PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA (2)
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
NEGARA
mukaddimah
Keputusan PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dasar
negara Indonesia ditegaskan bukan sebagai
negara agama bukan pula negara sekuler,
melainkan negara Pancasila. Artinya, Indonesia
disepakati menjadi negara kebangsaan yang
dijiwai oleh agama (religious nation state).
Dengan demikian, Indonesia tidak dapat dikatakan
sebagai negara agama, bukan negara sekuler.
Indonesia mengakui dan melindungi hak warga
negaranya untuk memeluk agama apapun asal
berkeadaban, berkeadilan dan tanpa diskriminasi
Sikap terhadap perdebatan
Natsir Vs Soekarno
Natsir dan Soekarno terjebak ke dalam perdebatan yang
mengarah kepada pertentangan konsep pemisahan antara
negara dan agama sebagaimana di Barat. Padahal
sesungguhnya hal itu tidak bisa terjadi di Indonesia
dikarenakan Indonesia tidak memiliki pertentangan konsep
terhadap campur tangannya gereja kepada negara
sebagaimana
di
Barat.
bahkan
menurutnya
yang
dipertentangkan di Barat itu adalah campur-tangan gereja
sebagai salah satu institusi agama kepada persoalan negara,
bukanlah pertentangan antara agama dan negara. Catatan
penting adalah dua perdebatan founding fathers tersebut
merupakan titik awal dari perdebatan-perdebatan mengenai
dasar negara di BPUPKI.
PEMBENTUKAN BPUPKI&PPKI
BPUPKI
dibentuk oleh
pemerintahan
Jepang di
Indonesia pada
29 April 1945
(bukan 1 Maret
1945) dengan
tugas
menyusun
RUUD.
PPKI dibentuk 12 Agustus 1945
saat Soekarno, Radjiman,dan
Hatta diterimah oleh Jendral
Terauchi Hisaichi dan Soekarno
sebagai ketuanya di Saigon.
Tidak tepat jika di katakan PPKI
dibentuk 7 agustus 1945 yg ada
hanyala izin dari Jepang untuk
pembentukan PPKI.
PPKI
berugas
mengesahkan
kemerdekaan RI dan melakukan
peralihan kekuasaan dari negeri
jajahan menjadi negeri merdeka.
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI)
Di bentuk 29 April 1945 dengan 63 Orang dengan 3
Pimpimpinan
1. KRT Radjiman W
2. Itibangase Yosio
3. RP Soeroso
4. Abi Koesmo
Tjoektosoejoso
5. H. Achmad Sanusi
6. KH Abdul Halim
7. Asikin
Widjajakoesoema
8. M. Aris
9. R Abdul Kadir
10. R. Buntaran
Martoatmodjo
11. BPH. Bintoro
12. Ki Hadjar
Dewantara
13. AM. Dasaad
14. PAH
Djajadiningrat
15. Moh. Hatta
16. Ki Bagoes
Hadikoesoema
17. R. Hindromartono
18. Muhammad
Yamin
19. AA Soemitro KP
20. R. Koesoema
Atmadja
21. J. Latuharhary
22. RM. Margono J
23. AA Meramis
24. KH Masjkoer
25 KHM Mansoer
26 Moenandar
27 A Kahar Moezakkir
28 Oto Iskandar Dinata
29 Parada Harahap
30 BPH Poeroebojo
31 Abdulrahim P
32 Rooslan W
33.Rooseno
34 Agoes Salim
35 Samsi
36 RM Sartono
37 R Samsoedin
38 R Sastroemoeljono
39 RP Singgih
40 Soekarno
42 R Soedirman
43 Soekiman
44 A. Subarjo
45 Soepomo
46 MP Soerahman T
47 Sutardjo K
48 RMTA Soerjo
49 Soesanto
50 Soewandi
51 KRMA
Sosrodiningrat
52 KH Wachid Hasyim
53 KRMTH
Woerjaningrat
54 RAA
Wiranatakoesoesma
55 KRMT
Wongsonagoro
56 Ny Maria Ulfa
Santoso
57 Ny. RSS Soenarjo M
58 Oei Jong Hauw
59 Oei Tiang Tjoei
60 Liem Koen Hian
61 Tan Eng Hoa
62 PF Dahler
63. Baswedan
Panitia 8
Dibentuk oleh BPUPKI 1 Juni 1945, setalah Pidato Bung
Karno Tentang Pancasila
