Revolusi Islam Gerakan Islam dan Negara

Revolusi Islam, Gerakan Islam dan
Negara Islam: Studi Atas Pemikiran
Politik Kalim Siddiqui1
Ole h Mu lyan i 2

Abs tract: According to Siddiqui, Islam ic m ovem ent is a tradional instrum ent for change. Islam ic m ovem ent is not a political m ovem ent w ith a
m anifesto w ritten by a com m ittee. It also not an ideology conceptualized by
philosophers, historians, activists, and thinkers from various faculties. The
Islam ic m ovem ent is purely the m anifestation of God. So it w ill get His
direct keep and m aintenance. Starting from the m ovem ent led by the
Prophet (PBUH), the corrective agents spread w idely in Islam ic history ,
like a labirint planted in political culture of Muslim s.
Kata Ku n ci: Gerakan Islam , kekuasaaan, perubahan, kekuatan korektif

Pe n d ah u lu an
Wacana gerakan Islam , revolusi Islam dan negara Islam kembali m enarik
untuk diperbincangkan mengingat telah terjadi perubahan politik di Tim ur
Tengah yang sebagian besar dim otori oleh gerakan Islam . Pem aham an yang
baik atas ketiga term a kunci di atas m enjadi pintu masuk untuk m em aham i
aspirasi dari gerakan revivalisme Islam yang selam a ini hanya m enjadi
narasi kecil yang terabaikan dalam balutan penuh prasangka. Karya-karya

para sarjana m uslim dari kalangan revivalis sering dianggap non-akadem is
sehingga dinilai tidak ilm iah. J ika dikatakan bahwa banyak revivalis yang
bersikap ekstrim dan hanya berm odalkan sem angat tanpa didukung oleh
tradisi ilm u, tentu saja penulis sepakat nam un jika digeneralisir hal itu
m enjadi sikap ekstrim di sisi lain.

                                                            
1

Tulisan ini merupakan revisi dari skripsi penulis yang diujikan untuk meraih gelar
Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada program studi Pemikiran Politik Islam.
2 Mulyani adalah Mahasiswa Pasca Sarjana The Islamic College (IC)-Paramadina
Jakarta dan anggota Lingkar Studi Islam dan Kemasyarakatan (LSIK) Ciputat.
Volume I, No.1, Januari 2012  I  13 3  

Kalim Siddiqui dapat dikategorikan sebagai revivalis m uslim yang m enarik
untuk diperbincangkan m engingat ia m erupakan salah seorang sarjana yang
m encoba mengkonseptualisasikan teori revolusi Islam sekaligus pendukung
revolusi Islam Iran. Terlebih lagi peta politik Tim ur Tengah sedang berpihak

pada kekuatan-kekuatan yang sebelumnya dikenal sebagai kekuatan revivalis dan m akin m enguatnya posisi Iran di tengah konstelasi politik dunia.
Tulisan ini m encoba m endeskripsikan gagasan Kalim tentang ketiga isu
tersebut dalam rangka mem perluas dan m em perdalam pengenalan akan
fenomena gerakan revivalism e Islam di era m odern.
Re vo lu s i Is lam
Bagi Kalim Siddiq, karakteristik politik Islam bukan hanya dipaham i oleh
generasi Islam awal, nam un juga cukup dipaham i oleh lawan politiknya
yaitu rezim jahiliy y ah Quraisy Makkah ketika itu. Bahkan, delegasi Quraisy
yang dipim pin oleh Uthbah Ibn Rabi’ah sam -pai m endekati Rasulullah
untuk m enawarkan posisi kuasa. Nam un Rasulullah m enolak tawaran
tersebut meskipun Rasul sangat membutuhkan kekuasaan sebagai instrum en untuk m enerapkan Islam dengan efektif. Penolakan dilakukan karena
kekuasaan yang diberikan tidak disertai dengan otoritas penuh untuk
m elakukan perubahan revolutif dan sistem ik. Sedangkan risalah kenabian
m enurut Kalim m em uat kekuatan transform atif yang m engubah secara
radikal tatanan jahiliy y ah. Kondisi yang Berbeda terjadi pasca hijrah, yang
m em buat Rasul m enerima kekuasaan dari m asyarakat Madinah m elalui
serangkaian prosesi bai’at (sum pah setia). Proses pem bai’atan m erupakan
pengakuan akan legitim asi kekuasaan Rasul dan sekaligus m enandai
berdirinya Negara Islam .3
Rasulullah tidak m enerim a tawaran kekuasaan dari elit Quraisy bukan

karena Rasul tidak m em iliki visi kekuasaan akan tetapi Rasul ingin
m em im pin suatu tatanan yang bersifat indenpenden dim ana Islam berdaulat
secara penuh tanpa adanya negosiasi dan pragm atism e. Artinya, m enurut
Kalim , Rasul m enginginkan terjadinya revolusi di tengah-tengah bangsa
Arab m enuju tatanan yang bersumber pada wahyu kenabian. Revolusi dam ai
tersebut kemudian terwujud setelah Rasulullah hijrah ke Madinah.
Revolusi menurut Kalim akan mendapatkan m om entumnya setelah berkem bangnya suatu gagasan baru dalam jangka waktu yang cukup lam a.

