Pembangunan Antar Muka Interface E Konse

3

JURNAL

PEMBANGUNAN ANTARMUKA (INTERFACE)
E-KONSELING BERBASIS WEB

1)

Wawan Nurmansyah1) Masayu Jamilah 2)
Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Teknik Musi
Jl. Bangau, No.60 Palembang
email : wa_one2103@yahoo.com

2)

Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Teknik Musi
Jl. Bangau, No.60 Palembang
email : masayu_jamilah@yahoo.com

ABSTRACT

Research that provides the output of software
applications are very much in the diverse case studies .
The concentration of research in addition to the method
used for problem solving was not necessarily able to be
used by end-users are being targeted because it is not
user-friendly the application.
Implementation of the draft design of software
applications continues to grow of course, can provide a lot
of options that can be given , such as : part counseling and
part features knowledge management features are
implemented on a case study of professional psychologists.
Development of expert system application online has
additional features for parts used by the client counseling
psychologist . This additional feature is the option this
part of the interface which gives 2 options for counseling ,
namely : the first interface counseling with a question and
answer with the answer YES / NO and a second interface
to perform all the answers counseling by selecting answers
on the check list . Different interfaces on the counseling
section makes many variations of interface counseling

psychology expert systems applications in particular .

Key words
Application, interface, counseling

1. Pendahuluan
Penelitian dan pengembangan aplikasi – aplikasi
yang ada saat ini dapat membantu masyarakat bila hasil
penelitian tersebut dapat diterapkan pada dunia nyata (real
word). Aplikasi pada penyelitian yang ada saat ini banyak
mementingkan bagian metode komputasi yang diterapkan
pada implementasi akhir ke bahasa pemrograman.

Orang - orang yang berkonseling dengan para
psikolog masih minim, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu: Faktor pertama yaitu dari sudut pandang
masyarakat, dimana seseorang mendatangi psikolog
merupakan hal yang memalukan dan masih dianggap tabu
karena berkonseling dengan psikolog berarti identik
dengan menderita penyakit gila atau stress berat sehingga

dapat memalukan martabat keluarga. Faktor selanjutnya
adalah minimnya tenaga psikolog, dimana seorang
psikolog harus terus memperpanjang masa profesinya
setiap 5 tahun sekali. Keberadaan psikolog klinis dan
psikiater masih dibawah rasio ideal dengan jumlah
penduduk, yaitu 0,22:100 ribu. Standar yang diberikan
oleh WHO mengenai perbandingan jumlah tenaga
psikolog, psikiater adalah 1:30 ribu. Jumlah penduduk
Indonesia 2011 adalah 241 juta jiwa, sementara jumlah
psikiater hanya 600 orang. Jumlah psikolog klinis masih
365 orang [1]. Ini masih jauh dari harapan.
Implementasi penelitian dalam membangun sistem
pakar berbasis web dengan metode backward chaining,
menghasilkan solusi diagnosa dari fakta – fakta yang ada
dari pilihan solusi saat interaksi konsultasi. Interaksi
interface untuk konsultasi dengan memberikan kondisi
jawaban YA(benar) dan TIDAK (salah) [2]. Penelitian
yang diimplementasikan dengan bahasa pemrograman
Visual Basic versi 6.0 dan database manajemen sistem
Microsoft Access 2003, penelitian ini untuk mendiagnosa

kecenderungan perilaku abnormal yang dilakukan oleh
seseorang. Fasilitas akuisisi basis pengetahuan merupakan
fasilitas untuk mengelola data-data dalam basis
pengetahuan. Pengujian yang dilakukan pada basis
pengetahuan adalah penambahan data, pengubahan data,
dan penghapusan data basis pengetahuan. Pembatasan hak
akses yang diterapkan pada sistem, untuk mengolah basis
pengetahuan dan basis aturan hanya dapat dilakukan oleh
admin/pakar [3]. Rancangan dan implementasi alat bantu

