negara sebagaimana yang terjadi antara negara-negara kaya dan miskin. Eksploitasi
sumberdaya alam menjadi dimensi lain dari dampak negatif globalisasi.
Paska perang dunia ke-2 dan pada tahun 1960-an, banyak negara-negara telah memasukan
strategi peningkatan produksi, perluasan pemanfaatan sumber daya alam, dan
pembangunan infrastruktur sebagai komponen penting untuk menghasilkan pertumbuhan
ekonomi sebagai tujuan pembangunan. Proses-proses globalisasi telah menjadi dampak dari
beberapa strategi pengembangan tersebut. Proses tersebut mengarah kepada penggunaan
sumberdaya alam yang tidak bijak, pemiskinan kualitas hidup pada kelompok masyarakat
tertentu, dan kesenjangan sosial. Penolakan terhadap globalisasi pun muncul dalam bentuk
komunisme dan sosialisme.
Hingga tahun 1970an, PBB memperkenalkan konsep kemandirian dan partisipasi
masyarakat. Hal ini diharapkan dapat mengadopsi konsep yang akan membawa pada
kondisi keadilan sosial yang lebih baik. Konsep kemandirian ini serupa dengan kebijakan
kemandirian closed door policy pada tahun 1960 yaitu sebuah perubahan sistem
sosialis/komunis dimana masyarakat berpartisipasi di tiap tingkatan produksi dan memiliki
pembagian hasil produksi yang sama.
Pada tahun 1987, Komisi Lingkungan dan Pembangunan Dunia (World Comission on
Environment and Development), di bawah kepemimpinan Gro Harlem Brundtland,
mempublikasikan laporannya, Our Common Future, yang berfokus pada konsep
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Konsep tersebut didefinisikan
sebagai pembangunan yang mempertemukan kebutuhan pada masa kini tanpa
membahayakan kemampuan generasi masa depan untuk mencapai kebutuhannya.
Permasalahan terkait kemiskinan dunia juga telah diungkapkan: “Kita melihat kemungkinan
lain untuk era pertumbuhan ekonomi baru yang harus berdasarkan pada kebijakan yang
mempertahankan dan memperluas asas sumberdaya lingkungan. Dan kami percaya bahwa
pertumbuhan menjadi sangat penting untuk memulihkan kondisi kemiskinan yang ada
harus banyak berfokus pada negara-negara berkembang.”
1
UNDP. 1999 Human Development Report, 1999. UNDP, New York.
Pergeseran paradigma pembangunan telah muncul – paradigma pembangunan terpusat
pada manusia – telah didukung oleh banyak organisasi internasional sebagaimana juga
terlihat dari pengadopsian konsep “Pembangunan Manusia” oleh UNDP di dalam Human
Development Report-nya yang terbit setahun sekali sejak 1990. Selanjutkan juga terdapat
beberapa serial konferensi terkait isu kemanusiaan, Konvensi Hak Asasi Anak pada tahun
1989, Konvensi Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) juga diadopsi
pada 1985. Perhatian dunia tertuju kepada kelompok-kelompok rentan untuk diberikan
tindakan khusus dalam kurun waktu tertentu. Pertemuan dunia terkait Pembangunan Sosial
(World Summit for Social Developmet) di Copenhagen tahun 1995 juga dilakukan untuk
mendorong pembangunan terpusat pada manusia dengan penekanan pada kelompok
miskin, pengangguran dan rentan. Pada Juni 2000 diselenggarakan Pertemuan dunia terkait
Pembangunan Sosial (World Summit for Social Developmet) di Jenewa untuk mengevaluasi
komitmen yang telah dibuat. Pada tahun yang sama, PBB juga mengumumkan deklarasi
milleniumnya pada September 2000 dan menghasilkan Millenium Development Goals
(MDGs) sebagai tujuan dengan jangka waktu yang jelas.
2. Analisalah bagaimana Globalisasi dapat menjadi salah satu hambatan dalam
implementasi Pembangunan Sosial.Beri contoh berdasarkan kasus empiris (Kasus
lapangan tentang Globalisasi sebagai penghambat Pembangunan Sosial)
Pertemuan dunia terkait Pembangunan Sosial (World Summit for Social Developmet) di
Copenhagen tahun 1995 telah menunjukan secara nyata dukungan terhadap people-centered
development dengan ditandatanginya sepuluh komitmen yang disetujui oleh para pemimpin
negara majelis umum (General Assembly) PBB. Namun, kinerja dari upaya-upaya
memasukan ke dalam aktivitas pembangunan dari tahun 1995 – 2000 belum menunjukan
hasil yang memuaskan. Meskipun demikian, para pemimpin negara anggota PBB
memastikan dukungan untuk melanjutkan kerja terhadap komitmen tersebut.
