Pengangguran jenis dan Pengentasan Pengangguran Terdidik Yang

Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja
secara optimal. Dari tahun ke tahun penggangguran semakin bertambah, dikarenakan jumlah
lulusan baik itu dari SMA, atau perguruan tinggi makin banyak. Namun kesempatan pekerjaan
atau jumlah pekerjaannya tidak bertambah.
Adapun macam dari pengangguran, antara lain:
1. Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
2. Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja
secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah
menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama
seminggu.
3. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguhsungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena
memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Tentu saja orang mengganggur itu ada penyebabnya, maka adapun macam pengangguran
menurut penyebabnya, yaitu:
 Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment) adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus
ekonomi.
 Pengangguran struktural (Struktural Unemployment) adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
Pengangguran struktuiral bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti : Akibat

permintaan berkurang, Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi, Akibat kebijakan
pemerintah


Pengangguran friksional (Frictional Unemployment) adalah pengangguran yang muncul
akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja. Pengangguran ini
sering disebut pengangguran sukarela.



Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian musim
misalnya pergantian musim tanam ke musim panen.



Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau
penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin




Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya
permintaan masyarakat (aggrerat demand).

Demi memaksimalkan pengagngguran atau dalam kata lain mengurangi pengangguran yang ada,
pemerintah sebaiknya menambah lapangan pekerjaan yang ada. Selain pemerintah juga, diri

1

pribadi dari kita harus bisa menciptakan peluang usaha, agar kita bisa bekerja dan
mempekerjakan orang lain.

Pengangguran
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang
sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan

kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat
akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial
lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan
menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan
menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga
dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan
sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang
adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang
seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang
semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak
orang.

Daftar isi


1 Jenis & macam pengangguran

o 1.1 Berdasarkan jam kerja
o



1.2 Berdasarkan penyebab terjadinya

2 Penyebab Pengangguran

2



3 Akibat pengangguran
o

3.1 Bagi perekonomian negara

o


3.2 Bagi masyarakat



4 Peringkat negara berdasar tingkat pengangguran



5 Kebijakan-Kebijakan Pengangguran
o

5.1 Cara Mengatasi Pengangguran Struktural

o

5.2 Cara Mengatasi Pengangguran Friksional

o

5.3 Cara Mengatasi Pengangguran Musiman


o

5.4 Cara Mengatasi Pengangguran Siklis

Jenis & macam pengangguran
Berdasarkan jam kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:





Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja
secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah
menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama
seminggu.
Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguhsungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena

memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.

Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam:


Pengangguran friksional (frictional unemployment)

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya
kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran
pekerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin

3

maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya
manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.


Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)


Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang
(naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.


Pengangguran struktural (structural unemployment)

Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur
ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan
oleh beberapa kemungkinan, seperti:
1. Akibat permintaan berkurang
2. Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
3. Akibat kebijakan pemerintah


Pengangguran musiman (seasonal Unemployment)

Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi
jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang
menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.



Pengangguran siklikal

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.


Pengangguran teknologi

Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian
tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.


Pengangguran siklus

Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan
masyarakat (aggrerate demand).

Penyebab Pengangguran


4

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi
masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya
yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan
keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan
dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka
panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di
mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh
lebih banyak orang.


Akibat pengangguran
Bagi perekonomian negara
1. Penurunan pendapatan perkapita.
2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.

Bagi masyarakat
1. Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
2. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak
bekerja.
3. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

Peringkat negara berdasar tingkat pengangguran
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar negara menurut tingkat pengangguran

5

anking
berdasarkan
entitas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Entitas

Tingkat
Sumber / tanggal dari
pengangguran
informasi
(%)
0.00
perkiraan 1996.

Andorra

0.00
0.00
0.90
1.20
1.30
1.30
1.50
1.60
1.70
1.90
2.00
2.00
2.00
2.00
2.10
2.10
2.10
2.20
2.20
2.40
2.40
2.50
2.50
2.50

Monako
Pulau Norfolk (Australia)
Guernsey (Britania Raya)
Azerbaijan
Islandia
Liechtenstein
Pulau Man (Britania Raya)
Belarus
Vanuatu
Kuba
Gibraltar (Britania Raya)
Kiribati
Vietnam
Papua Nugini
Bermuda
Thailand
Kepulauan Faroe (Denmark)
Jersey (Britania Raya)
Kuwait
Uni Emirat Arab
Laos
Bangladesh
Bhutan
Kamboja
6

2005
Maret 2006 est.
perkiraan 2006 .
perkiraan 2006 .
September 2002
perkiraan Desember 2006
2005
1999
perkiraan 2006 .
perkiraan 2001 .
perkiraan 1992.
perkiraan 2006.
2004
perkiraan 2004.
perkiraan 2006.
2006
perkiraan 2006.
perkiraan 2004.
2001
perkiraan 2005.
perkiraan 2006.
2004
perkiraan 2000.

26
27
28
29
30
31
32

Singapura
Ukraina
Britania Raya
Uzbekistan
Guatemala
Qatar
Meksiko

2.70
2.70
2.90
3.00
3.20
3.20
3.20

33

Korea Selatan

3.30

34

Mongolia

3.30

perkiraan 2006.
2006
perkiraan 2006.
2006
perkiraan 2005.
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan Desember
2006 .
2005

3.30

perkiraan 2006.

3.50
3.50

perkiraan 2006.
perkiraan 2006.

