Makalah Teori perkembangan kogntif dan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jean Piaget adalah salah seorang psikolog terkenal yang banyak mempengaruhi
perkembangan dunia pendidikan, terlebih pada akhir-akhir ini, dengan makin diterimanya teori
konstruktivisme.Teori konstruktivisme Piaget menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh
murid atau orang yang sedang belajar.Pengetahuan tidak diterima begitu saja dari guru, tetapi
murid sendirilah yang harus mengorganisasi, memikirkan, dan membentuk pengetahuan itu.
Tanpa kegiatan aktif membentuk pengetahuan dalam pikirannya, seseorang tidak akan tahu
sesuatu.
Menurut Piaget, pengertian seseorang itu mengalami perkembangan dari lahir sampai
menjadi dewasa. Secara garis besar, Piaget membedakan empat tahap dalam perkembangan
kognitif seorang anak: (1) tahap sensorimotor yang terjadi sejak lahir sampai berumur 2 tahun,
(2) tahap praoperasi pada umur 2 sampai 7 tahun, (3) tahap operasi konkret pada umur 7 sampai
11 tahun, dan (4) tahap operasi formal setelah umur 11 tahun ke atas. Perkembangan tahap-tahap
tersebut berurutan karena setiap tahap memerlukan tahap yang sebelumnya.Awal dan
perkembangan tahap-tahap tersebut dapat berbeda untuk setiap pribadi.
Teori perkembangan kognitif dan teori konstruktivisme Piaget banyak mempengaruhi dunia
pendidikan, terutama pendidikan kognitif pada masa kanak-kanak sampai remaja. Piaget semakin

yakin adanya perbedaan antara proses pemikiran anak dan orang dewasa. Ia yakin bahwa anak
bukan merupakan suatu tiruan (replika) dari orang dewasa. Anak bukan hanya berpikir kurang
efisien dari orang dewasa, melainkan berpikir secara berbeda dengan orang dewasa.Itulah
sebabnya mengapa Piaget yakin bahwa ada tahap perkembangan kognitif yang berbeda dari anak
sampai menjadi dewasa.Anak yang lebih dewasa bukan hanya menjadi lebih pandai daripada
yang lebih muda, melainkan pemikiran anak yang lebih dewasa berbeda secara kualitatif dengan
anak yang lebih muda. Anak yang berbeda umurnya menggunakan cara berpikir yang berbeda.
Anak yang belum berumur 11 tahun tidak dapat memecahkan persoalan opersi logika yang dasar.
Proses pemikiran membentuk suatu struktur yang terintegrasi yang sifat-sifat dasarnya dapat
dijelaskan dalm term-term logika. Operasi-operasi logika yang ada dalam pemikiran deduksi
berkaitan dengan struktur mental tertentu dalam diri anak. Cirri pemikiran deduksi logis (abstrak
dan hipotetis) ini menjadi salah satu ukuran tertinggi Piaget dalam menentukan tahap-tahap
perkembangan kognitif anak.

Pada awalnya, Piaget beranggapan bahwa perkembangan kognitif disebabkan oleh faktor
sosial , seperti bahasa, kontak dengan teman, dan orang tua. Setelah mengadakan penilitian,
Piaget mengubah anggapan itu dengan lebih menekankan peran tindakan anak sebagai sumber
perkembangan kognitif.Pengertian dibentuk dari tindakan anak dan bukan dari bahasa anak.

 Garis Besar Tahap Perkembangan Kognitif

Secara garis besar, Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif seorang
anak menjadi empat tahap: tahap sensorimotor, tahap praoperasi, tahap operasi konkret, dan
tahap operasi formal. Tahap sensoriotor lebih ditandai dengan pemikiran anak berdasarkan
tindakan inderawinya.Tahap operasi diwarnai mulai dengan digunakannya symbol-simbol untuk
menghadirkan suatu benda atau pemikiran, khusunya penggunaan bahasa.Tahap operasi konkret
ditandai dengan penggunaan aturan logis yang jelas.Tahap operasi formal dicirikan dengan
pemikiran abstrak, hipotesis, deduktif, serta induktif.Secara skematis, keempat tahap itu dapat
digambarkan dalam Tabel I.
Tahap-tahap diatas saling berkaitan.Urutan tahap-tahap tidak dapat ditukar atau dibalik,
karena tahap sesudahnya mengandaikan terbentuknya tahap sebelumnya.Tetapi, tahun
terbentuknya tahap tersebut dapat berubah-ubah menurut situasi seseorang. Seseorang dapat
mulai tahap operasi formal pada umur 11 tahun, sedangkan orang lain baru mulai tahap yang
sama pada umur 15 tahun. Perbedaan antar tahap sangat besar karena ada perbedaan kualitas
pemikiran yang lain. Meskipun demikian, unsur dari perkembembangan sebelumnya tetap tidak
dibuang.Jadi, ada kesinambungan dari tahap ke tahap, walaupun ada juga perbedaan yang sangat
mencolok.
Table I. Skema Empat Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap

Umur


Sensorimotor

0-2 tahun

Praoperasi

2-7 tahun

Operasi konkret

7-11 tahun

Operasi formal

11 tahun keatas

Ciri Pokok Perkembangn












Berdasarkan tindakan
Langkah demi langkah
Penggunaan simbol/bahasa tanda
Konsep intuitif
Pakai aturan jelas/logis
Reversible dan kekekalan
Hipotesis
Abstrak
Deduktif dan induktif
Logis dan probabilitas


