laporan pem buatan pil dan
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Tujuan
Pada akhir praktikum mahasiswa diharapkan paham dan
terampil melakukan pembuatan pil temulawak. Mahasiwa juga
diharapkan mampu membuat formulasi obat tradisional dan kontrol
kualitasnya.
II. Dasar Teori
Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung
satu atau lebih bahan obat (FI III, 1979 : 23).
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti
kelereng mengandung satu atau lebih bahan obat (Moh. Anief, 2008
: 80).
Berat pil berkisar antara 100 mg sampai 500 mg. Pil kecil
yang beratnya kira – kira 30 mg disebut granula dan pil besar yang
beratnya lebih dari 500 mg disebut boli (Moh. Anief, 2008 : 80).
Adapun komposisi dari pil yaitu :
1.
2.
Zat aktif
Zat Tambahan, sebagai berikut :
a) Zat pengisi (akar manis atau bahan lain yang cocok)
b) Zat pengikat
(Sari akar manis, Gom akasia, tragakan,
campuran bahan tersebut, atau bahan lain yang cocok)
c) Zat pembasah (Air, gliserol, sirup, madu, campuran bahan
tersebut atau bahan lain yang cocok)
d) Zat penabur (Likopodium atau talk, atau bahan lain yang
cocok)
e) Zat penyalut (Perak, balsam tolu, keratin, sirlak, kolodium,
salol, gelatin, gula, atau bahan lain yang cocok) (FI Ed III, 1979
: 23)
Pembuatan pil memiliki banyak keuntungan yaitu :
Menutupi rasa obat yang tidak enak
Relatif lebih stabil dibanding sediaan lain yang mudah
bereaksi dengan udara dan cahaya
Baik untuk obat yang dikehendaki memberikan aksi yang
lambat
Pembuatan
pil
memiliki
beberapa
kerugian
yaitu
sebagai
berikut :
Kurang cocok untuk obat yang dikehendaki memberikan aksi
yang cepat
Obat tertentu dalam larutan pekat dapat mengiritasi lambung
Menurut Farmakope Indonesia, persyaratan pil yaitu :
Pada penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak
begitu keras sehingga dapat hancur dalam saluran pencernaan, dan
pil salut enterik tidak hancur dalam lambung tetapi dalam usus
halus. Memenuhi keseragaman bobot. Timbang 20 pil satu persatu,
hitung bobot rata – rata, penyimpangan terbesar terhadap bobot
rata – rata, adalah :
Penyimpangan terbesar
terhadap bobot rata – rata yang
diperbolehkan
Bobot rata-rata
18
pil
2 pil
100 mg sampai 250 mg
10%
251 mg sampai 500 mg
20 %
7,5%
15 %
Memenuhi waktu hancur seperti tertera pada compessi yaitu
dalam air 36o – 38o selama 15 menit untuk pil tidak bersalut dan 60
menit untuk pil yang bersalut. Sedang untuk pil bersalut enterik,
direndam dulu dalam larutan HCl 0,06 N selama 3 jam, lalu
dipindahkan dalam larutan dapar PH 6,8 suhu 36o – 38o, maka
dalam 60 menit pengujian pil sudah hancur.
BAB II
METODE KERJA
I.
Alat dan bahan
1. Alat
a. Mortir dan stamper
b. Neraca analitik
c. Blender
d. Pisau
e. Alat pemotong massa pil
f. Alat pembulat massa pil
g. Neraca digital
h. Pipet tetes
i. Beaker glass
j. Kertas perkamen
k. Sudip
2. Bahan
a. Rimpang temulawak (ekstrak)
3 gram
b. Rimpang temulawak segar
3 gram
II.