3.60

1997

3.70
3.80
3.80
3.80
3.80

perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
2004

35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

Swiss
Malaysia
Norwegia
Kepulauan Virgin Britania Raya
(Britania Raya)
Lithuania
Denmark
Nikaragua
Selandia Baru

San Marino
Kepulauan Mariana Utara
3.90
(Amerika Serikat)
3.90
Taiwan
Brunei Darussalam
4.00
4.10
Jepang
4.10
Makau (RRC)
Luksemburg
4.10
4.20
China
4.20
Palau
Irlandia
4.30
Kepulauan Cayman (Britania Raya) 4.40
4.50
Estonia
4.50
Saint Kitts dan Nevis
Amerika Serikat
4.80
Australia
4.90
4.90
Austria
4.90
Hong Kong (RRC)
5.30
Namibia

7

2001
perkiraan 2006.
2006
perkiraan 2006.
2005
perkiraan 2006.
2005
perkiraan 2005.
perkiraan 2006.
2004
2006
1997
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.

61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82

5.50
Siprus
5.50
Belanda
5.60
Siprus
5.60
Swedia
Nigeria
5.80
El Salvador
6.00
Montserrat (Britania Raya)
6.00
6.10
Romania
Kepulauan Virgin (Amerika Serikat) 6.20
Kanada
6.40
Latvia
6.50
6.50
Pakistan
Kosta Rika
6.60
6.60
Rusia
6.80
Italia
6.80
Malta
6.90
Aruba (Belanda)
Finlandia
7.00
Trinidad dan Tobago
7.00
Jerman
7.10
7.20
Peru
Moldova
7.30

83

Armenia

7.40

84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96

Kazakhstan
Hungaria
Sri Lanka
Portugal
Israel
Fiji
Maroko
Bolivia
India
Chili
Filipina
Anguilla (Britania Raya)
Republik Afrika Tengah

7.40
7.40
7.60
7.60
7.60
7.60
7.70
7.80
7.80
7.80
7.90
8.00
8.00

perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 1998.
perkiraan 2006.
2004
perkiraan 2006.
perkiraan Desember 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2005.
perkiraan 2005 .
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2005.
perkiraan November
2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2006 .
perkiraan 2006.
perkiraan 2006
perkiraan Januari 2007.
1999
perkiraan 2006 .
perkiraan 2006 .
perkiraan 2006 .
2006
perkiraan 2006.
2002
perkiraan 2001 .

97

Belgia

8.10

perkiraan 2006.

8

perkiraan 2006.

98
99


Spanyol
Ceko
Uni Eropa

8.10
8.40
8.50

100

Perancis

8.70

101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130

Panama
Venezuela
Yunani
Greenland (Denmark)
Belize
Paraguay
Mauritius
Suriname
Brasil
Bulgaria
Slovenia
Kepulauan Turks dan Caicos
(Britania Raya)

8.80
8.90
9.20
9.30
9.40
9.40
9.40
9.50
9.60
9.60
9.60

perkiraan Oktober 2006.
perkiraan 2006 .
perkiraan 2006 .
perkiraan Desember
2006 .
perkiraan 2006.
perkiraan October 2006 .
perkiraan 2006 .
perkiraan 2005 .
2006
perkiraan 2005.
perkiraan 2006 .
2004
perkiraan 2006 .
perkiraan 2006 .
perkiraan 2006 .

10.00

perkiraan 1997.

10.20
10.20
10.20
10.20
10.30

perkiraan kuarter ke 3,
2006 .
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2005 .
perkiraan 2006.

10.30

1999

10.60
10.70
10.80
11.00
11.10
11.30
11.40
11.70
12.00
12.00
12.00

perkiraan 2006.
perkiraan 2003 .
perkiraan 2006.
perkiraan 2001 .
perkiraan 2006.
perkiraan 2006 .
perkiraan 2002 .
2005
2001
perkiraan 2004.
2002

10.20

Argentina
Turki
Slovakia
Myanmar
Bahama
Mesir
Saint Pierre dan Miquelon
(Perancis)
Ekuador
Barbados
Uruguay
Antigua dan Barbuda
Kolombia
Jamaika
Guam (Amerika Serikat)
Polinesia Perancis (Perancis)
Niue (Selandia Baru)
Tajikistan
Puerto Riko (Amerika Serikat)

9

131
132
133
134
135
136

Grenada
Suriah
Indonesia
Georgia
Pantai Gading
Arab Saudi

12.50
12.50
12.50
12.60
13.00
13.00

137

Tonga

13.00

138

Kepulauan Cook (Selandia Baru)

13.10

139

Albania

13.80

140
141
142

Tunisia
Saint Helena (Britania Raya)
Mali

13.90
14.00
14.60

143

Polandia

14.90

144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166

Bahrain
Oman
Iran
Saint Vincent dan Grenadines
Wallis and Futuna (Perancis)
Yordania
Aljazair
Republik Dominika
Antillen Belanda (Belanda)
Kaledonia Baru (Perancis)
Kroasia
Kirgizstan
Sudan
Komoro
Ghana
Lebanon
Saint Lucia
Mauritania
Jalur Gaza
Tepi Barat (Israel)
Tanjung Verde

15.00
15.00
15.00
15.00
15.20
15.40
15.70
16.00
17.00
17.10
17.20
18.00
18.70
20.00
20.00
20.00
20.00
20.00
20.30
20.30
21.00
21.00
21.00

Gabon
Mozambik
10

2000
perkiraan 2005 .
perkiraan 2006 .
perkiraan 2004.
1998
perkiraan 2004 .
perkiraan Tahun anggaran
03/04 .
2005
perkiraan September 2006
.
perkiraan 2006 .
perkiraan 1998.
perkiraan 2001.
perkiraan November
2006.
perkiraan 2005 .
perkiraan 2004 .
perkiraan 2007 .
perkiraan 2001.
2003
perkiraan 2006 .
perkiraan 2006.
perkiraan 2006.
perkiraan 2002.
2004
perkiraan 2006 .
perkiraan 2004.
perkiraan 2002 .
perkiraan 1996 .
perkiraan 1997.
perkiraan 2006.
perkiraan 2003.
perkiraan 2004.
2005
2005
perkiraan 2000.
perkiraan 1997.
perkiraan 1997.

