Materi hak kewajiban dan keutamaan

HAK, KEWAJIBAN, KEUTAMAAN DAN
AKHLAK ISLAMI DALAM KAITAN NYA STATUS PRIBADI

DISUSUN SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH
Mata Kuliah : Akhlaq/Tasawuf
Dosen

: Fathuri, S.Sos.I.

Disusun oleh :
1. Siti Nuraisyah
2. Heni Damayanti
3. Fitri Ayu Rahmawati

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL-AQIDAH AL-HASYIMIYYAH
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan

Karunia-Nyalah, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat serta salam semoga
tercurah selalu kepada Junjunan kita semua Nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih banyak yang harus dilengkapi dan diperbaharui, kami merasa pembuatan makalah ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak, terutama dari dosen pembimbing demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini. Selain itu, kami juga berharap agar makalah yang kami buat
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Cileungsi, 03 November 2016
Hormat kami

Penyusun

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibnu Maskawaih mengidentikkan antara akhlak dan karekter, keduanya adalah

merupakan keadaan jiwa, demikian juga Imam Ghazali mengibaratkan akhlak sebagai
gerak jiwa seseorang serta gambaran batinnya. Dari kedua pengertian yang diberikan oleh
kedua pakar ilmu akhlak ini bahwa akhlak sebagai suatu aktifitas yang muncul dari
dorongan jiwa dan gerak batin seseorang sehingga baik dan buruk karakter, kepribadian,
sikap dan tingkah laku seseorang yang telah menjadi tabiat sehari-hari yang dikerjakan
dengan kesadaran dan tanpa pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu berkait erat
dengan jiwa dan batin seseorang, sehingga jelaslah bahwa akhlak merupakan bagian
penting didalam ajaran agama, karena itu wajar kalau justru fungsi keseluruhan Nabi
(pembawa agama) adalah untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana peringatan
beliau:
Sesungguhnya Allah mengutus saya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia
dan memperbaiki perbuatan yang baik.
Karena keduanya (akhlak dan agama Islam) keduanya membahas dan
mengupayakan bagaimana jiwa seseorang menjadi baik dan sempurna dengan
membuahkan suatu pola pikir, sikap dan tingkah laku (shaleh), dengan keharmonisan dan
keselarasan

yang

sempurna


tanpa

adanya

kamuplase

penipuan,

kemunafikan

disharmonisasinya antara batin dan jiwa, dengan prilaku, misalnya hatinya baik
perilakunya jelek, atau sebaliknya perilakunya baik tetapi keluar dari jiwa dan niatan
batin yang jelek, baik karena kebodohan maupun karena kejelekan jiwa. Sehingga akhlak
terkait erat dengan keimanan yang sama-sama berpangkal didalam hati seseorang bahkan
menurut Nabi Muhammad orang yang terbaik keimanannya adalah orang yang baik
akhlaknya (ketinggian budi pekerti yang muncul dari gerakan jiwa yang suci).
Seperti pernyataan Nabi :
Sempurna-sempurnanya iman seorang mukmin adalah yang terbaik akhlaknya.(HR.
Tirmidzi).


Dalam bahasa agama (Islam) kata yang orang menyebut budi pekerti , perilaku,
karakter dll, itu didalam islam diambil dari bahasa arab :kho-la-qo

Yang kesemuanya berarti menciptakan, pencipta, ciptaan dan akhlak perilaku (untuk
mencipta atau buah dari ciptaan). Sehingga dalam islalm yang disebut dengan akhlak
tidak hanya mempunyai sasaran antara manusia dengan manusia, tetapi yang dimaksud
akhlak mempunyai sasaran yang sangat luas, akhlak antara manusia dengan manusia,
manusia dengan Al-Khaliq dan manusia dengan sesama makhluk selain manusia,
termasuk binatang, tumbuhan dan lingkungannya.
B. Tujuan Penulisan
Dengan penyusunan makalah ini kami bertujuan untuk menjelaskan tentang
bagaimana hak dan kewajiban seorang muslim dihadapan Allah, serta keutamaan akhlak
yang di contohkan oleh Rosulullah. Agar manusia dapat mengaplikasikan nya dalam
kehidupan sehari-hari sebagai hamba Allah, Orang Tua, Anak, Suami/Istri, juga sebagai
pengajar dan pemimpin. Agar apapun yang dilakukan oleh seorang muslim menjadi amal
soleh.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian hak dan kewajiban
1. Pengertian hak
Dalam kamus bahasa Indonesia terdapat berbagai sinonim dari kata hak,
seperti milik, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu. Sedangkan menurut
istilah hukum umum, pengertian hak dalam hukum adalah kekuasaan untuk
melakukan sesuatu karena telah ditentukan oleh undang-undang atau peraturan
lain.
Dalam bahasa Arab juga terdapat banyak arti dari kata hak, seperti
ketetapan yang pasti, penjelasan, kebenaran, jatah atau bagian, hakikat, dan
kewajiban. Dalam Islam, hak dibagi menjadi beberapa macam. Menurut ulama
fiqih macam-macam hak dapat dilihat dari berbagai segi, dari segi pemilik hak,
dari segi obyek hak, dan dari segi kewenangan pengadilan (hakim) terhadap hak
tersebut.
Oleh karena itu, berikut diuraikan pengertian hak dalam Islam yang
didefinisikan oleh berbagai ulama fiqih. Definisi hak menurut pendapat beberapa
ulama fiqih sebagai berikut :
1) Menurut sebagian ulama Mutaakhirin
"Hak adalah suatu hukum yang telah di tetapkan oleh syara’"
2) Menurut Syekh Ali Al-Khafifi (asal Mesir)
"Hak adalah kemaslahatan yang diperoleh secara syara’"

