BERIMAN KEPADA MALAIKAT SEBAGAI MAKHLUK

BERIMAN KEPADA MALAIKAT SEBAGAI MAKHLUK GAIB
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
AQIDAH
Dosen Pengampu: Azis Abdullah, S.Ag, MA

Disusun oleh:
Dani Ismail (17612012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MASJID SYUHADA
YOGYAKARTA
2017

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahamatullahi Wabarakatuh
Segala puji hanya milik Allah ‫ ﷻ‬yang Maha Kuasa. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang telah membawa kita semua dari alam
Jahiliyah menuju alam yang penuh ilmu pengetahuan dengan mukjizat beliau yang sangat
besar yakni Al-Qu’anul Karim. Berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Beriman kepada Malaikat
Sebagai Makhluk Gaib” guna memenuhi tugas mata kuliah Aqidah.

Dalam penyusunan materi dan tugas makalah ini, tidak sedikit hambatan yang
penyusun hadapi. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah ‫ ﷻ‬akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi dan tugas ini juga tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan abi, sehingga
kendala-kendala yang penyusun hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Makhluk Gaib:
Malaikat. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada para pembaca khususnya para mahasiswa/i Sekolah Tinggi
Agama Islam Masjid Syuhada.
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih sangat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu penyusun mengharapakan masukan dari dosen pengampu mata kuliah ini demi
perbaikan pembuatan makalah penyusun di masa yang akan datang dan juga penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian. Sekian yang dapat penyusun
sampaikan dan terimakasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yogyakarta, 20 Oktober 2017

Penyusun
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MAKHLUK GHAIB
Semua makhluk yang diciptakan Allah ‫ ﷻ‬dapat dibagi kepada dua macam:
pertama, yang ghaib (al-ghaib), dan kedua yang nyata (as-syahadah). Yang
membedakan keduanya adalah bisa dan tidak bisanya dijangkau oleh pancaindera
manusia. Segala sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh pancaindera manusia inilah
yang disebut sebagai pengertian dari makhluk ghaib (al-ghaib).

B. PENGERTIAN, KEISTIMEWAAN, DAN TUGAS MALAIKAT
1. PENGERTIAN MALAIKAT
Malaikat atau terkadang disebut al-mala’ al-a’la (kelompok tertinggi) adalah
makhluk Tuhan yang diciptakan dari an-nur (cahaya), seperti diterangkan dalam
hadis riwayat Imam Muslim yang menjelaskan bahwa Allah ‫ ﷻ‬menciptakan
malaikat dari cahaya, jin dari nyala api, dan Adam dari tanah. Penciptaan malaikat
lebih dahulu dari pencipataan manusia. Ketika Allah berkehendak menciptakan
manusia sebagai khalifah di bumi, Dia memberitahukan rencana-Nya kepada
malaikat sehingga terjadi dialog antara Dia dan malaikat (dalam Al-Qur’an surah
Al-Baqarah/2: 30-32)
Malaikat termasuk makhluk ruhani yang bersifat gaib. Mereka bukan
kelompok makhluk berwujud jasmaniah yang dapat diraba, dilihat, dicium, dan
dirasakan karena mereka berada di alam yang berbeda dengan alam manusia.

Mereka disucikan dari syahwat kebinatangan (al-nafs al-hayawaniyah) yang
terhindar dari keinginan hawa nafsu yang bersifat materil. Mereka selalu tunduk dan
patuh kepada Allah ‫ ﷻ‬dan tidak pernah ingkar kepada-Nya. Dengan demikian,
mereka menghabiskan siang dan malamnya untuk beribadah kepada Allah semata.
Tidak seorang pun mengetahui hakikat malaikat kecuali Allah ‫ ﷻ‬dan orangorang yang telah ditentukan-Nya, karena tidak didapatkan satu nash pun yang
menjelaskan bentuk dan hakikat malaikat. Akan tetapi, dalam keadaan tertentu
malaikat menampakkan dirinya dalam rupa manusia atau bentuk lain yang dapat
dicapai oleh rasa dan penglihatan manusia. Umpamanya, ketika Malaikat Jibril
alaihissalam mendatangi Maryam dalam rupa manusia (Q.S. Maryam/19: 16-17).
Malaikat adalah makhluk gaib (immaterial dan bukan alam nyata), tidak dapat
dicapai oleh pancaindera, tidak makan dan minum, dan tidak bernafsu hayawaniyah.
2. KEISTIMEWAAN MALAIKAT
Malaikat memiliki keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut:
a. Malaikat sebagai perantara dalam menyampaikan wahyu Allah.
b. Malaikat sebagai perantara untuk meneguhkan dan memantapkan hati
c.
d.
e.
f.
g.

h.
i.

orang-orang yang beriman.
Malaikat sebagai perantara dalam melaksanakan hukum Allah.
Malaikat mendoakan manusia.
Malaikat memberikan pertolongan kepada manusia.
Malaikat mencatat amal baik dan buruk manusia.
Malaikat mencabut nyawa manusia.
Malaikat tidak mempunyai hawa nafsu.
Pemberi ilham ke dalam hati manusia.