c. Gom arab
1,5 gram
d. Gliserin
q.s
e. Licopodium
q.s
Prosedur kerja
Rimpang temulawak segar dicuci bersih
Lalu dikupas dan diiris halus
Dimasukkan hasil irisan temulawak kedalam blender
Diblender hingga mendapat massa yang sesuai
Setelah diblender lalu ditimbang sebanyak 3 gram
Ditimbang rimpang temulawak (ekstrak) sebanyak 3 gram
Ditimbang gom arab sebanyak 1,5 gram
Dimasukkan rimpang temulawak yang telah diblender kedalam mortir
Dicampur dengan rimpang temulawak ekstrak, digerus ad homogen
Setelah homogen, ditambahkan gom arab, digerus ad homogen
Selanjutnya,ditambahkan gliserin secukupnya hingga didapat massa pil
yang baik
Massa pil diatas, dibagi menjadi 2 bagian diatas timbangan
(Masing-masing bagian untuk 25 pil, sehingga didapat 50 pil)
Ditaburi papan pil dengan menggunakan licopodium, massa pil digulunggulung lalu dipotong
Hasil potongan diatas, digelinding-gelindingkan pada alat pembuat pil
Setelah didapat bentuk pil yang sesuai sebanyak 50, lalu pil ditimbang 1
per 1 ditimbangan digital agar diketahui bobotnya (ditimbang sampai 20
pil)
Lalu catat hasil yang didapat
BAB III
HASIL PERCOBAAN
I.
Penimbangan bahan
No
Nama bahan
.
Berat
1
Rimpang
(gram)
temulawak 3 gram
2
(ekstrak)
Rimpang
temulawak 3 gram
segar
3 Gom arab
1,5 gram
Ket : - Penimbangan bahan dilakukan dineraca analitik gram
balance
Gliserin yang digunakan sebanyak 1 tetes
II.
Uji organoleptis
Uji organoleptis
Warna
Bau
Coklat
Khas
temulawak
Bentuk
Bulat
Rasa
Pahit
III. Hasil Penimbangan Bobot Pil
Pil ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Berat Pil (gram)
0,1341
0,1264
0,1290
0,1407
0,1354
0,1264
0,1506
0,1137
0,1031
0,1424
0,1000
0,1355
0,1369
0,1390
0,1366
0,1182
0,1368
0,1300
0,1280
0,1148
Berat Pil (mg)
134,1
126,4
129
140,7
135,4
126,4
150,6
113,7
103,1
142,4
100
135,5
136,9
139
136,6
118,2
136,8
130
128
114,8
Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, hal. 23 (PILULAE)
Keseragaman Bobot. Timbang 20 pil satu persatu, hitung bobot rata-rata, penyimpangan
terbesar yang diperbolehkan terhadap bobot rata-rata adalah sebagai berikut :
Bobot rata-rata
Penyimpangan terbesar terhadap bobot rata-
rata yang diperbolehkan
(%)
18 pil
10 %
7,5 %
100 mg sampai 250 mg
251 mg sampai 500 mg
2 pil
20%
15%
Untuk mengitung kesalahan atau simpangan baku pada data percobaan maka dapat
digunakan rumus standar deviasi (SD), yaitu:
Pil ke-
Berat (mg)
1
2
3
134.1
126.4
129
Penulisan ralat :
Tabel ralat
No.
X
X2
1
2
134,1
126,4
17982,81
15976,96
3
129
16641
4
5
140,7
135,4
19796,49
18333,16
6
126,4
15976,96
7
150,6
22680,36
8
9
113,7
103,1
12927,69
10629,61
10
142,4
20277,76
11
100
10000
12
13
135,5
136,9
18360,25
18741,61
14
139
19321
15
16
136,6
118,2
18659,56
13971,24
17
136,8
18714,24
18
130
16900
19
20
128
114,8
16384
13179,04
Jumlah
2577,6
335453,7
( Σ x)
X rata-rata ( ´x )
Σ x 2577,6
= N = 20 =128,88
Kesalahan mutlak X
1
Δ x= N
√
√
N ( Σ x 2 )−( Σ x)2
N −1
2
1 20 ( 335453,7 ) −( 2577,6 )
Δ x= 20
20−1
1 6709074−6644021,76
Δ x= 20
19
√
1 65052,24
Δ x= 20
√ 19
1
3423,8
20 √
1
Δ x= 58,513
20
Δ x=
Δ x=2,93
Kesalahan relatif X
Kr x
∆x
= x´ 100 %
2,93
= 128,88 100 %
= 2,273 %
Pada perhitungan bobot rata-rata 20 pil yaitu : 128,88 mg dengan prosentase kesalahan
yaitu 2,273 % dan standar deviasi 13,084 %. Dengan adanya standar deviasi serta prosentase
kesalahan dapat diketahui bahwa nilai data tidak mutlak. Untuk penyimpangan terbesar
terhadap bobot rata-rata yang diperbolehkan (FI III) dengan bobot rata-rata 100 mg sampai
250 mg (bobot rata-rata pil 128,88 mg pada percobaan ini) adalah 10 % untuk 18 pil dan 20
% untuk 2 pil, pada percobaan ini penyimpangannya adalah sebesar 2,273 % untuk 20 pil,
kurang dari batas maksimal yang ditetapkan di FI III.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pil merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat
dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena
tergusur tablet dan kapsul, biasanya hanya ditemukan pada seduhan jamu atau
sediaan pada obat-obatan tradisional.