B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan
kognitif pada anak.Selain itu juga penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pada tahaptahap mana sajakah seorang anak telah mengalami perkembangan dari lahir hingga menjadi
dewasa.Tulisan ini ditujukkan kepada guru dan orang tua yang ingin mengetahui perkembangan
anaknya, selain itu juga bagi mereka yang ingin mengerti teori perkembangan kognitif Piaget.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

 PENGERTIAN KOGNITIF
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan.Secara umum kognitif
diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi
(evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan
kemampuan rasional (akal).Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu
kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan
perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang
kepada dirinya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif.Dari aspek tenaga pendidik
misalnya.Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru
harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan
mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.
Akan tetapi apa arti kognitif yang sebenarnya? Lalu apa perkembangan kognitif itu?Jean
Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun
secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang
mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi).
Kecenderungan organisasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap
organisme untuk mengintegasi proses-proses sendiri menjadi system - sistem yang
koheren.Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk
memyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial.
Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka
yang sudah ada.Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan
informasi baru.
Perkembangan kognitif adalah tahap-tahap perkembangan kognitif manusia mulai dari usia
anak-anak sampai dewasa; mulai dari proses-proses berpikir secara konkret sampai dengan yang
lebih tinggi yaitu konsep-konsep anstrak dan logis. Dalam teorinya Piaget membahas
pandangannya tentang bagaimana anak belajar. Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah

aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya.
Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan
fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial.Akibatnya
lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan fisiknya. Interaksi anak dengan
orang lain memainkan peranan penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam.

A. TAHAP SENSORIMOTOR (UMUR 0-2 TAHUN)

Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar
berumur 2 tahun.Pada tahap ini, inteligensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak
terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar, membau, dan lainlain.Pada tahp ini, anak belum dapat belum dapat berbicra dengan bahasa.Anak belum
mempunyai bahasa simbol untuk mengungkapkan adanya suatu benda yang tidak berada di
dekatnya.
Pada tahap sensorimotor, gagasan anak mengenai suatu benda berkembang dari periode
“belum mempunyai gagasan “menjadi” sudah mempunyai gagasan”.Gagasan mengenai benda
sangat berkaitan dengan konsep anak tentang ruang dan waktu juga belum terkoordinasi dengan
baik.
Konsep anak tentang kausalitas (sebab akibat) pada tahap ini juga berkembang dari “belum
mempunyai konsep” menjadi “sudah mempunyai konsep”.Konsep kausalitas ini juga
berkembang sejalan dengan perkembangan konsep ruang dan waktu anak.Semakin anak

memahami konsep ruang dan waktu secara lengkap, pemahamanya mengenai konsep kausalitas
berkembang dengan benar.
Karena mempunyai konsep yang berkembang, peran pendidikan menjadi penting dalam
ragka membantu anak untk semakin mengerti dan memahami alam semesta. Meskipun
sederhana, tahap perkembangan awal sensorimotor ini sangat penting. Tahap ini akan menjadi
dasar perkembangan persepsi dan inteligensi anak pada tahap-tahap berikutnya.
Menurt Piaget, mekanisme perkembangan sensorimotor ini menggunakan proses asimilasi
dan akomodasi. Tahap-tahap perkembangan kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan
melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak karena adanya masukan,
rangsangan, atau kontak dengan pengalaman dan situasi yang baru.
Dalam meneliti tingkah laku kanak-kanak ini, Piaget menggunakan metode gabungan, yaitu
dengan metode naturalistis dan eksperimental informal.Metode naturalistis adalah metode
penelitian dimana objek yang diteliti dibiarkan secara natural bertingkah laku dan subjek yang
meneliti tidak tidak mencampuri tingkah laku objeknya.Metode naturalistik ini banyak
digunakan dalam meneliti tingkah laku binatang di alam bebas.Beberapa metode eksperimental
informal sering ditambahkan untuk melihat apakah tingkah laku anak berubah atau tidak
(Ginsburg & Opper, 1988).Eksperimen informal adalah eksperimen yang tidak tersusun
sebelumnya secara jelas, tetapi ditambahkan secara spontan karena melihat situasi yang cocok
atau yang perlu ditangani.


1. Periode-periode Sensorimotor

Piaget membagi tahap sensorimotor dalam enam periode.
Periode 1: Refleks (umur 0-1 bulan),
Periode 2: Kebiasaan (umur 1-4 bulan),
Periode 3: Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4-8 bulan),
Periode 4: Koordinasi skemata (umur 8-12 bulan),
Periode 5: Eksperimen (12-18 bulan)
Periode 6: Representasi (18-24 bulan)
Secara garis besar, perkembangan periode-periode pada tahap sensorimotor dapat
diringkas dalam skema pada Tabel II.

