SINTAKSIS BAHASA INDONESIA harapan (1)

SINTAKSIS BAHASA INDONESIA
(FRASE)
Di Tulis Oleh :
NAMA : RACHMAD RIVAI
NPM : 2009221
PRODI : Pend.Bahasa dan Sastra Indonesia
MK : Sintaksis Bahasa Indonesia

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2011/2012

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil’alamin puji syukur Kami persembahkan kepada ALLAH SWT yang telah
memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani, sehingga dapat menyele-saikan makalah mata
kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia sebagai tugas akhir semester.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah khususnya
( NAMA GURU) sebagai dosen pembimbing mata kuliah Sintaksis Ba-hasa Indonesia.
Mungkin di dalam makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun untuk pembuatan makalah-makalah selanjutnya sangat diharapkan agar pembuatan

makalah-makalah selanjutnya menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata kami mengucapkan banyak terima kasih atas kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Dan semoga makalah ini juga berguna untuk kita.
kotabaru, 10 Oktober 2014
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. iii
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………….……... 1
A. LATAR BELAKANG ………………………………………….…. 1
B. RUMUSAN MASALAH …………………………………….……. 1
C. TUJUAN …………………………………………………………… 1
BAB II. PEMBAHASAN ………………………………………………….…. 2
1. Pengertian Sintaksis ……………………………………………..... 2
1.1 Aspek-aspek Sintaksis ……………………………………...…. 2
1.1.1 Kata : Ciri dan Klasifikasi …………………………...…. 2
1.1.2 Frase : Ciri dan Klasifikasi …………………………...… 4
1.1.3 Klausa : Ciri dan Klasifikasi …………………………..... 4

1.1.4 Kalimat : Ciri dan Klasifikasi …………………………... 4
2. Pengertian Frase …………………………………………………... 5
2.1 Penggolongan Frase ………………………………………….... 5
2.1.1 Frase Eksosentris dan Endosentris ……………………… 6
a. Frase Eksosentris ……………………………………. 7
b. Frase Endosentris …………………………………… 10
2.1.2 Frase Nominal,Verbal,Bilangan,Keterangan dan Frase Depan 13
1. Frase Nominal ……………………………………….. 14
1.1. Kategori Kata atau Frase Yang Menjadi Unsurnya 14
1.2. Hubungan Makna Antar Unsur-unsurnya ……….. 16
2. Frase Verbal …………………………………………. 19
3. Frase Bilangan ………………………………………. 20
4. Frase Keterangan ……………………………………. 22
5. Frase Depan …………………………………………. 22
BAB III. PENUTUP …………………………………………………………... 24
A. KESIMPULAN …………………………………………………..... 24
B. SARAN …………………………………………………………….. 25
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sintaksis adalah cabang linguistik yang membicarakan hubungan antar kata dalam tu-turan
(speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frase,klausa dan
kalimat. Dan salah satunya yang akan di bahas dalam makalah ini adalah frase.
Didalam makalah ini penulis menyajikan berbagai pengertian frase dan macam-macamnya dari
beberapa sumber buku dan juga sumber elektronik sebagai sumber tambahan.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan beberapa masalah yang perlu dibahas, yaitu :
1. Apakah pengertian dari sintaksis?
2. Apakah pengertian dari frase?
3. Bagaimana penggolongan frase?
C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memperdalam mata kuliah Sintaksis Bahasa Indo-nesia
yang telah di pelajari dan dibimbing oleh dosen pembimbing mata kuliah Sintaksis Ba-hasa
Indonesia, yaitu ibu Dra. Tri Astuti, M.Pd. terutama bagian frase yang akan dibahas dalam
makalah ini.

