penulisan ejaan dan tanda baca

penulisan, ejaan
dan tanda baca
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan
salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan seluruh umat yang tetap mengikuti ajaranya.
Makalah merupakan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang di
dalamnya membahas tentang penulisa, ejaan dan tanda baca.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan
tentang tanda baca dan ejaan dalam bahasa Indonesia.

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................1
A. Latar belakang......................................................................1


B. Rumusan masalah................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................2
A. Pengunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan
data.....................................................................................2
B. Pengunaan EYD yang benar pada pertikel, singkatan,
akronim, dan angka..............................................................
C. Ejaan .....................................................................................
D. Tanda baca.............................................................................
BAB II PENUTUP......................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................
B. Saran......................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Penyampaian pesan, perasaan, ataupun ide hanaya akan efektif jika menggunakan bahasa.

Salah satu penyampaian pesan, perasaan ataupun ide itu dilakukan dengan menulisnya.
Terkadang bahasa yang diungkapkan dalam bentuk tulisan menjadi tidak efektif yang
penyebabnya antara lain kesalahan ejaan ataupun tanda baca.
Tanda baca dan ejaan menjadi penting karena penggunaan yang tidak sesuai akan
mengubah makna bahasa yang akan diungkapkan. Secara teknis ejaan merupakan penulisan
huruf, penulisan kata dan pemakaian tanda baca.
Sedangkan tanda baca itu sendiri dimaksudkan agar bahasa tulis menjadi mudah untuk
dipahami, sehingga pesan yang diungkapkan dapat dipahami sama.
B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan ejaan dan bagaimana perkembagannya?

2. Bagaimana pengertian tanda baca dan penggunaannya?

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGUNAAN EYD YANG BENAR PADA PENULISAN HURUF DAN DATA

1.

Penggunaan Huruf Kapital

a.

Jabatan tidak diikuti nama orang
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama

unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat, Profesor
Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris Jendral, Departemen Pendidikan Nasional. Jabatan tidak
diikuti nama orang tidak memakai huruf kapital. Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk
pendidikan naik 25 % dari tahun sebelumnya.
b.

Huruf pertama nama bangsa
Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama

bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.

Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun. Contoh : ke-Sunda-Sundaan,ke-InggrisInggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.Seharusnya : kesunda-sundaan, keinggrisinggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.
c.

Nama geografi sebagai nama jenis
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah
geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali,
menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor, salak bali, pisang ambon, pepaya
bangkok, nanas subang, tahu sumedang, peuyeum bandung dan telur brebes.
d.

Setiap unsur bentuk ulang sempurna
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur

bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-

Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan Negara.
e.


Penulisan kata depan dan kata sambung
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di

dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari,
dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Biasanya dipakai pada penulisan
judul cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari Penantian dalam
Gua Neraka, Kado untuk Setan, Taksi yang Menghilang.
2.

Penulisan Huruf Miring

a.

Penulisan nama buku
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam cetakan

dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
b.


Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam cetakan

dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok
kata.Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport.
c.

Penulisan kata ilmiah
Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan cetakan
dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya. Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda,
lactobacillus, dsb.
3.

Penulisan Kata Turunan

a.

Gabungan kata dapat awalan akhiran

Butir 3 pedoman kata turunan menegaskan, jika bentuk dasar yang berupa gabungan

kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh, bertepuk tangan, garis bawahi, dilipatgandakan, sebar luaskan.
b.

Gabungan kata dalam kombinasi
Butir 4 pedoman penulisan kata turunan menyatakan, jika salah satu unsur gabungan

kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh, antarkota,
antarsiswa, antipornografi,

antikekerasan,

anti-Amerika,

audiovisual,

demoralisasi,


dwiwarna, dwibahasa, ekasila, ekstrakulikuler, interkoneksi, intrakampus, multifungsi,
pramuwisma, tunakarya, tunarungu, prasejarah, pascapanen, tridaya, rekondisi.
4.

Penulisan Gabungan Kata

a.

Penulisan gabungan kata istilah khusus
Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata, termasuk

istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda
hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Contoh; alat
pandang- dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.
b.

Penulisan gabungan kata serangkai
Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata berikut harus

ditulis serangkai. Contoh, acapkali, adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata,

belasungkawa, dukacita, kacamata, kasatmata, manakala, manasuka, matahari, olahraga,
padahal, peribahasa, radioaktif, saptamarga, saripati, sediakala, segitiga, sekalipun,
sukacita, sukarela, sukaria, titimangsa.
B. PENGUNAAN EYD YANG BENAR PADA PARTIKEL, SINGKATAN, AKRONIM,
DAN ANGKA.
1. Penulisan partikel
Penulisan partikel -lah, -kah, dan –tah Pedoman EYD menetapkan ketentuan pertama
menyatakan partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: bacalah, tidurlah, apakah, siapakah, apatah.
a.

Penulisan partikel pun
Butir 2 tentang penulisan partikel mengingatkan, partikel pun dituliskan terpisah dari

kata yang mendahuluinya.
b.