                                                            
Lihat: Kalim Siddiqui, Stages of Islamic Revolution and Processes of Error, Deviation,
Correction and Divergence in Muslim Political Thought (Kanada; United Kingdom, The
Crescent International and Petaling Jaya, the Other Press, first published 1996, fourth
Published 1999) h.111.
3

 

13 4 I

 


Konfrontasi 

Gagasan baru pada awalnya diusung oleh sedikit orang yang kem udian
disam but oleh sekelom pok orang dan pada akhirnya diterim a masyarakat
luas.4 Gagasan baru dari sekelom pok orang yang tercerahkan tersebut secara
gradual m elakukan tekanan untuk m enuntut perubahan.5 Tekanan perubahan akan m endapatkan m om entum nya di dalam sejarah setelah kekuatan
perubahan tersebut m engalam i konvergensi. Momentum dim ana perubahan
m enyeluruh terjadi, inilah yang disebut oleh Kalim sebagai “Revolusi.”6
Kekuatan revolusi Islam sebagian m ulai dibangun, sebagian tengah bergerak
dan ada juga yang telah meraihnya (baca: Iran). Kekuatan revolusi Islam di
era m odern dipandang oleh Kalim akan bergerak m engalahkan dan meruntuhkan negara bangsa pasca kolonial.7
Kepem im pinan Islam tradisional yang Kalim sebut sebagai kepem im pinan
m uttaqi’ akan m em bangun negara Islam di atas puing-puing keruntuhan
negara bangsa. Bagi Kalim , Muslim di belahan bumi m anapun mesti
m enjadi bagian dari gerakan revolusi Islam . Revolusi-revolusi yang dilangsungkan di seluruh negara Muslim harus diekspresikan secara luas dengan
tujuan yang sam a. Nam un Kalim menyayangkan bahwa proses Revolusi
Islam yang m encakup segenap kekuatan um m ah sepertinya m asih sedikit
dipaham i oleh kaum Muslim in. Padahal m enurut Kalim , langkah revolusi
m erupakan jalan satu-satunya m enuju negara Islam .8

Kalim secara lantang mendukung revolusi Islam Iran, dim ana ia m enjadi
eksponen utam a yang secara aktif m enjelaskan konsep revolusi tersebut di
luar Iran.9 Revolusi yang dibayangkan oleh Kalim tidak bersifat serentak di

                                                            
4 Gagasan baru bukanlah konsep yang baru dimunculkan atau sekedar berbeda
dengan mainstream. Menurut Kalim, gagasan tersebut disamping berbeda dengan yang
dikembangkan oleh tatanan status quo, juga telah diujicobakan dalam jangka waktu yang
lama. Artinya, gagasan baru tidak dipahami berhenti pada tataran konseptual semata,
tapi harus diuji oleh akumulasi dari pengalaman penerapan yang bersifat historis.
5 Kalim Siddiqui, Stages of Islamic Revolution, h. 47.
6 Kalim menulis: “The Islamic Revolution is viewed as a point in time when all forces of total
change in a society convergence. “ Kalim Siddiqui, Stages of Islamic Revolution, h. 1
7 Kepemimpinan muttaqi’ merupakan nama lain dari kepemimpinan Islam dimana
syari’ah Islam diaplikasikan dalam wadah negara Islam. Ketika Kalim menyebut negara
muttaqi’ maka yang dimaksud adalah negara Islam sebagaimana yang didefinisikannya.
Lihat: Kalim Siddiqui, Seruan-Seruan Islam; Tanggung Jawab Sosial dan Kewajiban Menegakkan
Syariat (terj: in Pursuit of The Power of Islam, Penerj:Akhmad Affandi dan Humaidi),
(Yogyakarta, Pustaka Pelajar,2002) Cet.1 , h. 199.
8 Kalim Siddiqui, Stages of Islamic Revolution, h. 1.

9 Revolusi Islam Iran telah menjadi laboratorium hidup bagi Kalim untuk menguji
gagasan-gagasannya. Lihat: Kalim Siddiqui, Seruan-Seruan Islam, h. 27.

Volume I, No.1, Januari 2012  I  13 5  

seluruh bagian dunia Islam karena hal itu utopia. Menurut Kalim , Kaum
Muslim in mem butuhkan serial revolusi, dim ana revolusi yang terjadi pada
satu belahan wilayah tertentu akan berulang di belahan wilayah lainnya dari
um m ah. Pada tahap selanjutnya akan terjadi konvergensi dari bagian-bagian
yang terpisah tersebut m enuju terbentuknya negara Islam yang dalam term a
yuridis teologis Islam dikenal dengan istilah khilafah atau im am ah.10
Kaum m uslim in anak benua India, menurut Kalim, pada awalnya m eyakini
terben-tuknya negara Pakistan sebagai Revolusi Islam . Tetapi kenyataannya,
pem bentukan Pakistan tidak m engarah pada pendirian negara Islam .
Sebaliknya, yang terjadi justeru m em bangun negara bangsa sekuler yang
sebagian besar pem im pinnya korup dan secara politis tunduk terhadap
Barat. Para pem im pin Pakistan awal, sebagaim ana pem im pin di negara
bangsa m uslim lainnya dengan segera belajar m enggunakan cara pandang
yang Kalim sebut sebagai “Islam Am erika”.11 Melalui cara pandang tersebut
para rezim penguasa negeri-negeri m uslim m em bungkus keterasingan

