Aksi mitigasi dan adaptasi perub

1

PERAN UNEP (UNITED NATIONS ENVIRONMENT PROGRAMME)
DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI AKSI MITIGASI
LINGKUNGAN DI BRAZIL

A. Latar Belakang
Isu lingkungan telah menjadi topik terhangat bagi setiap bangsa. Hal ini di
karenakan lingkungan merupakan wadah atau tempat bertahannya suatu bangsa
dalam beradaptasi terhadap perubahan-perubahan iklim. Pada mulanya masalah
lingkungan merupakan masalah alami, yakni peristiwa-peristiwa yang terjadi
sebagai bagian dari proses natural. Proses natural ini terjadi tanpa menimbulkan
dampak bagi tata lingkungan itu sendiri dan kemudian dapat kembali seperti
semula secara alami.1 Dampak-dampak yang terjadi tidak hanya berkait pada satu
atau dua segi saja, tetapi saling berkait terhadap beberapa sistem. Apabila satu
aspek lingkungan bermasalah maka berbagai aspek lainnya akan mengalami
dampak atau akibat pula.
Mitigasi Lingkungan, Mitigasi Kompensasi, atau Perbankan Mitigasi
adalah istilah yang digunakan terutama oleh pemerintah Amerika Serikat dan
industri lingkungan terkait


proyek-proyek atau program untuk mengimbangi

dampak yang dihasilkan oleh sumber daya alam. Mitigasi lingkungan biasanya
merupakan bagian dari sistem kredit lingkungan yang didirikan oleh badan
pemerintah yang melibatkan pengalokasian debit dan kredit . Debit adalah situasi
di mana sumber daya alam telah hancur atau sangat terganggu dan kredit adalah
situasi di mana sumber daya alam telah ditingkatkan atau diawetkan.
1 N.H.T.Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Jakarta, Erlangga, 2004, Hal. 1

2

Secara umum mitigasi lingkungan merupakan upaya-upaya untuk
mencegah dampak negatif yang diperkirakan akan terjadi atau telah terjadi karena
adanya rencana kegiatan atau menanggulangi dampak negatif yang timbul sebagai
akibat adanya suatu kegiatan. Mitigasi Lingkungan dalam konteks mencegah atau
mengendalikan dampak negatif dari suatu rencana kegiatan dapat dilakukan
melalui proses analisis mengenai dampak lingkungan atau upaya pengelolaan
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.2

Upaya mitigasi lingkungan


secara garis besar terdiri atas dua tahap yaitu menguraikan secara lengkap dan
berurutan dari dampak lingkungan yang ditanggulangi sampai dengan institusi
pengelola. Kemudian, menyusun pelaksanaan program kerja dimulai dari
pengorganisasian dan penatalaksanaan atau mekanisme kerja hingga pelaporan
tentang efektifitas mitigasi lingkungan yang dilaksanakan dan kendala-kendala
yang dihadapi.3
Masalah lingkungan tidak hanya bersifat lokal namun juga bersifat global,
oleh karena itu pada tahun 1972 perserikatan bangsa-bangsa sebagai badan
pemerintahan dunia mengadakan konferensi lingkungan hidup yang di kenal
dengan Stockholm Confrence. Stockholm Confrence merupakan tahap awal sejarah
terkait isu-isu lingkungan internasional pada tingkat domestik untuk negara besar.
Selain itu memberikan kontribusi signifikan dalam mengarahkan perhatian
2 “Prosedur Mitigasi Lingkungan”pdf. yang terdapat pada http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=mitigasi
%20lingkungan&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A%2F
%2Fbto.depnakertrans.go.id%2Fdownload%2FPedoman%2FProsedur%2520Mitigasi
%2520Lingkungan.doc&ei=NH03UvOMCImnlQWxtYGYDQ&usg=AFQjCNFCh2FSuoe_RDfT
dhdTdmf4IvbA4g&bvm=bv.52164340,d.dGI diaskes 17 September 2013
3

