JURNAL FITOREMEDIASI LIMBAH RUMAH TANGGA
FITOREMEDIASI LIMBAH RUMAH TANGGA OLEH TANAMAN
WLINGEN (Scirpus grossus), KIAPU (Pistia stratiotes), DAN TERATAI
(Nymphea firecrest)
Fitri Dian Nila Sari1, Dwi Suryanto2, Evi Naria2
1
Alumni Program Pasca Sarjana FKM USU Departemen Kesehatan Lingkungan
2
Staf Pengajar Departemen Biologi FMIPA USU, Medan, 20155, Indonesia
2
Staf Pengajar Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU, Medan, 20155,
Indonesia
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
Some aquatic plants have been known for their capability in reducing
waste water pollution. In this study, the effect of aquatic plants in improving
quality of household waste has been examined. Quasi experimental design was
used in the experiment. Three aquatic plants i.e. wlingen (Scripus grossus), kiapu
(Pistia stratiotes), and lotus (Nymphea firecrest) were used to increase quality of
household liquid waste of Perumahan Bumi Berngam Baru, Binjai. Pollution
indicators such as nitrite, TSS, pH, BOD, and sulfate were measured before and
after treatment. Experiment was conducted in plastic pot with diameter of 58 cm
containing 12 l of the household liquid waste. Pot with no plant treatment was
used as control. The data was statistically subjected to one-way anova and LSD.
The result showed that the household waste before treatment was in the quality
standard of household waste water according to PP. 82 Tahun 2001, except that of
nitrite (0.2982 mg/l), which is above the quality standard (0.06 mg/l). Lotus
reduced up to 90.64% of TSS, 6.31% of pH, 59.35% of BOD, 22.77% of nitrite,
and 23.43% of sulfate; wlingen reduced up to 83.04% of TSS, 13.12% of pH,
58.23% of BOD, 48.32% of nitrite, and 11.76% of sulfate; and kiapu reduced up
to 89.47% of TSS, 6.19% of pH, 40.89% of BOD, 41.72% of nitrite, and 13.24%
of sulfate. All plants siginificantly reduced TSS (p = 0,0120), pH (p = 0,000),
BOD (p = 0,000), and sulfate (p = 0,007), but nitrite (p = 0,270). LSD showed
that lotus was more in reducing TSS, BOD, and sulfate compared to that of others.
However, TSS of control was lower. This due to no debris of plant or other
suspended source in control pot.
Keywords : Household Waste, Phytoremediation, Aquatic Plants
PENDAHULUAN
Peningkatan
jumlah
air
limbah
domestik
yang
tidak
diimbangi dengan peningkatan badan
air penerima baik dari aspek
kapasitas
maupun
kualitasnya,
menyebabkan jumlah air limbah
yang masuk ke dalam badan air
tersebut dapat melebihi daya
tampung maupun daya dukungnya.
Pencemar domestik di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia
merupakan pencemar terbesar (85%)
yang masuk ke badan air, sedangkan
di negara-negara maju, pencemar
domestik merupakan 15% dari
seluruh pencemar yang memasuki
badan air (Suriawiria, 1996).
Saat ini telah ditemukan cara
pengolahan limbah yang baru yang
lebih murah dan ekonomis serta
ramah
lingkungan
yaitu
fitoremediasi. Fitoremediasi adalah
pemanfaatan
tumbuhan
hijau
khususnya tumbuhan air seperti
eceng gondok, teratai, dll dan
bekerjasama dengan mikrobiota,
enzim, konsumsi air, perubahan
tanah, dan teknik agronomi untuk
menghilangkan,
memuat,
atau
menyerahkan kontaminan berbahaya
dari lingkungan seperti logam berat,
pestisida,
xenobiotik,
senyawa
organik, polutan aromatik beracun,
drainase pertambangan yang asam
(Dordio & A.J.P., 2011; Suresh &
G.A., 2004; Newman & C.M., 2004;
Singh & R.K, 2003; Archer & R.A.,
2004).
Ada
beberapa
contoh
tumbuhan air yang telah banyak
digunakan sebagai water purifier,
tiga diantaranya adalah wlingen
(Scirpus grossus), kiapu (Pistia
stratiotes), dan teratai (Nymphea
firecrest).