167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178

Mikronesia
Dominika
Botswana
Irak
Mayotte (Perancis)
Afrika Selatan
Montenegro
Honduras
Samoa Amerika (Amerika Serikat)
Kamerun
Guinea Khatulistiwa
Libya

22.00
23.00
23.80
25.00
25.40
25.50
27.70
27.90
29.80
30.00
30.00
30.00

perkiraan 2000.
perkiraan 2000
2004
perkiraan 2005 .
2005
perkiraan 2006.
2005
perkiraan 2006.
2005
perkiraan 2001.
perkiraan 1998 .
perkiraan 2004 .



30.00

perkiraan 2006.

179
180
181

Bumi
Kepulauan Marshall
Serbia
Yaman

30.90
31.60
35.00

182

Makedonia

36.00

183
184
185

Afganistan
Swaziland
Kenya

40.00
40.00
40.00

perkiraan 2000.
perkiraan 2005 .
perkiraan 2003.
perkiraan September 2006
.
perkiraan 2005 .
perkiraan 2006.
perkiraan 2001.

186

42.00

perkiraan 2004 .

187

Nepal
Lesotho

45.00

188

Bosnia and Herzegovina

45.50

189
190
191
192

Senegal
Djibouti
Zambia
Timor Leste
Kepulauan Cocos (Keeling)
(Australia)
Turkmenistan
Zimbabwe
Liberia
Nauru

48.00
50.00
50.00
50.00

2002
perkiraan 31 Desember
2004 .
perkiraan 2001 .
perkiraan 2004 .
perkiraan 2000.
perkiraan 2001

60.00

perkiraan 2000

60.00
80.00
85.00
90.00

perkiraan 2004
perkiraan 2005
perkiraan 2003
perkiraan 2004

193
194
195
196
197

Kebijakan-Kebijakan Pengangguran
11

Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang
disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut.

Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :



Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke
tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.



Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja
yang kosong, dan



Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.

Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai
berikut.



Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang
bersifat padat karya.
Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya
investasi baru.



Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.



Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan
sektor formal lainnya.



Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan
raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung
maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.

Cara Mengatasi Pengangguran Musiman
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut.



Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan
Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika
menunggu musim tertentu.

Cara Mengatasi Pengangguran Siklis

12

Untuk mengatasi pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut.



Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
Meningkatkan daya beli masyarakat.

BAB II
ISI
1. Definisi Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang
sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan
kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat
akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial
lainnya.
Selain definisi di atas masih banyak istilah arti definisi pengangguran menurut para
tokoh, diantaranya:
- Definisi pengangguran menurut Sadono Sukirno
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja
ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
- Definisi pengangguran menurut Payman J. Simanjuntak
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama
sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha
memperoleh pekerjaan.
- Definisi pengangguran menurut Menakertrans
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu
usaha baru, dan tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan

13

menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan
menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga
dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan
sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang
adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang
seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang
semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Jenis & macam pengangguran
 Berdasarkan jam kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:


Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment). Pengangguran terselubung
terjadi jika tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena sesuatu alas an tertentu.
Misalnya, untuk mengerjakan suatu pekerjaan sebenarnya cukup untuk dilakukan oleh
lima orang, tetapi dilakukan oleh tujuh orang. Oleh karena itu, yang dua orang
sebenarnya adalah penganggur, hanya saja tidak kentara.



Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja
secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah
menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama
seminggu.



Pengangguran Terbuka (Open Unemployment. Pengangguran terbuka adalah tenaga
kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Penyebabnya antara lain: tidak
tersedianya lapangan kerja, tidak sesuai antara lapangan kerja denagn latar belakang
pencari kerja, dan tidak berusaha mencari pekerjaan secara keras karena memang malas.

 Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam:


Pengangguran friksional (frictional unemployment)
14

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya
kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran
pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang
ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan
meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya.


Pengangguran konjungtur (cycle unemployment)

Pengangguran konjungtur adalah pengangguran yang diakibatkan oleh adanya siklus konjungtur
(perubahan kegiatan perekonomian). Perekonomian suatu Negara sering menghadapi perubahan.
Bila permintaan terhadap barang dan jasa turun terjadilah penurunan permintaan missal terhadap
tenaga kerja.


Pengangguran struktural (structural unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur
ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan
oleh beberapa kemungkinan, seperti:

1. Akibat permintaan berkurang
2. Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
3. Akibat kebijakan pemerintah


Pengangguran musiman (seasonal Unemployment)

Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi
jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang
menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.


Pengangguran siklikal

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.

15



Pengangguran teknologi

Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian
tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.


Pengangguran siklus

Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan
masyarakat (aggrerate demand).