“Upaya
Mitigasi
Lingkungan”
yang
terdapat
pada
http://environmentalsanitation.wordpress.com/2012/08/12/upaya-mitigasi-lingkungan/ diaskes 17
September 2013

3

masyarakat internasional terhadap lingkungan. Dalam Stockholm Confrence telah
disetujui banyak resolusi mengenai lingkungan hidup yang digunakan sebagai
landasan tindak lanjut. Diantaranya yaitu melaksanakan pembangunan secara
berkelanjutan dengan menyeimbangkan aspek lingkungan serta didirikan badan
khusus PBB yang ditugasi mengurus permasalahan lingkungan yaitu United
Nations Environment Programme (UNEP).4 UNEP merupakan organisasi
internasional yang memiliki konsisten bersama Global Environment Facility
(GEF).5 Selain UNEP, terdapat UNDP dan Word Bank sebagai agency GEF
dimana GEF menyediakan hibah dalam proyek yang berhubungan dengan

keanekaragaman hayati, perubahan iklim, perairan internasional, degradasi tanah,
dan lapisan ozon. GEF juga mendukung pelaksanakan protokol montreal di
negara-negara dengan ekonomi transisi meskipun tidak terkait secara resmi pada
protokol montreal mengenai bahan yang merusak lapisan ozon.6
Brazil merupakan negara ekonomi terbesar ke-8 dengan menggunakan
Purchasing Power Parity (PPP) dan urutan ke-7 dalam nominal nilai tukar
moneter internasional pada tahun 2010. Baru-baru ini brazil melampaui nilai ratarata PPP PDB per-kapita dengan menduduki posisi ke-72 dimana brazil memiliki
posisi teratas dari china dan india. Seperti pada setiap negara didunia, brazil
memiliki masalah lingkungan tersendiri seperti deforestasi, hujan asam,
kelangkaan spesies, meningkatnya populasi udara dan pembuangan limbah
4 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Bandung, PT.Djambatan,
1994, hal. 1
5 Global Environment Facility (GEF) merupakan organiasi keuangan independen yang
menyatukan 183 negara dalam kemitraan dengan lembaga-lembaga internasional, Organisasi
Masyarakat Sipil (OMS), dan sektor swasta untuk mengatasi masalah lingkungan global sementara
dalam mendukung inisiatif pembangunan berkelanjutan
6 “What Is The GEF” yang terdapat pada http://www.thegef.org/gef/whatisgef diaskes 16 Oktober
2013

4


industri.7 Namun, dengan adanya sumber daya alam yang dimiliki memungkinkan
untuk pengembangan emisi rendah karbon.
Antara tahun 1970-2007, 18% dari hutan amazon telah di gunduli dan
dalam lima belas tahun terakhir cerrado kehilangan 20% dari luas aslinya. Lebih
dari 80% dari total emisi yang diberikan oleh LULUCF (Land Use Land Use
Change and Forestry)8 pada tahun 2005, dimana perubahan lahan dan deforestasi
sebesar 61% dan penggunaan lahan sebesar 19%. Mengkonsumsi energi
merupakan emisi terbesar berikutnya yaitu berkisar 15%, diikuti oleh proses
industri sebesar 3% dan limbah 2%. Bertentangan dengan mayoritas negara di
dunia, matriks energi brazil bergantung pada sumber energi terbarukan sebesar
45% dari energi primer yang dikonsumsi didalam negri pada tahun 2010. Di
antara sumber-sumber terbarukan yang ada, produksi tebu (18%) dan energi
hidrolik (14%) yang paling menonjol. Dengan penggunaan energi terbarukan, hal
tersebut memberikan dampak dari matriks energi nasional sehingga menyebabkan
intensitas emisi gas rumah kaca dari energi primer yang dikonsumsi sebesar 1,8
ton CO2/toe (tons of oil equivqlent) pada tahun 2010. Nilai yang diberikan brazil
tergolong rendah dibandingkan dengan rata-rata dunia 2,8ton CO2/toe. Untuk
perbandingan, ada beberapa intensitas negara antara lain : Cina (3,4ton CO2/toe),
India (3,3ton CO2/toe), USA (2,7ton CO2/toe), Jerman (2,6ton CO2/toe), Jepang