Pada
penelitian
sebelumnya oleh Finlayson dan A.J
(1983) diketahui bahwa, tanaman
wlingen dapat menurunkan tingkat
nitrogen sebesar 74 %. Tanaman
kiapu dapat menurunkan sulfat
sebesar 43,1 % pada limbah detergen
(Hermawati et al., 2005). Tanaman
teratai mampu mengurangi kadar
nitrogen pada limbah jamu sebanyak
48,01 % dalam 8 hari (Hadiyanto &
Christwardana, 2012).
Berdasarkan uraian di atas,
maka suatu penelitian dalam bentuk
simulasi
tanaman
air
telah
dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauhmana pengaruh
fitoremediasi terhadap peningkatan
kualitas limbah rumah tangga dan
membandingkan kualitas limbah
rumah tangga yang telah melalui
proses fitoremediasi dengan baku
mutu.
PERMASALAHAN
Adapun
yang
menjadi
masalah penelitian yaitu bagaimana
perbedaan kualitas limbah rumah
tangga sebelum dan sesudah
melewati
proses
fitoremediasi
dengan tanaman wlingen (Scirpus
grossus), kiapu (Pistia stratiotes),
dan teratai (Nymphea firecrest).
TUJUAN PENELITIAN
Peneltian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh fitoremediasi
terhadap kualitas limbah rumah
tangga (penurunan nilai pH, BOD,
TSS, nitrit, dan sulfat limbah rumah
tangga).
MANFAAT PENELITIAN
1. Dapat berguna sebagai bahan
masukan untuk merancang suatu
sistem pengolahan limbah rumah
tangga secara alami dan terpadu
yang dapat digunakan pada setiap
pemukiman sebagai salah satu
upaya
untuk
menanggulangi
masalah pencemaran lingkungan
oleh limbah rumah tangga yang
dari waktu ke waktu semakin
meningkat.
2. Selain berfungsi sebagai sarana
pengolahan limbah rumah tangga,
sistem ini juga diharapkan dapat
memberi manfaat lain bagi
lingkungan berupa peningkatan
nilai estetika, dan mencegah
berkurangnya persediaan air tanah
yang berkualitas.
3. Menjadi bahan informasi bagi
penelitian atau studi sejenis,
terutama
untuk
peningkaian
teknologi pengolahan limbah.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini berupa
experiment, dengan desain quasi
experiment. Pengulangan dalam
penelitian ini dilakukan sebanyak 3
kali. Pemberian limbah pada
tanaman
percobaan
dilakukan
berdasarkan rancangan faktorial.
Penelitian ini dilakukan pada bulan
April 2013 sampai dengan Oktober
2013 di Jl.Soekarno Hatta Kota
Binjai dan lokasi pemeriksaan
sampel dilakukan di Balai Teknik
Kesehatan
Lingkungan
Medan
limbah cair rumah tangga.
Objek penelitian adalah air
limbah rumah tangga di Kota Binjai.
Pengambilan
sampel
dilakukan
secara purposive sampling pada
saluran outlet limbah, kemudian
dilakukan pemeriksaan terhadap
sampel sebelum dan sesudah
pengolahan
limbah
secara
fitoremediasi dengan tumbuhan
wlingen, teratai, dan kiapu.
Alat utama yang digunakan
adalah kolam-kolam buatan berupa
ember plastik berukuran garis tengah
58 cm dan tinggi 38 cm sebanyak 12
buah, galon air 150 liter sebanyak 1
buah, ember plastik, dan alat
pendukung. Adapun bahan penelitian
adalah tanaman air dan
limbah
setelah melalui proses fitoremediasi.
Tanaman air terdiri atas tiga jenis,
yaitu wlingen (Scirpus grossus),
kiapu (Pistia stratiotes), dan teratai
(Nymphea firecrest).
