Pengembangan dan instrumen penilaian (1)

1

MENGEMBANGKAN INSTRUMEN PENILAIAN

MAKALAH

Dipresentasikan dalam mata kuliah “desain Pembelajaran”
Program Pascasarjana (S2) Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar

Oleh:

NURDALIA
NIM: 80200216013
Dosen Pemandu:
Dr. Muhammad Yaumi, M. Hum.,
Dr. Muh. Safei., M. Si.,
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2017


2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik
dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah yang telah dipelajarinya
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sasaran penilaian mencakup
perubahan kedalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.1
Alat penilaian hendaknya komprehensif meliputi tes objektif dan non
obyektif meliputi pilihan ganda, benar salah, menjodohkan. Tes non objektif
dengan cara observasi, wawancara, skala sikap dengan skala likert (pemberian
skor), cheklist dan angket.
Urgensi penilaian, pengukuran, evaluasi yaitu untuk mengetahui tingkat
kemajuan yang telah dicapai, sebagai pedoman untuk merenovasi atau melakukan
perbaikan proses belajar mengajar, bahan pertimbangan bagi perubahan atau
perbaikan kurikulum, sebagai alat motivasi belajar mengajar.2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman Definisi penilaian?

2. Bagaimana Prinsip-prinsip penilaian?
3. Bagaimana Implementasi Instrumen Penilaian?

1

Ahmad Rohan, Pengelolaan Pengajaran (Cet. 2; Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2004), h.

179.
2

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobby Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Cet. 1;
Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), h. 76.

3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penilaian
Penilaian merupakan adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan
berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan dan menafsirkan

berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan menyeluruh tentang
proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh
anak melalui pembelajaran dan menginterpretasi informasi tersebut membuat
keputusan, penilaian merupakan bagian integral yang sering digunakan dengan
hubungannya dengan penilaian yakni pengukuran, dan evaluasi.3
Pengukuran adalah proses sistetmatis tentang nilai-nilai numerik atau
angka untuk suatu sifat atau atribut pada orang atau objek melalui kegiatan
pengukuran misalnya mengukur tinggi dari suatu gedung, berat dari daging,
mengukur panjang lebar.4 Pengukuran berkaitan erat dengan penelitian kuantitatif,
alat ukurnya dengan angka-angka dan perhitungan dengan statistik. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang mementingkan kedalaman data, penelitin
kuantitatif tidak terlalu menitikberatkan pada kedalaman data dan populasi
penelitian dapat dianalisis oleh peran statistik.5
Evaluasi merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai
nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan, pelaksanaan evaluasi memerlukan
sebuah tindakan untuk memperoleh nilai dan hasil dari pengukuran. Evaluasi alat
yang penting untuk mendapatkan informasi tentang efektivitas pembelajaran yang
dilakukan, alat untuk mengetahui ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan
yang


telah

ditentukan,

evaluasi

dapat

memberikan

informasi

untuk

3

Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran (Cet. 4; Jakarta: PT. Kharisma
Putra Utama, 2016), h. 176.
4


Nasution dan Asmawi Zainul, Penilaian Hasil Belajar (Jakarta: PAU-PPAI-UT, 2005),

h. 5
5

Masyhuri dan Zainuddin, Metodologi Penelitian (Cet. 3; Bandung: PT. Refika Aditama,
2011), h. 19

4

mengembangkan program kurikulum.6 Tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan,
ekonomi maupun dalam bidang lainnya evaluasi merupakan kegiatan akhit dari
sebuah proses kegiatan. Penilaian (asesment), pengukuran (Measurement), dan
evaluasi (evaluation) adalah tiga bagian dari proses untuk mengetahui
keberhasilan suatu kegiatan belajar-mengajar. Penilaian adalah tahap awal dari
proses pencapaian, setelah itu langkah kedua yaitu dengan pengukuran berupa tes
tertulis dan wawancara. Tes tertulis adalah serangkaian kalimat yang disusun
dalam bentuk pertanyaan sedangkan wawancara yaitu tes lisan baik langsung
maupun tidak langsung yang terdiri dari beberapa pertanyaan berdasarkan tujuan
dari suatu kegiatan. Tahap


selanjutnya adalah evaluasi, melalui penilaian,

pengukuran sesorang dapat meyimpulkan hasil dari tujuan dari pencapaian
pendidikan.
Assesment