Table II. Skema Perkembangan Kognitif Tahap Sensorimotor
(Bandingkan Wadsworth, 1989; Gruber & Voneche, 1995)
Periode
Refleks

1 (umur 0-1

Ciri Perkembangan

Kognitif Umum

Refleks

bulan)

2 Kebiasaan
(umur 1-4
bulan)

3 Reproduksi
kejadian
menarik
(umur 4-8
bulan)

4 Koordinasi

Konsep Benda
Belum ada

pembedaan


Kebiasaan
- Belum ada
- Koordinasi tangan
pembedaan
dan mulut
gerakan diri
- Ikuti benda yang
dan benda luar
bergerak dan suara - Pembedaan
- Imitasi awal
awal

Ulangi hal-hal
yang menarik
- Koordinasi tangan
dan mata
- Perbedaan sarana
dan tujuan
- Pengertian dan
pemahaman awal

Perbedaan

Konsep
Ruang
Fragmentasi,
terpecah
Mulai ada
koordinasi
ruang

-

-

- Mulai ada
Ada
- Antisipasi
koordinasi
letak benda
ruang
yang bergerak
- Klasifikasi
benda awal
- Permanensi

-

Konsep ruang

Konsep
Kausalitas
Egosentris
Tidak ada
kausalitas
Belum ada
pembedaan
gerakan diri
dan objek luar
Kausalitas
belum
berkembang
Dirinya
sebagai
penyebab
semua kejadian

Awal kausalitas

skemata
(umur 8-12
bulan)

sarana dan tujuan
- Menemukan
sarana baru
- Koordinasi
schemata
5 Eksperimen 
Penemuan
(umur 12-18
sarana baru
bulan)
- Adaptasi pada
situasi periode
rbaru
- Keingintahuan
besar
6 Representas 
Representasi
i (umur 18simbol mulai
24 bulan)
- Koordinasi
internal
- Meniru model
yang baru atau
yang tidak ada di
situ

benda
- Mencari
benda-benda
yang
bersembunyi
- Permanensi
benda
- Tahu
pemindahan
benda
- Lengkap
- Tahu benda
yang tidak
tampak

ada, tetapi
masih terpusat
pada dirinya

dari luar

Sadar akan
hubungan
antara bendabenda dalam
ruang,
antarbenda
dan dirinya
Sadar akan
gerakan

Diri sebagai
benda diantara
benda-benda
lain, sebagai
objek tindakan
Sebab akibat
disadari

 Periode 1: Refleks (Umur 0-1 Bulan)
Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks.Ini berkembang sejak seorang
bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan.Pada periode ini, tingkah laku bayi kebanyakan
bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak terbedakan.Tindakan seorang bayi didasarkan
pada adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara refleks.Refleks yang pokok pada
periode ini adalah mengisap, meraba, menangis, serta menggerakkan tangan dan kepala.Disini,
seorang bayi belum dapat membedakan jenis-jenis rangsangan.Ia akan menggenggam benda apa
pun yang didekatkan di telapak tangannya. Ia akan mengisap benda apa pun yang didekatkan
dimulutnya. Pada periode ini, seorang bayi mengasimilasi semua rangsangan melalui sistem
refleks dengan cara yang tidak terbedakan (Wadsworth, 1989). Menurut Piaget, seorang bayi
yang dibiasakan makan dengan sendok akan mengalami kesulitan dalam menyusu. Sementara
itu, bila bayi dibiarkan mengisap susu ibu, ia akan makin terampil melakukan kegiatan tersebut
(Piaget, 1981).
Piaget mengamati bahwa seorang bayi kadang-kadang mempunyai inisiatif sendiri, meskipun
ia tidak ingin menyusu. Mengapa bayi itu membuat gerakan seperti menyusu? Menurut Piaget,
seorang bayi melakukan asimilasi fungsional. Ia melatih diri agar fungsi mengisapnya dapat
berjalan dengan lebih baik. Dengan kata lain, skema “mengisap” yang telah dimiliki seorang
bayi dilatih agar semakin berfungsi dengn baik. Dalam proses ini, terjadi asimilasi fungsional
dan reproduktif, yaitu pengulangan tindakan untuk membuat semakin berfungsinya suatu
tindakan tertentu. Dalam perkembangannya, asimilasi yang reproduktif dan fungsional ini akan

memunculkan asimilasi yang lebih umum (general assimilation).Misalnya jika pipi kanannya
disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah kanan.
Dalam perkembangan selanjutnya, asimilasi reproduktif dan fungsional juga memunculkan
asimilasi rekognitif, dimana seorang bayi mulai dapat membedakan dan “mengenal” bendabenda yang diisap.
Proses-prose asimilasi tersebut sangat berperan dalam perkembangan kegiatan bayi.Menurut
Piaget, tindakan mengisap yang lebih maju adalah yang sistematis dan tergantung pada
koordinasi gerak tangan, jari, dan mulut bayi. Dalam tindakan mengisap ini, sudah ada “suatu
inteligensi” tertentu (Piaget, 1969).
Konsep Benda. Menurut Piaget, seorang bayi belum mempunyai konsep benda pada periode
ini. Seorang bayi belum membedakan benda-benda secara sadar.Disini, tampak jelas bahwa
konsep benda merupakan perkembangan dan bukan suatu yang telah ada sebelumnya.
Konsep Ruang. Menurut Piaget, pengertian bayi akan ruang masih fragmentasi (tepecahpecah, tidak menyeluruh). Hal ini disebabkan oleh karena benda-benda yang diketahunya
melalui sentuhan, setelah di jauhkan, akhirnya tidak kelihatan lagi.Pada periode ini, belum ada
koordinasianta-ruang yang diketahui lewat mulut, penglihatan, maupun lewat jamahan tangan.
Konsep Kausalitas. Pada periode ini, bayi masih egosentris dan tidak sadar akan sebab-akibat
suatu hal (Wadsworth, 1989). Egosentris menunjuk kepada keadaan kognitif seseorang di mana
ia memandang dunia hanya dari sudut pandangnya sendiri, tanpa sadar bahwa sudut pandang lain
itu ada. Bagi seorang bayi, ini berarti bahwa belum ada konsep diri sebagai suatu objek dalam
dunia objek-objek yang lain. Ia belum dapat membedakan antara dirinya dan lingkungannya.
Pada periode ini, tidak ada relasi kausal antara kejadian-kejadian. Bayi belum dapat mengerti
bahwa benda-benda dapat mempengaruhi satu dengan yang lain.

