LEMBAGA PEMBIAYAAN LAINNYA and LEMBAGA K

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Diera tahun 70-an sampai tahun 80-an, masyarakat Indonesia
berlomba-lomba masuk menjadi pegawai negeri dengan tujuan untuk memperoleh
pensiun dimasa tuanya. Pensiun merupakan dambaan memperoleh penghasilan
setelah berakhir masa kerja seseorang dan masa itu masyarakat masih berpikir
bahwa pada usia menjelang pensiun adalah masa yang sudah tidak produktif lagi.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pilihan utama mereka terjun ke dunia
kerja adalah pegawai negeri, karena pegawai negerilah pada saat itu memberikan
kepastian adanya pensiun.
Jika pada era tahun 70-an sampai 80-an belum banyak perusahaan
yang menyediakan dana pensiun bagi karyawannya, maka di era tahun 90 menjadi
sebaliknya. Apalagi setelah keluarnya UU No. 11 tahun 1992 yang mengatur
tentang

dana

pensiun.


Hampir

seluruh

perusahaan

dewasa

ini

telah

menyelenggarakan dan pensiun bagi karyawannya, baik yang dikelola sendiri atau
lewat lembaga lain. Bahkan bagi perusahaan yang tidak menyelenggarakan dana
pensiun bagi karyawannya, banyak alternative pilihan untuk memperoleh pensiun
dari lembaga lainnya.

Pemberian

pensiun


kepada

karyawannya

bukan

saja

hanya

memberikan kepastian penghasilan dimasa depan, tetapi juga ikut memberikan
motivasi bagi karyawannya untuk lebih giat bekerja. Dengan memberikan
program jasa pensiun para karyawan merasa aman, terutama bagi mereka yang
menganggap ada usia pensiun sudah tidak produktif lagi. Sedangkan bagi
sebagian masyarakat yang merasa masih produktif juga akan memberikan
motivasi bahwa jasa-jasa mereka masih dihargai oleh perusahaannya.
Berkembangnya jasa pensiun dewasa ini telah menarik beberapa
lembaga untuk mendirikan dana pensiun. Hal ini disebabkan pengelolaan dana
pensiun ini jika dilihat dari kacamata bisnis sangat menguntungkan. Dapat

dibayangkan keuntungan yang akan diperoleh dari iuran yang diperoleh tanpa
bunga yang kemudian di investasikan kembali dalam bentuk berbagai bidang
investasi.
Beralih ke lembaga keuangan Internasional, Lembaga keuangan
internasional didirikan untuk menangani masalah-masalah keuangan yang bersifat
internasional, baik berupa bantuan pinjaman atau bantuan lainnya. Pemberian
bantuan yang dilakukan oleh lembaga keuangan internasional dapat bersifat lunak
artinya dengan suku bunga yang rendah dan jangka waktu pengembaliannya
relative panjang. Kemudian bantuan internasional juga dilakukan dengan tujuan
komersil, yang biasanya dilakukan oleh lembaga keungan internasional swasta.
Dalam bab ini hanya akan dibahas 2 buah lembaga keuangan
internasional yang memegang peranan sangat penting dalam pembangunan

internasional. Namun demikian, sebenarnya lembaga keuangan internasional
jumlahnya cukup banyak apalagi lembaga keuangan internasional yang dimiliki
oleh swasta. Pembahasan lebih lanjut kedua lembaga keuangan internasional akan
dibahas di bab selanjutnya.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas, kami dapat mengidentifikasikan masalah
sebagai berikut :

a. Lembaga Pembiayaan Lainnya
b. Lembaga Keuangan Internasinal
1.3 Rumusan Masalah
Setelah kami mengidentifikasi masalah, makalah ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud Dana Pensiun?
b. Apa Pengertian Program Pensiun, Iuran Pasti dan Program Pensiun
Manfaat Pasti?
c. Bagaimana Metoode perhitungan manfaat dan premi bagi masing-masing
program?
d. Apa pengertian dan peranan Bank Dunia?
e. Apa Pengertian dan Peranan Bank Pembangunan Asia?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dana Pensiun
Dana pensiun atau pension fund sebenarnya merupakan suatu institusi
atau pranata yang berasal dari sistem hukum Anglo-Amerika. Banyak pengertian
dana pensiun, namun berikut ini akan dikemukakan beberapa diantaranya,

menurut David L. Scott (1988)pension funds is a financial institution that
controls assets and disburses income to people after they have retired from
gainful employment; menurut FE Perry (1983)pension fund is an investment
maintened by companies and other employers to pay the annual sum required
under the business or organization’s pension scheme.Sedangkan menurut
Abdulkadir Muhammad dan Rita Muniarti (2000) Dana pensiun adalah yang
secara khusus dihimpun dengan tujuan untuk memberikan manfaat kepada peserta
ketika mencapai usia pensiun, mengalami cacat, atau meninggal dunia.
Dari definisi-definisi tersebut terlihat bahwa dana pensiun merupakan
dana yang sengaja dihimpun secara khusus dengan tujuan untuk memberikan
manfaat kepada karyawan pada saat mencapai usia pensiun, meninggal dunia atau
cacat. Dana yang terhimpun ini dikelola dalam suatu lembaga yang
disebut trust sedangkan pengelolanya disebut trustee atau dapat juga dilakukan
oleh perusahaan asuransi atau badan lain yang dibentuk secara khusus untuk
mengelola dana tersebut.
Dana pensiun menurut UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan
manfaat pensiun. Berdasarkan definisi di atas dana pensiun merupakan lembaga
atau badan hukum yang mengelola program pensiun yang dimaksudkan untuk


memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan terutama yang
telah pensiun.
Selanjutnya

pengertian

pensiun

adalah

hak

seseorang

untuk

memperoleh penghasilan setelah bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia
pensiun atau ada sebab-sebab lain sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.
Dana pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan
dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Pertumbuhan lembaga keuangan syariah