Pada prinsipnya pembuatan pil adalah mencampurkan bahanbahan, baik bahan obat atau zat utama dan zat-zat tambahan
sampai homogen. Setelah homogen,campuran ini ditetesi dengan
zat pembasah sampai menjadi massa lembak pil yang baik, lalu
dibuat bentuk batang (silinder) dengan cara menekan sampai
sepanjang alat pil yang dikehendaki, kemudian dipotong dengan
alat pemotong pil sesuai jumlah pil yang diminta. Bahan penabur
ditaburkan pada alat penggulung, dan alat pemotong pil, agar
massa pil tidak melekat pada alat pembuat pil tersebut.
Pada
percobaan
ini
pembuatan
pil
dengan
komponen-
komponen sebagai berikut:
1. Zat utama/zat aktif : Rimpang temulawak
Zat aktif bahan obat harus memenuhi persyaratan farmakope.
2. Zat tambahan yang terdiri dari:
a) Zat pengikat: gom arab
Zat pengikat berfungsi untuk memperbesar daya kohesi
maupun daya adhesi massa pil agar massa pil dapat saling
melekat menjadi massa ynag kompak.
b) Zat pembasah : Gliserin
Zat pembasah berfungsi untuk memperkecil sudut kontak
(90oC) antar molekul sehingga massa pil menjadi basah dan
lembek serta mudah dibentuk.
c) Zat penabur : licopodium
Zat penabur fungsinya untuk memperkecil gaya gesekan
antara molekul yang sejenis maupun yang tidak sejenis,
sehingga massa pil menjadi tidak lengket satu sama lain,
lengket pada alat pembuat pil, atau lengket satu sama lain.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan. Alat yang akan digunakan dibersihkan
terlebih dahulu. Begitu juga dengan rimpang temulawak yang segar,
harus dikupas dan dicuci terlebih dahulu. Setelah itu rimpang segar
tersebut diiris halus, selanjutnya diblender hingga didapat massa
yang sesuai. Lalu menimbang sebanyak yang diperlukan (3 gram).
Juga menimbang bahan lain seperti temulawak yang ekstrak (yang
sudah tersedia dalam bentuk serbuk), lalu gom arab, semua bahan
ditimbang dengan neraca analitik gram balance.
Penimbangan harus dilakukan secara seksama agar dapat
menghasilkan sediaan yang lebih baik juga dapat meminimalisir
kesalahan dalam pembuatan pil. Setelah melakukan penimbangan,
bahan-bahan berupa rimpang temulawak yang telah diblender, lalu
temulawak serbuk (ekstrak), di gerus dalam mortir ad homogen.
Lalu gom arab sebagai zat pengikat dimasukkan kedalam mortir dan
digerus hingga homogen. Cara menggerus adalah dilakukan dengan
satu arah yaitu berlawanan dengan arah jarum jam.
Selanjutnya, ditambahkan sedikit demi sedikit zat pembasah
(gliserin) hingga massa pil kenyal dan mudah dikepal. Pada
penambahan gliserin, kami hanya menambahkan 1 tetes, karena
massa pil sudah cukup basah. Massa pil yang basah ini didapat dari
rimpang temulawak segar yang diblender, yang bentuknya lunak
seperti bubur, sehingga kami putuskan untuk menambahkan
gliserin hanya dengan 1 tetes. Campuran diatas digilas kuat sampai
terbentuk massa pil yang baik (elastis, tidak lengket dimortir, dan
tidak pecah digulung).
Kemudian membagi massa pil tersebut menjadi 2 bagian
diatas timbangan (masing-masing bagian untuk 25 pil, sehingga
didapat
50
pil).
Papan
pil
ditaburi
dengan
licopodium
dan
selanjutnya massa pil digulung-gulungkan diatas papan pil, lalu
dipotong. Sehingga didapat pil sebanyak 50 butir. Selanjutnya
massa pil dibulatkan dengan cara digelindingkan diatas papan pil
yang telah ditaburi licopodium.