2. Masalah Pengangguran di Indonesia
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding
dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi
masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah- masalah sosial lainnya.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk
terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik,
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat
jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Tingkat kemakmuran sebuah negara dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi penduduk
Negara tersebut. Semakin tinggi pendapatan perekonomian Negara perkapita, dapat disimpulkan
bahwa kehidupan rakyatnya semakin sejahtera. Tingkat perekonomian dapat dilihat dari tingkat
pendapatan masyarakatnya.
Namun, jika terlihat pertumbuhan perekonomian Negara begitu lambat dan tersendatsendat, bisa dikatakan tingkat kesejahteraan rakyatnya belum meningkat dan bisa dan bisa
16

disebut masih banyak yang menggantungkan hidupnya pada orang lain alias menjadi
pengangguran. Tingkat pengangguran di Indonesia sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari
minimnya masyarakat yang lulus dari perguruan tinggi untuk membuka peluang usahannya
sendiri.
Pengangguran di Indonesia meningkat pula dengan semakin berkurangnya lapangan
pekerjaan bagi mereka yang hanya mendapat pendidikan sampai jenjang sekolah lanjut atas.
Perkembangan zaman yang semakin membutuhkan tenaga ahli diberbagai bidang sesuai
spesifikasi keilmuan, menyebabkan para lulusan sekolah lanjut atas hanya bisa menjadi pegawai
toko, buruh pabrik, atau tenaga kebersihan disebuah perusahaan.
Dan juga pengangguran bukanlah suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan dimana
semua orang sama pekanya terhadap kemungkinan itu tidak peduli apapun jenis kelaminnya,
umur, kebangsaan, dan jenis jabatannya dalam masyarakat. Cateris paribus, tingkat
pengangguran adalah lebih tinggi bagi kaum wanita daripada kaum pria, untuk pekerja kasar
daripada pekerja kantoran, bagi kaum remaja daripada pekerja yang dewasa usianya, dan bagi
orang berkulit hitam daripada kaum berkulit putih.
Tingkat perbedaan pengangguran menyangkut investasi yang telah dilakukan oleh
perusahaan dalam latihan kerja praktek bagi pekerja. Investasi semacam itu dilakukan terhadap
diri seorang pekerja, investasi itu menjadi suatu biaya yang terpendam. Perusahaan akan segera
memutuskan hubungan kerja dengan segera seorang pekerja dimana ia sudah melakukan
investasi yang besar, sekalipun produk marjinal pekerja yang sekarang adalah kurang daripada
upahnya yang sekarang. Jadi, dalam periode merosotnya permintaan bagi produk perusahaan,
terutama sekali apabila perusahaan tidak mengetahui dengan pasti apakah permintaan yang
berkurang itu bersifat sementara atau permanen, perusahaan akan bersedia untuk mengurangi
produksinya yang sekarang. perusahaan dapat mencapai hal ini dengan cara melepaskan dulu
para pekerja yang ia tidak benyak menanam investasi. Jadi, akan terdapat perbbedaan pergeseran
dalam permintaan bagi berbagai maca tipe pekerja yang dipekerjakan oleh perusahaan.
Permintaan bagi pekerja yang kurang atau sedikit sekali mempunyai investasi dari perusahaan

17

dalam latihan kerja dapat mengalami kemerosotan mencolok, permintaan akan tenaga kerja
terlatih hanya menurun sedikit atau tidak ada sama sekali.
Dalam kebijakan Pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota harus merupakan satu kesatuan yang saling mendukung untuk
penciptaan dan perluasan kesempatan kerja.
Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran (GNPP), Mengingat 70 persen
penganggur didominasi oleh kaum muda, maka diperlukan penanganan khusus secara terpadu
program aksi penciptaan dan perluasan kesempatan kerja khusus bagi kaum muda oleh semua
pihak.
Berdasarkan kondisi diatas perlu dilakukan Gerakan Nasional Penanggulangan
Pengangguran (GNPP) dengan mengerahkan semua unsur- unsur dan potensi di tingkat nasional
dan daerah untuk menyusun kebijakan dan strategi serta melaksanakan program penanggulangan
pengangguran. Salah satu tolok ukur kebijakan nasional dan regional haruslah keberhasilan
dalam perluasan kesempatan kerja atau penurunan pengangguran dan setengah pengangguran.
Menurut para deklarator tersebut, bahwa GNPP ini dimaksudkan untuk membangun
kepekaan dan kepedulian seluruh aparatur dari pusat ke daerah, serta masyarakat seluruhnya
untuk berupaya mengatasi pengangguran
Dalam deklarasi itu ditegaskan, bahwa untuk itu, sesuai dengan Undang-undang Nomor
13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebaiknya segera dibentuk Badan Koordinasi Perluasan
Kesempatan Kerja.
Menyadari bahwa upaya penciptaan kesempatan kerja itu bukan semata fungsi dan
tanggung jawab Depatemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, akan tetapi merupakan tanggung
jawab kita semua, pihak pemerintah baik pusat maupun daerah, dunia usaha, maupun dunia
pendidikan. Oleh karena itu, dalam penyusunan kebijakan dan program masing-masing pihak,
baik pemerintah maupun swasta harus dikaitkan dengan penciptaan kesempatan kerja yang
seluas-luasnya.

