Pengertian Zina dan Hukum Hukum Berzina

Pengertian Zina dan Hukum - Hukum Berzina
Pengertian :
Zina (Bahasa Arab : ‫الزنا‬, bahasa Ibrani: ‫ ניאוף‬- zanah) adalah perbuatan bersanggama antara
laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan (perkawinan). Secara
umum, zina bukan hanya di saat manusia telah melakukan hubungan seksual, tapi segala
aktivitas-aktivitas seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk zina. (wikipedia)

Zina menurut pandangan Agama:
Di dalam Islam, pelaku perzinaan dibedakan menjadi dua, yaitu pezina muhshan dan ghayru
muhshan. Pezina muhshan adalah pezina yang sudah memiliki pasangan sah (menikah),
sedangkan pezina ghayru muhshan adalah pelaku yang belum pernah menikah dan tidak
memiliki pasangan sah.
Berdasarkan hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar. Dalam agama Islam,
aktivitas-aktivitas seksual oleh lelaki/perempuan yang telah menikah dengan lelaki/perempuan
yang bukan suami/istri sahnya, termasuk perzinaan. Dalam Al-Quran, dikatakan bahwa semua
orang Muslim percaya bahwa berzina adalah dosa besar dan dilarang oleh Allah.
Tentang perzinaan di dalam Al-Quran disebutkan di dalam ayat-ayat berikut; Al Israa' 17:32, Al
A'raaf 7:33, An Nuur 24:26. Dalam hukum Islam, zina akan dikenakan hukum rajam.
Hukumnya menurut agama Islam untuk para penzina adalah sebagai berikut:



Jika pelakunya muhshan, mukallaf (sudah baligh dan berakal), sukarela (tidak dipaksa,
tidak diperkosa), maka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam, berdasarkan perbuatan Ali bin
Abi Thalib atau cukup dirajam, tanpa didera dan ini lebih baik, sebagaimana dilakukan
oleh Muhammad, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Umar bin Khatthab.



Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali. Kemudian
diasingkan selama setahun.

1

Bahaya Zina :
Dibawah ini adalah beberapa akibat buruk dan bahaya zina:
Dalam zina terkumpul bermacam-macam dosa dan keburukan, yakni berkurangnya agama si
pezina, hilangnya sikap menjaga diri dari dosa, buruk keperibadian, dan hilangnya rasa
cemburu.


Zina membunuh rasa malu, padahal dalam Islam malu merupakan suatu hal yang

sangat diperdulikan dan perhiasan yang sangat indah dimiliki perempuan.



Menjadikan wajah pelakunya muram dan gelap.



Membuat hati menjadi gelap dan mematikan sinarnya.



Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian sehingga tidak
pernah merasa cukup dengan apa yang diterimanya.



Akan menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di hadapan
Allah maupun sesama manusia.




Tumbuhnya sifat liar di hati pezina, sehingga pandangan matanya liar dan tidak terarah.



Pezina akan dipandang oleh manusia dengan pandangan muak dan tidak dipercaya.



Zina mengeluarkan bau busuk yang mampu dideteksi oleh orang-orang yang memiliki
hati yang bersih melalui mulut atau badannya.



Kesempitan hati dan dada selalu dirasakan para pezina. Apa yang dia dapatkan dalam
kehidupan adalah kebalikan dari apa yang diinginkannya. Dikarenakan orang yang mencari
kenikmatan hidup dengan cara yang melanggar perintah Allah, maka Allah akan
memberikan yang sebaliknya dari apa yang dia inginkan, dan Allah tidak menjadikan
larangannya sebagai jalan untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan.




Pezina telah mengharamkan dirinya untuk mendapat bidadari di dunia maupun
di akhirat.



Perzinaan menjadikan terputusnya hubungan persaudaraan, durhaka kepada orang tua,
pekerjaan haram, berbuat zalim, serta menyia-nyiakan keluarga dan keturunan. Bahkan
dapat terciptanya pertumpahan darah dan sihir serta dosa-dosa besar yang lain. Zina

2

biasanya berkait dengan dosa dan maksiat yang lain, sehingga pelakunya akan melakukan
dosa-dosa yang lainnya.