diagnosa berbasis web, studi kasus pada: hepatitis, demam
berdarah dan malaria, memiliki hasil tingkat kepastian
yang nilainya ditentukan oleh beberapa banyak gejala
penyakit yang dialami oleh calon pasien. Pemberian bobot
pada gejala diberikan oleh dokter dari hasil observasi
wawancara. Interaksi saat diagnosa on-line dengan
memberikan pertanyaan jenis-jenis gejala yang telah
diberikan kondisi jawaban YA atau TIDAK [4]. Penelitian
untuk mendeteksi suatu jenis penyakit, gangguan, maupun
kasus yang memiliki data masa lalu dengan penyesuaian

nilai bobot dan nilai bias pada proses pelatihan dari
Jaringan Syaraf Tiruan (JST) dan domain psikologi [5].
Penelitian ini mengembangkan dari aplikasi sistem
pakar yang telah ada sebelumnya pada penerapan ilmu
psikolog klinis dengan diimplementasikan sebagai aplikasi
sistem pakar psikologi klinis, psikolog klinis dalam proses
menyimpulkan hasil konsultasi terhadap klien mengalami
kesulitan dikarenakan kebanyakan dari klien tersebut tidak
terus terang apa yang dia alami dan hal lain adalah klien
tidak sadar telah mengalami gejala – gejala pada gangguan
psikologi klinis tersebut, hal inilah maka dibuat
pengembangan dari antar muka konseling
Melihat informasi yang didapat maka perlu dibangun
suatu sistem berbasis komputer yang menampung
pengetahuan psikolog dan memberikan solusi tentang
gangguan psikologi dengan antarmuka yang user friendly.
Proses menyimpulkan jenis gangguan psikologi
yang dialami oleh klien dimulai dari mencari gejala-gejala
terlebih dahulu yang dimiliki oleh klien, hal ini sesuai
dengan mekanisme dari forward chaining. Antarmuka

yang dihasilkan pada penilitian ini berbasis underweb
dengan 2 tampilan yang dapat dimanfaatkan oleh Pakar
dan Klien.

berdasarkan pengetahuan psikolog. Pertanyaan yang
diberikan oleh psikolog tersebut dapat dimulai dengan
kata: “apa” dan “mengapa” untuk mendapatkan sintomsintom yang mempengaruhi terjadinya perubahan pada
manusia tersebut menjadi prilaku abnormal. Penerapan
lain untuk mendiagnosa gangguan psikolog ini dapat juga
merujuk pada handbook PPDGJ (Pedoman Penggolongan
dan
Diagnosis
Gangguan
Jiwa)
yang
telah
didokumentasikan oleh para ahli kejiwaan di Indonesia
yang digunakan pada puskesmas.
Kondisi yang wajib dipenuhi untuk diagnosa yang
menyatakan pasien mengalami gangguan psikologi klinis

yaitu: pasien didiagnosa minimal memiliki lebih dari dua
gejala terpenuhi dalam satu jenis gangguan dan akan
dilihat dari kumpulan data klien yang sudah ada dalam
database klien yang memiliki diagnosa gangguan psikologi
klinis, populasi data klien akan terus bertambah ketika
yang didiagnosa memiliki gangguan secara online [6].
Penegakan diagnosa dalam sistem dapat dilihat pada
gambar Gambar 2.1 :
Gejala
&
Gangguan

Aturan
Produksi

Y

T

gejala > 2 pada setiap

Gangguan

T

Kesimpulan
(hasil analisa diagnosa)

Y
Kumpulan
Data Klien

Probabilitas Bayes

Gambar 2.1. .Kondisi syarat saat aturan produksi tidak terpenuhi

2. Metode Penelitian
2.1 Analisis Kebutuhan
Pembangunan sistem pakar bermanfaat bagi
psikolog (pakar) dan pengguna akhir. Bagi pakar,
membantu dalam mendokumentasikan pengetahuannya.