Analisis
sidik
ragam
digunakan untuk mengetahui efek
fitoremediasi
terhadap
kualitas
limbah rumah tangga. Uji lanjutan
dengan uji beda nyata terkecil (BNT)
digunakan untuk mengetahui efek
pengenceran dan komposisi tanaman
air.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Air Limbah Rumah
Tangga Sebelum Fitoremediasi
Hasil analisis karakteristik
sifat fisika dan kimia disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Hasil Pengukuran Awal
pH, BOD, dan TSS Berdasarkan KepMen LH
No. 112 Tahun 2003 dan
PP No. 82 Tahun 2001
Parameter
pH
BOD (mg/l)
TSS (mg/l)
Nitrit* (mg/l)
Baku Mutu
6-9
100
100
0,06
Hasil Analisis
8,08
73,83
57
0,2982
Sulfat* (mg/l)
10,8
Ket : *) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001
Analisis bertujuan untuk
mengetahui tingkat tercemarnya
lokasi pengambilan sampel limbah
cair. Hasil analisis dibandingkan
dengan baku mutu berdasarkan
KepMenLH No. 112 tahun 2003
tentang
Baku
Mutu
Limbah
Domestik dan berdasarkan PP No. 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
Menurut Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor
112 Tahun 2003 terlihat bahwa
parameter pH, BOD, dan TSS masih
berada dalam ambang batas baku
mutu.
Kadar
nitrit
apabila
dibandingkan dengan Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001
berada di atas ambang batas baku
mutu (0,2982 mg/l) > 0,06 mg/l. Hal
ini menunjukkan bahwa kualitas air
limbah rumah tangga di Perumahan
Bumi Berngam Baru kota Binjai
belum layak dibuang secara langsung
ke perairan karena kadar nitrit masih
melebihi persyaratan baku mutu yang
diperbolehkan.
Tingginya kadar nitrit tidak
lepas dari keberadaan nitrogen dalam
kotoran dan air seni yang akan
berakhir menjadi amonia juga. Jika
amonia diubah menjadi nitrat maka
akan terdapat nitrit dalam air.
Menurut Waite (1984), amonia
masuk ke dalam perairan melalui
pembusukan organisme yang sudah
mati dan limbah serta pengikatan
nitrogen atmosferik oleh bakteri.
Selanjutnya amonia secara cepat
dioksidasi dengan memanfaatkan
ketersediaan oksigen terlarut dalam
air menjadi nitrit dan nitrat.
Kualitas Air Limbah Rumah
Tangga Setelah Fitoremediasi
Berdasarkan
hasil
pengukuran setiap parameter yang
diuji,
pengaruh
fitoremediasi
terhadap setiap parameter, dijelaskan
sebagai berikut:
a. Penurunan Kadar TSS
Tabel 3 menunjukkan pada
percobaan yang dilakukan terhadap
air
limbah
rumah
tangga
menggunakan tumbuhan air pada
akhir percobaan menunjukkan kadar
TSS menurun.
Tabel 2. Persentase Perbedaan Kadar TSS Limbah
Rumah Tangga Sebelum dan Sesudah Melewati
Pengolahan dengan Fitoremediasi
Bed
TSS (mg/l)
Tumbuhan
a
% Beda
Air
Sebelum Sesudah Kadar
(mg/l)
Tanpa
Tanama
a
96,49
n
57
2,00
55,00
b
Wlingen
57
9,67
47,33
83,04
Kiapu
57
6,00
51,00
89,47
b
a
90,64
Teratai
57
5,33
51,67
: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata menurut
uji tukey 5%.
a)b)c)d)
Hasil
analisis
BNT
menunjukkan
bahwa
proses
fitoremediasi
dengan
tanaman
memiliki pengaruh nyata dalam
menurunkan kadar TSS. Kadar TSS
pada air limbah tanpa perlakuan
(kontrol) mengalami penurunan
sebesar 55,00 mg/l atau 96,49%.
Kadar TSS pada air limbah setelah
fitoremediasi
dengan
tanaman
wlingen
mengalami
penurunan
sebesar 47,33 mg/l atau 83,04%.
Kadar TSS pada air limbah setelah
fitoremediasi dengan tanaman kiapu
mengalami penurunan sebesar 51,00
mg/l atau 89,47%. Kadar TSS pada
air limbah setelah fitoremediasi
dengan tanaman teratai mengalami
penurunan sebesar 51,67 mg/l atau
90,64%.
