Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA antara Penerapan Model Pembelajaran Make A Match dengan Model Pembelajaran Picture and Picture Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Semester 2 Tahun Ajaran 2014/2015

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Penelitian
Langkah awal dari pelaksanaan penelitian di SD N Lerep 02 dan SD N
Lerep 01 Kecamatan Ungaran Barat dengan melakukan permohonan izin di
sekolah masing-masing. Setelah mendapat izin dari pihak kepala sekolah,
dilanjutkan dengan menemui guru kelas 5 masing-masing

sekolah sebagai

pelaksana penerapan treatment pada subjek penelitian. Pada pertemuan pertama
dengan guru kelas 5 baik di SD N Lerep 02 dan SD N Lerep 01, dimulai dengan
perkenalan, setelah itu dilanjutkan dengan menyampaikan maksud dan tujuan
kedatangan ke sekolah.
Pertemuan dengan guru selanjutnya membahas validasi treatment dan RPP
sebagai pedoman pembelajaran dengan model yang digunakan dalam penelitian
ini. Validasi ini dilakukan agar guru sebagai pelaksana treatment dapat memahami
benar dan memiliki kemampuan untuk menerapkan pembelajaran sesuai dengan
sintak dalam penelitian. Kegiatan yang dilakukan adalah penjelasan secara
langsung kepada guru, bertukar pikiran mengenai langkah-langkah pembelajaran,
memberikan materi yang akan disajikan agar dapat dipelajari sebelumnya. Selain

itu, guru diberikan penjelasan mengenai media yang digunakan dalam
pembelajaran karena sebelumnya memang belum pernah menerapkan model
pembelajaran Make A Match pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran
Picture And Picture pada kelompok kontrol. Sehingga guru perlu mempelajari
RPP yang diberikan peneliti.
Pelaksanaan penelitian pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dilakukan empat kali pertemuan. Pemberian treatment pada subjek penelitan
dilakukan oleh guru kelas 5 dan mengikuti jadwal yang telah direncanakan.
Berikut ini Tabel 4.1 menyajikan jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian terhadap
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

51

52

Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun Pelajaran 2014/2015
Pertemuan
Hari/Tanggal
1.

Senin, 23 Maret 2015

2.

Kamis, 26 Maret 2015

3.

Sabtu, 28 Maret 2015

4.

Sabtu, 28 Maret 2015

5.

Rabu, 1 April 2015

6.


Kamis, 2 April 2015

Uraian Kegiatan
Memberikan
pretest
pada
subjek
penelitian yaitu kelas 5 SD N Lerep 02
dan SD N Lerep 01. Dalam hal ini untuk
mengetahui keadaan awal dan menguji
kesetaraan terhadap kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.
Memberikan treatment pertama pada
kelompok kontrol dengan menerapkan
model pembelajaran Picture and Picture,
materi ajar mengenai lapisan atmosfer.
Memberikan treatment pertama pada
kelompok eksperimen dengan menerapkan
model pembelajaran Make A Match,
materi ajar mengenai lapisan atmosfer.

Memberikan treatment kedua pada
kelompok kontrol dengan menerapkan
model pembelajaran Picture and Picture,
materi ajar mengenai struktur bumi
Memberikan treatment kedua pada
kelompok eksperimen dengan menerapkan
model pembelajaran Make A Match,
materi ajar struktur bumi.
Memberikan posttest pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.

4.1.1 Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar
a. Penerapan Model Pembelajaran Make A Match
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran dalam penelitian ini, kegiatan
belajar mengajar di kelas didesain sesuai model pembelajaran yang digunakan dan
direncanakan sebelumnya. Pada pertemuan pertama untuk kelompok dilaksanakan
pada tanggal 28 Maret 2015. Adapun kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
Ibu Wartiniyati sebagai guru kelas 5 SD N lerep 02 sebagai berikut:

53


1) Pra Pembelajaran
Pada kelompok eksperimen dimulai pukul 07.00 WIB, pertemuan ini
difokuskan untuk menyelesaikan indikator 1 dan 2. Kegiatan awal dimulai dari
guru menyiapkan perlengkapan pembelajaran sebelum waktu pembelajaran
dimulai, mengkondisikan dan mengorganisasi pembelajaran seperti berdoa
sebelum memulai pembelajaran, presensi kelas, memberikan apersepsi, dan
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti langkah yang dilakukan ialah mengaitkan apersepsi
dengan materi ajar, Kemudian menyampaikan materi tentang lapisan atmosfer.
Setelah menyampaikan materi ajar kepada siswa, selanjutnya guru membagi
kelompok secara heterogen menjadi kelompok soal, kelompok jawaban dan tim
penilai. Kemudian guru membagi kartu kepada siswa sesuai kelompok yang telah
ditentukan oleh guru. Kartu yang diberikan tersebut berisikan pertanyaan dan
jawaban yang akan dicari pasangan kartu yang cocok. Tetapi, sebelum siswa
bergerak mencari pasangannya, guru menjelaskan aturan atau langkah
pembelajaran Make A Match kepada siswa serta menentukan waktu yang
disepakati dalam mencari pasangan kartu yaitu 8 menit. Jumlah keseluruhan siswa
yaitu 29, maka dari itu soal dan jawaban didesain dalam 12 pertanyaan dan

