LAPORAN KASUS Gangguan Kepribadian Emosi
LAPORAN KASUS
Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil
Tipe Ambang (Borderline)
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian akhir
Kepaniteraan Klinik Madya di SMF Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura
Oleh:
ANISA Q. ANANDA HAMSAH (0100840112)
Pembimbing:
dr. Manoe Bernd Paul, Sp.KJ., M.Kes
SMF PSIKIATRI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
PAPUA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Laporan Kasus dengan judul :
“Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil Tipe Ambang (Borderline)”
Sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Madya pada SMF Psikiatri RSJD
AbepuraFakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura
yang dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal :
Tempat
: Ruang Pertemuan RSJD Abepura
Mengesahkan
Penguji Laporan Kasus Bagian Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih
dr. Manoe Bernd Paul, S.KJ., M.Kes
1
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
DATA EPIDEMIOLOGI....................................................................................1
LAPORAN PSIKIATRI......................................................................................2
I.
RIWAYAT PSIKIATRI.....................................................................2
A. Keluhan Utama .............................................................................2
B. Riwayat Penyakit Sekarang ..........................................................2
C. Riwayat penyakit medis dan psikiatri dahulu.................................... 3
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
D. Riwayat Penggunaan Zat...............................................................4
E. Riwayat Keluarga .........................................................................4
F. Riwayat Pribadi.............................................................................4
STATUS PSIKIATRI ........................................................................6
A. Kesadaran......................................................................................6
B. Orientasi........................................................................................6
C. Penampilan....................................................................................6
D. Roman muka..................................................................................6
E. Perilaku terhadap pemeriksa..........................................................6
F. Atensi.............................................................................................7
G. Emosi.............................................................................................7
H. Persepsi .........................................................................................7
I. Pikiran............................................................................................7
J. Memori dan fungsi kognitif...........................................................8
K. Tilikan............................................................................................8
FORMULASI DIAGNOSTIK .........................................................8
RENCANA TERAPI ........................................................................9
PENCEGAHAN ...................................................................................... 10
PROGNOSIS......................................................................................10
PEMBAHASAN.................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
15
1i
DATA EPIDEMIOLOGI
a. No registrasi
: 0002313
b. Nama
: Ny.Eka Maya Yolanda
c. Usia
: 40 tahun
d. Jenis kelamin
: Perempuan
e. Alamat
: Kompleks Asrama Haji Kotaraja
f. Agama
: Kristen Khatolik
g. Suku Bangsa
: Jawa
h. Pendidikan
: SMA
i. Status Pekerjaan
: Swasta
j. Status perkawinan
: Sudah menikah
k. Ruang perawatan
: KELAS WANITA
l. Tanggal MRSJ
: 23 April 2017
m. Tanggal pemeriksaan
: 23 April 2017
n. Yang mengantar
: Tidak ada
o. Alamat pengantar
: Tidak ada
p. Yang memberi informasi
: Tidak ada
1
LAPORAN PSIKIATRI
I. RIWAYAT PSIKIATRI
a. Keluhan utama
Autonamnesis: “pasien datang karena emosi”.
b. Riwayat penyakit sekarang
Autoanamnesis.
Pasien datang ke RSJ Abepura dengan keluhan emosi yang tidak
terkontrol yang semakin memburuk sejak ± 1 bulan yang lalu yaitu dengan
sering mencoba untuk menyaikiti diri sudah sejak sebulan yang lalu,
awalnya keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun yang lalu (2016) namun
emosinya masih terkontrol dan selalu dipendam. Pasien juga mengeluh
susah tidur karena stress memikirkan perasaan perasaan emosi yang ingin
diluapkannya, namun ketika bangun pagi pasien merasa lebih baik.
Pasien mengaku memiliki masalah dengan pacarnya, ketika teringat
kembali masalah tersebut membuat pasien semakin tidak bisa mengontrol
emosinya, komunikasi terhadap pacarnya masih baik. Untuk meringankan
keluhan, pasien menyakiti dirinya sendiri dengan cara menyileti tangannya,
menyetrika pipinya, membenturkan kepalanya didinding dan sempat ingin
mencoba membunuh diri dengan meminum cairan super pel 3 hari yang
lalu.
c. Riwayat penyakit medis dan psikiatri dahulu
Autoanamnesis :
Perubahan perilaku dirasakan
sejak ± 1 bulan yang lalu dan semakin
meningkat. Pasien mengaku belum pernah merasakan hal seperti ini.
2
d. Riwayat penggunaan zat
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat meminum alkohol, tidak
mempunyai riwayat merokok, tidak menggunakan zat adiktif lainnya.
e. Riwayat keluarga
Pada keluarga tidak ada yang mimilik kondisi sepeti pasien.
Keterangan :
Perempuan :
Laki-laki
:
Pasien
:
f. Riwayat pribadi
1. Masa kanak-kanak awal ( 0 sampai usia 3 tahun)
-
Pasien mengatakan ibu pasien bercerita saat mengandung pasien
tidak ada masalah atau kelainan. Pasien dilahirkan dengan usia
kandungan cukup bulan dan dilahirkan secara spontan, tanpa
kecacatan maupun trauma lahir. Semasa bayi, pasien mendapat
cukup ASI dan tidak memiliki masalah makan.
-
Tumbuh kembang pasien sama dengan teman- teman sebayanya.
2. Masa kanak-kanak pertengahan (usia 3 – 11 tahun)
-
Masa kanak-kanak pasien sesuai dengan teman-teman sebayanya
namun jarang bermain diluar pasien lebih sering bermain dirumah
karena takut dimarahi ibunya.
3. Masa kanak-kanak akhir (prapubertas sampai remaja)
3
-
Hubungan keluarga : pasien jarang berkomunikasi antara ibu, ayah,
serta adiknya walaupun berada di satu rumah yang sama, Lebih
sering mengurung diri didalam kamar.
-
Hubungan sebaya : pasien memiliki banyak teman, namun
cenderung lebih kepada teman laki – laki daripada perempuan dan
tidak mengalami kesulitan dalam perkenalan dengan orang baru.
-
Riwayat sekolah : Pasien tidak memiliki permasalahan disekolah
baik kepada guru maupun teman kelasnya
-
Perkembangan motorik dan kognitif : pasien tidak memiliki
kesulitan saat belajar.
-
Masalah fisik atau emosional : Pasien belum mengalami perubahan
emosional dan pasien tidak pernah mengikuti ajakan temannya
untuk merokok, dan minum alcohol .