di Indonesia, secara lambat tetapi pasti juga mendorong perkembangan dana
pensiun yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. Sampai saat ini dana
pensiun syariah berkembang pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
yang dilaksanakan oleh beberapa bank dan asuransi syariah.
2.2 Pengertian Program Pensiun Iuran Pasti dan Program Pensiun Manfaat
Pasti
A. Program Pensiun Iuran Pasti
Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) adalah program pensiun yang
iurannya ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun dan seluruh iuran serta
hasil pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing peserta
sebagai manfaat pensiun. Salah satu penyelenggara Program Pensiun Iuran
Pasti adalah Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang pendiriannya
hanya dapat dilakukan oleh Bank atau Asuransi Jiwa.
Dari segi pendanaan, PPIP tidak mempunyai resiko bagi Pemberi
Kerja yang mana hal ini sangat berbeda dengan Program Pensiun Manfaat
Pasti (PPMP) dimana Pemberi Kerja sangat dimungkinkan untuk mempunyai
"kekurangan kewajiban pendanaaan" (unfunded liability).
Dengan mengikutsertakan pekerjanya dalam PPIP yang dikelola oleh
DPLK, Pemberi Kerja tidak perlu mengeluarkan pembiayaan dalam
mendirikan serta mengelola badan hukum Dana Pensiun sehingga diharapkan


pengelolaan program pensiun melalui DPLK dapat dilakukan secara
professional, efisien dan optimal.
Pada program pensiun iuran pasti memiliki keuntungan dan kerugian,
yaitu sebagai berikut :
Keuntungan :
1. Dari sisi pemberi kerja, keuntungan PPIP adalah :
a. Pembiayaan dapat dikendalikan dan memudahkan dalam penyusunan
anggaran
b. Tidak ada resiko investasi dan pendanaan stabil
2. Dari sisi peserta, keuntungan PPIP adalah :
a. Manfaat bagi yang berhenti di usia muda relative lebih besar
b. Terlibat dalam memutuskan strategi investasi
Kerugian :
1. Dari sisi pemberi kerja, kekurangan PPIP adalah :
a. Berpotensi menumbulkan keresahan bila manfaat yang dihasilkan
kecil
b. Iuran tidak fleksibel karena sudah ditetapkan
2. Dari sisi peserta, kekurangan PPIP adalah :
a. Besar manfaat tidak dapat diketahui

b. Besar manfaat tergantung kinerja investasi
B. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP)
Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) adalah program pensiun yang
memberikan formula tertentu atas manfaat yang akan diterima peserta pada
saat mencapai usia pensiun. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) memiliki
perbedaan yang mendasar dengan program PPIP. Program Manfaat Pasti
merupakan program pensiun yang besar manfaatnya yang akan diterima oleh

peserta pada saat pensiun telah dapa ditetapkan terlebih dahulu. Penetapan ini
disarkan pada formula tertentu yang ditetapkan pada peraturan dana pensiun.
Pembayaran

Pensiun

sekaligus

dilakukan

oleh


perusahaan

dengan

pertimbangan antara lain bahwa :
a. Perusahaan tidak mau pusing dengan karyawan yang sudah pensiun
b. Untuk

memberikan

kesempatan

kepada

pensiunan

agar

dapat


mengusahakan uang pensiun yang diperolehnya untuk berusaha karena
biasanya penerimaan pensiun sekaligus uangnya dalam jumlah besar
c. Karena permintaan pensiun itu sendiri
Terdapat Keuntungan dan Kerugian dalam Program Pensiun Manfaat
Pasti (PPMP) :
Keuntungan :
1. Dari sisi pemberi kerja, Keuntungan PPMP adalah :
a. Kinerja investasi yang baik memungkinkan terjadinya surplus yang
dapat mengurangi iuran
b. Jadwal iuran tambahan (bila ada) lebih fleksibel
2. Dari sisi peserta, keuntungan PPMP adalah :
a. Jumlah manfaat yang akan diterima sudah pasti
b. Memberikan keamanan bagi karyawan yang bekerja lama

Kerugian :
1. Dari sisi pemberi kerja, Kerugian PPMP adalah :
a. Iuran berfluktuasi dan pendanaan tidak stabil
b. Pemberi kerja menangung resiko investasi
2. Dari sisi peserta, Kerugian PPMP adalah :
a. Manfaat yang berhenti di usia muda relative lebih kecil
b. Manfaat kurang fleksibel
2.3 Metode Perhitungan Manfaat dan Premi bagi masing-masing Program
Pada saat menerima pensiun, biasanya perusahaan dapat menawarkan dua
macam sistem pembayaran kepada karyawan. Sistem pembayaran memiliki
maksud tertentu yang saling menguntungkan bagi karyawan dan perusahaan.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 343/KMK.017/1998. Tanggal 13
Juli 1998. Menurut peraturan ini ada 2 jenis pembayaran dan ketentuan
pembayaran.
Ada dua jenis pembayaran pensiun:
1. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) Pertimbangannya:
a. Perusahaan tidak mau mengurusi karyawannya yang sudah pensiun.
b. Memberikan kesempatan kepada karyawannya untuk berusaha dengan uang
pensiunnya.
c. Karena permintaan pensiunan itu sendiri.

Rumus sekaligus pada PPMP :
MP = FPd x MK x PDP
Keterangan :
MP

= Manfaat Pensiun

FPd

= Faktor Penghargaan dalam decimal

MK

= Masa Kerja

PDP

= Penghasilan Dasar Pensiun bulan terakhir atau rata-rata
beberapa bulan terakhir.

Dalam hal ini manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan rumus
sekaligus besar faktor penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh melebihi
2,5% dan total manfaat pensiun tidak boleh 80 kali penghasilan dasar pensiun.
Sedangkan menurut rumus bulanan pada PPMP :
MP = FPe x MK x PDP
Keterangan :
MP

= Manfaat Pensiun

FPe

= Faktor Penghargaan dalam persentase

MK

= Masa Kerja

PDP

= Penghasilan Dasar Pensiun bulan terakhir atau rata-rata
beberapa bulan terakhir.

Dalam hal ini manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan rumus
sekaligus besar faktor penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh melebihi
2,5% dan total manfaat pensiun tidak boleh 80 kali penghasilan dasar pensiun.