 Periode 2: Kebiasaan (Umur 1-4 Bulan)
Pada periode perkembangan ini, bayi mulai membentuk kebiasaan-kebiasaan
pertama.Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan mengulang-ulang suatu tindakan.Refleksrefleks yang dibuat diasimilasikan dengan skema yang telah dimiliki dan menjadi semacam
kebiasaan, terlebih bila refleks tersebut menghasilkan sesuatu.Dalam kebiasaan yang didasarkan
pada skema sensorimotor ini, belum ada pembedaan antara sarana dan hasil.Hasil hanya
kebetulan diperoleh karena gerakan yang mengarah ke situ, tanpa diketahui bahwa sarana
(gerakan) itu memang dipilihnya (Piaget & Inhelder, 1969).Contoh: menghisap jempol.Pada
contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan gerakan motorik dari tangannya dan
penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.

Menurut Baldwin, pada periode ini terjadi proses reaksi sirkuler pertama (Piaget, 1989;
Ginsburg & Opper, 1988). Istilah ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana seorang anak
mengulang-ulang kembali apa yang ia senangi sehingga menjadi kebiasaan. Bayi mulai mencoba
untuk menemukan kembali tingkah laku yang efektif dengan trial and error.
Pada periode ini, seorang bayi mulai dapat membedakan benda-benda didekatnya.Ia mulai
membedakan diferensiasi akan macam-macam benda yang dipegangnya. Koordinasi tindakan
bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga.Ini merupakan suatu tahap penting
untuk tumbuhnya konsep benda. Meskipun demikian, bayi tetap belum mempunyai konsep objek
seperti orang dewasa (Piaget & In helder,1969; Piaget, 1981; Ginsburg & Opper, 1988;
Wadsworth, 1989).
Keingintahuan.Seorang bayi biasanya mulai dapat mengamati ayunan yang digunakan
dengan “penuh perhatian”. Pada umur 3 bulan, ia sudah tidak terlalu mengamati lagi. Ia ingin
langsung melihat benda-benda yang baru atau gerakan ayunan yang lain. Tetapi, ia tidak hanya
asal melihat lebih banyak benda, melainkan mempunyai preferensi tertentu. Ia lebih tertarik
kepada kejadian yang agak baru.Ketertarikan bayi dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya
(Ginsburg & Opper, 1988).Pada tahap ini, bayi juga mulai meniru (imitasi). Menurut Piaget,
“meniru” adalah suatu ungkapan bayi untuk mengenal realitas dan berinteraksi dengan dunia
secara efektif.
Konsep Benda. Adanya benda itu tidak permanen (tidak tetap).Namun, jelas bahwa sudah
ada pembedaan awal, yaitu benda yang dijamahnya dengan benda yang dicarinya setelah
dijauhkan.
Konsep Ruang. Pada periode ini, mulai ada koordinasi ruang yang berbeda.Pada periode ini
juga, mulai ada konsep waktu.Misalnya, seorang bayi menantikan ibunya untuk memandikannya.
Konsep Kausalitas. Konsep ini belum banyak berkembang, masih seperti pada periode 1.

 Periode 3: Reproduksi Kejadian Yang Menarik (Umur 4-8 Bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apa pun yang ada
disekitarnya (Piaget & Inhelder, 1969). Tingkah laku bayi semakin berorientasi ke objek dan
kejadian diluar tubuhnya sendiri.Seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian-kejadian yang
menarik baginya.Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang
menyenangkan dirinya (reaksi sirkuler dan sekunder).
Piaget menjelaskan bahwa pada periode ini, seorang bayi mulai membuat pembedaan antara
saran dan tujuan/ hasil yang mau dicapai.Tetapi tujuan disini haruslah dimengerti hanya setelah
seorang bayi mencoba permainan tersebut. Dengan kata lain, tujuan ditetapkan selama