-
Riwayat psikoseksual :
Aktivitas seks remaja : Pasien bercerita ke pernah menaksir
beberapa teman, tetapi tidak pernah bercerita dengan ibu atau orang
terdekatnya.
-
Pada masa sekolah SMA pasien sudah melakukan hubungan seks
pertama kali sejak kelas 2 SMA dengan teman yang membuat
pasien merasa nyaman.
-
Latar belakang keagamaan : pasien merupakan remaja jemaat gereja
dan rajin dalam beribadah.
4. Masa dewasa
-
Riwayat kuliah : Pasien tidak lanjut meneruskan pendidikan ketika
lulus SMA.
4
-
Riwayat pekerjaan : Pasien pernah bekerja di sebuah PT swasta di
daerah jawa tetapi
jauh dari tempat tinggalnya dan jarang
berkomunikasi dengan keluarga, kemudian melanjutkan lagi ke
daerah papua selama 9 tahun.
-
Aktivitas sosial : Pasien memiliki beberapa teman dikompleks
namun tidak sering bersosialisasi, menurut pasien lebih merasa
nyaman di rumah sendiri.
-
Seksualitas Dewasa
Pasien melakukan seks pranikah dengan calon suaminya dan
memiliki anak perempuan ( umur 17 tahun ), namun sudah bercerai
12 tahun yang lalu ketika usia anak pasien 5 tahun. Kemudian
pasien mempunyai pacar baru hubungan sudah berlanjut selama 9
tahun dan sampai sekarang ( jarak jauh) dan sering melakukan seks
ketika bertemu.
Tiga bulan terakhir ini pasien berselingkuh dengan seorang
(sudah punya isteri) dan pada awal pertemuan pasien sudah
melakukan hubungan seks.
II. STATUS PSIKIATRIKUS
a. Kesadaran
Compos Mentis
Pasien
secara
sadar
penuh
terhadap
lingkungan serta memberikan reaksi yang
b. Orientasi
Orang : Baik
memadai.
Pasien mampu mengenali orang sekitarnya
Tempat :baik
dan datang sendiri ke rumah sakit
Pasien mengatakan ini adalah rumah sakit
Waktu : baik
jiwa abepura.
Pasien tepat dalam menyebutkan waktu
( menyebutkan hari kamis bulan mei tahun
c. Penampilan
Cukup
menggunakan
d. Roman muka
bersih,
pakaian
2017 pada siang hari .
Pasien dengan postur
agak
tegap,
menggunakan kemeja merah, celana jeans,
sesuai usia pasien
ikat pinggang, sepatu dan berpenampilan
Cemas
rapi.
Pasien terlihat cemas seperti sedang
5
e. Perilaku
Kontak : Ada
memikirkan sesuatu.
Pasien selalu melihat
Rapport : Adekuat
mengajaknya bicara
Pasien menjawab pertanyaan
Sikap terhadap pemeriksa :
ditanyakan dengan nyambung.
Pasien
menunjukkan
ketertarikannya
Kooperatif, tertarik,
terutama
perhatian.
bersemangat menjawab pertanyaan dengan
terhadap
pemeriksa
pada
orang
lawan
yang
yang
jenis,
sangat
bercanda dan antusias untuk menceritakan
f. Atensi
ceritanya.
Pasien fokus
Inatensi selektif
beberapa
saat
pada
pertanyaan yang diberi dan menjawab
pertanyaan
dengan
baik,
setelah
dipertanyakan hal yang lebih sensitive
g. Bicara
Artikulasi : jelas
Kecepatan bicara : normal
pasien terlihat cemas
Intonasi ucapan terdengar jelas
Pasien menjawab pertanyaan kemudian
memperjelas
jawabannya
seperti
saat
ditanya.
h. Emosi
Mood :euthimik
Pasien
menjawab
pertanyaan
dengan
suasana perasaan yang rentang normal
terhadapa penghayatan perasaan yang luas
dan serasi.
Pasien mengekpresikan
Afek : Serasi
emosi
selaras
dengan ide, pikiran atau gaya bicara yang
menyertai.
i. Persepsi
Ilusi :tidak ada
Halusinasi : Tidak ada
j. Pikiran
Bentuk : Realistik
Pasien menjelaskan siapa dirinya sesuai
dengan kenyataan
k. Memori
Isi :waham (-)
& Konsentrasi : Baik
Pasien
fungsi
kognitif
menjawab
sesuai
dengan
pertanyaan.
Pasien mengingat kejadian dengan baik
Memori : Baik
dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
6
l. Tilikan
Tilikan VI
Pasien
menyadari
dirinya
sakit
sepenhnya
diserti
motivasi
mencapai kebaikan.
III. FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pasien
sendiri, ditemukan adanya masalah yang muncul saat dewasa yang mencetus
perubahan emosi, yaitu pasien tidak dapat mengontrol emosinya sehingga
cenderung menyakiti diri sendiri. Perubahan pola perilaku dan psikologis
yang bermanifestasi saat ini memenuhi kriteria diagnostic F60.31 Gangguan
Kepribadian Emosional Tak Stabil Tipe Ambang (Borderline) berdasarkan
Pedoman Penggolongan dan Gangguan Jiwa di Indonesia.
a. Diagnosis Banding : F21. Gangguan Skizotipal
F32. Gangguan Depresif
b. Diagnosis multiaxial
Axis I
: F32.0 Gangguan depresif ringan
Axis II
: F60.31. Gangguan kepribadian tipe ambang
Axis III
: Tidak ada
Axis IV
: Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial dan
hubungan dengan pasangan.
Axis V
:
GAF-90-81 gejala minimal, berfungsi baik, cukup
puas, tidak lebih ari masalah harian yang
biasa.
IV. RENCANA TERAPI
TERAPI FARMAKOLOGIS
Pada saat ini pasien dilakukan rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Abepura.Obatobatan yang diberikan kepada pasien ini adalah :
1. Clozapine tablet 25 mg dengan dosis anjuran 150 - 600 mg/h
Indikasinya untuk sindrom psikosis gejala positif dan gejala negatif.
7
bahwa
untuk
2. Carbamazepine tablet 200 mg dengan dosis anjuran 300–600 mg/h
Indikasinya untuk mood stabilazers.