Sebagai contoh menurut perhitungan Final Earning pensiun plan
adalah jika gaji terakhir Anda sebelum pensiun adalah Rp. 1.000.000,sementara masa kerja 20 tahun, maka anda akan memperoleh uang pensiun
bulanan sebesar 2,5% x 20 x Rp. 1.000.000,- = Rp. 500.000,Contoh lain menurut perhitungan career average earning atau
pendapatan rata-rata selama masa kerja misalnya gaji awal pertama kali
bekerja adalah Rp. 50.000 dan terakhir adalah Rp. 1.000.000,- kemudian jika
dihitung secara rata-rata selama 20 tahun adalah sebesar Rp. 400.000,- maka
pensiun per bulan yang diterima adalah 2,5% x 20 x Rp. 400.000,- = Rp.
200.000,Selanjutnya sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
343/kmk. 017/1998 pembayaran manfaat pensiun oleh dana pensiun dapat
pula dilaksanakan :
a. Dalam hal jumlah yang akan dibayarkan perbulan oleh dana pensiun yang
menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti yang menggunakan
rumus bulanan kurang dari RP. 300.000,- nilai sekarang dari manfaat
pensiun tersebut dapat dibayarkan sekaligus;
b. Dalam hal manfaat pensiun yang menjadi hak peserta pada Program
Pensiun Manfaat Pasti yang menggunakan rumus sekaligus lebihh kecil
dari Rp. 36.000.000,- manfaat pensiun tersebut dapat dibayar sekaligus.
2. Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP)
Perhitungan menggunakan rumus sekaligus pada PPIP adalah sebagai berikut :
IP = 3 x FPd x PDP

Keterangan :
IP

= Iuran Pensiun

FPd

= Faktor Penghargaan per tahun dalam decimal

PDP

= Penghasilan Dasar Pensiun per tahun

Sedangkan perhitungan dengan rumus bulanan adalah :
IP = 3 x Fpe x PDP
Keterangan :
IP = Iuran Pensiun
FPe = Faktor Penghargaan per tahun dalam persen
PDP = Penghasilan Dasar Pensiun per tahun

Asas-asas Dana Pensiun
Dalam pengelolaan dana pensiun, pemerintah menganut asas-asas berikut
ini.
1. Penyelenggaraan yang dilakukan dengan sistem pendanaan
Dengan asas ini, penyelenggaraan program pensiun, baik bagi karyawan,
maupun bagi pekerja mandiri, harus dilakukan dengan pemupukan dana
yang dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri sehingga cukup untuk
memenuhi pembayaran hak peserta. Pemupukan dana tersebut bersumber
dari iuran dan hasil pengembangannya. Oleh karena itu, pembentukan
cadangan pensiun dalam perusahaan untuk membiayai pembayaran manfaat
pensiun tidak diperkenankan.

2. Pemisahan kekayaan dana pensiun dari kekayaan pendiri
Kekayaan dana pensiun harus dipisahkan dari kekayaan pendiri. Dengan
demikian, tidak diperkenankan adanya pembentukan “cadangan pensiun”
dalam pembukuan pendiri atau perusahaan.
3. Kesempatan untuk mendirikan dana pensiun
Setiap pemberi kerja memperoleh kesempatan untuk mendirikan dana
pensiun bagi karyawannya. Keputusan untuk membentuk dana pensiun
merupakan tindak lanjut dari prakarsa pemberi kerja yang menjanjikan
manfaat pensiun bagi karyawannya. Janji itu membawa konsekuensi
pendanaan, yaitu timbulnya kewajiban pemberi kerja untuk membayar
iuran.
4. Penundaan manfaat
Penghimpunan dana dalam penyelenggaraan program pensiun dimaksudkan
untuk memenuhi pembayaran hak peserta yang telah pensiun agar
kesinambungan penghasilan terpelihara. Sejalan dengan itu, berlaku asas
penundaan manfaat yang mengharuskan pembayaran hak peserta hanya
dapat dilakukan setelah peserta memasuki masa pensiun dan dapat
diberikan secara berkala.
5. Pembinaan dan pengawasan
Pengelolaan dan penggunaan kekayaan dana pensiun harus dihindarkan dari
pengaruh kepentingan-kepentingan yang dapat mengakibatkan tidak
tercapainya maksud utama dari pemupukan dana, yaitu memenuhi
kewajiban pembayaran hak peserta. Di samping pengawasan yang
dilakukan oleh Direktorat Dana Pensiun Departemen Keuangan dan
pelaksanaan sistem pelaporan, pengawasan dilakukan pula melalui
kewajiban para pengelola dana pensiun untuk memberikan informasi
kepada para pesertanya.

6. Kebebasan
Maksud asas ini adalah kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk
dana pensiun. Berdasarkan asas ini, keputusan membentuk dana pensiun
merupakan prakarsa pemberi kerja untuk menjanjikan manfaat pensiun bagi
karyawan, yang membawa konsekuensi pendanaan. Dengan demikian,
prakarsa tersebut harus didasarkan pada kemampuan keuangan pemberi
kerja.
2.4 Sejarah, Pengertian dan Peranan Bank Dunia
Sejarah dan Perkembangan Bank Dunia
Bank Dunia didirikan bersama-sama dengan didirikannya IMF pada
tahun 1944 di Britton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat. Bank Dunia
dibentuk oleh dua negara promotor dan pendukung utama, yaitu Amerika Serikat
dan Inggris. Tujuan awal didirikannya adalah untuk mencegah berulangnya
peristiwaGreat Depression sebagaimana pernah terjadi pada sekitar tahun 1930
(Hutagalung, 2009). Hal ini disebabkan perang dunia kedua yang melanda hampir
seluruh belahan bumi sangat berpotensi meninggalkan puing-puing perekonomian
yang luluh lantak di Eropa dan juga di sebagian besar negara-negara korban
perang lainnya.
Entah karena pihak sekutu (yang saat itu sudah didukung oleh Amerika
Serikat pascapengeboman Pearl Harbour oleh Jepang) merasa perang tidak akan
berlangsung lama lagi ataupun karena alasan lain, tetapi yang jelas setahun
setelah didirikannya Bank Dunia perang dunia kedua benar-benar berakhir. Sesuai
prediksi, negara-negara korban perang, terutama di Eropa, segera membutuhkan
aliran dana segar untuk merekonstruksi perekonomian mereka pascaperang.
Prancis tercatat sebagai negara pertama yang mendapatkan pinjaman dari Bank
Dunia senilai 250 juta dolar AS.Dalam perkembangannya, semakin sedikit negara
yang mengalami peperangan, sehingga kebutuhan untuk rekonstruksi pascaperang

pun semakin kecil. Pada saat itu, Bank Dunia di bawah kepemimpinan McNamara menggeser fokusnya ke arah pembangunan infrastruktur, pengentasan
kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik, terutama di negaranegara dunia ketiga yang notabene tertinggal dari negara maju.
Pengertian Bank Dunia
Bank Dunia (World Bank) merupakan sebuah lembaga keuangan
internasional yang menyediakan pinjaman kepada negara berkembang untuk
program pemberian modal.
Tujuan Bank Dunia
Tujuan