adalah bagian dari evaluasi yang lebih luas dari sekadar

pengukuran. Assesment is broadaer in scope than measurement in that it involves
the interpretation and representation of measurement data.7 Penilaian adalah
proses pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan dengan sengaja
di dalam ruang kelas untuk mengetahui hasil dari kemajuan monitoring secara
terus menerus sebagai bagian dari penilaian. 8 Penilaian alat pengukuran untuk
memperoleh informasi dan data dari perkembangan terhadap hasil proses belajar
mengajar sehingga pendidik dapat mengatur strategi dan metode yang cocok
belajar dalam ruang kelas maupun belajar diluar kelas. Penilaian mampu
membaca karakteristik anak didik dan perkembangan peserta didiknya baik dari
domain kognitif, afektif maupun psikomotorik.
B. Prinsip-Prinsip Penilaian


6

Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Cet. 7; Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), h. 244
7
Murray Print, curriculum Develpopment and Design (Australia: Allen danUnwin, 1993),
h. 60.
8
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 180.

5

Kata prinsip berasal dari bahasa latin yang berarti dasar (pendirian,
tindakan atau sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama.9 Secara istilah
Prinsip merupakan landasan atau dasar pola berpikir dan bertindak. 10 Prinsip
penilaian menbutuhkan proses yang tersusun secara tersistematis mulai dari
pengumpulan data, menginterpretasi dan menggunakan informasi dan membuat
keputusan dalam menyimpulkan penilaian.
Prinsip sebagai pola berpikir dan bertindak dapat dideskripsikan beberapa

prinsip-prinsip penilaian yaitu terdiri dari Validitas (validity), realibitas (realibity),
dan kewajaran (fairnes).
1) Validitas (validity(
Validitas berasal dari kata Validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur dalam melalukan fungsi
ukurnya.11 Suatu tes memiliki validitas yang tinggi apabila alat pengukuran (tes)
dapat membuktikan kebenaran suatu hasil ukur, hal ini tercermin dari hasil yang
diperoleh dari pengukuran, sebaliknya suatu tes memiliki validitas yang rendah
apabila hasil ukur atau besaran yang mencerminkan tidak sesuai dengan tujuan
dan hasil ukur.
Validitas

tes

pada

pengukurannya suatu tes.

dasarnya


menunjuk

kepada

derajat

fungsi

12

artinya tingkat validitas tes sangat berpengaruh

terhadap kebenarannya yaitu seberapa jauh tolak ukur penilaian melalui butir tes
dan hasil yang diperoleh. Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian
terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang dinilai.13 Hasil
9

Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan pengukurannya (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1987),h. 173.
10

H. Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran (Cet. 4; jakarta: Kharisma Putra
Utama, 2014), h. 61.
11
Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (Liberty: Yogyakarta,
1988), h. 173.
12
Https:/Matondang.Jurnal Tabularasa.2009.digilib.unimed. ac.id (Pdf, diakses pada
tanggal 28/10/2017).
13
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 12.

6

dari validitas suatu tes dapat mengukur tingkat validitas valid atau tidak valid
tergantung pada pengukurannya, shahih atau tidak shahihnya sebuah alat
instrumen pencapaian hasil belaja sesuai dengan hasil pengukurannaya. Apabila
hasil yang diperoleh sesuai maka validitas dpat dikatakan valid atau shahih dan
sebaliknya hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
atau standar penilaian maka validitas butir soal dikatakan tidak valid atau tidak

shahih. Dalam kutipan buku Encylopedia of Educational Evaluation yang dikrang
oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan A test is Valid if it
measure what it purpose to measure atau pengertiannya kurang lebih “ sebuah tes
dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur” dalam
bahasa inonesia Valid disebut dengan istilah sahih. Penentuan sahih tidaknya
suatu alat instrumen bukan ditentukan oleh instrumen itu sendiri tetapi ditentukan
dari hasil pengetesan atau skor yang diperoleh dari alat instrumen.14
Berdasarkan tiga definisi yang diberikan diatas, terdapat tiga aspek yang
perlu dievaluasi validitasnya yakni akurasi alat penilaian, pengukuran
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berwujud kinerja dan konsekuensinya
pada skor.15
Keberhasilan tingkat validitas dipengaruhi oleh kondisi peserta didik baik
itu pengaruh internal maupun eksternal dan kemampuan guru dalam proses belajar
mengajar. dibutuhkan keterampilan dalam kelas dalam mendesain model-model
pembelajaran, model-model desain, serta menggunakan pendekatan psikologi,
sosiologis dan pendekatan agama. Mencapai tujuan pembelajaran dari aspek
kognitif, afektif dan psikomtorik tidaklah mudah seperti kita bayangkan akan
tetapi guru harus menguasai kelas, menguasai metode dan perencanaan,
berwawasan luas serta beretika selain itu juga memerlukan kesabaran. Skor yang
rendah kemungkinan besar akan mempengaruhi kepercayaan peserta didik,
14

Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran (Cet. 9; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012),

h. 103
15

Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 183.

7

prestasi dan motivasinya termasuk dari hasil kinerjanya yang menurun dan
pengembangan kurikulum yang terbatas.
Efek negatif dari penilaian mungkin termasuk kurikulum yang terbatas
dengan apa yang dapat dinilai, komunikasi tentang kekuasaan, kontrol dan status
sosial yang tidak diinginkan dan gambaran sempit tentang hakikat bidang-bidang
tertentu termasuk akurasi penilaian.16
2) Reliabilitas (Reability)
Realibitas berasal dari kata realibity berarati sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila
dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang
sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama. Selama aspek yang diukur
dalam diri subyek tidak berubah.17 Realibitas merupakan suatu ciri atau karakter
utama instrumen pengukuran baik.18
Hakikat realibitas instrumen berhubungan dengan masalah konsistensi.
Maksudnya suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang
tinggi jika hasil skor yang diperolah tetap dan tidak berubah-ubah, jika skor yang
diperoleh berubah-ubah maka hasil yang diperoleh tidak berarti. Perbedaan antara
validitas dengan realibitas yaitu realibitas mengarah konsistensi skor dan validitas
pengujian hasil skorn untuk mengetahui valid atau tidaknya butir tes.Realibilitas
atau biasa disebut keandalan menekankan keajegan suatu hasil skor yang
diperoleh.
Keandalan sangat ditentukan oleh estimasi jumlah kesalahan yang
mengikuti skor yang diperoleh. Artinya jika margin kesalahannya kecil, maka
keandalannya tinggi. Sebaliknya jika margim kesalahannya besar maka tingkat
realibitasnya rendah.19 tingkat realibitas dipengaruhi oleh skor yang dihasilkan.
16

Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 184.
Https:/Matondang.Jurnal Tabularasa.2009.digilib.unimed. ac.id (Pdf, diakses pada
tanggal 28/10/2017
18
Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan pengukurannya (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003),h. 176
19
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 182.
17

8

Realibitas adalah proses untuk menguji seberapa jauh perekembangan intelektual,
psikomotorik, dan afektif. Gambaran hasil yang diperoleh atau skor yang
didapatkan peserta didik membpermudah guru untuk mengulangi pelajaran yang
sulit dipahami dan mempermantap supaya tujuan dari pembelajaran tercapai.
Selain itu pendidik mampu mendefinisikan bakat-bakat yang dimiliki oleh peserta
didik dan adapun hambatan-hambatan dalam proses mengajar dapat diatasi
dengan cara observasi contohnya

ketika peserta didik mengalami fisik yang

lemah dikarenakan sakit sebaiknya agar disarankan untuk istirahat dan peserta
didik yang nakal diberikan perhatian yang lebih besar untuk mengeahui
kronologis dari kenakalannya. Hambatan-hambatan yang menganggu proses
belajar mengajar akan mempengaruhi ketika mendapat ujian ketuntasan
pencapaian hasil bvelajar.
3) Kewajaran
Batas kewajaran penilaian artinya tidak bias, tidak berat sebelah atau tidak
adil. Suatu penilaian seharusnya bebas dari bias gender, ras, status ekonomi atau
karakteristik lainnya.20Kewajaran penilaian tidak memandang status sosial, lakilaki atau perampuan, kaya atau miskin, berdarah biru atau masyarakat jelatah
semua memiliki hak yang sama untuk mendapatkan prestasi, kepopuleran,
mendapatkan ilmu pegetahuan dan keterampilan.
C. Instrumen penilaian
1) Tes tertulis
Secara garis besar, tes tertulis dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu tes
objektif, mencakup pilihan ganda, tes benar dan salah, menjodohkan, isian atau
melengkapi. Tes non-objektif seperti uraian. Tes uraian terdiri dari dua bagian
yaitu uraian dengan jawaban karangan bebas (extended essay test) dan tes
karangan terbatas (stricted essay test), tes karangan terbatas menghendaki siswa

20

Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 184.