INTERVENSI PSIKOSOSIAL
-
Penyuluhan psikososial. Memberikan informasi sebanyak mungkin
tentang penyakit pasien terhadap pasien. Dalam keadaan ini diperlukan
cara untuk mengawasi perasaan pasien yang dapat merasa depresi,
lemah, lesu kemudian beralih pada keadaan yang tidak bisa mengontrol
emosi pasien. Penting dalam menjaga pola tidur yang normal agar dapat
mencegah kekambuhan.
-
Membangun hubungan social. Dapat dengan cara mencari tahu kegiatan
pasien yang jika dianjurkan dapat membantu secara langsung maupun
tidak langsung dalam psikososial. Serta secara aktif memberi semangat
kepada pasien untuk memulai kembali kegiatan social yang pernah
dijalaninya serta menasehati keluarga pasien tentang ini.
-
Follow up. Follow up berkesinambungan wajib diperlukan, gejala serta
efek samping dari pengobatan dan kebutuhan akan psikosoial perlu
dicantumkan
PSIKOTERAPI
-
Psikoterapi untuk pasien dengan gangguan kepribadian ambang adalah
sama sulitnya bagi pasien maupun terapis. Pasien mudah mengalami
redgresi, mengeluarkan impulsnya, dan menunjukan transference
positif atau negative, terfiksasi atau labil, yang sulit dianalisis.
Identifikasi
proyektif
juga
dapat
menyebabkan
masalah
countertransference yaitu ketika terapis tidak menyadari bahwa pasien
secara tidak sadar mencoba memaksanya untuk melakukan perilaku
tertentu.
-
Terapi interpersonal dan social. Terapi menggunakan terapi perilaku
untuk mengendalikan impuls dan ledakan kemarahan pasien serta
mengurangi sensitivitas terhadap kritik dan penolakan. Pelatihan
keterampilan social, terutama dengan pemutaran rekaman video kilas
8
balik, bermanfaat untuk memungkinkan pasien melihat bagaimana
tindakan mereka mempengaruhi orang lain, sehingga memperbaiki
perilaku interpersonal mereka.
-
Family Therapy
Terapi keluarga sangat membantu untuk mengurangi konflik dan stres
yang dapat memperburuk kondisi mental individu dengan BPD. Terapi
keluarga melatih anggota keluarga menghargai individu BPD,
meningkatkan komunikasi dan penyelesaian masalah secara bersamasama dan saling mendukung antar pasangannya.
-
Schema Therapy
Schema therapy merupakan pendekatan didasarkan pada perilakukognitif dan gestalt. Fokus terapi ini pada aspek emosi, kepribadian dan
bagaimana individu bereaksi dengan lingkungan. Dalam treatment ini
menitikberatkan
pada
hubungan
antara
terapis
dan
klien
(pendampingan; reparenting), kehidupan sehari-hari klien diluar terapi,
dan pengalaman trauma masa kecil.
-
Cognitive behavioural therapy. Membantu pasien untuk mengubah pola
pikir dan perilaku negative.
V. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan primer pada gangguan kepribadian ambang ini dapat
dilakukan dengan bersosialisasi, tidak menyindiri dan latihan berkomunikasi
dengan keluarga. Pencegahan sekunder yaitu bila telah mengalami gangguan
ini, diharapkan tetap berkonsultasi dengan dokter yang merawat, mengikuti
anjuran untuk konsumsi obat sesuai aturan.
VI. PROGNOSIS
a. Ad vitam
: dubia at bonam
b. Ad fungsionam
: dubia at bonam
c. Ad sanationam
: dubia at bonam
9
VII. PEMBAHASAN
Kepribadian umumnya digunakan sebagai label deskriptif global untuk
perilaku seseorang yang dapat diamati secara objek serta pengalaman interna
yang secara subyektif dapat ia laporkan. Individu yang utuh yang dapat
digambarkan dengan cara ini menunjukan aspek public dan pribadi
kehidupannya. Kata “kepribadian” dapat dibubuhkan pada kata sifat tertentu,
dengan makna psikiatrik seperti “pasif” atau “agresif” atau kata – kata tanpa
konotasi patologis, seperti “ambisius” atau “religius” atau “ramah”.
Serangkaian kualifikasi yang sesuai tersebut menghasilkan diagnosis
gangguan kepribadian yang berdampak adanya perkiraan tertentu mengenai
bagaimana seseorang akan bersikap dibawah serangkaian keadaan tertentu.
Gangguan kepribadian menurut DSM IV-TR mendefinisikan gangguan
kepribadian sebagai pengalaman dan perilaku subyektif yang berlangsung
lama, universal yang kaku, memiliki onset pada pada masa remaja awal atau
dewasa awal, stabil sepanjang waktu, dan menimbulkan ketidakbahagiaan
serta hendaya.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV-TR).
Gangguan kepribadian dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, Salah
satunya yaitu kelompok B, yang terdiri dari gangguan kepribadian antisosial,
borderline (ambang), histrionic, dan narsistik. Pada kelompok ini pasien
cenderung sering tampak dramatik, emosional, dan tidak menentu.
Orang yang mengalami gangguan kepribadian biasanya memiliki
tingkah laku yang kompleks dan berbeda-beda berupa :
- Ketergantungan yang berlebihan
- Ketakutan yang berlebihan dan intimitas
- Kesedihan yang mendalam
- Tingkah laku yang eksploitatif
- Kemarahan yang tidak dapat dikontrol
- Jika masalah mereka tidak ditangani, kehidupan mereka akan dipenuhi
ketidakpuasan.
10
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV-TR).
Gangguan kepribadian ambang (borderline) didefinisikan sebagai sebuah
pola
ketidakstabilan
hubungan
interpersonal,
citra
diri,
dan
mempengaruhi sebuah awal impulsive.
Pasien dengan gangguan kepribadian ambang berdiri pada batas
antara neurosis dan psikosis serta ditandai dengan afek, mood, perilaku,
hubungan objek, dan citra diri yang sangat tidak stabil.
Kriteria Diagnostic DSM-IV_TR gangguan kepribadian ambang
ditandai dengan:
-
Pola hubungan interpersonal tidak stabil dan intens ditandai dengan
bergantian antara idealisasi ekstrem dan develuasi yang ekstrem.
-
Gangguan identitas : citra – diri atau rasa – diri yang sceara menetap
tidak stabil
-
Impulsive dalam 2 daerah setidaknya yang berpotensi merusak diri
-
Perilaku, sikap, atau ancaman bunuh diri berulang, atau perilaku
mutilasi diri.
