Makalah Makanan yang Halal dan Baik

KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW.
Berkat
limpahan
dan rahmat-Nya penyusun
mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata pelajaran Akidah Akhlak.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat
dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang
selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik
itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik,
ekonomi dan budaya.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar dapat membantu pembaca dalam memahami salah satu
materi Al-qur’an & Hadist tentang Makanan yang Baik dan Halal, yang kami sajikan
berdasarkan dari berbagai sumber informasi dan referensi. Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang

datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat membantu dalam memahami materi pembelajaran
tentang Makanan yang Halal dan Baik dan memberikan wawasan yang lebih luas serta
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para siswa dan siswi Madrasah
Aliyah Negri Kajai. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu, kepada guru pembimbing penulis meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah penulis di masa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.

Kajai, februari 2016

Penulis

1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan........................................................................................................... 3
1.1.

Latar Belakang......................................................................................................3

1.2.

Rumusan Masalah................................................................................................3

1.3.

Tujuan dan Manfaat..............................................................................................3

Bab II Pembahasan.......................................................................................................... 5
2.1.

Pengertian Makanan yang Baik dan Halal............................................................5

2.2.


Kewajiban Mengonsumsi Makanan yang Baik dan Halal......................................5

2.3.

Syarat Makanan yang Baik dan Halal...................................................................6

2.4.

Dalil Tentang Makanan yang Baik dan Halal.........................................................6

2.5.

Manfaat Memakan Makanan yang Baik dan Halal..............................................12

Bab III Penutup...............................................................................................................14
3.1.

Kesimpulan.........................................................................................................14

3.2.


Saran..................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

BAB I
2

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Makanan yang halal dan baik merupakan tuntunan agama. Halal dari segi dhahiriyah
dan sumber untuk mendapatkan makanan tersebut apakah melalui cara yang halal.
Memakan makanan yang halal dan baik merupakan bukti ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
karena memakan makanan halal dan baik merupakan salah satu ibadah.
Allah membolehkan manusia memakan makanan yang telah diberikan Allah di bumi
ini, yang halal dan yang baik saja, serta meninggalkan yang haram.

Allah menyeru manusia supaya menikmati makanan-makanan yang baik dalam
kehidupan mereka dan menjahui makanan-makanan yang tidak baik, karena dunia
diciptakan untuk seluruh manusia. Karunia Allah bagi setiap manusia adalah sama, baik
yang beriman maupun tidak beriman.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang makanan yang halal dan baik yang meliputi
pengertian makanan halal dan baik, dalil tentang makanan halal dan baik, manfaatnya, serta
hal lain yang bersangkutan dengan makanan yang halal dan baik.
1.2.

Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada
makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.3.


Apa pengertian makanan yang baik dan halal?
Apa hukum menkonsumsi makanan yang baik dan halal ?
Apa syarat makanan yang baik dan halal menurut islam ?
Apa dalil tentang makanan yang baik dan halal?
Bagaimana penjelasan dari dalil tentang makanan yang baik dan halal?
Apa manfaat dari memakan makanan yang baik dan halal?

Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1.3.1. Tujuan
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian makanan yang baik dan halal.
b. Untuk mengetahui dan memahami dalil tentang makanan yang baik dan
halal.
c. Untuk mengetahui dan dapat menentukan mana makanan yang baik dan
halal sesuai Al-Qur’an dan Hadist.
d. Untuk mengetahui manfaat memakan makanan yang baik dan halal.
1.3.2. Manfaat
a. Membantu dalam melengkapi materi pembelajaran Al-qur’an & Hadist tentang
Makanan yang Baik dan Halal.

b. Membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran Al-qur’an & Hadist
tentang Makanan yang Baik dan Halal.
c. Menambah wawasan siswa tentang Makanan yang baik dan halal.