Setelah didapat bentuk pil yang
sesuai sebanyak 50, lalu pil ditimbang 1 per 1 ditimbangan digital
agar diketahui bobotnya (ditimbang sampai 20 pil). Lalu mencatat
hasil yang didapat. Kemudian menghitung keseragaman bobot pil
tersebut.
BAB V
PENUTUP
I.
Kesimpulan
1. Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung satu
atau lebih bahan obat.
2. Pil merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena
tergusur tablet dan kapsul, biasanya hanya ditemukan pada seduhan jamu atau
sediaan pada obat-obatan tradisional.
3. Cara pembuatan pil pada prinsipnya, mencampur bahan-bahan obat padat sampai
homogen, kemudian ditambah zat-zat tambahan, setelah homogen ditetesi bahan
pembasah. Kemudian dengan cara menekan sampai diperoleh masa pil yang
sesuai, lalu dibuat bentuk silinder dan dipotong dengan alat pemotong pil sesuai
dengan jumlah pil yang diminta.
II.
Saran
Pada saat praktikum pembuatan pil, para praktikan harus benar-benar teliti
dalam penimbangan bahan, serta pada penambahan gliserin. Karena hal ini akan
berhubungan dengan bentuk dari massa pil. Jika salah atau keliru dalam menimbang
bahan maka akan mempengaruhi formula pil tersebut. Jika terlalu banyak
menambahkan gliserin massa pil akan basah, namun jika penambahan gliserin terlalu
sedikit maka pil akan rapuh, begitu juga dengan penambahan licopodium, jika terlalu
banyak maka akan membuat pil semakin rapuh, mudah pecah dan sulit dibentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Mohammad. 2003. Farmasetika. UGM Press : Yogyakarta.
Direktorat jenderal pengawasan obat dan makanan. Farmakope Indonesia edisi
ketiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Van Duin, C. F. 1974. Buku Penuntun Ilmu Resep dalam Praktik dan Teori, sebuah
buku terjemahan. Soeroengan: Jakarta.
Gita. 2011. Farmasetika 1. http://gitamokoginta.blogspot.com/2011/03/farmasetika-1pil.html (diakses pada tanggal 16 oktober 2014)
PENDAHULUAN
I.
Tujuan
Pada akhir praktikum mahasiswa diharapkan paham dan
terampil melakukan pembuatan pil temulawak. Mahasiwa juga
diharapkan mampu membuat formulasi obat tradisional dan kontrol
kualitasnya.
II. Dasar Teori
Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung
satu atau lebih bahan obat (FI III, 1979 : 23).
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti
kelereng mengandung satu atau lebih bahan obat (Moh. Anief, 2008
: 80).
Berat pil berkisar antara 100 mg sampai 500 mg. Pil kecil
yang beratnya kira – kira 30 mg disebut granula dan pil besar yang
beratnya lebih dari 500 mg disebut boli (Moh. Anief, 2008 : 80).
Adapun komposisi dari pil yaitu :
1.
2.
Zat aktif
Zat Tambahan, sebagai berikut :
a) Zat pengisi (akar manis atau bahan lain yang cocok)
b) Zat pengikat
(Sari akar manis, Gom akasia, tragakan,
campuran bahan tersebut, atau bahan lain yang cocok)
c) Zat pembasah (Air, gliserol, sirup, madu, campuran bahan
tersebut atau bahan lain yang cocok)
d) Zat penabur (Likopodium atau talk, atau bahan lain yang
cocok)
e) Zat penyalut (Perak, balsam tolu, keratin, sirlak, kolodium,
salol, gelatin, gula, atau bahan lain yang cocok) (FI Ed III, 1979
: 23)
Pembuatan pil memiliki banyak keuntungan yaitu :
Menutupi rasa obat yang tidak enak
Relatif lebih stabil dibanding sediaan lain yang mudah
bereaksi dengan udara dan cahaya
Baik untuk obat yang dikehendaki memberikan aksi yang
lambat
Pembuatan
pil
memiliki
beberapa
kerugian
yaitu
sebagai
berikut :
Kurang cocok untuk obat yang dikehendaki memberikan aksi
yang cepat
Obat tertentu dalam larutan pekat dapat mengiritasi lambung
Menurut Farmakope Indonesia, persyaratan pil yaitu :
Pada penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak
begitu keras sehingga dapat hancur dalam saluran pencernaan, dan
pil salut enterik tidak hancur dalam lambung tetapi dalam usus
halus. Memenuhi keseragaman bobot. Timbang 20 pil satu persatu,
hitung bobot rata – rata, penyimpangan terbesar terhadap bobot
rata – rata, adalah :
Penyimpangan terbesar
terhadap bobot rata – rata yang
diperbolehkan
Bobot rata-rata
18
pil
2 pil
100 mg sampai 250 mg
10%
251 mg sampai 500 mg
20 %
7,5%
15 %
Memenuhi waktu hancur seperti tertera pada compessi yaitu
dalam air 36o – 38o selama 15 menit untuk pil tidak bersalut dan 60
menit untuk pil yang bersalut. Sedang untuk pil bersalut enterik,
direndam dulu dalam larutan HCl 0,06 N selama 3 jam, lalu
dipindahkan dalam larutan dapar PH 6,8 suhu 36o – 38o, maka
dalam 60 menit pengujian pil sudah hancur.
