Makalah Pembelajaran dan Pengembangan Ku

MAKALAH
PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran”
Dosen Pengampu : Erista Zulki Fahrudi,M.Pd

Disusun oleh :
Mega Hemaswari (1584202015)
Kasipah (1584202016)

Program Studi Pendidikan Matematika Semester 3

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PGRI
PACITAN TAHUN AJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah tentang “Pembelajaran
dan Pengembangan Kurikulum” ini dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa kami ucapkan
pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW karena beliau telah membawa kita dari Zaman

jahiliah menuju zaman yang penuh ilmu pengetahuan.
Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Kami
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan bisa menambah ilmu
dan pengetahuan bagi para pembaca.
Kani memohon maaf apabila ada kesalahan di dalam penulisan makalah ini, karena
manusia tidak pernah lepas dari kesalahan. Kritik dan saran pembaca selalu kami tunggu,
agar kedepannya kami menjadi lebih baik dalam penyusunan makalah. Terima kasih.

Pacitan, 2 Januari 2017

Penulis

2

DAFTAR ISI

JUDUL............................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. i
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1.
1.2.
1.3.

Latar Belakang........................................................................ 1
Rumusan Masalah.................................................................. 1
Tujuan ..................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................ 3
2.1. Konsep Dasar Kurikulum........................................................ 3
2.1.1. Pengertian Kurikulum.................................................... 3
2.1.2. Fungsi Kurikulum........................................................... 3
2.2. Landasan Pengembangan Kurikulum.................................... 5
2.3. Faktor-Faktor Pengembangan Kurikulum.............................. 9
2.4. Tahap-Tahap Pengembangan Kurikulum................................11
2.5. Fenomena Ganti Menteri Ganti Kurikulum...........................12
BAB III : PENUTUP.....................................................................................15
3.1. Kesimpulan.................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................17


3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Proses pendidikan dalam kegiatan pembelajaran atau dalam kelas, akan bisa
berjalan lancar, kondusif, interaktif, dan lain sebagainya apabila dilandasi oleh dasar
kurikulum yang baik dan benar. Pendidikan bisa dijalankan dengan baik ketika
kurikulum menjadi penyangga utama dalam proses belajar mengajar. Kurikulum
mengandung sekian banyak unsur konstruktif supaya pembelajaran terlaksana dengan
optimal. Sejumlah pakar kurikulum berpendapat bahwa jantung pendidikan berada pada
kurikulum. Baik dan buruknya hasil pendidikan ditentukan oleh kurikulum, apakah
mampu membangunn kesadaran kritis terhadap peserta didik ataukah tidak.
Prof. Dr. S. Nasution. M. A. mengatakan bahwa masa depan bangsa terletak
pada tangan kreatif generasi muda. Mutu bangsa dikemudian hari tergantung pada
pendidikan yang dinikmati anak anak saat ini, terutama dalam pendidikan formal yang
diterima di bangku sekolah. Apapun yang akan dicapai di sekolah harus ditentukan oleh
kurikulum sekolah. Jadi, barang siapa yang menguasai kurikulum maka ia memegang
peran penting dalam mengatur nasib bangsa dan negara kedepannya.

Kurikulum menjadi vital bagi perkembangan bangsa. Para guru atau pengajar
harus pula memahami seluk beluk kurikulum hingga batas-batas tertentu dalam skala
mikro. Kurikulum dirancang sepatutnya berdasarkan atas dasar kepentingan bersama.
Kurikulum dibuat bukan untuk melegitimasi kepentingan kekuasaan tertentu.
Kurikulum bukan ditujukan untuk merusak karakter bangsa dan lain seterusnya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat diambil beberapa pokok permasalahan
yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa yang di maksud dengan kurikulum?
2. Apa saja landasan dalam pengembangan kurikulum?
3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan pengembangan kurikulum?
4. Apa saja tahap-tahap pengembangan kurikulum ?
5. Benarkan politik mempengaruhi kurikulum?
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui yang di maksud dengan kurikulum.
2. Untuk mengetahui landasan dalam pengembangan kurikulum.
1

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pengembangan

kurikulum.
4. Untuk mengetahui tahap-tahap pengembangan kurikulum.
5. Untuk mengetahui apakah politik mempengaruhi kurikulum.