3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

Pengertian Makanan yang Baik dan Halal

4

Kata halal berasal dari bahasa Arab ( ‫ )حلل‬yang berarti disahkan, diizinkan, dan
diperbolehkan. Jadi makanan yang halal artinya makanan yang boleh dikonsumsi atau
digunakan. Kebalikan halal adalah haram, yakni tidak boleh dikonsumsi atau digunakan.
Barang yang halal, baik berupa makanan maupun minuman boleh dikonsumsi.
Namun, tidak semua makanan dan minuman baik untuk dikonsumsi, ada juga makanan

yang halal dikonsumsi, namum tidak baik bagi tubuh atau kesehatan kita. Jadi, baik artinya
adalah baik bagi tubuh kita, atau tidak mengganggu kesehatan tubuh, baik dalam waktu
dekat maupun dalam waktu yang akan datang.
Pada prinsipnya semua makanan dan minuman yang ada di dunia ini halal untuk
dimakan dan diminum, kecuali ada larangan dari Allah SWT. yaitu yang terdapat dalam AlQur'an dan yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW. Tiap benda di permukaan
bumi menurut hukum asalnya adalah halal kecuali jika ada larangan secara syar'i.
Makanan yang halal adalah segala sesuatu yang diperbolehkan oleh syari’at untuk
dikonsumsi kecuali ada larangan dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Agama Islam
menganjurkan kepada umatnya untuk memakan makanan yang halal dan baik. Makanan
halal maksudnya makanan yang diperoleh dari usaha yang diridhai Allah. Sedangkan
makanan yang baik adalah yang bermanfaat bagi tubuh, atau makanan bergizi.

2.2.

Kewajiban Menkonsumsi Makanan yang Baik dan Halal

Bagi seorang muslim, makanan bukan sekedar pengisi perut dan penyehat badan
saja, sehingga diusahakan harus sehat dan bergizi, tetapi di samping itu juga harus halal.
Baik halal pada zat makanan itu sendiri, yaitu tidak termasuk makanan yang diharamkan
oleh Allah, dan halal pada cara mendapatkannya.

Di dalam Al-Quran Allah SWT. memerintahkan seluruh hamba-Nya yang beriman
dan yang kafir agar mereka memakan makanan yang baik lagi halal, sebagaimana firmanNya:

     
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.” (QS.
Al-Baqarah: 168)

2.3.

Syarat Makanan yang Baik dan Halal
2.3.1.

Suci, bukan najis atau yang terkena najis. Allah berfirman :





     
 

5

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging
babi, dan binatang yang disembelih dengan nama selain Allah.” [QS. Al
Baqarah:173].
2.3.2.

Aman, tidak bermudharat baik yang langsung maupun yang tidak langsung.
Allah berfirman :

    
“Dan janganlah kamu menjerumuskan diri kamu kedalam kebinasaan.” [QS. Al
Baqarah:195].

2.4.

2.3.3.

Tidak memabukkan. Rasulullah SAW bersabda :
“setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap khamar adalah haram.”

[HR.Muslim,2003].

2.3.4.

Disembelih dengan penyembelihan yang sesuai dengan syari’at jika makanan
itu berupa daging hewan.

Dalil Tentang Makanan yang Baik dan Halal
2.4.1.

QS. Al-Baqarah: 168-169

      
     
      
     
   
168. Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
169. Sesungguhnya syaitan itu Hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji,
dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.
Ayat 168 diawali dengan kata seruan: “Wahai manusia”. Maka ayat ini bersifat
umum, yaitu ditujukan pada segenap manusia. Ibnu Abbas mengatakan, bahwa ayat ini
turun berkenaan dengan kebiasaan suatu kaum yang terdiri dari Bani Tsaqi, Bani Amir Bin
Sha’sha’ah, Khuza’ah, dan Bni Mudhid. Mereka mengharamkan makanan menurut kemauan
mereka sendiri. Mereka memakan beberapa jenis binatang seperti bihirah, yaitu unta betina
yang sudah beranak lima kali dan anak kelima itu jantan, lalu dibelah atau dipotong
telinganya. Juga washilah, yaitu domba yang beranak dua ekor, satu jantan dan satu betina,
lalu anak yang jantan tidak boleh dimakan, melainkan harus diserahkan kepada berhala.
Padalah Allah SWT tidak mengharamkan dua jenis binantang diatas.
Dalam ayat 169 lebih ditegaskan bahwa syaitan selalu menyuruh manusia supaya
melakukan kejahatan dan mengerjakan yang keji dan munkar. Syaitan tidak rela dan tidak
senang bila seseorang beriman kepada Allah dan selalu menaati seluruh perintah dan
6