9

atau peserta program pelatihan untuk menjawab soal yang difokuskan pada topik
atau isu yang pesifik.21
a) Pilihan Ganda (tes obyektif)
Bentuk

pilihan soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji

penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir rendah seperti pengetahuan (recall)
dan pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis
sintesis dan evaluasi terdiri adri item pokok soal dan option (pilihan jawaban)
terdiri dari atas kunci jawaban dan pengecoh.22 Kelebihan mampu mengefesienkan
waktu dari berbagai standar komptensi, cepat mendapatkan skor dan cepat untuk
menghitung skor, akan tetapi mengurangi realibitas butir soal karna pilihan ganda
biasa ditebak meski ada pengecoh.
b) Benar salah (tes objektif)
Bentuk soal ini memiliki dua kemungkinan jawaban benar atau salah.
Kelebihan dapat mengukur semua tingkat domain kognisi mulai dari kemampuan
sederhan hingga kempuan yang lebih kompleks, mencakup banyak materi dan
lebih luas dari pilihan gand, mempermudah menghitung skor dengan cepat.
Keterbatasannya memiliki tingkat keandalannya rendah, tidak dapat mengungkap
seluruh konsep secara utuh.23
c) Menjodohkan
Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan meteri bisa
banyak namun tingkat berpikir cenderung rendah. Keunggulannya yaitu soalnya
dapat dirumuskan dengan mudah dan cepat, lebih ringkas dan ekonomis, lebih
mudah memberikan skor. Keterbatasannya antara lain hanya menjangkau
pemikiran tingkat rendah khusunya mengetahui dan memahami, tidak dapat

21

Benny A. Pribadi, M.A. Desain dan Pengembangan Program Pelatihan Berbasis
kompetensi (Cet. 1;Jakarta:Prenada Media Group, 2014), h. 76 .
22
Abdul Majib, Perencanaan pembelajaran (Cet. 5; Bandung: PT. Raemaja Rosdakarya,
2008), h. 196.
23

Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 193.

10

diarahkan pada pertanyaan dalam domain afeksi dan psikomotor, kemungkinan
menebak juga tinggi hanya cocok dengan materi tertentu.24
d) Jawaban singkat atau isian singkat (nonbjektif)
Tes bentuk jawaban singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong
yang disediakan bagi siswa untuk memnuliskan jawaban. Jenis soal jawaban
singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapai isian. Pengskoran isian
singkat dapat dilakukan dengan skor 1 untuk jawaban benar, dan skor 0 untuk
jawaban salah. 25
Contoh soal:
e) Soal uraian
Terdiri dari uraian objektif dan uraian bebas. Langkah untuk membuat tes
uraian objektif adalah menulis soal berdasarkan indikator pada kisi-kisi,
pertanyaan yang dibuat perlu diperhatikan, pertanyaan yang dibuat mudah
dimengerti sesuai dengan data, memeriksa pemberian bobot skor sudah tepat,
kunci jawaban sudah benar.26 Contoh soal:
1. urutkan kegiatan dalam ibadah haji!
2. Sebutkan sifat wajib mustahil bagi Allah!
Soal uraian bebas diukur untuk mengukur kompetensi dalam semua
tingkat ranah kognitif. Kaidah penulisan instrumen bentuk uraian bebas
menggunakan kata-kata seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hitunglah
dan buktikan.27 Soal uraian bebas menguraikan pendapat peserta didik,
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki dan dituangkan kedalam tes
berbentuk uraian bebas.
Hadis yang tidak mencapai derajat mutawatir disebut sebagai hadis......
2) Penilaian kinerja (performance assesgment)

24
25
26
27

Abdul Majib, Perencanaan pembelajaran, h. 196.
Abdul Majib, Perencanaan pembelajaran, h. 197.
Abdul Majib, Perencanaan pembelajaran, 198.
Abdul Majib, Perencanaan pembelajaran, 198.

