Akibat Hukum Opini WTP atas Pertanggungj

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG

JUDUL
PAPER
“Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian atas
Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara”
Disusun oleh:
FRAN DIKA DWI PURNOMO A.S (133060017966)
Mahasiswa Program Diploma III Keuangan
Spesialisasi Akuntansi
Kelas 4-L / 11
085642822464

Tugas Hukum Keuangan Negara

1 | Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian...FRAN DIKA... STAN

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan paper tentang
Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian atas Pertanggungjawaban Pengelolaan
Keuangan Negara ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih pada Bapak Heriyanto Sijabat selaku Dosen mata kuliah Hukum
Keuangan Negara yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap paper ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai akbita hukum adanya opini WTP dari BPK. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam paper ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
paper yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga paper sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya paper yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Bintaro, 21 April 2015


Penulis

2 | Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian...FRAN DIKA... STAN

DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4
1.

Latar Belakang............................................................................................................ 4

2.

Rumusan Masalah ...................................................................................................... 5

3.


Tujuan ......................................................................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................................ 6
1.

Opini Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara ...................................... 6

2.

Strategi Mendapatkan Opini Wajar Tanpa Pengecualian ........................................... 7

3.

Makna Opini Wajar Tanpa Pengecualian bagi Kementerian/Lembaga ..................... 9

BAB III AKIBAT HUKUM OPINI WAJAR TANPA PENGECUALIAN ....................... 11
1.

Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Negara .............................. 11


2.

Opini Wajar Tanpa Pengecualian Tidak Menjamin Bebas Korupsi......................... 12

3.

Opini Wajar Tanpa Pengecualian Tidak Berarti Bebas Masalah ............................. 13

4.

Opini Wajar Tanpa Pengecualian Tidak Mencerminkan Kesejahteraan Rakyat ..... 13

BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 16

3 | Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian...FRAN DIKA... STAN

BAB I
PENDAHULUAN


1. Latar Belakang
Dalam UU Keuangan Negara (UU No. 17 Tahun 2003) dan UU Pemeriksaan
Keuangan dan Akuntabilitas Negara (UU No. 15 Tahun 2005) dijelaskan bahwa laporan
keuangan yang akan dipertanggungjawabkan dan diserahkan, harus terlebih dahulu di audit
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pemeriksaan laporan keuangan menjadi salah
satu sarana dalam meminimalkan konflik sekaligus mewujudkan penerapan good
governance. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi pengawasan oleh masyarakat merupakan
salah satu kunci utama terciptanya pengelolaan anggaran yang baik dan didukung oleh
keterbukaan informasi yang baik pula.
Sesuai dengan tugasnya, BPK menjadi salah satu pihak yang mempunyai peran
penting dalam menjaga dan memastikan bahwa keuangan negara dipergunakan untuk
sebesar-besarnya

kesejahteraan

rakyat.

Dalam


beberapa

tahun

terakhir,

BPK

memprioritaskan pemeriksaan keuangan karena harus dilakukan sebagai amanat undangundang. BPK juga memprioritaskan pemeriksaan pada bidang-bidang kegiatan yang
mepunyai kemungkinan yang besar terjadi korupsi dan menjadi prioritas pembangunan.
Sebagai hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK, auditor harus memberikan opini
hasil pemeriksaan atas Laporan Kuangan Pemerintah Pusat atau Daerah.
Opini audit yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan
Keuangan Pemerintah dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara
merupakan salah satu parameter penilaian akuntabilitas pemerintahan. Namun, pada lima
tahun belakangan ini pemerintah (pusat dan daerah) yang mendapatkan opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) pada Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah ( LKPP dan LKPD) masih berjumlah sedikit. Hal ini menunjukkan
bahwa proses pengelolaan keuangan di pusat maupun daerah belum berjalan dengan baik
dan akuntabel. Laporan Keuangan Pemerintah merupakan laporan keuangan yang