Dampak dari diadopsinya strategi people-centered development oleh lembaga PBB yang
berbeda-beda tidak dapat diamati secara jelas. Krisis ekonomi Asia di 1997 adalah
fenomena pembuktian yang menunjukan beberapa dampak negatif globalisasi. Selama masa
upaya pemulihan, terlihat bahwa kebanyakan para pembuat kebijakan dan ekonom belum
tanggap terhadap paradigma pembangunan alternatif (human-centered) tersebut. Teoriteori pembangunan yang ada tidak memberikan ruang untuk menggabungkan variabel nonekonomi lainnya di dalam perhitungan.
(tambahkan penjelasan studi kasusnya ya...)
Referensi:
Pongsapich, Amara. Globalization and Social Development: Public-Private Collaboration for
Public Service Delivery. Faculty of Political Science Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand.
http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/EROPA/UNPAN014325.pdf, diakses
14 Oktober 2012.
PEMBANGUNAN SOSIAL DAN GLOBALISASI
TUGAS MATA KULIAH
PEMBANGUNAN SOSIAL
Dikerjakan oleh:
Andi Patonangi
Didik Sunarko
Frisca Anindhita
M. Adnan Atmanegara
Ngatman
Retna
Rosa Indrianty
1206189644
1206298336
1206298342
1206191144
1206191352
1206191434
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM PASCA SARJANA KESEJAHTERAAN SOSIAL
DEPOK
2012
PEMBANGUNAN SOSIAL DAN GLOBALISASI
1. Jelaskan yang saudara ketahui tentang pendekatan Pembangunan Sosial &
Globalisasi.
Globalisasi, sebuah kekuatan dominan di akhir abad ke-20, membentuk sebuah era interaksi
baru antar negara, ekonomi dan masyarakat. Globalisasi meningkatkan hubungan antar
masyarakat di seluruh perbatasan negara dari segi ekonomi, teknologi, sosial dan juga tata
pemerintahan. Namun globalisasi sekaligus juga membuat fragmentasi proses-proses
produksi, pasar dunia kerja, entitas politik dan masyarakat. Oleh karena itu, globalisasi yang
memiliki aspek positif – dinamis, juga memiliki aspek negatif – mengacaukan,
memarjinalisasi.1
Dengan kata lain, globalisasi ekonomi terlihat di dalam perluasan kapitalisme secara global
dalam bentuk penyebaran korporasi multi-nasional dan insitusi finansial, teknologi
informasi dan konsumerisme. Globalisasi sosial di lain pihak berfokus pada pembangunan
manusia (human development) dan pembangunan yang terpusat pada manusia (peoplecentered development).
Kebutuhan terhadap paradigma pembangunan baru pada dasarnya telah muncul beberapa
dekade lalu. Perluasan globalisasi dan dampak-dampak negatifnya dapat diamati dari
besarnya jarak distribusi pendapatan antara yang kaya dan yang miskin di dalam satu
negara sebagaimana yang terjadi antara negara-negara kaya dan miskin. Eksploitasi
sumberdaya alam menjadi dimensi lain dari dampak negatif globalisasi.
Paska perang dunia ke-2 dan pada tahun 1960-an, banyak negara-negara telah memasukan
strategi peningkatan produksi, perluasan pemanfaatan sumber daya alam, dan
pembangunan infrastruktur sebagai komponen penting untuk menghasilkan pertumbuhan
ekonomi sebagai tujuan pembangunan. Proses-proses globalisasi telah menjadi dampak dari
beberapa strategi pengembangan tersebut. Proses tersebut mengarah kepada penggunaan
sumberdaya alam yang tidak bijak, pemiskinan kualitas hidup pada kelompok masyarakat
tertentu, dan kesenjangan sosial. Penolakan terhadap globalisasi pun muncul dalam bentuk
komunisme dan sosialisme.
Hingga tahun 1970an, PBB memperkenalkan konsep kemandirian dan partisipasi
masyarakat. Hal ini diharapkan dapat mengadopsi konsep yang akan membawa pada
kondisi keadilan sosial yang lebih baik. Konsep kemandirian ini serupa dengan kebijakan
kemandirian closed door policy pada tahun 1960 yaitu sebuah perubahan sistem
sosialis/komunis dimana masyarakat berpartisipasi di tiap tingkatan produksi dan memiliki
pembagian hasil produksi yang sama.