Golongan Nasionalis
Golongan Islam
1 Soekarno
7 Ki Bagoes hadikkoesoemo
2 Mohammad Hatto
8 Wachid Hasyim
3 M. Yamin
4 A. Meramis
5. M. Sutardjo
Kartohadikusuma
6. Oto Iskandar Dinanata
Panitia 9
Di bentuk secara spontan oleh
Soekarno pada sidang VIII Cuo
Sangiin 18-21 Juni 1945
Golongan Nasionalis
Golongan Islam
1 Soekarno
6 Wachid hasyim
2 Mohammad Hatta
7 A. Kahar Muzakkir
3 M. Yamin
8. H. Agus Salim
4. A. Meramis
9. Abikusno Tjokrosuyoso
5 Subarjo
Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia
Di bentuk
12 Agustus 1945
(PPKI)
Soekarno
Amir
Moh. Hatta
Abdoel Abbas
Soepomo
Tengku Moh. Hasan
Radjiman W
Hamidhan
RP Soeroso
Ratulangi
Soetarjo
Andi Pangeran
Wachid Hasyim
I. Gusti Ktut Pudja
Ki Bagoes
Hadikoesoema
Oto Iskandar Dinata
Ki Hajar Dewantara
Abdoel Kadir
Wiranatakoesoema
Kasman Singodimedja
Soerjohamidjojo
Sajoeti
Poeroebojo
Koesoema Soemantri
Yap Tjwan Bing
Subardjo
J Latuharhary
DEBAT DI BPUPKI
1. PLENO 1 (29 MEI-1 JUNI 1945) BPUPKI
gagal mengambil keputusan tentang
Dasar Negara.
1 Juni 1945 Soekarno mengusulakn dasar
negara Pancasila ( Kebangsaan Indonesia,
Peri
Kemanusiaan,
Mufakat
atau
Demokrasi,
Kesejahteraan
Sosial,
Ketuhanan yang berkebudayaan). Nama
Pancasila bukan murni berasal dari
Soekarno tapi dari temannya yang Ahli
Bahasa.
Lanjutan....
Karena kegagalan tersebut, BPUPKI membentuk
Panitia 8 dg ketua Soekarno yang bertugas
inventarisasi
usul-usul para anggotanya
sekaligus mencari kompromi dan merumuskan
dasar negara dan UUD.
18-21 Juni 1945 ada rapat Cuo Sangi In VIII,
pada saat itulah Soekarno menunjuk 9 orang
untuk merumuskan mukaddimah UUD yg
melahirkan Piagam Jakarta yg dilaporkn pada
sidang Pleno BPUPKI 10 Juli 1945 dan di sahkan
14 Juli 1945 dengan menyepakinya sebagai
dasar negara. Pengesahan RUUD dilakukan oleh
BPUPKI pada akhiri sidang Pleno II 17 Juli 1945.
Lanjutan....
Panitia 9 merupaka panitian yang
melahirkan pancasila yang ada
sekarang dirumuskn dan kemudian
disahkan sebagai dasar negara pada
18 Agustus 1945 dengan mengganti
Sila Pertama “ketuhanan
dengan
kewajiban
menjalankan
Syari’ah
Islam bagi pemeluk-pemeluknya”,
menjadi Ketuhanan yang Maha Esa.
Lanjutan....
Mukaddimah UUD inilah kemudian
disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus
1945. PPKI adalah panitia baru yang
dibentuk untuk melanjutkan tugas
BPUPKI. Kesepakatan Final yangg
paling
Fundamental
adalah
penggantian tuju kata dalam Piagam
Jakarta dengan tiga kata dalam
pembukaan UUD 1945.
Perubahan Piagam Jakarta
Menurut Hatta perubahan piagam
Jakarta menjadi pembuka UUD dg
mengganti tuju kata yg berkaitan dg
syari’at
Islam
disepakti
melalui
pembicaraan lobi antara Hatta dg 4
wakil golongan Islam ( Wachid hasyim,
Ki bagoes hadikoesoemo, Tengku
Muhammad Hasan,Kasman, S) demi
keutuhan bangsa mereka bersepakat
mengganti 7 kata dalam piagam
jakarta dengan kata “Yang Maha Esa”
Lanjutan.....
Ada yang mempersoalkan lobi tersebut, sebab 3
dari 4 orang wakil golongan Islam selain Wachid
Hasyim tidak ikut dalam panitia 9, bahkan Kasman
dan A. Hasan merupakan anggota baru dalam PPKI
bukan anggota BPUPKI. Lebih dari itu menurut
beberapa sumber, Wachid Hasyim tidak ikut dalam
lobi tersebut karena sedang ke Surabaya.