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN SINTAKSIS
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang bearti ”dengan” dan kata tattein yang
bearti ”menempatkan” jadi secara etimologi bearti : menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok kata atau kalimat. Banyak ahli telah mengemukakan penjelasan ataupun
batasan sintaksis. Ada yang mengatakan bahwa ”sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang
dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-gabungkan kata menjadi kalimat” (Stryker
1969:21 dalam Tarigan 1984:5). Ada pula yang mengatakan bahwa ”analisis mengenai
konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas disebut sintaksis”
(Bloch and Trager 1942:71 dalam Tarigan 1984:5). Dan ada lagi yang mengatakan bahwa
”sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frase dan kalimat”
(Ramlan 1976:57). Sedangkan menurut Zaenal Arifin dan Junaiyah dalam bukunya SINTAKSIS
memberikan pengertian bahwa sitaksis adalah cabang linguistik yang membicarakan hubungan
antarkata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang dibahas dalam sintaksis adalah frase, klausa
dan kalimat.
1.1 Aspek-Aspek Sintaksis
Aspek-aspek Sintaksis meliputi :
1.1.1 Kata: Ciri dan Klasifikasi
Kata dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, kata dilihat dari segi pemakai bahasa. Menurut

pemakai bahasa, kata adalah satuan gramatikal yang diujarkan, bersifat berulang-ulang dan
secara potensial ujaran itudapat berdiri sendiri. Kedua, kata dilihat secara bahasa, secara
linguistik kata dapat dibedakan atas satuan pembentuknya. Oleh karena itu, kata dapat dibedakan
sebagai satuan fonologis, satuan gramatikal, dan satuan ortografis.
1). Kata sebagai satuan fonologis
Kata mempunyai ciri-ciri fonologis yang sesuai dengan ciri fonologis bahasa yang bersangkutan.
Misalnya ciri fonologis kata bahasa indonesia, seperti berikut:
a. Mempunyai pola fonotatik suatu kata
b. Bukan bahasa vokalik
c. Tidak ada gugus konsonan pada posisi akhir
d. Batas kata tidak di tentukan oleh fonem suprasegmental
2). Kata sebagai satuan gramatikal
Menurut Lyons (1971) dan Dik (1976), secara gramatikal, kata bebas bergerak, dapat dipindahpindahkan letaknya, tetapi identitasnya tetap.
3). Kata sebagai satuan ortografis
Secara ortografis, kata ditentukan oleh sistem aksara yang berlaku dalam bahasa itu. Bahasa
Indonesia, misalnya menggunakan aksara latin. Jadi sebuah kata dituliskan terpisah dari kata
lainnya, misalnya terima kasih dan kerja sama ditulis berpisah, bukan terimakasih dan kerjasama.
1.1.2 Frase: Ciri dan Klasifikasi
Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (Rusyana
dan Syamsuri, 1976) atau satu konstruksi ketatabahasaan yang berdiri atas dua kata atau lebih.

Frase terdiri atas Endosentris dan Eksosentris, frase Nominal, Verbal, Bilangan, Keterangan, dan
Frase Depan.
1.1.3 Klausa: Ciri dan Klasifikasi

Klausa adalah satuan gramatikal yang setidak-tidaknya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa
berpotensi menjadi kalimat.
Klausa dapat dibedakan berdasarkan distribusi satuannya dan berdasarkan fungsinya.
Pada umumnya klausa, baik tunggal maupun jamak, berpotensi menjadi kalimat. Kalimat inti
terdiri atas klausa tunggal, sedangkan kalimat majemuk terdiri atas lebih dari satu klausa. Oleh
karena itu, kalimat majemuk terdiri atas klausa-klausa yang saling berhubungan.
1.1.4 Kalimat: Ciri dan Klasifikasi
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final, dan
secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.
Jika dilihat dari fungsinya, unsur-unsur kalimat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. Menurut bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal serta kalimat
majemuk.
2. PENGERTIAN FRASE
Frase lazim dikatakan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonprediktif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk, frase tidak berstruktur subjek –
predikat atau predikat – objek), atau lazim juga di sebut gabungan kata yang mengisi salah satu

