MAKALAH ILMU BUDAYA SUNDA PAKAIAN ADAT S

MAKALAH
ILMU BUDAYA SUNDA
“PAKAIAN ADAT SUNDA (pangsi)”

Hartana Erlangga

153010038

Prodi Teknik Industri
Fakultas Teknik
Universitas Pasundan
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT,
yang

atas

rahmat-Nya


sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“pakaian

adat sunda”. Penulisan makalah ini

merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Ilmu Budaya Sunda di Universitas Pasundan.
Dalam Penulisan makalah

ini penulis merasa

masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
penulis miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua

pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam

penulisan

makalah

ini

penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
Bandung,13 april 2016

2


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................i
BAB I...............................................................................3
1.1

LATAR BELAKANG........................................3

BAB II..............................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................6
BAB III...........................................................................11
3.1 KESIMPULAN....................................................11
3.2 .SARAN................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................13
LAMPIRAN...................................................................14

BAB I
1.1 LATAR BELAKANG
Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat
majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam
berbagai


aspek

kehidupan.

Bukti

nyata

adanya

kemajemukan di dalam masyarakat kita terlihat dalam
beragamnya kebudayaan di Indonesia. Tidak dapat kita
pungkiri bahwa kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa,
karsa manusia yang menjadi sumber kekayaan bagi
bangsa

Indonesia.

Melihat


realita

bahwa

bangsa

Indonesia adalah bangsa yang plural maka akan terlihat
pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia. Tiap
suku bangsa inilah yang kemudian mempunyai ciri khas
kebudayaan yang berbeda-beda. Suku Sunda merupakan
salah satu suku bangsa yang ada di Jawa. Sebagai salah
satu suku bangsa di Indonesia, suku Sunda memiliki
kharakteristik yang membedakannya dengan suku lain.
Seperti halnya busana, Setiap suku memiliki
karakteristik berbeda sebagai identitas yang diwujudkan
dalam bentuk pakaian adat atau khas, adat istiadat, lagu-

lagu daerah, maupun bahasa. Hal tersebut dapat dijadikan
suatu ciri khas dari setiap suku atau daerah yang secara

umum bertujuan agar mudah dikenal oleh masyarakat
luas. Salah satu identitas suatu wilayah adalah bentuk
pakaian

atau

busana

yang

digunakan.

“Busana

merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh
setiap orang” (Siskawati, 2010:1).
Pakaian sudah dikenal manusia sejak zaman
purbakala,

dan


selalu

berkembang

sesui

dengan

zamannya.Bangsa yang satu mengenal bangsa yang
lainnya melalui pakaian tradisisonal mereka. Sampai
sekarang pakaian tradisonal masih digemari terutama
pada acara-acara khusus
Pakaian

merupakan

simbol

budaya


yang

menandai perkembangan, akulturasi, dan kekhasan
budaya tertentu. Pakaian dapat pula menjadi penanda
bagi pemikiran masyarakat, termasuk pakaian tradisional

suku sunda. Pakaian tradisional sunda ter bagi menjadi
pakaian adat untuk rakyat biasa, golongan menengah, dan
pakaian adat khusus kaum ningrat.
Masyarakat sunda masih memegang adat dengan teguh.
Pengaruh adat terasa dalam sikap dan perilaku sebagian
besar

masyarakat,

terutama

di


daerah

pedesaan/perdalaman. Adat sunda adalah adat yang
bersendikan syariat Islam. Islam dan adat sunda saling
mempengaruhi yang kemudian membentuk satu budaya
baru, yang salah satunya tercermin dalam pakaian yang
dikenakan.

BAB II
PEMBAHASAN
Pangsi adalah salah satu pakaian khas adat Sunda
warisan sesepuh baheula (nenek moyang para leluhur)
yang eksistansinya perlu dilestarikan. Pangsi bukan
sekedar pakaian penutup tubuh untuk melindungi badan
secara fisik dari kondisi cuaca dan lingkungan sekitar,
namun menurut Kang Ujang Curahman, produsen pangsi
Sunda T3C asal Batu Karut Banjaran Kabupaten
Bandung, pangsi memiliki filosofi khusus yang terkait
dengan kehidupan masyarakat tempo dulu di Tatar
Sunda.

Belum ada catatan dan dokumen khusus mengenai
keabsahan filosofi pangsi Sunda karena diwariskan
secara turun-temurun. Itu sebabnya banyak orang
berpendapat bahwa filosofi pangsi Sunda hanya sekedar
kirata (dikira-kira tapi nyata). Terlepas dari kontroversi
masalah

tersebut

makna

yang

terkandung

tidak

bertentangan dengan adat, budaya, dan agama di

Indonesia sehingga bisa dijadikan falsafah dan tuntunan

hidup di masyarakat.
Para sesepuh baheula (nenek moyang) menjelaskan
bahwa

dalam

setiap

bentuk

dan

jahitan

pangsi

mengandung makna yang dapat dijadikan pengingat para
pemakainya agar selalu introspeksi. Di bawah ini adalah
penjelasan singkat mengenai filosofi pangsi Sunda yang
terkandung dalam bagian-bagian pangsi.
Menurut Kang Curahman (Tjurahman), "Pangsi itu
singkatan dari Pangeusi Numpang ka Sisi" yakni pakaian
penutup badan yang cara pemakaiannya dibelitkan
dengan cara menumpang seperti memakai sarung. Pangsi
terdiri dari tiga susunan yakni "Nangtung, Tangtung,
Samping. Banyak orang yang menyebut baju koko atau
komprang dengan istilah pangsi karena warnanya hitam
padahal sebenarnya desainnya sangat berbeda.
Berdasarkan fungsinya, pangsi terdiri dari dua bagian
yaitu bagian atas (baju) disebut dengan "Salontreng" dan
bagian kedua adalah bagian bawah (celana) disebut
dengan "Pangsi". Namun demikian kita tidak bisa
menyalahkan mereka yang menyebut "Pangsi" untuk
keduanya yakni baju dan celana.