peraturannya serta tidak segan-segan menyuruh manusia untuk membuat peraturan dan
hukum-hukum yang bertentangan dengan hukum Allah, sehingga akan kacau balaulah
peraturan agama dan tidak dapat diketahui lagi mana yang peraturan agama dan mana
yang bukan.
Syaitan berupaya untuk menerobos segala pertahanan manusia sampai akhirnya
terperdaya oleh strategi mereka. Jika ia gagal menggoda dan memperdaya manusia dari
satu pintu maka ia akan datang dari pintu yang lain. Begitu seterusnya tanpa mengenal kata
menyerah dalam perjuangannya untuk memperdaya manusia. Syaitan itu mnyusup kedalam
tubuh manusia seperti mengalirnya darah dalam tubuh.
Mengenai pengertian kaliamat “Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan”,
Qatadah dan as-Suddi menafsirkan dengan “Setiap perbuatan maksiat kepada Allah
termasuk langkah setan”. Abu Maljaz mengatakan “Nazar dalam kemaksiatan”.
Pintu masuk syaitan itu sangat banyak. Berikut adalah pintu-pintu yang syaitan
manfaatkan untuk untuk menggelincirkan manusia dalam nafsu dan syahwat.





Marah
Tergesa-gesa
Dengki
Kikir





Takabur
Sombong
Buruk sangka, dll.

Pintu syaitan yang paling luas untuk merayu dan menyesatkan manusia adalah
Nafsu dan Syahwat, yaitu syahwat jasad yang terdiri dari syahwat perut (Makanan), syahwat
untuk memiliki kekayaan yang berlebihan dan syahwat kemaluan. Tentang syahwat perut ini
Rasulullsh SAW pernah bersabda : “Tidak ada wadah yang dipenuhkan oleh anak adam
yang lebih buruk daripada memenuhkan perutnya sendiri dengan makanan”.
Ayat 169 sangat erat kaitannya dengan ayat sebelumnya, yaitu antara makanan
dengan godaan syaitan. Syaitan masuk dalam segala pintu menurut tingkatan orang yang
dimasukinya dan kebanyakan adalah karena mencari makanan pengisi perut. Demi
memperoleh makanan manusia mau melakukan apa saja termasuk cara-cara yang dilarang
oleh agama seperti mencuri, merampok, menipu, memeras, memanipulasi, korupsi, kolusi
bahkan rela membunuh sesama demi keuntungan materi. Semuanya merupakan perangkap
yang dipasang syaitan untuk menjerumuskan manusia.
Pada akhirnya, manusia akan mabuk oleh kebiasaan-kebiasaan syaitan. Dia akan
mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan agama: dia akan mengatakaan tuhan tidak
adil, apa itu agama, apa itu puasa, apa itu jilbab, dll. Manusia akan menjadi corong syaitan
dalam mengikuti jejak atau petunjuknya sehingga perbuatannya tidak terkontrol lagi dan
hatinya mejadi keras membatu. Maka sesatlah manusia.

2.4.2.

QS. Al-Baqarah: 172-173

     
      
7

     
     
        
        
172. Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik
yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar
kepada-Nya kamu menyembah.
173. Sesungguhnya Allah Hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging
babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah[108].
tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Didalama ayat 172 Allah mengulangi kembali agar memakan makanan yang baik,
sebagaimana yang ditegaskan dalam ayat 168. Tetapi, dalam ayat ini Allah secara khusus
menyerukan kepada orang-orang yang beriman, agar memakan makanan yang baik.
Selanjutnya didalam ayat ini Allah menyuruh orang yang beriman agar mensyukuri
nikamatnya, jika benar-benar beribadah atau menghambakan diri kepadanya. Bersyukur
artinya menggunakan nikmat Allah untuk mengabdi kepadanya, atau menggunakan nikmat
Allah sesuai dengan yang dikehendakinya. Antara syukur dan beribadah erat kaitannya,
sebab manifestasi syukur pada hakikatnya adalah beribadah kepaada Allah.
Dalam ayat 173 Allah menjelaskan jenis-jenis makanan yang diharamkan, yaitu:





bangkai
Darah
daging babi, dan
binatang yang disembelih dengan menyebut selain nama Allah

Larangan memakan empat jenis itu juga disebutkan dalam surat lainnya.