m ereka dari Islam dan mengokohkan paham negara bangsa.12
Situasi dim ana negeri-negeri m uslim m em bangun tatanan kehidupannya di
atas pondasi sekulerisme, m enurut Kalim , keluar dari kondisi alam inya.
Realitas tersebut m em -bawa pada keterasingan yang m em unculkan bukan
hanya krisis identitas, nam un juga pada problem -problem yang lebih asasi
dari itu (rusaknya tatanan kehidupan). Gerakan Islam m engam bil peran
sentral untuk bergerak m engembalikan tatanan ideal Islam . Gerakan Islam
yang m enjadi wadah bagi konvergensi kekuatan transform atif berupaya
m encari m em on-tumnya untuk m elahirkan revolusi Islam . Mengingat
pentingnya peran gerakan Islam untuk m elahirkan revolusi Islam dan
negara Islam m aka berikut akan dijelaskan apa yang Kalim m aksud dengan
gerakan Islam .

                                                            
10 The Institute of Contemporary Islamic Thought (ICIT), “Obituary: Dr Kalim
Siddiqui, 1931 - 1996,” http://wwwv.islamicthought.org/ks-home.html, diakses pada Jum’at 6
Maret 2009.
11 “Islam Amerika” merupakan istilah yang digunakan oleh Sayyid Qutb untuk
menggambarkan model keislaman Muslim didikan Barat yang melakukan distorsi atau
penyimpangan dari jalan Islam. Istilah ini dilontarkan Sayid Qutb dalam tulisannya pada

Juni 1952. Kalim mengutip pernyataan Sayyid Qutb di dalam Dirasat Islamiyyah: “The
Islam that the Americans and their allies in the Middle East, want is not the Islam that
resists imprealism, nor the Islam that resists tyrany, but only the Islam resists communism. They do not want for Islam to rule; they cannot bear it to rule, because it will give
a new life to the people when it rules... the American and their allies want for the the
Middle East an American Islam.” Lihat: Kalim Siddiqui, Seruan-Seruan Islam, h. 219
12 Kalim Siddiqui, Seruan-Seruan Islam, h. 29.

 

13 6 I

 

Konfrontasi 

Ge rakan Is lam
Di m asa Rasulullah, kaum Muslim in yang telah m enerim a Islam segera
bergabung ke dalam gerakan Islam yang dipim pin oleh Rasul sendiri. Kalim
m em aham i bahwa Al-Qur’an telah m enyeru partisipasi dan kom itm en total
setiap Muslim untuk m engerahkan seluruh potensi yang m ereka m iliki

untuk m elakukan perjuangan m endirikan negara Islam . Metode perubahan
yang diaplikasikan oleh Nabi hanya berdasarkan pada wahyu kenabian dan
dim otori oleh gerakan Islam .13
Gerakan Islam m erupakan intrum en tradisional bagi perubahan. Gerakan
Islam bagi Kalim bukanlah gerakan politik dengan sebuah m anifesto yang
ditulis oleh sebuah kom ite. Gerakan Islam juga bukan sebuah ideologi yang
dikonseptualisasikan oleh filosof, sejarawan, aktivis dan pem ikir dari berbagai aliran. Gerakan Islam secara murni m erupakan m anifestasi kehendak
Tuhan. Sehingga juga m endapat perlindungan langsung dari Allah.14 Gerakan Islam pertam a dan paling sem purna tidak lain adalah gerakan yang
dipim pin oleh Rasulullah Muham m ad SAW di semenanjung Arabia. Selanjutnya, agen korektif tersebut tersebar di dalam bentangan sejarah Islam ,
layaknya labirin kekuatan korektif tertanam di dalam budaya politik kaum
m uslim in, tegas Kalim .15
Gerakan Islam dalam dinam ikanya sangat m ungkin m engalami kem unduran, frustasi atau bahkan kekalahan. Hal ini dapat diilustrasikan dengan
am at jelas dari beberapa peristiwa m asyhur yang terjadi di dalam kehidupan
Rasulullah secara individu dan pada gerakan Islam m asa itu, baik ketika
berada di Mekah m aupun di Madinah. Periode Mekah m enam pilkan upaya

                                                            
13

Kalim mendasarkan pandangannya pada al-Qur’an 2:208, 3: 142, 8:74, 9: 16 dan 9:

111. Lihat: Kalim Siddiqui, Issues in the Islamic Movement (London, the Open Press
Limited, 982), h. 4.
14 Kalim menyatakan bahwa Allah menjaga gerakan Islam secara langsung. Ketika
gerakan Islam berada dalam bahaya, Allah segera mengintervensi. Kalim mencontohkan
keterlibatan Allah dalam melindungi Ka’bah dari tentara Gajah sebagaimana dijelaskan
di dalam surah al-Fil. Dalam kasus kontemporer, kalim memberi contoh: televisi menyiarkan kegagalan misi serangan Amerika untuk menyelamatkan warganya yang disandera
oleh mahasiswa revolusioner setelah revolusi Iran. Pada saat itu situasi irasional terjadi,
yaitu banyak helikopter Amerika yang tidak bisa melakukan pener-bangan secara tibatiba. Kalim menyatakan, “The knowladge that Allah is an active partici-pant in the Islamic
movement gives the Islamic movement a metaphysical dimension and quality which is unique. But the
metaphysical dimension is not in pursuit of some spurious spiritually; it is also applied to the physical
world and to the solution of real physical problems and the attainment of goals in the physical world.”
Lihat: Kalim Siddiqui, Issues in the Islamic Movement, h. 7-8.
15 Kalim Siddiqui, Issues in the Islamic Movement, h. 1-2
Volume I, No.1, Januari 2012  I  13 7  

Quraisy untuk m enghambat perubahan dan m enggangu keberadaan embrio
gerakan Islam . Nabi m em erintahkan kaum Muslim in untuk hijrah ke Habasyah hingga kondisi di Mekah kem bali am an bagi gerakan Islam .
Sedangkan di Madinah, kem enangan pertam a diraih oleh kaum Muslim in
dalam perang Badar, m eskipun diikuti kekalahan dalam perang Uhud.
Beberapa tahun kemudian terjadi perjanjian Hudaibiyyah yang merupakan

kem enangan gerakan Islam . Sem ua kem unduran, hijrah, kem enangan dan
kekalahan dialam i oleh gerakan Islam pada m asa Rasulullah. Nam un
m enurut Kalim , gerakan Islam pada akhirnya menjadi pem enang atas
kekuatan-kekuatan jahiliy y ah dan segera m em bangun Negara Islam .16
Persoalan yang dihadapi gerakan Islam saat ini juga terdapat di m asa
Rasulullah. Tentu dengan skala yang berbeda, m eski secara kualitatif problem nya tetap sam a. Kalim m encontohkan, tribalisme pada m asa jahiliyyah
telah m ewujud dalam bentuk nasionalism e di m asa kini. Eksploitasi buruh
oleh kapitalism e adalah kem asan baru dari tradisi perbudakan jahiliyyah.
Oleh karena itu metode perjuang Rasulullah untuk m em bangun tatanan
ideal Islam akan tetap relevan dan bersifat m eta-historis. Terakhir Kalim
m enyim pulkan bahwa segala bentuk kekuatan oposisi untuk menghadapi
gerakan Islam dicap oleh Kalim dengan neo-jahiliyyah.17
Sebelum kedatangan nabi akhir zam an Rasulullah, proses korektif dilakukan
oleh banyak nabi yang diturunkan secara suksesif. Saat ini, peran perbaikan

                                                            
Kalim Siddiqui, Issues in the Islamic Movement, h. 6
Kalim menyatakan bahwa peradaban Barat pada faktanya merupakan wabah dan
sampah yang tidak layak menjadi peradaban bagi dunia secara keseluruhan. Barat
mengandung penyakit berbahaya yang tanpa disadari menyemai kerusakan atas dirinya
sendiri. Barat hari ini tidak jauh berbeda dengan jahiliyyah. Kalim mencoba mengidentifikasi unsur-unsur kesamaan jahiliyyah dangan apa yang berlaku pada Barat modern. Ia
menyatakan, kebuasan primitif dan kebodohan yang berlaku umum di Arab dan berhenti dengan kedatangan Nabi Muhammad juga terjadi saat ini. Kalim menyatakan
bahwa “Tribalism has become universal in the form of nationalism, slavery has become
institutionalized as labour in capitalism and communism, immorality has become respectable in the
philosophies of ‘liberalism’, humanism, rationalism, “freedom of the individual”, secular “education”,
scientism and democracy.” Jahiliyyah dinilai Kalim juga memiliki tata nilai, pusat-pusat ilmu
pengetahuan dan menyediakan pendidikan bagi generasi mudanya. Peradaban jahiliyyah
juga kuat dalam relasi-relasi dagang serta memiliki budaya yang kaya. Masyarakat Mekah
masyhur dalam nilai-nilai kesopanan, sastra puisi serta bentuk-bentuk lain dari seni yang
tumbuh subur sebagaimana di dalam peradaban lain. Jahiliyyah bahkan juga memiliki
tuhan. Namun keduanya, baik jahiliyyah maupun jahiliyyah modern (neo jahiliyyah)
tetap menjadi musuh bagi kemanusiaan. Posisi puncak peradaban sekarang telah diambil oleh Barat dan hanya gerakan Islam yang bisa merebutnya kembali, ungkap
Kalim. Lihat: Kalim Siddiqui, Issues in the Islamic Movement, h.4.
16

17

 

13 8 I

 