3) Menurut Ustadz Mustafa Ahmad Az-zarqa” (Ahli fiqih Yordania
asal Suriah)
“Hak adalah suatu kekhususan yang padanya ditetapkan syara’
suatu kekuasaan atau taklif”.
4) Menurut Ibnu Nujaim (Ahli Fiqih Mahzab Hanafi)
“Hak adalah suatu kekhususan yang terlindungi”
5) Menurut Wahbah al-Zuhaily

”Hak adalah suatu sifat kekhususan (ekslusif) dimana denganya
syara’ menetapkan suatu kekuasaan (otoritas) bagi pemiliknya
atau kewajiban atas obyeknya”.
Definisi ini sudah mencakup semua hak yang dimaksud oleh para ahli
diatas, seperti hak Allah SWT terhadap hambanya (al-haq al-diniy), hak
kepemilikan (haq milkiyyah), hak perwalian (haq al-wilayah), hak mendidik (alhaq al-ta’diby), hak umum (al-haq al-am), seperti hak Negara terhadap rakyat, dan
hak nafkah (haq an-nafaqah). Definisi ini juga menunjukkan bahwa sumber
kepemilikan terhadap hak itu berasal dari syara’, karena hak dalam pandangan
Islam adalah pemberian Allah SWT.
Hak dapat diartikan wewenang atau kekuasaan yang secara etis seseorang
dapat mengerjakan, memiliki, meninggalkan, mempergunakan atau menuntut
sesuatu. Hak juga dapat berarti panggilan kepada kemauan orang lain dengan

perantara akalnya, perlawananengan kekuasaan atau kekuatan fisik untuk
mengakui wewenang yang ada pada pihak lain.
Selain itu hak juga bisa diartikan sebagai milik, kepunyaan yang tidak
hanya berupa benda saja, melainkan pula berupa tindakan, pikiran dan hasil
pikiran ini. Contoh dari hak adalah, jika dari seseorangmempunyai hak atas
sebidang tanah maka ia berwenang, berkuasa untuk bertindak atau memamfaatkan
terhadap miliknya itu. Misalnya menjual, memberikan kepada orang lain,
mengolah dan sebagainya.
Pengertian hak dalam Al-quran disebut dengan kata Al-haq yang
mempunyai empat pengertian, yaitu:
a) Hak yang berarti untuk menunjukkan terhadap pelaku yang mengadakan
sesuatu yang mengandunng hikmah. Seperti adanya Allah disebut sebagai
Al-haq karena Dialah yang mengadakan sesuatu yang mengandung
hikmahnya dan nilai bagi kehidupan. Penggunaan hak yang demikian
dapat kita jumpai pada ayat:
‘’kemudian kembalilah kamu sekalian kepada Allah. Dialah tuhan mereka
yang hak’’(QS: Al-an’am :62)

b) Kata Al-haq digunakan untuk menunjukkan kepada sesuatu yang diadakan
mengandung hikmah. Misalnya Allah SWT menjadikan matahari dan

bulan dengan Al-haq yakni mengandung hikmah kepada kehidupan.
Penggunaan Al-haq seperti ini dapat dijumpai misalnya pada ayat:
‘’Allah tidak menciptakan yang demikian itu (matahari dan bulan) kecuali
dengan haq’’ (QS: yunus :5)
c) Kata Al-haq digunakan untuk menunjukkan keyakinan seseorang terhadap
sesuatu yang cocok dengan jiwanya. Seperti keyakinan seseorang terhadap
adanya kebabangkitan di hari akhirat.
d) Kata Al-haq digunakan untuk menunjukkan terhadap perbuatan atau
ucapan yang dilakukan menurut kadar atau porsi yang seharusnya
dilakukan sesuai keadaan waktu dan tempat.
2. Pengertian kewajiban
Oleh karena hak itu merupakan wewenang bukan berwujud kekuatan,
maka perlu ada penegak hukum melindungi yang lemah yaitu orang yang tidak
melakukan haknya manakala berhadapan dengan orang lain yang merintangi
pelaksanaan haknya.
Dengan demikian masalah kewajiban memegang peranan penting dalam
pelaksanaan hak. Namun perlu ditegaskan bahwa kewajiban disinipun bukan
merupakan keharusan fisik, tetapi berwajib yaitu wajib yang berdasarkan
kemanusiaan, karena hak yang merupakan sebab timbulnya kewajiban itu
berdasarkan kemanusiaan. Dengan demikian, yang tidak memenuhi kewajibanya

berarti telah memperkosa kemanusiaannya. Sebaliknya orang yang melaksanakan
kewajibannya berarti telah melaksanakan sikap kemanusiaannya.
Didalam islam kewajiban ditempatkan sebagai salah satu hukum syara’
yaitu sesuatu perbuatan yangt apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan
jika ditinggalkan akan mendapat siksa. Dengan kata lain, bahwa kewajiban dalam
agama berkaitan dengan pelaksanaan hak yang diwajibkan oleh Allah. Misalnya
kewajiban mengerjakan shalat lima waktu, puasa bulan ramadhan dan lain-lain.