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Kurikulum
2.1.1

Pengertian Kurikulum
Secara etimologis istilah kurikulum berasal dari bahasa yunani , yaitu
curir yang berarti pelari, dan curere yang berarti tempat berlari. Dalam bahasa
perancis kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari. Kurikulum
adalah jarak yang ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan. Kurikulum
juga bermakna seperti kereta pacu pada zaman dulu, yaitu suatu alat yang
membawa seseorang dari garis start sampai finish. Kurikulum yang digunakan
dalam dunia pendidikan adalah seumlah mata pelajaran di sekolah atau mata
kuliah di perguruan tinggi yang harus ditempuh guna mencapai satu ijasah atau

tingkat tertentu. Kurikulum berarti keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh satu
lembaga pendidikan tertentu.

2.1.2

Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum dapat dilihat dari sisi pengembang kurikulum (guru),
dari sisi peserta didik , dan dapat juga ditinjau dari dalam berbagai perspektif,
antara lain sebagai berikut :
1.

Fungsi Kurikulum dalam Mencapai Tujuan Pendidikan
Fungsi kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, yaitu alat untuk membentuk manusia seutuhnya sesuai
dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional, termasuk sebagai
tingkatan tujuan pendidikan yang ada dibawahnya. Kurikulum sebagai
alat dapat diwujudkan dalam bentuk program, yaitu kegiatan dan
pengalaman belajar yang harus dilaksanakan oleh guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran. Program tersebut harus dirancang secara
sistimatis, logis, terencana, dan sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat

dijadikan acuan bagi para guru dan peserta didik dalam melaksanakan
proses pembelajaran yang efektif dan efisien,

2.

Fungsi Kurikulum bagi Kepala Sekolah
3

Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat
pengukur keberhasilanprogram pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.
Kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol, apakah
kcegiatan proses pendidikan yang dilaksanakan itu berpijak pada
kurikulum yang berlaku.
3.

Fungsi Kurikulum bagi Guru
Guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum
sekalius pelaksana kurikulum di lapangan. Guru juga sebagai faktor
kunci dalam keberhasilan suatu kurikulum. Bagaimanapun baiknya suatu
kurikulum disusun, pada akhirnya akan sangat bergantung pada

kemampuan guru dilapangan. Efektifitas suatu kurikulum tidak akan
tercapai jika guru tidak dapat memahami dan melaksanakan kurikulum
dengan baik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran. Artinya guru
tidak hanya berfungsi sebagai pengembang kurikulum, tetapi juga
sebagai pelaksana kurikulum. Bagi guru, memahami kurikulum
merupakan suatu hal yang mutlak dan harga mati. Segala sesuatu yang
dikerjakan oleh guru dan disampaikan pada peserta didik harus sesuai
dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.

4.

Fungsi Kurikulum bagi Pengawas
Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai
pedoman, patokan, atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di
sekolah. Kurikulum dapat digunakan pengawas untuk menetapkan halhal apa saja yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam
usaha pengembangan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.

5.

Fungsi Kurikulum bagi Masyarakat

Melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan, masyarakat bisa
mengetahui apakah pengetahuan, sikap, dan nilaiserta keterampilan yang
dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kuri-kulum suatu sekolah.

6.

Fungsi Kurikulum bagi Pemakai Lulusan
Dengan mengetahui kurikulum suatu sekolah, masyarakat,
sebagai pemakai kelulusan dapat melaksanakan :
 Ikut memberikan kontribusi dan memperlancar pelaksanaan
program pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan
pihak orang tua dan masyarakat.
4



Ikut memberikan kritik dan saran kontruktif dan
penyempurnaan program pendidikan sekolah.