Penulisan partikel per
Butir 3 tentang penulisan partikel menyebutkan, pertikel per yang berarti mulai, demi,


dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
2. Penulisan singkatan
Pedoman EYD menegaskan, singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri
atas satu huruf atau lebih. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

a. Penulisan singkatan umum tiga huruf
Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
diikuti satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik dengan tegas melarang pemakaian singkatan
umum seperti ini dalam setiap karya jurnalistik seperti tajuk renacana, pojok, artikel, kolom,

surat pembaca, berita, teks foto, feature. Bahasa jurnalistik juga dengan tegas melarang
penggunaan singkatan jenis ini dalam judul tajuk, artikel, surat pembaca, atau judul-judul
berita.
b. Penulisan singkatan mata uang
Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan ukuran , takaran,
timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
3. Penulisan akronim
Menurut Pedoman EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,

gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.
Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim yang bukan
nama diri berupa gabungan huruf.
a. Akronim nama diri
Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
b. Akronim bukan nama diri
Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan
huruf kecil.
Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap perlu membentuk
akronim, maka harus diperhatikan dua syarat
 Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata
Indonesia.
 Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim
4.

Penulisan angka
Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka,

 Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
 Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :
1. ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
2. satuan waktu,
3. nilai uang, dan
4. kuanitas.

 Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau kamar
pada alamat.
 Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
5.

Penulisan lambang bilangan
Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD, empat
diantaranya perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan dalam Pedoman EYD,
belum tentu dibolehkan pula dalam bahsa jurnalistik.

a. Penulisan lambang bilangan satu-dua kata
Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan
dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
b. Penulisan lambang bilangan awal kalimat
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
tidak terdapat pada awal kalimat.
c.

Penulisan lambang bilangan utuh
Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa
jurnalistik yang senantiasa menuntut kesederhanaan dan kemudahan.

d. Penulisan lambang bilangan angka-huruf
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali
didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. (ash3).com
C.

EJAAN

1.

Pengertian ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana antarhubungan antara lambang-lamabang itu (pemisahan dan penggambungan
dalam suatu bahasa), secara teknis yakni dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf,
penulisan kata dan pemakaian tanda baca (Arifin, 2004:170).

2. Perkembangan ejaan
a. Ejaan Van Ophuijsen

Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa melayu dengan huruf latin,yang disebut
ejaan Van ophuijsen.merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan
Ma’moer dan Moehammad Taibsoetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van
Ophuijsen yaitu:
 Huruf ‘’j’’ untuk menuliskan kata-kata ‘’jang, pajang, sajang’’
 Huruf ‘’oe’’ untuk menuliskan kata-kata ‘’goeroe, Itoe, Oemoer’’
 Tanda diakritik seperti koma ain dan trerna,untuk menuliskan kata-kata ma’ moer,’ akal, ta’,
pa’, dan dinamai’.
b. Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan ejaan
Van Ophuijsen, ejaan ini dikena oleh masyarakat dengan julukan ejaan republik. hal-hal yang
perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu, yaitu:
 Huruf oe diganti dengan u seperti pada guru, itu, umur
 Bunyi hamzah dengan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti kepada kata-kata tak, pak,
maklum dan rakjat.
 Kata ulang bisa ditulis dengan angka-2, seperti anak2, ber-jalan2 dan ke-barat2-an
 Awalan di dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutnya,
seperti kata depan di, pada, dirumah, dikebun, disamakan, dengan imbuhan di-pada ditulis
dan di karang.

c.

Ejaan republik
Ejaan Republik (edjaan republik) adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia
yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan
Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan
sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901.
Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:
 huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada goeroe → guru.
 bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (') ditulis
dengan 'k', seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
 kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.

 awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan
imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan.

d.

Ejaan Melindo
Kongres bahasa Indonesia II Medan(1959) siding perutusan Indonesia dan
melayu(Slametmulyana-syeh Nasir bin Ismail,ketua)menghasilkan konsep ejaan bersama
yang kemudian dikenal dengan ejaan Melindo(melayu –indonesia). Perkembangan politik
selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.

e.

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Pada tanggal 16 Agustus 1972 melalui pidato Kenegaraannya Presiden Republik
Indonesia Meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Peresmian
ejaan baru itu berdasarkan keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan bahasa Indonesia
yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu. Selain itu, juga direalisasikan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah Istilah.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusanya tanggal 12 Oktober
1972,No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku pedoman umum Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. setelah
itu, Meneri pendidikan dan kebudayaan dengan surat keputusannya No. 0196/1975
memberlakukan pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan pedoman
umum pembentukan istilah.
Pada tahun 1987 kedua pedoman terseut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat
putusan menteri pendidikan kebudayaan No. 0543a/1987, tanggal 9 September1987.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan bahasa Indonesia yang
disempurnakan,yaitu:
1.

Perubahan huruf

Ejaan Soewandi
Dj :
J

djalan, djauh

: pajung, laju

Nj :

njonja,bunji

Sj :

isjarat, masjarakat

Ejaan yang Disempurnakan
J

: jalan, jauh

y

: paying, layu

ny

: nyonya, bunyi

sy

: syarat, masyarakat.

2.

Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan

Soewandi
f

:

sebagai unsur pinjaman abjad asing diresmikan pemakainnya.

maaf, fakir

v

: valuta, universitas

z

: zeni, lezat
3.

Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai.

a:b = p:q
Sinar-X
4.

Penelusari di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan,
yakni di-atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang

mengikutinya.

D.

TANDA BACA
Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimatkalimat yang kita tulis dapat di pahami orang persis seperti yang kita maksudkan.
Beberapa jenis tanda baca yang penting antara lain adalah:
 Titik (.) berfungsi untuk menandai akhir kalimat berita, atau untuk keperluan
singkatan, gelar, dan angka-angka
 Koma (,) berfungsi untuk memisahkan anak kalimat atau hal-hal yang disebutkan
dalam kalimat, juga untuk keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka.
 Tanda ((..)) kurung berfungsi untuk menjelaskan suatu istilah yang belum banyak
diketahui oleh banyak manusia yang baik juga ada yang jahat di dunia ini.
 Tanda (`) kutip satu berfungsi untuk mengasosiasikan suatu istilah.
 Tanda ("...") petik berfungsi untuk menandai kalimat langsung atau percakapan dalam
naskah drama.

 Tanda (!) seru berfungsi untuk menegaskan, memberi peringatan bahwa kalimat yang
bertanda seru tersebut perlu untuk diperhatikan.
 Tanda (?) tanya berfungsi untuk melengkapi kalimat tanya.
 Tanda (...-...) hubung berfungsi untuk menghubungkan penggalan kata, kata ulang,
rentang suatu nilai.
 Titik dua (:) berfungsi untuk mengawali penguraian suatu kalimat.
Tanda baca yang lazim digunakan adalah:
o Titik (.)
o Koma (,)
o Tanda Tanya (?)
o Tanda ulang (2)
o Tanda seru (!)
1. Aturan penggunaan tanda baca:
a.

Penggunaan tanda titik(.)

o Pada akhir singkatan nama orang
Pada akhir singkatan kata yang menyatakan gelar, jabatan, pangkat, atau sapaan.

o

o Dibelakang alamat pengirim ,tanggal surat ,atau nama dan alamat pengirim surat.
b.

Penggunaan koma(,)

Tanda koma (,) di gunakan:
o Di antara unsur-unsur suatu pemerian atau pembilangan
o Untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya
o Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing
yang masih di eja secara asing
c.

Penggunaan tanda Tanya(?)

Tanda Tanya (?) di gunakan:
Pada akhir kalimat Tanya Untuk menyatakan bagian kalimat yang di sangsikan atau kurang



dapat di buktikan kebenaranya (dalam hal ini tanda tanya itu diapit oleh tanda kurung)
d.

Penggunaan Tanda ulang

Angka 2 sebagai tanda ulang dapat digunakan dalam tulisan cepat.
e.

Penggunaan Tanda Seru

Tanda seru (!) digunakan sesudah kalimat, ungkapan, atau pernyataan yang berupa tanda
seruan atau perintah.
f.

Pengunaan Tanda Hubung (-)
Tanda hubung dipakai dalam hal-hal seperti berikut:

 Menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris,
 Menyambung unsur-unsur kata ulang
 Merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
contoh : saya membeli buah-buahan.
g.

Pengunaan Tanda Elipsis (...)
Tanda elipsis dipergunakan untuk menyatakan hal-hal seperti berikut

 Mengambarkan kalimat yang terputus-putus
 Menunjukan bahwa satu petikan ada bagian yang dihilangkan
contoh : pulau terbesar di indonesia adalah pulau ......

h.

Pengunaan Tanda Petik Tunggal ('..')

Tanda Petik tunggal mempunyai fungsiL


Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain

Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing



Contoh : "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa
letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
i.

Pegunaan Tanda Garis Miring (/)



Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat



Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor alamat
Contoh : tahun anggaran 1985/1986
j.

Pengunaan Tanda Penyingkat (Apostrof) (')


Tanda Apostrof menunjukan penghilangan bagian kata.

Contoh : adi 'kan kusurati. ('kan = akan)

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Setelah kita memahami apa yang telah di paparkan di atas,kita dapat mengambil
sebuah kesimpulan bahwa bahasa itu tidak terlepas dari yang namanya tata penulisan, ejaan
dan tanda baca dan ternyata ejaan dan tanda baca itu saling keterkaitan dan ejaan itu ternyata
mengalami beberapa tahap hingga menjadi yang sempurna, dimana yang kita gunakan saat
ini.

B.

Saran
Jadi kita sebagai pemuda yang mengakui bahwa bahasa persatuannya adalah bahasa
Indonesia, jika menggunakan ataupun mengkaji, kita juga harus memperhatikan beberapa
aturan-aturan yang terkandun di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul, Dewan Bahasa. Jakarta: FPBS-IKIP. 1984.
Darjdowijdojdo, Soenjono, Sentence Patterns of Indonesia. Honolulu: University of Hawaii
Press. 1984.
Keraf, Gorys, Tata Bahasa Indonesia. Nusa Indah: Ende-Flores.1980.
Arifin, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Jakarta: Yrama Widya, 2004.