11

Penilaian kinerja adalah suatu penilaian alternatif berdasarkan tugas
jawaban terbuka (open-ended task) atau kegiatan hands-on yang dirancang untuk
mengukur kriteria siswa terhadap seperangkat kriteria tertentu. Tugas assesgment
kinerja menuntut siswa untuk menggunakan berbagai macam keterampilan konsep
dan pengetahuan.28 Manfaat assesment kinerja untuk memberikan informasi
mengenai pemahaman, kesulitan dan kemajuan belajar dan instrumen penilaian
disertai dengan rubrik berlaku untuk pada setiap penilaian. Rubrik merupakan
panduan untuk memperoleh hasil dari penilaian dan penilaian dapat berbentuk
check list, portofolio, penilaian makalah.
Contoh penilaian cara kerja guru mahasiswa ppl disalah-satu instansi
terdiri dari aspek yang diamati atau akitivitas pembelajaran (kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, penutup) rubriknya yaitu:29
a) Tidak memenuhi standar (TMS)
b) Dibawah standar (DBS)
c) Memenuhi standar (MES)
d) Diatas standar (DAS)
Performance assessment adalah suatu bentuk penilaian dimana peserta
dites

untuk

mendemonstrasikan

apa

yang

mereka

pahami

dan

cara

pengaplikasiannya dari aspek pengetahuan yang mendalam, aspek psikomotorik
dalam berbagai konteks. Jadi, penilaian kinerja untuk mendemonstrasikan dan
mengaplikasikan pengetahuan dari proses belajar mengajar ke dalam konteks yang
sesuai dan sesuai dengan kriteria yang diinginkan. 30
4) Penilaian Hasil kerja
Tiga tahapan yang harus diperhatikan yaitu tahap perencanaan atau
perancangan, tahap produksi. Tujuan penilaian hasil kerja agar tidak terjadi
28

M. Nur, Buku Panduan Keterampilan Proses dan Hakikat Sains (Surabaya: University
Press, 2003), h. 4.
29
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 198.
30

Trianto Ibnu Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual (Cet.I; Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 207.

12

kekeliruan dalam menyusun kisi-kisi instrumen penilaian utunk menilaian
penguasaan

kterampilan

siswa

yang

diperlukan

sebelum

mempelajari

keterampilan berikutnya, menilai tingkat kompetensi yang dikuasai siswa, menilai
keterampilan siswa yang akan memasuki institusi pendidikan.31
Perencanaan dalam menilai hasil kerja siswa diperlukan kriteria untuk
mengetahui kemampuan diantaranya relevan dan mewakili kompetensi yang
diukur (didasarkan pada seluruh aspek pengembangan pendidikan. Penetapan
kompetensi tidak hanya untuk mencapai ketuntasan hasil belajar akan tetapi untuk
menunjukkan kompetensi, dapat digunakan portofolio kerja siswa sehingga
penilaian kerja yang objektif tuntas dan murni hasil kerja siswa.
Pengelolaan hasil belajar dikelola secara sistematis berdasarkan kriteriakriterianya. Ada tiga cara yaitu anekdotal merupakan catatan yang dilakukan yang
dibuat guru selama melakukan pengamatan pada saat proses belajar mengajar.
Skala penelitian analitis yaitu penilaian berdasarkan hasil kerja siswa. Dan skala
penilaian holistik merupakan penilaian secara keseluruhan, penilaian ini
digunakan untuk penilaian pada tahap akhir seperti penilaian terhadap kualitas
hasil kerja siswa dan penilaian kemampuan siswa.32
5) Penilaian Proyek
Istilah pembelajaran berbasis proyek di terjemahkan dalam bahasa inggris
project based learning. Project based learning (PBL) is a model for classroom
activity that shifts away from the usual classroom practices of short, isolated,
teacher-centred lesson. PBL learning activities are long-term, interdisciplinary,
student centred, and integrated with real world issues and practices.
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model kegiatan di kelas yang berbeda
dengan biasanya. Kegiatan pembelajaran berbasis proyek berjangka waktu lama,

31
32

Abdul Majib, Perencanaan pembelajaran, h. 212.
Abdul Majib, Perencanaan pembelajaran, h. 212