Bagi pengguna akhir, mengetahui ada atau tidaknya
gangguan psikologi klinis terhadap dirinya atau orang
terdekat lainnya. Konseling melibatkan 2 orang, yaitu
seorang yang berprofesi sebagai psikolog dan penderita.
Konseling dilakukan untuk mengetahui permasalahan
gangguan psikologi, jiwa atau yang berkaitan dengan
perasaan dan pemikiran (yang tidak termasuk fisik) yang
dialami oleh seorang penderita.
Seorang psikolog melakukan diagnosa melalui
tanyajawab untuk mendapatkan gejala – gejala apa saja
yang dimiliki oleh pasien tersebut, sehingga dapat
menyimpulkan jenis gangguan dan terapi yang diberikan

Gambar 2.1, menjelaskan tentang gejala dan gangguan
yang membentuk aturan produksi, aturan produksi
terpenuhi atau lengkap dijawab “YA” oleh pengguna maka
sistem akan langsung memberikan hasil jenis gangguan.
Proses yang dilakukan bila tidak terpenuhinya aturan
produksi, dilanjutkan dengan adanya kondisi syarat.
Kondisi bersyarat yang dilakukan adalah apabila terdapat

lebih dari dua gejala yang terpenuhi dari jenis gangguan
maka bayes digunakan untuk mendapatkan hasil dari data
klien terdahulu secara matematis.

2.2. Desain Antarmuka
Desain antarmuka sistem pakar psikologi klinis
terdiri dari 2 menu utama, yaitu : menu yang digunakan
khusus pakar dan menu yang digunakan untuk pengguna
akhir (yang konseling). Antarmuka awal dari sistem ini
saat semua pengguna ingin berinteraksi harus melakukan
login untuk menentukan antarmuka mana yang akan
ditampilkan, sebagai pakar atau pengguna. Aplikasi sistem

pakar yang dapat dijadikan referensi diagnose memiliki
informasi pada antarmuka awalnya yaitu :
 Informasi pengembang sistem
 Informasi apa yang dapat diselesaikan secara spesifik
permasalahan yang dapat diselesaikan
 Informasi yang terkait mengenai aplikasi sistem
pakar tersebut, misalnya : keterangan tentang ilmu

profesi yang diakuisisi pengetahuannya, informasi
domain lain yang terkait dengan penyelesaian
masalah.

2.2.1. Menu pakar
Menu pakar merupakan antarmuka yang dikhususkan
untuk pakar dalam mengelola basis data pengetahuan.
Pengelolaan yang dilakukan adalah memasukkan atau
menambah, bahkan mengurangi data yang ada dalam basis
data pengetahuan. Sub menu Pengetahuan pakar, terdiri
dari :
 sub menu data gejala
 sub menu data gangguan
 sub menu data terapi
 sub menu aturan
 sub menu laporan konseling (data klien)
Pakar untuk melakukan pengujian dari data yang
dimasukkan melakukan login sebagai pengguna yang
konseling. Pengujian yang dilakukan oleh pakar
diperlukan untuk memastikan update pengetahuan telah
sesuai dengan pengetahuan pakar yang diberikan.

2.2.2. Menu pengguna
Antarmuka pengguna digunakan oleh klien yang
ingin mengetahui diagnosa awal apakah dirinya, keluarga
atau orang terdekatnya memiliki gejala pada gangguan
psikologi klinis. Pengguna atau klien melakukan registrasi
sebelumnya untuk masuk keantarmuka konseling yang
akan diberikan oleh sistem. Antarmuka konseling ini
memberikan tampilan interaksi pertanyaan dengan kondisi
jawaban yang telah disiapkan (Ya/Tidak). Hasil tampilan
akhir untuk pengguna adalah hasil diagnosa dengan nama
gangguan dan terapi dan bila dinyatakan tidak memiliki
jenis ganguan maka klien akan dinyatakan sehat atau
berperilaku normal.