BAB II
METODE KERJA
I.
Alat dan bahan
1. Alat
a. Mortir dan stamper
b. Neraca analitik
c. Blender
d. Pisau
e. Alat pemotong massa pil
f. Alat pembulat massa pil
g. Neraca digital
h. Pipet tetes
i. Beaker glass
j. Kertas perkamen
k. Sudip
2. Bahan
a. Rimpang temulawak (ekstrak)
3 gram
b. Rimpang temulawak segar
3 gram
II.
c. Gom arab
1,5 gram
d. Gliserin
q.s
e. Licopodium
q.s
Prosedur kerja
Rimpang temulawak segar dicuci bersih
Lalu dikupas dan diiris halus
Dimasukkan hasil irisan temulawak kedalam blender
Diblender hingga mendapat massa yang sesuai
Setelah diblender lalu ditimbang sebanyak 3 gram
Ditimbang rimpang temulawak (ekstrak) sebanyak 3 gram
Ditimbang gom arab sebanyak 1,5 gram
Dimasukkan rimpang temulawak yang telah diblender kedalam mortir
Dicampur dengan rimpang temulawak ekstrak, digerus ad homogen
Setelah homogen, ditambahkan gom arab, digerus ad homogen
Selanjutnya,ditambahkan gliserin secukupnya hingga didapat massa pil
yang baik
Massa pil diatas, dibagi menjadi 2 bagian diatas timbangan
(Masing-masing bagian untuk 25 pil, sehingga didapat 50 pil)
Ditaburi papan pil dengan menggunakan licopodium, massa pil digulunggulung lalu dipotong
Hasil potongan diatas, digelinding-gelindingkan pada alat pembuat pil
Setelah didapat bentuk pil yang sesuai sebanyak 50, lalu pil ditimbang 1
per 1 ditimbangan digital agar diketahui bobotnya (ditimbang sampai 20
pil)
Lalu catat hasil yang didapat
BAB III
HASIL PERCOBAAN
I.
Penimbangan bahan
No
Nama bahan
.
Berat
1
Rimpang
(gram)
temulawak 3 gram
2
(ekstrak)
Rimpang
temulawak 3 gram
segar
3 Gom arab
1,5 gram
Ket : - Penimbangan bahan dilakukan dineraca analitik gram
balance
Gliserin yang digunakan sebanyak 1 tetes
II.
Uji organoleptis
Uji organoleptis
Warna
Bau
Coklat
Khas
temulawak
Bentuk
Bulat
Rasa
Pahit
III. Hasil Penimbangan Bobot Pil
Pil ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Berat Pil (gram)
0,1341
0,1264
0,1290
0,1407
0,1354
0,1264
0,1506
0,1137
0,1031
0,1424
0,1000
0,1355
0,1369
0,1390
0,1366
0,1182
0,1368
0,1300
0,1280
0,1148
Berat Pil (mg)
134,1
126,4
129
140,7
135,4
126,4
150,6
113,7
103,1
142,4
100
135,5
136,9
139
136,6
118,2
136,8
130
128
114,8
Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, hal. 23 (PILULAE)
Keseragaman Bobot. Timbang 20 pil satu persatu, hitung bobot rata-rata, penyimpangan
terbesar yang diperbolehkan terhadap bobot rata-rata adalah sebagai berikut :
Bobot rata-rata
Penyimpangan terbesar terhadap bobot rata-
rata yang diperbolehkan
(%)
18 pil
10 %
7,5 %
100 mg sampai 250 mg
251 mg sampai 500 mg
2 pil
20%
15%
Untuk mengitung kesalahan atau simpangan baku pada data percobaan maka dapat
digunakan rumus standar deviasi (SD), yaitu:
Pil ke-
Berat (mg)
1
2
3
134.1
126.4
129
Penulisan ralat :
Tabel ralat
No.