pengulangan tingkah laku dan bukan ditentukan sebelumnya seperti orang dewasa merencanakn
sesuatu (Wadsworth, 1989).
Menurut Ginsburg dan Opper, ada beberapa unsr yang dapat diamati dalam pengulangan
permainan diatas.
1) Gerakan tangan bayi secara tidak sengaja menghasilkan sesuatu akibat yang menarik
baginya, yaitu bunyi-bunyian.
2) Bayi mengerti bahwa tindakannya berkaitan dengan akibat luar.
3) Sekali minat dan hubungan antara tindakan dan akibat itu terbentuk, seorang bayi akan
mengulangi tindakan itu. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sesudah bayi melihat dan
mendngar mainannya berbunyi, ia ingin mengulang dan mengasimilasi sekali lagi.
Pembentukan arti primitif.Piaget mengamati bahwa bila dihadapkan pada sebuah benda yang
sudah dikenal, seorang batyi sering kali hanya menunjukan reaksi singkat dan tidak mau
memperhatikan agak lama.Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu “penganiyaan” akan arti
benda itu seakan ia mengetahui banda itu. Menurut Piaget, ada semacam pengertian dan
pemahaman awal. Seorang bayi kadang menyepakkan kaki sebagai tanda “tahu” akan sesuatu
benda (Ginsburg & Opper, 1988).
Relasi primitif.Seorang bayi pada periode ini sudah dapat membedakan relasi antara
intensitas gerakan tangan dan suara permainan ular-ularan yang diletakkan diats tempat tidurnya.
Menurut Piaget, persepsi tentang pembedaan intensitas ini merupakan awal pemikiran
kuantitatif. Pada periode ini, bayi mulai dapat meniru banyak hal dan lebih sistematis.
Konsep Benda. Pada periode ini konsep bayi akan benda mulai ada. Hal ini dapat dilihat dari
gejala-gejala berikut (Ginsburg & Opper).
1) Bayi sudah dapat mengantisipasi secara visual letak benda. Misalnya, suatu benda dijatuhkan
didepan seorang bayi. Meskipun bayi tidak dapat melihat selruh gerakkan benda itu, ia dapat
mengantisipasi kira-kira benda itu akan jatuh dimana.
2) Pegangan yang terputus (interrupted prehension). Seorang bayi mau menagkap suatu benda
dengan tangannya, tetapi benda itu lepas. Ia akan mencoba mencari benda itu dengan
meneruskan gerakan tangannya. Kejadian ini menunjukkan adanya suatu pengertian bahwa
benda itu masih ada.
3) Reaksi yang tertunda. Seorang bayi yang sedang mencari suatu benda, tetapi diinterupsi
sebentar oleh peristiwa lain, masih dapat meneruskan mencari benda tersebut.
4) Bayi dapat mencari suatu benda yang tersembunyi bila ia dapat melihat sebagian kecil dari
benda itu. Pengenalan akan objek-objek yang disembunyikan sebagian ini terjadi hanya
sesudah seorang bayi cukup memperoleh pengalaman dengan memegang-megang bendabenda tersebut.

Konsep Ruang. Pada periode ini, mulai ada konsep ruang yang berbeda. Misalnya, dalam
kegiatan menyusu, seorang bayi telah mengkoordinasikan ruang gerak mulut dan jamahan
tangannya pada puting susu ibu.
Konsep Kausalitas. Bayi masih egosentris.Ia melihat dirinyan sebagai penyebab utam untuk
segala aktifitas. Ia belum dapat meliht bahwa orang lain atau benda lain menjadi sebab suatu
kejadian (Wadsworth, 1989).

 Periode 4: Koordinasi Skemata ( Umur 8-12 Bulan)
Pada periode koordinasi skemata, seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil
tindakannya.Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil. Saran-sarana yang
digunakan untuk mencapai tujuan/hasil diperoleh dari koordinasi skema-skema yang telah ia
ketahui (Piaget & Inhelder, 1969). Bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan
tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu. Hasil tidak selalu
diperoleh dari tindakan langsung, tetapi dari tindakan-tindakan yang berurutan. Disini, suatu
pilihan sarana yang terarah yang mau digunaakan sudah ada.Pada periode ini, sarana baru
ditemukan untuk mencapai tujuan.Disini, ada tingkat inteligensi yang lebih meningkat daripada
periode sebelumnya.
Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak mainan, namun Piaget
menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya.Dia
berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika
Piaget tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak
mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan
kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari mencoba, Laurent berhasil
menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk
kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu:
(1) Mengibaskan perintang, (2) Memeluk kotak mainan.
Mengantisipasi adanya benda.Pada periode ini, seorang bayi mulai mempunyai kemampuan
untuk mengantisipasi adanyan suatu benda lebih baik.
Konsep Benda. Seorang bayi mulai membentuk konsep tentang tetapnya (permanensi) suatu
benda.Bayi mulai sadar bahwa suatu benda tetap ada meskipun tidak tampak secara langsung.
Oleh karena itu ia mulai dapat mencari suatu benda yang disembunyikan (Wadsworth, 1989).
Pada periode ini, bayi mulai sadar bahwa benda mempunyai unsur yang tetap. Bila pada periode
sebelumnya seorang bayi merasa bahwa benda yang tidak kelihatan itu tidak ada lagi, sekarang
ia mulai menyadari bahwa benda yang disembunyikan itu tetapi ada. Permanensi bend diketahui.

Konsep Ruang. Ruang dianggap sebagai suatu “tempat umum” dimana benda-benda
berada.Namun, tetap harus disadari bahwa pengertian ruang bagi bayi masih berpusat pada
dirinya sendiri. Tempat atau ruang suatu benda masih tergantung pada cara bayi itu mencari
benda tersebut, dan bukan pada kenyataan benda itu berada (Gruber & Voneche, 1955). Maka,
bagi bayi ruang suatu benda dapat menemukannya.
Konsep Kausalitas. Pada tahap ini, menurt Wadsworth, bayi sadar untuk pertama kalinya
bahwa objek lain dapat menyebabkan aktivitas tertentu. Ia mulai mengerti bahwa benda-benda
lain yang ada diluar dirinya dapat menjadi penyebab (kausal) suatu kegiatan. Disini, konsep
kausal mulai ada.