Apapun kontroversi tentang latar belakngnya,
perubahan yg dilakukan PPKI 18 Agustus 1945
adalah sah dan merupakan kontrak politik bangsa
yg mengikat secara konstitusional sebab PPKI
memang berwenang atau berhak melakukan
perubahan
Pancasila sebagai
Ideologi bangsa dan
Negara
Pancasila sebagai
ideologi bangsa
dan
Negara
Indonesia
dapat
diartikan
sebagai suatu pemikiran yg memuat
pandangan dasar dan cita-cita mengenai
sejarah, manusia, masyarakat, hukum
dan negara Indonesia yang bersumber
dari kebudayaan Indonesia. Pancasila
sebagai ideologi nasional mengandung
nilai-nilai budaya Bangsa Indonesia yaitu
cara beerfikir dan cara kerja perjuangan
Pancasila sebagai
ideologi Terbuka
Ciri-ciri ideologi terbuka adalah nilai-nilai
dan cita-citanya tidak dipaksakan dar luar,
melainkan digali dan diambil dari kekayaan
rohani, moral dan budaya masyarakat sendiri.
Dasarnya adlah konsensus masyarakat, tidak
diciptakan oleh negara, melainkan ditemukan
dalam masyarakatnya sendiri.
Pancasila berakar pada pandangan hidup
bangsa dan falsafah bangsa, sehingga
memenuhi prasyarat sebagai deologi terbuka.
Lanjutan.....
Keterbukaan
ideologi
pancasila
ditujukan dalam penerapannya yg
berbentuk pola pikir yg dinamis dan
konseptual dalam dunia modern.
Kita mengenal 3 nilai.
1. Nilai dasar yg tidak bisa dirubah
2. Nilai intrumental sebagai sarana
mewujudkan nilai dasar yg dapat
berubah sesuai dengan keadaan
3. Niai praktis yg berupa pelaksanaan
ssecara nyata yg sesungguhnya.
Lanjutan...
Nilai pancasila dijabarkan dalam
norma-norma
dasar
Panasila
yg
terkandung dan tersermin dalam
pembukaan UUD 1945. nilai atau
norma dasar tersebut tidak boleh
berubah atau dirubah, karena itu
pilihan dan hasil konsensus bangsa.
Perwjudan dan pelaksanaan nilai
instrumental adalh Pasal-pasal dalam
UUD
1945
yg
dpt
mengalami
perubahan sesuai dengan tuntutan
Lanjutan....
Sekalipun
Pancasila
memiliki
sifat
keterbukaan, namun ada batas-batasnya yaitu
tidak boleh melanggar:
1. Stabilitas Nasional yg dinamis
2. Larangan terhadap ideologi marxisme,
Lenninisme dan Komunisme
3. Mencegah berkembangnya paham liberalisme
4. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang
menggelisahkan kehidupan kehidupan
masyarakat
5. Penciptaan norma-norma baru harus melalui
konsensus
Ideologi terbuka dan
Tertutup
Aspek
Ciri
Khas
Terbuka
nilai-nilai dan cita-cita
digali dari kekayaan adat
istiadat dan relegiusitas
masyarakat
Hubung Menerima reformasi
Penguasa bertanggug
an
dengan jawab pada masyarakat
Rakyat sebagai pengemban
amanah rakyat
Tertutup
Nilai2 dan cita2 dihasilkan
daari pemikiran indiviidu
atau kelompok yang
berkuasa dan masyarakat
berkorban demi ideologinya.
Menolak reformasi
Masyarakat harus taat
kepada ideologi elit
penguasa
Totaliter
Implenetasi Pancasila
Dalam kehidupan
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
sila menjiwai 4 sila lainnya. Nilainya
adalah bahwa negara Indonesia didirkan
sebagai pengejawantahan tujuan manusia
sebagai mahluk Tuhan YME. Kita bangsa
percaya kepada Tuhan YME dan takwa
KepadaNya. Kepercayaan kita bersifat
aktif, kita selalu berusaha menjalankan
perintahNya dan menjauhi LaranganNya
menurut ajaran Agama masing2.
Lanjutan...
2. Kemanusiaan yg adil dan beradab
perwujudan dari
nilai kemanusiaan sebagai
mahluk yg berbudaya, bermoral dan beragama.
Konsekuensinya adaah menjunjung tinggi hakhak asasi manusia, menghargai atas kesamaan
hak dan derajat tanpa membedakan ikatan
primordial.
3. Persatuan Indonesia
negara
adalah perwujudan sifat kodrati
manusia monodualis ( individu dan sosial).