jawaban dan sisa 5 siswa dibentuk sebagai tim penilai. Setelah siswa terbagi
dalam kelompok, guru memfasilitasi siswa agar mendiskusikan kartu yang
diperolehnya dengan kelompok lain sebelum batas waktu berakhir. Guru
mengamati peran siswa saat bertukar pikiran atau menggali pemahamannya untuk
mencari jawaban atau soal dari pasangan kartu yang tepat dengan berkeliling seisi
kelas. Setelah waktu dalam mencocokkan kartu berakhir, guru meminta siswa
yang mendapat pasangannya untuk mempresentasikan kartu soal dan jawaban
kepada tim penilai mendiskusikan mengenai kecocokan kartu soal dan jawaban.
Kemudian, guru mengarahkan siswa agar kartu yang sudah cocok dipasang pada
tempat yang telah disediankan yaitu tali yang dipasangkan di papan tulis. Setelah
kartu terpasang, guru meluruskan pemahaman siswa tentang kebenaran kartu serta

54

memberikan apresiasi pada siswa yang aktif atau motivasi bagi siswa yang kurang
aktif.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran dari
awal sampai akhir pembelajaran. Penerapan model pembelajaran Make A Match
pada pertemuan pertama ini sudah terlaksana dengan baik, hanya saja dari 22

indikator yang harus dilakukan ada 1 tahapan yang terlewatkan yaitu merefleksi
pembelajaran. Hal ini karena waktu yang sudah berakhir dan harus berganti
dengan mata pelajaran lainnya.
Pada pertemuan kedua pada kelompok eksperimen dilaksanakan pada
tanggal 31 Maret 2015 dimulai pukul 11.00 WIB. Proses belajar mengajar tidak
jauh berbeda dengan pertemuan pertama. Hal ini dikarenakan pada pertemuan
kedua difokuskan untuk menyelesaikan indikator berikutnya yaitu indikator 3 dan
4. Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
1) Pra Pembelajaran
Pada kegiatan awal guru mempersiapkan perlengkapan pembelajaran
mengkondisikan agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Kemudian, guru
mengorganisasi pembelajaran dengan berdoa terlebih dahulu dilanjutkan presensi
kelas, saat itu seluruh siswa hadir. Sebelum ke materi, guru bertanya jawab
mengenai materi minggu lalu yang telah dipelajari sebagai motivasi. Selanjutnya,
guru memberikan apersepsi sesuai dengan pedoman RPP yang digunakan serta
tidak terlewatkan untuk menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
siswa.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru mengaitkan apersepsi dengan materi yang akan
disampaikan. Kemudian dilanjutkan pada langkah-langkah Make A Match sesuai

dengan RPP yang digunakan. Materi yang disampaikan guru yaitu mengenai
struktur bumi. Setelah guru menjelaskan materi, dilajutkan kegiatan membentuk
kelompok secara heterogen menjadi kelompok soal, kelompok jawaban dan tim
penilai. Tahapan berikutnya pembagian kartu, mencari pasangan kartu sesuai
dengan penjelasan guru mengenai aturan atau langkah Make A Match. Setelah 8

55

menit batas waktu berakhir dalam mencocokkan kartu dengan kelompok lain,
siswa bersama pasangan mempresentasikan kartunya kepada tim penilai sebagai
laporan hasil kerja.setelah siswa selesai melaporkan hasil kerjanya guru
meluruskan pemahaman siswa tentang kebenaran atau kecocokkan kartu yang
terpasang. Dalam kegiatan inti, guru sudah melaksanakan langkah-langkah model
pembelajaran Make A Match dengan baik, Hal itu terlihat pada hasil lembar
observasi yang sebagian besar indikator kegiatan telah terlaksana.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, guru menyimpulkan pembelajaran dari awal sampai
akhir pembelajaran dan mengakhiri pembelajaran. Pada pertemuan kedua ini,
penerapan pembelajaran dengan model Make A Match sudah terlaksana dengan
baik, hanya saja dari 22 indikator yang harus dilakukan guru terdapat 3 tahapan

yang tidak telaksana. Tahapan tersebut antara lain memberikan apresiasi kepada
siswa yang aktif ataupun motivasi kepada siswa yang kurang aktif saat
pembelajaran. Selain itu, tahapan yang terlewatkan adalah mengkondisikan siswa
untuk siap mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat beberapa siswa masih
menggunakan pakaian olahraga karena siswa masih sulit diberi peringatan agar
menyiapkan diri setelah pergantian jam pelajaran. Tetapi, tidak begitu
memperburuk kondisi belajar, karena guru sudah memahami karakteristik
siswanya sehingga pembelajaran dapat berlangsung dan terlaksana dengan baik.
Pertemuan ketiga pada kelompok eksperimen dilaksanakan pada tanggal 2 April
2015 pukul 09.00 WIB. Pada pertemuan ini difokuskan untuk memberikan
posttest

