MAKALAH PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT PENDI (1)

MAKALAH
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
PENDIDIKAN NASIONAL
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Pendidikan
Dosen :

Dr. H. Sarbaini, M.Pd

OLEH :

ANDYA AGISA
[1610112220003]

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2017
1


KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluargaNya, para sahabatNya, dan seluruh ummatNya yang
senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan yang
berjudul “Pancasila Sebagai Filsafat Pendidikan Nasional”.
Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, khususnya kepada bapak Dr. H. Sarbaini, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Filsafat
Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya memperoleh banyak manfaat setelah
menyusun makalah ini.
Akhirul kalam, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Karena itu saya
mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di masa mendatang. Harapan saya
semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.
Demikian makalah ini saya susun, semoga bisa memberikan manfaat kepada pembaca.

Banjarmasin, April 2017

Penulis


2

DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................2
Daftar Isi.......................................................................................................3
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang...............................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................5
C. Tujuan Penulisan............................................................................5
D. Manfaat Penulisan..........................................................................5
BAB 2
Pembahasan
A. Pengertian Filsafat.........................................................................6
B.
C.
D.
E.
F.


Landasan Filosofis Pendidikan Nasional.......................................7
Sstem Pendidikan Nasional............................................................8
Pancasila Sebagai Filsafat Pendidikan...........................................9
Hubungan Pancasila Dengan Sistem Pendidikan.........................11
Aspek Ontologis, Epistemologis, & Aksiologi Dalam Filsafat
Pendidikan Pancasila....................................................................11

BAB 3
Penutup
A. Kesimpulan..................................................................................15
B. Saran............................................................................................15
Daftar Pustaka...........................................................................................16

3

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan terbentuk

secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang terjadi pada
ideologi-ideologi lain di dunia, namun terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang
dalam sejarah bangsa Indonesia. Ideologi Pancasila yang diterapkan di Indonesia bila dibandingkan
dengan ideologi besar lain di dunia mempunyai suatu perbedaan. Di satu sisi terkadang perbedaan
tersebut terasa dekat dan tipis, tetapi di sisi lainnya perbedaan tersebut sangat jauh dan sangat
berbeda.
Suatu masyarakat atau bangsa menjadikan filsafat sebagai suatu pandangan hidup yaitu
merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa tersebut,
tanpa terkecuali aspek pendidikan. Filsafat yang dikembangkan harus berdasarkan filsafat yang
dianut oleh suatu bangsa, sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau mekanisme dalam
menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat tersebut.
Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem norma
tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga
pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin supaya pendidikan dan
prosesnya efektif, maka dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan landasan ilmiah sebagai asas
normatif dan pedoman pelaksanaan pembinaan.
Filsafat merupakan teori umum, sebagai landasan dari semua pemikiran umum mengenai
pendidikan. Hubungan filsafat dan pendidikan menjadi sangat penting, sebab filsafat menjadi dasar,
arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur
yang menjadikan filsafat sebagai media untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan

mengharmoniskan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Filsafat menetapkan ide-ide dan
idealisme sedangkan pendidikan merupakan usaha dalam merealisasikan ide-ide tersebut menjadi
kenyataan, tindakan, tingkah laku dan membina kepribadian manusia.
Bruner dan Burns dalam bukunya Problem in Education and Philosophy mengatakan bahwa
tujuan pendidikan adalah merupakan tujuan filsafat, yaitu untuk membimbing kearah
kebijaksanaan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan realisasi dari ide-ide

4

filsafat, filsafat memberi asas kepastian bagi peranan pendidikan sebagai wadah pembinaan manusia
yang telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktivitas pendidikan.
Dari uraian tersebut di atas diperoleh hubungan fungsional antara filsafat dengan teori
pendidikan. Filsafat dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori pendidikan dan memberi arah bagi teori
pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan
kehidupan yang nyata serta memberi petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan
menjadi ilmu pendidikan. Dengan mendasarkan pada hal di atas maka terdapat sejumlah pertanyaan
mendasar, apakah implementasi sistem pendidikan nasional bangsa ini sudah mencerminkan
pandangan-pandangan filosofis yang berakar pada Pancasila?