resmi

dari

Bank

Dunia

adalah

pengurangan

kemiskinan. Namun selain itu terdapat pula tujuan Bank Dunia yang lainnya,
yaitu :
1. Untuk membantu rekonstruksi dan pembangunan di daerah anggota dengan
cara memfasilitasi investasi modal untuk tujuan produktif, termasuk
pemulihan kembali ekonomi yang hancur atau rusak karena perang,
perubahan kembali fasilitas-fasilitas produktif yang dibutuhkan untuk usaha
damai dan dorongan pembanunan untuk fasiltas produktif dan sumbersumber di negara-negara miskin.
2. Untuk mendorong investasi swasta luarnegeri lewat jaminan atau partisipasi
dalam pemberian pinjaman dan investasi lainnya oleh investor swasta; dan
ketika modal swasta tidak tersedia dalam syarat-syarat yang wajar, sebagai
tambahan investasi swasta dengan menyediakan, berdasarkan persyaratan
yang cocok, membiayai untuk tujuan-tujuan produktif di luar dari modal
mereka sendiri, pengumpulan dan oleh sumber-sumber sendiri maupun
sumber lainnya.

3. Untuk mendorong keseimbangan perkembangan jangka panjang perdagangan
internasional dan untuk mempertahankan keseimbangan saldo pembayaran
dengan mendorong investasi internasional untuk kemajuan sumber-sumber
produktif para anggota, dengan cara membantu menaikkan produktivitas,
standar kehidupan dan keadaan buruh di daerah mereka.
4. Untuk meyusun pinjaman-pinjaman yang dibuat atau dijamin olehnya dalam
hubungannya dengan pinjaman internasional melalui sumber lainnya
sehingga dapat lebih berguna dna proyek-proyek yang mendesak, besar
ataupun kecil, dapat diatasi segera.
5. Untuk menjalankan kegiatannya dengan dasar untuk mempengaruhi investasi
internasional dalam persyaratan bisinis di dalam daerah anggota dan, dalam
tahun tahun setelah perang, untuk membantu membuat masa transisi dari
suasana perang ke keadaan ekonomi yang damai.
Peran Bank Dunia Bagi Dunia Internasional
Sejak didirikan, Bank Dunia telah mengambil banyak peran bagi
perkembangan dunia Internasional. Sebagaimana tujuan didirikannya, Bank
Dunia telah membantu negara-negara korban perang, terutama di wilayah Eropa,
untuk segera merekonstruksi infrastruktur dan perekonomiannya yang hancur
pascaperang dunia kedua. Seteah proses rekonstruksi pascaperang selesai, Bank
Dunia memulai peran baru sebagai lembaga pemberi pinjaman uang berbunga
rendah untuk Negara-negara berkembang yang membutuhkan.
Bank Dunia mendanai proyek-proyek di berbagai negara untuk
mengembangkan beberapa hal, seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan,
kesehatan, pelayanan publik, pengentasan kemiskinan, hingga lingkungan hidup.
Bank Dunia seringkali memberikan bantuan dalam bentuk dua hal sekaligus,
dana pinjaman dan juga rekomendasi kebijakan, terutama terkait kebijakan
keuangan atau yang berhubungan dengan proyek yang didanai.

Bagaikan pisau bermata dua, bantuan dari Bank Dunia dirasakan oleh
negara-negara peminjam memberikan dua dampak sekaligus, di mana satu dan
yang lainnya saling bertolak belakang. Di satu sisi, bantuan Bank Dunia
seringkali merupakan penyelamat keuangan dan perekonomian negara peminjam.
Namun di sisi lain, bantuan tersebut juga tidak jarang menimbulkan masalah baru
yang kadang jauh lebih besar dari masalah yang telah diatasi.
Negara

peminjam

biasanya

merupakan

negara

berkembang

yang notabene-nya tergolong “miskin”, apalagi jika dibandingkan dengan negara
maju. Mereka membutuhkan suntikan modal untuk proyek-proyek di berbagai
bidang, meskipun biasanya berujung pada satu harapan, yaitu menggerakkan dan
menggeliatkan roda perekonomian. Dengan hal tersebut, mereka bisa
mendongkrak keuangan dan pendapatan dalam negeri. Modal inilah yang
seringkali tidak bisa mereka dapatkan kecuali melalui lembaga-lembaga
keuangan internasional. Dalam konteks ini, Bank Dunia memberikan keuntungan
bagi negara-negara peminjam karena biasanya pinjaman yang diberikan
tergolong berbunga rendah.
Bergeraknya roda perekonomian merupakan sesuatu yang sangat
penting bagi suatu negara. Dengan roda perekonomian yang terus bergerak
positif, negara-negara dunia ketiga memiliki sedikit harapan untuk menyusul atau
setidaknya menyamai perekonomian di negara-negara maju. Hal ini tentunya
menjadi keinginan seluruh negara berkembang, sehingga tidak mengherankan
jika kemudian Bank Dunia dan juga lembaga-lembaga keuangan internasional
lainnya menjadi penyedia “jalan pintas” menuju terwujudnya harapan tersebut.
Jika dilihat secara global, bantuan-bantuan dana kepada masingmasing negara peminjam telah menjadi penyangga, sehingga perekonomian
dunia menjadi lebih stabil dan terkendali. Hal ini tentunya juga sesuai dengan
tujuan keberadaan dari Bank Dunia. Karena keruntuhan, atau setidaknya

kemunduran ekonomi suatu negara (yang mungkin terjadi tanpa bantuan Bank
Dunia) dapat berdampak bagi negara-negara lainnya, baik di tingkat regional
ataupun multinasional.
Namun masalahnya adalah, seperti yang sudah disebutkan, bahwa
bantuan dana tersebut seringkali justru menimbulkan masalah-masalah baru yang
kadang jauh lebih serius dari masalah yang telah ditanganinya. Tidak bisa
dipungkiri, rata-rata negara peminjam biasanya merupakan negara dengan sistem
kelembagaan dan profesionalisme pengelolaan uang yang kurang dibandingkan
dengan negara-negara maju.
Analogi sederhananya adalah seperti seorang entrepreneur amatir
yang sedang berusaha menjalankan roda bisnisnya dengan uang pinjaman dari
investor kaya. Di satu sisi, pinjaman uang tersebut menjadi solusi karena tanpa
modal uang pinjaman itu bisnis tidak akan bisa dijalankan sama sekali. Tapi di
sisi lain, entrepreneur amatir seperti itu kemungkinan besar tidak ahli dalam
pengelolaan modal yang telah diberikan, sehingga resiko kerugiannya sangat
besar. Hal ini bisa disebabkan kesalahan dalam menggunakan uang, tidak efektif,
tidak efisien, atau bahkan tidak bermanfaat.
Kembali ke konteks negara-negara peminjam, dana pinjaman dari
Bank Dunia seringkali digunakan untuk proyek-proyek yang bisa jadi salah
sasaran. Alih-alih mengambil keuntungan dari uang pinjaman yang diberikan,
justru kerugian yang didapat beserta utang berbunga (meskipun rendah) yang
terus menumpuk. Dalam hal inilah kemudian seringkali pinjaman dari Bank
Dunia disertai prasyarat-prasyarat ataupun anjuran-anjuran berupa kebijakan
keuangan atau kebijakan yang terkait dengan pelaksanaan proyek yang didanai.
Sayangnya, prasyarat dan anjuran ini justru sering dituding sebagai
“biang keladi” kerumitan dan kemelut utang yang menimpa negara-negara
peminjam. Bank Dunia dianggap terlalu sering menyamaratakan konsep dan