Banner

Konsultasi

Biodata

No.ID : XXX
Pertanyaan :
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
YA

TIDAK

Jawab

“Jawablah semua pertanyaan ini sesuai dengan apa yang dirasakan dalam perubahan
perilaku dan kondisi fisik saudara. Status yang konsultasi sebagai keluarga dan teman dekat
maka jawab pertanyaan ini sesuai dengan yang anda lihat dan sumber orang terdekat
lainnya”

Gambar 2.2. Form desain pengguna melakukan konsultasi

Banner

Konsultasi

Biodata

No.ID : XXX
Hasil Diagnosa :
- Jenis Gangguan
- Terapi yang disarankan
- Nilai Kemungkinan

: xxxxxxxx xxxxxxx
: xxxxxxxx xxxxxxx
: 0,xxxx

Diagnosa berdasarkan hasil dari data populasi sebanyak xxx

“Penting : Hasil ini akan lebih baik untuk di konfirmasikan kembali pada psikolog, konsultasi
on-line ini hanya digunakan untuk diagnosa awal”
Keluar

Gambar 2.3. Form desain hasil 5ystem5e berdasarkan data

Antarmuka hasil 5 ystem 5 e pada sistem pakar ini
memberikan penjelasan dan anjuran yang wajib dilakukan
yaitu hasil dari diagnosa tetap dikonsultasikan kembali ke
pakar terkait.

2.2.3. Alur form aplikasi 5 ystem pakar psikologi
klinis
Alur atau hubungan antar form mulai dari tampilan
menu utama dan form yang akan dibedakan alurnya
berdasarkan login yang digunakan. Alur ini hanya
memberikan bagian alur login pakar dan alur login klien
sedangkan bagian informasi umum tergantung isi
informasi
yang dibutuhkan
terutama
informasi
pengembang aplikasi ini harus dimiliki oleh aplikasi
sistem pakar manapun agar hasil dari diagnosa dapat di
pertanggungjawabkan dari keilmuan yang dihasilkan
diakuisisi ke aplikasi ini.

Menu utama
Pakar

Aturan

Terapi
Gangguan

Terapi
Gangguan

Kelola Hubungan Terapi :
- Tambah Hubungan terapi dan gangguan
- Hapus terapi dan gangguan
- Ubah terapi dan gangguan

Lihat
Aturan

Gejala

Kelola Gangguan :
- Tambah gangguan
- Hapus gangguan
- Ubah gangguan

Laporan
konsultasi

Update
Terapi

Tampil data simpan
konsultasi pengguna

Kelola Terapi :
- Tambah terapi
- Hapus terapi
- Ubah terapi

Kelola Gejala :
- Tambah gejala
- Hapus gejala
- Ubah gejala

Kelola Hubungan Gangguan dengan gejala - gejala :
- Tampilan semua aturan
- Ubah Hubungan Gangguan dengan gejala - gejala
- Hapus Hubungan Gangguan dengan gejala - gejala
Tambah
Aturan

Kelola Hubungan Aturan :
- Tambah Hubungan antara gejala - gejala
dengan gangguan yang telah diberi terapi

Proses hasil
dengan bayesian

Detail laporan
pengguna

Gambar 3.1. Antarmuka awal

Antarmuka pada laporan konsultasi memberikan
fasilitas untuk melihat detail satu-persatu hasil konseling
pengguna yang dinyatakan memiliki jenis gangguan, hasil
dari konsultasi pengguna yang tidak dinyatakan memiliki
gangguan tidak disimpan pada hasil konsultasi.

Pengguna Konsultasi

Buat ID Pengguna
(isi form daftar)

Pemilihan interaksi
konsultasi

Tampil semua

Tanyajawab
Proses hasil
sesuai aturan

Hasil Menyatakan:
- Kondisi Prilaku masih normal
- Ada gangguan Psikologi & anjuran terapi

Gambar 3.2. laporan konsultasi
Gambar 2.4. Alur interface sistem pakar psikologi klinis untuk pakar dan
penguna

3. Implementasi
3.1. Implementasi Antarmuka pada Pakar
Implementasi untuk antarmuka dibuat sangat
sederhana dikarenakan untuk menghindari beban bandwith
saat antarmuka ini ditampilkan. Harapan dengan
kesederhanaan antarmuka ini membuat tampilan lebih
cepat untuk didownload sempurna pada browser,
antarmuka awal pada digunakan untuk login, melihat
informasi bagian gangguan yang dapat didiagnosa, dan
informasi – informasi yang berkaitan dengan domain
tersebut.