3. Data Pengangguran di Indonesia

18

Angka pengangguran di Indonesia masih sangat mencengangkan. Menurut data Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, jumlah penganggur terbuka di Indonesia mencapai 8,32 juta
orang atau 7,14 persen dari 116,53 juta orang angkatan kerja.
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2008 mencapai 111,48 juta orang,
bertambah 1,54 juta orang dibanding jumlah angkatan kerja Agustus 2007 sebesar 109,94 juta
orang atau bertambah 3,35 juta orang dibanding Februari 2007 sebesar 108,13 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2008 mencapai 102,05 juta orang,
bertambah 2,12 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan pada Agustus 2007 sebesar 99,93
juta orang, atau bertambah 4,47 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2007
sebesar 97,58 juta orang.
Jumlah penganggur pada Februari 2008 mengalami penurunan sebesar 584 ribu orang
dibandingkan dengan keadaan Agustus 2007 yaitu dari 10,01 juta orang pada Agustus 2007
menjadi 9,43 juta orang pada Februari 2008, dan mengalami penurunan sebesar 1,12 juta orang
jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2007 sebesar 10,55 juta orang.
Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2008 mencapai 8,46 persen,
mengalami penurunan dibandingkan keadaan Agustus 2007 yang besarnya 9,11 persen, demikian
juga terhadap keadaan Februari 2007 yang besarnya 9,75 persen.
Situasi ketenagakerjaan pada bulan Februari 2008, hampir di seluruh sektor mengalami
peningkatan jumlah pekerja jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2007. Sektor yang
mengalami peningkatan jumlah pekerja tertinggi berturut-turut yaitu: sektor jasa kemasyarakatan
naik 1,82 juta orang serta sektor perdagangan naik 1,26 juta orang.
Dari sisi gender, partisipasi perempuan dalam lapangan kerja meningkat signifikan. Selama
Februari 2007-Februari 2008, jumlah pekerja perempuan bertambah 3,26 juta orang dan laki-laki
hanya bertambah 1,21 juta orang. Kenaikan pekerja perempuan terbesar terjadi di sektor
perdagangan yaitu 1,51 juta orang dan sektor pertanian sebesar 740 ribu orang.
BPS melakukan survei setiap Februari dan Agustus per tahun, dari hasil survei diketahui
sumber pengangguran dari lulusan SMK sebesar 17,26 persen, lulusan SMA 14,31 persen,
lulusan Universitas 12,59 persen, lulusan Diploma 11,21 persen, lulusan SMP 9,39 persen,
lulusan SD dan tidak sekolah 35,24 persen.
Data pengangguran di Indonesia, dapat digolongkan menjadi beberapa segi, diantaranya:

19

1. Angka Pengangguran Terbuka di Indonesia
Salah satu jenis pengangguran yang bisa diukur dengan data Sakernas adalah pengangguran
terbuka dan setengah pengangguran. Pengangguran terbuka artinya orang yang tidak bekerja dan
sedang mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan usaha, sudah punya pekerjaan tapi belum
dimulai, dan orang yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan.
2. Angka Pengangguran Menurut Umur
Pengangguran di Indonesia sudah mencapai 11 juta (usia 15 tahun keatas) dan 8,5 juta-nya
penduduk usia 15-29 tahun. Pengangguran terbuka banyak terjadi di usia remaja 15 sampai 29
tahun (23%). Di usia tersebut banyak sekali lulusan sekolah yang ingin mendapatkan pekerjaan,
dari yang baru lulus SMP, SMU maupun perguruan tinggi termasuk yang tidak sekolah.
Sedangkan untuk usia 30-49 tahun, jumlah penganggurannya tidak terlalu tinggi (hanya 4%).
3. Angka Pengangguran Menurut Perkotaan atau Pedesaan
Kita semua sudah tahu bahwa sebagian besar pekerjaan tersedia lebih banyak di perkotaan,
sekaligus pekerjaan di perkotaan menjajikan lebih banyak pendapatan. Inilah yang menyebabkan
pencari kerja berbondong- bondong ke perkotaan yang berakibat angka pengangguran terbuka di
kota lebih besar (13,3%) dibandingkan pedesaan (8,4%).
Selain itu yang menarik lagi perempuan penganggur usia 15 tahun lebih di pedesaan
hampir sama dengan penganggur laki-laki di kota. Ini yang mungkin patut dicermati oleh
pemerintah yang ingin mengurangi pengangguran. Penciptaan lapangan pekerjaan tidak hanya
dilakukan di perkotaan, pedesaan-pun butuh kegiatan-kegiatan yang mendatangkan pendapatan.
Terutama lapangan pekerjaan yang bisa memperdayakan perempuan yang ingin bekerja dan
penghapusan deskriminasi gender di bidang pekerjaan.

4. Pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan
Tanggal 17 Oktober 2008 lalu komunitas global baru saja merayakan hari anti kemiskinan
se-dunia. Akan tetapi di negeri ini, kemiskinan adalah simbol sosial yang nyaris absolut dan tak
terpecahkan. Sejak masa kolonial hingga saat ini, predikat negeri miskin seakan sulit lepas dari
bangsa yang potensi kandungan kekayaan alamnya terkenal melimpah. Cerita pilu kemiskinan
seakan kian lengkap dengan terjadinya berbagai musibah alam dan bencana buatan: gempa bumi,
20