(2,6ton CO2/toe), dan Rusia (2,5ton CO2/toe).9
7 “Brazil Environmental Issues” yang terdapat pada http://www.brazil.org.za/environmentalissues.html diaskes 5 september 2013
8 LULUCF sebagai sektor persediaan gas rumah kaca, meliputi emisi dan penyerapan gas rumah
kaca yang dihasilkan dari akibat kegiatan perubahan penggunaan lahan tanah langsung dan
kegiatan kehutanan.
9
“Global
Environment
Facility”pdf.
yang
terdapat
pada
http://www.thegef.org/gef/sites/thegef.org/files/documents/document/09-13
2012%20Council
%20document.pdf diaskes 24 Agustus 2013

5

Meskipun brazil termasuk dalam posisi aman dalam penggunaan energi,
namun trend konsumsi energi menunjukan pertumbuhan yang besar terutama di

sektor energi dan produksi. Disisi lain, sektor-sektor intensitas energi menurun
seperti transportasi dan pertanian. Oleh karena itu, pemerintah brazil
meningkatkan

basis

pengetahuan

tentang

mengkonsumsi

energi

dalam

mengembangkan strategi dan kebijakan mempromosikan tindakan aksi mitigasi
dan inisiatif rendah karbon. Memahami dan menilai sektor energi yang terdapat di
brazil dan semua sektor yang mengkonsumsi energi akan membantu pemerintah
dalam menetapkan tindakan dan menindaklanjutkan brazil sebagai negara rendah

emisi gas rumah kaca serta menerapkan kerangka rencana tentang perubahan
iklim nasional. Dengan berkembangnya prioritas sosial dan ekonominya, brazil
telah memainkan peran penting didalam dunia internasional mengenai lingkungan
hidup. Dimana sebelumnya brazil pernah menjadi tuan rumah lingkungan hidup
pada tahun 1992 bersamaan dengan diselengarakannya Earth Summit yang
pertama.10 Kemudian brazil memiliki program dimana hal ini mengantisipasi
pemerintah dalam pengurangan proyeksi gas rumah kaca di brazil dari 36,1%
menjadi 38,9 pada tahun 2020.11
Dalam program Mitigation Options of Greenhouse Gas (GHG) Emissions
in Key Sectors in Brazil dimana UNEP ditunjuk sebagai badan pelaksana proyek
dan akan bertanggung jawab dan memberikan pengawasan secara keseluruhan.
10 “Brazil Tuan Rumah Hari Lingkungan Hidup Dunia” yang terdapat pada http://luarnegeri.kompasiana.com/2012/03/01/brazil-tuan-rumah-hari-lingkungan-hidup-dunia-439381.html
diaskes 5 September 2013
11
“Project
Identification
FormPIF)
“pdf.
yang
terdapat

pada
http://www.thegef.org/gef/sites/thegef.org/files/gef_prj_docs/GEFProjectDocuments/Climate
%20Chage/Brazil%20%20(4254)%20%20Mitigation%20Options%20of%20Greenhouse%20Gas
%20(GHG)%20Emissio/05-06 2010%20ID4254%20PIF%20Revised.pdf diaskes 24 Agustus 2013