kepada

siswa

setelah

sebelumnya


diberikan

treatment

dalam

pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match.
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan berdoa, presensi kelas yang saat itu semua
siswa hadir pada pertemuan ketiga. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar
mengerjakan tes dengan baik. Selanjutnya, guru membagikan lembar soal kepada
siswa. Guru memastikan semua siswa mendapatkan lembar soal dan jawaban,
guru memfasilitasi siswa untuk mengerjakan posttest (tes formatif) dalam waktu
yang ditentukan yaitu 30 menit. Karena masih ada sisa waktu yang digunakan
dalam pertemuan ketiga, setelah semua siswa selesai mengerjakan soal tes, guru

56

memberikan kesempatan bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang belum
dipahami atau merefleksi pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya.
Berikut ini disajikan hasil observasi yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match.
Tabel 4.2
Hasil Observasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen
No.

Aspek

Keterlaksanaan
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Ya
Tidak
Ya
Tidak



1.

Mengorganisasi pembelajaran

2.

Menyampaikan materi ajar





3.

Pembagian kelompok secara
heterogen
Pembagian kartu













6.

Mencocokkan kartu-kartu
pasangan yang diperoleh
Laporan hasil kerja





7.

Konfirmasi





4.
5.

Berdasarkan hasil observasi di atas, pelaksanaan pembelajaran pada
kelompok eksperimen dengan model pembelajaran Make A Match sudah
terlaksana dengan baik. Hal ini mengacu pada hasil observasi menunjukkan sintak
model pembelajaran Make A Match hampir keseluruhan aspek secara telah
dilaksanakan oleh guru kelas sebagai pengajar.
b. Penerapan Model Pembelajaran Picture anda Picture
Dalam penerapan model pembelajaran Picture and Picture pada kelompok
kotrol, pengajar atau pelaksana pembelajaran dilakukan oleh guru kelas 5 yaitu
Ibu Riyamah. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2015.
Adapun kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dalam penelitian ini sebagai
berikut:

57

1) Pra Pembelajaran
Pada kelompok kontrol dimulai pukul 07.00 WIB, pertemuan ini
difokuskan untuk menyelesaikan indikator 1 dan 2. Kegiatan awal dimulai dari
guru mempersiapkan perlengkapan pembelajaran sebelum waktu pembelajaran
dimulain. Mengondisikan siswa untuk siap belajar, dilanjutkan dengan membuka
pembelajaran seperti berdoa sebelum memulai pembelajaran, presensi kelas,
memberikan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru memulai untuk menggali pengetahuan awal siswa
dengan mengaitkan apersepsi dengan materi yang akan disampaikan. Guru
menyampaikan materi tentang lapisan atmosfer, sehingga saat menyampaikan
materi pengantar guru memperhatikan pula kondisi belajar siswa agar suasana
belajar dapat kondusif. Setelah itu, dilanjutkan dengan guru menyajikan gambargambar materi yang relevan. Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk aktif
dalam mengamati gambar yang disajikan. Setelah siswa menyimak penjelasan
guru tentang lapisan atmosfer dan mengamati gambar, guru menunjuk siswa
secara undian atau siswa yang ramai untuk maju ke depan kelas. Siswa yang maju
tersebut, dibimbing untuk mengurutkan dan memasangkan gambar-gambar
berdasarkan pemahamannya menjadi urutan logis dan sistematis. Guru
menanyakan alasan atau dasar pemikiran siswa dalam memasangkan gambar
menjadi urutan yang logis. Guru memfasilitasi siswa dalam menganalisa gambargambar yang dipasangkan menurut pendapat siswa tersebut. Langkah dalam
memasangkan gambar ini dilakukan secara bergantian. Setelah itu dilanjutkan
guru menanamkan konsep atau materi dengan menjelaskan kembali materi dan
memfasilitasi agar semua siswa menyimak penjelasan guru dan mencatat
informasi penting mengenai materi yang dipelajari.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, guru menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilakukan dari awal sampai akhir sebelum mengakhiri pembelajaran. Penerapan
pembelajaran Picture and Picture pada pertemuan pertama ini sudah terlaksana