Pada tahun 1987, Komisi Lingkungan dan Pembangunan Dunia (World Comission on
Environment and Development), di bawah kepemimpinan Gro Harlem Brundtland,
mempublikasikan laporannya, Our Common Future, yang berfokus pada konsep
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Konsep tersebut didefinisikan
sebagai pembangunan yang mempertemukan kebutuhan pada masa kini tanpa
membahayakan kemampuan generasi masa depan untuk mencapai kebutuhannya.
Permasalahan terkait kemiskinan dunia juga telah diungkapkan: “Kita melihat kemungkinan
lain untuk era pertumbuhan ekonomi baru yang harus berdasarkan pada kebijakan yang
mempertahankan dan memperluas asas sumberdaya lingkungan. Dan kami percaya bahwa
pertumbuhan menjadi sangat penting untuk memulihkan kondisi kemiskinan yang ada
harus banyak berfokus pada negara-negara berkembang.”
1
UNDP. 1999 Human Development Report, 1999. UNDP, New York.
Pergeseran paradigma pembangunan telah muncul – paradigma pembangunan terpusat
pada manusia – telah didukung oleh banyak organisasi internasional sebagaimana juga
terlihat dari pengadopsian konsep “Pembangunan Manusia” oleh UNDP di dalam Human
Development Report-nya yang terbit setahun sekali sejak 1990. Selanjutkan juga terdapat
beberapa serial konferensi terkait isu kemanusiaan, Konvensi Hak Asasi Anak pada tahun
1989, Konvensi Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) juga diadopsi
pada 1985. Perhatian dunia tertuju kepada kelompok-kelompok rentan untuk diberikan
tindakan khusus dalam kurun waktu tertentu. Pertemuan dunia terkait Pembangunan Sosial
(World Summit for Social Developmet) di Copenhagen tahun 1995 juga dilakukan untuk
mendorong pembangunan terpusat pada manusia dengan penekanan pada kelompok
miskin, pengangguran dan rentan. Pada Juni 2000 diselenggarakan Pertemuan dunia terkait
Pembangunan Sosial (World Summit for Social Developmet) di Jenewa untuk mengevaluasi
komitmen yang telah dibuat. Pada tahun yang sama, PBB juga mengumumkan deklarasi
milleniumnya pada September 2000 dan menghasilkan Millenium Development Goals
(MDGs) sebagai tujuan dengan jangka waktu yang jelas.
2. Analisalah bagaimana Globalisasi dapat menjadi salah satu hambatan dalam
implementasi Pembangunan Sosial.Beri contoh berdasarkan kasus empiris (Kasus
lapangan tentang Globalisasi sebagai penghambat Pembangunan Sosial)
Pertemuan dunia terkait Pembangunan Sosial (World Summit for Social Developmet) di
Copenhagen tahun 1995 telah menunjukan secara nyata dukungan terhadap people-centered
development dengan ditandatanginya sepuluh komitmen yang disetujui oleh para pemimpin
negara majelis umum (General Assembly) PBB. Namun, kinerja dari upaya-upaya
memasukan ke dalam aktivitas pembangunan dari tahun 1995 – 2000 belum menunjukan
hasil yang memuaskan. Meskipun demikian, para pemimpin negara anggota PBB
memastikan dukungan untuk melanjutkan kerja terhadap komitmen tersebut.
Dampak dari diadopsinya strategi people-centered development oleh lembaga PBB yang
berbeda-beda tidak dapat diamati secara jelas. Krisis ekonomi Asia di 1997 adalah
fenomena pembuktian yang menunjukan beberapa dampak negatif globalisasi. Selama masa
upaya pemulihan, terlihat bahwa kebanyakan para pembuat kebijakan dan ekonom belum
tanggap terhadap paradigma pembangunan alternatif (human-centered) tersebut. Teoriteori pembangunan yang ada tidak memberikan ruang untuk menggabungkan variabel nonekonomi lainnya di dalam perhitungan.
(tambahkan penjelasan studi kasusnya ya...)
Referensi:
Pongsapich, Amara. Globalization and Social Development: Public-Private Collaboration for
Public Service Delivery. Faculty of Political Science Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand.
http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/EROPA/UNPAN014325.pdf, diakses
14 Oktober 2012.