6

Aksi mitigasi di brazil merupakan kebijakan pemerintah, penerapan kebijakan
pengurangan emisi gas rumah kaca menimbulkan perdebatan tentang dampak
terhadap daya saing di sektor industri dan energi dimana keuntungan dan kerugian
sangat rentan didalamnya. Ekonomi rendah karbon menjadi pilihan dalam
pengaturan iklim negara sektor industri dan perekonomian brazil. Potensi mitigasi
lingkungan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca memberikan evaluasi dalam
pembangunan berkelanjutan dan monitoring. Para pembuat kebijakan harus
mampu menguraikan rencana pengurangan emisis gas rumah kaca dan
menyediakan kapasitas pembangunan di brazil.
UNEP yang bertindak sebagai mediator, advokat, komunikaor dan
fasilitator dalam mempromosikan penggunaan kebijakan dan pembangunan
berkelanjutan dari lingkungan global. Perubahan iklim merupakan salah satu dari
enam prioritas atau fokus UNEP selama 2010-2013. Program ini juga konsisten

dengan kriteria operasional GEF dalam memungkinkan kegiatan dibidang
perubahan iklim yang bertujuan memfasilitasi pelaksanaan program operasional
GEF. Secara khusus program ini akan memperkuat kapasitas pemerintah brazil
untuk memperkirakan emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kapasitas dalam
mengatasi ancaman lingkungan dengan kebijakan dan langkah strategis.
Melalui kerjasama antara Pemerintah dan organisasi bersangkutan, UNEP
memberikan panduan tentang kegiatan yang didanai GEF. Program tersebut akan
dilaksanakan oleh devisi teknologi, industri dan ekonomi yang di sediakan oleh
UNEP melalui mitra kerjanya di Brazil. Hal ini berdasarkan kesepakatan yang
diterima UNEP dari GEF pada tanggal 26 April 2010. Dengan upaya yang dibuat

7

oleh Brazil dalam mitgasi perubahan iklim dan lingkungan, Brazil telah
mengambil keuntungan penuh dari kapasitas nasional dibawah naungan organisasi
internasional dalam melakukan aksi mitigasi di sektor ekonomi (energi, industri,
dan transportasi).

B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah

Berdasarkan pada judul penelitian yang di teliti oleh penulis, maka untuk
mendapatkan gambaran spesifik dan pemahaman yang jelas, penulis membatasi
ruang lingkup permasalahan pada peran dan kontribusi UNEP (United Nations
Environment Programme) dalam pengurangan emisi gas rumah kaca di Brazil.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana peran UNEP (United Nations Environment Programme) dalam
mendukung implementasi aksi mitigasi lingkungan di Brazil?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan memperhatikan latar belakang dan permasalahan yang telah
dirumuskan diatas, maka tujuan penulisan ini yaitu untuk menjelaskan peran
UNEP (United Nations Environment Programme) dalam memdukung serta
memfasilitasi proyek aksi mitigasi lingkungan di Brazil.
2. Manfaat Penelitian

8

a. Manfaat Praktis
a)

Sebagai latihan bagi mahasiswa dalam menuangkan buah pikirannya
secara sistematis ke dalam bentuk karya ilmiah atau skripsi serta
wawasan mengenai organisasi internasional.

b. Manfaat Ilmiah
a) Penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran persoalan di
lapangan, menambah kontribusi dan referensi dalam perkembangan
studi ilmu hubungan internasional serta memahami peran UNEP
(United Nations Environment Programme), menjadi sumber bacaan dan
kajian lebih lanjut bagi peneliti yang baru.

D. Landasan Teori dan Konsep
Untuk menunjang objektivitas dalam penelitian ini, maka penulis
menggunakan beberapa konsep serta teori, antara lain :

a. Teori Peran Organisasi Internasional
Organisasi Internasional Menurut T. Sugeng Istanto menjelaskan bentuk
kerjasama antar pihak-pihak yang bersifat internasional untuk tujuan yang bersifat
internasional. Pihak-pihak yang bersifat internasional itu dapat berupa orangperorangan, badan-badan bukan negara yang berada diberbagai negara atau

9

pemerintah negara. Adapun maksud dengan tujuan internasional ialah tujuan
bersama yang menyangkut kepentingan negara.12
Mengklasifikasi organisasi intenasional adalah dengan melihat pada tujuan
dan

aktivitas-aktivitas

yang

dijalankannya

untuk

mencapai

tujuannya.