2.2


Landasan Pengembangan Kurikulum
Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat signifikan,
apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan yang tidak menggunakan
landasan atau pondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin atau terjadi goncangan
yang kuat, bangunan tersebut akan mudah roboh. Demikian pula dengan halnya
kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum terebut
akan mudah terombang-ambing dan yang menjadi taruhannya adalah manusia sebagai
peserta didik yang dihasilkan oleh pendidik itu sendiri.
Ada beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum
diantaranya Robert S. zais mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum,
yaitu : Philosopy and nature of knowledge, society and culture, the individual dan
learning theory
1.

Landasan Filosofis
Pandangan-pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam
pendidikan, terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan.
Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa. Filsafat
atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok

masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat
mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan
pendidikan sendiri pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif
mengenai apa yang seharusnya dicapai.
Tujuan pendidikan memuat pernyataan-pernyataan mengenai berbagai
kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras
dengan sistem nilai dan falsafah yang dianutnya. Dengan demikian,
filsafat suatu negara tidak bisa dipungkiri akan mempengaruhi tujuan
pendidikan di negara tersebut. Oleh karena itu, tujuan pendidikan di
suatu negara akan berbeda dengan tujuan pendidikan di negara lainnya,
sebagai implikasi dari adanya perbedaan filsafat yang dianutnya.

5

2.

Landasan Psikologis
Pendidikan senantiasa berkaitan dengan perilaku manusia. Dalam
setiap proses pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, baik lingkungan yang bersifat fisik maupun lingkungan sosial.
Melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku peserta didik
menuju kedewasaan, baik dewasa dari segi fisik, mental, emosional, moral,
intelektual, maupun sosial. Harus diingat bahwa walaupun pendidikan dan
pembelajaran adalah upaya untuk mengubah perilaku manusia, akan tetapi
tidak semua perubahan perilaku manusia/peserta didik mutlak sebagai akibat
dari intervensi program pendidikan.
Perubahan perilaku peserta didik dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan faktor dari luar program pendidikan atau lingkungan.
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan/program pendidikan, sudah
pasti berhubungan dengan proses perubahan perilaku peserta didik.
Kurikulum diharapkan dapat menjadi alat untuk mengembangkan kemampuan
potensial menjadi kemampuan aktual peserta didik serta kemampuankemampuan baru yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama.
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang
berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana
perkembangan peserta didik, serta bagaimana peserta didik belajar. Kondisi
Psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik manusia sebagai individu
yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam interaksinya dalam
lingkungan. Prilakunya merupakan cirri dari kehidupannya yang tampak
maupun yang tidak tampak, yakni prilaku kognitif, afektif maupun
psikomotorik.
Minimal terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan
kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar.
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu pribadi anak didik berkenaan dengan perkembangannya. Dalam
psikologi perkembangan yang dalam term tertentu disamakan dengan ilmu
Jiwa Perkembangan, di dalamnya dikaji tentang hakekat perkembangan,
pentahapan perkembangan anak, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
6

perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan
perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
Untuk dijadikan landasan dalam mempertimbangkan bobot belajar
pada masing-masing tingkatan dan jenjang serta beban belajar yang mesti
diselaraskan dengan tingkat perkembangan psikologi dan kejiwaan peserta
didik.
3.

Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan.
Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha
mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai
perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Peserta didik berasal dari
masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam
lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan
budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Dengan
pendidikan, kita mengharapkan melalui pendidikan dapat lebih mengerti dan
mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi,
maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi,
karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Karena itu, para pengembang kurikulum harus:






Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat.
Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada.
Menganalisis kekuatan serta potensi daerah.
Menganalisis syarat dan tuntunan tenaga kerja.
Menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan
masyarakat

7

Dari penjelasan tersebut dapat diungkapkan bahwa melalui pendidikan
manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang
dan membuat peradaban masa yang akan datang. Penerapan teori, prinsip,
hukum, dan konsep-konsep yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan
yang ada dalam kurikulum, harus disesuaikan dengan kondisi sosial
budaya masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa
lebih bermakna dalam hidupnya. Pengembangan kurikulum hendaknya
memperhatikan kebutuhan masyarakat dan perkembangan masyarakat.
4.

Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sejak abad pertengahan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami
perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus
berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin
berkembang. Dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat
yang berpengetahuan dengan standar mutu yang tinggi.
Terlebih berkaitan dengan teknologi komunikasi dan jaringan. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat
beragam dan sangat canggih, maka disinilah diperlukan kurikulum yang
disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan
belajar bagaimana belajar dalam mengakses, memilih dan menilai
pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap
ketidakpastian karena berbagai penemuan teknologi baru terus berkembang.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung
berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya
mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan
media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung
menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar
memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk
memecahkan masalah pendidikan.

2.3 Faktor-Faktor Pengembangan Kurikulum
8

Dalam suatu perkembangan kurikulum, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
suatu kurikulum tersebut perlu dirubah. Beberapa faktor tersebut adalah:
1.

Adanya perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan yang lain.
Perubahan perhatian dan perluasan bentuk pembelajaran harus mendapat
perhatian. Perubahan praktek pendidikan di suatu Negara harus mendapan perhatian
serius, agar pendidikan di Negara kita tidak ketinggalan zaman. Tetapi tentu
perubahan kurikulum harus disesuaikan denga kondisi setempat, kurikulum Negara
lain tidak sepenuhnya diadopsi karena adanya perbedaan-perbedaan baik ideologi,
agama, ekonomi, sosial, maupun budaya.

2.

Berkembangnya industri dan produksi atau teknologi.
Pesatnya perubahan di bidang teknologi harus disikapi dengan cepat, karena
kalau tidak demikian maka output dari lembaga pendidikan akan menjadi makhluk
terasing yang akanhidup di dunianya. Kurikulum harus mampu menciptakan
manusia-manusia yang siap pakai di segala bidang yang diminatinya, bahkan
mampu menciptakan dunia sendiri yang baru bukan hanya mampu mengikuti dunia
itu.

3.

Orientasi politik dan praktek kenegaraan.
Praktek politik kenegaraan memegang peranan penting dalam perubahan
kurikulum. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan termasuk kurikulum itu
tidak dapat terlepas dari perpolitikan suatu bangsa. Oleh karena itulah orientasi
politik Negara harus diarahkan pada pemantapan demokrasi yang sejati, sehingga
sistem pendidikan akan berjalan dengan baik tanpa dibayangi ketakutan terhadap
kekuasaan atau penguasa.

4.

Pandangan intelektual yang berubah.
Selama ini pendidikan di Indonesia lebih diarahkan pada pencapaian materi
sebanyak-banyaknya daripada mencapai suatu kemampuan tau kompetensi tertentu.
Sehingga outputnya kurang berkualitas di bandingkan dengan Negara lain. Untuk
meningkatkan kualitas itulah maka pemerintah mengupayakan dilaksanakannya
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang dirintis seja tanggal 26 Juni 2002,
kemudian pada tahun 2006 diberlakukan kurikulum baru yaitu KTSP dan sekarang

9

mulai dirintis kurikulum terbaru yaitu Kurikulum 2013 dengan basis yang sanma
dengan perubahan dan penekanan pada aspek tertentu.
5.

Pemikiran baru mengenai proses belajar-mengajar.
Banyak sekali pemikiran, konsep atau teori baru dalam proses pembelajaran,
walaupun pemikiran itu kadang hanyalah perubahan pada titik tekannya saja.
Misalnya mengenai active learningatau (CBSA),contextual learning, quntum
teaching-learning dan lain-lain, untuk dapat mengaktifkan seorang individu siswa
dan mengaktifkan kelompok.

6.