3. TUGAS MALAIKAT
Malaikat bertugas sebagai perantara dan pelaksana kehendak Allah ‫ﷻ‬,
terutama yang berhubungan dengan alam rohaniah. Menurut Fazlur Rahman, seperti
yang diterangkan dalam Ensiklopedi Islam, malaikat adalah makhluk langit yang
mengabdi kepada Allah ‫ ﷻ‬yang masing-masing mempunyai tugas yang berbeda.
Mereka dapat diutus kepada para nabi, seperti kepada Ibrahim alaihissalam dan Nabi
Luth alaihissalam (Q.S. Hud/11: 70 dan 81), dan kepada orang-orang beriman untuk
menguatkan iman mereka (Q.S. Fushilat/41: 30).

Tugas malaikat itu ada yang dikerjakan di alam ruh dan ada pula yang
dikerjakan di alam dunia. Tugas malaikat di alam ruh ialah menyucikan atau
bertasbih serta taat dan patuh sepenuhnya kepada Allah ‫ﷻ‬, memikul ‘Arsy,
memberi salam kepada ahli surga, dan menyiksa para ahli neraka.
Adapun di antara tugas malaikat di alam dunia ialah menurunkan wahyu yang
diemban oleh Malaikat Jibril alaihissalam. Ia disebut juga ruh al-amin, atau ruh alqudus. Adapun tugas malaikat-malaikat yang lainnya adalah sebagai berikut:
Malaikat Mikail mengatur perjalanan bintang-bintang, menentukan musim seperti
menurunkan hujan dan panas serta menurunkan rezeki; Malaikat Izrail (malak almaut) bertugas mencabut nyawa; Malaikat Israfil bertugas meniup sangkakala atau
nafiri ketika terjadi Kiamat besar; Malaikat Raqib dan ‘Atid bertugas mencatat
segala perbuatan manusia –Raqib berada di sebelah kanan manusia yang mencatat
perbuatan baik, dan ‘Atid berada di sebelah kiri yang mencatat perbuatan buruk
manusia; Malaikat Munkar dan Nakir bertugas memeriksa amal perbuatan manusia
di alam kubur; Malaikat Malik bertugas menjaga neraka, tempat manusia menerima
sanksi sebagai balasan perbuatan buruk mereka ketika hidup di dunia; Malaikat
Ridwan bertugas menjaga surga, tempat kebahagiaan manusia sebagai ganjaran atas
perilaku baik mereka di dunia.

C. KARATERISTIK MALAIKAT
Malaikat memiliki karateristik/wujud yang diantaranya, sebagai berikut:
1. Antara yang satu dengan yang lainnya memiliki beberapa perbedaan,


seperti kedudukan dan pangkat yang hanya diketahui oleh Allah ‫ ﷻ‬.
Abdullah bin Mas’ud berkata:
ّ ‫ي ﷺ َرأَى ِجب ِْر ْي َل لَهُ ِس‬
(‫َاح )رواه البخاري و مسلم و غيرهما‬
ّ ِ‫اَ ّن النّب‬
ٍ ‫ت ِمائَ ٍة َجن‬
“Sesungguhnya Nabi ‫ ﷺ‬telah melihat Jibril (pada waktu mi’raj dalam
rupa aslinya) mempunyai enam ratus sayap”.

2. Allah ‫ ﷻ‬menciptakan para malaikat dari cahaya, menciptakan jin dari

nyala api, dan anak cucu Adam dari tanah liat, dan Allah ‫ ﷻ‬telah
menciptakan malaikat terlebih dahulu sebelum menciptakan Adam
alaihissalam. Dalam sebuah hadist disebutkan:
‫صفَ لَ ُك ْم‬
َ ِ‫ َو ُخل‬,‫ج ِم ْن نَا ٍر‬
َ ‫ق آ َد ُم ِم ّما َو‬
َ َ‫ َو ُخلِة‬,‫ت ْال َملَ ئِ َكةُ ِم ْن نُوْ ِر‬
ِ َ‫ ُخلِق‬.