keandalannya harus dapat dipertanggungjawabkan.
Opini Wajar Tanpa Pengecualian diberikan kepada Laporang Keuangan
Pemerintah Pusat atau Daerah apabila laporan keuangan dianggap memberikan informasi
4 | Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian...FRAN DIKA... STAN

yang bebas dari salah saji material. Jika laporan keuangan diberikan opini jenis ini, artinya
auditor meyakini berdasarkan bukti-bukti audit yang dikumpulkan, perusahaan/pemerintah
dianggap telah menyelenggarakan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan baik, dan
kalaupun ada kesalahan, kesalahannya dianggap tidak material dan tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengambilan keputusan. Dengan diterbitkannya opini WTP
menimbulkan akibat hukum yang akan dijelaskan dalam paper ini.
Tantangan yang dihadi BPK dalam pemeriksaan keuangan adalah tingginya
harapan dari masyarakat yang menginginkan jika suatu entitas sudah memperoleh opini
WTP maka sudah seharusnya tidak ada korupsi di entitas tersebut. Atas harapan
masyarakat tersebut, BPK terus meningkatkan kualitas pemeriksaan dengan meningkatkan
pemahaman atas audit dan melaksanakannya dalam pemeriksaan.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan
pokok dalam penulisan Paper ini adalah sebagai berikut:

a.

Apa saja jenis opini Badan Pemeriksa Keuangan atas pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan negara.

b.

Bagaimana strategi untuk mendapatkan Opini Wajar Tanpa Pengecualian

c.

Mengapa Opini Wajar Tanpa Pengecualian penting bagi kementerian /lembaga

d.

Akibat hukum apa yang timbul dari diterbitkannya opini Wajar Tanpa Pengecualian

3. Tujuan
Tujuan penulisan yang digunakan dalam penulisan paper mengenai Akibat
Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian atas Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan

Negara, adalah sebagai berikut:
a.

Untuk mengetahui secara jelas mengenai jenis-jenis opini BPK sebagai hasil
pemeriksaan

b.

Untuk mengetahui bagaimana strategi yang harus oleh kementerian/lembaga
untukmendapatkan oponi Wajar Tanpa Pengecualian

c.

Untuk mengetahui makna opini WTP bagi kementerian/lembaga dan akibat hukum
yang ditimbulkan.

5 | Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian...FRAN DIKA... STAN

BAB II
LANDASAN TEORI


1. Opini Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara
Untuk meningkatkan kredibilitasnya, laporan keuangan pemerintah dalam rangka
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara diaudit oleh auditor independen.
Undang-undang keuangan negara mengatur Badan Pemeriksa Keuangan melakukan
pemeriksaan kepada entitas pelaporan dalam hal ini entitas pelapor dari pemerintah pusat
atau pemerintah daerah.
Pemeriksaan terhadap entitas pelapor dapat berupa pemeriksaan atas laporan,
pemeriksaan atas kinerja pemerintah atau pemeriksaan bertujuan tertentuPemeriksaan
keuangan bertujuan untuk memberikan opini pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh
BPK RI dalam rangka memberikan opini tentang

kewajaran pengelolaan keuangan

negara. Laporan hasil pemeriksaan memuat opini
Pemeriksaan kinerja merupakan pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi
serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan
manajemen. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu
menjadi perhatian lembaga perwakilan. Adapun untuk pemerintah, pemeriksaan kinerja
dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan

secara ekonomis dan efisien serta memenuhi sasaran secara efektif. Laporan hasil
pemeriksaan kinerja memuat temuan, simpulan, dan rekomendasi.
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
tujuan khusus, diluar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam
pemeriksaan dengan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal yang berkaitan
dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.
Opini

yang diberikan

BPK sebagai hasil

pemeriksaan dalam

rangka

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara oleh entitas yang bertanggungjawab
adalah sebagai berikut:
a.

Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP/Unqualified Opinion) diberikan dengan
kriteria sistem pengendalian internal memadai dan tidak ada salah saji yang material

6 | Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian...FRAN DIKA... STAN

atas pos-pos laporan keuangan. Secara keseluruhan laporan keuangan telah
menyajikan secara wajar sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku.
b.

Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP/Qualified Opinion) diberikan dengan
kriteria sistem pengendalian internal memadai, namun terdapat salah saji yang
material pada beberapa pos-pos laporan keuangan. Laporan keuangan dengan Opini
Wajar Dengan Pngecualian dapat diandalkan, tetapi pemilik kepentingan harus
memperhatikan beberapa permasalahan yang diungkapkan auditor atas pos yang
dikecualiakn tersebut agar tidak mengalami kekeliruan dalam pengambilam
keputusan.

c.

Opini Tidak Memberikan Pendapat (TMT/Disclaimer Opinion) diberikan apabila
terdapat suatu nilai yang secara material tidak dapat diyakini auditor karena ada
pembatasan lingkup pemeriksaan oleh manajemen sehingga auditor tidak cukup bukti
dan atau sistem pengendalian internal yang sangat lemah. Dalam kondisi demikian
auditor tidak dapat menilai kewajaran laporan keungan sehingga auditor memberikan
penilaian apakah laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian, Wajar Dengan
Pengecualian, atau Tidak Wajar.

d.

Opini Tidak Wajar (TW/Adverse Opinion) diberikan jika sistem pengendalian internal
tidak memadai dan terdapat salah saji pada banyak pos laporan keuangan yang
material. Dengan demikian secara keseluruan laporan keuangan tidak disajikan secara
wajar sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku.

2. Strategi Mendapatkan Opini Wajar Tanpa Pengecualian
Setiap

entitas

pemerintah

mempunyai

kewajiban

utk

memberikan

pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan
penyelenggaran pengelolaan keuangan negar kepada pihak yang memiliki hak atau
berkewenangan utk meminta keterangan atau pertanggungjawaban dalam rangka
mewujudkan asas akuntabilitas keuangan
. Akuntabilitas Keuangan menurut LAN dan BPKP yaitu pertanggungjawaban
mengenai

integritas

keuangan,

pengangkatan

dan

ketaatan

terhadap

peraturan

perundangan. Sasarannya adalah laporan keuangan yg disajikan dan peraturan
perundangan yg berlaku yg mencakup penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang
oleh instansi pemerintah.
Setiap pertanggungjawaban akan dilakukan pemeriksaan yang menghasilkan
suatu opini hasil pemeriksaan. Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa
7 | Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian...FRAN DIKA... STAN

mengenai kewajaran informasi keuangan yg disajikan dalam laporan pertanggungjawaban
keuangan yg didasarkan pd kriteria:
a.

Kesesuaian dengan SAP (PP 71/2010),

b.

Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures),

c.

Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,dan

d.

Efektivitas Sistem Pengendalian Internal.
Strategi yang diperlukan untuk memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian

dapat berbeda antara satu entitas dengan entitas yang lain tergantung kondisi dan masalah
yg ada. Menetapkan dan melaksanakan langkah-langkah konrit untuk menyelesaikan
rekomendasi-rekomendasi dalam Laporan Hasil Pemeriksaan tahun sekarang dan tahuntahun sebelumnya dengan tetap mempertahankan dan memperbaiki kondisi akun lainnya
yg tidak dikecualikan.
Strategi yang baik adalah strategi yang jelas, terukur, bisa diraih dan ada batas
waktunya. Agar targer pencapaian opini WTP yang sudah ditetapkan oleh pimpinan bisa
dipahami dengan jelas dan dilaksanakan oleh seluruh jajaran yang bertanggungjawab
dalam penyusunan LKKL, maka target tersebut disampaikan secara berulang pada
berbagai kesempatan.
Selain strategi diatas, alangkah baiknya melakukan pembenahan mulai dari
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan kegiatan, pertanggungjawaban, pelaporan
keuangan dan pengawasan internal, menyusun action plan dan membentuk tim khusus
untuk mengawal pelaksanaan action plan, membenahi akuntansi dan pelaporan keuangan.
Mengimplementasikan Standar Akuntansi Pemerintahan pada saat penyusunan dan
penyajian laporan keuangan
Secara umum strategi yang sering dilakukan adalah:
a.