Zina menghilangkan harga diri pelakunya dan merusak masa depannya, sehingga
membebani kehinaan yang berkepanjangan kepada pezina dan kepada seluruh

keluarganya.



Kehinaan yang melekat kepada pelaku zina lebih membekas dan mendalam daripada
kekafiran. Kafir yang memeluk Islam, maka selesai persoalannya, namun dosa zina akan
benar-benar membekas dalam jiwa. Walaupun pelaku zina telah bertaubat dan
membersihkan diri, pezina masih merasa berbeda dengan orang yang tidak pernah
melakukannya.



Jika wanita hamil dari hasil perzinaan, maka untuk menutupi aibnya ia mengugurkan
kandungannya. Selain telah berzina, pezina juga telah membunuh jiwa yang tidak berdosa.
Jika pezina adalah seorang perempuan yang telah bersuami dan
melakukan perselingkuhan sehingga hamil dan membiarkan anak itu lahir, maka pezina
telah memasukkan orang asing dalam keluarganya dan keluarga suaminya sehingga anak
itu mendapat hak warisan mereka tanpa disadari siapa dia sebenarnya.




Perzinaan akan melahirkan generasi yang tidak memiliki silsilah kekeluargaan menurut
hubungan darah (nasab). Di mata masyarakat mereka tidak memiliki status sosial yang
jelas.



Pezina laki-laki bermakna bahwa telah menodai kesucian dan kehormatan wanita.



Zina dapat menimbulkan permusuhan dan menyalakan api dendam pada keluarga
wanita dengan lelaki yang telah berzina dengan wanita dari keluarga tersebut.



Perzinaan sangat mempengaruhi jiwa keluarga pezina, mereka akan merasa jatuh
martabat di mata masyarakat, sehingga mereka tidak berani untuk mengangkat wajah di
hadapan orang lain.




Perzinaan menyebabkan menularnya penyakit-penyakit berbahaya
seperti AIDS, sifilis, kencing nanah, dan penyakit-penyakit lainnya yang yang ditularkan
melalui hubungan seksual.

3



Perzinaan adalah penyebab bencana kepada manusia, mereka semua akan
dimusnahkan oleh Allah akibat dosa zina yang menjadi tradisi dan dilakukan secara terangterangan.

Hukum Zina :
Zina adalah haram hukumnya, dan ia termasuk dosa besar yang paling besar.
Allah swt berfirman:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Israa’: 32)
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a, ia berkata: Saya pernah bertanya kepada Rasulullah saw, “(Ya
Rasulullah), dosa apa yang paling besar?” Jawab Beliau, “Yaitu engkau mengangkat tuhan

tandingan bagi Allah, padahal Dialah yang telah menciptakanmu.” Lalu saya bertanya (lagi),
“Kemudian apa lagi?” Jawab Beliau, “Engkau membunuh anakmu karena khawatir ia makan
denganmu.” Kemudian saya bertanya (lagi). “Lalu apa lagi?” Jawab Beliau, “Engkau berzina
dengan isteri tetanggamu.” (Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari XII: 114 No. 6811, Muslim I: 90 No.
86, ‘Aunul Ma’bud VI: 422 No. 2293 No. Tirmidzi V: 17 No. 3232).
Allah swt berfirman:
“Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak
berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)
dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal
dalam azab itu, dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan
mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Furqaan: 68-70).
Dalam hadist Sumarah bin Jundab yang panjang tentang mimpi Nabi saw, Beliau saw
bersabda:
“Kemudian kami berjalan dan sampai kepada suatu bangunan serupa tungku api dan di situ
kedengaran suara hiruk-pikuk. Lalu kami tengok ke dalam, ternyata di situ ada beberapa laki4

laki dan perempuan yang telanjang bulat. Dari bawah mereka datang kobaran api dan apabila
kena nyala api itu, mereka memekik. Aku bertanya, “Siapakah orang itu” Jawabnya, “Adapun