Negara merupakan persekutuan hidup bersama
dri berbagai macam ikatan primordial yang
menginginkan persatuan. Sila ini dijiwai oleh 2
sila sebelumnya.
Lanjutan....
4. Kerakyatan yg dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan
dalam
Permusyawatan/perwakilan
nilai demokrasi terkandung di
dalamnya.
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat
Indonesia
Kaidah penuntun
berdasarkan Pancasila
Dengan
dipertahankannya
Pancasila
sebagai
ideologi negara, maka konsekuensi setiap hukum
yang lahir dari konstitusi haruslah memenuhi 4
(empat) kaidah, yaitu pertama, bertujuan untuk
membangun dan menjamin integrasi negara dan
bangsa Indonesia baik dalam aspek teritorial
maupun
ideologi.
Kedua,
didasarkan
pada
keseimbangan
prinsip-prinsip
demokrasi
dan
nomokrasi; Ketiga, ditujukan untuk membangun
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keempat, didasarkan pada toleransi beragama yang
berkeadaban dengan cara tidak mengistimewakan
ataupun mendiskriminasi kelompok agama tertentu
Semangat dan ideologi kebangsaan Indonesia sangat lemah,
bahkan cenderung menuju kematian. Terdapat lima faktor
penyebab yang membuat se-mangat dan ideologi kebangsaan
Indonesia menjadi melemah, bahkan menuju kematian.
(i). Aktualisasi dan pembudayaan nilai-nilai Pancasila sebagai
Dasar Negara RI tidak efektif atau tidak berhasil.
(ii). Hingga kini Jatidiri Bangsa Indonesia belum terbentuk secara
kokoh akibat gempuran keras datangnya ideologi-ideologi asing
dan berkembangnya pandangan baru yang liberal,
(iii). Negara atau penguasa tidak memiliki sikap konsisten untuk
menjaga, mengembangkan, dan melestarikan semangat dan
ideologi kebangsaan Indonesia akibat negara dan penguasa yang
tidak memiliki kemampuan mandiri dan melepaskan diri dari
ketergantungan terhadap bangsa asing,
(iv).
pengelolaan
proses kebangsaan untuk menjadi ”negara
bangsa” (Nation State) kurang berhasil sehingga muncul faham
Etno-sentrisme dan primordialisme yang eksklusif dan tidak
produktif, dan
(v).berbagai masalah-masalah nasional yang fundamental tidak
dapat diselesaikan sehingga menjadi penyakit-penyakit (patologi)
terhadap kemerdekaan sendiri.
Secara teoritis, moral sosial-politik yang terdapat dalam Islam
sesungguhnya sudah terkandung dalam kelima sila dalam
pancasila. Sila kesatu: Ketuhanan Yang Maha Esa jelas memberi
dasar kuat bagi kehidupan umat Islam untuk beragama secara
tulus dan autentik. Sila kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan
beradab, mengandung makna bahwa umat Islam harus
menegakkan keadilan dan keadaban dalam berperilaku, baik
perorangan maupun kehidupan kolektif dalam politik, ekonomi,
sosial, budaya dan sebagainya. Sila ketiga: Persatuan Indonesia,
bisa dijadikan sebagai pembimbing bagi umat Islam Indonesia
dalam kebhinnekaan (pluralitas) yang kaya dalam kehidupan
plural.
Sila
keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, secara tegas
memerintahkan bahwa demokrasi harus ditegakkan secara bijak
melalui musyawarah dengan penuh tanggung jawab dan lapang
dada, yang tentu saja nilai ini ada dalam ajaran Islam. Sila
kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menjadi
ancangan yang akan dituju umat Islam dan seluruh bangsa ini.
Konsep negara Islam, menurut pemikiran ulama
klasik semisal Ibnu Abi Rabi' dan Al-Maward adalah
konsep kenegaraan yang berbasis monarki seperti
khilafah dan kesultanan. Sedangkan bagi intelektual
kontemporer Jamaluddin Al-Afghani dan Rashid Rido',
konsep kenegaraan adalah konsep negara-bangsa
(nation-states).
Berpijak pada pemikiran Al-Afghani dan Rashid Rido',
pada masa pemerintahan Rasulullah belum bisa
dinyatakan sebagai negara. Sebab, semua sistem
pemerintahan dan kepemimpinan masih bertumpu
pada Muhammad SAW. Jika zaman Rasulullah
disebut-sebut zaman ideal daulah islamiah oleh
kelompok Hizbut Tahrir, sebetulnya ketika itu masih
proses institusionalisasi kepemimpinan.