Perubahan dalam masyarakat.
Masyarakat adalah suatu komunitas yang dinamis dan akan selalu berubah,
baik perubahan kearah positif maupun negatif perubahan positif antara lainadalah
kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan pendidikan anak, terutama lagi kalangan
menengah ke atas, dengan menyediakan fasilitas yang memadai seperti alat
komunikasi, transportasi, komputer dan internet. Perubahan kearah negatif
sesungguhnya lebih banyak terjadi akibat efek tidak baik karena kemudahankemudahan yang dialami oleh manusia modern, seperti mudahnya berkomunikasi
antar individu yang kemudian disalahgunakan untuk kejahatan.

7.

Eksploitasi ilmu pengetahuan.
Dengan pesatnya kemajuan di berbagai bidang kehidupan, tentu ilmu
pengetahuan mendapat porsi dalam kehidupan manusia. Banyak sekali disiplin ilmu
pengetahuan baru yang pada dekade sebelumnya belum dikenal. Oleh karena itu
kurikulum paling tidak harus disesuaikan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan,
agar anak memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi kehidupan di masa depan.
Perbaikan kurikulum biasanya mengenai satu atau beberapa aspek dari
kurikulum. Sedangkan perubahan kurikulum mengenai perubahan-perubahan
dasarnya, baik mengenai tujuan maupun alat-alat atau cara-cara untuk mencapai
tujuan itu.sebelum merubah kurikulum hendaknya diadakan penilaian tentang
kirikulum yang sedang di jalankan

2.4 Tahap-Tahap Pengembangan Kurikulum

10

Menurut Arih Lewy (1997) tahap-tahap pengembangan kurikulum meliputi
hal-hal berikut ini.
1. Penentuan Tujuan Umum
Pada tahap ini, pengembangan kurikulum merumuskan tujuan umum kurikulum
yang berisi nilai-nilai dan perangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta
didi setelah mengikuti kegiatan kurikulum. Dalam merumuskan tujuan ini, para
pengembang kurikulum tidak bisa bekerja sendirian. Mereka harus bekerja sama
dengan para ahli disiplin ilmu termasuk psikologi, sosiologi, antropolog dan
pakar-pakar ilmu lain.
2. Perencanaan
Selanjutnya menyusun perencanaan kurikulum, mulai dari silabus (perencanaan
umum) sampai dengan RPP (perncanaan khusus) dalam berbagai kegiatan.
Perencanaan ini meliputi bahan/materi pembelajaran, strategi pembelajaran,
sistem penilaian, sarana prasarana, biaya serta cara-cara penyampaian kepada guru
agar mereka dapat menggunakannya. Untuk itu, tim pengembang kurikulum perlu
memperhatikan prinsip-prinsip utama dalam perencanaan, yaitu (a) semua materi
pembelajaran harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan kemajuan
iptek, (b) proses pembelajaran harus serasi dan tepat sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, dan (c) sistem penilaian yang digunakan harus menggambarkan
profil kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.
3. Uji Coba dan Revisi
Tujuan umum dari uji coba ini adalah untuk menguji perencanaan yang telah
disusun sesuai dengan kondisi objectif di lapangan sehingga perencanaan tersebut
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tujuan khusus uji coba yang
dilakukan adalah untuk melihat kelemahan atau kekurangan dari perencanaan,
sehingga dapat dilakukan perbaikan (revisi). Dalam uji coba ini, pengembang
kurikulum dapat melakukan observasi langsung di kelas dan/atau meminta
pendapat dari peserta didik tentang pengalaman belajar mereka selama mengikuti
kurikulum baru. Begitu juga pendapat dari para pakar pendidikan, pakar psikologi,
pakar bidang study, dan lain-lain termasuk kepala sekolah, guru dan orang tua.
4. Uji Lapangan
Tujuannya adalah untuk menganalisi kondisi-kondisi pelaksanaan kurikulum agar
diperoleh hasil yang lebih memadai dan sempurna
5. Pelaksanaan Kurikulum