Meningkatan peran Badan Pengawasan

b.

Menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan BPK sebelumnya

c.

Melakukan upaya pencegahan berulangnya temuan pemeriksaan

d.

Mendeteksi sejak dini potensi permasalahan yang dapat menjadi temuan pemeriksaan

e.

Melakukan pengordinasian yang baik antara Unit yang saling terkait, baik intenal
maupun eksternal

f.

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi melalui implementasi kombinasi.

8 | Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian...FRAN DIKA... STAN

3. Makna Opini Wajar Tanpa Pengecualian bagi Kementerian/Lembaga
Opini WTP memiliki makna yang sangat penting bagi kementerian atau lembaga.
Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga
sangat penting, karena selain menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan tentang
keseriusan kami selaku pengelola keuangan, hal ini juga mendukung prinsip pelaporan
yaitu transparansi keuangan, tata kelola yang baik dan akuntabel.
Ada tiga poin penting mengenai makna WTP bagi Kementerian/Lembaga, yaitu:
a.

Opini WTP menggambarkan keseriusan pengelolaan keuangan .
Tercapainya opini WTP menunjukan kemauan keras dari pimpinan bahwa
mereka serius melakukan perubahan dengan melakukan langkah-langkah perbaikan
dalam penyusunan laporan keuangan dengan mengacu pada SAP dan peraturan
perundang-undangan. Keseriusan tersebut diimplementasikan ke dalam strategi para
pimpinan untuk mengarahkan masing-masing jajarannya dalam usaha untuk meraih
opini WTP.
Strateginya yaitu dengan banyak melakukan sosialisasi tentang peraturanperaturan terkait perbendaharaan ataupun pelaporan, melakukan pemantapan kepada
petugas Sistem Akuntansi Instansi (SAI), serta terjalinnya koordinasi antar lini baik
Unit Kerja Eselon II dan Unit Kerja Eselon I ataupun Inspektorat Jenderal selaku
Aparatur Pengawasan Intern Pemerintah. Strategi dengan melakukan sosialisasi untuk
meraih opini WTP dalam berbagai kesempatan mencerminkan keseriusan dari
pimpinan organisasi terkait peningkatan kualitas laporan keuangan

b.

Perkembangan yang signifikan dalam pengelolaan keuangan
Dengan diraihnya opini WTP maka terlihat bahwa ada peningkatan yang
signifikan dalam perbaikan LKKL dari tahun-tahun sebelumnya. Meraih opini WTP
tidak bisa hanya dilihat sebagai hasil akhir saja, dan seharusnya memang dilihat sebgai
proses yang panjang.

c.

WTP selaras dengan prinsip-prinsip good governance yaitu akuntabel dan transparan.
Tiga prinsip utama yang mendasari penerapan good governance adalah
partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Transparansi merupakan keterbukaan
informasi atas penyelenggaraan pemerintahan, sedangkan akuntabilitas menunjukkan
adanya kewajiban untuk melaporkan secara akurat dan tepat waktu informasi yang
terkait dengan pertanggunggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan.

9 | Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian...FRAN DIKA... STAN

Dengan adanya opini WTP maka bisa dijadikan pegangan bagi para pemakai
informasi, bahwa laporan keuangan tersebut sudah disajikan sesuai dengan SAP.
LKKL dengan opini WTP bisa mencerminkan keterbukaan informasi penyelenggara
pemerintahan dan dapat di terima sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah
kepada publik atas penggunaan dana yang dikelolanya.