B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi mengenai Filsafat?
2. Bagaimana landasan filosofis pendidikan nasional ?
3. Bagaimana sistem pendidikan nasional?
4. Bagaimana pancasila sebagai filsafat pendidikan?
5. Apa hubungannya pancasila dengan sistem pendidikan?
6. Bagaimana aspek ontologis, epitemologis dan aksiologi dalam filsafat pendidikan pancasila?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini ialah

- Tujuan Umum

: Sebagai media pembelajaran mahasiswa

- Tujuan Khusus

:

1.

2.
3.
4.
5.
6.

Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan Filsafat
Agar mahasiswa mengetahui bagaimana landasan filosofis pendidikan nasional.
Agar mahasiswa mengetahui bagaimana sistem pendidikan nasional.
Agar mahasiswa mengetahui bagaimana pancasila sebagai filsafat pendidikan.
Agar mahasiswa mengetahui apa hubungannya pancasila dengan sistem pendidikan.
Agar mahasiswa mengetahui bagaimana aspek ontologis, epitemologis dan aksiologi
dalam filsafat pendidikan pancasila.

D. MANFAAT PENULISAN
-

Sarana membaca
5


-

Media pembelajaran

BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat dapat diartikan sebagai cara hidup manusia sepanjang kehidupan nya di dunia. Cita-cita
manusia selalu berkaitan dengan falsafa kehidupannya.
Kata filsafat berasal dari bahasa inggris dan bahasa yunani. Dalam bahasa Inggris, yaitu
philosophy sedangkan dalam bahasa Yunani philein atau philos dan sofein atau sophi. Ada pula yang
mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah, yang artinya al-hikmah. Philos,
arinya cinta sedangkan sophia, artinya kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat dapat diartikan
“cinta kebijaksanna atau al-hikmah.” Orang yang mencintai atau mencari kebijaksanaan atau
kebenaraan disebut dengan filsuf. Filsuf selalu mencari kebenaran dan kebijaksanaan tanpa
mengenal batas.
Mencari kebenaran dan pendekatan filsofis yang radikal dan kontemplatif, yaitu mencari
kebenaran hingga ke akar-akarnya yang dilakukan secara mendalam. Beberapa definisi filsafat
dikemukakan sebagai berikut.
1. Filsafat adalah proses pencarian kebenaran dengan cara menelusuri hakikat dan sumber

kebenaran secara sistematis, logis, kritis, rasional, dan spekulatif. Alat yang digunakan untuk
mencari kebenaran adalah akal yang merupakan sumber utama dalam berpikir. Dengan
demikian, kebenaran berpikir yang rasional, logis, sistematis,kritis, radikal, dan universal.
2. Filsafat adalah pengetahuan tentang cara berpikir terhadap segala sesuatu atau sarwa sekalian
alam. Artinya, materi pembicaraan filsafat adalah segalah hal yang menyangkut keseluruhan
yang bersifat universal. Dengan demikian, pencarian kebenaran filosofi tidak pernah berujung
dengan kepuasan dan tidak mengenal pemutlakan kebenaran. Bahkan, untuk suatu yang “sudah”
dianggap benar pun, kebenarannya masih di ragukan. Dikatakan mengenal kata puas karena
kebenaran akan mengikuti situasi dan kondisi dan alam pikiran manusia yang haus dengan
pengetahuan.