Hasil uji normalitas data
kadar TSS pada limbah dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk dan
box plot menunjukkan bahwa kadar
TSS pada limbah terdistribusi normal
(metode analitik uji Shapiro-Wilk,
p
WLINGEN (Scirpus grossus), KIAPU (Pistia stratiotes), DAN TERATAI
(Nymphea firecrest)
Fitri Dian Nila Sari1, Dwi Suryanto2, Evi Naria2
1
Alumni Program Pasca Sarjana FKM USU Departemen Kesehatan Lingkungan
2
Staf Pengajar Departemen Biologi FMIPA USU, Medan, 20155, Indonesia
2
Staf Pengajar Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU, Medan, 20155,
Indonesia
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
Some aquatic plants have been known for their capability in reducing
waste water pollution. In this study, the effect of aquatic plants in improving
quality of household waste has been examined. Quasi experimental design was
used in the experiment. Three aquatic plants i.e. wlingen (Scripus grossus), kiapu
(Pistia stratiotes), and lotus (Nymphea firecrest) were used to increase quality of
household liquid waste of Perumahan Bumi Berngam Baru, Binjai. Pollution
indicators such as nitrite, TSS, pH, BOD, and sulfate were measured before and
after treatment. Experiment was conducted in plastic pot with diameter of 58 cm
containing 12 l of the household liquid waste. Pot with no plant treatment was
used as control. The data was statistically subjected to one-way anova and LSD.
The result showed that the household waste before treatment was in the quality
standard of household waste water according to PP. 82 Tahun 2001, except that of
nitrite (0.2982 mg/l), which is above the quality standard (0.06 mg/l). Lotus
reduced up to 90.64% of TSS, 6.31% of pH, 59.35% of BOD, 22.77% of nitrite,
and 23.43% of sulfate; wlingen reduced up to 83.04% of TSS, 13.12% of pH,
58.23% of BOD, 48.32% of nitrite, and 11.76% of sulfate; and kiapu reduced up
to 89.47% of TSS, 6.19% of pH, 40.89% of BOD, 41.72% of nitrite, and 13.24%
of sulfate. All plants siginificantly reduced TSS (p = 0,0120), pH (p = 0,000),
BOD (p = 0,000), and sulfate (p = 0,007), but nitrite (p = 0,270). LSD showed
that lotus was more in reducing TSS, BOD, and sulfate compared to that of others.
However, TSS of control was lower. This due to no debris of plant or other
suspended source in control pot.
Keywords : Household Waste, Phytoremediation, Aquatic Plants
PENDAHULUAN
Peningkatan
jumlah
air
limbah
domestik
yang
tidak
diimbangi dengan peningkatan badan
air penerima baik dari aspek
kapasitas
maupun
kualitasnya,
menyebabkan jumlah air limbah
yang masuk ke dalam badan air
tersebut dapat melebihi daya
tampung maupun daya dukungnya.
Pencemar domestik di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia
merupakan pencemar terbesar (85%)
yang masuk ke badan air, sedangkan
di negara-negara maju, pencemar
domestik merupakan 15% dari
seluruh pencemar yang memasuki
badan air (Suriawiria, 1996).
Saat ini telah ditemukan cara
pengolahan limbah yang baru yang
lebih murah dan ekonomis serta
ramah
lingkungan
yaitu
fitoremediasi. Fitoremediasi adalah
pemanfaatan
tumbuhan
hijau
khususnya tumbuhan air seperti
eceng gondok, teratai, dll dan
bekerjasama dengan mikrobiota,
enzim, konsumsi air, perubahan
tanah, dan teknik agronomi untuk
menghilangkan,
memuat,
atau
menyerahkan kontaminan berbahaya
dari lingkungan seperti logam berat,
pestisida,
xenobiotik,
senyawa
organik, polutan aromatik beracun,
drainase pertambangan yang asam
(Dordio & A.J.P., 2011; Suresh &
G.A., 2004; Newman & C.M., 2004;
Singh & R.K, 2003; Archer & R.A.,
2004).
Ada
beberapa
contoh
tumbuhan air yang telah banyak
digunakan sebagai water purifier,
tiga diantaranya adalah wlingen
(Scirpus grossus), kiapu (Pistia
stratiotes), dan teratai (Nymphea
firecrest).