sejumlah laki-laki dan perempuan yang telanjang bulat yang berada di dalam bangunan serupa
tungku api itu adalah para pezina laki-laki dan perempuan.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir
no: 3462 dan Fathul Bari XII: 438 no: 7047).
Dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah seorang hamba berzina tatkala
ia sebagai seorang mu’min; dan tidaklah ia mencuri, manakala tatkala ia mencuri sebagai
seorang beriman; dan tidaklah ia meneguk arak ketikaia meneguknya sebagai seorang
beriman; dan tidaklah ia membunuh (orang tak berdosa), manakala ia membunuh sebagai
seorang beriman.”
Dalam lanjutan riwayat di atas disebutkan:
Ikrimah berkata, “Saya bertanya kepada Ibnu Abbas, ‘Bagaimana cara tercabutnya iman
darinya?’ Jawab Ibnu Abbas: ‘Begini –ia mencengkeram tangan kanan pada tangan kirinya dan
sebaliknya, kemudian ia melepas lagi–, lalu manakala dia bertaubat, maka iman kembali (lagi)
kepadanya begini –ia mencengkeramkan tangan kanan pada tangan kirinya (lagi) dan
sebaliknya-.’” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 7708, Fathul Bari XII: 114 no: 6809 dan
Nasa’i VIII: 63).

Liwat Menurut Perspektif Syarak.
Liwat merupakan istilah dalam bahasa kaum Nabi Luth (anak saudara Nabi Ibrahim) yang
disandarkan kepada amalan buruk mereka. Istilah ini kemudiannya digunakan secara meluas
dalam bahasa Arab dan bangsa-bangsa lain khususnya dikalangan mereka yang beragama

Islam. Kisah kejahilan kaum ini dinyatakan dengan jelas oleh Allah Taala dalam surah al-‘Araf,
ayat 80-84 dan surah Hud ayat 77-82. Makna liwat ialah; lelaki yang menyetubuhi lelaki secara
rela suka sama suka (homosexual). Adapun tindakan seseorang lelaki menyetubuhi lelaki
secara paksaan tidak juga dianggap sebagai liwat tetapi dianggap sebagai rogol (paksaan sex).
Manakala Dr. Musthafa Dib al-Bigha dalam kitab al-Tazhib fi adillah matan al-Ghayah wa alTaqrib, halaman 208 mendefinisikan liwat sebagai hubungan sex antara sesama lelaki dan juga
hubungan sex antara lelaki dengan perempuan yang bukan isterinya melalui dubur secara
5

rela. (Sila rujuk Enakmen Undang-Undang Kanun Jenayah Syariah (ii) 1993 bagi negeri
Kelantan, bahagian 1 perkara 16,17 dan 18).
Menurut al-Syeikh Muhammad Ali al-Sabuni dalam kitab Tafsir Ayat al-Ahkam (Jilid 2): Liwat
adalah seburuk-buruk amalan dosa yang hanya dilakukan oleh species manusia lelaki dan tidak
dilakukan oleh mana-mana species haiwan jantan. Lantaran itu, amalan gejala-gejala
keruntuhan akhlak dan tekanan penyakit jiwa ini amat merbahaya sekali jika tidak dibendung.
Dalam menentukan bentuk hukuman yang sewajar dikenakan terhadap mereka yang
berkenaan, para ulama’ berselisih pendapat mengenainya. Perselisihan pendapat ini
ringkasnya boleh dibahagikan kepada tiga mazhab;
Mazhab Pertama: Para sahabat Rasulullah seperti al-Nasir, al-Qasim bin Ibrahim dan alSyafie mengatakan; hukuman liwat ialah bunuh ke atas si peliwat dan juga individu yang
diliwat. Pendapat ini adalah bersandarkan kepada dalil nas hadis Rasulullah daripada ‘Ikrimah
daripada Ibn ‘Abbas, Rasulullah bersabda “Sesiapa yang kamu dapati melakukan liwat (amalan