asumsi bagi seluruh negara-negara peminjam, padahal sangat mungkin satu
kebijakan yang cocok di satu negara justru merusak jika diterapkan di negara
yang lain. Sebagai contoh, liberalisasi keuangan dan kapitalisme yang senantiasa
dikampanyekan Bank Dunia (karena didominasi dari sejak pembentukannya oleh
dua motor kapitalisme, AS dan Inggris), bisa berdampak sangat negatif jika
negara yang menerapkannya tidak memiliki kesiapan yang baik, sebagaimana
terjadi pada Indonesia yang mengalami krisis pada tahun 1997.
Prasyarat dan anjuran lain dari Bank Dunia yang sering jadi bahan
tudingan adalah mengenai pelaksana atau pihak yang terlibat dalam proyek.
Dengan alasan ketidakmampuan negara peminjam untuk secara mandiri
menjalankan proyek tersebut karena kendala teknologi dan profesionalisme,
Bank Dunia secara eksplisit maupun implisit, secara langsung maupun tidak
langsung, seringkali mensyaratkan keterlibatan negara maju yang notabene-nya
merupakan negara pendonor dana bantuan itu. Dalam hal ini, negara maju yang
dimaksud diminta untuk menjadi semacam “kontraktor” ataupun konsultan yang
terlibat langsung dalam menjalankan proyek tersebut. Dampaknya adalah
kembalinya aliran uang pinjaman kepada negara peminjam.
Aliran uang pinjaman kepada negara peminjam merupakan salah satu
tema sentral yang menjadi bahan kontroversi dari setiap proyek yang didanai
Bank Dunia. Hal ini dapat dianalogikan secara sederhana dengan adanya
seorang entrepreneur amatir yang meminjam uang untuk berbisnis menjalankan
proyek tertentu, tetapi kemudian karena ketidakmampuannya menjalankan
proyek, ia justru meng-hire sang pemberi pinjaman. Dengan demikian, yang
terjadi adalah entrepreneur tersebut menanggung dua resiko, resiko kerugian dari
proyek bisnis yang dijalankan serta resiko menanggung utang dari bunga
pinjaman. Sementara di sisi lain, sang peminjam menikmati dua keuntungan,
keuntungan gaji ataupun imbalan atas kerjanya sebagai pihak yang menjalankan
proyek dan keuntungan dari bunga pinjaman. Bagi pihak peminjam, kerugian

atas proyek yang dilaksanakan tidak menjadi masalah baginya, karena uang ganti
ruginya pun ditanggung oleh entrepreneur sebagai pihak peminjam.
Kembali ke dalam konteks negara peminjam, alih-alih uang pinjaman
menjadi stimulasi untuk menggerakkan roda ekonomi, sebagian besarnya justru
menjadi penggerak roda ekonomi di negara pemberi pinjaman. Sementara yang
tertinggal di negara peminjam hanyalah bentuk fisik maupun non-fisik hasil dari
proyek yang telah dilaksanakan.
Akumulasi dari dampak-dampak negatif di atas adalah kemelut utang
yang semakin menumpuk bagi negara peminjam. Selain itu, bisa terjadi
kerawanan sosial di dalam negeri peminjam akibat penggunaan dana proyek
yang salah sasaran, tidak profesional, atau banyak “kebocoran”. Sehingga
mayoritas masyarakat negara peminjam yang seharusnya menikmati uang
pinjaman yang diberikan justru merasa tidak mendapat apa-apa, yang ada
hanyalah segelintir orang kaya di dalam negeri yang semakin kaya lantaran
mendapat bagian “jatah” proyek yang telah dilaksanakan.
Jika tidak diselesaikan, akumulasi masalah-masalah yang terjadi di
masing-masing negara peminjam dapat terakumulasi lagi menjadi masalah
global. Tanpa penanganan dan perhatian serius dari dunia internasional terhadap
masalah ini, termasuk Bank Dunia, stabilitas ekonomi global suatu saat dapat
sangat terganggu, bahkan mengakibatkan chaos. Alih-alih menjaga kestabilan
ekonomi global, mungkin yang dijalankan Bank Dunia dan lembaga keuangan
sejenis justru menunda gejolak ekonomi global saat ini, dan menumpuknya
hingga “meledak” saat individu dan negara peminjam tidak lagi bisa menampung
masalah yang mereka hadapi.

Peran Bank Dunia Terhadap Indonesia
Kebijakan politik pemerintahan Presiden Soekarno yang mendekat ke
blok Uni Soviet menyulitkan Bank Dunia yang memiliki paham berseberangan
untuk mengambil peran lebih banyak bagi Indonesia. Oleh karena itu, Bank
Dunia baru mulai berperan sebagai lembaga pemberi pinjaman bagi Indonesia
pada saat awal masa pemerintahan Presiden Soeharto, yaitu sekitar tahun 1968.
Namun sebelum memberikan pinjaman, Bank Dunia “menjajaki” Indonesia
dengan memberikan bantuan teknis untuk identifikasi kebijakan makroekonomi,
kebijakan sektoral yang diperlukan, dan kebutuhan pendanaan yang kritis
(Hutagalung, 2009).
Di masa-masa awal pemberian pinjaman, Indonesia masih dianggap
sebagai negara yang memiliki nilai credit worthiness yang rendah. Oleh karena
itu, pinjaman yang diberikan oleh Bank Dunia pada saat itu menggunakan skema
IDA atau pinjaman tanpa bunga, kecuali administrative fee ¾ persen per tahun
dan jangka waktu pembayaran 35 tahun dengan masa tenggang 10 tahun. Dana
pinjaman pertama yang diberikan kepada Indonesia adalah sebesar 5 juta dolar
AS pada September 1968 (Hutagalung, 2009).
Pada masa-masa awal tersebut, dana pinjaman dari Bank Dunia
digunakan untuk pembangunan di bidang pertanian, perhubungan, perindustrian,
tenaga listrik, dan pembangunan sosial. Pada tahun-tahun berikutnya, Indonesia
berhasil menunjukkan performa ekonomi yang memuaskan, dengan rata-rata
pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen per tahun, jauh lebih besar dari rata-rata
pertumbuhan ekonomi negara peminjam yang lain. Oleh karena itu, sejak akhir
dekade 70-an Indonesia sudah mulai dianggap sebagai negara yang lebih
creditworthy untuk memperoleh pinjaman Bank Dunia yang konvensional atau
dengan menggunakan skema IBRD. Berbeda dari periode sebelumnya, pada
dekade 80-an, pinjaman uang Bank Dunia terlihat lebih terarah pada masalah