fungsi sintaksis di dalam suatu kalimat. Frase adalah satuan linguistik yang secara potensial
merupakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa (Cook
1971:91;Elson and Pickett 1969:73). Menurut Ramlan frase adalah satuan gramatik yang terdiri
dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa ( Ramlan 1985:138).
Yang dimaksud dengan tidak melampaui unsur klausa adalah unsur S, P, O, PEL, KET. Contoh,
Eka sedang membaca majalah di ruang tamu yang terdiri dari beberapa fungsi yaitu, Eka
menduduki fungsi S, sedang membaca menduduki fungsi P, majalah menduduki fungsi O dan di
ruang tamu menduduki fungsi KET.
2.1 Penggolongan Frase
Frase dapat di golongkan menjadi :
1. Berdasarkan tipe strukturnya, maka frase dapat dibedakan atas :
Frase Eksosentris dan Endosentris
2. Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase dapat
digolongkan menjadi :
Frase Nominal, Verbal, Bilangan, Keterangan dan Frase Depan.
2.1.1 Frase Eksosentris dan Endosentris
Frase dua orang mahasiswa dalam klausa dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di
perpustakaan mempunyai distribusi yang sama dengan unsur dua orang, maupun dengan unsur
mahasiswa. Persamaan distribusi itu dapat dilihat dari jajaran di bawah ini:
Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.

Dua orang – sedang membaca buku baru di perpustakaan.
- Mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.
Demikian juga frase sedang membaca yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya,
yaitu dengan unsur membaca. Dan frase buku baru yang mempunyai persamaan distribusi
dengan unsurnya, yaitu unsur buku. Frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya disebut frase endosentrik, dan
frase yang tidak demikian, maksudnya tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua
unsurnya, disebut frase eksosentris. Contoh frase yang eksosentris adalah frase di perpustakaan

dalam klausa di atas, frase tersebut tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua
unsurnya. Ketidaksamaan tersebut dapat dilihat dari jajaran di bawah ini:
Dua orang mahasiswa sedang membaca bukuu baru di perpustakaan
*dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di *dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru – sperpustakaan.
a. Frase Eksosentris
Frase eksosentris adalah frase yang sebagian atau seluruhnya tidak memiliki perilaku sintaksis
yang sama dengan semua komponennya, baik dengan sumbu maupun dengan preposisi (Zaenal
Arifin dan Junaiyah 2008:19), frase eksosentris adalah frase yang tidak berhulu, tidak berpusat
atau non-headed (White-hall 1956:9 dalam Tarigan 1984:94) ataupun noncentered (Cook
1971:90). Sedangkan menurut ramlan frase eksosentris adalah frase yang tidak mempunyai
distribusi yang sama dengan semua unsurnya (Ramlan 1985:142).

Berdasarkan struktur internalnya, frase eksosentris ini disebut juga relater-axis atau frase
relasional. Dan berdasarkan posisi penghubung yang mungkin terdapat di dalamnya, maka frase
eksosentris atau frase relasional dapat dibagi attas :
a) Frase preposisi
b) Frase posposisi
c) Frase preposposisi
Perlu diketahui bahwa dalam bahasa Indonesia hanya mengenal frase preposisi. Namun untuk
menambah pengetahuan kita maka tidak ada salahnya kalau frase posposisi dan frase
preposposisi kita bahas juga.
Eksosentris Direktif (Frase Preposisi)
Frase preposisi adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan (Tarigan
1984:94). Contoh frase preposisi adalah dengan baik, sejak kemarin, di samping. Pada umumnya
frase proposisional berfungsi sebagai keterangan.
Pada dasarnya, frase preposisi menunjukkkan makna berikut :
’tempat’, seperti di pasar dan pada dinding
’asal arah’, seperti dari kampung, dari sekolah
’asal bahan’, seperti (cincin) dari emas, (kue) dari tepung beras
’tujuan arah’, seperti ke pasar, ke kampus
’menunjukkan peralihan’, seperti kepada saya,(percaya) terhadap Tuhan
’perihal’, seperti tentang ekonomi, (terkenang) akan kebaikannya

’tujuan’, seperti untukmu, buatku
’sebab’, seperti karena, lantaran, sebab, gara-gara (kamu)
’penjadian’, seperti oleh karena, untuk itu
’kesertaan’, seperti denganmu, dengan ayah
’cara’, seperti dengan baik, dengan senang
’alat’, seperti cangkul, dengan traktor
’keberlangsungan’, seperti sejak kemarin, dari tadi, sampai besok, sampai nanti
’penyamaan’, seperti selaras dengan, sesuai dengan
’perbandingan’, seperti seperti dia, sebagai bandingan
Frase Posposisi

Frase posposisi atau post-position adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian
belakang. Frase ini tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia. Salah satu bahasa yang
mempunyaai frase ini adalah bahasa Jepang. Contoh :
ga ”penanda subyek”
heitai ga, kureta. ”The soldier gave it to me”.
O ”penanda obyek”
Heitai O, mita. ”I saw a soldier”
de ”by means of; in; on; at”
Kisya de, kita. ”I come by train”.