10 | Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian...FRAN DIKA... STAN

BAB III
AKIBAT HUKUM OPINI WAJAR TANPA PENGECUALIAN

1. Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Negara
Pemerintah Indonesia telah melakukan reformasi manajemen keuangan negara
baik pada pemerintah pusat maupun pada pemerintah daerah dengan ditetapkannya paket
undang-undang bidang keuangan negara, yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Peraturan perundangundangan tersebut menyatakan tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada
DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara,
pemerintah dalam era reformasi telah melakukan koreksi secara menyeluruh terhadap
sistem keuangan negara yang dipergunakan pada masa Pemerintahan Orde Baru. Koreksi
yang dilakukan adalah degan mengintegrasikan anggaran negara dengan meniadakan
pembedaan antara anggaran rutin dan anggaran pembangunan yang terpisah di masa Orde
Baru. Kontrol atas APBN kini sepenuhnya berada di tangan Menteri Keuangan. Tadinya
anggaran pembangunan dikendalikan oleh Bappenas. Sementara itu, tahun anggaran kini
dirubah sesuai dengan tahun kalender dari yang tadinya berakhir tanggal 31 Maret.
Administrasi dan pertanggungjawaban keuangan negara dirubah secara mendasar.
Jenis dan format laporan keuangan negara kini memberlakukan sistem pembukuan
berpasangan, menggunakan sistem akuntansi terpadu yang dikomputerisasi, serta
menerapkan desentralisasi pelaksanaan akuntansi secara berjenjang oleh unit-unit
akuntansi baik di kantor pusat maupun di daerah. Koreksi yang kedua adalah dengan
menyosialisasikan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pada tanggal 13 Juni 2005.
Koreksi yang ketiga adalah dengan menerbitkan UU No. 15 Tahun 2006 yang
memulihkan kebebasan dan kemandirian BPK dan sekaligus memperluas objek
pemeriksaannya. Pertanggungjawaban keuangan negara yang transparan dan akuntabel
baru dimulai dalam LKPP Tahun 2004. Walaupun masih jauh dari sempurna, LKPP itu
memuat rangkaian perubahan sistem fiscal yang disajikan dalam bentuk neraca, lebih rinci
dan lebih sistematis sehingga lebih mudah dipahami dan dicerna oleh masyarakat luas.

11 | Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian...FRAN DIKA... STAN

Penyajian keuangan negara dalam bentuk neraca dan format baru, yang telah
diaudit oleh BPK-RI tersebut, merupakan suatu tonggak sejarah kemajuan dan bagian dari
perwujudan demokrasi politik yang juga menuntut adanya transparansi serta akuntabilitas
keuangan negara. Dengan adanya standar pelaporan yang jelas akan mempermudah suatu
entitas pelaporan dalam melakukan pertanggungjawaban. Dengan pelaporan yang sesuai
standar dan peraturan maka hasil pemeriksaan laporan akan mendapatkan opini Wajar
Tanpa Pengecualian.

2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian Tidak Menjamin Bebas Korupsi
Akhir-akhir ini tak jarang para kementerian/lembaga menjadikan opini wajar
tanpa pengecualian (WTP) sebagai upaya politik untuk menarik simpatik publik, seakanakan mereka telah menjalankan sistem birokrasi dengan benar. Para pimpinan kementrian
lembaga dan pemerintah daerah harus tetap waspada dan jangan langsung merasa bangga
saat WTP berhasil diperoleh. Mereka melindungi diri dibalik opini WTP, dengan asumsi
telah bersih dari korupsi dan tak perlulagi diperiksa.
Wajar Tanpa Pengecualian, sebuah opini yang dikeluarkan auditor terhadap
laporan keuangan. Sesuai amanat konstitusi dan UU No. 17 Tahun 2003, audit atas laporan
keuangan lembaga negara dilakukan oleh BPK. WTP menjadi obsesi pimpinan lembaga.
Kewajaran bukan berarti kebenaran atas suatu transaksi. Opini atas Laporan keuangan
tidak mendasarkan kepada apakah ada entitas tertentu terdapat korupsi atau tidak.
Jika dalam pemeriksaan ditemukan proses pengadaan barang atau jasa
menyimpang dari ketentuan, secara keuangan sudah dilaporkan sesuai dengan SAP, maka
laporan keuangan itu bisa memperoleh opini WTP. Opini WTP yang diberikan kepasa
instansi pusat maupun daerah bukan merupakan wujud instansi tersebut terbebas dari
korupsi. Informasi yang termasuk dalam laporan yang mendapatkan opini WTP masih
mungkin mengandung kesalahan namun kesalahan tersebut tidak mengakibatkan
pengambilan keputusan yang berbeda.
Pengumuman yang sering terjadi seolah menunjukkan lembaga-lembaga negara
yang memperoleh WTP sudah bersih dari penyimpangan dan penyelewenangan.Sekadar
perbandingan, WTP yang diperoleh Kementerian Agama menjadi sebuah ironi. BPK
menyerahkan hasil audit dengan status WTP kepada Menteri Agama pada media, beberapa
hari kemudian, KPK membongkar korupsi pengadaan kitab suci al-Qur’an di kementerian