Konfrontasi 

(correction) dan penyatuan (convergence) um m ah dilakukan oleh agenagen non-prophetic yang terdiri dari individu-individu, gerakan Islam dan
negara Islam (Kalim m enunjuk Iran pasca revolusi 1979 sebagai Negara
Islam ). Bagi Kalim , Agen-agen korektif m esti m emiliki pow ers untuk m engubah seluruh bagian dari tubuh um m ah m enuju penyatuan (convergence)
ke arah tegaknya Islam . Artinya, agen-agen korektif m anapun dalam tubuh
um m ah harus m em iliki visi politik yang jelas dan meraih kekuasaan sebagai
instrumen efektif dalam m ewujudkan ideal Islam .18
Telah m uncul di dunia Islam sejum lah individu dan berbagai gerakan yang
m enjadi agen korektif akan tetapi mereka gagal. Mereka di antaranya; Hasan
al-Banna (pendiri Ikhwan al-Muslim in) dan Maulana Abul ‘Ala al-Maududi
(pendiri J ama’ati al-Islami).19 Mereka dinilai gagal oleh Kalim karena tidak
m am pu m embangun negara Islam . Perjuangan m em bangun negara Islam
m enjadi persoalan utam a dem i m engakhiri penyim pangan (deviation) yang
terjadi di tengah-tengah um m ah. Kegagalan kedua gerakan di atas m enunjukkan bahwa agen korektif yang efektif hanya dapat dilakukan oleh negara
Islam , tegas Kalim .20
Sejarah politik kaum Muslim in dipenuhi dengan beragam kesalahan dalam
penerapan atau bahkan penyim pangan dalam rentang waktu yang cukup
lam a. Sejarah Islam menurut Kalim hanya mengalam i m asa ideal kurang
lebih dua atau tiga dekade setelah era kenabian. Masa ideal itulah yang
m enjadi guidance bagi kaum Muslim in untuk m enata m asa depannya.

                                                            
Kalim Siddiqui, Stages of Islamic Revolution, h. 110.
Meskipun Kalim mengkritik dengan tajam Abu ‘Ala al-Maududi namun Kalim
tetap menghormatinya. Jama’ati al-Islami yang merupakan gerakan yang didirikan oleh
al-Maududi dipuji Kalim dengan mengatakan “kelompok Islam yang paling terorganisir
dengan baik ialah Jama’ati al-Islami-nya al-Maududi.” Disamping al-Maududi, Kalim
juga kagum kepada intelektual seperti Jamaluddin al-Afghani, Sir Muhammad Iqbal,
Sayyid Qutb, Imam Khomaini dan Malik Bennabi. Lihat: Kalim, Seruan, h. xiii, h. 23
dan h. 29.
20 . Pernyataan Kalim: “In recent times a number of individuals, and the movements they
inspired, have tried unsuccessfully to emerge in the role of the central corrective agents, but failed.
Among these were Hasan al-Banna (founder of al-lkhwan al-Muslimoon) and Maulana Abul Ala
Maudoodi (founder of the Jama’at-e lslami).
It would, seem that the role of the central corrective agent can only be performed by the Islamic
State. Those who failed, failed precisely because they could not establish the Islamic State. The act of
establishing the Islamic State would appear to be necessary for a successful transition to the role of the
central corrective agent to end error and deviation within the Ummah” Lihat: Kalim Siddiqui, Stages
of Islamic Revolution, h. 0
18

19

Volume I, No.1, Januari 2012  I  13 9  

Bagi Muslim sunni tidak ada kondisi vakum dalam kepem im pinan, yang ada
secara gradual m engalam i kem unduran. Mazhab sunni m engakui keutam aan khulafa’ al-Rasyidun. Perubahan kualitas kepem im pinan sebagai bentuk
penyim pangan awal terjadi ketika Mu’awiyah bin Abi Sufyan m enjadi
pem im pin atau lebih tepatnya m enjadi raja. Kalim m engkritik sikap ulam a
sunni yang tidak m elakukan konfrontasi terbuka terhadap rezim kerajaan
m enyim pang (m alukiy y ah) tersebut. Ketika rezim m alukiy y ah m engganti
ke-khilafah-an m enjadi kerajaan, hal itu sangat disadari oleh para ulam a
sunni, nam un mereka mem ilih untuk tidak m elakukan upaya pem berontakan. Sebaliknya, m ereka m enerim a dengan m udah dan ham pir m em bai’at secara otom atis pewarisan tahta m alukiy y ah, m eskipun penguasa tersebut lem ah secara politik dan m enyim pang secara moral.21
Menurut Kalim , penyim pangan yang terjadi di dunia sunni didasarkan pada
adanya justifikasi yuridis terhadap kekuasaan m alukiy y ah.22 Kalim ingin
m enunjuk adanya konsep dim ana tidak dibenarkannya m elakukan pemberontakan terhadap raja dikarenakan akan m enimbulkan kerusakan yang
lebih parah.23 Konsep ini m em beri peluang kepada banyak aktivis sunni
untuk dengan m udah menjadi “ulam a penguasa”. Mereka m enikm ati patronase politik penguasa sehingga m embelenggu mereka. “Kita m esti berhenti
untuk m enggunakan pandangan seperti ini,” tegas Kalim .24