B. Hak dan Kewajiban seorang Muslim
Dalam Shahih Bukhari dan Muslim juga disebutkan dengan lafadz, 5 kewajiban:
ُ ‫ع ْال َجنَائِ ِز َوإِ َجابَةُ ال ّد ْع َو ِة َوتَ ْش ِم‬
ّ ‫َح‬
ُ ‫يض َواتّبَا‬
‫س‬
ِ ‫يت ْال َع‬
ِ ‫اط‬
ِ ‫ق ْال ُم ْسلِ ِم َعلَى ْال ُم ْسلِ ِم خَ ْمسٌ َر ّد الس َّل ِم َو ِعيَا َدةُ ْال َم ِر‬
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima: (1) Menjawab salam, (2)
menjenguk orang sakit, (3) mengantar jenazah, (4) memenuhi undangan, dan (5)
mendoakan yang bersin.” (HR. Bukhari, no. 1240, dan Muslim no. 2162)

Hak kewajiban muslim telah diatur dalam agama Islam kita ini. Karena memang
Islam telah mengatur segala aspek kehidupan manusia baik itu hubungannya antara
manusia (hamba) kepada Allah, dan juga hubungan muamalah manusia muslim terhadap
muslim lainnya. Bagi umat Islam hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang sangat
penting. Banyak dalil-dalil yang mengungkapkan tentang hak dan kewajiban seorang
muslim terhadap muslim lainnya. Dengan mengetahui hak dan kewajibannya maka akan
lebih memperkuat ukhuwah islamiah.
Islam adalah merupakan agama yang paling benar dan diridhai oleh Allah Ta'ala,
sebagaimana tertuang dalam Al Qur’an Surah Ali Imran ayat 19 : ”innaddina indallahil
islam……” Sesungguhnya Agama yang diridhai disisi Allah hanyalah Islam…. Jelas
sudah tidak ada keraguan lagi untuk kita memeluk Islam. Islam adalah jalan hidup bagi
yang diberi petunjuk, Islam juga sebagai solusi bagi segala aspek kehidupan.
Di antara hak-hak yang dituntut melakukannya antara seorang Muslim dengan
Muslim yang lain ialah memperbanyak nasihat mengenai urusan agama, membantu
dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa kepada Allah Ta’ala, serta mengajak untuk
berbuat ketaatan terhadap perintah-perintah Tuhan seru sekalian alam.

C. Keutamaan
Keutamaan


adalah

kesaggupan,

kemudahan,

dan

kecondongan

untuk

melaksanakan tindakan tertentu yang pantas bagi manusia.
Islam adalah agama yang memiliki banyak keutamaan yang agung dan
membuahkan hal-hal yang terpuji dan hasil-hasil yang mulia. Di antara keutamaan dan
keindahan Islam adalah:

Islam menghapus seluruh dosa dan kesalahan bagi orang kafir yang masuk Islam.
Dalilnya adalah firman Allah Azza wa Jalla :
“Katakanlah kepada orang-orang kafir itu, (Abu Sufyan dan kawan-kawannya)
‘Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa
mereka yang telah lalu; dan jika mereka kembali lagi (memerangi Nabi), sungguh akan
berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang terdahulu (dibinasakan).”
[Al-Anfaal: 38]
Shahabat ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu yang menceritakan kisahnya ketika
masuk Islam, beliau Radhiyallahu anhu berkata:
ْ َ‫ْس‬
ّ ‫صَلّى‬
ُ ‫اُ َعلَ ْيَ ِه َو َسَلّ َم فَقُ ْل‬
ُ ‫فَلَ ّما َج َع َل اُ ْا ِل ْسَلَ َم فِى قَ ْلبِي أَتَي‬
…‫َال‬
ََ ََ‫ط يَ ِم ْين‬
ُ ‫ اب‬:‫ت‬
َ ََ‫ ق‬.ُ‫ فَبَ َسَطَ يَ ِم ْينََه‬.َ‫ك فَََْلُبَايِعْك‬
َ ‫ي‬
ّ ِ‫ْت النّب‬
ُ ‫ال ))تَ ْشت َِرطُ بِ َما َذا ؟(( قُ ْل‬
ُ ‫ أَ َر ْد‬:‫ت‬
ُ ‫ك يَا َع ْمرُو ؟(( قَا َل قُ ْل‬
ُ ْ‫فَقَبَض‬
‫ قَََا َل ))أَ َمََا‬.‫ أَ ْن يُ ْغفَ َرلِى‬:‫ت‬
َ َ‫ت يَ ِدى قَا َل )) َما ل‬
َ َ‫ت أَ ْن أَ ْشت َِرطَ ق‬
((‫َعلِ ْمتَ أَ ّن ْا ِل ْسلَ َم يَ ْه ِد ُم َما َكانَ قَ ْبلَهُ؟ َوأَ ّن ْال ِهجْ َرةَ تَ ْه ِد ُم َما َكانَ قَ ْبلَهَا؟ َوأَ ّن ْال َح ّج يَ ْه ِد ُم َما َكانَ قَ ْبلَهُ ؟‬
“… Ketika Allah menjadikan Islam dalam hatiku, aku mendatangi Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan aku berkata, ‘Bentangkanlah tanganmu, aku akan berbai’at
kepadamu.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membentangkan tangan kanannya.
Dia (‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu) berkata, ‘Maka aku tahan tanganku (tidak
menjabat tangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam).’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bertanya, ‘Ada apa wahai ‘Amr?’ Dia berkata, ‘Aku ingin meminta syarat!’ Maka,
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Apakah syaratmu?’ Maka aku berkata,
‘Agar aku diampuni.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Apakah engkau
belum tahu bahwa sesungguhnya Islam itu menghapus dosa-dosa yang dilakukan
sebelumnya, hijrah itu menghapus dosa-dosa sebelumnya, dan haji itu menghapus dosadosa sebelumnya?’”