Penggolongan organisasi internasional dalam kategori bersifat high politic dan
low politic dapat membantu pengklasifikasian tersebut.13
1. Organisasi yang high politic memusatkan perhatian pada masalah-masalah
diplomasi dan militer yang berkaitan langsung dengan keamanan dan
kedaulatan negara-negara dan berhubungan dengan tatanan fundamental
sistem internasional.
2. Organisasi yang low politic mengarah pada masalah-masalah ekonomi, sosial,
budaya, dan lingkungan hidup.
Beberapa pakar hubungan internasional juga mengemukakan peran
organisasi internasional seperti Le Roy Bennet dalam bukunya International
Organization, akan tetapi terbatas untuk organisasi antar pemerintah (IGO atau
International-Governmental Organization), sebagai berikut :
“As adjuncts of the state system, international organizations can and do
play a member of significant chief fuction is to provides the mean of cooperation
among state in areas in which cooperation provides advantages for all or a large
number of nations. In many cases their funish not only a place wher decisions to
cooperate can be reached but also the administrarive fuctions is to provide
murtiply channel of communication among government so that areas of
accommodation may be eplored and easy access will available when problem
arise”.14
12 Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional dan integrasi Ekonomi Regional Dalam
Perspektif Hukum dan Globalisasi, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta 2003 hal. 51
13 James N. Rosenau, Kenneth W. Thompson, Gavin Boyn, World Politic and Introduction,
Collier MacMillan, London, 1976, Hal. 628

10

Setiap organisai internasional dibentuk untuk melaksanakan peran-peran
dan fungsi-fungsi sesuai dengan tujuan pendirian organisasi internasional tersebut
oleh para anggotanya. Dengan peranan tersebut, sang pelaku peran baik itu
individu maupun organisasi akan berperilaku sesuai dengan harapan orang atau
lingkungan. Dalam hal ini peranan menjalanakan konsep melayani untuk
menghubungkan harapan-harapan yang berpola dari orang lain atau lingkungan
dengan pola yang menyusun struktur sosial. Peranan juga diartikan sebagai
tuntutan yang diberikan secara struktural, dimana di dalamnya terdapat
serangkaian tekanan dan kemudahan yang menghubungkan pembimbing dan
mendukung fungsinya dalam mengorganisasi. Peranan merupakan seperangkat
perilaku dengan kelompok, baik kecil maupun besar, yang keseluruhannya
menjalankan berbagai peranan.15
Adapun lingkage of international organizations yang merupakan indikator
dari teori peran organisasi internasional dimana organisasi internasional memiliki
fungsi sebagai pusat atau aktor dalam penyelesaian masalah-masalah global.
Linkage of International Organizations menjelaskan tentang peran organisasi
sebagai :
a. Fasilitator

: Sebagai aktor yang memberikan pemantauan terhadap

perkembangan negara dan bantuan dalam memahami serta memecahkan
masalah bersama-sama. Organisasi internasional sebagai fasilitator tidak

14 Teuku May Rudy, Administrasi dan organisasi Internasional, Penerbit Refika Aditama,
Bandung 2005, Hal. 4
15 Teuku May Rudy, Study Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang
Dingin , Bandung, Refika Aditama, 2002, Hal. 137-138

11

hanya memberikan bimbingan, pelatihan, dan pendapat, namun juga
sebagai narasumber dalam berbagai masalah.16
b. Mediator