                                                            
Kalim Siddiqui, Stages of Islamic Revolution, h. 9.
Kalim menunjuk formulasi klasik dari pandangan Imam al-Mawardi tentang
konsep melakukan penentangan terhadap kekuasaan Khalifah. Bagi al-Mawardi tatanan
politik yang ada tidak harus dilawan atau ditentang sepanjang Sultan atau Imam menjalankan shalat Jum’at dan menjalankan batas minimal peraturan syariah. Sarjana seperti
al-Mawardi, bagi Kalim, ketika melakukan pembahasan dalam persoalan ini melakukan
pendekatan dari sudut pandang loyalitas kepada otoritas yang ada. Umumnya loyalitas
diberikan atas dasar asumsi atau argumentasi bahwa pemberontakan akan menyebabkan
fitnah yang lebih besar dari pada fitnah yang dilakukan penguasa. al-Mawardi dilihat
oleh Kalim merasa khawatir akan “disintegrasi” dari dalam dan memandang kontinuitas malukiyyah sebagai kejahatan yang lebih kecil. Setelah melakukan kritik terhadap
al-Mawardi, Kalim mengharapkan ulama seperti itu, mengubah pikirannya dan mengandaikan bahwa jika ulama pada masa itu merevisi pandangan ini, mungkin masyarakat
Muslim kembali kepada kepemimpinan yang dijalankan secara benar oleh khalifah yang
mendapat petunjuk, sebagaimana yang disyaratkan oleh Islam. Lihat: Kalim, Seruanseruan Islam, h. 154 dan h. 234.
23 Berdasarkan pandangan ini, ulama sunni melarang ummah untuk melakukan pemberontakan karena alasan adanya mudharat yang lebih besar.
24 Kalim mengungkapkan: “We can stop having to defend or justify what goes by
the name of ‘Islamic history’ and dynastic malukiyyah. We can also ‘black box’ a great
21

22

 

14 0 I

 

Konfrontasi 

Dalam jangka waktu lam a para penguasa Muslim mem anfaatkan kekuatan
sedapat m ungkin untuk m em im pin im perium yang luas. Perluasan im perium , m em bangun kota-kota, tem pat-tem pat pembelajaran dan dom inasi
politik, telah m elenakan kaum m uslim in. Kasalahan dan penyim pangan dari
Islam dengan pem erintahan berbentuk m alukiyyah ditutupi oleh banyaknya
ekspansi dan kesuksesan kekuatan politik Muslim. Kem unduran tidak terasa
nyata selam a kaum Muslim terus m elakukan penaklukan (futuhat).25
Di era kontenporer, agen-agen korektif yang tersebar dalam kapasitas
individu atau kolektif partai dilihat oleh Kalim m asih sangat lemah. Proses
korektif di dunia sunni baru dim ulai dengan susah payah dan tertatih-tatih.
Pem ikiran politik yang konprehensif dan kokoh dalam tradisi Sunni m asih
belum ditemukan. Agak sedikit berbeda halnya dengan dunia Syi’ah yang
telah m eraih tangga revolusi Islam (Iran). Gerakan yang tumbuh di dunia
Islam seperti “Partai-Partai Islam ”, Nasionalism e Arab dan Khilafat Movem ent dilihat oleh Kalim telah dibelokkan dari metode yang benar oleh patronase penguasa.26 Ditambah lagi ulam a dan intelektual yang sebelumnya
diharapkan m elakukan perbaikan nam un justru bernegosiasi dengan kondisi
pragm atis yang ada. Sebagai imbalannya, m ereka m endapatakan patronase
politik dari kekuasaan m enyim pang. Patronase politik dinikm ati dalam
suasana ketundukan yang hina selam an 140 0 tahun.27 Nam un dem ikian
Kalim tetap optim is bahwa kekuatan korektif di dalam tubuh um m ah akan
senantiasa lahir.
J ika gerakan Islam sebagai kekuatan korektif m engikuti m etode perjuangan
yang dilaku-kan oleh nabi m aka akan m enghasilkan hasil yang spektakuler.
Nam un m enurut Kalim , hasil yang spektakuler tersebut m esti ditopang oleh
jerih payah dan kesungguhan perjuangan dalam waktu yang lama.28 Untuk
m em buat batasan yang jelas terhadap apa yang dim aksud sebagai gerakan
Islam , penulis m engajukan definisi Kalim tentang gerakan Islam . Kalim
m enulis:
“The Islam ic m ovement may be defined as the struggle of the Muslim to
establish, m aintain, develop, defend, extend or reestablish the Islam ic