Hubungan Akhlak Dalam Kehidupan
A. Sumber dan Ciri-ciri Akhlak Islam

Menurut bahasa,akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq(khuluqun) yang
berarti budi pekerti,perangai,tingkah laku,atau tabiat. Dalam bahasa Yunani
pengertian khuluq ini disamakan dengan kata ethicos atau ethos,artinya adab
kebiasaan,perasaan batin,kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan.
Ethicos kemudian berubah menjadi etika. Akhlak Islam merupakan sistem moral
yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan ,maka tentunya sesuai dengan dasar
dari agama itu sendiri,dan dasar dari agama Islam adalah Al Quran dan Al Hadist.
Al Qur’an dan Al Hadist adalah sumber yang membahas semua aspek
yang ada dalam kehidupan ini.Termasuk tentang kebaikan dan keburukan.Tentu
di dalam kebaikan dan keburukan terkandung cara bagaimana kita harus
berperilaku,sehingga dapat jelaslah mana yang benar dan mana yang salah.
Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa
keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya.
Begitupula dengan nilai buruk, yang ditandai dengan hal-hal yang
menyengsarakan. kebaikan dan keburukan menurut panilaian ahli tasawwuf
adalah terkait dengan kehidupan ukhrowi, jika kebaikan diperoleh di dunia, maka
kebaikan tersebut harus menjadi penyebab untuk memperoleh kebaikan di
akhirat.
Kebenaran yang objektif yang merupakan kebenaran yang pasti dan satu
itu adalah kebenaran yang didasarkan kepada peraturan yang dibuat adalah
kebenaran yang didasarkan kepada peraturan yang dibuat oleh Yang Maha Satu,
Yang Maha Mengetahui akan segala sesuatu yang Maha Benar. Walaupun tujuan
orang atau golongan di dunia ini berbeda-beda, sesungguhnya pada akhirnya
semuaya mempunyai tujuan yang sama sebagai tujuan akhir tiap-tiap sesuatu,
bukan saja manusia akan tetapi binatang pun mempunyai tujuan.
Akhlak Islam meliputi segala segi hidup dan kehidupan manusia
berdasarkan asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya
mengajarkan tetapi menegakkannya dengan janji dan sangsi illahi yang Maha

Adil. Tuntunan moral sesuai dengan bisikan hati nurani, yang menurut kodratnya
cenderung kepada kebaikan dan membenci keburukan.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan akhlak yang telah tertanam kuat dalam
jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya, yang dikerjakan tanpa
ada paksaan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas semata-mata
karena Allah SWT.
1. Pribadi sebagai Hamba Allah
Kenyataan di jagad raya (dunia) membuktikan bahwa ada kekuatan yang
tidak Nampak. Dia mengatur dan memelihara alam semesta ini.Juga Dialah yang
menjadi sebab adanya semua ini. Dalam pengaturan alam semesta ini terlihat
ketertiban, dan ada suatu peraturan yang berganti-ganti dan gejala dating dengan
keteraturan-Nya.
Semua kenikmatan tersebut, bukan berarti “ Sang Pencipta mempunyai
maksud kepada manusia supaya membalas dengan sesuatu, itu tidak, tetapi Allah
SWT.memerintahkan manusia agar senantiasa beribadah kepada-Nya.Titik tolak
akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan
melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, yang
jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan makhluk dengan kholiknya.
Dalam

masalah

ketergantungan

,

hidup

manusia

selalu

mempunyai

ketergantungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta pokok ketergantungan
adalah ketergantungan kepada yang Maha Kuasa, Yang Maha Perkasa, Yang
Maha Bijaksana, Yang Maha Sempurna, ialah Allah Rabul ‘alamin, Allah Tuhan
Maha Esa.
Ketergantungan manusia kepada Allah ini, difirmankan Allah:
Artinya:
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”

(QS. Al-Ikhlas :2)
Kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, tergantung kepada izin dan
ridha Allah. Dan untuk itu Allah memberikan ketentuan-ketentuan agar manusia
dapat mencapainya. Maka untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat itu
dengan sendirinya kita harus mengikuti ketentuan-ketentuan dari Allah SWT.
Sesungguhnya Allah telah memberi berbagai kenikmatan kepada manusia.Allah
menunjukkan itu semua bukan untuk dihormati,karena dihormati atau tidak oleh
makhlukNya, Allah tetaplah Dzat Yang Maha Mulia.Jadi sudah sepantasnya
sebagai hamba,manusia menunjukkan akhlak yang semestinya kepada sang
Pencipta.
Firman Allah:
}18:‫ا َل تُحْ صُوْ هَا اِ ّن اَ لَ َغفُوْ ُر َر ِح ْي ٌم {النخل‬
ِ َ‫َواِ ْن تَ ْع ّدوْ ا نِ ْع َمة‬
Artinya:
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikamat Allah, niscaya kamu tidak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi maha
Penyayang”. (QS.An-Nahl:18).
Secara moral manusiawi, manusia mempunyai kewajiban kepada Allah
sebagai kholiknya, yang telah member kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya.
Pada garis besarnya kewajiban manusia kepada Allah menurut hadits Nabi, yang
diriwayatkan dari sahabat Mu’adz bin Jabal bahwa Nabi Saw. Bersabda kepada
Mu’
ُ ‫ُك ْن‬
ّ َ‫ هَلْ تَ ْد ِرىْ َح‬،‫ يا َ ُم َعا ُذ‬: ‫ال‬
‫ق اِ َعلَى ِعبَََا ِد ِه‬
َ َ‫ار يُقَا ُل َلهُ ُعفَ ْي ٌر فَق‬
َ ‫ت ِر ْدفَ النّبِى‬
ِ ‫صلَى اُ علي ِه وسلّ َم َعلَى ِح َم‬
ُ ‫ق ْا ِلعبَا ِد َعلَى اِ ؟ قُ ْل‬
ّ ‫ فَإ ِ ّن اِ َعلَى ْال ِعبَا ِد اَ ْن يَ ْعبُ ُدوْ هُ َو َليُ ْشر ُكوا بِ ِه َشيْأ أ َو َح‬: ‫ اُ و َرسُوْ لُهُ اَ ْعلَ ُم قَا َل‬: ‫ت‬
ّ ‫َو َما َح‬
‫ق‬
ُ ‫ قُ ْل‬, ‫ب َم ْن َل يُ ْش ِركَ بِ ِه َشيْأ أ‬
‫ َل تُبَ ّش َرْ هُ ْم‬: ‫اس؟ قَََا َل‬
َ ‫العبَا ِد َعلَى اِ اَ ْن َليُ َع ّذ‬
ِ
ِ ّ‫ يَا َرسُو َل اِ ! اَفَ َل اُبَ ّش ُر بِ َ ِه الن‬: ‫ت‬
‫فَيَتّ ِكلََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََََُوْ ا‬
Artinya:
“Adalah aku duduk di belakang Nabi di atas sebuah keledai yang dinamai
Ufair, maka bersabda Nabi: Hai Mu’adz apakah engkau mengetahui hak Allah