58

dengan baik, hanya saja dari 22 indikator yang harus dilakukan ada 2 tahapan
yang terlewatkan yaitu membimbing siswa agar fokus saat menyimak penjelasan
guru. Hal ini terlihat saat menerangkan materi beberapa siswa tidak menyimak
dengan baik. Selain tahap terlewatkan tersebut, guru juga belum merefleksi
pembelajaran.
Pada pertemuan kedua pada kelompok kontrol dilaksnakan pada tanggal
28 Maret 2015 dimulai pukul 07.00 WIB. Proses belajar mengajar tidak jauh
berbeda dengan pertemuan pertama. Hal ini dikarenakan pada pertemuan kedua
difokuskan untuk menyelesaikan indikator berikutnya yaitu indikator 3 dan 4.
Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
1) Pra Pembelajaran
Guru mempersiapkan perlengkapan pembelajaran dan mengkondisikan
siswa untuk siap mengikuti pembelajaran. Guru membuka pembelajaran dengan
berdoa bersama, presensi kelas, memberikan motivasi antara lain bertanya jawab
mengenai materi lalu, atau bercerita. Selanjutnya, guru memberikan apersepsi
serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru memulai mengaitkan apersepsi dengan materi
yang akan disampaikan. Guru menjelaskan materi mengenai struktur bumi.
Setelah menyajikan materi pengantar, guru menyajikan gambar-gambar kepada
siswa. Selanjutnya, guru menunjuk siswa untuk memasangkan gambar tersebut
menjadi urutan yang logis dan sistematis. Dalam menunjuk siswa, dilakukan
dengan undian dan berlangsung secara bergantian. Guru membimbing siswa untuk
memasangkan gambar pada tempat yang sudah disediakan. Guru menanyakan
alasan atau hal-hal mengenai urutan gambar yang dipasangkan siswa, sehingga
memfasilitasi siswa untuk berpendapat dalam menganalisa gambar yang
diurutkan. Terakhir, guru menanamkan konsep materi yang dipelajari dan
menyimpulkan pembelajaran.
3) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir, guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.
Penerapan model pembelajaran Picture and Picture pada pertemuan kedua juga

59

telah terlaksana dengan baik. Tetapi terdapat indikator yang terlewatkan yaitu
guru belum membimbing siswa mencatat informasi penting mengenai materi dan
tidak merefleksi pembelajaran pada kegiatan akhir.
Pertemuan ketiga kelompok kontrol dilaksanakan pada tanggal 2 April
2015 pukul 07.00 WIB. Pertemuan ketiga ini, digunakan untuk memberikan
posttest setelah sebelumnya diberikan treatment. Pada kegiatan awal guru
membuka pembelajaran diantaranya berdoa, presensi kelas yang pada pertemuan
tersebut seluruh siswa hadir. Guru memberikan motivasi agar mengerjakan tes
dengan baik. Setelah masing-masing siswa memperoleh soal tes dan lembar
jawab, siswa segera mengerjakan tes selama 30 waktu yang telah ditentukan.
setelah waktu mengerjakan berakhir, guru mengumpulkan lembar jawab siswa
dan mengakhiri pembelajaran. Berikut ini disajikan hasil observasi yang
dilakukan peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran Picture and Picture.
Tabel 4.3
Hasil Observasi Pembelajaran Kelompok Kontrol
No.

Aspek

Keterlaksanaan
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Ya
Tidak
Ya
Tidak



1.

Mengkondisikan kelas

2.





3.

Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Menyampaikan materi pengatar





4.

Menyajikan gambar



5.









7.

Menunjuk siswa untuk
mengurutkan gambar
Menganalisa gambar yang
diurutkan
Menanamkan konsep

8.

Kesimpulan



6.






Berdasarkan hasil observasi di atas, secara keselurahan sintak model
pembelajaran Picture and Picture pada kelompok kontrol sudah terlaksana dengan

60

baik. Hanya saja secara teknis pelaksanaan, terdapat aspek tertentu yang tidak
terlaksana.
4.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini terdiri dari deskripsi data dan analisis data. Deskripsi
data melitputi data hasil belajar IPA dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol setelah diberikan post test. Sedangkan analisis data meliputi uji prasyarat
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya dilakukan uji hipotesis.
4.2.1 Deskripsi Data
Skor hasil belajar yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol masih berupa data mentah, sehingga sulit untuk menarik kesimpulan yang
berarti. Oleh karena itu, data tersebut perlu diolah terlebih dahulu, hal ini
dimaksudkan sebagai proses untuk memperoleh ringkasan dari data mentah
dengan menggunakan cara atau rumus tertentu.
Data skor hasil belajar IPA yang diperoleh dari kelompok eksperimen
yaitu siswa kelas 5 SD N Lerep 02 dan kelompok kontrol yaitu kelas 5 SD N
Lerep 01 disajikan dan dianalisis secara deskriptif. Tujuannya agar data tersebut
dapat dipaparkan secara baik dan dapat disimpulkan dengan jelas dan mudah
dimengerti orang lain. Deskripsi data meliputi penyusunan data dalam bentuk
tampilan yang mudah terbaca secara lengkap. Tabel distribusi frekuensi
merupakan cara penyajian paling umum untuk deskripsi data,yang sering
disimpulkan pula secara visual dalam bentuk diagram batang atau histogram.
Untuk itu sebelum dilakukan analisi deskriptf, terlebih dahulu dibuat tabel
frekuensi skor hasil belajar IPA dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
4.2.1.1 Data Hasil Belajar
Data belajar diperoleh dari posttest pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol setelah diberikan treatment. Skor hasil belajar dari hasil posttest
yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masih berupa
data mentah. Untuk itu perlu diolah terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran
yang baik mengenai data tersebut.