6

B. LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN NASIONAL
Landasan filosofis pendidikan nasional adalah Pancasila sebagaimana termaktub dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Landasan filosofis pendidikan nasional berasumsi sebagai
berikut:
1. Segala sesuatu berasal dari Tuhan sebagai pencipta. Hakikat hidup bangsa Indonesia adalah
berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa dan perjuangan yang didorong oleh keinginan luhur untuk
mencapai dan mengisi kemerdekaan. Selanjutnya, keinginan luhur, yaitu:

(a) negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur;
(b) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh bangsa tumpah darah Indonesia;
(c) memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa;
(d) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
2. Pancasila merupakan mazhab filsafat tersendiri yang dijadikan landasan pendidikan, bagi bangsa
Indonesia yang dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 2,
yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
3. Manusia adalah ciptaan Tuhan, bersifat mono-dualisme dan monopluralisme. Manusia yang
dicita-citakan adalah manusia seutuhnya, yaitu manusia yang mencapai keselarasan dan
keserasian dalam kehidupan spiritual dan keduniawian, individu dan sosial, fisik dan kejiwaan.
4. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, pemikiran, dan penghayatan.
5. Perbuatan manusia diatur oleh nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan, kepentingan umum dan
hati nurani.
6. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
7. Kurikulum berisi pendidikan umum, pendidikan akademik, pendidikan kejuruan, pendidikan

luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, dan pendidikan profesional.
8. Mengutamakan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan penghayatan. Berbagai metode dapat
dipilih dan dipergunakan dalam rangka mencapai tujuan.
9. Peranan pendidik dan anak didik pada dasarnya berpegang pada prinsip keteladanan ing ngarso
sung tulado, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani.
7

C. SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Sistem pendidikan yang dialami sekarang ini merupakan hasil perkembangan pendidikan yang
tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa di masa lalu. Pendidikan tidak berdiri sendiri, tetapi
selalu dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik, sosial, ekonomi, dan budaya (Jalaludin,
2007:168).
Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam menunjang kemajuan sebuah bangsa.
Pasal 2 UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan
Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pasal 3 UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional juga menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Apa yang tertuang dalam kedua pasal tersebut di atas secara jelas menyatakan bahwa pendidikan
sangat bernilai strategis untuk diwujudkan dalam rangka kemajuan peradaban bangsa Indonesia ini.
Aspek-aspek yang hendak diwujudkan melalui sistem pendidikan nasional secara komprehensif
adalah dalam rangka membentuk manusia Indonesia yang diidealkan, yakni memenuhi semua
tuntutan kodrat kemanusiaan manusia.
Pendidikan, selain sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan, sosial budaya, juga merupakan
sarana untuk mewariskan ideologi bangsa kepada generasi selanjutnya yang sekali lagi hanya dapat
dilakukan melalui pendidikan. Suatu bangsa akan menajdi kuat dengan sistem pendidikannya yang
kuat dan baik kualitasnya.
Pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsanya. Oleh karenanya
sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari, dan mencerminkan identitas Pancasila.
Sementara cita dan karsa bangsa Indonesia, tujuan nasional dan hasarat luhur rakyat Indonesia,
tersimpul dalam Pembukaan UUD 1945 sebagi perwujudan jiwa dan nilai Pancasila. Cita dan karsa
ini dilembagakan dalam sistem pendidikan nasional yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu
keyakinan, dan pandangan hidup Pancasila. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa filsafat
pendidikan Pancasila merupakan tuntutan nasional, sedangkan filsafat pendidikan pancasila adalah
subsistem dar sistem negara Pancasila. Dengan kata lain, sistem negara Pancasila wajar tercermin

8

dan dilaksanakan di dalam berbagai subsistem kehidupan bangsa dan masyarakat (Jalaludin,
2007:170).
Dengan melihat dan memerhatikan fungsi pendidikan dalam membangun potensi negara dan
bangsa, khususnya dalam menumbuh kembangkan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang pada
akhirya menentukan eksistensi dan martabat banga, maka sistem pendidikan nasional dan filsafat
pendidikan Pancasla seharusnya terbina dengan konsisten . Filsafat pendidikan Pancasila merupakan
aspek ruhaniah atau spiritual sistem pendidikan nasional (Jalaludin, 2007:170).
Oleh karenanya menjadi sangat logis bahwa sistem pendidikan nasional yang dibangun dan
hendak ditumbuhkembangkan dengan baik harus dijiwai oleh sistem filsafat pendidikan Pancasila.
Filsafat pendidikan Pancasila sebagai fondasi yang akan membantu mewujudkan manusia yang
diidealkan oleh Pancasila yang dapat berkembang sempurna semua aspek kediriannya.

D. PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT PENDIDIKAN
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk
menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Indonesia adalah negara yang
berdasarkan pada Pancasila dan Undang-UndangDasar 1945 yang di dalamnya diatur bahwa
pendidikan diusahakan dan diselenggarakan oleh pemerintah sebagai satu sistem pengajaran
nasional. Aristoteles mengatakan, bahwa tujuan pendidikan sama dengan tujuan didirikannya suatu
negara (Rapar; 1988).
Demikian juga dengan Indonesia, pendidikan selain sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan,
sosial budaya juga merupakan sarana untuk mewariskan ideologi bangsa kepada generasi
selanjutnya. Suatu bangsa menjadi kuat serta menguasai bangsa-bangsa lainnya dengan sistem
pendidikannya yang kuat demikian juga sebaliknya sistem pendidikan yang lemah akan menjadikan
suatu bangsa tidak berdaya (Tadjab; 1994). Pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti
ideologi suatu bangsa yang dianutnya.
Filsafat adalah berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran,
filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam tentang pendidikan berdasarkan filsafat,
apabila kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan,
bahwa Pancasila pandangan hidup bangsa yang menjiwai dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya
sistem pendidikan nasional Indonesia wajar apabila dijiwai, didasari dan mencerminkan identitas
Pancasila. Cita dan karsa bangsa Indonesia diusahakan secara melembaga dalam sistem
pendidikan. nasional yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan, pandangan hidup dan

9

folosofi tertentu, inilah dasar pikiran mengapa filsafat pendidikan Pancasila merupakan tuntutan
nasional dan sistem filsafat pendidikan Pancasila adalah sub sistem dari sistem negara Pancasila.
Dengan memperhatikan fungsi pendidikan dalam membangun potensi bangsa, khususnya dalam
melestarikan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang ada pada akhirnya menentukan eksistensi
dan martabat bangsa, maka sistem pendidikan nasional dan filsafat pendidikan pancasila
seyogyanya terbina secara optimal supaya terjamin tegaknya martabat dan kepribadian bangsa.
Filsafat pendidikan Pancasila merupakan aspek rohaniah atau spiritual sistem pendidikan nasional,
tiada sistem pendidikan nasioanal tanpa filsafat pendidikan.
Sistem pendidikan yang dialami sekarang merupakan hasil perkembangan pendidikan yang
tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa di masa lalu. Pendidikan tidak berdiri sendiri, tapi selalu
dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Menteri Pengajaran
dan Kebudayaan (PM), mengeluarkan instruksi yang dikenal dengan nama “Sapta Usaha Tama dan
Pancawadharna” yang isinya antara lain bahwa Pancasila merupakan asas Pendidikan nasional.
Pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsa yang dianut. Karena
system pendidikan nasional Indonesia dijiwai, disadari dan mencerminkan identitas Pancasila.
Sementara cita dan karsa bangsa kita, tujuan nasional dan hasrat luhur rakyat Indonesia, tersimpul
dalam pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan jiwa dan nilai Pancasila. Cita dan karsa ini
dilembagakan dalam system pendidikan nasional yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan,
dan pandangan hidup Pancasila. Dengan kata lain, sistem Negara pancasila tercermin dan
dilaksanakan didalam berbagai subsistem kehidupan bangsa dan masyarakat.
Dalam kaitan Pancasila sebagai filsafat pendidikan maka harus dipahami bahwa Pancasila
sebagai pandangan hidup yang diyakini dan menjiwai kehidupan masyrakatnya. Untuk
mengidealisasikan dalam proses berbangsa maka harus ada upaya yang sungguh-sungguh mengenai
bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat dilaksanakan melalui proses pendidikan. Pancasila meenjadi
sumber nilai untuk mengarahkan proses pendidikan yang menyangkut secara jelas out put
pendidikannya agar mampu menghasilkan manusia Indonesia yang diidealkan sebagaimana yang
dikehendaki, yakni manusiayang mampu mengenali seluruh potensi kediriannya sehingga mampu
menjalankan kehidupanya dengan penuh tanggung jawab dalam semua aspek atau dimensi
kehidupannya.