deregulasi sektor keuangan, selain masih tetap digunakan bagi pengembangan
sektor-sektor sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.
Pada awal dekade 90-an hingga sebelum memasuki krisis moneter
tahun 1997, Indonesia menunjukkan performa ekonomi yang mengagumkan,
bahkan sempat dijuluki sebagai salah satu Asian Miracle. Laporan dan analisis
Bank Dunia terhadap perekonomian Indonesia acap kali dihiasi dengan berbagai
pujian. Sayangnya, sebagaimana terjadi pada banyak negara lain seperti yang
sudah dijelaskan di bagian sebelumnya, performa ekonomi yang memikat
tersebut ternyata lebih tepat sebagai “penundaan masalah”.
Kekeliruan dan dampak negatif dari bantuan Bank Dunia, baik berupa
dana pinjaman maupun anjuran kebijakannya, terbukti nyata (meski bukan faktor
satu-satunya) pada saat Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1997.
Liberalisasi sektor keuangan yang didukung penuh oleh Bank Dunia terbukti
tidak cocok, bahkan mencelakakan, Indonesia. Pada saat krisis terjadi, mungkin
salah satu bantuan paling berharga yang diberikan oleh Bank Dunia berupa
persetujuan atas permintaan pemerintah Indonesia untuk membatalkan pinjaman
yang tidak terserap sebesar 1,5 miliar dolar AS dan menyesuaikan (realokasi)
pinjaman lainnya sebesar 1 miliar dolar AS untuk membiayai program mendesak,
seperti bantuan biaya sekolah, beasiswa, dan jaring pengaman sosial.
Kemudian, pascakrisis yang melanda Indonesia, bantuan Bank Dunia
masih terus berlanjut, terutama difokuskan pada kelanjutan pemulihan ekonomi,
penciptaan pemerintah yang transparan, dan penyediaan pelayanan umum yang
lebih baik, terutama bagi kelompok miskin. Terakhir, Bank Dunia kembali
menyetujui dua pinjaman kebijakan pembangunan kepada Indonesia dengan nilai
total 800 juta dolar AS untuk mendukung program prioritas reformasi yang
dimotori Pemerintah Indonesia pada bulan November 2010 (Purwoko, 2010).

Dari penjelasan tahap demi tahap bantuan Bank Dunia kepada
Indonesia sejak tahun 1968, kita dapat melihat betapa besar peran yang
dimainkan oleh Bank Dunia terhadap pembangunan dan pasang surut
perekonomian nasional. Mulai dari infrastruktur yang dibangun selama dekade
1970-an hingga kebijakan-kebijakan terbaru di era reformasi, semuanya tidak
terlepas dari peran Bank Dunia.
Krisis moneter yang melanda Indonesia tahun 1997 seharusnya dapat
memberi pelajaran berharga mengenai dua mata pisau yang diberikan oleh
“bantuan” Bank Dunia. Terlepas dari kontroversi niat dan tujuan pemberian
bantuan oleh Bank Dunia, Indonesia sejatinya bisa memilih menjadi negara yang
mandiri dan menentukan masa depannya sendiri, mengukur kemampuan
membayar dan menghitung jumlah dana yang mungkin dipinjam, menyeleksi
proyek yang dijalankan agar sesuai dengan sasaran serta mencapai efektifitas dan
efisiensi, menilik kebijakan yang bisa diliberalisasi dan yang tidak, serta
membekali diri dengan pengetahuan dan teknologi. Karena bagaimanapun,
kejahatan tidak hanya disebabkan niat dari pelakunya, tapi juga kelengahan dan
kesempatan yang diberikan oleh korbannya.
Presiden Bank Dunia
1. Eugene Meyer

(Juni 1946–Desember 1946)

2. John J. McCloy

(Maret 1947–Juni 1949)

3. Eugene R. Black, Sr.

(Juni 1949–Januari 1963)

4. George D. Woods

(Januari 1963–Maret 1968)

5. Robert S. McNamara

(April 1968–Juni 1981)

6. Alden W. Clausen

(Juli 1981–Juni 1986)

7. Barber B. Conable

(Juli 1986–Agustus 1991)

8. Lewis T. Preston

(September 1991–Mei 1995)

9. James D. Wolfensohn

(Juni 1995–Mei 2005)

10. Paul Wolfowitz

(Juni 2005–Mei 2007)

11. Robert Zoellick

(Juni 2007–Juni 2012)

12. Jim Yong Kim

(Juni 2012-...)

2.5 Pengertian dan Peranan Bank Pembangunan Asia
Bank Pembangunan Asia (BPA) didirikan pada tahun 1966 dengan tujuan
mendukung perkembangan sosial dan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik.
Dana bersumber dari negara-negara anggota, pinjaman dari pasar modal dunia,
dan dari pendapatan Bank sendiri.Tujuan bank pembangunan asia, lebih
didasarkan dalam rangka kerja sama ekonomi dan pembangunan. Akibat sulitnya
memperoleh bantuan dari negara-negara maju.
Bank Pembangunan Asia didirikan untuk berfungsi dan mencapai tujuantujuan sebagai berikut:
 Menyokong investasi modal pemerintah maupun swasta di wilayah Asia
untuk tujuan-tujuan pembangunan.
 Memanfaatkan sumber-sumber daya yang tersedia untuk membiayai
pembangunan, dengan memprioritaskan wilayah dan sub-wilayah Asia,
berupa berbagai proyek dan program regional yang berperan secara efektif
terhadap pertumbuhan ekonomi yang selaras di wilayah tersebut secara
keseluruhan. Dan yang sangat diutamakan adalah kebutuhan dari negaranegara kecil atau negara-negara yang sulit berkembang di wilayah Asia.
 Memenuhi permintaan negara-negara anggota untuk membantu mereka
dalam mengkoordinasikan kebijakan-kebijakan dan rencana pembangunan
mereka dengan tujuan untuk lebih memanfaatkan sumber-sumber daya yang
dimiliki,

menyehatkan

perekonomian,

dan

meningkatkan

ekspansi

perdagangan luar negeri, terutama di antara negara-negara Asia sendiri.