        
       
8

      
       
       

145.
Katakanlah: "Tiadalah Aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya,
kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi Karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas
nama selain Allah. barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha penyayang". (QS.Al-an’am: 145)

    












      





      






    
     
      
      
3. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396],
(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini[397]
orang-orang kafir Telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari Ini
Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa
terpaksa[398] Karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Al-Ma’idah: 3)
Bangkai adalah binatang bernyawa yang mati karena tidak disembelih, baik itu
karena tercekik, penyakit, terjatuh, terjepit, tertabrak atau sebab-sebab lainnya. Semuanya
haram kecuali bangkai ikan dan belalang. Akal nuranipun dapat menerima bahwa bangkai
9

itu menjijikan dan kotor, dan dari segi kesehatan bangkai adalah makanan yang tidak baik.
Apalagi penyebabnya itu adalah penyakit, maka bisa saja penyakit itu menular kepada
pemakannya. Disamping itu makanan yang mati dengan tidak disembelih dengan baik dan
tidak mengalami proses pnyembelihan rasanya tidak enak.
Demikian pula darah yang mengalir, diharamkan untuk dimakan. Ibnu Abbas pernah
ditanyakan tentang limpa (thinal) maka jawaban beliau adalah “Makanlah”. Orang-orang
kemudian berkata “Bukankah itu darah ?”, Ibnu Abbas menjawab “Darah yang diharamkan
bagi kamu adalah darah yang mengalir”.
Makanan ketiga yang diharamkan dalam Al-qur’an adalah daging babi. Allah tidak
menyebut alasan mengapa daging babi diharamkan. Tetapi sebagai seorang yang beriman
kita wajib menerimanya dengan penuh keyakinan. Jika kita mencari-cari hikmahnya bukan
untuk mengubah hukum, tetapi untuk memperkuat hukum itu. Hikmah diharamkannya
daging babi adalah kita akan terhindar dari kotoran dan penyakit yang ada dalam daging
babi.
Makanan yang diharamkan yang keempat adalah binatang yang disembelih bukan
karena Allah yaitu binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, misalnya
nama berhala. Kaum penyembah berhala (watsaniyyin) apabila hendak menyembelih
binatang mereka akan menyebut nama berhala seperti laata, uzza, dll ini berarti suatu
bentuk taqarrub kepada selain Allah dan menyembahnya. Jadi sebab (illat) diharamkannya
diharamkannya binatang yang disembelih bukan karena Allah disini adalah semata-mata illat
agama, dengan tujuan untuk melindungi kemurnian aqidah atau tauhid dan memberantas
kemusyrikan.
Dengan demikian menyebuat asma Allah ketika itu berarti suatu
pemberitahuan bahwa ialah yang memperkenankan untuk menyembelih berarti meniadakan
perkenaan ini dan ia berhak melarang memakanan binatang yang disembelih itu.
Semua makanan yang diharamkan diatas adalah berlaku ketika dalam keadaan
normal. Sedangkan dalam keadaan darurat maka hukumnya halal. Darurat dalam masalah
ini misalnya apabila tidak memakannya bisa mengakibatkan kematian, karena tidak ada lagi
makanan selain itu. Atau karena diintimidasi apabila tidak memakannya, maka akan
dibunuh.
Lamanya waktu boleh memakannya dalam keadaan darurat menurut sebagian
ulama berpendapat sehari semalam. Imam malik memberi batasan yaitu sekedar kenyang
dan boleh menyimpannya hingga mendapatkan makanan yang lain. Ahli fiqh yang lain
berpendapat tidak boleh makan melainka sekedar dapat mempertahankan sisa hidupnya.
Yang disebut ghaira baghin yaitu tidak mencari-cari alasan karena untuk memenuhi
keinginan (selera). Sedangkan yang dimaksud dengan wala’din yaitu tidak melewati batas
ketentuan darurat.