Frase Preposposisi
Frase preposposisi adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan dan di
bagian belakang. Frase ini tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia. Salah satu bahasa yang
menggunakan frase ini adalah bahasa Karo. Contoh :
i juma nari ”dari ladang”
i tiga nari ”dari pasar”
i Bandung nari ”dari bandung”
i jenda nari ”dari sini”
i jah nari ”dari sana”
b. Frase Endosentris
Frase endosentris adalah frase yang seluruhnya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan
perilaku salah satu komponennya (Zaenal Arifin dan Junaiyah 2008:20-21). Artinya adalah salah
satu komponennya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frase endosentris adalah
frase yang berhulu, yang berpusat, atau headed phrase (White hall 1956:9 dalam Tarigan
1984:97), yaitu frase yang mempunyai fungsi yang sama dengan hulunya. Sedangkan menurut
ramlan, frase endosentris adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya,
baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya (Ramlan 1985:142).
Frase endosentris dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Endosentri koordinatif
2. Endosentris atributif
3. Endosentris apositif
1. Endosentris Koordinatif
Frase ini terdiri dari unsur-unsur yang setara. Kesetaraannya itu dapat dibuktikan oleh
kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau. Misalnya:
- Rumah pekarangan
- Suami istri
- Dua tiga
- Ayah ibu
- Pembinaan dan pengembangan
- Pembangunan dan pembaharuan
Zaenal Arifin dan Junaiyah (2008), frase koordinatif adalah frase endosentris berinduk banyak,
yang secara potensial komponennya dapat dihubungkan dengan partikel dan, ke, atau, tetapi,
ataupun konjungsi korelatif, seperti baik ...maupun dan makin ... makin (Zaenal Arifin dan
Junaiyah 2008:25). Kategori frase koordinatif sesuai dengan kategori komponennya. Contoh :
a. Kaya atau miskin, kaya ataupun miskin, kaya dan miskin; dari, untuk, dan oleh rakyat, untuk
dan atas nama klien; pintar, tetapi congkak

b. Baik merah maupun biru, entah suka entah tidak (suka), makin pagi makin baik, makin tua
makin bermutu.
Perhatikan bahwa kata yang dapat digabungkan hanya kata yang berkategori
sama, seperti merah-biru, tua-bermutu, suka-(tidak) suka, dan pagi-baik.
Jika tidak menggunakan partikel, gabungan itu disebut frase parataktis, seperti tua muda, besar
kecil, hilir mudik, keluar masuk, pulang pergi, naik turun, makan minum, ibu bapak, dan kaya
miskin.
2. Endosentris Atributif
Berbeda dengan endosentrik koordinatif, frase golongan ini terdiri dari unsur-unsur yang tidak
setara. Karena itu unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan atau
atau. Misalnya :
- Pembangunan lima tahun
- Sekolah Inpres
- Buku baru
- Pekarangan luas
- Orang itu
- Malam ini
Kata-kata yang dicetak miring dalam frase-frase diatas, yaitu kata pembangunan, sekolah, buku,
pekarangan, orang, malam, merupakan unsur pusat (UP), yaitu unsur yang secara distribusional
sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur yang terpenting, sedangkan
unsur lainnya merupakan atribut (Atr).
3. Endosentris Apositif
Dalam klausa surti anak pak Tejo sedang belajar, satuan Surti, anak pak Tejo juga merupakan
frase. Frase ini memiliki sifat yang berbeda dengan frase endosentrik yang koordinatif dan yang
atributif. Dalam frasse endosentrik yang koordinatif unsur-unsurnya dapat dihubungkan dengan
kata penghubung dan atau atau, dan dalam endosentrik yang atributif unsur-unsurnya tidak dapat
dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik ada unsur yang
terpenting, yang lebih penting dari unsur lainnya. Dalam frase Surti anak pak Tejo unsurunsurnya tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung
dan atau atau dan secara semantik unsur yang satu dalam hal ini unsur anak pak Tejo, sama
dengan unsur lainnya, yaitu sama dengan unsur Surti. Karena sama unsur anak pak Tejo dapat
menggantikan unsur Surti :
Surti, anak pak Tejo, sedang belajar
Surti, - ,sedang belajar
- , anak pak Tejo sedang belajar
Unsur Surti merupakan UP, sedangkan unsur anak pak Tejo merupakan aposisi (Ap).
Zaenal Arifin dan Junaiyah (2008), frase apositif adalah frase endosentris berinduk banyak yang
secara luar bahasa komponennya menunjuk pada wujud yang sama (Zaenal Arifin dan Junaiyah
2008:25). Contohnya :
Ria, anak kakakku yang tinggal di palembang,
Megawati Soekarnoputri, salah seorang mantan Presiden Republik Indonesia,
Para buruh menolak – membangkang – masuk kerja.
Dia tidak miskin – walaupun tidak kaya –
2.1.2 Frase Nominal, Veerbal, Bilangan, Keterangan dan Frase Depan

Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase dapat digolongkan
menjadi empat golongan, yaitu :
- Frase Nominal
- Frase Verbal
- Frase Bilangan
- Frase keterangan
Di samping itu, ada frase yang tidak memiliki persamaan distribusi dengan golongan kata, yaitu
yang disebut frase depan, sehingga seluruhnya terdapat lima frase yang akan dibahas satu
persatu.
1. Frase Nominal
Frase nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal (Ramlan
1985:145). Persamaan distributif itu dapat diketahui dengan jelas dari jajaran :
Contoh : - ia membeli baju baru
ia membeli baju baru
Frase baju baru dalam klausa diatas mempunyai distribusi yang sama dengan kata baju. Kata
baju termasuk golongan kata nominal, karena itu frase baju baru termasuk golongan frase
nominal. Contoh-contoh lain :
- Mahasiswa lama
- Gedung sekolah
- Kapal terbang itu
- Jalan raya ini
1.1. Kategori Kata atau Frase yang Menjadi Unsurnya
Secara kategori frase nominal mungkin terdiri dari :
1) N diikuti N, artinya terdiri dari kata atau frase nominal sebagai UP, diikuti oleh kata atau frase
nominal sebagai UP atau Atr. Jadi semua unsurnya berupa kata atau frase nominal. Misalnya :
Rumah pekarangan
Ayah ibu
Suami istri
Kakak saya
Frase rumah pekarangan, ayah ibu, suami istri, dan kakak saya terdiri dari kata nominal semua,
yaitu kata rumah, ayah, suami, dan kakak sebagai UP, diikuti kata pekarangan, ibu, istri dan saya
sebagai UP pula.
2) N diikuti V, artinya terdiri dari kata atau frase nominal sebagai UP, diikuti kata frase verbal
sebagai Atr. Misalnya :
Orang bertopi
Ayah bekerja
Adik bermain
3) N diikuti Bil, artinya frase ini terdiri dari kata atau frase nominal sebagai UP, diikuti oleh kata
atau frase bilangan sebagai Atr. Misalnya :
Orang dua
Telur tiga butir
Sawah lima petak
Harimau lima ekor
4) N diikuti Ket, artinya frase ini terdiri dari kata atau frase nominal sebagai UP, diikuti kata atau
frase keterangan sebagai Atr. Misalnya :