 Memberikan bantuan teknis (technical assistance) untuk menyiapkan,
membiayai, dan melaksanakan berbagai program dan proyek-proyek
pembangunan, termasuk memformulasikan usulan bagi proyek-proyek
tertentu.
 Bekerja sama dengan PBB, dan badan-badan organisasi di bawah PBB
terutama ECAFE, dan juga dengan berbagai lembaga negara dan lembaga
internasional Iainnya seperti berbagai organisasi nasional baik pemerintah
maupun swasta, yang berkepentingan dengan investasi dari pengembangan
dana di suatu wilayah, serta memberikan berbagai kesempatan untuk
melakukan investasi bagi lembaga-lembaga tersebut.
 Melaksanakan berbagai kegiatan dan memberikan berbagai jasa lainnya
sesuai dengan tujuan Asian Development Bank.
 Memberi pinjaman dan modal ekuitas untuk kemajuan ekonomi dan sosial
negara-negara berkembang yang menjadi anggotanya;
 Memberikan bantuan teknis dan jasa konsultasi untuk persiapan dan
pelaksanaan proyek-proyek dan program pembangunan;
 Mendukung investasi swasta dan modal publik untuk kepentingan
pembangunan;
 Menanggapi permintaan bantuan tentang koordinasi kebijakan dan rencana
pembangunan negara-negara anggota.
Walaupun berniat baik, operasi yang didanai ADB telah bertanggung
jawab untuk menyebabkan kerusakan lingkungan dan sosial yang luas, dapat
mempengaruhi beberapa daerah masyarakat termiskin dan paling rentan.
Walaupun publik dibiayai oleh dolar pembayar pajak, kegiatan ADB (dan orang
lain bank-bank pembangunan multilateral) yang sering dilakukan tanpa
partisipasi orang yang terkena, organisasi non-pemerintah (LSM), atau, dalam
banyak kasus, pejabat terpilih dalam pinjaman negara.. Sebuah gerakan global

untuk mereformasi MDBs mendasarkan kegiatannya pada asumsi bahwa
pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan tidak mungkin tanpa
partisipasi masyarakat informasi dalam proses pengambilan keputusan.
BPA bermarkas di Manila. Anggota BPA terdiri dari 56 negara, 40 diantaranya
dari kawasan Asia dan Pasifik dan 16 dari Eropa dan Amerika Utara. Pemegang
saham terbesar adalah Amerika Serikat dan Jepang dan peminjam terbesar adalah
Indonesia dan Cina. Sektor transportasi dan komunikasi telah menerima bagian
terbesar dari pinjaman, diikuti oleh sektor energi, infrastruktur sosial, pinjaman
multi-sektor, pertanian dan sumber daya alam, industri, keuangan dan bahan
tambang bukan-minyak. Pinjaman total BPA setiap tahunnya sekitar US$6-7
milyar.
Keprihatinan masyarakat sipil dengan ADB meliputi:
 Akses informasi mengenai operasi ADB
 Partisipasi publik dalam, implementasi desain pemantauan, dan evaluasi
proyek ADB
 Sosial dan lingkungan dari program-program ADB dan proyek, dan
akuntabilitas Bank untuk dampak-dampak
 ADB sektor swasta pinjaman
 ADB peran dalam kerjasama ekonomi regional dan sub-regional
Bank Information Center, bekerja sama dengan mitra-mitranya,
bekerja ke arah demokratisasi ADB sehingga pertimbangan sosial dan
lingkungan yang tergabung dalam keputusan Bank 'proses pembuatan dan
operasi.
Seperti halnya Lembaga Keuangan Internasional lainnya, BPA
menerapkan kebijakan persyaratan atas pinjaman. Persyaratan tersebut biasanya

adalah swastanisasi, deregulasi dan dukungan untuk investasi asing. Kritik
menandaskan bahwa kebijakan semacam ini hampir tidak ada peranannya dalam
mengurangi kemiskinan atau melindungi llingkungan hidup. Seperti Bank Dunia,
Bank Pembangunan Asia masih memiliki catatan yang jauh lebih baik
dibandingkan dengan IMF dalam hal konsultasi dengan masyarakat. LSM dapat
memaksa untuk mengadakan pertemuan dengan para wakil misi, menyoroti
kebijakan atau target yang belum diterapkan dan kebijakan yang bermasalah dan
menyarankan kebijakan yang patut disertakan. LSM sebaiknya menghubungi
Liaison Officer Bank Pembangunan Asia Indonesia, Cecile Gregory.
Seperti halnya lembaga-lembaga multiliteral lainnya, tujuan BPA yang
tercantum dalam “the 2002 Country Assistance Strategy” ditujukan untuk
mengurangi kemiskikan dan ketimpangan wilayah dengan meningkatkan ketata
pemerintahan

(good

governance),

memenuhi

kebutuhan

lokal

melalui

desentralisasi, pengembangan sumber daya manusia, menejemen lingkungan,
mempromosikan pengaturan sumber daya alam yang lebih berkelanjutan dan
menigkatkan perospek pertumbuhan jangka panjang. Stategi ini dilakukan
sampai 2006. BPA juga menekankan pentingnya koordinasi dengan agen-agen
multiliteral lainnya.
Tugas Bank Pembangunan Asia
Berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di benua asia
dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di benua asia dan meningkatkan
pemberian bantuan kepada anggotanya dapat berupa bantuan keuangan atau
bantuan teknik secara berkala sesuai kebutuhan.