12 | Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian...FRAN DIKA... STAN

ini.Semakin banyak lembaga negara yang mendapatkan WTP dari BPK. Pada saat
bersamaan, jumlah perkara korupsi yang diungkap dari lembaga negara terus bertambah.

3. Opini Wajar Tanpa Pengecualian Tidak Berarti Bebas Masalah
Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang diberikan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) atas laporan hasil pemeriksaan (LHP) keuangan negara oleh pemerintah,
bukan berarti pengelolaan keuangan pemerintah yang terperiksa bebas masalah. Sejatinya,
dengan opini WTP yang diberikan BPK terhadap pengelolaan keuangan pemerintah, sudah
bebas masalah atau penyimpangan, namun kenyataannya masih banyak ditemukan
penyimpangan yang merugikan keuangan negara.
Adanya instansi pemerintah yang mendapat penilaian WTP tetapi masih
ditemukan penyelewengan, menjadi tantangan berat bagi auditor BPK dalam memeriksa
laporan keuangan pemerintah. Oleh karena itu, BPK terus meningkatkan kualitas
pemeriksaan dengan menerapkan audit berbasis resiko (risk based audit atau RBA).
Dengan menggunakan pendekatan RBA, pemeriksa akan mempunyai sensitivitas tinggi
dalam mendeteksi penyimpangan, termasuk jika ada indikasi korupsi.
BPK dalam memberikan penilaian hasil pemeriksaan keuangan, hanya melihat
unsur penyajian dari pengelolaan keuangan pemerintah yang terperiksa. BPK sebagai
lembaga negara yang diberi kewenangan memeriksa pengelolaan keuangan negara oleh
pemerintah, hanya memeriksa tiga aspek, yakni, laporan keuangan, kinerja pemerintah dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Dari hasil pemeriksaan tersebut, BPK memberikan
penilaian berupa WTP, WDP (Wajar Dengan Pengecualian), tidak wajar dan tidak
memberikan pendapat.
Terhadap laporan keuangan yang terindikasi ada tindak pidana BPK melaporkan
hasil pemeriksaannya kepada pihak terkait, Kepolisian, Kejaksaan dan KPK. Ketentuan
BPK melaporkan hasil pemeriksaan kepada pihak terkait itu, diatur dalam pasal 14 ayat 1
UU Nomor 15 tahun 2004 tentang tugas dan kewenangan BPK.

4. Opini Wajar Tanpa Pengecualian Tidak Mencerminkan Kesejahteraan
Rakyat
Dalam perkembangan BPK di Indonesia, awalnya lebih banyak melakukan
pemeriksaan keuangan daripada pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu. Namun, seiring dengan kemampuan yang lebih baik dari instansi pemerintah
13 | Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian...FRAN DIKA... STAN

dalam menyusun laporan keuangan, maka jumlah pemeriksaan kinerja harus makin banyak
dan menjadi prioritas.
Oleh karena itu, saat ini hingga beberapa tahun ke depan, BPK sudah mulai
menguatkan kemampuan dalam pemeriksaan kinerja. Hal ini penting karena ketika LKKL
dan LKPD mayoritas sudah WTP, maka BPK harus sudah siap dan mampu melakukan
pemeriksaan kinerja dengan kualitas yang semakin baik. Selanjutnya, untuk pemeriksaan
keuangan bisa dialihkan kepada KAP yang memeriksa atas nama BPK.
Terkait dengan pemeriksaan keuangan, patut dipertanyakan bahwa opini WTP
sepertinya tidak berdampak pada peningkatan tingkat kesejahteraan rakyat. Meskipun
laporan keuangan sudah semakin membaik, namun dilihat dari perkembangan indikator
tingkat kesejahteraan tidak terlalu memiliki hubungan yang sejajar. BPK sedang
mengambil kebijakan untuk mendorong pencapaian opini laporan keuangan dengan
kemampuan instansi dalam melaksanakan program-program peningkatan kemakmuran.