ٍ ‫الجا ّن ِم ْن َما ِر‬
“Malaikat diciptakan dari cahaya, dan jin diciptakan dari api, dan
diciptakan anak Adam dari apa yang telah dijelaskan kepadamu (yaitu
tanah).”

3. Malaikat mempunyai tubuh tubuh dan fisik yang besar. Allah ciptakan

mereka dalam bentuk yang besar lagi kuat sesuai dengan besarnya tugas
yang dipikulkan kepada mereka di langit dan bumi.
4. Malaikat mampu berubah bentuk dari rupa aslinya. Allah ‫ﷻ‬

telah
memberikan kemampuan kepada mereka untuk merubah bentuk menjadi
manusia laki-laki.

D. PENGEJAWANTAHAN (IMPLEMENTASI) IMAN KEPADA MALAIKAT
Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah SWT mempunyai
makhluk yang gaib bernama Malaikat yang tidak pernah durhaka kepadanya, yang
senantiasa melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baik dan secermat-cermatnya.
Untuk mengetahui dan mengimani wujud malaikat, seseorang dapat menempuh dua

cara, Pertama melalui akhbar yang disampaikan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬baik berupa AlQur’an maupun Sunnah. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah
‫ ﷺ‬yang menjelaskan perihal Malaikat. Karena kita mengimani kebenaran dua
sumber tersebut, tentu dengan sendirinya kita mengimani isi berita dari kedua sumber
tersebut. Dan kedua, kita dapat mengetahui dan mengimani wujud Malaikat lewat
bukti-bukti nyata yang ada dalam alam semesta yang menunjukkan bahwa Malaikat
itu ada. Misalnya, Malaikat Maut yang ditugaskan Allah ‫ ﷻ‬untuk mencabut nyawa
manusia, dapat kita buktikan wujudnya lewat bukti nyata peristiwa kematian yang
dialami oleh umat manusia. Begitu juga Malaikat Jibril yang bertugas menyampaikan
wahyu kepada Rasul, di antaranya kepada Nabi Muhammad ‫ﷻ‬, dapat kita buktikan
wujudnya dengan melihat bukti nyata wahyu yang diturunkan itu, yaitu kitab suci AlQur’anul Karim.
Jumlah malaikat itu banyak sekali dan tidak diketahui secara pasti. Hal ini
seperti yang terjadi pada Perang Badr ketika Allah ‫ ﷻ‬menurunkan beribu-ribu
malaikat yang membantu kaum Muslimin untuk melawan musuh Islam, yaitu bangsa
Quraisy (Q.S. Al-Anfal/8: 9). Akan tetapi, dari jumlah mereka yang banyak itu yang

wajib diimani hanya sepuluh malaikat seperti yang telah penulis kemukakan di atas
tadi.
 Meyakini dengan sepenuh hati bahwa malaikat merupakan salah satu makhluk gaib
yang lebih dahulu diciptakan oleh Allah daripada manusia.
 Meyakini di dalam hati bahwa malaikat merupakan makhluk yang memiliki sifat

seperti hidup pada alam gaib, maksum, tidak berjenis kelamin, tidak makan dan
minum dan selalu senantiasa bertasbih kepada Allah SWT.
 Meyakini bahwa Allah telah memberikan tugas yang berbeda untuk setiap malaikat.
 Meyakini bahwa segala amal perbuatan yang kita lakukan sehari-hari tidak akan lepas
dari pengawasan Allah, maka hendaknya kita harus selalu berhati-hati dalam
bertindak atau melakukan sesuatu.
 Melakukan perbuatan yang dapat mencerminkan beriman kepada malaikat yakni
dengan melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.

E. HUBUNGAN SPIRITUAL NORMATIF DAN NEGATIF DENGAN MALAIKAT
Dengan mengetahui tugas-tugas dari para malaikat sebagaimana yang telah
dijelaskan diatas, khususnya yang berhubungan dengan kehidupan manusia,
mendorong manusia untuk berusaha meningkatkan terus amal-amal baik yang akan
dilakukannya, dengan jalan mensucikan jiwa, membersihkan hati, beribadat kepada
Allah ‫ ﷻ‬dengan khusyu, dan mengerjakan amal kebaikan lainnya. Do’a malaikat
tidak pernah ditolak Tuhan, karenanya orang amat beruntung jika termasuk golongan
mereka yang didoakan para malaikat. Cinta kepada malaikat karena kedekatan
ibadahnya kepada Allah ‫ ﷻ‬, dan karena mereka selalu membantu dan selalu
mendoakan kita.
Hubungan spiritual malaikat dengan manusia juga akan memberikan dampak

yang positif kedalam diri manusia itu sendiri, diantaranya:
1. Semakin beriman kepada Allah