tsunami, lumpur panas Lapindo, dan kebakaran hutan yang diikuti kabut asap. Kantung-kantung
kemiskinan di negeri ini kian hari kian menyebar bak virus ganas, mulai dari lapis masyarakat
pedesaan, kaum urban perkotaan, penganggur, hingga ke kampung-kampung nelayan.
Lepas dari perdebatan indikator yang digunakan, data kemiskinan di negeri ini terus
menunjukkan trend memburuk. Jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 17 persen dari
populasi penduduk yang kini telah mencapai angka 220 juta jiwa. Menurut data resmi Susenas
(BPS, 2006), jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 juta jiwa (15,97 persen) menjadi
29,05 juta jiwa (17,75 persen). Sementara jumlah penganggur menurut data Sakernas (BPS,
2006) juga terus meningkat dari 10,9 juta jiwa (10,3 persen) pada Februari 2005 menjadi 11,1
juta jiwa (10,4 persen) pada Februari 2006.
Padahal, perang melawan kemiskinan sudah ditabuh sejak lama di negeri ini. Di era Orde
Baru, misalnya, pemerintah menggalang berbagai sarana dan cara untuk mengatasi kemiskinan.
Pembangunan fisik digenjot di berbagai bidang, pertumbuhan ekonomi menjadi fokus perhatian,
investasi asing digalakkan, berbagai jenis skema kredit investasi kecil dan kredit modal kerja
digelar, bahkan utang luar negeri pun ditempuh sebagai alternatif untuk menopang idea of
progress bernama pembangunan. Akan tetapi, seluruh angka-angka keberhasilan pembangunan
yang digarap secara intens selama 30 tahun itu, rontok tersapu krisis ekonomi dan gejolak politik
tahun 1998.
Meski pemerintahan terus berganti, kemiskinan tetap saja menjadi virus endemis yang terus
mendera rakyat. Secara empirik, data pemerintah menunjukkan, 70 persen rakyat kita
menggantungkan sumber penghidupannya dari sektor ekonomi mikro berbasis sumber daya alam
terbarukan. Di sektor pertanian, petani kita telah sejak lama mengembangkan tanaman pangan,
holtikultura, perkebunan, dan peternakan. Di sektor kelautan dan perikanan, nelayan kita
sanggup mengembangkan perikanan budi daya, perikanan tangkap, industri bioteknologi
kelautan, dan non-conventional ocean resources. Sementara di sektor kehutanan, masyarakat kita
mampu mengoptimalkan pengelolaan hutan alam, hutan tanaman industri, dan agroforestry.
Pada level teknis, data tahun 2006 menunjukkan bahwa hanya 23 persen anggaran
pembangunan pemerintah yang tergunakan. Akibatnya, dana pembangunan yang berjumlah lebih
dari Rp 50 triliun parkir di Bank Indonesia. Sementara di bank pembangunan daerah (pengelola
dana pemerintah daerah), lebih dari Rp 40 triliun juga parkir dalam bentuk Sertifikat Bank

21

Indonesia (SBI). Dana “menganggur” ini semestinya bisa digunakan untuk membantu percepatan
pertumbuhan sektor riil agar mampu menyerap tenaga kerja dan mengentaskan kemiskinan.

5. Faktor penyebab pengangguran di Indonesia
Usaha mengatasi pengangguran bukanlah kewajiban pemerintah semata. Seluruh
penduduk Indonesia diharapkan partisipasinya untuk mengatasi masalah ini. Walau, bukan hal
mudah, pengangguran pasti bisa ditangani bila pemerintah dan masyarakat saling bekerja sama.
Faktor penyebab pengangguran sendiri seringdiciptakan oleh dirinya masing-masing.
Penyebabnya pun bisa secara disengaja ataupun tidak. Faktor apa saja yang sering atau mungkin
muncul dari diri kita yang menyebabkan terciptanya pengangguran dan tidak adanya lapangan
kerja. Sebenarnya kesulitan lapangan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama: faktor Pribadi dan
faktor sosial ekonomi.
Pertama: Faktor Pribadi
Dalam hal ini penyebab pengangguran bisa disebabkan oleh kemalasan, cacat/udzur dan
rendahnya pendidikan dan ketrampilan. Penjelasannya sebagai berikut :
1. Rasa malas dan ketergantungan diri pada orang lain.
Misalnya ada seorang lulusan sarjana yang kemudian tidak mau bekerja dan lebih suka
menggantungakan hidup pada orang tua atau pada pasangannya bila sudah menikah. Ia termasuk
menjadi pengangguran, selain itu ia melewatkan peluang untuk menciptakan suatu lapangan
pekerjaan bagi orang lain. Bila banyak lulusan sekolah seperti itu, tingkat pengangguran tentu
akan sangat tinggi.
2. Cacat
Dalam sistem kapitalis hukum yang diterapkan adalah ‘hukum rimba’. Karena itu, tidak ada
tempat bagi mereka yang cacat/uzur untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
3. Pendidikan Rendah
Tidak bisa dipungkiri, tingkat pendidikan yang rendah bisa menyebabkan seseorang untuk sulit
mendapatkan pekerjaan. Kalau ingin menciptakan lapangan kerja sendiri, tetap akan kesusahan
karena pola piker dan pengetahuannya tidak berkembang. Ini bukanlah hal mutlak, tetap ada
beberapa orang yang berhasil memiliki pekerjaan walau hanya berpendidikan rendah.
22