Koran kemarin pagi
Buku tahun kemarin
Nasi tadi pagi
Orang tadi
5) N diikuti FD, artinya terdiri dari kata atau frase nominal sebagai UP, diikuti kata atau frase
depan sebagai Atr. Misalnya :
Beras dari tetangga
Kereta api ke Surabaya
Pisang dari Ambon
6) N didahului Bil, artinya terdiri dari kata atau frase nominal UP, didahului oleh kata atau frase
bilangan sebagai Atr. Misalnya :
Sepuluh ekor ayam
Lima batang kayu
Dua buah sepeda baru
7) N didahului Sd, artinya terdiri dari kata atau frase nominal sebagai UP didahului oleh kata
atau frase sandang sebagai Atr. Misalnya ;
si Ahmad
sang Pujangga
1.2. Hubungan Makna antar Unsur-unsurnya
Pertemuan unsur-unsur dalam suatu frase menimbulkan hubungan makna. Misalnya peertemuan
kata rumah dengan kata pekarangan dalam frase pekarangan rumah menimbulkan hubungan
makna ’penjumlahan’. Di samping itu, mungkin juga menimbulkan hubungan makna
’pemilihan’. Hubungan makna itu secara jelas ditandai oleh kemungkinan diletakkannnya kata
dan atau atau di antara kedua unsurnya, yang menjadi pekarangan dan rumah atau pekarangan
atau rumah.
Kemungkinan hubungan-hubungan makna dalam frase nominal tersebut adalah sebagai berikut :
Penjumlahan
Makna ini ditandai oleh kemungkinan diletakkannya penghubung dan diantara kedua unsurnya.
Misalnya :
Suami (dan) istri
Pekarangan (dan) rumah
Nusa (dan) bangsa
Pemilihan
Kemungkinan diletakkannya kata atau diantara unsurnya. Misal :
Ayah atau ibu
Dua atau tiga tahun lagi
Empat atau lima kilo beras
Kesamaan
Kesamaan ini ditandai dengan kemungkinan diletakkannya kata adalah diantara unsurnya, misal
Lubuklinggau kota madani yang secara semantik unsur Lubuklinggau sama dengan kota madani.
Contoh lain :
Bapak SBY presiden RI
Bapak SBY adalah presiden RI

Kakak saya Ahmad
Kakak saya adalah ahmad
Rahmad mahasiswa STKIP
Rahmad adalah mahasiswa STKIP
Penerangan
Maksudnya adalah fungsi Atr sebagai penerang UP, contoh buku baru, kata buku berfungsi
sebagai UP dan kata baru sebagai penerang dari kata buku. Hubungan makna ini ada
kemungkinan diletakkannya kata yang diantara unsurnya sehingga kata buku baru menjadi buku
yang baru. Contoh lain :
Pohon rindang
Binatang buas
Acara terakhir
Pembatas
Dalam hal ini unsur Atr berfungsi sebagai pembatas UP, contoh rumah fauzi yang menyatakan
makna rumah (milik) fauzi. Hubungan makna ini ditandai tidak mungkinnya diletakkan kata
yang, dan, atau, dan adalah diantara unsur frase N yang terdiri dari N diikuti N. Contoh lain :
Anggota DPR
Buku sejarah
Pembangunan daerah
Penentu atau Penunjuk
Hubungan makna ini berkemungkinan diletakkannya kata penunjuk ini atau itu yang berfungsi
sebagai penunjuk UP, kata penunjuk bukan menyatakan makna ’penerang’ sekalipun dapat di
tambahkan kata yang diantara unsurnya, dan bukan pula menyatakan makna ’pembatas’ tetapi
menyatakan makna penentu atau penunjuk. Contoh :
Rumah itu
Mahasiswa yang rajin itu
Pekarangan ini
Mobil ini
2. Frase Verbal
Frase verbal atau frase golongan V adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan
kata verbal. Persamaan distribusi itu dapat diketahui dengan jelas dari jajaran :
Contoh : Rachmad sedang makan roti di ruang tamu
Rachmad – makan roti di ruang tamu
Frase sedang makan dalam klausa di atas mempunyai distribusi yang sama dengan kata makan.
Kata makan termasuk golongan V. Karena itu frasse sedang makan juga termasuk golongan V.
Contoh lain :
- Akan pergi
- Dapat menyanyi
- Sudah pulang
- Sedang makan
Kata pergi, menyanyi, pulang, dan makan termasuk golongan kata verbal, sedangkan kata akan,
dapat, sudah dan sedang termasuk golongan kata tambah (T). Kata-kata tambah tersebut seperti