Malaikat adalah salah satu makhluk Allah ‫ ﷻ‬yang tidak dapat dilihat oleh mata
manusia namun dengan mempercayai adanya malaikat yang mencatat segala
perbuatan kita baik dan buruk maka kita akan semakin beriman kepada Allah ‫ ﷻ‬dan
berusaha untuk selalu isriqamah menjalankan ibadah.
2. Memunculkan rasa syukur kepada Allah ‫ﷻ‬
Para malaikat senantiasa berdoa kepada Allah dan mendoakan orang mukmin yang
mendoakan saudaranya. Tidak hanya itu malaikat memiliki tugas dan pekerjaannya
sendiri untuk membantu manusia misalnya mengatur rizki dan menurunkan hujan.
Semua hal yang dilakukan malaikat tersebut tentunya bermanfaat bagi manusia dan
mampu menimbulkan rasa syukur kepada Allah
3. Berhati-hati dalam bertindak

Karena seorang muslim selalu ingat dan tahu bahwa malaikat senantiasa mengawasi
dan mencatat segala perbuatan kita baik perbuatan yang baik maupun yang salah.
Untuk itulah keberadaan malaikat dan mempercayainya mampu membuat manusia
senantiasa berhati-hati dalam bertindak dan berbicara serta takut untuk melakukan
perbuatan maksiat.

Iman kepada malaikat juga mendorong manusia untuk tidak mengikuti hawa nafsu
yang akan menuju kesesatan dan juga membuat manusia meniru kesetiaan malaikat
kepada Allah ‫ﷻ‬
4. Yakin akan pertolongan Allah
Karena malaikat senantiasa mendoakan orang yang beriman maka ia tidak perlu takut
jika ia memerlukan bantuan kepada Allah dan doa malaikat selalu dikabulkan Allah
‫ﷻ‬.
KESIMPULAN
Dari pembahasan dan pemaparan makalah “Beriman Kepada Malaikat Sebagai Makhluk
Gaib” yang telah penyusun kemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Makhluk gaib adalah Segala sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh pancaindera

manusia inilah yang disebut sebagai pengertian dari makhluk ghaib (al-ghaib).
2. Malaikat adalah makhluk gaib yang Tuhan diciptakan dari an-nur (cahaya).
3. Malaikat Allah ‫ﷻ‬

memiliki keistimewaan diantaranya: (1) malaikat mendoakan
manusia, (2) malaikat memberikan pertolongan kepada manusia, (3) malaikat sebagai
perantara untuk meneguhkan dan memantapkan hati orang-orang yang beriman, dll.

4. Disimpulkan bahwa malaikat mempunyai dua tugas pokok, yaitu tugas di alam rohani

dan tugas di alam nyata yang mempunyai hubungan dengan manusia.
5. Cara kita untuk mengimplementasikan iman kepada malaikat adalah dengan kita
mempercayai dan mengimani adanya malaikat-malaikat Allah ‫ﷻ‬
melalui
akhbar/dalil yang disampaikan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬baik berupa ayat dalam AlQur’an dan sunnah.
6. Dampak yang ditimbulkan dengan kita mengimani malaikat-malaikat Allah ‫ ﷻ‬,
mendorong manusia untuk berusaha meningkatkan terus amal-amal baik yang akan
dilakukannya, dengan jalan mensucikan jiwa, membersihkan hati, beribadat kepada
Allah ‫ ﷻ‬dengan khusyu, dan mengerjakan amal kebaikan lainnya. Do’a malaikat
tidak pernah ditolak Tuhan, karenanya orang amat beruntung jika termasuk golongan
mereka yang didoakan para malaikat. Cinta kepada malaikat karena kedekatan
ibadahnya kepada Allah ‫ ﷻ‬, dan karena mereka selalu mendoakan dan membantu
kita.

DAFTAR PUSTAKA
1) Latif, Zaki Mubarok, dkk. Akidah Islam. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta. 1998.
2) Hakim, A.A, Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 1999.
3) Abdat, Abu Unaisah Abdul Hakim bin. Syarah Aqidah Salaf. : Maktabah
Mu’awiyah Bin Abi Sufyan. 2016.