Sumber-sumber Dana Bank Pembangunan Asia
1. Sebagian besar dari Negara-negara asia. Begitu pula para pemimpinnya bank
pembangunan asia tidak hanya dinegara-negara kawasan asia akan tetapi
sudah meliputi Negara-negara non Asia.
2. Bank pembangunan asia juga memiliki dana tambahan yang diperoleh
melalua pembiayaan bersama dengan institusi lainnya terutama dari sektor
swasta, resmi dan institusi penyedian kredit expor. Pada tahun 2003, total
kerja sama berjumlah US$ 2,42 milyar untuk 28 pinjaman proyek serta US$
471,93 juta dalam bentuk hibah dan bantuan teknis yang digunakan untuk
mmbiayai 89 proyek. Bentuk-bentuk tahun 1970 sampai akhir 2003 , total
pembiayaan berjumlah US$ 40,65 milyar untuk 637 proyek
3. Pinjaman dan US$ 1,055 milyar dalam bentuk hibah dan bantuan teknis yang
digunakan untuk membiayai sekitar 590 proyek
4. Pinjaman untuk 6 proyek BPA di Indonesia yang dibiayai oleh sektor swasta
dari 1 januari 1999 sampai dengan 31 desember 2003 bejumlah total US$
733,8 juta. Pembiayaan dari sumber swasta terutama lebih banyak digunakan
untuk program restrukturisasi sektor energi sebesar US$ 400 juta.

Pinjaman dan Pembiayaan Bank Pembangunan Asia
Sumber dana dari kegiatan pemberian pinjaman yang umum
dilaksanakan, berasal dari sumber dana pinjaman yang diperoleh dari pihak
luar atau modal sendiri, yang ditujukan untuk menutupi kebutuhan negaranegara anggota dalam melaksanakan proyek-proyek tertentu.

Macam-macam Pembiayaan yang Diberikan
Dalam hal memberikan pinjaman, baik sebagai pemberi pinjaman
satu-satunya

maupun

bersama-sama

dengan

pemilik

dana

lainnya,

dilaksanakan oleh ADB dengan cara-cara berikut ini:
1. Dengan memberikan pinjaman sebagian dalam mata uang lokal dan
sebagian lagi dalam mata uang asing agar kebutuhan biaya-biaya
proyek dalam mata uang yang bersangkutan bisa dipenuhi, atau
2. Dengan

memberikan

fasilitas

untuk

membiayai

pengeluaran-

pengeluaran lokal suatu proyek, yang dapat dilakukan dengan
menyediakan mata uang lokal tanpa harus menjual cadangan emas atau
devisa negara yang bersangkutan.
Dalam suatu masalah khusus, yang menurut opini ADB suatu proyek
dapat menyebabkan tekanan pada kondisi Neraca Pembayaran suatu negara
tempat proyek tersebut dilaksanakan, ADB dapat memberikan pinjaman
dalam bentuk mata uang lainnya.
Dalam kasus demikian ini, jumlah pembiayaan yang dijamin oleh
ADB untuk tujuan ini tidak boleh melebihi porsi yang wajar dari total
pengeluaran lokal yang boleh dilakukan oleh negara peminjam.
Aktivitas penyaluran dana ADB terbagi dalam 2 kategori utama:
pemberian fasilitas pinjaman yang biasa dilaksanakan, dan pemberian
fasilitas pinjaman khusus.
a. Permohonan Pinjaman

ADB tidak menstandardisir formulir Permohonan pinjaman
ataupun garansi. Dalam memproses aplikasi pinjaman atau garansi, ADB
hanya akan berhubungan dengan pemohon atau perwakilan yang
berwenang, tidak dengan perantara. Permohonan diajukan secara tertulis,
dan mengungkapkan informasi-informasi yang dibutuhkan ADB sebagai
berikut:
 Sejarah, latar belakang usaha, dan kegiatan-kegiatan pemohon, bila
permohonan datang dari suatu institusi (bukan pemerintah suatu
negara anggota ADB). Selanjutnya permohonan dari institusi
kenegaraan harus menjelaskan secara terperinci hubungan finansial
dan legal dari institusi tersebut dengan pemerintahnya, nama-nama
perusahaan

yang

menjadi

pengurus

perseroan,

penyokong,

kompanyonnya-bila ada-, beserta kepentingan mereka ataupun
hubungan kepemimpinan mereka dengan pemohon.
 Deskripsi secara umum mengenai proyek tersebut.
 Rencana operasi untuk aktivitas, termasuk informasi menurut:
1. jenis dan jumlah dari produk-produk serta jasa-jasa yang
diberikan,
2. jenis dan jumlah dari sumber bahan-bahan mentah,
3. penyediaan transportasi dan sarana-sarana utama lainnya,
4. proses dan peralatan manufacturing (perpabrikan),
5. rencana-rencana pelaksanaan, dan
6. rencana-rencana pengelolaan.

 Studi kelayakan, survei pre-investasi, dan setiap informasi yang akan
membantu menjelaskan kondisi kelayakan ekonomi dan teknis dari
proyek yang bersangkutan.
 Bila seluruh data yang dibutuhkan belum tersedia, pemohon
hendaknya memberitahu ADB setiap rencana untuk mendapatkan
data-data tambahan yang diperlukan.
 Total pengeluaran proyek yang diperkirakan, diperinci secara detail;
dengan

menyertakan

daftar

terpisah

mengenai

pengeluaran-

pengeluaran dalam mata uang lokal maupun mata uang asing negara
yang bersangkutan, dasar-dasar perkiraan biaya, termasuk detail
mengenai pos-pos administratif.
 Besarnya pinjaman yang dibutuhkan, tujuan penggunaan pinjaman
yang diuraikan secara terperinci, jadwal pelunasan pinjaman, kondisi
neraca yang diperkirakan harus dicapai, termasuk besar dan peranan
modal dari pemohon itu sendiri.
 Detail dan hasil dari setiap usaha -bila ada-yang dilakukan untuk
memperoleh bantuan pembiayaan atau fasilitas-fasilitas di tempat lain.
 Laporan-laporan keuangan-bila perlu-untuk periode operasi selama 3
tahun terakhir, termasuk neraca dan laporan laba rugi.
 Perkiraan mengenai dampak finansial dan cash flow, termasuk
pendapatan tahunan, pengeluaran dan keuntungan yang diperoleh
dalam 1 tahun pertama operasi atau sampai dengan tahun pertama
tingkat operasi sudah sepenuhnya dilaksanakan.
 Perkiraan volume dan nilai penjualan setiap tahunnya (untuk setiap
produk utama maupun setiap jenis produk yang ada) sampai proyek
tersebut dapat berjalan secara normal, juga pola sistem distribusi
secara terperinci, kontrak penjualan jangka panjang, serta peraturan
pemasaran (bila ada).