Dulu, susunan pangsi buhun tidak dipasang karet,
tali, dan saku celana. Selain itu warna samping (9) adalah
putih, warna salontreng hitam, dan warna pangsi hitam.
Namun karena tuntutan kebutuhan, kini model pangsi
sedikit dimodifikasi tanpa menghilangkan arti dan makna
filosofi pangsi itu sendiri.
Di bagian salontreng (1) dibuat tanpa kerah baju (2)
dan terdiri dari lima atau enam kancing (6). Dalam
agama Islam, lima kancing menunjukkan rukun Islam
sedangkan enam kancing menunjukkan rukun iman.
Jahitan yang menghubungkan badan dan tangan disebut
dengan istilah beungkeut (4) yang mengandung arti
"Ulah suka-siku ka batur, kudu sabeungkeutan, sauyunan,
silih asah, silih asih, silih asuh, kadituna silih wangi, asal
kata dari nama kerajaan Sunda Siliwangi". Dalam bahasa
Indonesia dapat diartikan "Tidak boleh jahil dan licik
kepada sesama, harus satu kesatuan dan kebersamaan
dalam ikatan batin, saling memberi nasihat, saling
mengasihi, dan saling menyayangi, selanjutnya saling
mengharumkan nama baik".
Di ujung tangan (3), di ujung celana (11) terdapat
jahitan beungket khusus dan di bagain baju terdapat dua

saku (5). Di bagian bawah (pangsi) dipasang karet dan
tali yang berfungsi sebagai pengikat. Dulu tidak seperti
ini (tanpa tali dan karet) karena pemakaiannya dilakukan
dengan cara dibelitkan seperti sarung. Di bagian samping
(9) dipasang jahitan pengikat (8). Samping (9) yang dulu
berwarna hitam, kini dimodifikasi menjadi warna hitam
karena disesuaikan dengan model dan mode pakaian
modern. Menurut Kang Curahman, samping mengandung
arti "Depe Depe Handap Asor", dalam bahasa Indonesia
artinya "Selalu rendah hati dan tidak sombong".
Di bagian bawah (pangsi) terdapat Tangtung (10)
yang mengandung makna "Tangtungan Ki Sunda Nyuwu
Kana Suja", dalam bahasa Indonesia artinya "Mempunya
pendirian yang teguh dan kuat sesuai dengan aturan
hidup". Sedangkan Suja atau Nangtung (12) mengandung
makna "Nangtung, Jejeg, Ajeg dina Galur. Teu Unggut
Kalinduan, Teu Gedag Kaanginan", dalam bahasa
Indonesia artinya Teguh dan kuat pendirian dalam aturan
dan keyakinan, semangat tinggi dan tidak mudah goyah".
Kini istilah pangsi sering diidentikan dengan dengan baju
dan celana warna hitam-hitam, padahal jika dilihat dari

bentuk dan susunan jahitannya sangat berbeda. Namun
demikian kita tidak bisa menyalahkan orang yang
menyebut pangsi dengan istilah pakaian pangsi atau baju
pangsi meski sebenarnya pangsi adalah bagian bawah
pakaian atau celana, sedangkan bagian atas adalah
salontreng.

BAB III
3.1 KESIMPULAN
Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa
yang ada di Jawa. Suku Sunda memiliki kharakteristik
yang unik yang membedakannya dengan masyarakat
suku lain.Kekharakteristikannya

itu

tercermin

dari

kebudayaan yang dimilikinya baik dari segiagama, Mata
Pencaharian,kesenian,

sistem

kekerabatan,

bahasa,

ilmu pengetahuan dan teknologi, adat istiadat, terutama
pakaian adat.Kebudayaan yang dimiliki suku Sunda ini
menjadi salah satu kekayaan yangdimiliki oleh bangsa
Indonesia yang perlu tetap dijaga kelestariannya. Dengan
pembuatan makalah tentang pakaian adat khas sunda ini
dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang
pada kelanjutannya dapat bermanfaat.
3.2 .SARAN
Budaya daerah merupakan faktor utama berdirinya
kebudayaan nasional, maka segala sesuatu yang terjadi

pada budaya daerah akan sangat mempengaruhi budaya
nasional. Atas dasar itulah, kita semua mempunyai
kewajiban untuk menjaga, memeliharadan melestarikan
budaya baik budaya lokal atau budaya daerah maupun
budaya

nasional,karena budaya merupakan bagian dari

kepribadian bangsa

DAFTAR PUSTAKA



http://www.galeri-iket.com/p/model-pangsi.html#
heryantheking13.blogspot.com/2013/01/makalah-



pakaian-melayu-riau.html
http://omahsitirohmah.blogspot.com/p/kebudayaa



n-sunda.html
http://rustandhie.blogspot.com/2008/11/katapengantar-seiring-dengan-kemajuan.html

LAMPIRAN

Cacagan Pangsi Sunda