14 | Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian...FRAN DIKA... STAN

BAB IV
KESIMPULAN
Dalam pengelolaan keuangan negara, salah satu indikator keberhasilan adalah jika
laporan keuangan memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK. Namun
demikian, harus disadari bahwa opini WTP bukanlah segala-galanya, artinya upaya
memperoleh opini hendaknya sering dengan upaya mencapai kinerja yang baik dalam
pengolaan keuangan, dimana setiap program dan kegiatan dapat dilakukan secara
ekonomis, efisien, dan efektif, serta tidak terjadi korupsi. Dengan kata lain, pemerintah
pusat maupun daerah harus mengupayakan pengelolaan keuangan daerah dapat dilaporkan
dengan baik yaitu memperoleh opini WTP dan dapat dimanfaatkan sesuai dengan
peruntukannya untuk kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, idealnya upaya untuk
meraih WTP juga dibarengi dengan upaya untuk mencapai kinerja terbaik, tidak terjadi
korupsi, dan rakyat makin sejahtera.
Saat ini, meskipun semakin banyak instansi pemerintah memperoleh opini WTP,
namun kita tidak dapat langsung memperoleh hubungan korelasi antara opini WTP dengan
semakin meningkatnya kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, bagi instansi pemerintah
tidak cukup hanya memperoleh opini WTP, namun juga harus berhasil dalam
melaksanakan program-program pembangunannya.
BPK sudah mengambil kebijakan melakukan pemeriksaan atas pprogramprogram yang memberikan dampak bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. BPK juga
mengevaluasi apakah penganggaran yang dibuat benar-benar sudah mengarah kepada
uapaya-upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Dengan demikian BPK selain
memberikan opini atas laporan keuangan, juga memberikan penilaian atas upaya-upaya
instansi pemerintah dalam meningkatkan kemakmuran rakyat. Mudah-mudahan dengan
cara demikian, BPK dapat memepertegas manfaat hasil pemeriksaan BPK.

15 | Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian...FRAN DIKA... STAN

DAFTAR PUSTAKA

Artining Putri, Tri.(014).BPK: Tak Ada Hubungan Opini WTP dan Kesejahteraan.From:
http://www.tempo.co/read/news/2014/12/15/087628607/BPK-Tak-Ada-HubunganOpini-WTP-dan-Kesejahteraan.20 April 2015
Azhar Aziz, Harry (2015).BPK,Pengelolaan Keuangan Negara, Dan Kesejahteraan
Rakyat.from:http://www.bunghatta.ac.id/files/downloads/materi_kuliah_umum_ketua
__bpk_ri_di_universitas_bung_hatta.pdf.13 April 2015.
Hafidzan Adzani, Akhmad.2014.Pengaruh Kesejahteraan Masyarakat, Faktor Politik dan
Ketidakpatuhan Regulasi Terhadap Opini Audit Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah.Program Magister .UniversitasIndonesia.Depok
Hottua Sipahutar.2009.Analisis Perubahan Opini LHP BPK RI atas LKPD Kabupaten
Empat Lawang.FE.STIE MDP.Palembang
Tri Dermawan, Bambang (2009).Mendapatkan Opini Wajar Tanpa Pengecualian Atas
Audit Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dari
BPK.from:https://syukriy.wordpress.com/2009/10/26/mendapatkan-opini-wajar-tanpapengecualian-atas-audit-laporan-keuangan-pemerintah-daerah-dari-bpk/.19April2015
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

16 | Akibat Hukum Opini Wajar Tanpa Pengecualian...FRAN DIKA... STAN