10

E. HUBUNGAN PANCASILA DENGAN SISTEM PENDIDIKAN
Pancasila adalah dasar Negara Indonesia yang merupakan fungsi utamanyadan dari segi
materinya digali dari pandangan hidup dan kepribadian bangsa (Dardodiharjo, 1988. 17). Pancasila
merupakan dasar Negara yang membedakan dengan bansa lain. Filsafat adalah cara berpikir secara
mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran sesuatu. Sementara filsafat pendidikan
adalah pemikiran yang mendalam tentang kependidikan berdasarkan filsafat. Bila kita hubungkan
fungsi pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan maka dapat kita jabarkan
bahwa pancasila adalah pandangan hidup bengsa yang menjiwai sila-silanya dalam kehidupan
sehari-hari. Dan untuk menerapkan sila-sila pancasila, diperlukan pemikiran yang sungguh-sungguh
mengenai bagaimana nilai-nilai pancasila itu dapat dilaksanankan. Dalam hal ini tentunya
pendidikanlah yang berperan utama.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang menjiwai dalam sstem pendidikan
nasional, dengan perkataan lain bila dihubungkan Pancasila dengan kanyataan yang ada dalam
system pendidikan nasional tidak dapat dipisahkan, karena pendidikan nasional itu dasarnya adalah
pancasiladan UUD 1945. Jadi ini merupakan kesatuan yang utuh.

F. ASPEK ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS & AKSIOLOGIS FILSAFAT
PENDIDIKAN PANCASILA
1. Aspek Ontologis Filsafat Pendidikan Pancasila
Ontologi adalah cabang filsafat yang masalah pokoknya adalah mempertanyakan mengenai
kenyataan atau realitas. Persoalan-persoalan ini identik dengan pembicaraan mengenai hakikat
“ada”. Hakikat “ada” dapat berarti tidak apa-apa, karena merujuk dan menunjuk pada hal umum
(abstrak umum universal). Hampir sama dengan aristoteles yang mengungkap bahwa ontologism
adalah ilmu yang meyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan
disamakan artinya dengan metafisika.
Pengertian ini baru menjadi kongkret sejauh diberikan sesuatu dibelakangnya (Sutrisno,
1984:82). Demikian halnya dengan Pancasila sebagai filsafat, ia memiliki isi yang abstrak
umum dan universal. Pengertian abstrak umum dan universal dalam hal ini adalah pengertian
pokok yang terdapat dalam setiap unsur-unsur sila dari Pancasila. Pancasila terdiri dari sila-sila
yang mempunyai awalan dan juga kahiran, yang dalam tata bahasa membuat abstrak; dari kata
dasarnya yang artinya meliputi hal yang jumlahnya tidak terbatas dan tidak berubah, terlepas
darii keadaan, tempat dan waktu. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang
11