13

antardisiplin, berpusat pada siswa dan terintegrasi dengan masalah dunia nyata.33
Jadi penilaian proyek adalah pembelajaran mandiri, inovatif peran guru sebagai
fasilitator, motivator dan memberi peluang yang besar kepada peserta didik untuk
menyelesaikan, bekerja secara otonom, menganalisis, mengembangkan dan
mengomentari proyek, membantu peserta didik memilikin kreativitas berpikir,
pemecahan masalah dan interaksi serta membantu dalam penyelidikan yang
mengarah pada penyelesaian masalah-masalah nyata. Pembelajaran dimana
peserta didik dalam kelompok diminta membuat atau melakukan suatu proyek itu.
Biasanya proyek bersifat interdisipliner, bukan hanya konsep melainkan juga
sains yang lain yang terkait dan nilai kemanusiaan yang lain.34
Penilaian

proyek

memerlukan

keterampilan

mendesain

kegiatan

pembelajaran, mampu menghubungkan muatan akademik dengan reality dan
bersemangat, berantusias untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
Keuntungan dan keunggulan menggunakan penelitian proyek yaitu merombak
pola pikir peserta didik

dari sempit menjadi luas dan menyeluruh dalam

memandang memecahkan masalah yang dihadapi, membina peserta didik
menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan terpadu yang diharapkan
berguna bagi kehidupan sehari-hari, dan sesuai prinsip-prinsip didaktif modern.35
Penilaian berbasis proyek untuk mengukur kemampuan analisis berpikir
tingkat tinggi peserta didik dan salah-satu bukti untuk mengetahui kemajuan
belajar. Contoh penilaian proyek yaitu:
a) Materi: Koperasi sekolah

33

Trianto Ibnu Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual, h. 41.
34
Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktif dan Menyenangkan
(Yogyakarta: Universitas Sanata Darma, 2007), h. 126.
35
Syaiful Bakhri Djamarah dan Azwar zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 83.

14

b) Cara pengelolaan: observasi kebeberapa koperasi sekolah, talk show
bersama ahli dari bidang perkoperasian, pengelola koperasi.
c) Pembuatan laporan atau makalah dari kegiatan observasi. Format dibuat
oleh guru dan dapat dikembangkan lebih luas oleh siswa
d) Mengadakan diskusi panel di dalam kelas yang dimoderatori oleh guru
tentang koperasi makalah yang telah disusun
e) Penilaian dilakukan terhadap keaktifan pada saat talk show, makalah yang
dibuat, aktivitas dalam panel
6) Penilaian sikap
Sikap

adalah

gejala

internal

yang

berdimensi

afektif

berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (respon tendency) terhadap objek
orang,

barang

negatif.36secara

dan

sebagainya

baik

secara

positif

(attitude)

maupun

umum para pakar psikologi sosila berpendapat bahwa sikap

manusia terbentuk melalui proses pembelajaran dan pengalaman. Ada tiga model
belajar dalam rangka pembentukan sikap adalah mengamati dan meniru,
pembelajaran ini berlangsung dengan mengamti dan meniru tingkah laku atau
perbuatan orang lain khusunya guru, menerima penguatan, penguatan dapat
berupa ganjaran (penguatan positif dan dapat berupa penguatan hukuman dan
menerima informasi verbal, informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh
melalui lisan atau tulisan misalnya tentang obyek tertentu yang diperoleh
seseorang.
Secara garis besar penilaian sikap dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori yaitu penilaian sikap tentang pembelajaran dan penilaian dan penilaian
perubahan sikap.37penilaian sikap tentang pembelajaran respon dan reaksi subjek
pada proses pembelajaran berupa saran dan perbaikan. Penilaian perubahan sikap
36
37

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Ed. 14; Jakarta: rajawali Pers, 2015), h. 150.
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 205