kaum nabi Luth), maka bunuhlah si peliwat dan individu yang diliwat”.
Berasaskan hadis ini, al-Imam al-Syafie menegaskan hukuman liwat ialah direjam dengan batu
sampai mati ke atas mereka yang terbabit samada lelaki-lelaki tersebut sudah berkahwin
ataupun masih belum berkahwin. Hukuman mati ini juga diakui oleh al-Imam Malik dan al-Imam
Ahmad bin Hanbal. Dalam pada itu, al-Imam Malik juga berpendapat si pesalah boleh
dijatuhkan hukuman mati dengan cara dicampak ke bawah dari tempat yang tinggi. Meskipun
begitu, terdahulu daripada ini, ijtihad Abu Bakr al-Siddiq dan Ali bin Abi Talib dalam masalah
hukuman liwat ialah dengan memenggalkan leher mereka yang berkenaan sepertimana yang
dilakukan ke atas golongan murtad ataupun dihempap dengan dinding batu sehingga mati.
Mazhab Kedua: Menurut golongan al-Syafieyyah, hukuman kesalahan liwat adalah
sepertimana kesalahan zina, iaitu hukuman rotan bagi mereka yang belum berkahwin dan
hukum rejam sampai mati bagi mereka yang sudah berkahwin berasaskan nas hadis daripada
Abu Musa al-‘Asy’ari, bahawa Rasulullah bersabda “Apabila seorang lelaki menyetubuhi lelaki
lain maka kedua-dua mereka adalah penzina”. Nas hadis ini secara tidak langsung mengatakan
liwat itu adalah aktiviti sex yang berlaku antara sesama lelaki yang disamakan dengan
kesalahan aktiviti zina (aktiviti sex antara lelaki dan perempuan). Nas ini juga membuktikan

6

bahawa aktiviti sex di mana seorang lelaki yang menyetubuhi seorang perempuan melalui
duburnya juga adalah zina dan bukan liwat.
Adapun dalam masalah suami yang mendatangi isterinya melalui dubur, terdapat khilaf ulama’
dalam aktiviti tersebut sepertimana yang dijelaskan dalam kitab Tuhfah al-‘Arus karangan alSyeikh Muhammad bin Ahmad al-Tijani, halaman 351-356. Sebahagian besar ulama seperti Ibn
Sya’ban mengharuskan aktiviti tersebut antara suami dan isteri berasaskan mafhum firman
Allah “ Isteri-isteri kamu adalah umpama ladang bagi kamu. Maka datangilah mereka dengan
apa jua cara yang kamu ingini”. Jumhur ulama’ juga mengatakan tiada sebarang hukuman
hudud ataupun ta’zir yang wajib dikenakan ke atas pasangan suami isteri terbabit.
Mazhab Ketiga: Menurut al-Imam Abu Hanifah (pengasas mazhab Hanafi), Al-Murtadha dan
al-Muayyid billah, hanya hukuman ta’zir seperti hukuman penjara ataupun buang daerah dan
sebagainya mengikut budi bicara hakim sahaja yang wajib dikenakan ke atas mereka yang
terbabit kerana aktiviti tersebut bukannya zina dan tidak wajib dikenakan hukuman hudud ke
atas si pelaku. Mereka berpendapat; dari sudut istilah bahasa, zina itu bukan liwat. Zina adalah
persetubuhan haram antara lelaki dan perempuan. Sedangkan liwat pula adalah persetubuhan
haram antara sesama lelaki. Disamping itu juga Islam mengharamkan hubungan al-Sihaq
(lesbian) dan juga ityan al-bahaim (persetubuhan dengan haiwan). Para fuqaha’ bersepakat
bahawa hukuman ke atas lesbian adalah ta’zir. Adapun dalam masalah ityan al-bahaim, jumhur
ulama menegaskan hukuman ta’zir wajib dikenakan ke atas si pelaku kecuali al-Imam Ahmad
bin Hanbal yang mengatakan hukumannya adalah sama seperti hukuman liwat. Bagi al-Imam
Ahmad, si pelaku dan haiwan terbabit wajib dibunuh.