                                                                                                                                            
deal of the divisive theology written and promoted during this period” Lihat: Kalim
Siddiqui, Stages of Islamic Revolution, h.116.
25 Kalim Siddiqui, Stages of Islamic Revolution, h. 120
26 . Contohnya, Ikhwan al-Muslimin dan Jama’ati al-Islami gagal dalam perjuangannya
dikarenakan menikmati patronase penguasa yang mentradisi di iklim politik sunni,
ungkap Kalim. Lihat: Kalim Siddiqui, Stages of Islamic Revolution, h.121.
27 Kalim Siddiqui, Stages of Islamic Revolution, h. 112.
28 Kalim Siddiqui, Issues in the Islamic Movement, h. 9
Volume I, No.1, Januari 2012  I  14 1 

state as an instrum ent to enjoin good and forbide evile for the walfare and
happiness of all m ankind in this world and in the hereafter.”29
Kalim berpandangan bahwa inti dari perjalanan hidup Rasulullah adalah
perjuangan gerakan Islam dalam m endirikan negara Islam . Urgensi negara
Islam m embuat Kalim berpandangan bahwa ikut serta dalam perjuangan
gerakan Islam m erupakan kewajiban setiap Muslim . Di m asa Rasullullah,
seluruh kaum Muslim in terlibat secara total dalam perjuangan bersam a
Rasulullah. Kalim m enyatakan:
“The point that has to be understood clearly is that the Islam ic State and
Islam ic movem ent are part of a whole; Islam is incom plete without the
Islam ic State. In the sense that the stuggle of the Islam ic m ovement to
establish the Islam ic State is at the very heart of the sunnah of the
prophet.”30
Al-Qur’an dan sunnah m em ang m erupakan sum ber nilai yang tetap, akan
tetapi gerakan Islam dan negara Islam m erupakan variabel dinam is, dim ana
corak luarannya berkembang mengikuti perkembangan zam an. Menariknya,
sem ua bagian konsep Islam term asuk persoalan gerakan Islam dan Negara
Islam , m erupakan perpaduan antara nilai-nilai yang tetap dengan faktorfaktor yang bersifat dinam is.31 Artinya, para sarjana Muslim mesti m em bangun dan m enyusun berbagai gagasan, teori dan kebijakan baru dan
relevan untuk realita kekinian. Seluruh teori dan kebijakan tersebut harus
sesuai dengan fram ew ork Islam yang digali dari perjalanan hidup Rasullullah (sirah dan sunnah).32

                                                            
Kalim Siddiqui, Issues in the Islamic Movement, h. 6-7
Kalim Siddiqui, Issues in the Islamic Movement, h. 5
31 Kalim menulis: “While the Qur’an and the Sunnah of prophet Muhammad are
the constant values in Islam, the Islamic State and the Islamic movement are the
dynamic, growing, developing, changing, acting, reacting and retroacting variables. This
unique combination of constant values and dynamic factors makes Islam a most versatile and effective instrument of change.” Kalim Siddiqui, Issues in the Islamic Movement, h.
5
32 Kalim menyatakan: “There is no better place to start than the sirah and the
sunnah of the prophet. Muslim have nothing to fear from the application of new
methods of study and comprehension of the sirah and the sunnah, provided this is
undertaken by Muslim scholars with affirm commitment to the Islamic movement.
These scholars, acting within the framework of the Islamic movement that is engeged
in a struggle to establish the Islamic state, will inevitably produce new ideas and
concepts giving rise to competing theories and alternative policy options.” Lihat: Kalim
Siddiqui, Issues in the Islamic Movement, h. 10.
29

30

 

14 2 I

 

Konfrontasi 

Setelah revolusi Iran, Kalim menyadari efek yang m uncul berupa energi
penggerak yang luar biasa terhadap gerakan Islam global. Di bawah kepem im pinan republik Islam Iran, ia berharap energi besar ini m emberi
dorongan yang cukup untuk m elahirkan negara Islam global. Energi besar
ini m endapat sedikit sandungan dengan adanya sebagian kalangan di Iran
yang m enginginkan revolusi terbatas pada Iranian saja. Gerakan Islam , tegas
Kalim , harus m encapai tingkat kohesi kaum Muslim in sehingga dapat m em obilisasi mereka dem i m eraih tujuan tertingginya, m endirikan negara
Islam global.
N e gara Is lam
Sepuluh tahun terakhir dari m asa kenabian telah mentransform asi jazirah
Arab jahiliyyah m enjadi negara Islam . Transform asinya bersifat m enyeluruh
dengan berdirinya suatu tatanan baru yang m enjadi m edium alam i bagi
kehidupan Islam . Corak kehidupan di bawah tatanan inilah yang m enjadi
tujuan dari Islam . Islam m engganti sem ua corak ikatan-ikatan sosial lam a
m enuju satu bentuk ikatan-ikatan sosial baru.33 Untuk m em perjelas apa
yang dim aksud oleh Kalim dengan Negara Islam , berikut definisinya:
“The Islam ic state is a state in which the leadership, the governm ent and
the people have a single difined purpose. This can only happen if the
leadership is clearly and dem onstrably m uttaqi. And if the bay’a or
obedience given by the populace is also equally clearly and dem onstrably
base on taqwa. Taqwa or piety, holds and binds the political system of
Islam together. The system then dispenses ‘adl (justice) to all. It is the
taqwa of all its com ponent parts and their com bine output, ‘Adl that
legitim ise the Islam ic state.”34
Setelah hijrah ke Madinah, m enurut Kalim , Islam m em asuki transisi m enuju
pem bentukan negara (statehood). Setelah itu, penyebaran Islam ke seluruh
jazirah Arab m engalam i perkem bangan yang cepat dan luas. Keberadaan
negara m em iliki im plikasi besar bagi dakwah Islam . Kalim menyatakan
“...the chief instrum ent of da’w ah is the Islam ic State; da’w ah w ithout the
Islam ic State is like an invitation w ithout an address.35 Aktifitas da’w ah di
era pasca colonial m enyerap banyak energi kaum Muslim in nam un hanya
m elanggengkan status quo. Dakwah dikendalikan oleh patronase kekuasaan
rezim negara bangsa Muslim yang m engalihkan dakwah tersebut dari tujuan
tertingginya m endirikan negara Islam .