 Periode 5: Eksperimen (Umur 12-18 Bulan)
Unsur pokok pada periode ini adalah mulainya anak memperkembangkan cara-cara baru
untuk mencapai tujuan dengan cara mencoba-coba (eksperimen). Bila dihadapkan pada suatu
persoalan yang tidak dapat dipecahkan dengan skema yang ada, anak akan mulai mencoba-coba
dengan trial and error untuk menemukan cara yang baru guna memecahkan persoalan tersebut.
Dengan kata lain, ia mencoba mengembangkan skema yang baru.
Pada periode ini, anak lebih mengamati benda-benda disekitarnya dan mengamati bagaimana
benda-benda disekitarnya bertingkah laku dalam situasi yang baru.Untuk pertama kalinya anak
dapat mengadaptasi situasi yang tidak dikenalnya (Wadsworth, 1989). Menurut Piaget, tingkah
laku anak ini menjadi inteligensi sewaktu ia menemukan kemampuan untuk memecahkan
persoalan yang baru. Tingkah laku yang baru ini sangat penting dalam perkembangan intelek
anal selanjutnya. Keingintahuan akan benda-benda menjadi sangat besar pada tahap ini. Anak
mulai menggunakan gerakan-gerakan dan tindakan yang bervariasi untuk menghasilkan produk
yang bervariasi.Ini disebut reaksi sirkuler ketiga.
Konsep Benda. Konsep anak akan benda mulai maju dan lengkap. Pada periode ini, seorang
anak sudah mulai memperhitungkan perpindahan berurutan suatu objek. Anak akan semakin
sadar bahwa dirinya adalah iap benda dilihat sebagsebuah benda di tengah benda-benda lain.
Konsep Ruang. Anak mulai mempertimbangkan organisasi perpindahan benda-benda secara
menyeluruh bila benda-benda itu dapat dilihat secara serentak.Setiap benda dapat dilihat sebagai
independen dan mempunyai gerakannya tersendiri.Anak juga mulai mengerti adanya hubungan
antara benda-benda dalam suatu ruangan.
Konsep Kausalitas. Pada periode ini, konsep kausalitas semakin berkembang. Anak semakin
sadar bahwa orang lain dan juga benda lain dapat menjadi penyebab suatu tindakan. Anak pada
periode ini juga sadar bahwa benda-benda lain pun dapat menjadi sumber kejadian yang lain.

 Periode 6: Representasi (Umur 18-24 Bulan)
Periode ini adalah periode terakhir pada tahap inteligensi sensorimotor.Anak sudah mulai
dapat menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetapi
juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya (Piaget & Inhelder, 1969).Pada periode ini,
anak berpindah dari periode inteligensi sensorimotorke inteligensi representatif.Secara mental,
seorang anak mulai dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan
suatu persoalan dengan gambaran tersebut (Wadsworth, 1989).Anak memperkembangkan
sarana-sarana baru ntuk memecahkan persoalan, tanpa tergantung pada trial and
errormelulu.Ia mencoba juga menyelasaikan persoalan dengan gambaran dalam pikirannya.
Pada periode ini, anak mulai dapat dapat meniru suatu model yang sudah tidak ada. Disini,
tampak bahwa an akurat ak sudah mempunyai gambaran akan model itu meskipun model
tersebut sudah tidak ada. Bila ia berhadapan dengan moel baru, ia tidak perlu meniru dengan
berbagai macam percobaan, tetapi tidak cukup dengan gerakan mental.
Konsep Benda. Konsep akan benda sudah maju. Representasi anak ini membiarkan anak
untuk mencari dan menemukan objek-objek yang tersembunyi. Representasi yang dimiliki anak
memungkinkan ia untuk memperkirakan hubungan kausalitas secara lebih (Wadsworth, 1989).
Konsep Ruang. Anak sadar akan gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya secara
masuk akal bila benda itu tidak kelihatan lagi. Ia dapat menyusun langkah-langkah yang masuk
akal dan cepat untuk menemukan benda tersebut.
Konsep Kausalitas. Pada tahap ini, anak sudah memiliki konsep kausalitas yang cukup
tinggi. Anak dapat mengerti sebab akibat yang ditimbulkan oleh suatu persoalan dan ia dapat
menyelesaikan persoalan tersebut.

2. Pembentukan Skema Objek

Piaget (1981) menguraikan bahwa pada periode refleks, bayi belum mempunyai konsep
benda.Tindakan refleks lebih menjawab rangsangan dan situasi yang dihadapi. Pada periode
kebiasaan awal, juga belum ada konsep akan objek, meskipun seorang bayi dapat memanggil
orang tuanya dengan menangis. Pada periode berikutnya, yaitu periode koordinasi skemata, bayi
mulai dapat mencari benda yang tersembunyi di belakang layar. Disini, mulai ada konservasi
akan benda: bend itu tetap ada meskipun tidka kelihatan. Pada periode eksperimen dan
representasi, konsep tentang benda sudah lengkap.
Cukup jelas dari proses perkembangan di atas bahwa konsep kekekalan benda merukan
bahwspakan fungsi adanya ruang dan waktu. Tahap awal menyatakan bahwa benda itu tidak ada

bila tidak tampak di tempat.Pembentukan skema benda berkaitan dengan bagaimana seorang
bayi mampu mengorganisir tempat/ruang dan waktu. Pada saat bayi belum mampu
mengoragnisir ruang dan waktu, skemanya akan benda belum terbentuk dengan baik.