61

Berikut ini, disajikan tabel distribusi frekuensi skor hasil belajar dari hasil
posttest pada kelompok eksperimen. Untuk mempermudah dalam membuat tabel
distribusi frekuensi skor hasil belajar IPA, menurut Sugiono (2010: 36) pertama
menentukan banyaknya kelas (K), setelah itu menghitung jangkauannya (Range),
dan panjang Interval Kelas (I) menggunakan rumus seperti di bawah ini:
Banyaknya kelas (K)

= 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 29
= 1 + 3,3 . 1,46
= 1 + 4,82
= 5,82 (dibulatkan menjadi 6 kelas)

Jangkauan (Range)

= (skor maksimal – skor minimal) + 1
= (95 – 60) + 1
= 36

Interval

= Range
Banyak kelas
= 36
6
= 6

Setelah diketahui banyaknya kelas (K), menentukan berapa jangkauan data
(Range), dan panjang Interval Kelasnya (I), kemudian disusun tabel distribusi
frekuensinya seperti yang terlihat pada Tabel 4.4 berikut ini:

62

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen
No

Interval

Frekuensi

Persentase

1

90 – 95

6

20,8%

2

84 – 89

4

13,8%

3

78 – 83

7

24,1%

4

72 – 77

4

13,8%

5

66 – 71

3

10,3%

6

60 – 65

5

17,2%

29

100%

Jumlah

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa skor hasil belajar IPA
kelompok eksperimen, dari seluruh siswa kelas 5 SD N Lerep 02, siswa yang
mendapat skor pada interval 90-95 sebanyak 6 siswa dengan persentase 20,8%.
Siswa yang mendapatkan skor pada interval 84-89 sebanyak 4 siswa dengan
persentase 13,8%. Kemudian skor pada interval 78-83 sebanyak 7 siswa dengan
persentase 24,1%. Siswa yang mendapatkan skor pada interval 72-77 terdiri dari 4
siswa dengan persentase 13,8%. Skor 66-71 sebanyak 3 siswa dengan persentase
10,3%. Sedangkan skor pada interval 60-65 sebanyak 5 siswa dengan persentase
17,2% dari jumlah seluruh siswa.
Setelah disajikan tabel distribusi frekuensi hasil belajar IPA kelompok
eksperimen di atas, untuk lebih jelasnya gambaran data hasil belajar IPA disajikan
gambar 5 diagram distribusi hasil belajar IPA dari hasil posttest sebagai berikut:

63

7
6
5
4

3
2
1
0
90 - 95

84 – 89

78 – 83

72 – 77

66 – 71

60 – 65

Gambar 5. Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA
Kelompok Eksperimen
Selanjutnya akan disajikan tabel distribusi frekuensi skor posttest hasil
belajar IPA kelompok kontrol. Pertama menghitung banyaknya kelas (K).
kemudian menentukan berapa jangkauannya (Range), dan panjang interval kelas
(I) dengan rumus seperti berikut ini:
Banyaknya kelas (K)

= 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 25
= 1 + 3,3 . 1,39
= 1 + 4,59
= 5,59 (dibulatkan menjadi 6 kelas)

Jangkauan (Range)

= (skor maksimal – skor minimal) + 1
= (95 – 60) + 1
= 36

Interval

= Range
Banyak kelas
= 36
6
= 6

Berdasarkan rumus tersebut, kemudian disusun
frekuensinya seperti yang terlihat pada Tabel 4.5 berikut ini:

tabel

distribusi

64

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol
No

Interval

Frekuensi

Persentase

1

90 - 95

2

8%

2

84 - 89

1

4%

3

78 - 83

4

16%

4

72 - 77

6

24%

5

66 - 71

5

20%

6

60 - 65

7

28%

25

100%

Jumlah

Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui skor hasil belajar IPA kelompok kontrol,
siswa yang mendapat skor 90-95 terdiri dari 2 siswa dengan persentase 8%. Siswa
yang mendapat skor antara 84-89 sebanyak 1 siswa atau 4% dari seluruh jumlah
siswa SD N Lerep 01. Siswa yang mendapatkan skor 78-83 sebanyak 4 siswa
dengan persentase 16%. Sedangkan skor antara 72-77 terdiri dari 6 siswa dengan
persentase 24%. Siswa yang mendapat skor 66-71 sebanyak 5 siswa dengan
persentase 20%. Siswa yang mendapat skor 60-65 sebanyak 7 siswa dengan
perolehan persentase 28% dari 25 jumlah keseluruhan siswa.
Gambaran data hasil belajar IPA pada kelompok kontrol, akan disajikan
pada Gambar 6 berikut ini:

65

7
6
5
4
3
2
1
0
90-95

84-89

78-83

72-77

66-71

60-65

Gambar 6. Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol
4.2.2 Analisis Data
4.2.2.1 Analisis Deskriptif
Setelah dilakukan distribusi frekuensi berupa tabel dan grafik, kemudian
dilakukan analisi deskriptif. Data deskritif statistik skor hasil belajar IPA dari
kelompok eksperimen yaitu kelas 5 SD N Lerep 02 dan kelompok kontrol yaitu
siswa kelas 5 SD N Lerep 01, akan disajikan pada Tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.6
Analisis Deskriptif Skor Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol
N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Kelas_Eksperimen

29

60.00

95.00

78.4483

9.91963

Kelas_Kontrol

25

60.00

95.00

72.8000

9.47365

Valid N (listwise)

25

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil belajar IPA pada kelompok
eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 29 mempunyai nilai minimum
60,00 dan nilai maximum 95,00. Sedangkan rata-rata/mean pada kelompok
eksperimen yaitu 78,4483 dan standart deviation yaitu 9,91963. Sedangkan hasil
belajar IPA pada kelompok kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 25

66

mempunyai nilai minimum 60,00 dan nilai maximum 95,00. Rata-rata/ mean pada
kelompok kontrol yaitu 72,8000 sedangkan standart deviation yaitu 9,47365.
4.2.2.2 Uji Homogenitas
Langkah sebelum dilakukan uji hipotesis pada data posttest yang diperoleh
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dilakukan uji prasyarat atau
uji asumsi terlebih dahulu. Uji prasyarat yang harus dilakukan yaitu uji
homogenitas dan uji normalitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui
apakah varian skor yang diukur pada kedua kelas memiliki varian yang sama atau
tidak.
Dalam penelitian ini, uji homogenitas (kesamaan varian) menggunakan
teknik Levene Test. Data homogen jika diperoleh nilai signifikansi > 0,05 dan data
tidak homogen jika nilai signifikansi < 0,05. Output dari uji homogenitas data
posttest untuk hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N Lerep 02 sebagai kelompok
eksperimen dan siswa kelas 5 SD N Lerep 01 sebagai kelompok kontrol terlihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7
Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol
Levene Statistic

df1

.123

Berdasarkan

Tabel

4.7

df2
1

dapat

diketahui

Sig.
52

.727

angka

Levene

Statistic

menunjukkan 0,123. Kemudian df1 = jumlah kelompok data -1 atau 2 – 1 = 1
sedangkan df2 = jumlah data – jumlah kelompok data atau 54 – 2 = 52. Dari
Output tersebut, dapat diketahui signifikansi sebesar 0,727. Maka dapat
disimpulkan bahwa kedua variansi (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol)
memiliki varian yang sama.

67

4.2.2.3 Uji Normalitas
Setelah dilakukan uji homogenitas, berikutnya dilakukan uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan
bantuan SPSS 16.0 for windows. Data dinyatakan berdistribusi normal jika
signifikansi > 0,05. Berikut disajikan Tabel 4.8 hasil uji normalitas dari hasil
belajar IPA pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol
Kolmogorov-Smirnov
Statistic

Df

Sig.

kelompok eksperimen

.148

29

.102

kelompok kontrol

.128

25

.200

subjek_penelitian
posttest

a

*

a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa pada kolom Kolmogorov-Smirnov dapat
diketahui skor signifikansi untuk hasil belajar IPA kelompok eksperimen adalah
0,102 sedangkan skor signifikansi pada kelompok kontrol adalah 0,200. Dari hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa data kedua kelompok berdistribusi normal.
Berikut ini disajikan Gambar 7 dan 8 grafik uji normalitas hasil belajar IPA
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

68

Gambar 7. Grafik Uji Normalitas Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen

Gambar 8. Grafik Uji Normalitas Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis, langkah berikutnya dilakukan uji
hipotesis.Teknik analisis data yang dilakukan untuk uji hipotesis menggunakan uji
t-test (Independent Sample T-Test) dengan bantuan progam SPSS 16.0 for
windows. Uji t-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-

69

rata skor posttest hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Berikut ini disajikan Tabel 4.7 rata-rata skor hasil belajar IPA antara dua
kelompok tersebut:
Tabel 4.9
Rata-rata Skor Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol

posttest

subjek_penelitian

N

Mean

Std. Deviation Std. Error Mean

kelompok eksperimen

29

78.45

9.920

1.842

kelompok kontrol

25

72.80

9.474

1.895

Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat rata-rata (mean) untuk kelompok
eksperimen adalah 78,45 sedangkan untuk kelompok kontrol adalah 72,80.
Artinya, bahwa rata-rata skor posttest kelompok eksperimen lebih tinggi daripada
rata-rata skor posttest kelompok kontrol.
4.2.2.4 Uji Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dilakukan uji hipotesis berhubungan dengan ketentuan
penerimaan atau penolakan pada hipotesis yang telah dirumuskan. Dalam
penelitian ini, hipotesis yang akan diuji adalah hipotesis nol (H 0), karena memang
tidak diharapkan adanya perbedaan data. Sehingga kebenaran dari hipotesis harus
dibuktikan melalui data yang terkumpul, yaitu data posttest dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah data dinyatakan berdistribusi normal
dan diketahui kedua kelompok memiliki varian yang sama, dilanjutkan uji t-test
yaitu Independent Samples T-Test.
Dalam pengujian hipotesis menggunakan uji dua pihak dengan ketentuan,
bila harga t hitung berada pada daerah penerimaan H0 atau terletak di antara harga
tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya, bila harga t hitung lebih kecil
atau sama dengan ( ≤ ) dari harga tabel maka H0 diterima. Sedangkan ketentuan