Antarmuka dari kelola gejala memberikan tampilan
semua gejala yang sudah masukkan dalam database.
Fasilitas dari form ini juga memberikan layanan untuk
masukkan gejala baru untuk disimpan dalam database serta
menghapus dan mengubah data gejala pada database.
Form kelola pengetahuan gangguan dan terapi memiliki
antar muka yang sama dengan form gejala.

Gambar 3.3. Antarmuka kelola gejala

Antarmuka pengelolaan aturan digunakan untuk
menghubungkan gangguan yang telah diberikan terapi,
pada gangguan tersebut dihubungkan dengan gejala –
gejala yang mempengaruhinya.

Gambar 3.4. Antarmuka kelola aturan

Gambar 3.7. Antarmuka tanyajawab

Antarmuka yang menampilkan hasil proses setelah
interaksi pengguan menjawab pertanyaan yang disesuaikan
dari hasil inferensi yang memiliki gangguan disertai
dengan terapinya.
Gambar 3.5. Antarmuka lihat aturan

Antarmuka lihat aturan menampilkan kode dari
gejala – gejala, kode gangguan dan kode terapi yang
dipilih, pada antarmuka ini juga memberikan fasilitas
untuk pakar melakukan hapus aturan dan ubah aturan yang
ada.

3.2. Implementasi Antarmuka pada Pengguna
Antarmuka pengguna hanya terbatas pada bagian
pendaftaran untuk mendapatkan akses login, konseling dan
tampilan hasil diagnosa. Antarmuka untuk pengisian form
pengguna yang konsultasi saat pertamakali konseling online untuk mendapatkan password dan ID pengguna.

Gambar 3.6. Form registrasi pengguna konsultasi

Antarmuka pada tampilan tanyajawab, memberikan
pilihan jawaban yang dianggap YA atau TIDAK. Pada
tampilan ini adanya proses untuk pertanyaan yang
diberikan, pertanyaan akan ditampilkan disesuikan pada
pengguna, jika pengguna menjawab YA maka pertanyaan
selanjutnya masih berada pada aturan tersebut dan bila
tidak pertanyaan selanjutnya pada aturan yang lain.
Gambar 3.8. Antarmuka hasil proses konsultasi

Proses antarmuka hasil yang menyatakan pengguna
masih dalam kondisi yang normal dikarenakan aturan yang

tidak terpenuhi dan pada gangguan tidak memiliki lebih
dari dua gejala.

Gambar 3.9. Antarmuka hasil konsultasi tidak ada gangguan

4. Hasil
Penerapan dari aplikasi online untuk diagnosis awal
dengan studi kasus profesi psikologi klinis menghasilkan
pencapaian yang relatif belum keseluruhan dari fitur
aplikasi ini digunakan secara user friendly, terutama pada
bagian fitur-fitur yang digunakan oleh pakar. Tanggapan
langsung dari pihak terkait adalah, sebagai berikut :
 Penerapan aplikasi baik digunakan oleh pihak yang
memiliki keilmuan terkait studi kasus yang dijadikan
penelitian
 Aplikasi sistem pakar psikologi klinis ini dapat
dijadikan alat bantu untuk pembelajaran mahasiswa/i
yang ingin menggujikan pengetahuannya terhadap
handbook PPDGJ.
 Aplikasi ini belum menentukan hasil akhir pada
diagnosa terkait mengenai prilaku manusia yang
terindikasi memiliki gangguan psikologi klinis
 Diagnosa untuk menentukan hasil akhir dari prilaku
yang tidak normal memiliki tahapan-tahapan dan
kaitan komunitas lain untuk menentukan kepastian
dari sinto yang dialami oleh klien
 Fitur pada antarmuka pada aplikasi psikologi klinis
ini cukup baik dan mudah diakses terutama hasil
laporan konsultasi klien yang terekam.
Hasil dari pengujian lebih banyak menunjukkan
kelemahan bagaimana cara aplikasi ini mendiagnosa,
sedangkan untuk pengunaan/akses pakar terhadap aplikasi
ini relatif mudah dimengerti, terutama fitur dari laporan
konseling hasil diagnosa klien secara online untuk
direview kembali oleh para pakar.