15

dalah penilaian perubahan sikap siswa baik pribadi maupun klasikal terhadap
pembentukan dan perubahan hasil belajar.
Secara umum objek sikap yang perlu dinilai mencakup:
a) Sikap terhadap mata pelajaran
b) Sikap guru terhadap mata pelajaran
c) Sikap rehadap mata proses pembelajaran
d) Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada
e) Sikap berhubungan dengan nilai-nilai teretentu yang ingin ditanamkan
dalam diri siswa melalui materi tertentu seperti keberanian, empati, sopan
santun, kerja keras, kejujuran dan ikhlas.
Penilaian sikap dapat dinilai melalui empat model yaitu oservasi/catatan
pribadi, interview/ bertanya langsung, angket/survei
a) Observasi/catatan pribadi
Observasi adalah kemampuan untuk memperhatikan, mencatat kejadian,
atau cara melihat sesuatu, atau dapat dikatakan pengamatan langsung dan penuh
perhatian secara sistematis.38 Beberapa aspek yang diperhatikan adalah minat,
perhatian, keterlibatan aktif, pengaruh positif.
b) Interview/bertanya langsung
Teknik pengumpulan informasi untuk mengetahui dan memperoleh data
serta informasi secara langsung yang lebih mendalam terhadap obyek yang
diamati39. Interview atau wawancara dapat dilakukan dengan cara terstruktur,
semi terstruktur, tidak terstruktur.
c) Angket/survei
Angket dan survei adalah rangkaian pertanyaan untuk mengumpulkan
informasi dari individu.
1. Sikap spiritual dan sosial
38

Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 206.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
D (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 194.
39

16

Kata spiritual memiliki akar kata spirit yang berartu roh. Kata ini berasal
dari bahasa latin, spiritus “ yang berarti napas. Roh bisa diartikan sebagai energi
kehidupan yang membuat manusia dapat hidup, bernapas dan bergerak, dengan
demikian kecerdasan spiritual berarti kemampuan seseorang untuk dapat
mengenal dan memahami diri sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun dari
sbagian dari alam semesta.40
Penilaian kompetensi sikap spiritual berhubungan dengan kemampuan
memahami individu maupun kelompok dari sikap dan perilaku orang lain hal ini
relevan dengan sosial yang sangat mengharapkan sikap spiritual yang taat kepada
Allah, disiplin dan bertanggungjawab dalam melekasanakan tugas-tugasnya
baikpeserta didik atau pendidik, masyarakat. Penanaman sikap spiritual bukan
hanya bermanfaat untuk personal, melainkan juga dalam kehidupan sosial. Jiwa
yang memilili jiw spiritual dan sosial akan memudahkan peserta didik untuk
mengembangkan kreativitasnya, pengembangan ilmu serta keterampilan.
Pedoman observasi sikap spiritual religiusitas
Petunjuk:
Lembaran ini di isi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik
dengan kriteria sebagai berikut:
a) 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
b) 3 = sering, apabila sering melakukan seuai pernyataan
c) 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan tidak
melakukan dan tidak melakukan
d) 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Petunjuk penskoran :
Skor akhir menggunakan rumus:
skor diperoleh
skor maksimal x 4=skor akhir ¿
¿
atau

40

Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 213.

17

skor diperoleh
skor maksimal x 100=skor akhir ¿
¿
Tabel Instrumen
No

Aspek Pengamatan

Skor
1

1

Berdoa sebelum dan sesudah melalukan sesuatu

2

Selalu mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan

3

Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan

2

3

4

pendapat/presentasi
4

Mengungkapkan kekaguman secara lisan maupun
tulisan

terhadap

tanda-tanda

kebasaran

dan

keagungan tuhan
5

Membuktikan keberadaan dan kebasaran Tuhan
melalui ilmu pengetahuan yang dipelajari
Jumlah Skor
Sesuai permendikbud No 81A peserta didik memperoleh nilai adalah:

Sangat baik

: Apabila memperoleh skor: 3,33 > skor ≤ 4,00

Baik

: Apabila memperoleh skor: 2,33 > skor ≤ 3,33

Cukup

: Apabila memperoleh skor: 1,33 > skor ≤ 2,33

Kurang

: Apabila memperoleh skor: skor ≤ 1,33.
Indikator dari setiap sikap sebagai berkut:

a) Sikap sosial kedisiplinan: masuk kelas tepat waktu, mengumpulkan tugas
tepat waktu, memakai seragam sesuai tata tertib, mengerjakan tugas yang
diberikan, tertib dalam mengikut pembelajaran, mengikiti praktikum
sesuai dengan langkah yang ditetapkan,membawa buku tulis sesuai mata
pelajaran, membawa buku teks mata pelajaran41
b) Sikap sosial dan tanggung jawab: melaksanakan tugas individu dengan
baik, menerima resiko dari tindakan yang dilakukan, tidak menudih orang
41

Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 219.