atas hamba-Nya dan apa hak engkau mengetahui hak hamba terhadap Allah?
Menjawab aku, Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Bersabda Nabi:
maka bahwasanya hak Allah atas para hamba, ialah : Mereka menyembah-Nya
dan tidak memperserikatkan Dia dengan sesuatu dan hak para hamba terhadap
Allah, Tiada Allah mengadzabkan orang yang tidak memperserikatkan Dia
dengan sesuatu. Mka berkata aku, ya Rasullah, apa tidak lebih baik saya
menggembirakan para manusia dengan dia? Bersabda Nabi, jangan kamu
menggembirakan mereka yang menyebabkan mereka akan berpegang kepada
untung saja”.(Al-Lu’la uwal Marjan I:8).
Jadi berdasarkan hadits ini kewajiban manusia kepada Allah pada garis
besarnya ada 2( dua):
1) Mentauhidkan-Nya

yakni

tidak

memusyrikkan-Nya

kepada

sesuatupun
2) Beribadah kepada-Nya.
Orang yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa oleh Allah,
bahkan akan diberi pahala dengan pahala yang berlipat ganda, dengan sepuluh
kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat bahkan dengan lipat ganda yang tak terduga
banyaknya oleh manusia.
2. Pribadi sebagai Anak
Beberapa akhlak mahmudah seperti bersikap setia, jujur, adil, pemaaf,
disenangi, menepati janji, memelihara diri, malu, berani, kuat, sabar, kasih
sayang, murah hati, tolong menolong, damai, persaudaraan, menyambung tali
persaudaraan, menghoranati tamu, merendahkan diri, berbuat baik, menundukkan
diri, berbudi tinggi, memlihara kebersihan badan, cenderung kepada kebaikan,
merasa cukup dengan apa yang ada, tenang, lemah lembut, bermuka manis,
kebaikan, menahan diri dari berlaku maksiat, merendahkan diri kepada Allah,
berjiwa kuat dan lain sebagainya perlu ditanamkan pada diri anak sejak
kecil.Meskipun dimulai dari dasar-dasarnya dahulu.

Sedangkan yang termasuk dalam akhlak mazmumah, antara lain; egoistis,
kikir, khianat, aniaya, dengki, sombong, mengingkari nikmat, boros, dendam, dan
lain sebagainya yang menunjukkan sifat-sifat yang tercela. Akhlak seperti ini
merupakan contoh akhlak secara keseluruhan yang harus kita hindari.Semuanya
diawali dari proses mendidik anak sejak kecil.
Maka model mendidik akhlak anak, tidak langsung berkata itu baik, atau
itu buruk, apabila seorang anak baru saja belajar membaca, menurut kita itu jelek/
buruk namun kita tidak seharusnya berkata demikian. Sebab dapat menyakiti hati
dan patah semangat. Tetapi kita beri semangat dan dorongan yang dapat memacu
dan bergiatnya si anak.
Selain daripada itu, kisah luqman yang diberi hikmah oleh Allah. Hal ini
dijelaskan di dalam surat Luqman: 12:
}12:‫ل َو َم ْن يَ ْش ُك ُر فَإِنّ َما يَ ْش ُك ُر لِنَ ْف ِس ِه َو َم ْن َكفَ َر فََإ ِ ّن اَ َغنِ ّي َح ِم ْيَ ٌَد {لقمََان‬
ِ ّ ِ ْ‫َولَقَ ْد اَتَ ْينَا لُ ْق َمانَ ْال ِح ْك َمةَ اَ ِن ا ْش ُكر‬
Artinya:
“Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu
bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya Lagi Maha Terpuji”.
(QS.Luqman: 12).
Kelanjutan kisah Luqman yang termuat dalam ayat di atas, bahwa beliau
menasehati dan member pesan kepada generasi selanjutnya (anak-anak) untuk
mewarisi nilai-nilai akhlak sebagai berikut:
 Dilarang berbuat syirik (Menyekutukan) Allah (Luqman: 13)
 Kewajiban berbakti kepada kedua oaring tua (Luqman: 14)
 Keharusan tetap berbakti kedua orang tua di dunia(Luqman: 15)
 Perintah menegakkan sholat, amar ma’ruf, nahi munkar dan sabar
(Luqman: 17)