X
X2
1
2
134,1
126,4
17982,81
15976,96
3
129
16641
4
5
140,7
135,4
19796,49
18333,16
6
126,4
15976,96
7
150,6
22680,36
8
9
113,7
103,1
12927,69
10629,61
10
142,4
20277,76
11
100
10000
12
13
135,5
136,9
18360,25
18741,61
14
139
19321
15
16
136,6
118,2
18659,56
13971,24
17
136,8
18714,24
18
130
16900
19
20
128
114,8
16384
13179,04
Jumlah
2577,6
335453,7
( Σ x)
X rata-rata ( ´x )
Σ x 2577,6
= N = 20 =128,88
Kesalahan mutlak X
1
Δ x= N
√
√
N ( Σ x 2 )−( Σ x)2
N −1
2
1 20 ( 335453,7 ) −( 2577,6 )
Δ x= 20
20−1
1 6709074−6644021,76
Δ x= 20
19
√
1 65052,24
Δ x= 20
√ 19
1
3423,8
20 √
1
Δ x= 58,513
20
Δ x=
Δ x=2,93
Kesalahan relatif X
Kr x
∆x
= x´ 100 %
2,93
= 128,88 100 %
= 2,273 %
Pada perhitungan bobot rata-rata 20 pil yaitu : 128,88 mg dengan prosentase kesalahan
yaitu 2,273 % dan standar deviasi 13,084 %. Dengan adanya standar deviasi serta prosentase
kesalahan dapat diketahui bahwa nilai data tidak mutlak. Untuk penyimpangan terbesar
terhadap bobot rata-rata yang diperbolehkan (FI III) dengan bobot rata-rata 100 mg sampai
250 mg (bobot rata-rata pil 128,88 mg pada percobaan ini) adalah 10 % untuk 18 pil dan 20
% untuk 2 pil, pada percobaan ini penyimpangannya adalah sebesar 2,273 % untuk 20 pil,
kurang dari batas maksimal yang ditetapkan di FI III.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pil merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat
dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena
tergusur tablet dan kapsul, biasanya hanya ditemukan pada seduhan jamu atau
sediaan pada obat-obatan tradisional.
Pada prinsipnya pembuatan pil adalah mencampurkan bahanbahan, baik bahan obat atau zat utama dan zat-zat tambahan
sampai homogen. Setelah homogen,campuran ini ditetesi dengan
zat pembasah sampai menjadi massa lembak pil yang baik, lalu
dibuat bentuk batang (silinder) dengan cara menekan sampai
sepanjang alat pil yang dikehendaki, kemudian dipotong dengan
alat pemotong pil sesuai jumlah pil yang diminta. Bahan penabur
ditaburkan pada alat penggulung, dan alat pemotong pil, agar
massa pil tidak melekat pada alat pembuat pil tersebut.
Pada
percobaan
ini
pembuatan
pil
dengan
komponen-
komponen sebagai berikut:
1. Zat utama/zat aktif : Rimpang temulawak
Zat aktif bahan obat harus memenuhi persyaratan farmakope.
2. Zat tambahan yang terdiri dari:
a) Zat pengikat: gom arab
Zat pengikat berfungsi untuk memperbesar daya kohesi
maupun daya adhesi massa pil agar massa pil dapat saling
melekat menjadi massa ynag kompak.
b) Zat pembasah : Gliserin
Zat pembasah berfungsi untuk memperkecil sudut kontak
(90oC) antar molekul sehingga massa pil menjadi basah dan
lembek serta mudah dibentuk.
c) Zat penabur : licopodium
Zat penabur fungsinya untuk memperkecil gaya gesekan
antara molekul yang sejenis maupun yang tidak sejenis,
sehingga massa pil menjadi tidak lengket satu sama lain,
lengket pada alat pembuat pil, atau lengket satu sama lain.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan. Alat yang akan digunakan dibersihkan
terlebih dahulu. Begitu juga dengan rimpang temulawak yang segar,
harus dikupas dan dicuci terlebih dahulu. Setelah itu rimpang segar
tersebut diiris halus, selanjutnya diblender hingga didapat massa
yang sesuai. Lalu menimbang sebanyak yang diperlukan (3 gram).