Pada
penelitian
sebelumnya oleh Finlayson dan A.J
(1983) diketahui bahwa, tanaman
wlingen dapat menurunkan tingkat
nitrogen sebesar 74 %. Tanaman
kiapu dapat menurunkan sulfat
sebesar 43,1 % pada limbah detergen
(Hermawati et al., 2005). Tanaman
teratai mampu mengurangi kadar
nitrogen pada limbah jamu sebanyak
48,01 % dalam 8 hari (Hadiyanto &
Christwardana, 2012).
Berdasarkan uraian di atas,
maka suatu penelitian dalam bentuk
simulasi
tanaman
air
telah
dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauhmana pengaruh
fitoremediasi terhadap peningkatan
kualitas limbah rumah tangga dan
membandingkan kualitas limbah
rumah tangga yang telah melalui
proses fitoremediasi dengan baku
mutu.
PERMASALAHAN
Adapun
yang
menjadi
masalah penelitian yaitu bagaimana
perbedaan kualitas limbah rumah
tangga sebelum dan sesudah
melewati
proses
fitoremediasi
dengan tanaman wlingen (Scirpus
grossus), kiapu (Pistia stratiotes),
dan teratai (Nymphea firecrest).
TUJUAN PENELITIAN
Peneltian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh fitoremediasi
terhadap kualitas limbah rumah
tangga (penurunan nilai pH, BOD,
TSS, nitrit, dan sulfat limbah rumah
tangga).
MANFAAT PENELITIAN
1. Dapat berguna sebagai bahan
masukan untuk merancang suatu
sistem pengolahan limbah rumah
tangga secara alami dan terpadu
yang dapat digunakan pada setiap
pemukiman sebagai salah satu
upaya
untuk
menanggulangi
masalah pencemaran lingkungan
oleh limbah rumah tangga yang
dari waktu ke waktu semakin
meningkat.
2. Selain berfungsi sebagai sarana
pengolahan limbah rumah tangga,
sistem ini juga diharapkan dapat
memberi manfaat lain bagi
lingkungan berupa peningkatan
nilai estetika, dan mencegah
berkurangnya persediaan air tanah
yang berkualitas.
3. Menjadi bahan informasi bagi
penelitian atau studi sejenis,
terutama
untuk
peningkaian
teknologi pengolahan limbah.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini berupa
experiment, dengan desain quasi
experiment. Pengulangan dalam
penelitian ini dilakukan sebanyak 3
kali. Pemberian limbah pada
tanaman
percobaan
dilakukan
berdasarkan rancangan faktorial.
Penelitian ini dilakukan pada bulan
April 2013 sampai dengan Oktober
2013 di Jl.Soekarno Hatta Kota
Binjai dan lokasi pemeriksaan
sampel dilakukan di Balai Teknik
Kesehatan
Lingkungan
Medan
limbah cair rumah tangga.
Objek penelitian adalah air
limbah rumah tangga di Kota Binjai.
Pengambilan
sampel
dilakukan
secara purposive sampling pada
saluran outlet limbah, kemudian
dilakukan pemeriksaan terhadap
sampel sebelum dan sesudah
pengolahan
limbah
secara
fitoremediasi dengan tumbuhan
wlingen, teratai, dan kiapu.
Alat utama yang digunakan
adalah kolam-kolam buatan berupa
ember plastik berukuran garis tengah
58 cm dan tinggi 38 cm sebanyak 12
buah, galon air 150 liter sebanyak 1
buah, ember plastik, dan alat
pendukung. Adapun bahan penelitian
adalah tanaman air dan
limbah
setelah melalui proses fitoremediasi.
Tanaman air terdiri atas tiga jenis,
yaitu wlingen (Scirpus grossus),
kiapu (Pistia stratiotes), dan teratai
(Nymphea firecrest).