18

lain tanpa bukti yang akurat, mengembalikan barang yang dipinjam,
meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan.42
c) Sikap sosial toleransi: menghormati pendapat teman, menghormati teman
yang berbeda suku, agama, ras, budaya, dan gender, menerima
kesepakatan meskipin berbeda dengan pendapatnya, menerima kekurangan
orang lain, memaafkan kesalahan orang lain.43
d) Sikap sosial kerja sama: aktif dalam kerja kelompok, suka menolong
teman/orang lain, kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, rela
berkorban untuk orang lain.44
e) Sikap sosial kesantunan: menghormati orang yang lebih tua, mengucapkan
terima kasih setelah menerima bantuan orang lain, menggunakan bahasa
santun saat menyampaikan pendapat, saat mengkritik pendapat teman,
bersikap salam, senyum, sapa saat bertemu orang lain.45
f) Sikap sosial percaya diri: berani tampil didepan umum, berani
berpendapat, bertanya, atau mejawab pertanyaan, berpendapat atau
melakukan kegiatan tana ragu-ragu, mampu mebuat keputusan dengan
cepat, tidak mudah putus asa/ pantang menyerah.

42

Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 219.
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h.219
44
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 220
45
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 220
43

19

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Penilaian merupakan adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan
berbagai

informasi

secara

sistematis,

berkala,

berkelanjutan

dan

menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan
menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan
yang telah dicapai oleh anak melalui pembelajaran dan menginterpretasi
informasi.
2. prinsip-prinsip penilaian yaitu terdiri dari Validitas (validity), realibitas
(realibity), dan kewajaran (fairnes) hakikat validitas berhubungan dengan
sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang

dianggap orang

seharusnya diukur oleh alat tersebut. Hakikat realibitas berhubungan
dengan masalah kepercayaan maksudnya suatu instrumen dapat dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika dapat memberikan hasil
yang tetap. Batas kwajaran yaitu tidak adanya batasan penilaian baik status
sosial, jenis kelamin, ras maupun budaya, penilaian harus adil dan
sewajarnya sesuai dengan realitas nilai.
3. Instrumen penilaian terdiri dari tes tertulis, penilaian kinerja, penilaian
hasil kerja, penilaian proyek, penilaian sikap. Implementasi instrumen
dengan rubrik dengan skala penilaian 1 sampai 4 atau biasa digunakan
skala 1-5.

20

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Syaifuddin. Sikap Manusia Teori dan pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1987.
Azwar, Syaifuddin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Liberty:
Yogyakarta, 1988.
Azwar, Syaifuddin. Sikap Manusia Teori dan pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003.
Al-Tabany, Trianto Ibnu. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif,
dan Kontekstual. Cet.I; Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 207
Djamarah, Syaiful Bakhri dan Azwar zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Majib, Abdul. Perencanaan pembelajaran. Cet. 5; Bandung: PT. Raemaja
Rosdakarya, 2008 )
Masyhuri dan Zainuddin, Metodologi Penelitian. Cet. 3; Bandung: PT. Refika
Aditama, 2011.
Nasution dan Asmawi Zainul. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: PAU-PPAI-UT,
2005.
Nur. Buku Panduan Keterampilan Proses dan Hakikat Sains. Surabaya:
University Press, 2003), h. 4.
Pribadi, Benny. Desain dan Pengembangan Program Pelatihan Berbasis
kompetensi. Cet. 1;Jakarta:Prenada Media Group, 2014.
Print, Murray. Curriculum Develpopment and Design. Australia: Allen danUnwin,
1993.
Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran. Cet. 4; jakarta: Kharisma Putra
Utama, 2014.
Rohan, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran, Cet. 2; Jakarta: PT. Asdi Mahasatya,
2004, h. 179.
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Cet. 7; Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2007.
Suparno, Paul. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktif dan Menyenangkan.
Yogyakarta: Universitas Sanata Darma, 2007), h. 126.
Sutikno, M. Sobby dan Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, Cet. 1;
Bandung: PT. Refika Aditama, 2007.
Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. Cet. 9; Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2012.
Yaumi, Muhammad. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Cet. 4; Jakarta: PT.
Kharisma Putra Utama, 2016.
Https:/Matondang.Jurnal Tabularasa.2009.digilib.unimed. ac.id (Pdf, diakses
pada tanggal 28/10/2017