4. Kurang keterampilan
Banyak orang yang walau lulusan SMP atau SMA, tetap sukses dibidang tertentu karena
memiliki suatu keterampilan. Keterampilan yang dimaksud tentu bermacam-macam.
5. Tidak mau berwirausaha
Bila banyak lulusan sekolah tidak terlalu focus dalam melamar kerja tapi menciptakan pekerjaan
bagi diri sendiri atau membuat lapangan kerja yang berguna bagi orang lain, pastilah angka
pengangguran di Indonesia bisa ditekan bahkan bisa jadi tidak ada lagi yang menganggur.
6. Faktor Kemiskinan.
Banyaknya jumlah pengangguran itu dari kalangan masyarakat miskin. Karena untuk
mendapatkan pekerjaan itu membutuhkan biaya yang sangat besar. Contohnya: Di suatu pabrik,
untuk menjadi seorang karyawan di suatu pabrik tersebut, harus ”ada orang dalam” yang
membantunya dan menjamin pekerjaan dapat diraih selain itu juga orang yang ingin masuk
pabrik tersebut harus memakai jasa seorang calo dengan memberikan ”uang jerih payah”. Dan
nominal uang tersebut tidak sedikit. Kesimpulannya, orang yang tidak mempunyai uang, dia
tidak bisa kerja.
7. Faktor Keahlian
Untuk zaman sekarang, diperlukan manusia yang kreatif dan inovatif. Meskipun hanya lulusan
SLTA, jika seseorang itu mempunyai keahlian dan keterampilan, maka orang tersebut bisa
menciptakan lapangan kerja sendiri. Contohnya: Membuat kue, membuat prakarya, dan lain-lain.
Tetapi, masyarakat Indonesia pada umumnya malas untuk bekerja keras, bekerja dari nol, maka
karena itu pula pengangguran tercipta.
8. Faktor Budaya
Telah disebutkan bahwa sindrom pengangguran tidak hanya terjadi di kalangan bawah saja.
Namun, kalangan atas pun ada. Ini dikarenakan faktor budaya. Orang yang senantiasa hidup
berkecukupan, ingin memperoleh pekerjaan yang layak. Sedangkan segala sesatu itu harus
mengalami proses yang jelas. Kebanyakan dari orang tersebut menginginkan kerja enak saja
tanpa melakukan proses.
9. Faktor Pasaran
Kurangnya lapangan kerja, banyaknya masyarakat yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan

23

Kerja) dikarenakan krisis ekonomi yang melanda negri ini, juga rendahnya kualitas SDM yang
kurang memenuhi standar di lapangan kerja tersebut.
10. Pengusaha yang selalu mengejar keuntungan dengan menerapkan sistem pegawai kontrak
(outsourcing).
Perusahaan-perusahaan saat ini lebih sering menerapkan sistem tersebut karena dinilai lebih
menguntungkan mereka. Apabila mempunyai pegawai tetap, mereka akan dibebankan pada
biaya tunjangan ataupun dana pension kelak ketika pegawai sudah tidak lagi bekerja. Namun
dengan sistem pegawai kontrak ini, mereka bisa seenaknya mengambil pegawainya ketika butuh
atau sedang ada proyek besar dan kemudian membuangnya lagi setelah proyek tersebut sudah
berakhir. Dan tentunya hal ini akan membuat perusahaan tidak perlu membuang biaya besar.
Namun sistem ini membuat munculnya pengangguran
11. Penyediaan dan pemanfaat tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja,
sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu
negara ke negara lainnya.
Kedua: faktor sistem sosial dan ekonomi
Faktor ini merupakan penyebab utama meningkatnya pengangguran di Indonesia, di antaranya:
1.

Ketimpangan antara penawaran tenaga kerja dan kebutuhan
Tahun depan diperkiraan akan muncul pencari tenaga kerja baru sekitar 1,8 juta orang,
sedangkan yang bisa ditampung saat ini dalam sektor formal hanya 29%. Sisanya di sektor
informal atau menjadi pengangguran.

2. Kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat
Banyak kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat dan menimbulkan
pengangguran baru, Menurut Menakertrans, kenaikan BBM kemarin telah menambah
pengangguran sekitar 1 juta orang.
Kebijakan Pemerintah yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi bukan pemerataan
juga mengakibatkan banyak ketimpangan dan pengangguran. Banyaknya pembukaan industri

24

tanpa memperhatikan dampak lingkungan telah mengakibatkan pencemaran dan mematikan
lapangan kerja yang sudah ada.
3. Pengembangan sektor ekonomi non-real
Dalam sistem ekonomi kapitalis muncul transaksi yang menjadikan uang sebagai komoditas
yang di sebut sektor non-real, seperti bursa efek dan saham perbankan sistem ribawi maupun
asuransi. Sektor ini tumbuh pesat. Nilai transaksinya bahkan bisa mencapai 10 kali lipat daripada
sektor real. Peningkatan sektor non-real juga mengakibatkan harta beredar hanya di sekelompok
orang tertentu dan tidak memilki konstribusi dalam penyediaan lapangan pekerjaan.
4. Banyaknya tenaga kerja wanita
Jumlah wanita pekerja pada tahun 1998 ada sekitar 39,2 juta. Jumlah ini terus meningkat setiap
tahunnya. Peningkatan jumlah tenaga kerja wanita ini mengakibatkan persaingan pencari kerja
antara wanita dan laki-laki. Akan tetapi, dalam sistem kapitalis, untuk efesiensi biaya biasanya
yang diutamakan adalah wanita karena mereka mudah diatur dan tidak banyak menuntut,
termasuk dalam masalah gaji. Kondisi ini mengakibatkan banyaknya pengangguran di pihak
laki-laki.