NEGARA
mukaddimah
Keputusan PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dasar
negara Indonesia ditegaskan bukan sebagai
negara agama bukan pula negara sekuler,
melainkan negara Pancasila. Artinya, Indonesia
disepakati menjadi negara kebangsaan yang
dijiwai oleh agama (religious nation state).
Dengan demikian, Indonesia tidak dapat dikatakan
sebagai negara agama, bukan negara sekuler.
Indonesia mengakui dan melindungi hak warga
negaranya untuk memeluk agama apapun asal
berkeadaban, berkeadilan dan tanpa diskriminasi
Sikap terhadap perdebatan
Natsir Vs Soekarno
Natsir dan Soekarno terjebak ke dalam perdebatan yang
mengarah kepada pertentangan konsep pemisahan antara
negara dan agama sebagaimana di Barat. Padahal
sesungguhnya hal itu tidak bisa terjadi di Indonesia
dikarenakan Indonesia tidak memiliki pertentangan konsep
terhadap campur tangannya gereja kepada negara
sebagaimana
di
Barat.
bahkan
menurutnya
yang
dipertentangkan di Barat itu adalah campur-tangan gereja
sebagai salah satu institusi agama kepada persoalan negara,
bukanlah pertentangan antara agama dan negara. Catatan
penting adalah dua perdebatan founding fathers tersebut
merupakan titik awal dari perdebatan-perdebatan mengenai
dasar negara di BPUPKI.
PEMBENTUKAN BPUPKI&PPKI
BPUPKI
dibentuk oleh
pemerintahan
Jepang di
Indonesia pada
29 April 1945
(bukan 1 Maret
1945) dengan
tugas
menyusun
RUUD.
PPKI dibentuk 12 Agustus 1945
saat Soekarno, Radjiman,dan
Hatta diterimah oleh Jendral
Terauchi Hisaichi dan Soekarno
sebagai ketuanya di Saigon.
Tidak tepat jika di katakan PPKI
dibentuk 7 agustus 1945 yg ada
hanyala izin dari Jepang untuk
pembentukan PPKI.
PPKI
berugas
mengesahkan
kemerdekaan RI dan melakukan
peralihan kekuasaan dari negeri
jajahan menjadi negeri merdeka.
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI)
Di bentuk 29 April 1945 dengan 63 Orang dengan 3
Pimpimpinan
1. KRT Radjiman W
2. Itibangase Yosio
3. RP Soeroso
4. Abi Koesmo
Tjoektosoejoso
5. H. Achmad Sanusi
6. KH Abdul Halim
7. Asikin
Widjajakoesoema
8. M. Aris
9. R Abdul Kadir
10. R. Buntaran
Martoatmodjo
11. BPH. Bintoro
12. Ki Hadjar
Dewantara
13. AM. Dasaad
14. PAH
Djajadiningrat
15. Moh. Hatta
16. Ki Bagoes
Hadikoesoema
17. R. Hindromartono
18. Muhammad
Yamin
19. AA Soemitro KP
20. R. Koesoema
Atmadja
21. J. Latuharhary
22. RM. Margono J
23. AA Meramis
24. KH Masjkoer
25 KHM Mansoer
26 Moenandar
27 A Kahar Moezakkir
28 Oto Iskandar Dinata
29 Parada Harahap
30 BPH Poeroebojo
31 Abdulrahim P
32 Rooslan W
33.Rooseno
34 Agoes Salim
35 Samsi
36 RM Sartono
37 R Samsoedin
38 R Sastroemoeljono
39 RP Singgih
40 Soekarno
42 R Soedirman
43 Soekiman
44 A. Subarjo
45 Soepomo
46 MP Soerahman T
47 Sutardjo K
48 RMTA Soerjo
49 Soesanto
50 Soewandi
51 KRMA
Sosrodiningrat
52 KH Wachid Hasyim
53 KRMTH
Woerjaningrat
54 RAA
Wiranatakoesoesma
55 KRMT
Wongsonagoro
56 Ny Maria Ulfa
Santoso
57 Ny. RSS Soenarjo M
58 Oei Jong Hauw
59 Oei Tiang Tjoei
60 Liem Koen Hian
61 Tan Eng Hoa
62 PF Dahler
63. Baswedan
Panitia 8
Dibentuk oleh BPUPKI 1 Juni 1945, setalah Pidato Bung
Karno Tentang Pancasila
Golongan Nasionalis
Golongan Islam
1 Soekarno