Analisis
sidik
ragam
digunakan untuk mengetahui efek
fitoremediasi
terhadap
kualitas
limbah rumah tangga. Uji lanjutan
dengan uji beda nyata terkecil (BNT)
digunakan untuk mengetahui efek
pengenceran dan komposisi tanaman
air.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Air Limbah Rumah
Tangga Sebelum Fitoremediasi
Hasil analisis karakteristik
sifat fisika dan kimia disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Hasil Pengukuran Awal
pH, BOD, dan TSS Berdasarkan KepMen LH
No. 112 Tahun 2003 dan
PP No. 82 Tahun 2001
Parameter
pH
BOD (mg/l)
TSS (mg/l)
Nitrit* (mg/l)
Baku Mutu
6-9
100
100
0,06
Hasil Analisis
8,08
73,83
57
0,2982
Sulfat* (mg/l)
10,8
Ket : *) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001
Analisis bertujuan untuk
mengetahui tingkat tercemarnya
lokasi pengambilan sampel limbah
cair. Hasil analisis dibandingkan
dengan baku mutu berdasarkan
KepMenLH No. 112 tahun 2003
tentang
Baku
Mutu
Limbah
Domestik dan berdasarkan PP No. 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
Menurut Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor
112 Tahun 2003 terlihat bahwa
parameter pH, BOD, dan TSS masih
berada dalam ambang batas baku
mutu.
Kadar
nitrit
apabila
dibandingkan dengan Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001
berada di atas ambang batas baku
mutu (0,2982 mg/l) > 0,06 mg/l. Hal
ini menunjukkan bahwa kualitas air
limbah rumah tangga di Perumahan
Bumi Berngam Baru kota Binjai
belum layak dibuang secara langsung
ke perairan karena kadar nitrit masih
melebihi persyaratan baku mutu yang
diperbolehkan.
Tingginya kadar nitrit tidak
lepas dari keberadaan nitrogen dalam
kotoran dan air seni yang akan
berakhir menjadi amonia juga. Jika
amonia diubah menjadi nitrat maka
akan terdapat nitrit dalam air.
Menurut Waite (1984), amonia
masuk ke dalam perairan melalui
pembusukan organisme yang sudah
mati dan limbah serta pengikatan
nitrogen atmosferik oleh bakteri.
Selanjutnya amonia secara cepat
dioksidasi dengan memanfaatkan
ketersediaan oksigen terlarut dalam
air menjadi nitrit dan nitrat.
Kualitas Air Limbah Rumah
Tangga Setelah Fitoremediasi
Berdasarkan
hasil
pengukuran setiap parameter yang
diuji,
pengaruh
fitoremediasi
terhadap setiap parameter, dijelaskan
sebagai berikut:
a. Penurunan Kadar TSS
Tabel 3 menunjukkan pada
percobaan yang dilakukan terhadap
air
limbah
rumah
tangga
menggunakan tumbuhan air pada
akhir percobaan menunjukkan kadar
TSS menurun.
Tabel 2. Persentase Perbedaan Kadar TSS Limbah
Rumah Tangga Sebelum dan Sesudah Melewati
Pengolahan dengan Fitoremediasi
Bed
TSS (mg/l)
Tumbuhan
a
% Beda
Air
Sebelum Sesudah Kadar
(mg/l)
Tanpa
Tanama
a
96,49
n
57
2,00
55,00
b
Wlingen
57
9,67
47,33
83,04
Kiapu
57
6,00
51,00
89,47
b
a
90,64
Teratai
57
5,33
51,67
: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata menurut
uji tukey 5%.
a)b)c)d)
Hasil
analisis
BNT
menunjukkan
bahwa
proses
fitoremediasi
dengan
tanaman
memiliki pengaruh nyata dalam
menurunkan kadar TSS. Kadar TSS
pada air limbah tanpa perlakuan
(kontrol) mengalami penurunan
sebesar 55,00 mg/l atau 96,49%.
Kadar TSS pada air limbah setelah
fitoremediasi
dengan
tanaman
wlingen
mengalami
penurunan
sebesar 47,33 mg/l atau 83,04%.
Kadar TSS pada air limbah setelah
fitoremediasi dengan tanaman kiapu
mengalami penurunan sebesar 51,00
mg/l atau 89,47%. Kadar TSS pada
air limbah setelah fitoremediasi
dengan tanaman teratai mengalami
penurunan sebesar 51,67 mg/l atau
90,64%.
Hasil uji normalitas data
kadar TSS pada limbah dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk dan
box plot menunjukkan bahwa kadar
TSS pada limbah terdistribusi normal
(metode analitik uji Shapiro-Wilk,
p