-
Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas mood yang nyata ditandai
dengan suasana hati : (disforia episodik mendalam, lekas marah, atau
kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari
beberapa hari)
-
Perasaan kekosongan kronis
-
Kemarahan intens yang tidak sesuai atau kesulitan untuk
mengendalikan kemarahan (cth. Sering menunjukan kemarahan,
perkelahian fisik berulang)
-
Gagasan paranoid terkait – stress yang terjadi sementara atau gejala
disosiatif berat.
Pasien dapat berargumentatif pada suatu saat, depresi pada lainnya,
dan kemudian mengeluh tidak ada perasaan.
Pasien mungkin memiliki episode psikotik yang berlangsung
singkat (disebut episode mikropsikotik) dan gejala – gejala psikotik
pasien ini hampir selalu berputar – putar, cepat, atau meragukan.
11
Perilaku pasien dengan gangguan kepribadian ambang sangat tidak dapat
diduga, dan prestasi mereka jarang mencapai tingkat kemampuan
mereka. Sifat menyakitkan dari kehidupan mereka dicerminkan dalam
bentuk tindakan merusak diri berulang. Pasien seperti ini dapat mengiris
pergelangan tangannya dan melakukan mutilasi diri lainnya untuk
mendapatkan
bantuan
dari
orang
lain,
untuk
mengekspresikan
kemarahan, atau untuk membuat mereka mati rasa dari afek melimpah.
Karena mereka merasa bergantung sekaligus bermusuhan, orang
dengan gangguan ini memiliki hubungan interpersonal yang penuh huru
– hara. Mereka dapat bergantung kepada orang lain yang mereka rasa
dekat dan jika frustasi, mereka dapat mengekspresikan kemarahan pada
teman dekatnya. Pasien dengan gangguan kepribadian ambang tidak
dapat menoleransi keadaan sendiri ; dan mereka lebih memilih pencarian
“gila – gilaan” untuk mendapatkan teman, tidak peduli betapapun
kepuasannya bagi mereka sendiri. Untuk meredakan kesepian, jika hanya
untuk waktu singkat, mereka menerima orang asing sebagai teman atau
bersikap tidak setia. Mereka sering mengeluh mengenai rasa kosong dan
bosan yang kronis serta tidak adanya rasa identitas yang konsisten
(difusi identitas); jika ditekan, mereka sering mengeluh tentang seberapa
depresi yang mereka rasakan tanpa memusingkan aspek lainnya.
Secara fungsional, pasien dengan gangguan kepribadian ambang
merusak hubungan mereka dengan menganggap semua orang baik atau
semua orang jahat. Pasien melihat orang baik sebagai figure kebencian
dan sadis yang mengurangi kebutuhan rasa aman mereka dan
mengancam mereka pengabaian saat mereka merasa bergantung. Sebagai
akibat dari pemisahan ini, orang yang baik diidealisasikan dan orang
yang buruk didevaluasikan. Pergeseran kesetiaan dari satu orang atau
kelompok ke yang lainnya sering terjadi. Otto Kernberg menemukan
bahwa mekanisme pertahanan proyeksi terdapat pada pasien dengan
ganggua kepribadian ambang.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa (PPDGJ) III, Gangguan kepribadian mencakup berbagai kondisi
12
klinis yang bermakna dan pola perilaku yang cenderung menetap, dan
merupakan ekspresi dari pola hidup yang khas dari seseorang dan cara –
cara berhubungan dengan diri sndiri maupun orang lain.
F60.31. Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil Tipe
Ambang (borderline).
Pedoman Diagnostik
Terdapat kecendrungan yang mencolok untuk bertindak
secara
impulsive
konsekuensinya,
tanpa
bersamaan
mempertimbangkan
dengan
ketidakstabilan
emosional;
Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri.
Diagnosis banding pada gangguan kepribadian ambang yaitu
gangguan skizotipal dimana pada gangguan ini terdapat beberapa gejala
seperti afek yang tidak wajar atau menyempit, perilaku atau penampilan
yang aneh, eksentrik, hubungan sosial yang buruk dengan orang lain dan
tendensi menarik diri dari pergaulan sosial, pikiran obsesiv berulang –
ulang yang tak terkendali, pikiran yang bersamar” atau vague namun
berlansung sedikitnya untuk 2 tahun lamanya.
Diagnosis banding pada gangguan kepribadian ini juga adalah
episode depresif dimana gejala utama adalah afek depresif, kehilangan
minat
dan
kegembiraan,
dan
berkurangnya
energy
yang
meuju
meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja
sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Dengan gejala lainnya adalah
konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, tidur
terganggu, nafsu makan berkurang.
Pengobatan keadaan gangguan kepribadian tipe ambang digunakan
carbamazepine tablet 200 mg dengan dosis anjuran 300 – 600 mg/h untuk
mood stabilizers. Sedangkan untuk gejala psikotik digunakan clozapine
tablet 25 mg dengan dosis anjuran 150 – 600 mg/h, Untuk mengendalikan
kemarahan permusuhan, dan episode psikotik singkat.
13
Prognosis gangguan kepribadian tipe ambang (borderline) yang
ditatalaksana terapi psikososial serta farmakoterapi gangguan ini cukup
stabil, pasien sedikit berubah dari waktu ke waktu. Pasien dengan gangguan
kepribadian ambang sering membaik didalam lingkungan rumah sakit
tempat mereka mendapatkan psikoterapi intensif baik secara individu
maupun kelompok. Pada pasien ini setelah mendapat terapi dan selama
berada di rumah sakit terlihat gangguan mood dan perasaam cemas pasien
menurun, tingkah laku pasien untuk merusak diri tampak tak terlihat.
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pasien,
ditemukan adanya masalah keluarga yaitu kurangnya komunikasi dan
tampak keterbukaan sosial serta adanya masalah yang timbul pada masa
awal dewasa yaitu pada hubungan percintaan yang menyebabkan pasien
tidak dapat mengontrol emosi pasien tersebut, yang mencetuskan perubahan
kepribadian diri pasien dengan cara merusak diri pasien dengan mencoba
untuk bunuh diri, emosi yang tidak terkontrol sesaat, sehingga diagnosis
diarahkan pada F60.31 Gangguan kepribadian emosional tak stabil tipe
ambang (Borderline).
14
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, W. F., & Maramis, A. A. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.
Surabaya: Airlangga University Press.
Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Maslim, R. (2014). Panduan Praktis Penggunan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Sadock, Benjamin J. (2010). Kaplan dan Shadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi
2. Jakarta:EGC.
15
Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil
Tipe Ambang (Borderline)
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian akhir
Kepaniteraan Klinik Madya di SMF Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura
Oleh:
ANISA Q. ANANDA HAMSAH (0100840112)
Pembimbing:
dr. Manoe Bernd Paul, Sp.KJ., M.Kes
SMF PSIKIATRI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
PAPUA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima oleh Penguji Laporan Kasus dengan judul :
“Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil Tipe Ambang (Borderline)”
Sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Madya pada SMF Psikiatri RSJD
AbepuraFakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura
yang dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal :
Tempat
: Ruang Pertemuan RSJD Abepura
Mengesahkan
Penguji Laporan Kasus Bagian Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih
dr. Manoe Bernd Paul, S.KJ., M.Kes
1
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
DATA EPIDEMIOLOGI....................................................................................1
LAPORAN PSIKIATRI......................................................................................2
I.
RIWAYAT PSIKIATRI.....................................................................2
A. Keluhan Utama .............................................................................2
B. Riwayat Penyakit Sekarang ..........................................................2
C. Riwayat penyakit medis dan psikiatri dahulu.................................... 3
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
D. Riwayat Penggunaan Zat...............................................................4
E. Riwayat Keluarga .........................................................................4
F. Riwayat Pribadi.............................................................................4
STATUS PSIKIATRI ........................................................................6
A. Kesadaran......................................................................................6
B. Orientasi........................................................................................6
C. Penampilan....................................................................................6
D. Roman muka..................................................................................6
E. Perilaku terhadap pemeriksa..........................................................6
F. Atensi.............................................................................................7
G. Emosi.............................................................................................7
H. Persepsi .........................................................................................7
I. Pikiran............................................................................................7
J. Memori dan fungsi kognitif...........................................................8
K. Tilikan............................................................................................8
FORMULASI DIAGNOSTIK .........................................................8
RENCANA TERAPI ........................................................................9
PENCEGAHAN ...................................................................................... 10
PROGNOSIS......................................................................................10
PEMBAHASAN.................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
15
1i
DATA EPIDEMIOLOGI
a. No registrasi
: 0002313
b. Nama
: Ny.Eka Maya Yolanda
c. Usia
: 40 tahun
d. Jenis kelamin
: Perempuan
e. Alamat
: Kompleks Asrama Haji Kotaraja
f. Agama
: Kristen Khatolik
g. Suku Bangsa
: Jawa
h. Pendidikan
: SMA
i. Status Pekerjaan
: Swasta
j. Status perkawinan
: Sudah menikah
k. Ruang perawatan
: KELAS WANITA
l. Tanggal MRSJ
: 23 April 2017
m. Tanggal pemeriksaan
: 23 April 2017
n. Yang mengantar
: Tidak ada
o. Alamat pengantar
: Tidak ada
p. Yang memberi informasi
: Tidak ada
1
LAPORAN PSIKIATRI
I. RIWAYAT PSIKIATRI
a. Keluhan utama
Autonamnesis: “pasien datang karena emosi”.
b. Riwayat penyakit sekarang
Autoanamnesis.
Pasien datang ke RSJ Abepura dengan keluhan emosi yang tidak
terkontrol yang semakin memburuk sejak ± 1 bulan yang lalu yaitu dengan
sering mencoba untuk menyaikiti diri sudah sejak sebulan yang lalu,
awalnya keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun yang lalu (2016) namun
emosinya masih terkontrol dan selalu dipendam. Pasien juga mengeluh
susah tidur karena stress memikirkan perasaan perasaan emosi yang ingin
diluapkannya, namun ketika bangun pagi pasien merasa lebih baik.
Pasien mengaku memiliki masalah dengan pacarnya, ketika teringat
kembali masalah tersebut membuat pasien semakin tidak bisa mengontrol
emosinya, komunikasi terhadap pacarnya masih baik. Untuk meringankan
keluhan, pasien menyakiti dirinya sendiri dengan cara menyileti tangannya,
menyetrika pipinya, membenturkan kepalanya didinding dan sempat ingin
mencoba membunuh diri dengan meminum cairan super pel 3 hari yang
lalu.
c. Riwayat penyakit medis dan psikiatri dahulu
Autoanamnesis :
Perubahan perilaku dirasakan
sejak ± 1 bulan yang lalu dan semakin
meningkat. Pasien mengaku belum pernah merasakan hal seperti ini.
2
d. Riwayat penggunaan zat
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat meminum alkohol, tidak
mempunyai riwayat merokok, tidak menggunakan zat adiktif lainnya.
e. Riwayat keluarga
Pada keluarga tidak ada yang mimilik kondisi sepeti pasien.
Keterangan :
Perempuan :
Laki-laki
:
Pasien
:
f. Riwayat pribadi
1. Masa kanak-kanak awal ( 0 sampai usia 3 tahun)
-
Pasien mengatakan ibu pasien bercerita saat mengandung pasien
tidak ada masalah atau kelainan. Pasien dilahirkan dengan usia
kandungan cukup bulan dan dilahirkan secara spontan, tanpa
kecacatan maupun trauma lahir. Semasa bayi, pasien mendapat
cukup ASI dan tidak memiliki masalah makan.
-
Tumbuh kembang pasien sama dengan teman- teman sebayanya.
2. Masa kanak-kanak pertengahan (usia 3 – 11 tahun)
-
Masa kanak-kanak pasien sesuai dengan teman-teman sebayanya
namun jarang bermain diluar pasien lebih sering bermain dirumah
karena takut dimarahi ibunya.
3. Masa kanak-kanak akhir (prapubertas sampai remaja)
3
-
Hubungan keluarga : pasien jarang berkomunikasi antara ibu, ayah,
serta adiknya walaupun berada di satu rumah yang sama, Lebih
sering mengurung diri didalam kamar.
-
Hubungan sebaya : pasien memiliki banyak teman, namun
cenderung lebih kepada teman laki – laki daripada perempuan dan
tidak mengalami kesulitan dalam perkenalan dengan orang baru.
-
Riwayat sekolah : Pasien tidak memiliki permasalahan disekolah
baik kepada guru maupun teman kelasnya
-
Perkembangan motorik dan kognitif : pasien tidak memiliki
kesulitan saat belajar.
-
Masalah fisik atau emosional : Pasien belum mengalami perubahan
emosional dan pasien tidak pernah mengikuti ajakan temannya
untuk merokok, dan minum alcohol .