 Tidak bersikap sombong, angkuh dan membanggakan diri sendiri
(Luqman: 18)
 Perintah bersikap sopan, santun dalam berjalan atau berbicara (Luqman:
19)
3. Akhlak pada Orang Tua
Akhlak bukan hanya sekedar sopan santun, tata krama yang bersifat
lahiriyah dari seseorang terhadap orang lain, melainkan lebih dari itu. Jadi akhlak
itu harus kita tanamkan pada diri kita terutama pada ayah dan ibu,kalau kepada
orang lain saja kita hormat,seharusnya pada orang tua kita harus lebih lagi.
Dari mana datangnya cinta kasih sayang kepada putranya, padahal tiada
pamrih.Lain dengan cinta seorang kekasih kepada pacarnya, yang kalau kasihnya
tiada terbalas bisa berbalik menjadi benci. Tetapi kasih ibu bagaimanapun tiada
akan berubah dan hilang, walaupun si anak tiada membalas kasih dan cinta
ibu.Memang itu karena “Hidayah”, anugerah dari pada Allah Yang Maha
Pengasih dan Penyayang. Hidayah itu tersebut insting atau naluri, dalam ilmu
agama disebut “Hidayah-ghariziyyah”.Ada pula hadist yang menerangkan tentang
hubungan anak dan orang tuanya.

Artinya :
“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani,
atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian
melihat darinya buntung (pada telinga)?”
Demikianlah orang tua yang secara tidak langsung menjadikan kita
Islam,orang tua adalah salah satu penyebab kita Islam.Maka dari itu kita harus
bersyukur memiliki mereka.Dalam hadist diatas jelas manusia lahir seperti kertas
putih.Dan untuk mengubah kertas putih itu perlu adanya suatu proses yang

pemegang kuncinya adalah orang tua.Untuk menunjang keberhasilan proses ini
diperlukan metode dan media yang tepat, “selalu disesuaikan dengan kondisi
anak-anak”.
Beberapa perkara yang harus di perhatikan dan dilaksanakan oleh seorang
anak kepada Orang tua yakni:
 Berbuat Baik kepada Ibu dan Ayah, walaupun keduanya Lalim
Seorang anak menurut ajaran islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu
dan ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai
seorang anak samapai menyinggung perasaan orang tuanya, walaupun
seandainya orang tuanya berbuat lalim kepada anaknya, dengan
melakukan yang tidak semestinya, maka jangan sekali-kali si anak
berbuat tidak baik, atau membalas atau mengimbangi ketidakbaikan orang
tua kepada anaknya. Allah tidak meridhoinya sehingga orang tua itu
meridhoinya.
 Berkata

Halus

dan

mulia

kepada

Ibu

dan

Ayah

Kewajiban anak kepada orang tuanya berbicara menurut ajaran islam
harus berbicara sopan, lemah lembut dan mempergunakan kata-kata mulia
hal ini dituturkan dalam Firman Allah:

Artinya:
“Dan Tuhan telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
kepada-Nya dan hendaknya kamu berbuat baik kepada ibu bapak kamu dengan
seabaik-baiknya. Jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya samapi
berumur lanjut dalam pemeliharaan kamu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka dengan penuh kesayangan dan ucapakan doa:”Wahai Tuhanku,

kasihanilah mereka kedua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di
waktu kecil.”(QS.Al-Isra: 23-24).
Dari ayat-ayat tersebut, dapat di tarik kesimpulan bahwa sewajarnya
seorang anak untuk berbuat baik kepada orang tua baik berbicara dan yang lainlain. Dengan cara tidak menyinggung perasaan orang tua dan tidak berkata kasar
kepada mereka.
 Berbuat baik kepada Ibu dan atau Ayah yang sudah meninggal dunia
Apabila ibu dan ayah masih hidup, si anak berkewajiban berbuat baik, dan
itu mudah dilakukan dengan berbagai macam cara, baik yang bersifat
moaral, maupun yang bersifat material.
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ayah dan atau ibunya yang sudah
tiada. Hal ini agama islam mengajarkan supaya seorang anak:
1) Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan memintakan ampun kepada
Allah dari segala dosa orang tua kita.
2) Menepati janji kedua ibu bapak, Kalau sewaktu hidup orang tua
mempunyai janji kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha
menunaikan menepati janji tersebut.
3) Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Di waktu hidupnya ibu dan
ayah, beliau-beliau mempunyai teman-teman akrab, yang segulungsegalang orang tua kita dengan temannya.
4) Bersilaturrahmi kepada orang-orang yang mempunyai hubungan dengan
kedua orang tua.
4. Akhlak kepada Anggota Masyarakat
Akhlak mulia merupakan akhlak yang berlaku dan berlangsung di atas
jalur Al-Qur’an dan perbuatan nabi Muhammad Saw. Dalam sikap dan perbuatan.
Seperti di dalam Al-Qur’an surat l-Qalam ayat 4.