3. Ciri-Ciri Inteligensi

Beberapa ciri inteligensi sensorimotor dalam perbedaan dengan inteligensi opersional.
a) Inteligensi sensorimotor didasarkan pada tindakan praktis, maka hanya dapat di turunkan
pada urutan periode-periode, tetapi tidak pernah dapat sampai kepada representasi yang
menyeluruh.
b) Sensorimtor hanya membawa sampai pada kepuasan prkatis, yaitu berhasilnya suatu tindkan
dalm sitasi tertentu; bukan pada pengetahuan. Maka inteligensi sensorimotor adalah
inteligensi dalam aksi, bukan refleksi.
c) Karena sensorimotr berkaitan dengan entitas real, maka hanya menyangkut jarak yang
pendek antara subjek dan objek. Oleh karena itu, seorang anak tidak dapat mengerti suatu
benda yang sangat jauh atau pun sudah terlalu lama dialami.
d) Mengenai periode-periode sensorimotor, diberikan beberapa catatan.
(1) Umur hanyalah merupakan pendekatan. Periode-periode itu tergantung pada banyak
faktor yang berbeda-beda untuk setiap anak, seperti pengaruh lngkungan sosial dan
kematangan fisis.
(2) Urutan periode tetap. Anak harus melaluia periode sebelumnya untuk berkembang ke
periode berikutnya yang lebih maju, dan tidak sebaliknya. Setiap periode berikutnya
adalah perkembangan dari periode sebelumnya.
(3) Perkembangan itu gradual dan merupakan proses yang kontinu, tidak meloncat-loncat,
dan tidak terjadi dalam suatu waktu begitu saja.

B. TAHAP PRAOPERASI (UMUR 2-7 TAHUN)

Tahap pemikiran praoperasi dicirikan dengan adanya fungsi semiotic, yaitu penggunaan
simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek yang saat itu tidak berada
bersama subjek.Tahap ini juga dicirikan dengan pemikiran intuitif pada anak.Piaget membagi
perkembangan kognitif tahap praoperasi dalam dua bagian:
1) Umur 2-4 tahun, dicirikan oleh perkembangan pemikiran simbolis;
2) Umur 4-7 tahun, dicikan oleh perkembangan pemikiran intuitif.

1. Pemikiran Simbolis Atau Semiotik (Umur 2-4 Tahun)

Pada umur 2 tahun, seorang mulai dapat menggunakan symbol atau tanda untuk
merepresentasikan suatu benda yang tidak tampak di hadapannya. Fungsi semiotik atau
penggunaan simbol itu secara jelas tampak lima gejala berikut:
1)
2)
3)
4)
5)

Imitasi tidak langsung,
Permainan simbolis,
Menggambar,
Gambaran mental,
Bahasa ucapan.

Piaget membedakan antara “simbol” dan “tanda” dengan “indeks” dan “sinyal”. Dalam
pengertian simbol dan tanda (sign), dibedakan antara objek yang ditandakan dengan tandanya
sendiri.Secara umum, suatu bagian yang tampak dari suatu benda yang bersembunyi adalah
merupakan indeks atau sinyal dari benda itu.
Simbol adalah suatu hal yang lebih menyamai dengan yang disimbolkan, seperti gambaran
dan bayangan.Bahasa tulisa, bahasa ucapan, dan bilangan adalah merupakan contoh tanda
(Piaget, 1981; Wadsworth, 1989). Pemikiran simbolis, yaitu pemikiran dengan menggunakan
simbol atau tanda, berkembang sewaktu seorang anak mulai suka menirukan sesuatu.demikian
juga kemampuan seorang anak menirukan macam-macam hal yang dialami dalam hidupnya akan
membantu pembentukan pengetahuan simbolisnya.

 Imitasi Tidak Langsung
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang
bendanya sudah tidak ada lagi.Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak
pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak dapat bermain kue-kuean
sendiri atau bermain pasar-pasaran.

 Permainan Simbolis
Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah
dialami. Dalam permainan ini, anak membentuk simbol-simbol dan penemuan-penemuan yang
menggambarkan sesuatu yang ia inginkan. Contoh: anak perempuan yang bermain dengan
bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.

 Menggambar
Anak mulai suka menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis yang lain. Pada tahap ini
merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental.Unsur pada permainan
simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar.Sedangkan
unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang
riel”.Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.

 Gambaran Mental
Gambaran mental adalah penggambaran secara pikiran sesuatu objek atau pengalaman yang
lampau.Ini lebih merupakan suatu persepsi. Piaget membedakan dua kategori gambaran mental:
gambaran reproduktif dan gambaran antisipatoris. Gambaran reproduktif adalah gambaran
terbatas untuk menunjukkan pemandangan atau objek yang telah diketahui
sebelumnya.Gambaran antisipatoris adalah gambaran yang menunjukkan gerakan, perubahan,
atau transformasi, meskipun belum pernah dilihatnya.Merupakan penggambaran secara pikiran
suatu objek atau pengalaman yang lampau.Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan
statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan
atau transformasi yang ia amati. Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng
putih dan hitam.

 Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui
bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.

2. Bahasa

a) Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa pada tahap praoperasi merupakan transisi dari sifat egosentris ke
interkomunikasi sosial.Bahasa ucapan itu dipelajari dan bukan terjadi begitu saja.Motivasi untuk
belajar bahasa adalah adanya nilai adaptasi untuk membuat hal itu. Anak belajar bahasa ucapan
sama seperti kalu belajar ilmu yang lain, yaitu membentuk dan mengkonstruksi bahasa. Anak
membentuk aturan bahasa dari pengalamannya.Dengan pengalaman-pengalaman tersebut,
konstruksi anak menjadi lebih baik. Proses ini terjadi pada umur 2 sampai 4 tahun.