                                                            
Kalim Siddiqui, Stages of Islamic Revolution, h. 5.
Kalim Siddiqui, Stages of Islamic Revolution, h. 90.
35 Kalim Siddiqui, Stages of Islamic Revolution, h. 110-111.
33

34

Volume I, No.1, Januari 2012  I  14 3  

Setiap kaum Muslim in harus terlibat dalam perjuangan m endirikan negara
Islam .36 Keterlibatan ini menurut Kalim merupakan kewajiban atas m ereka
dari Allah. Kaum Muslim in m esti mengam bil peran dalam perjuangan m endirikannya baik dalam level intelektual m aupun aktivitas politik. Pengem bangan intelektual dan dukungan politik m enjadi satu paket perjuangan
dalam wadah gerakan Islam .
Kekuatan revolusi Islam yang dihasilkan oleh kepemim pinan m uttaqi’ akan
m engalahkan dan menghancurkan negara bangsa pasca kolonial, yang
berlanjut dengan pendirian negara Islam . Kaum Muslim in di seluruh dunia
telah m engam bil bagian dalam perjuangan Islam . Akan tetapi perjuangan
total yang bersifat m encakup m asih sedikit dipaham i. Artinya, tidak seluruh
perjuangan kaum Muslimin m em iliki visi revolusi Islam dan negara Islam .37
Kalim berpandangan bahwa pada dasarnya seluruh kaum Muslim in m enginginkan terbentuknya negara Islam . Negara Islam atau sistem khilafah m erupakan organisasi politik warisan Rasulullah yang m erupakan m edium
untuk m engaplikasikan seluruh nilai-nilai Islam . Kalim m enyatakan:
“All Muslim wish to live in the Islam ic state because the Islam ic state is
the natural habitat of the Muslim . This is because the Islamic state or the
khilafah, is the final shape given to the um m ah by great exem plar, the
prophet of Islam , upon whom be peace.” 38
Negara Islam dan gerakan Islam tidak bisa dipisahkan dan pem ahaman
tentang keduanya sangat jelas. Di sini Kalim ingin m enyatakan bahwa Islam
tidak lengkap tanpa negara Islam . Oleh karena itu perjuangan gerakan Islam
berorientasi untuk m endirikan negara Islam . Negara Islam cukup sentral
bagi Kalim , yaitu m erupakan jantung dari sunnah Rasulullah.
Negara Islam m ungkin saja m engalam i kekalahan dan kehancuran oleh
serangan m usuh. Negara Islam juga m ungkin untuk m engalam i penyim pangan yang jauh dari nilai-nilai Islam sehingga tidak lagi bisa diakui
sebagai negara Islam . Nam un “...it (islam ic state) is im possible to lose the
Islam ic m ovem ent altogether, because no m atter how great the defeat or
diviation, there w ill alw ay s be Muslim s w ho w ill struggle for the restoration of the Islam ic state.”39 Di sinilah fungsi gerakan Islam untuk m enjaga

                                                            
Kalim Siddiqui, Stages of Islamic Revolution, h. 1.
Kalim Siddiqui, Stages of Islamic Revolution, h. 1.
38 Kalim Siddiqui, Stages of Islamic Revolution, h. 9.
39 Kalim Siddiqui, Issues in the Islamic Movement, h. 6.
36

37

 

14 4 I

 

Konfrontasi 

negara Islam dari kekalahan dan m engatasi kekuatan penyim pangan internal.40
Islam sesungguhnya m erupakan risalah yang m encakup m etodologi. Kalim
berdalil bahwa inilah yang m enyebabkan adanya banyak penegasan dalam
Islam , dim ana sunnah dan sirah m enjadi m etode aplikatif dalam m enjalankan Islam. Dan ini juga yang m embuat prosedur penerapan Islam dan
proses berjalannya sejarah Islam m em butuhkan pendirian negara Islam
sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Islam . Kalim kem udian
m enyim pulkan: “Islam , therefore, is incom plete w ithout the Islam ic
State.”41
Ke s im pu lan
Gerakan Islam m enjadi m otor penggerak untuk m eraih revolusi
yang mendapatkan m om entumnya setelah terjadi konvergensi dari berbagai
elemen kekuatan perubahan. Revolusi Islam akan m engarah pada pem bentukan Negara Islam yang akan m enjadi m edium alam i bagi terwujudnya
tatanan ideal Islam .

.

                                                            
40
41

Kalim Siddiqui, Issues in the Islamic Movement, h. 6.
Kalim Siddiqui, Issues in the Islamic Movement, h. 111.
Volume I, No.1, Januari 2012  I  14 5  

 
14 6 I

 

Konfrontasi