Onani
Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Namun ada yang berpendapat onani hanya
diperuntukkan bagi laki-laki, sedangkan istilah masturbasi diperuntukkan bagi perempuan.
Istilah onani diambil dari seseorang bernama Onan yang sejak kecil sering merasa kesepian.
Untuk mengatasi rasa kesepiannya ia mencari hiburan dengan cara membayangkan hal-hal
erotis sambil mengeksplorasi bagian-bagian tubuhnya yang sensitif sehingga mendapatkan
kenikmatan. Kemudian nama Onan ini berkembang menjadi onani.

7

Onani/Masturbasi adalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka
sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme) baik
tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat. Biasanya masturbasi dilakukan pada
bagian tubuh yang sensitif, namun tidak sama pada masing-masing orang, misalnya : putting
payudara, paha bagian dalam, alat kelamin (pada perempuan terletak pada klistoris dan sekitar
vagina : sedangkan pada laki-laki terletak pada sekitar kepala dan leher penis). Misalnya lakilaki melakukan onani dengan meraba penisnya, remaja perempuan menyentuh klistorisnya
hingga dapat menimbulkan perasaan yang sangat menyenangkan atau bisa timbul ejakulasi
pada remaja laki-laki.
Secara medis onani/mastrubasi tidak akan mengganggu kesehatan. Orang yang melakukannya
tidak akan mengalami kerusakan pada otak atau bagian tubuh lainnya.
Onani/mastrubasi juga tidak menimbulkan resiko fisik seperti mandul, impotensi, dan cacat asal
dilakukan secara aman, steril, tidak menimbulkan luka dan infeksi. Resiko fisik umumnya
berupa kelelahan. Pengaruh mastrubasi biasanya bersifat psikologis seperti rasa bersalah,
berdosa, dan rendah diri karena melakukan hal-hal yang tidak disetujui oleh agama dan nilainilai budaya sehingga jika sering dilakukan akan menyebabkan terganggunya konsentarsi pada
remaja tertentu.

Cara menghindari onani/masturbasi
Setiap orang bisa mengendalikan dirinya untuk menghindari dan mencegah aktivitas
masturbasi/onani. Gunakan waktu luang dengan aktivitas yang bermanfaat untuk diri sendiri
dan orang lain. Sesegera hilangkan atau alihkan pikiran yang mengarah kepada rangsangan
seks kepada pikiran atau aktivitas lainnya.
Seperti ngobrol hal-hal yang tidak berbau seks, menyelesaikan tugas, menjalankkan hoby, olah
raga, musik, berorganisasi, atau lainnya. Puasa adalah salah satu cara yang efektif untuk
menahan nafsu seksual.

PENGERTIAN LESBIAN

8

Pengertian lesbian adalah perempuan yang secara psikologis, emosi dan seksual
tertarik kepada perempuan lain. Seorang lesbian tidak memiliki hasrat terhadap gender yang
berbeda/ laki-laki, akan tetapi seorang lesbian hanya tertarik kepada gender yang
sama/perempuan. Mereka berpendapat bahwa istilah lesbian menyatakan komponen
emosional dalam suatu relationship, sedangkan istilah homoseksual lebih fokus kepada
seksualitas. Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya
kepada sesama perempuan atau disebut juga perempuan yang mencintai perempuan baik
secara fisik, seksual, emosional atau secara spiritual (Matlin, 2004).
Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada
sesama perempuan atau disebut juga perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik,
seksual, emosional atau secara spiritual (http://id.wikipedia.org/wiki/lesbian), diunduh pada
tanggal 23 Desember 2009.
Kata “Lesbian” berasal dari seorang penduduk pulau Lesbos, di Yunani yaitu Sappho.
Sappho adalah seorang penyair yang menghasilkan puisi liris. Puisi liris sudah berkembang dari
abad VI SM yang sebagian diantaranya masih ada hingga kini. Puisi Sappho berisikan tentang
cinta lesbian. Pada masa itu, percintaan homoseksual dipahami sebagai hal yang lebih tinggi
dibandingkan percintaan heteroseksual (Spencer, 2004).
Gay atau lesbian memiliki minat erotis pada anggota gender mereka sendiri, tetapi
identitas gender mereka (perasaan menjadi pria atau wanita) konsisten dengan anatomi seks
mereka sendiri. Mereka tidak memiliki hasrat untuk menjadi anggota gender yang berlawanan
atau merasa jijik pada alat genital mereka, seperti yang dapat kita temukan pada orang-orang
dengan gangguan identitas gender. Jadi, lesbian itu bukan merupakan gangguan identitas
gender, akan tetapi orientasi seksual mereka yang menyimpang.