2.4.3. HADIST 1

10

“Dari Al Miqdam bin Ma’dikarib dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Wajib atas kamu
berpegang teguh dengan Al-qur’an, apa saja yang kamu jumpai dalam Al-qur’an halal, maka
halalkan dan apa saja yang kamu jumpai dalam Al-qur’an haram, maka haramkanlah, ketahuilah,
tidak halal hewan buas yang memiliki taring, keledai jinak, barang temuan dari harta oang kafir
mu’ahad (yang menjalin perjanjian dengan negara islam) kecuali ia tidak membutuhkannya. Dan
siapapun laki-laki yang bertamu kepada suatu kaum dan mereka tidak menjamunya, maka
baginya untuk menuntut ganti yang seperti jamuan untuknya” (HR.Abu Dawud).
Hadist tersbut menjelaskan mengenai salah satu ciri atau karakteristik hewan yang
tidak halal untuk dikonsumsi yakni hewan buas yang bertaring. Selain itu rasul juga
menyeebutkan secara spesifik yang diharamkan Allah yakni keledai jinak dan barang
temuan dari orang kafir mu’ahad.
Imam Ibnu Abdil Barr dalam At-tamhid dan Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah dalam I’lamul
Muwaqqi’in kemudian merinci ketentuan tersebut. Menurut kedua ulama, binatang haram
yang dimaksud Rasulullah masuk kedalam istilah dziinaab. Ini adalah binatang yang
memiliki taring atau kuku tajam untuk melawan manusia. Termasuk didalamnya serigala,
singa, macan tutul, harimau, beruang, kera dan sejenisnya. “Semua itu haram dimakan”,
papar kedua ulama. Imam Ibnu Abdil barr menambahkan beberapa jenis hewan yang masuk
kedalam kriteria ini, yakni gajah dan anjing. Ulama ini bahkan tidak sekedar melarang untuk
mengonsumsi, melainkan juga untuk tidak memperjual belikan daging hewan itu sebab tidak
ada manfaatnya.
Siba’, adalah istilah lain untuk binatang yang menagkap binatang lain untuk dimakan
dengan bengis. Cendikiawan muslim Syekh DR Yusuf Al-Qardhawi lantas
menggolongkannya kedalam khabaits, yakni semua yang dianggap kotor, menjijikan dan
berbahaya oleh perasaan manusia secara umum, kendati beberapa prinsip mungkin
berpendapat lain.
Dengan begitu, apapun yang berkaitan dengan binatang ini hukumnya haram, tidak
terkecuali hewan yang di terkam binatang buas dan telah dimakan sebagian dagingnya.
Menurut Syekh Al-Qardhawi, tidak boleh dikonsumsi meski darahnya mengalir dan bagian
lehernya yang terkena.
Namun tidak bisa dipungkiri, saat ini disebagian masyarakat masih menyimpan
kepercayaan bahwa daging hewan buas mengandung khasiat bagi kesehatan. Dengan
demikian, beberapa jenis hewan buas dan bertaring justru menjadi konsumsi favorit.
Anggapan itu tentu masih bisa diperdebatkan kebenarannya. Sebaliknya berdasarkan
penelitian medis, hewan-hewan ini memiliki penyakit yang bersifat zoonosis (yang dapat
menular kepada manusia), yakni rabies. Menilik alasan tersebut, islampun melarang umat
untuk mengonsumsi hewan buas dan bertaring tadi.

2.4.4.

HADIST 2
11

“Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya
Allah maha baik dan hanya menerima yang baik, sesugguhnya Allah memerintahkan kaum
mukminin seperti yang diperintahkan kepada Rasul, dia berfirman: “Wahai para rasul, makanlah
dari yang baik-baik dan berbuatlah kebaikan, sesungguhnya aku mengetahui apa yang kalian
lakukan”. Dia juga berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari rizki
yang telah kuberikan kepadamu”. Lalu beliau menyebutkan tentang orang yang memperlama
perjalanannya, rambutnya acak-acakan dan berdebu, ia membentangkan tangannya ke langit
sambil berdoa’a: “Ya Rabb, ya Rabbi”, sementara makanannya haram, minumamnnya haram,
pakaiannya haram dan diliputi dengan yang haram, lalu bagaimana akan dikabulkan do’anya”.
(HR.Tirmidzi)

2.5.

Manfaat Memakan Makanan yang Baik dan Halal
2.5.1.

seseorang yang mengonsumsi makanan halal akan mudah bangkit guna
melakukan ketaatan dan ibadah.
Habib Abdullah bin Husain bin Thahir pernah mengatakan, “Memakan
makanan yang halal adalah sumber kebaikan yang besar. Dampak suatu
ibadah tidak dapat muncul kecuali jika asupan makanannya adalah baik dan
tidak bercampur dengan syubhat.”