menjiwai sistem pendidikan nasional tidak bisa dipisahkan denga kenyataan yang ada, karena
pendidikan nasional itu dasarnya adalah Pancasila dan UUD 1945, sehingga hal ini menjadi
bentuk kesatuan yang utuh.
Hal inilah yang kemudian secara konsisten harus masuk didalam tujuan dari sistem
pendidikan nasional yang disebutkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2. Aspek Epistemologis Filsafat Pendidikan Pancasila
Epistemologi ialah studi filsafat yang berfokus pada sumber, syarat, dan proses terjadinya
ilmu pengetahuan, batas validitas, serta hakikat ilmu pengetahuan. Melalui filsafat kita dapt
menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai demi peningkatan ketenangan da kesejahteraan
hidup, pergaulan dan berwarga negara. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang
mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan cakupan pengetahuan, pengandaianpengandaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan
yang dimiliki.
Sedangkan D.W. Hamlyan mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian-pengandaiannya
serta secara umum hal itu dapat diandalkan sebagai penegasan bahwa orang memiliki
pengetahuan.
Menurut Titus (1984 : 20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi, yaitu:
a) Tentang sumber pengetahuan manusia
b) Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia
c) Tentang watak pengetahuan manusia
Secara epistemologis Pancasila sebagai filsafat yaitu sebagai upaya untuk mencari hakikat
Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Sumber pengetahuan Pancasila adalah nilai-nilai
yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Sedangkan susunan Pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan yaitu Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti
susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu.

12

Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila mendasarkan pada pandangannya bahwa
ilmu pengetahuan tidak bebas nilai dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan
pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.
Epistemologi menyelidiki sumber, proses, syarat-syarat batas, validitas dan hakikat ilmu.
Epistemologi Pancasila secara mendasar meliputi nilai-nilai dan azas-azas Maha sumber ialah
Tuhan, yang menciptakan kepribadian manusia dengan martabat dan potensi unik yang tinggi,
menghayati kesemestaan, nilai agama dan ketuhanan. Kepribadian manusia sebagai subyek
diberkati dengan martabat luhur: pancaindra, akal, rasa, karsa, cipta, karya dan budi nurani.

3. Aspek Aksiologis Filsafat Pendidikan Pancasila
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang memfokuskan perhatian pada persoalan nilai.
Nilai tidak akan timbul dengan sendirinya, nilai timbul karena manusia memiliki bahasa yang
digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Sehingga masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai.
Dikatakan memiliki nilai apabila berguna, benar, bermoral, etis dan bernilai religius. Dengan
demikian Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memiliki nilai-nilai; ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyataan dan keadilan. Nilai ideal, material, spiritual, dan nilai
positif dan juga nilai logis, estetika, etis, sosial dan religius (Jalaludin, 2007:179).
Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik. Sila-sila
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi
Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Nilai-nilai
yang terkandung dalam sila-sila Pancasila merupakan cita-cita, harapan, dambaan bangsa
Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila itu memiliki tingkatan dan bobot yang berbeda, namun tidak saling bertentangan.
Pancsila merupakan substansi utuh atau kesatuan organik (Kaelan, 2013:162-163).
Dalam filsafat Pancasila, terdapat tiga tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumental,
dan nilai praktis.
-

Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan,
nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

-

Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum yang
selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara.

13

-

Nilai praktis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai ini
merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam
masyarakat.
Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan nilai dasar yang