”Dan sesungguhnya engkau Muhammad mempunyai akhlak yang mulia”.
Dengan demikian setiap muslim diwajibkan untuk memelihara normanorma (agama) di masyarakat terutama di dalam pergaulan sehari-hari baik
keluarga rumah tangga, kerabat, tetangga dan lingkungan kemasyarakatan.Sifat
yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan,
baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Mengaca pada
pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa akhlak lahir dari sifat yang sudah ada
dalam diri kita,oleh karena itu kita harus membiasakan diri kita untuk berbuat
baik

kepada

siapa

saja.Terutama

dalam

masyarakat

kita

dapat

membiasakannya.Tolong-menolong untuk kebaikan dan takwa kepada Allah
adalah perintah Allah, yang dapat ditarik hukum wajib kepada setiap kaum
muslimin dengan cara yang sesuai dengan keadaan objek orang bersangkutan,
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah, ayat 2:
}2:‫َوتَ َعا َونُوا َعلَى البِرّ ى َوالتّق َوى َو َلتَ َعا َونُوْ ا َعلَى ِال ْث ِم َوال ُع ْد َوا ِن {المائدة‬
Artinya:
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan
taqwa,

dan

janganlah

tolong-menolong

dalam

berbuat

dosa

dan

pelanggaran/permusuhan”.
Dalam pergaulan yang sesuai dengan norma-norma agama, ada beberapa
yang harus di perhatikan yakni bagaimana cara berbahasa, cara salam, cara makan
dan minum, cara di majles pertemuan, cara minta ijin masuk, cara member ucapan
selamat, cara berkelakar atau becanda, cara menjenguk orang sakit, dan cara
ta’ziah.
5. Akhlak sebagai pemimpin
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan persoalan keseharian dalam
kehidupan bermasyarakat, berorganisasi, berusaha, berbangsa dan bernegara.
Kemajuan dan kemunduran masyarakat, organisasi, usaha, bangsa dan megara
antara lain dipengaruhi oleh para pemimpinnya. Oleh karena itu sejumlah teori
tentang pemimpin dan kepemimpinanpun bermunculan dan kian berkembang.

Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, telah meletakkan persoalan
pemimpin dan kepemimpinan sebagai salah satu persoalan pokok dalam
ajarannya.
Sejarah Islam telah membuktikan pentingnya masalah kepemimpinan ini
setelah wafatnya Baginda Rasul. Para sahabat telah memberi penekanan dan
keutamaan dalam melantik pengganti beliau dalam memimpin umat Islam. Umat
Islam tidak seharusnya dibiarkan tanpa pemimpin. Sayyidina Umar R.A pernah
berkata, “Tiada Islam tanpa jamaah, tiada jamaah tanpa kepemimpinan dan tiada
kepemimpinan tanpa taat”.
Pentingnya pemimpin dan kepemimpinan ini perlu dipahami dan dihayati
oleh setiap umat Islam di negeri yang mayoritas warganya beragama Islam ini,
meskipun Indonesia bukanlah negara Islam.
Allah SWT telah memberi tahu kepada manusia, tentang pentingnya
kepemimpinan dalam islam, sebagaimana dalam Al-Quran kita menemukan
banyak ayat yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al
Baqarah: 30)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa khalifah (pemimpin) adalah pemegang
mandat Allah SWT untuk mengemban amanah dan kepemimpinana langit di
muka bumi. Ingat komunitas malaikat pernah memprotes terhadap kekhalifahan
manusia dimuka bumi.
”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah SWT dan ta`atilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah SWT (Al Qur’an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah SWT dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
(QS An-Nisa: 59)
Ayat ini menunjukan ketaatan kepada ulil amri (pemimpin) harus dalam
rangka ketaatan kepada Allah SWT dan rasulnya.
 Tugas Pemimpin dalam Al-Qur’an
Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin. Ini
sejalan dengan fungsi dan peran manusia di muka bumi sebagai
khalifahtullah, yang diberi tugas untuk senantiasa mengabdi dan beribadah
kepada-Nya
1) "Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami
wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan

2)
3)

4)

5)

sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah
mereka selalu menyembah". (Al-Anbiya’: 73)
"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan
adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami". (As-Sajdah: 24)
“Hai orang-orang yang beriman! Tegakkanlah keadilan sebagai
saksi karena Allah. Dan janganlah rasa benci mendorong kamu
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena itu lebih dekat dengan
taqwa…” (Q.s. Al-Maidah 5: 8)
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat". (An-Nisa’ : 58)
” Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah
(penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di
antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan
mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan.” (Qs Shad: 26)

Dalam sebuah kesempatan, ketika seorang perempuan dari suku
Makhzun dipotong tangannya lantaran mencuri, kemudian keluarga
perempuan itu meminta Usama bin Zaid supaya memohon kepada
Rasulullah untuk membebaskannya, Rasulullah pun marah. Beliau bahkan
mengingatkan bahwa, kehancuran masyarakat sebelum kita disebabkan
oleh ketidakadilan dalam supremasi hukum seperti itu.
Dari Aisyah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: adakah patut
engkau memintakan kebebasan dari satu hukuman dari beberapa hukuman
(yang diwajibkan) oleh Allah? Kemudian ia berdiri lalu berkhutbah, dan
berkata: ‘Hai para manusia! Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu itu
rusak/binasa dikarenakan apabila orang-orang yang mulia diantara mereka
mencuri, mereka bebaskan. Tetapi, apabila orang yang lemah mencuri,
mereka berikan kepadanya hukum’. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi,
Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, Dariini, dan Ibnu Majah)
 Memilih Pemimpin
Pemimpin negara adalah faktor penting dalam kehidupan
bernegara. Jika pemimpin negara itu jujur, baik, cerdas dan amanah,
niscaya rakyatnya akan makmur. Sebaliknya jika pemimpinnya tidak jujur,
korup, serta menzalimi rakyatnya, niscaya rakyatnya akan sengsara.
Oleh karena itulah Islam memberikan pedoman dalam memilih
pemimpin yang baik. Dalam Al Qur’an, Allah SWT memerintahkan
ummat Islam untuk memilih pemimpin yang baik dan beriman:

1) “Hai orang2 yang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapak
dan saudara-saudaramu menjadi pemimpin-pemimpinmu, jika
mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan siapa
di antara kamu menjadikan mereka menjadi pemimpin, maka
mereka itulah orang2 yang zalim” (At Taubah:23)
2) “Hai orang2 yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang2
kafir menjadi wali (teman atau pelindung)” (An Nisaa:144)
3) “Janganlah orang2 mukmin mengambil orang2 kafir jadi
pemimpin, bukan orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian,
bukanlah dia dari (agama) Allah sedikitpun…” (Ali Imran:28)
4) "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi
pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah
ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah
diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang
musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul
orang-orang yang beriman". (Al-Maidah: 57)
5) “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpinpemimmpin(mu): sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil
mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada oarng-orang yang zalim ” (QS. Al-Maidah: 51)
6. Akhlak sebagai seorang da’i
Mengajak manusia menuju agama Allah merupakan salah satu ibadah
yang agung, manfaatnya menyangkut orang lain. Bahkan dakwah menuju agama
Allah merupakan perkataan yang paling baik. Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
menuju Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri". [Fushshilat:33].
Dakwah mengajak kepada agama Allah merupakan tugas para nabi, maka
cukuplah sebagai kemuliaan bahwa para da’i mengemban tugas para nabi. Allah
Azza wa Jalla memerintahkan RasulNya untuk mengatakan, dakwah merupakan
jalan Beliau, dengan firmanNya :
"Katakanlah: "Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata (ilmu dan
keyakinan). Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".
[Yusuf:108].
Karena dakwah merupakan ibadah, maka harus dilakukan dengan
keikhlasan dan mengikuti Sunnah Nabi. Sebagaimana telah maklum, dua perkara
ini merupakan syarat diterimanya ibadah. Kriteria seorang da’i :
1) Ikhlas dalam dakwah
"Sesungguhnya Allah tidak akan menerima dari semua jenis
amalan kecuali yang murni (ikhlas) untukNya dan untuk mencari

wajahNya. [HR Nasa-i, no. 3140. Lihat Silsilah Ash Shahihah, no. 52;
Ahkamul Janaiz, hlm. 63].
2) Tidak minta upah
"Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam
menyampaikan (Al Qur`an)". Al Qur`an itu tidak lain hanyalah peringatan
untuk segala umat." [Al An’am : 90].
Dengan demikian maka sepantasnya seorang da’i juga memiliki
pekerjaan dan usaha untuk mencukupi kebutuhannya, sehingga dia tidak
menggantungkan kepada umat. Karena sesungguhnya makanan terbaik
yang dimakan oleh seseorang ialah hasil keringatnya sendiri. Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Tidaklah seorangpun memakan makanan sama sekali yang lebih
baik daripada dia makan dari pekerjaan tangannya. Dan sesungguhnya
Nabi Allah, Dawud Alaihissallam, dia makan dari pekerjaan tangannya"
[HR Bukhari, no. 2072].
3) Selain ikhlas, di dalam berdakwah wajib mengikuti Sunnah Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sehingga seseorang berdakwah berdasarkan
ilmu, hikmah dan kesabaran. Tidak berdakwah dengan bid’ah dan
kemaksiatan. Karena memang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
merupakan panutan terbaik bagi umat Islam dalam segala perkara,
termasuk di dalam berdakwah menuju agama Allah. Allah Azza wa Jalla
berfirman:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagi kamu (umat Islam, yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (pahala) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah".
[Al Ahzab:21].

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:
Hak dapat diartikan wewenang atau kekuasaan yang secara etis seseorang
dapat mengerjakan, memiliki, meninggalkan, mempergunakan atau menuntut
sesuatu. Sedangkan Didalam islam kewajiban ditempatkan sebagai salah satu
hukum syara’ yaitu sesuatu perbuatan yangt apabila dikerjakan akan
mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan mendapat siksa.
Al Qur’an dan Al Hadist adalah sumber yang membahas semua aspek
yang ada dalam kehidupan ini.Termasuk tentang kebaikan dan keburukan.Tentu
di dalam kebaikan dan keburukan terkandung cara bagaimana kita harus
berperilaku,sehingga dapat jelaslah mana yang benar dan mana yang salah.
Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa
keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya.
Begitupula dengan nilai buruk, yang ditandai dengan hal-hal yang
menyengsarakan. kebaikan dan keburukan menurut panilaian ahli tasawwuf
adalah terkait dengan kehidupan ukhrowi, jika kebaikan diperoleh di dunia, maka
kebaikan tersebut harus menjadi penyebab untuk memperoleh kebaikan di
akhirat.
B. Saran
Marilah kita bersama-sama menjalankan hak dan kewajiban kita sebagai
seorang Muslim, tidak sedikit hokum-hukum di dalam Islam yang terabaikan,
maka dari itu mulailah untuk menegakkan kembali apa yang harus ditegakkan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
http://www.islamcendekia.com/2014/03/pengertian-hak-dalam-islam.html

http://renggomen.blogspot.com/2011/09/hak-dan-kewajiban-dalam-pendidikan.html
http://ustadzridwan.com/hadits-1-bag-1-hak-muslim-atas-muslim-yang-lain/
http://tamannya-hati.blogspot.com/2013/06/hak-kewajiban-seorang-muslim.html
https://almanhaj.or.id/2266-keutamaan-islam-dan-keindahannya.html
http://syanhajispmaa.blogspot.co.id/2010/09/tugas-dakwah-seorang-dai.html
Nasa-i, no. 3140. Lihat Silsilah Ash Shahihah, no. 52; Ahkamul Janaiz, hlm. 63.