akan, sudah, sering, dapat, sedang, baru dan tidak.
Zaenal Arifin dan junaiyah (2008), frase verbal adalah frase yang terdiri dari atas gabungan
verba dan adverba atau gabungan verba adverbia atau gabungan verba dan preposisi gabungan
(Zaenal Arifin dan Junaiyah 2008:22).
Contohnya :
1. Pergi kerja, bangkit berlari, tegak berdiri
2. Pulang pergi, makan minum
3. Berlari cepat, berjalan mundur, bernyanyi merdu, cepat berlari.
3. Frase Bilangan
Frase bilangan ialah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan (Ramlan
1985:162). Misalnya frase dua ekor dalam dua ekor ayam, frase ini mempunyai distribusi yang
sama dengan dua, persamaan tersebut dapat dilihat dari jajarannya :
Dua ekor ayam
Dua – ayam
Kata dua termasuk golongan kata bilangan, karena itu frase dua ekor ayam termasuk ke dalam
golongan frase bilangan. Contoh lain :
Lima botol (minyak goreng)
Tujuh drigen (bensin)
Sepuluh mangkok (bakso)
Kata lima, tujuh, sepuluh diatas termasuk golongan kata bilangan, sedangkan botol, drigen dan
mangkok termasuk golongan kata penyukat. Jadi frase bilangan tersebut terdiri dari unsur kata
bilangan diikuti kata penyukat.
Zaenal Arifin dan Junaiyah menyebut frase ini dengan frase numeral yaitu, frase yang terdiri atas
numeralia sebagai induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai hubungan subordinatif
dengan nomina penggolongan bilangan dan nomina ukuran (Zaenal Arifin dan Junaiyah
2008:24). Contohnya :
tujuh belas, tiga puluh, lima puluh
dua lusin, empat gros, lima botol
4. Frase Keterangan
Frase keterangan ialah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya frase tadi pagi yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata tadi. Peersamaan
tersebut dapat diketahui dari jajarannya :
Tadi pagi dewi pergi kuliah
Tadi – dewi pergi kuliah.
Kata-kata keterangan seperti tadi, kemarin, nanti, besok, lusa, sekarang contoh lain misalnya :
Kemarin pagi paman datang.
Nanti malam ayah mulai ronda.
Besok saya pergi ke bandung.
5. Frase Depan
Frase depan ialah frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase
sebagai aksinya. Misalnya :

di sebuah kota
di toko ayah
sejak kemarin sore
Frase di sebuah kota terdiri dari kata depan di sebagai penanda, diikuti oleh frase sebuah kota
sebagai aksinya, dan begitu juga dengan frase sejak kemarin sore yang terdiri dari sejak sebagai
kata depan dan frase kemarin sore sebagai aksinya.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Frase adalah satuan gramatikal yang secara potensial berupa gabungan kata yang terdiri dari dua
kata atau lebih yang tidak melampaui batas dan mempunyai sifat nonpredikatif.
Frase dapat dibedakan menjadi :
1. Frase Eksosntris dan Endosentris
Frase Eksosentris :
Eksosentris Direktif (frase preposisi)
Frase posposisi
Frase preposposisi
Frase Endosentris ;
Endosentris Koordinatif
Endosentris Atributif
Endosentris Apositif
2. Frase Berdasarkan Persamaan Distribusi
Frase Nominal
Frase Verbal
Frase Bilangan
Frase Keterangan
Frase Depan
B. SARAN
Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak bahkan lebih lengkap tentang pembahasan
Sintaksis, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku Sintaksis dari berbagai
pengarang, karena di dalam makalah ini penulis hanya membahas garis besarnya saja tentang
pembahassan Sintaksis dan hanya membahas lebih dalam tentang frase.
Di sini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan makalah-

makalah selanjutnya sangat diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta: Grasindo
Ramlan, M. 1985. Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa
http://www.rider-system.net/2009/09/konsep-frasa.html

Meskipun ini belum sempurna namun aku cukup puas den-gan hasil kerja sendiri
meskipun dihujani kritik dan saran
Pepatah mengatakan
Pengalaman adalah guru yang paling baik
“Memulai membuat karya sendiri dari sekarang adalah lebih baik daripada tidak pernah
membuat sama sekali”
Ini adalah awal dari karya-karya tulis selanjutnya
Rachmad Rivai
Diposkan 12th March 2011 oleh Rachmad Rivai