-
Riwayat psikoseksual :
Aktivitas seks remaja : Pasien bercerita ke pernah menaksir
beberapa teman, tetapi tidak pernah bercerita dengan ibu atau orang
terdekatnya.
-
Pada masa sekolah SMA pasien sudah melakukan hubungan seks
pertama kali sejak kelas 2 SMA dengan teman yang membuat
pasien merasa nyaman.
-
Latar belakang keagamaan : pasien merupakan remaja jemaat gereja
dan rajin dalam beribadah.
4. Masa dewasa
-
Riwayat kuliah : Pasien tidak lanjut meneruskan pendidikan ketika
lulus SMA.
4
-
Riwayat pekerjaan : Pasien pernah bekerja di sebuah PT swasta di
daerah jawa tetapi
jauh dari tempat tinggalnya dan jarang
berkomunikasi dengan keluarga, kemudian melanjutkan lagi ke
daerah papua selama 9 tahun.
-
Aktivitas sosial : Pasien memiliki beberapa teman dikompleks
namun tidak sering bersosialisasi, menurut pasien lebih merasa
nyaman di rumah sendiri.
-
Seksualitas Dewasa
Pasien melakukan seks pranikah dengan calon suaminya dan
memiliki anak perempuan ( umur 17 tahun ), namun sudah bercerai
12 tahun yang lalu ketika usia anak pasien 5 tahun. Kemudian
pasien mempunyai pacar baru hubungan sudah berlanjut selama 9
tahun dan sampai sekarang ( jarak jauh) dan sering melakukan seks
ketika bertemu.
Tiga bulan terakhir ini pasien berselingkuh dengan seorang
(sudah punya isteri) dan pada awal pertemuan pasien sudah
melakukan hubungan seks.
II. STATUS PSIKIATRIKUS
a. Kesadaran
Compos Mentis
Pasien
secara
sadar
penuh
terhadap
lingkungan serta memberikan reaksi yang
b. Orientasi
Orang : Baik
memadai.
Pasien mampu mengenali orang sekitarnya
Tempat :baik
dan datang sendiri ke rumah sakit
Pasien mengatakan ini adalah rumah sakit
Waktu : baik
jiwa abepura.
Pasien tepat dalam menyebutkan waktu
( menyebutkan hari kamis bulan mei tahun
c. Penampilan
Cukup
menggunakan
d. Roman muka
bersih,
pakaian
2017 pada siang hari .
Pasien dengan postur
agak
tegap,
menggunakan kemeja merah, celana jeans,
sesuai usia pasien
ikat pinggang, sepatu dan berpenampilan
Cemas
rapi.
Pasien terlihat cemas seperti sedang
5
e. Perilaku
Kontak : Ada
memikirkan sesuatu.
Pasien selalu melihat
Rapport : Adekuat
mengajaknya bicara
Pasien menjawab pertanyaan
Sikap terhadap pemeriksa :
ditanyakan dengan nyambung.
Pasien
menunjukkan
ketertarikannya
Kooperatif, tertarik,
terutama
perhatian.
bersemangat menjawab pertanyaan dengan
terhadap
pemeriksa
pada
orang
lawan
yang
yang
jenis,
sangat
bercanda dan antusias untuk menceritakan
f. Atensi
ceritanya.
Pasien fokus
Inatensi selektif
beberapa
saat
pada
pertanyaan yang diberi dan menjawab
pertanyaan
dengan
baik,
setelah
dipertanyakan hal yang lebih sensitive
g. Bicara
Artikulasi : jelas
Kecepatan bicara : normal
pasien terlihat cemas
Intonasi ucapan terdengar jelas
Pasien menjawab pertanyaan kemudian
memperjelas
jawabannya
seperti
saat
ditanya.
h. Emosi
Mood :euthimik
Pasien
menjawab
pertanyaan
dengan
suasana perasaan yang rentang normal
terhadapa penghayatan perasaan yang luas
dan serasi.
Pasien mengekpresikan
Afek : Serasi
emosi
selaras
dengan ide, pikiran atau gaya bicara yang
menyertai.
i. Persepsi
Ilusi :tidak ada
Halusinasi : Tidak ada
j. Pikiran
Bentuk : Realistik
Pasien menjelaskan siapa dirinya sesuai
dengan kenyataan
k. Memori
Isi :waham (-)
& Konsentrasi : Baik
Pasien
fungsi
kognitif
menjawab
sesuai
dengan
pertanyaan.
Pasien mengingat kejadian dengan baik
Memori : Baik
dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
6
l. Tilikan
Tilikan VI
Pasien
menyadari
dirinya
sakit
sepenhnya
diserti
motivasi
mencapai kebaikan.
III. FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pasien
sendiri, ditemukan adanya masalah yang muncul saat dewasa yang mencetus
perubahan emosi, yaitu pasien tidak dapat mengontrol emosinya sehingga
cenderung menyakiti diri sendiri. Perubahan pola perilaku dan psikologis
yang bermanifestasi saat ini memenuhi kriteria diagnostic F60.31 Gangguan
Kepribadian Emosional Tak Stabil Tipe Ambang (Borderline) berdasarkan
Pedoman Penggolongan dan Gangguan Jiwa di Indonesia.
a. Diagnosis Banding : F21. Gangguan Skizotipal
F32. Gangguan Depresif
b. Diagnosis multiaxial
Axis I
: F32.0 Gangguan depresif ringan
Axis II
: F60.31. Gangguan kepribadian tipe ambang
Axis III
: Tidak ada
Axis IV
: Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial dan
hubungan dengan pasangan.
Axis V
:
GAF-90-81 gejala minimal, berfungsi baik, cukup
puas, tidak lebih ari masalah harian yang
biasa.
IV. RENCANA TERAPI
TERAPI FARMAKOLOGIS
Pada saat ini pasien dilakukan rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Abepura.Obatobatan yang diberikan kepada pasien ini adalah :
1. Clozapine tablet 25 mg dengan dosis anjuran 150 - 600 mg/h
Indikasinya untuk sindrom psikosis gejala positif dan gejala negatif.
7
bahwa
untuk
2. Carbamazepine tablet 200 mg dengan dosis anjuran 300–600 mg/h
Indikasinya untuk mood stabilazers.
INTERVENSI PSIKOSOSIAL
-
Penyuluhan psikososial. Memberikan informasi sebanyak mungkin
tentang penyakit pasien terhadap pasien. Dalam keadaan ini diperlukan
cara untuk mengawasi perasaan pasien yang dapat merasa depresi,
lemah, lesu kemudian beralih pada keadaan yang tidak bisa mengontrol
emosi pasien. Penting dalam menjaga pola tidur yang normal agar dapat
mencegah kekambuhan.