11

Setelah kurikulum dilakukan uji lapangan, kemudian diberikan pelatihan-pelatihan
kepadan kepala sekolah dan guru secara bertahap dan kontinu, maka selanjutnya
kurikulum siap dilaksanakan secara serentak.
6. Pengawasan Mutu Kurikulum
Kurikulum itu sifatnya dinamis yang akan terus mengikuti perubahan dan
perkembangan jaman. Jika suatu kurikulum dianggap banyak memiliki
kekurangan dan kelemahan, maka perlu dilakukan perubahan dan pembaharuan
kurikulum. Untuk itu, pengawasan mutu kurikulum merupakan tahap penting
yang harus dilakukan.
2.5. Fenomena Ganti Menteri Ganti Kurikulum
“Ganti menteri ganti kebijakan, berubah kebijakan berubah pula kurikulum
pendidikan”. Demikianlah komentar yang muncul ketika melihat realitas pendidikan
saat ini.
Kurikulum memang bukan merupakan sesuatu hal yang statis, tetapi ia harus
dinamis mengikuti perkembangan zaman. Pembaruan kurikulum ini juga harus
melihat dinamika perubahan yang terjadi di masyarakat, karena kurikulum tidak bebas
dari realitas sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Dalam sejarah perjalanan
pendidikan yang dialami negeri ini, cukup banyak hal yang membuat pendidikan kita
disusupi kepentingan politik golongan tertentu. Sederhana saja, kurikulum yang
berganti mengikuti bergantinya menteri merupakan potret tidak jelasnya arah
pendidikan. Pendidikan yang diharapkan memiliki tujuan pasti demi mengubah
kondisi bangsa menuju kemajuan, telah diboncengi sekian banyak kepentingan.
Menurut Rakhmat Hidayat, kurikulum adalah jantung pendidikan. Kurikulum
mampu mengonstruksi wajah pendidikan suatu bangsa, bila berkualitas kurikulum
yang dihasilkan maka berkualitas pula pendidikan bangsa tersebut atau sebaliknya.
Meskipun demikian, kurikulum bukanlah hanya sekedar menyangkut materi,
pendekatan, metode, instrumen dan proses pembelajaran yang terjadi di level mikro,
tetapi kurikulum juga menyangkut hubungan-hubungan sosial berbagai agen yang
terlibat dan berkepentingan di belakangnya. Kurikulum sangat terkait dengan
kepentingan politik penguasa, relasi negara dan sekolah, maupun relasi antara sekolah
dan masyarakat. Dalam konteks kepentingan politik kekuasaan golongan tertentu,
kondisi pergantian kurikulum mempermudah penguasa untuk menyelipkan pesan
12

politik. Oleh sebab itu yang terjadi selanjutnya adalah kurikulum yang selama ini
berjalan selalu bernuansa kepentingan politik. Kekuasaan dan pendidikan ibarat dua
sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
Mengapa hal ini masih dipertahankan ? sangat susah untuk menjawabnya,
sebab masyarakat tidak mampu melawan atau mencoba lari dari kurikulum yang ada.
Mengutip pendapat M. Sirozi, politisasi kurikulum sesungguhnya berpeluang besar
dalam membangun pendidikan sesuai dengan kepentingan penguasa sehingga rakyat
bisa ditundukkan dan diarahkan sesuai dengan keinginan penguasa.
Dalam sejarah Indonesia, kita bisa lihat bagaimana kurikulum tidak bebas dari
relasi kekuasaan. Orde Baru melalui kurikulum mata pelajar Sejarah dan P4
(Pedoman, Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) menjadikan pendidikan sebagai
aparat negara yang bersifat ideologis (ideological state apparatus). Melalui buku-buku
teks para pelajar digiring untuk mempunyai pemahaman sejarah versi resmi Orde
Baru. Dengan penataran-penataran P4 di setiap tingkatan, para pelajar, mahasiswa,
dan bahkan PNS juga dicocok hidungnya agar tunduk dan patuh kepada rezim Orde
Baru. Penafsiran kritis terhadap sejarah maupun Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di luar kurikulum yang telah dirumuskan oleh Pemerintah
dianggap haram atau subversif.
Di banyak negara totaliter dan negara berkembang, pemimpin politik sangat
menyadari fungsi pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan politik. Mereka
melakukan berbagai cara untuk mengontrol sistem pendidikan dan menitipkan pesanpesan politik melalui metode dan bahan ajar pendidikan. Di negara-negara Komunis,
misalnya, metode brain washing digunakan secara luas membentuk pola pikir kaum
muda, agar sejalan dengan doktrin komunisme.
Dari generasi ke generasi negarawan dan pemimpin politik telah menyadari
dampak yang dapat ditimbulkan oleh sistem pendidikan terhadap kehidupan politik.
Mereka menyadari bahwa negara tidak dapat mengabaikan sekolah jika ingin
mencapai tujuan-tujuannya, termasuk tujuan untuk mempertahankan kekuasaan.
Mengingat besarnya peluang untuk mengarahkan berbagai unsur kependidikan pada
kebutuhan politik tertentu, tidak heran apabila pendidikan sering kali memainkan
peran sentral dalam menemukan arah perubahan politik.