Pengertian Homoseksual, Transeksual dan Biseksual
Homoseksual, transeksual dan biseksual terkadang membingungkan sebagian orang
untuk membedakan ketiganya. Karena kekurang tahuan, sehingga penggunaan ketiganya
sering tidak tepat dalam menyebutkan sesuatu hal. Kita ingin menyebut perilaku seks waria
misalnya kita sebut sebagai perilaku homoseksual, padahal yang tepat adalah perilaku
transeksual.
Dibawah ini diberikan definisi untuk membedakan ketiganya antara homoseksual,
transeksual dan biseksual.
9

Homoseksual
Homoseksual adalah perilaku seks dengan ketertarikan pada sesama jenis kelamin. Jika
sesama pria homoseksual disebut dengan gay, dan jika sesama wanita disebut lesbian. Cara
penyaluran hasrat seks bermacam-macam sesuai dengan keinginan pasangan tersebut.
Secara fisik, bisa melalui dubur bagi pria, merangsang bagian-bagian sensitif bagi wanita, atau
menekan bagian-bagian tertentu yang merupakan bagian sensitif bagi pasangan homoseksnya.
Perilaku homoseksual ini biasanya tetap ada yang bertindak sebagai laki-laki atau perempuan
(baik gay maupun lesbi), sehingga tetap ada peran yang berbeda antara keduanya, apalagi
dalam hidup berumah tangga, bagi pasangan homoseks ini.

Transeksual
Transeksual sebenarnya tidak mengarah kepada penyaluran dan orientasi seks, tetapi
lebih kepada identifikasi jenis kelamin. Seorang yang transeksual, merasa dirinya berada pada
fisik yang salah. Seorang yang laki-laki misalnya secara fisik, tetapi dia merasa adalah seorang
perempuan, sehingga merasa jiwa perempuannya terperangkap dalam fisik laki-laki. Ataupun
sebaliknya, seorang perempuan secara fisik, tetapi mempunyai jiwa laki-laki, sehingga merasa
terperangkap dalam fisik perempuan. Banyak penyebab mengapa seseorang merasa salah
dengan fisiknya, tidak sesuai dengan jiwanya. Penjelasan yang ada antara lain karena faktor
biologis, genetic, kekerasan seksual, imitasi yang buruk, masalah ekonomi dan lain-lain.
Seorang laki-laki yang merasa dirinya perempuan biasa disebut dengan waria (bencong).
Sedangkan seorang perempuan yang merasa dirinya laki-laki biasa disebut tomboy.

Biseksual
Biseksual adalah penyaluran dan orientasi seks kepada dua jenis kelamin. Jadi seorang
yang biseks, bisa berperan sebagai heteroseksual (pria dan wanita) ataupun berperan sebagai
homoseks (sesama jenis kelamin). Bagi seorang yang biseks, kadang bisa membentuk rumah
tangga dan diterima dalam masyarakat (terutama masyarakat timur), tetapi terkadang tetap
memiliki hubungan yang intim dengan pasangan homonya. Seorang biseks biasanya muncul
karena tekanan masyarakat yang tidak menerima perilaku homoseksual sehingga terpaksa
10

menjalani hubungan yang heteroseks, walaupun dalam jiwanya masih menyukai jenis kelamin
yang sama dalam orientasi seksualnya.
Yang menjadi catatan disini adalah, terkadang orang menyamakan antara waria denga
perilaku homoseks. Waria yang mencintai atau memiliki pasangan laki-laki bukanlah seorang
homoseks (walaupun waria asalnya laki-laki), karena jiwa waria adalah tetap perempuan,
sehingga secara naluri menginginkan seorang laki-laki.

11