b) Penggunaan Bahasa
Ginsburg dan Opper (1988) membedakan antara penggunaaan bahasa anak yang
nonkomunikatif dan yang komunikatif.Ada tiga macam penggunaan bahasa yang
nonkomunikatif.
(1) Anak menirukan apa saja yang baru saja ia dengar. Ia menirukan orang lain tanpa sadar.
Hal ini dibuat untuk kesenangannya sendiri.
(2) Anak berbicara sendiri (monolog). Seorang anak kadang berbicara sendirian tanpa mau
berkomunikasi dengan orang lain. Anak suka berbicara sendirian sambil bermain.
(3) Monolog diantara teman-teman. Seorang anak kadang berbicara dengan sendiri agak
keras meskipun ia berada ditengah teman-temannya.
Piaget mengartikan bahasa monolog ini dengan dua hal.
(1) Pemenuhan harapan anak yang tidak terjadi. Misalnya, ia tidak dapat mejanya yang
besar, lalu ia berbicara pada meja seakan-akan meja itu dapat terangkat dengan
sendirinya.
(2) Petunjuk bahwa kata dan tindakan seorang anak itu belum terdiferensiasikan (terbedakan)
secara penuh. Anak tidak membedakan antara realitas dan kata yang diucapkan.
Penggunaan bahasa yang lain adalah yang komunikatif. Seorang anak mulai mencoba
berhubungan dengan orang lain.

c) Bahasa dan Pemikiran
Dengan adanya bahasa, pemikiran seorang anak semakin diperluas.Pemikiran yang
menggunakan bahasa jauh lebih cepat dan luas.Tiga perbedaan tingkah laku berdasarkan
sensorimotor dan bahasa representasional.
(1) Urutan (sequence) dari sensorimotor dibatasi oleh kecepatan tindakan sensorimotor,
sehingga membuat inteligensi sensorimotor sangat lambat. Bahasa membuat representasi
lebih cepat.
(2) Adaptasi sensorimotor dibatasi dengan tindakan langsung seorang anak, sedangkan
bahasa memungkinkan pemikiran dan adaptasi ke jarak yang lebih jauh dari tindakan
sekarang (ruang dan waktu yang luas).
(3) Inteligensi sensorimotor maju setapak demi setapak, sedangkan pemikiran dengan bahasa
memungkinkan seorang anak memecahkan banyak unsure dalam suatu organisasi.
Perkembangan bahasa ucapan itu bukan prasayarat untuk perkembangan kognitif.

d) Penalaran Anak pada Umur 2-4 Tahun
Ada tiga macam penalaran dalam tahap praoperasi ini (Ginsburg & Opper, 1988).
(1) Penalaran merupakan ingatan singkat yang pernah dialami.
(2) Keinginan anak dapat mengacaukan jalan pikiran.
(3) Transduktif (campuran antara deduktif dan induktif).

3. Pemikiran Intuitif

Pemikiran anak pada umur 4 sampai 7 tahun berkembang pesat secara bertahap ke arah
konseptualisai.Tetapi, perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami operasi
yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran yang semi-simbolis atau penalaran intuitif
yang tidak logis.Dalam hal ini, seorang anak masih mengambil keputusan hanya dengan “aturanaturan intuitif” yang masih mirip dengan tahap sensorimotor.
Pemikiran intuitif adalah persepsi langsung akan dunia luar tetapi tanpa dinalar terlebih
dahulu. Intuisi merupakan pemikiran imajinal atau sensasi langsung tanpa dipikir terlebih
dahulu.Dalam pemikiran ini, anak belum dapat melihat pluralitas gagasan, tetapi hanya satu per
satu.

4. Ciri-Ciri Pemikiran yang Lain

a) Pemikiran Egosentris
Seorang anak bertemu dengan pandangan yang berlawanan, ia berpikir bahwa orang lainlah
yang salah, sedangkan pikirannya sendiri yang benar. Egosentrisme ini menjadi bagian
perkembangan kognitif anak.Ini menandakan bahwa ada kekurangan diferensiasi (pembedaan)
dalam pemikirannya.Ia belum dapat membeda-bedakan pemikiranya sendiri dan pemikiran orang
lain.

b) Adaptasi yang Tidak Disertai Gambaran Akurat
Ingatan dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok: ingatan recognitiondan ingatan
evocation. Ingatan recognition adalah ingatan dimana seseorang berhadapan dengan benda

yang dihadapinya. Ingatan evocation adalah ingatan akan suatu objek dimana anak tidak
sedang bertemu dengan objek itu sendiri, tetapi ia memang ingat dari gambaran mentalnya.

c) Reversibilitas Belum Terbentuk
Bila pemikiran orang sudah reversibel, maka ia dapat mengikuti garis pemikirannya kembali
ke permulaan. Ia dapat mengulangi lagi gambarnya dari belakang ke muka. Konsep reversible
anak pada tahap ini belum terbentuk secara lengkap.

d) Pengertian Kekekalan Belum Lengkap
Kekekalan adalah konsep yang menyatakan bahwa jumlah atau kuantitas suatu benda tetap
sama meskipun ada perubahan unsur-unsurnya. Pada tahap praoperasi, anak belum mempunyai
konsep kekekalan ini.

e) Klasifikasi Figuratif
Anak pada tahap praoperasi membuat klasifikasi benda berdasarkan pengetahuan figuratif.Ia
tidak menyusun objek hanya berdasarkan kesamaan dan perbedaan, tetapi juga menjajarkan
semuanya. Akibatnya, koleksi gambar itu terlalu luas.Anak yang berumur 2-5 tahun masih sulit
membuat klasifikasi benda.Pada umur 5-7 tahun, anak mulai dapat membuat klasifikasi hierarkis,
tetapi masih sulit untuk merangkum keseluruhan.

f) Relasi Ordinal/Serial
Ank pada umur 4-5 tahun masih mengalami kesulitan untuk menyusun angka yang berurutan
sehingga menjadi seperti berikut: A