70

berdasarkan signifikansi yaitu jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan jika
signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Hipotesis penelitian ini yaitu sebagai beriku:
H0

: μ1 = μ2 artinya tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan
antara penerapan model pembelajaran Make A Match dengan model
pembelajaran Picture and Picture siswa kelas 5 SD N Lerep 02 dan SD N
Lerep 01 semester 2 tahun ajaran 2014/2015.

Ha

: μ1 ≠ μ2 artinya terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan
antara penerapan model pembelajaran Make A Match dengan model
pembelajaran Picture and Picture siswa kelas 5 SD N Lerep 02 dan SD N
Lerep 01 semester 2 tahun ajaran 2014/2015.
Tabel 4.10
Hasil Uji t Skor Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol
t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. (2T

df
tailed)

Posttst Equal variances

Mean

Std. Error

Difference Difference

Interval of the
Difference
Lower

Upper

2.130

52

.038

5.648

2.652

.327

10.969

2.137

51.428

.037

5.648

2.643

.344

10.952

assumed
Equal variances
not assumed

Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 4.8, uji t menggunakan Equal Variances
Assumsed karena sebelumnya diketahui pada uji kesamaan varian (homogenitas)
antara kedua kelompok memiliki varian yang sama. Pada kolom Sig. (2-tailed)
terlihat signifikansi sebesar 0,038. Perbedaan rata-rata (mean difference) sebesar
5.648 (78.4483 – 72,8000), dan perbedaan berkisar antara 0,327 sampai 10,969
terlihat pada lower dan upper. Selanjutnya, diketahui t hitung sebesar 2,130 dan

71

signifikansinya sebesar 0,038. Hal ini menunjukkan t hitung lebih besar dari t
tabel (2,130 > 2,006) dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (0,038 < 0,05).
Maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan hasil belajar yang
signifikan antara penerapan model pembelajaran Make A Match dengan model
pembelajaran Picture and Picture siswa kelas 5 SD N Lerep 02 dan SD N Lerep
01 semester 2 tahun ajaran 2014/2015.
4.3 Pembahasan
Pada sub bab ini akan diuraikan mengenai pembahasan hasil penelitian
untuk dimaknai hasil analisis data termasuk hasil uji hipotesis yang telah
diuraikan sebelumnya. Berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan terlihat
terdapat perbedaan rata-rata skor hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Hasil belajar IPA yang diperoleh kelompok eksperimen dengan
jumlah siswa 29 mempunyai nilai terendah 60,00 dan nilai tertinggi 95,00. Tak
jauh berbeda hasil nilai terendah dan tertinggi yang diperoleh pada kelompok
kontrol yang berjumlah 25 siswa. Nilai terendah pada kelompok kontrol yaitu
60,00 dan nilai tertinggi juga 95,00.
Pada Group Statistic terlihat rata-rata (mean) untuk kelompok eksperimen
adalah 78,4483 dan untuk kelompok kontrol adlah 72,8000. Hal ini dapat
diartikan bahwa rata-rata skor hasil belajar IPA kelompok eksperimen lebih tinggi
dari rata-rata skor hasil belajar IPA kelompok kontrol. Sedangkan perbedaan ratarata (mean difference) sebesar 5,6483 (78,4483 – 72,8000).
Oleh karena itu, dapat diketahui t hitung sebesar 2,130 dan signifikansi
sebesar 0,038. Hal ini menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel (2,130 >
2,006) dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,038 < 0,05). Sehingga hipotesis
yang dapat diambil adalah H0 ditolak dan Ha diterima. Dalam kaitannya dengan
hipotesis yang telah ditentukan tersebut, berarti dapat disimpulkan bahwa setelah
dilakukan analisis data hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan hasil
belajar IPA yang signifikan antara penerapan model pembelajaran Make A Match
dengan model pembelajaran Picture and Picture siswa kelas 5 SD N Lerep 02 dan
SD N Lerep 01 semester 2 tahun ajaran 2014/2015. Perbedaan hasil belajar ini