13

14

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
2.

3.

4.

5.

Kurikulum berarti keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh satu lembaga
pendidikan tertentu.
Menurut Robet . S. Zais, Landasan- landasan pengembangan kurikulum adalah :
 Landasan filosofis
 Landasan psikologis
 Landasan sosial-budaya
 Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi
Faktor-faktor pengembang kurikulum antara lain :
 Adanya perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan yang lain
 Berkembangnya industri dan produksi atau teknologi
 Orientasi politik dan praktek kenegaraan
 Pandangan intelektual yang berubah
 Pemikiran baru mengenai proses belajar-mengajar
 Perubahan dalam masyarakat
 Eksploitasi ilmu pengetahuan
Tahap-tahap pengembangan kurikulum antara lain :
 Penentuan tujuan umum
 Perencanaan
 Uji coba dan revisi
 Uji lapangan
 Pelaksanaan kurikulum
 Pengawasan mutu kurikulum
Kurikulum memang bukan merupakan sesuatu hal yang statis, tetapi ia harus
dinamis mengikuti perkembangan zaman. Pembaruan kurikulum ini juga harus
melihat dinamika perubahan yang terjadi di masyarakat, karena kurikulum tidak
bebas dari realitas sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Kurikulum sangat terkait
dengan kepentingan politik penguasa, relasi negara dan sekolah, maupun relasi
antara sekolah dan masyarakat. Dalam konteks kepentingan politik kekuasaan
golongan tertentu, kondisi pergantian kurikulum mempermudah penguasa untuk
menyelipkan pesan politik. Oleh sebab itu yang terjadi selanjutnya adalah
kurikulum yang selama ini berjalan selalu bernuansa kepentingan politik.
Kekuasaan dan pendidikan ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.

15

16

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
H, Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Indonesia: Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 1990. Pengembangan Kurikulum: Dasar-dasar dan Perkembangannya.
Bandung: Mandar Maju
Hamalik, Oemar . 1990. Evaluasi Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Hamalik, Oemar. 2007. Dasar – dasar Pengembangan Kurikulum . Jakarta : Grafindo
Hasan, Hamid. 2009. Evaluasi Kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Herry, Asep. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas
Terbuka
Hidayat, Rahman. 2011. Pengantar Sosiologi Kurikulum . Jakarta : Raja grafindo persada.
Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Syadih, S. Nana. 1997. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya.
http://mudzakkirology.blogspot.co.id/2014/02/politik-pendidikan-dan-kurikulum.html
https://irmaalhanaah.wordpress.com/2014/12/12/telaah-kurikulum-pengaruh-politik-terhadapperubahan-kurikulum/
http://yuliernawati07.blogs.uny.ac.id/2015/10/15/alasan-alasan-perlunya-pengembangankurikulum/

17