4. Kesimpulan
Hasil penelitian dalam pemanfaatan membangun
antarmuka aplikasi sistem pakar dengan studi kasus
psikologi klinis dapat disimpulkan, bahwa :
 Mendiagnosa gangguan psikologi klinis yang
umumnya dilakukan oleh seorang profesi Psikolog,
dengan implementasi penelitian ini dapat membantu
untuk diagnosa awal pada klien melalui sistem online.
 Aplikasi sistem pakar yang diaplikasikan menjadi
pandangan baru bagi praktisi psikologi klinis untuk
mendiagnosa jenis gangguan pada klien.

5. Saran
Hasil akhir dari Aplikasi sistem pakar dengan domain
psikologi klinis akan lebih baik bila :
 Setiap fitur pada form aplikasi dianalisis kembali
agar mudah untuk diakses dan dimengerti dengan
cepat oleh user, terutama fitur-fitur pada bagian login
sebagai pakar.
 Tambahan animasi untuk interface sistem sangat
berpengaruh untuk kenyamanan pengguna.
 Implementasi sistem pada web tentunya sangat
diharapkan menggunakan jaringan internet dengan
kinerja baik agar sistem yang berbasiskan web tidak
menjadi masalah baru dikarenakan akses yang kurang
cepat.
 Setiap sistem pakar, harus disertakan nara-sumber
yang bertanggungjawab atas knowledge yang ada
untuk kredibilitas sistem pakar tersebut untuk
keberlanjutan penelitian.
 Bagi penulis yang akan mengembangkan sistem
pakar, dokumentasi yang lengkap dari penelitian
terdahulu akan sangat membantu dalam efisiensi
waktu penyelesaian penelitian.

REFERENSI
[1] Hamid, E. S., 2012, Tenaga Psikologi di Indonesia Masih
Kurang, http://www.psikologizone.com/tenaga-psikologidi-indonesia-masih-kurang/065116062, diakses 07 juni
2012
[2] Fitriastuti, F dan Ekowati, L. S., 2009, Aplikasi Sistem
Pakar Diagnosa Berbasis Web untuk mendeteksi kerusakan
perangkat keras komputer dengan metode backward
chaining, Janateknika,Vol.11, Hal :96 – 16
[3] Lempao, C.T., 2011, Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa
Kecenderungan Perilaku Abnormal, Naskah Publikasi,
Jurusan Teknik Informatika, AMIKOM Yogyakarta.
[4] Irfan A., L.A.S., 2009, Perancangan dan Implementasi Alat
Bantu Diagnosa Berbasis Web, Tesis, Program Studi
Magister Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
[5] Kiki dan Kusumadewi, S., 2004, Jaringan Saraf Tiruan
Dengan Metode Backpropagation Untuk Mendeteksi
Gangguan Psikologi, Media Informatika, Vol. 2, No. 2, hal :
1-11
[6] Nurmansyah, W., 2012, Sistem Pakar Untuk Menentukan
Jenis Gangguan Psikologi Klinis Menggunakan Forward
Chaining dan Formula Bayes, Tesis Ilmu Komputer FMIPA
UGM Yogyakarta.
[7] Jamilah dan Nurmansyah., 2013, Pemanfaatan E-Konseling
Diagnosa Gangguan Psikologi Klinis, Prosiding SNTI 2013,
ISSN:1829-9156, Vol.10, Hal : 68 – 73

Penulis :

Wawan Nurmansyah, M.Cs., memperoleh M.Cs. dari
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Indonesia. Saat ini sebagai
Staf Pengajar Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik
Musi Palembang.
Masayu Jamilah, M.Kom., memperoleh M.Kom. dari
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Indonesia. Saat ini sebagai
Staf Pengajar Jurusan Sistem Informasi Sekolah Tinggi Teknik
Musi Palembang.