72

dilihat dari hasil perbedaan rata-rata dua kelompok menggunakan Independent
Samples T-Test. Penerapan model pembelajaran yang diterapkan pada masingmasing kelompok membuktikan bahwa model pembelajaran Make A Match
menunjukkan hasil belajar IPA yang lebih baik dari pada model pembelajaran
Picture and Picture.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang
signifikan antara penerapan model pembelajaran Make A Match dengan model
pembelajaran Picture and Picture siswa kelas 5 SD N Lerep 02 dan SD N Lerep
semester 2 tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dapat disebabkan karena berbagai hal,
antara lain: Menurut Huda (2013: 251) “Make A Match” merupakan model yang
saat ini menjadi salah satu model pembelajaran yang penting dalam ruang kelas.
Model pembelajaran ini juga bertujuan untuk pendalaman materi ajar, penggalian
materi , dan edutainment. Selain itu, menurut Rusman (2013: 223), salah satu
keunggulan model pembelajaran ini adalah siswa disuruh mencari pasangan
sambil belajar mengenai konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Jadi, proses berkenalan, bekerja sama dan berbagi pengetahuan menjadi suatu
kondisi yang menyenangkan. Adanya unsur permainan dalam mencari kartu soal
dan jawaban, keunggulan model ini dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa,
baik secara kognitif maupun fisik. Selain itu, model pembelajaran ini memang
efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi serta
melatih kedisiplinan siswa dalam menghargai waktu untuk belajar.
Dalam situasi semacam ini, siswa menjadi lebih terbuka dalam menyerap
pelajaran serta dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang
diajarkan. Sehingga penerapan model pembelajaran Make A Make dapat
menunjukkan hasil belajar IPA yang lebih baik. Hal ini didukung pula pada teknis
pelaksanaan model pembelajaran Make A Match, hampir keseluruhan aspek telah
telaksana dengan baik.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan kajian penelitian relevan yang
dilakukan oleh Nofiyanto tahun 2013 dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model
Pembelajaran Make A Match Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 5 SD
di Kecamatan Pangentan Kabupaten Banjarnegara Semester 2 Tahun Ajaran

73

2012/2013. Dari hasil penelitian ini terdapat perbedaan rata-rata antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol sebesar 19,55. Hasil belajar IPA pada kelas
eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match diperoleh
nilai rata-rata sebesar 79,79. Sedangkan rata-rata nilai pada kelompok kontrol
dengan menerapkan model pembelajaran konvensional yaitu 60,24. Sementara itu,
pengujian t-test dibuktikan bahwa nilai t hitung sebesar 8,041 dengan probabilitas
signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan terdapat
pengaruh yang signifikan hasil belajar IPA antara model pembelajaran Make A
Match dengan model pembelajaran konvensional.
Penelitian

yang

dilakukan

sebelumnya

oleh

Nofiyanto

tersebut,

dibandingkan dengan penelitian ini terlihat ada perbedaan. Perbedaan hasil belajar
pada penelitian sebelumnya yaitu 79,79 > 60,24 dengan prebedaan sebesar 19,55.
Sedangkan perbedaan rata-rata (mean difference) pada penelitian ini sebesar
5,6483 (78,4483 – 72,8000). Dari perbedaan rata-rata antara penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya, terlihat bahwa perbedaan pada penelitian ini lebih kecil
dari penelitian sebelumnya. Hal ini dapat dikarenakan salah satunya pada
penelitian

sebelumnya

pembandingnya

menerapkan

model

pembelajaran

konvensioonal. Namun, berbeda dalam penelitian ini, pemberian treatment yaitu
dengan membandingkan penerapan model pembelajaran Make A Match pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menerapkan model
pembelajaran Picture and Picture. Tetapi ditinjau dari hasil belajar IPA, model
pembelajaran Picture and Picture belum memberikan hasil yang signifikan
dibanding model Make A Match pada kelompok eksperimen. Hal ini bukan karena
hakikat model pembelajaran Picture and Picture itu sendiri,namun lebih kepada
teknis operasional pelaksanaan pembelajaran yang masih perlu diperbaiki.
Ada beberapa kendala yang ditafsirkan oleh peneliti dalam pelaksanaan
model pembelajaran Picture and Picture yaitu guru masih mendominasi dalam
pembelajaran. Terlihat saat proses pembelajaran yang mendapat peran dalam
berpartisipasi dalam memasangkan atau mengurutkan gambar hanya sebagian dari
siswa saja belum mencakup keseluruhan siswa. Kemudian saat guru memberikan
pertanyaan kepada siswa dalam mengurutkan gambar-gambar mengenai konsep

74

yang dipelajari, siswa tertentu terlihat masih kaku atau belum terbuka dalam
menyampaikan pendapatnya, hal ini mungkin siswa dipaksa atau menganggap
sebagai hukuman dalam belajar. Selain itu, guru belum memperhatikan kondisi
belajar siswa, saat memberikan penjelas tentang materi, masih terdapat siswa yang
kurang aktif dalam mencacat informasi penting yang disampaikan oleh guru.
Kendala saat pembelajaran tersebut, masih wajar terjadi untuk siswa SD dengan
berbagai macam karakteristik yang dimiliknya, sehingga teknis pelaksanaan
pembelajaran masih perlu untuk diperbaiki.