: Sebagai aktor yang memiliki sifat netral dalam membuat

komunikasi antara pihak-pihak yang berselisih atau pihak-pihak yang
memiliki masalah. Organisasi internasional memberikan informasi dan
menyarankan beberapa solusi. Ketika organisasi internasional melakukan
fungsinya sebagai mediasi dan upaya perdamaian, secara diam-diam
organisasi internasional membuat keputusan yang memaksa pemerintah.17
c. Komunikator : Sebagai aktor yang menjadi sumber dalam hubungan
komunikasi. Organisasi internasional memfasilitasi penegembangan
hubungan komunikasi antar pemerintah yang memiliki tanggung jawab
dalam program domestik. Organisasi internasional sebagai komunikator
tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan kepada penerima,
namun juga memberikan respon dan tanggapan.18
d. Advokasi

: Sebagai aktor yang anggap bisa menjadi pemerintah dan

sebagai organisasi sukarela untuk negara yang sebagian besar keputusan
tergantung pada organisasi internasional.
Disebut sebagai fasilitator ,mediator dan komunikator karena organisasi
internasional tersebut dapat memfasilitasi sekaligus memediasi dan menjadi
penengah atau membantu komunikasi negara-negara dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Organisasi Internasional juga dapat memberikan bantuan hukum
16 Horold K. Jacobson “Networks Of Interdependence : International Organizations and The
Global Political System” A.A.Knof, New York, 1979 , Hal. 417
17 Ibid, Hal. 189
18 Ibid, Hal. 419

12

dan kebijakan atau advokasi kepada negara-negara. Argumen ini menyatakan
keterperangkapan negara dalam organisasi internasional yang telah memfasilitasi
pengembangan konsensus mengenai berbagai isu penting dan kerjasama untuk
tujuan yang disepakati.19 Disini peran organisasi internasional sangat besar,
negara-negara bukanlah aktor utama dalam menyelesaikan permasalahannya.
Dari definisi di atas UNEP (United Nations Environment Programme)
termasuk kategori IGO’s dan merupakan organisasi internasional yang bergelut di
bidang low politic yakni pada isu lingkungan hidup. Aktivitas-aktivitas yang
dijalankan oleh organisasi low politic merupakan aktivitas yang bersifat
fungsional. Organisasi fungsional adalah suatu organisasi yang didalamnya tidak
terlalu menekankan pada hirarki struktural, akan tetapi lebih banyak berdasarkan
kepada sifat dan macam fungsi yang dijalankan.20
UNEP diartikan sebagai pelaku peranan, dalam hal ini organisasi
internasional memiliki fungsi sebagai fasilitator, mediator, komunikator dan
advokasi dalam penyelesaian masalah lingkungan. Sesuai fokus UNEP untuk
mempromosikan

kesadaran

dalam

perubahan

iklim

dan

mendukung

perkembangan indikator kerentanan ekologi dan ekonomi, perubahan iklim dan
kapasitas ilmiah dalam penilaian dampak mitigasi, serta perubahan iklim
diberbagai wilayah dan sektor. Ketika fungsi-fungsi tersebut dijalankan melalui
program-programnya, maka organisasi tersebut telah menjalankan peranannya
sebagai organisasi internasional.
a. Konsep Pembangunan Berkelanjutan

19 Ibid, Hal. 421
20 Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, PT. Gunung Agung, Jakarta, 1986, Hal. 125

13

Menurut Marlina : 2009 mengatakan pembangunan berkelanjutan tidak
saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas dari itu, pembangunan
berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan (selanjutnya disebut 3 Pilar
Pembangunan berkelanjutan).
Haris (2000) dalam Fauzi 2004, melihat bahwa konsep keberlajutan dapat
diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, (1) keberlajutan ekonomi yang diartikan
sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara
berkelanjutan untuk memelihara keberlajutan pemerintahan dan menghindari
terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan
industri. (2) Keberlajutan lingkungan di artikan sebagai sistem keberlanjutan
secara lingkungan harus mampu memelihara sumber daya yang stabil,
menghindari eksploitasi sumber daya alam dan fungsi penyerapan lingkungan.
Konsep ini juga menyangkut pemeliharaan keanekaraman hayati, stabilitas ruang
udara, dan fungsi ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber
ekonomi. (3). Keberlajutan sosial, diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai
kesetaraan, penyediaan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender,
dan akuntabilitas politik.21
Pada hakekatnya keterkaitan (overlapping) ketiga pilar tidak sepenuhnya
bersifat mutually exclusive, namun mampu menciptakan perkuatan satu dengan
lainnya (mutually reinforcing) sebagaimana ditunjukkan gambar berikut:22
21 Askar Jaya,“Konsep Pembangunan Berkelanjutan(Sustainable Development)”pdf. yang
terdapat pada http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30654/4/Chapter II.pdf diaskes 10
November 2013
22 “Sustainable Development” yang terdapat pada http://thesustainableleader.org/sustainabledevelopment/ diaskes 10 November 2013