7 Ki Bagoes hadikkoesoemo
2 Mohammad Hatto
8 Wachid Hasyim
3 M. Yamin
4 A. Meramis
5. M. Sutardjo
Kartohadikusuma
6. Oto Iskandar Dinanata
Panitia 9
Di bentuk secara spontan oleh
Soekarno pada sidang VIII Cuo
Sangiin 18-21 Juni 1945
Golongan Nasionalis
Golongan Islam
1 Soekarno
6 Wachid hasyim
2 Mohammad Hatta
7 A. Kahar Muzakkir
3 M. Yamin
8. H. Agus Salim
4. A. Meramis
9. Abikusno Tjokrosuyoso
5 Subarjo
Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia
Di bentuk
12 Agustus 1945
(PPKI)
Soekarno
Amir
Moh. Hatta
Abdoel Abbas
Soepomo
Tengku Moh. Hasan
Radjiman W
Hamidhan
RP Soeroso
Ratulangi
Soetarjo
Andi Pangeran
Wachid Hasyim
I. Gusti Ktut Pudja
Ki Bagoes
Hadikoesoema
Oto Iskandar Dinata
Ki Hajar Dewantara
Abdoel Kadir
Wiranatakoesoema
Kasman Singodimedja
Soerjohamidjojo
Sajoeti
Poeroebojo
Koesoema Soemantri
Yap Tjwan Bing
Subardjo
J Latuharhary
DEBAT DI BPUPKI
1. PLENO 1 (29 MEI-1 JUNI 1945) BPUPKI
gagal mengambil keputusan tentang
Dasar Negara.
1 Juni 1945 Soekarno mengusulakn dasar
negara Pancasila ( Kebangsaan Indonesia,
Peri
Kemanusiaan,
Mufakat
atau
Demokrasi,
Kesejahteraan
Sosial,
Ketuhanan yang berkebudayaan). Nama
Pancasila bukan murni berasal dari
Soekarno tapi dari temannya yang Ahli
Bahasa.
Lanjutan....
Karena kegagalan tersebut, BPUPKI membentuk
Panitia 8 dg ketua Soekarno yang bertugas
inventarisasi
usul-usul para anggotanya
sekaligus mencari kompromi dan merumuskan
dasar negara dan UUD.
18-21 Juni 1945 ada rapat Cuo Sangi In VIII,
pada saat itulah Soekarno menunjuk 9 orang
untuk merumuskan mukaddimah UUD yg
melahirkan Piagam Jakarta yg dilaporkn pada
sidang Pleno BPUPKI 10 Juli 1945 dan di sahkan
14 Juli 1945 dengan menyepakinya sebagai
dasar negara. Pengesahan RUUD dilakukan oleh
BPUPKI pada akhiri sidang Pleno II 17 Juli 1945.
Lanjutan....
Panitia 9 merupaka panitian yang
melahirkan pancasila yang ada
sekarang dirumuskn dan kemudian
disahkan sebagai dasar negara pada
18 Agustus 1945 dengan mengganti
Sila Pertama “ketuhanan
dengan
kewajiban
menjalankan
Syari’ah
Islam bagi pemeluk-pemeluknya”,
menjadi Ketuhanan yang Maha Esa.
Lanjutan....
Mukaddimah UUD inilah kemudian
disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus
1945. PPKI adalah panitia baru yang
dibentuk untuk melanjutkan tugas
BPUPKI. Kesepakatan Final yangg
paling
Fundamental
adalah
penggantian tuju kata dalam Piagam
Jakarta dengan tiga kata dalam
pembukaan UUD 1945.
Perubahan Piagam Jakarta
Menurut Hatta perubahan piagam
Jakarta menjadi pembuka UUD dg
mengganti tuju kata yg berkaitan dg
syari’at
Islam
disepakti
melalui
pembicaraan lobi antara Hatta dg 4
wakil golongan Islam ( Wachid hasyim,
Ki bagoes hadikoesoemo, Tengku
Muhammad Hasan,Kasman, S) demi
keutuhan bangsa mereka bersepakat
mengganti 7 kata dalam piagam
jakarta dengan kata “Yang Maha Esa”
Lanjutan.....
Ada yang mempersoalkan lobi tersebut, sebab 3
dari 4 orang wakil golongan Islam selain Wachid
Hasyim tidak ikut dalam panitia 9, bahkan Kasman
dan A. Hasan merupakan anggota baru dalam PPKI
bukan anggota BPUPKI. Lebih dari itu menurut
beberapa sumber, Wachid Hasyim tidak ikut dalam
lobi tersebut karena sedang ke Surabaya.