-
Membangun hubungan social. Dapat dengan cara mencari tahu kegiatan
pasien yang jika dianjurkan dapat membantu secara langsung maupun
tidak langsung dalam psikososial. Serta secara aktif memberi semangat
kepada pasien untuk memulai kembali kegiatan social yang pernah
dijalaninya serta menasehati keluarga pasien tentang ini.
-
Follow up. Follow up berkesinambungan wajib diperlukan, gejala serta
efek samping dari pengobatan dan kebutuhan akan psikosoial perlu
dicantumkan
PSIKOTERAPI
-
Psikoterapi untuk pasien dengan gangguan kepribadian ambang adalah
sama sulitnya bagi pasien maupun terapis. Pasien mudah mengalami
redgresi, mengeluarkan impulsnya, dan menunjukan transference
positif atau negative, terfiksasi atau labil, yang sulit dianalisis.
Identifikasi
proyektif
juga
dapat
menyebabkan
masalah
countertransference yaitu ketika terapis tidak menyadari bahwa pasien
secara tidak sadar mencoba memaksanya untuk melakukan perilaku
tertentu.
-
Terapi interpersonal dan social. Terapi menggunakan terapi perilaku
untuk mengendalikan impuls dan ledakan kemarahan pasien serta
mengurangi sensitivitas terhadap kritik dan penolakan. Pelatihan
keterampilan social, terutama dengan pemutaran rekaman video kilas
8
balik, bermanfaat untuk memungkinkan pasien melihat bagaimana
tindakan mereka mempengaruhi orang lain, sehingga memperbaiki
perilaku interpersonal mereka.
-
Family Therapy
Terapi keluarga sangat membantu untuk mengurangi konflik dan stres
yang dapat memperburuk kondisi mental individu dengan BPD. Terapi
keluarga melatih anggota keluarga menghargai individu BPD,
meningkatkan komunikasi dan penyelesaian masalah secara bersamasama dan saling mendukung antar pasangannya.
-
Schema Therapy
Schema therapy merupakan pendekatan didasarkan pada perilakukognitif dan gestalt. Fokus terapi ini pada aspek emosi, kepribadian dan
bagaimana individu bereaksi dengan lingkungan. Dalam treatment ini
menitikberatkan
pada
hubungan
antara
terapis
dan
klien
(pendampingan; reparenting), kehidupan sehari-hari klien diluar terapi,
dan pengalaman trauma masa kecil.
-
Cognitive behavioural therapy. Membantu pasien untuk mengubah pola
pikir dan perilaku negative.
V. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan primer pada gangguan kepribadian ambang ini dapat
dilakukan dengan bersosialisasi, tidak menyindiri dan latihan berkomunikasi
dengan keluarga. Pencegahan sekunder yaitu bila telah mengalami gangguan
ini, diharapkan tetap berkonsultasi dengan dokter yang merawat, mengikuti
anjuran untuk konsumsi obat sesuai aturan.
VI. PROGNOSIS
a. Ad vitam
: dubia at bonam
b. Ad fungsionam
: dubia at bonam
c. Ad sanationam
: dubia at bonam
9
VII. PEMBAHASAN
Kepribadian umumnya digunakan sebagai label deskriptif global untuk
perilaku seseorang yang dapat diamati secara objek serta pengalaman interna
yang secara subyektif dapat ia laporkan. Individu yang utuh yang dapat
digambarkan dengan cara ini menunjukan aspek public dan pribadi
kehidupannya. Kata “kepribadian” dapat dibubuhkan pada kata sifat tertentu,
dengan makna psikiatrik seperti “pasif” atau “agresif” atau kata – kata tanpa
konotasi patologis, seperti “ambisius” atau “religius” atau “ramah”.
Serangkaian kualifikasi yang sesuai tersebut menghasilkan diagnosis
gangguan kepribadian yang berdampak adanya perkiraan tertentu mengenai
bagaimana seseorang akan bersikap dibawah serangkaian keadaan tertentu.
Gangguan kepribadian menurut DSM IV-TR mendefinisikan gangguan
kepribadian sebagai pengalaman dan perilaku subyektif yang berlangsung
lama, universal yang kaku, memiliki onset pada pada masa remaja awal atau
dewasa awal, stabil sepanjang waktu, dan menimbulkan ketidakbahagiaan
serta hendaya.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV-TR).
Gangguan kepribadian dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, Salah
satunya yaitu kelompok B, yang terdiri dari gangguan kepribadian antisosial,
borderline (ambang), histrionic, dan narsistik. Pada kelompok ini pasien
cenderung sering tampak dramatik, emosional, dan tidak menentu.
Orang yang mengalami gangguan kepribadian biasanya memiliki
tingkah laku yang kompleks dan berbeda-beda berupa :
- Ketergantungan yang berlebihan
- Ketakutan yang berlebihan dan intimitas
- Kesedihan yang mendalam
- Tingkah laku yang eksploitatif
- Kemarahan yang tidak dapat dikontrol
- Jika masalah mereka tidak ditangani, kehidupan mereka akan dipenuhi
ketidakpuasan.
10
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV-TR).
Gangguan kepribadian ambang (borderline) didefinisikan sebagai sebuah
pola
ketidakstabilan
hubungan
interpersonal,
citra
diri,
dan
mempengaruhi sebuah awal impulsive.
Pasien dengan gangguan kepribadian ambang berdiri pada batas
antara neurosis dan psikosis serta ditandai dengan afek, mood, perilaku,
hubungan objek, dan citra diri yang sangat tidak stabil.
Kriteria Diagnostic DSM-IV_TR gangguan kepribadian ambang
ditandai dengan:
-
Pola hubungan interpersonal tidak stabil dan intens ditandai dengan
bergantian antara idealisasi ekstrem dan develuasi yang ekstrem.
-
Gangguan identitas : citra – diri atau rasa – diri yang sceara menetap
tidak stabil
-
Impulsive dalam 2 daerah setidaknya yang berpotensi merusak diri
-
Perilaku, sikap, atau ancaman bunuh diri berulang, atau perilaku
mutilasi diri.