14

Dari struktur di atas menyatakan bahwa dalam proses pembangunan berkelanjutan
terdapat proses perubahan yang terencana, dimana didalamnya terdapat
eksploitasi sumberdaya alaminvestasi orientasi pengembangan teknologi, dan
perubahan kelembagaan yang selaras, serta meningkatkan potensi masa kini dan
masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Jika dimensi
ekonomi dan sosial dianggap dapat mewakili dan merepresentasikan tujuan dan
kegiatan pembangunan (development), maka keduanya perlu memiliki keterkaitan
dengan dimensi lingkungan, termasuk sumberdaya alam.
Sutamihardja (2004), menyatakan sasaran pembangunan berkelanjutan
mencakup upaya untuk mewujudkan terjadinya:23
a.

Pemerataan

manfaat

hasil-hasil

pembangunan

antar

generasi

(intergenaration equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya
alam untuk kepentingan pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas
yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta
diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable dan menekankan
serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang unreplaceable.

23 Askar Jaya, Loc.Cit

15

b.

Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam
dan lingkungan hidup serta pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam
rangka menjamin kualitas kehidupan.

c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam untuk kepentingan
pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan
sumberdaya alam yang berkelanjutan antar generasi.
d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat yang berkelanjutan.
e. Mempertahankan pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang
f. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia dengan habitatnya.
Surna T. Djajadiningrat (2005:123) menyatakan bahwa pembangunan
berkelanjutan memerlukan perspektif jangka panjang. Lebih lanjut secara ideal
keberlanjutan pembangunan membutuhkan pencapaian keberlanjutan dalam hal:24
a. Keberlanjutan Ekologis : prasyarat untuk pembangunan dan keberlanjutan
kehidupan.

Keberlanjutan

ekologis

akan

menjamin

keberlanjutan

ekosistem bumi.
b. Keberlanjutan Ekonomi : sebagai landasan bagi terselenggaranya berbagai
kebijakan pemenuhan hak-hak dasar. Kebijakan ekonomi makro diarahkan
pada terwujudnya lingkungan yang kondusif bagi pengembangan usaha,
dan terbukanya kesempatan yang luas bagi peningkatan kapabilitas
masyarakat miskin.

24 Askar Jaya, Loc.Cit

16

c. Keberlanjutan Sosial Budaya : Secara menyeluruh keberlanjutan sosial dan
budaya dinyatakan dalam keadilan sosial dan peningkatan kualitas hidup
seluruh manusia.
d. Keberlanjutan Politik : diarahkan pada aspek human right, kebebasan
individu dan sosial untuk berpartisipasi dibidang ekonomi, sosial dan
politik, demokrasi yang dilaksanakan perlu memperhatikan proses
demokrasi yang transparan dan bertanggungjawab.
e. Keberlanjutan Pertahanan Keamanan : menghadapi dan mengatasi
tantangan, ancaman dan gangguan baik dari dalam dan luar yang langsung
dan tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas,
kelangsungan negara dan bangsa perlu diperhatikan.
Aksi mitigasi merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Brazil
guna mengurangi emisi gas rumah kaca. Kebijakan yang diputuskan sejalan
dengan perkembangan Green Economy