Apapun kontroversi tentang latar belakngnya,
perubahan yg dilakukan PPKI 18 Agustus 1945
adalah sah dan merupakan kontrak politik bangsa
yg mengikat secara konstitusional sebab PPKI
memang berwenang atau berhak melakukan
perubahan
Pancasila sebagai
Ideologi bangsa dan
Negara
Pancasila sebagai
ideologi bangsa
dan
Negara
Indonesia
dapat
diartikan
sebagai suatu pemikiran yg memuat
pandangan dasar dan cita-cita mengenai
sejarah, manusia, masyarakat, hukum
dan negara Indonesia yang bersumber
dari kebudayaan Indonesia. Pancasila
sebagai ideologi nasional mengandung
nilai-nilai budaya Bangsa Indonesia yaitu
cara beerfikir dan cara kerja perjuangan
Pancasila sebagai
ideologi Terbuka
Ciri-ciri ideologi terbuka adalah nilai-nilai
dan cita-citanya tidak dipaksakan dar luar,
melainkan digali dan diambil dari kekayaan
rohani, moral dan budaya masyarakat sendiri.
Dasarnya adlah konsensus masyarakat, tidak
diciptakan oleh negara, melainkan ditemukan
dalam masyarakatnya sendiri.
Pancasila berakar pada pandangan hidup
bangsa dan falsafah bangsa, sehingga
memenuhi prasyarat sebagai deologi terbuka.
Lanjutan.....
Keterbukaan
ideologi
pancasila
ditujukan dalam penerapannya yg
berbentuk pola pikir yg dinamis dan
konseptual dalam dunia modern.
Kita mengenal 3 nilai.
1. Nilai dasar yg tidak bisa dirubah
2. Nilai intrumental sebagai sarana
mewujudkan nilai dasar yg dapat
berubah sesuai dengan keadaan
3. Niai praktis yg berupa pelaksanaan
ssecara nyata yg sesungguhnya.
Lanjutan...
Nilai pancasila dijabarkan dalam
norma-norma
dasar
Panasila
yg
terkandung dan tersermin dalam
pembukaan UUD 1945. nilai atau
norma dasar tersebut tidak boleh
berubah atau dirubah, karena itu
pilihan dan hasil konsensus bangsa.
Perwjudan dan pelaksanaan nilai
instrumental adalh Pasal-pasal dalam
UUD
1945
yg
dpt
mengalami
perubahan sesuai dengan tuntutan
Lanjutan....
Sekalipun
Pancasila
memiliki
sifat
keterbukaan, namun ada batas-batasnya yaitu
tidak boleh melanggar:
1. Stabilitas Nasional yg dinamis
2. Larangan terhadap ideologi marxisme,
Lenninisme dan Komunisme
3. Mencegah berkembangnya paham liberalisme
4. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang
menggelisahkan kehidupan kehidupan
masyarakat
5. Penciptaan norma-norma baru harus melalui
konsensus
Ideologi terbuka dan
Tertutup
Aspek
Ciri
Khas
Terbuka
nilai-nilai dan cita-cita
digali dari kekayaan adat
istiadat dan relegiusitas
masyarakat
Hubung Menerima reformasi
Penguasa bertanggug
an
dengan jawab pada masyarakat
Rakyat sebagai pengemban
amanah rakyat
Tertutup
Nilai2 dan cita2 dihasilkan
daari pemikiran indiviidu
atau kelompok yang
berkuasa dan masyarakat
berkorban demi ideologinya.
Menolak reformasi
Masyarakat harus taat
kepada ideologi elit
penguasa
Totaliter
Implenetasi Pancasila
Dalam kehidupan
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
sila menjiwai 4 sila lainnya. Nilainya
adalah bahwa negara Indonesia didirkan
sebagai pengejawantahan tujuan manusia
sebagai mahluk Tuhan YME. Kita bangsa
percaya kepada Tuhan YME dan takwa
KepadaNya. Kepercayaan kita bersifat
aktif, kita selalu berusaha menjalankan
perintahNya dan menjauhi LaranganNya
menurut ajaran Agama masing2.
Lanjutan...
2. Kemanusiaan yg adil dan beradab
perwujudan dari
nilai kemanusiaan sebagai
mahluk yg berbudaya, bermoral dan beragama.
Konsekuensinya adaah menjunjung tinggi hakhak asasi manusia, menghargai atas kesamaan
hak dan derajat tanpa membedakan ikatan
primordial.
3. Persatuan Indonesia
negara
adalah perwujudan sifat kodrati
manusia monodualis ( individu dan sosial).