2.5.2.

doa orang yang mengonsumsi makanan yang halal mudah dikabulkan oleh
Allah.
Dalam suatu kesempatan, Sa`ad bin Abi Waqqash meminta kepada Rasulullah
SAW agar berdoa kepada Allah, minta dijadikan sebagai orang yang doanya
mudah dikabulkan oleh-Nya. Lalu, Rasul SAW berkata kepada Sa`ad, “Perbaiki
makanan yang engkau makan niscaya engkau menjadi orang yang doanya
mudah dikabulkan.” (HR. Thabrani)

2.5.3.

keturunan orang yang menjaga mutu makanan yang dikonsumsi dapat
melahirkan keturunan yang shalih-shalihah.
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam bukunya Al Ghun-yah, mengatakan, “Bila
telah tampak tanda kehamilan pada diri seorang perempuan hendaklah
suaminya betul-betul menjaga kebersihan makanannnya dari hal yang haram
atau syubhat agar anak itu tidak ada jalan bagi setan untuk masuk dalam
penciptaannya.”

2.5.4.

hati menjadi terang dan penuh hikmah.
Diriwayatkan, “Barangsiapa makan makanan yang halal selama empat puluh
hari, Allah sinari hatinya dan mengalirkan sumber-sumber hikmah dari hati dan
lidahnya.”

2.5.5.

makanan yang halal dapat menjadi obat penyembuh bagi penyakit yang
diderita.
Salah seorang Tabi`in bernama Yunus bin Ubaid mempunyai pengalaman
menjadi makanan yang halal sebagai obat. Ketika ia memperoleh satu dirham
dari jalan yang halal, ia menggunakan uang tersebut untuk membeli gandum.
Gandum tersebut digiling. Setelah selesai masak, ia berkeliling di sekitar
tempat tinggalnya, menawarkan bantuan pengobatan bagi orang-orang sakit
12

yang sudah tidak dapat diobati oleh dokter. Caranya, ia suapkan gandum
tersebut kepada ‘pasiennya.’ Kata Yunus, “Orang tersebut dapat sembuh pada
waktunya.”

BAB III
PENUTUP

13

3.1.

Kesimpulan
3.1.1. Makanan yang baik ddan halal adalah segala sesuatu yang diperbolehkan
oleh syari’at untuk dikonsumsi kecuali ada larangan dari Allah SWT dan
Nabi Muhammad SAW, serta baik bagi tubuh kita, atau tidak mengganggu
kesehatan tubuh, baik dalam waktu dekat maupun dalam waktu yang akan
datang.
3.1.2. Allah SWT. memerintahkan seluruh hamba-Nya yang beriman dan yang kafir
agar mereka memakan makanan yang baik dan halal.
3.1.3. Syarat makanan yang halal adalah baik, aman, tidak memabukan, dan
disembelih sesuai syari’at islam jika makanan tersebut berupa daging hewan.
3.1.4. Dalam QS.Al-Baqarah: 168-169 Allah memerintahkan kepada manusia agar
memakan makanan yang halal dan baik. Serta memperingatkan manusia
agar tidak mengikuti langkah-langkah syaitan, karena syaitan adalah musuh
manusia yang nyata.
3.1.5. Rasulullah juga memerintahkan kepada manusia untuk mengonsumsi
makanan yang halal dan baik melalui sunnahnya (hadist).
3.1.6. Dengan memakan makanan yang halal dan baik, kita akan memperoleh
Ridha Allah dan mendatangkan banyak manfaat bagi kehidupan manusia.

3.2.

Saran

Sebagai seorang muslim dan muslimah sudah menjadi kewajiban kita untuk
menjalankan syari’at islam. Termasuk menjalankan perintah Allah untuk mengonsumsi
makanan yang halal dan baik.
Oleh karena itu, kita hendaknya selektif dalam memilih makanan dan minuman yang
akan dikonsumsi, dengan tidak sekedar memperturut nafsu dan syahwat saja, namun juga
memperhatikan kehalalan dan kebaikannya. Karena makanan yang kita konsumsi akan
berpengaruh dalam kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Roli A.Rahman, M.Ag, dkk. 2016. Modul Qur’an dan Hadist. Sragen: Akik Pusaka.
http://berobatalami.blogspot.co.id/2012/06/manfaat-makanan-halal.html
14

http://www.bilvapedia.com/2013/07/makanan-dan-minuman-halal-dan-haram_24.html
http://abuabdurrohmanmanado.org/tag/kriteria-makanan-halal-dan-haram-dalam-agamaislam/
http://belajarislam.com/2011/03/makanan-halal-dan-haram

15