dan pembangunan, serta pengetasan

kemiskinan di Brazil. Green economy memberikan analisis investasi makroekonomi dalam konteks bisnis dan keanekaragaman hayati yang berubah kearah
ekonomi rendah karbon kemudian menjadi inivatif teknologi. Selain teknologi,
kunci sektor ekonomi tergantung pada sumber energi, industri dan transportasi.
Kondisi ini untuk mengurangi kesenjangan sosial dan menjamin pembangunan
berkelanjutan di dalam pemerintahan yang demokratis sebagaimana di tetapkan
pemerintah Brazil pada tahun 2006. Dalam melakukan pembangunan yang
berlandaskan dalam mengurangi perusakan lingkungan pemerintah brazil

17

melakukan kerjasama dengan UNEP dalam mengimplemetasikan aksi mitigasi di
negaranya.

E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat Deskriptif Case Study dimana penulis
mendeskripsikan dan fokus pada grup komunitas, organisasi internasional dan
kejadian tertentu. Penelitian ini fokus pada pertanyaan penelitian pada impotesa
saja dan hanya mencari, mengumpulkan dan menganalisa data.
2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penilitian ini adalah Data Sekunder. Data
sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung dari objek penelitian.
Penulis mendapatkan data yang sudah dikumpulkan oleh pihak lain dengan
berbagai cara atau metode baik secara komersil maupun non-komersil. Seperti,
menggunakan data hasil riset dari surat kabar, majalah, website, dan lain-lain.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam proposal penelitian
adalah studi literatur yaitu mencari dan membaca buku-buku, laporan jurnal,
artikel, tabloid, koran, dan data-data internet baik nasional maupun internasional.
4. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik kualitatif yaitu penulis
menganalisa data sekunder atau sumber-sumber pustaka yang kemudian dengan
menggunakan teori dan konsep yang dapat digunakan untuk menjelaskan suatu

18

fenomena atau kejadian yang sedang di teliti oleh penulis, tanpa menggunakan
perhitungan dengan sistem statistik (hanya menjelaskan dari angka statistik yang
tersedia).
5. Definisi Operational
1)

UNEP (United Nations Environment Programme) adalah organisasi
internasional yang memiliki sifat peranan dengan fungsi sebagai fasilitator,
mediator, komunikator dan advokasi dalam penyelesaian masalah lingkungan.
UNEP memberikan koordinasi kepada pemerintah Brazil dalam membangun
konsensus kebijakan lingkungan melalui program-program yang telah
direncanakan dan disetujui oleh berbagai pendukung pelaksanaan.

2) Aksi Mitigasi adalah suatu kebijakan lingkungan yang diambil oleh
pemerintah Brazil dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Dimana
kebijakan yang diputuskan sejalan dengan perkembangan Green Economy
sebagai konteks pembangunan berwawasan lingkungan dan ekonomi rendah
karbon.

G. Sistemantika Penulisan
BAB I Pendahuluan.
Bab ini terdiri dari latar belakang, pokok permasalahan, kerangka teori dan
konsep, metodologi penelitian (jenis penelitian, teknik pengumpulan data,

19

jenis dan sumber data, teknik analisa, dan definisi operasional), serta
sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini adalah tinjauan dari penelitian atau tulisan sebelumnya yang
memiliki kesamaan atau serupa dengan penelitian yang sedang diteliti oleh
peneliti. Baik berupa pandangan kritis, persamaan dan perbedaan
penelitian.
Bab III Gambaran Umum
Merupakan bab uraian yang berisi mengenai implementasi aksi mitigasi
lingkungan di Brazil.
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Mengenai peran dan kontribusi UNEP (United Nations Environment
Programme) dalam mendukung implementasi aksi mitigasi lingkungan di
Brazil. Bab ini juga merupakan hasil analisis dan pembahasan yang
menjawab rumusan masalah.
Bab V Penutup
Berisi kesimpulan dan saran dari penelitian yang dilakukan.