Negara merupakan persekutuan hidup bersama
dri berbagai macam ikatan primordial yang
menginginkan persatuan. Sila ini dijiwai oleh 2
sila sebelumnya.
Lanjutan....
4. Kerakyatan yg dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan
dalam
Permusyawatan/perwakilan
nilai demokrasi terkandung di
dalamnya.
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat
Indonesia
Kaidah penuntun
berdasarkan Pancasila
Dengan
dipertahankannya
Pancasila
sebagai
ideologi negara, maka konsekuensi setiap hukum
yang lahir dari konstitusi haruslah memenuhi 4
(empat) kaidah, yaitu pertama, bertujuan untuk
membangun dan menjamin integrasi negara dan
bangsa Indonesia baik dalam aspek teritorial
maupun
ideologi.
Kedua,
didasarkan
pada
keseimbangan
prinsip-prinsip
demokrasi
dan
nomokrasi; Ketiga, ditujukan untuk membangun
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keempat, didasarkan pada toleransi beragama yang
berkeadaban dengan cara tidak mengistimewakan
ataupun mendiskriminasi kelompok agama tertentu
Semangat dan ideologi kebangsaan Indonesia sangat lemah,
bahkan cenderung menuju kematian. Terdapat lima faktor
penyebab yang membuat se-mangat dan ideologi kebangsaan
Indonesia menjadi melemah, bahkan menuju kematian.
(i). Aktualisasi dan pembudayaan nilai-nilai Pancasila sebagai
Dasar Negara RI tidak efektif atau tidak berhasil.
(ii). Hingga kini Jatidiri Bangsa Indonesia belum terbentuk secara
kokoh akibat gempuran keras datangnya ideologi-ideologi asing
dan berkembangnya pandangan baru yang liberal,
(iii). Negara atau penguasa tidak memiliki sikap konsisten untuk
menjaga, mengembangkan, dan melestarikan semangat dan
ideologi kebangsaan Indonesia akibat negara dan penguasa yang
tidak memiliki kemampuan mandiri dan melepaskan diri dari
ketergantungan terhadap bangsa asing,
(iv).
pengelolaan
proses kebangsaan untuk menjadi ”negara
bangsa” (Nation State) kurang berhasil sehingga muncul faham
Etno-sentrisme dan primordialisme yang eksklusif dan tidak
produktif, dan
(v).berbagai masalah-masalah nasional yang fundamental tidak
dapat diselesaikan sehingga menjadi penyakit-penyakit (patologi)
terhadap kemerdekaan sendiri.
Secara teoritis, moral sosial-politik yang terdapat dalam Islam
sesungguhnya sudah terkandung dalam kelima sila dalam
pancasila. Sila kesatu: Ketuhanan Yang Maha Esa jelas memberi
dasar kuat bagi kehidupan umat Islam untuk beragama secara
tulus dan autentik. Sila kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan
beradab, mengandung makna bahwa umat Islam harus
menegakkan keadilan dan keadaban dalam berperilaku, baik
perorangan maupun kehidupan kolektif dalam politik, ekonomi,
sosial, budaya dan sebagainya. Sila ketiga: Persatuan Indonesia,
bisa dijadikan sebagai pembimbing bagi umat Islam Indonesia
dalam kebhinnekaan (pluralitas) yang kaya dalam kehidupan
plural.
Sila
keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, secara tegas
memerintahkan bahwa demokrasi harus ditegakkan secara bijak
melalui musyawarah dengan penuh tanggung jawab dan lapang
dada, yang tentu saja nilai ini ada dalam ajaran Islam. Sila
kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menjadi
ancangan yang akan dituju umat Islam dan seluruh bangsa ini.
Konsep negara Islam, menurut pemikiran ulama
klasik semisal Ibnu Abi Rabi' dan Al-Maward adalah
konsep kenegaraan yang berbasis monarki seperti
khilafah dan kesultanan. Sedangkan bagi intelektual
kontemporer Jamaluddin Al-Afghani dan Rashid Rido',
konsep kenegaraan adalah konsep negara-bangsa
(nation-states).
Berpijak pada pemikiran Al-Afghani dan Rashid Rido',
pada masa pemerintahan Rasulullah belum bisa
dinyatakan sebagai negara. Sebab, semua sistem
pemerintahan dan kepemimpinan masih bertumpu
pada Muhammad SAW. Jika zaman Rasulullah
disebut-sebut zaman ideal daulah islamiah oleh
kelompok Hizbut Tahrir, sebetulnya ketika itu masih
proses institusionalisasi kepemimpinan.