Juga menimbang bahan lain seperti temulawak yang ekstrak (yang
sudah tersedia dalam bentuk serbuk), lalu gom arab, semua bahan
ditimbang dengan neraca analitik gram balance.
Penimbangan harus dilakukan secara seksama agar dapat
menghasilkan sediaan yang lebih baik juga dapat meminimalisir
kesalahan dalam pembuatan pil. Setelah melakukan penimbangan,
bahan-bahan berupa rimpang temulawak yang telah diblender, lalu
temulawak serbuk (ekstrak), di gerus dalam mortir ad homogen.
Lalu gom arab sebagai zat pengikat dimasukkan kedalam mortir dan
digerus hingga homogen. Cara menggerus adalah dilakukan dengan
satu arah yaitu berlawanan dengan arah jarum jam.
Selanjutnya, ditambahkan sedikit demi sedikit zat pembasah
(gliserin) hingga massa pil kenyal dan mudah dikepal. Pada
penambahan gliserin, kami hanya menambahkan 1 tetes, karena
massa pil sudah cukup basah. Massa pil yang basah ini didapat dari
rimpang temulawak segar yang diblender, yang bentuknya lunak
seperti bubur, sehingga kami putuskan untuk menambahkan
gliserin hanya dengan 1 tetes. Campuran diatas digilas kuat sampai
terbentuk massa pil yang baik (elastis, tidak lengket dimortir, dan
tidak pecah digulung).
Kemudian membagi massa pil tersebut menjadi 2 bagian
diatas timbangan (masing-masing bagian untuk 25 pil, sehingga
didapat
50
pil).
Papan
pil
ditaburi
dengan
licopodium
dan
selanjutnya massa pil digulung-gulungkan diatas papan pil, lalu
dipotong. Sehingga didapat pil sebanyak 50 butir. Selanjutnya
massa pil dibulatkan dengan cara digelindingkan diatas papan pil
yang telah ditaburi licopodium.
Setelah didapat bentuk pil yang
sesuai sebanyak 50, lalu pil ditimbang 1 per 1 ditimbangan digital
agar diketahui bobotnya (ditimbang sampai 20 pil). Lalu mencatat
hasil yang didapat. Kemudian menghitung keseragaman bobot pil
tersebut.
BAB V
PENUTUP
I.
Kesimpulan
1. Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung satu
atau lebih bahan obat.
2. Pil merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena
tergusur tablet dan kapsul, biasanya hanya ditemukan pada seduhan jamu atau
sediaan pada obat-obatan tradisional.
3. Cara pembuatan pil pada prinsipnya, mencampur bahan-bahan obat padat sampai
homogen, kemudian ditambah zat-zat tambahan, setelah homogen ditetesi bahan
pembasah. Kemudian dengan cara menekan sampai diperoleh masa pil yang
sesuai, lalu dibuat bentuk silinder dan dipotong dengan alat pemotong pil sesuai
dengan jumlah pil yang diminta.
II.
Saran
Pada saat praktikum pembuatan pil, para praktikan harus benar-benar teliti
dalam penimbangan bahan, serta pada penambahan gliserin. Karena hal ini akan
berhubungan dengan bentuk dari massa pil. Jika salah atau keliru dalam menimbang
bahan maka akan mempengaruhi formula pil tersebut. Jika terlalu banyak
menambahkan gliserin massa pil akan basah, namun jika penambahan gliserin terlalu
sedikit maka pil akan rapuh, begitu juga dengan penambahan licopodium, jika terlalu
banyak maka akan membuat pil semakin rapuh, mudah pecah dan sulit dibentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Mohammad. 2003. Farmasetika. UGM Press : Yogyakarta.
Direktorat jenderal pengawasan obat dan makanan. Farmakope Indonesia edisi
ketiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Van Duin, C. F. 1974. Buku Penuntun Ilmu Resep dalam Praktik dan Teori, sebuah
buku terjemahan. Soeroengan: Jakarta.
Gita. 2011. Farmasetika 1. http://gitamokoginta.blogspot.com/2011/03/farmasetika-1pil.html (diakses pada tanggal 16 oktober 2014)