6. Dampak pengangguran di Indonesia
Ada beberapa hal yang terjadi sebagai akibat dari dampak pengangguran di Indonesia.
Dampak tersebut tidak hanya berpengaruh pada orang bersangkutan, namun juga memberikan
pengaruh yang bersifat negative. Diantaranya adalah: Timbulnya kemiskinan. Dengan
menganggur, tentunya seseorang tidak akan bisa memperoleh penghasilan. Bagaimana mungkin
ia bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Seseorang dikatakan miskin apabila pendapatan
perharinya dibawah Rp 7.500 perharinya (berdasarkan standar Indonesia) sementar berdasarkan
standar kemiskinan PBB yaitu pendapatan perharinya di bawah $2 (sekitar Rp 17.400 apabila
$1=Rp 8.700).


Makin beragamnya tindak pidana kriminal.
Seseorang pasti dituntut untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam hidupnya terutama makan
untuk tetap bisa bertahan hidup. Namun seorang pengangguran dalam keadaan terdesak bisa saja

25

melakukan tindakan criminal seperti mencuri, mencopet, jambret atau bahkan sampai membunuh
demi mendapat sesuap nasi.


Bertambahnya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen perdagangan anak dan sebagainya.
Selain maraknya tindak pidana krimanal, akan bertambah pula para pengamen atau pengemis
yang kadang kelakuannya mulai meresahkan warga. Karena mereka tak segan-segan mengancam
para korban atau bisa melukai apabila tidak diberi uang.



Terjadinya kekacauan sosial dan politik seperti terjadinya demonstrasi dan perebutan
kekuasaan.



Terganggunya kondisi psikis seseorang.
Misalnya, terjadi pembunuhan akibat masalah ekonomi, terjadi pencurian dan perampokan akibat
masalah ekonomi, rendahnya tingkat kesehatan dan gizi masyarakat, kasus anak-anak terkena
busung lapar.



Masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya.
Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional rill (nyata) yang
dicapai masyarakat akan lebih rendah dapipada pendapatan potensial (yang seharusnya) oleh
karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.



Pendapatan nasional dari sector pajak berkurang.
Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian
menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian pajak yang
harus diterima dari masyarakat pun akan menurun.Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk
kegiatan ekonomi pemerintaha pun akan berkutang sehingga kegiatan pembangunan pun akan
terus menurun.

·

Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi.Adanya pengangguran akan
menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang
produksi akan berkuran. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha)
untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi
menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.

26

7. Cara mengatasi pengangguran di Indonesia
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai solusi mengatasi pengangguran di Indonesia.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan Mobilitas Tenaga kerja dan Moral.
Peningkatan mobilitas tenaga kerja dilakukan dengan memindahkan pekerja ke kesempatan kerja
yang lowong dan melatih ulang keterampilannya sehingga dapat memenuhi tuntutan
kualifikasi di tempat baru. Peningkatan mobilitas modal dilakukan dengan memindahkan
industry (padat karya) ke wilayah yang mengalami masalah pengangguran parah. Cara ini
baik digunakan untuk mengatasi msalah pengangguran structural.
2. Pengelolaan Permintaan Masyarakat.
Pemerintah dapat mengurangi pengangguran siklikal melalui manajemen yang mengarahkan
permintaan-permintaan masyarakat ke barang atau jasa yang tersedia dalam jumlah yang
melimpah.
3. Penyediaan Informasi tentang Kebutuhan Tenaga Kerja.
Untuk mengatasi pengangguran musiman, perlu adanya pemberian informasi yang cepat
mengenai tempat-tempat mana yang sedang memerlukan tenaga kerja. Masalah pengangguran
dapat muncul karena orang tidak tahu perusahaan apa saja yang membuka lowongan kerja,
atau perusahaan seperti apa yang cocok dengan keterampilan yang dimiliki. Masalah tersebut
adalah persoalan informasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diadakan system informasi yang memudahkan orang
mencari pekerjaan yang cocok. System seperti itu antara lain dapat berupa pengumuman
lowongan kerja di kampus dan media massa. Bias juga berupa pengenalan profil perusahaan
di sekolah-sekolah kejuruan, kampus, dan balai latihan kerja.
4. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi baik digunakan untuk mengatasi pengangguran friksional. Dalam situasi
normal, pengangguran friksional tidak mengganggu karena sifatnya hanya sementara.
Tingginya tingkat perpindahan kerja justru menggerakan perusahaan untuk meningkatkan diri
(karir dan gaji) tanpa harus berpindah ke perusahaan lain.
Menurut Keynes, pengangguran yang disengaja terjadi bila orang lebih suka menganggur
daripada harus bekerja dengan upah rendah. Di sejumlah Negara, pemerintah menyediakan
tunjangan/santunan bagi para penganggur. Bila upah kerja rendah maka orang lebih suka

27

menganggur dengan mendapatkan santunan penganggur. Untuk mengatasi pengangguran
jenis ini diperlukan adanya dorongan-dorongan (penyuluhan) untuk giat bekerja.
Pengangguran tidak disengaja, sebaliknya, terjadi bila pekerja berkeinginan bekerja pada upah
yang berlaku tetapi tidak mendapatkan lowongan pekerjaan. Dalam jangka panjang masalah
tersebut dapat diatasi dengan pertumbuhan ekonomi.
5. Mendirikan tempat-tempat pelatihan keterampilan,
misalnya kursus menjahit, pelatihan membuat kerajinan tangan, atau BLK (Balai Latihan Kerja)
yang didirikan di banyak daerah. Hal ini juga termasuk cara mengatasi pengangguran,
sehingga orang yang tidak berpendidikan tinggi pun bisa bekerja dengan modal keterampilan
yang sudah mereka miliki.
6. Sebagai antisipasi, pelajar perlu diberi pendidikan non formal