-
Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas mood yang nyata ditandai
dengan suasana hati : (disforia episodik mendalam, lekas marah, atau
kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari
beberapa hari)
-
Perasaan kekosongan kronis
-
Kemarahan intens yang tidak sesuai atau kesulitan untuk
mengendalikan kemarahan (cth. Sering menunjukan kemarahan,
perkelahian fisik berulang)
-
Gagasan paranoid terkait – stress yang terjadi sementara atau gejala
disosiatif berat.
Pasien dapat berargumentatif pada suatu saat, depresi pada lainnya,
dan kemudian mengeluh tidak ada perasaan.
Pasien mungkin memiliki episode psikotik yang berlangsung
singkat (disebut episode mikropsikotik) dan gejala – gejala psikotik
pasien ini hampir selalu berputar – putar, cepat, atau meragukan.
11
Perilaku pasien dengan gangguan kepribadian ambang sangat tidak dapat
diduga, dan prestasi mereka jarang mencapai tingkat kemampuan
mereka. Sifat menyakitkan dari kehidupan mereka dicerminkan dalam
bentuk tindakan merusak diri berulang. Pasien seperti ini dapat mengiris
pergelangan tangannya dan melakukan mutilasi diri lainnya untuk
mendapatkan
bantuan
dari
orang
lain,
untuk
mengekspresikan
kemarahan, atau untuk membuat mereka mati rasa dari afek melimpah.
Karena mereka merasa bergantung sekaligus bermusuhan, orang
dengan gangguan ini memiliki hubungan interpersonal yang penuh huru
– hara. Mereka dapat bergantung kepada orang lain yang mereka rasa
dekat dan jika frustasi, mereka dapat mengekspresikan kemarahan pada
teman dekatnya. Pasien dengan gangguan kepribadian ambang tidak
dapat menoleransi keadaan sendiri ; dan mereka lebih memilih pencarian
“gila – gilaan” untuk mendapatkan teman, tidak peduli betapapun
kepuasannya bagi mereka sendiri. Untuk meredakan kesepian, jika hanya
untuk waktu singkat, mereka menerima orang asing sebagai teman atau
bersikap tidak setia. Mereka sering mengeluh mengenai rasa kosong dan
bosan yang kronis serta tidak adanya rasa identitas yang konsisten
(difusi identitas); jika ditekan, mereka sering mengeluh tentang seberapa
depresi yang mereka rasakan tanpa memusingkan aspek lainnya.
Secara fungsional, pasien dengan gangguan kepribadian ambang
merusak hubungan mereka dengan menganggap semua orang baik atau
semua orang jahat. Pasien melihat orang baik sebagai figure kebencian
dan sadis yang mengurangi kebutuhan rasa aman mereka dan
mengancam mereka pengabaian saat mereka merasa bergantung. Sebagai
akibat dari pemisahan ini, orang yang baik diidealisasikan dan orang
yang buruk didevaluasikan. Pergeseran kesetiaan dari satu orang atau
kelompok ke yang lainnya sering terjadi. Otto Kernberg menemukan
bahwa mekanisme pertahanan proyeksi terdapat pada pasien dengan
ganggua kepribadian ambang.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa (PPDGJ) III, Gangguan kepribadian mencakup berbagai kondisi
12
klinis yang bermakna dan pola perilaku yang cenderung menetap, dan
merupakan ekspresi dari pola hidup yang khas dari seseorang dan cara –
cara berhubungan dengan diri sndiri maupun orang lain.
F60.31. Gangguan Kepribadian Emosional Tak Stabil Tipe
Ambang (borderline).
Pedoman Diagnostik
Terdapat kecendrungan yang mencolok untuk bertindak
secara
impulsive
konsekuensinya,
tanpa
bersamaan
mempertimbangkan
dengan
ketidakstabilan
emosional;
Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri.
Diagnosis banding pada gangguan kepribadian ambang yaitu
gangguan skizotipal dimana pada gangguan ini terdapat beberapa gejala
seperti afek yang tidak wajar atau menyempit, perilaku atau penampilan
yang aneh, eksentrik, hubungan sosial yang buruk dengan orang lain dan
tendensi menarik diri dari pergaulan sosial, pikiran obsesiv berulang –
ulang yang tak terkendali, pikiran yang bersamar” atau vague namun
berlansung sedikitnya untuk 2 tahun lamanya.
Diagnosis banding pada gangguan kepribadian ini juga adalah
episode depresif dimana gejala utama adalah afek depresif, kehilangan
minat
dan
kegembiraan,
dan
berkurangnya
energy
yang
meuju
meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja
sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Dengan gejala lainnya adalah
konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, tidur
terganggu, nafsu makan berkurang.
Pengobatan keadaan gangguan kepribadian tipe ambang digunakan
carbamazepine tablet 200 mg dengan dosis anjuran 300 – 600 mg/h untuk
mood stabilizers. Sedangkan untuk gejala psikotik digunakan clozapine
tablet 25 mg dengan dosis anjuran 150 – 600 mg/h, Untuk mengendalikan
kemarahan permusuhan, dan episode psikotik singkat.
13
Prognosis gangguan kepribadian tipe ambang (borderline) yang
ditatalaksana terapi psikososial serta farmakoterapi gangguan ini cukup
stabil, pasien sedikit berubah dari waktu ke waktu. Pasien dengan gangguan
kepribadian ambang sering membaik didalam lingkungan rumah sakit
tempat mereka mendapatkan psikoterapi intensif baik secara individu
maupun kelompok. Pada pasien ini setelah mendapat terapi dan selama
berada di rumah sakit terlihat gangguan mood dan perasaam cemas pasien
menurun, tingkah laku pasien untuk merusak diri tampak tak terlihat.
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pasien,
ditemukan adanya masalah keluarga yaitu kurangnya komunikasi dan
tampak keterbukaan sosial serta adanya masalah yang timbul pada masa
awal dewasa yaitu pada hubungan percintaan yang menyebabkan pasien
tidak dapat mengontrol emosi pasien tersebut, yang mencetuskan perubahan
kepribadian diri pasien dengan cara merusak diri pasien dengan mencoba
untuk bunuh diri, emosi yang tidak terkontrol sesaat, sehingga diagnosis
diarahkan pada F60.31 Gangguan kepribadian emosional tak stabil tipe
ambang (Borderline).
14
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, W. F., & Maramis, A. A. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.
Surabaya: Airlangga University Press.
Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Maslim, R. (2014). Panduan Praktis Penggunan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Sadock, Benjamin J. (2010). Kaplan dan Shadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi
2. Jakarta:EGC.
15