mendasari nilai intrumental dan selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat,
berbansa, dan bernegara.
Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila (subscriber
of value Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan,
yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial.
Aksiologi menyelidiki pengertian, jenis, tingkatan, sumber dan hakikat nilai secara
kesemestaan. Aksiologi Pancasila pada hakikatnya sejiwa dengan ontologi dan epistemologinya.
Seluruh kesadaran manusia tentang nilai tercermin dalam kepribadian dan tindakannya. Sumber
nilai dan kebajikan bukan saja kesadaran akan Ketuhanan yang mahaesa, tetapi juga adanya
potensi intrinsik dalam kepribadian, yakni: potensi cinta kasih sebagai perwujudan akal budi dan
nurani manusia (berupa kebajikan). Azas dan usaha manusia guna semakin mendekati sifat-sifat
kepribadiannya adalah cinta sesama. Nilai cinta inilah yang menjadi sumber energi bagi darma
bakti dan pengabdiannya untuk selalu berusaha melakukan kebajikan-kebajikan. Azas normatif
ini bersifat ontologis pula, karena sifat dan potensi pribadi manusia berkembang dari
potensialitas menuju aktualitas, darireal-self menuju ideal-self, bahkan dari kehidupan dunia
menuju kehidupan kekal. Garis menuju perkembangan teleologis ini pada hakikatnya ialah
usaha dan dinamika kepribadian yang disadari (tidak didasarkan atas motivasi cinta, terutama
cinta diri).
Nilai instrinsik ajaran filsafat Pancasila sedemikian mendasar, komprehensif, bahkan luhur
dan ideal, meliputi: multi-eksistensial dalam realitas horisontal; dalam hubungan teleologis;
normatif dengan mahasumber kesemestaan (Tuhan dengan ‘ikatan’ hukum alam dan hukum
moral yang psikologis-religius); kesadaran pribadi yang natural, sosial, spiritual, supranatural
dan suprarasional. Penghayatannya pun multi-eksistensial, bahkan praeksistensi, eksistensi
(real-self dan ideal-self), bahkan demi tujuan akhir pada periode post-existence (demi kehidupan
abadi), menunjukkan wawasan eksistensial yang normatif-ideal.

14

BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil dari penulisan makalah ini ialah
1. Filsafat pendidikan Pancasila sebagai ruh dari sistem pendidikan nasional di Indonesia harus
benar-benar dihayati sebagai sumber nilai dan rujukan dalam perencanaan strategis dibidang
pendidikan di Indonesia. Segenap perubahan yang dimungkinkan dalam sebuah sistem
pendidikan nasional, sebagai sebuah keniscayaan dalam menghadapi semua perubahan jaman,
harus mempertimbangkan Pancasila sebagai kerangka acuan, yang berarti perubahan yang
dimungkinkan adalah perubahan yang tidak berkaiatan dengan nilai dasarnya tetapi perubahan
dalam aspek instrumentalnya, sebagaimana misalnya dalam kebijakan Kurikulum 2013 saat ini.
2. Filsafat Pendidikan Pancasila harus diimplementasikan secara nyata dan konsisten agar
pembangunan manusia Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam cita-cita besar bangsa
Indonesia dapat tercapai dengan prinsip-prinsip dasar dari nilai Pancasila yaitu prinsip
religiusitas, perwujudan dan penghargaan atas nilai kemanusiaa, berpegang teguh pada jiwa
persatuan sebagai bangsa, semangat menghargai perbedaan dan penghormatan pada kehidupan
yang demokratis serta perwujudan nilai-nilai keadilan, yang semuanya harus terwujudkan
melalui proses pendidika yang bermartabat sebagaimana diciata-citakan Pancasila.

B. SARAN
Dewasa ini pengamalan pengamalan Pancasila semakin memudar terlebih lagi di era globalisasi,
sehingga mengancam mental dan kepribadian bangsa Indonesia. Hal ini harus segera ditangani
dengan cara meningkatkan penanaman pengamalan Pancasila melalui pendidikan yang seutuhnya,
jadi tidak sebatas teori tetapi juga diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, perlu
adanya kesadaran dari setiap warga negara akan pentingya pengamalan Pancasila dan
mempertahankannya

15

DAFTAR PUSTAKA
Agus Sutono. 2015. “Meneguhkan Pancasila Sebagai Filsafat Pendidikan Nasional”.
Jurnal Ilmiah Civis, volume 5, Nomor 1, Januari 2015.
Kaelan. 1996. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kaelan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Paradigma.
http://islamiceducation001.blogspot.co.id/2015/05/pancasila-sebagai-dasar-filsafat.htmlDiakses pada tanggal 18 April 2017.

16