Dokumen tips sistem ekonomi islam dan ke

Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Ummat
Pendahuluan
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tidak dapat terlepas dari manusia yang
lain. Salah satu bentuk interaksi yang terjadi adalah aktifitas perdagangan. Hal ini karena ada satu
manusia yang membutuhkan pemenuhan dalam hidupnya sementara sumber pemenuhan itu bisa
jadi terdapat pada orang lain. Allah SWT telah menjadikan harta sebagai salah satu sebab untuk
menciptakan berbagai kemaslahatan di dunia. Dan Allah juga mensyariatkan mekanisme
perdagangan untuk meraih berbagai kemaslahatan tersebut. Mekanisme dibutuhkan agar tidak
terjadi kekacauan seperti bentuk kekerasan dan perampasan dalam upaya mendapatkan
kemaslahatan tersebut. Maka, bentuk perekonomian dalam islamlah yang layak untuk digunakan
dalam mencapai kesejahteraan ummat.
Sebenarnya sistem ekonomi Islam sudah pemah diterapkan secara nyata sejak Rasulullah
SAW mendirikan negara Islam di Madinah hingga menjelang runtuhnya Daulah Khilafah
Islamiyah di Turki. Sistem ekonomi Islam selama berabad-abad diterapkan secara praktis dalam
kehidupan individu, masyarakat dan bemegara. Baru ketika undang-undang yang berasal dari
Barat tentang keuangan dan perdagangan masuk ke negeri Islam pada tahun 1276 H (1858 M),
kemudian sistem ekonomi Islam tidak diterapkan secara utuh. Pada saat itu Daulah Khilafah
Utsmaniyah mulai mengambil undang-undang keuangan dan perdagangan (Qanun Al Huquuq
wat Tijarah) yang berasal dari Barat. Bahkan setelah runtuhnya Daulah Khilafah Islamiyah di
Turki pada tahun 1924 M, maka sistem ekonomi Islam, seperti halnya sistem politik
pemerintahan Islam, sistem pendidikan Islam dan lain-lain sudah ditinggalkan. Akibatnya umat

hingga saat ini hanya mengenal sistem ekonomi yang berasal dari barat namun tidak mengenal
sistem ekonomi Islam secara utuh. Bagaimanakah konsep dan system dalam ekonomi islam? Apa
peran Negara dalam mensejahterakan ummat?

Pembahasan
Konsep dan Sistem Dalam Ekonomi Islam
A.Perdagangan dan Jual Beli
Perdagangan di dalam masyarakat terjadi atas dua aktifitas yaitu jual beli dan riba. Allah
SWT telah menetapkan bahwa perdagangan yang halal adalah jual beli, sedangkan perdagangan
yang diharamkan adalah riba. Dalam fakta masyarakat saat ini pun masih ada upaya untuk
menyamakan jual beli dengan riba. Hal ini seperti di dalam firman Allah di dalam QS. AlBaqarah : 275

1 | Page

Hal itu karena mereka benar-benar telah mengatakan bahwa jual beli itu juga seperti riba
Dengan demikian kita pahami bahwa jual beli dan riba keduanya termasuk dalam perdagangan
(tijaroh), dan terdapat perbedaan dari sisi syara’ dalam memandang bahwa, yang halal hanyalah
aktifitas jual beli. Akad atau terjadinya jual beli ditentukan oleh adanya ungkapan ijab dan qobul.
Serta adanya aku menjual (bi’tu) dan aku membeli (isytaraytu).
Jenis Perdagangan

1. Jual beli salam (salaf)
Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sementara pembayaran
dilakukan di muka. Mekanismenya seseorang datang kepada penjual untuk memesan
suatu barang dengan karakteristik yang jelas dan dengan harga yang disepakati. Waktu
pengambilan ditentukan beberapa bulan sesudah disepakati. Jual beli ini diperbolehkan
untuk setiap barang yang ditakar, ditimbang atau dihitung. Seperti hadith yang
diriwayatkan dari al-hakim dan ad-Daruquthni
“Siapa saja yang melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan maka ber-salaflah dalam
takaran yang diketahui, timbangan yang diketahui, dan sampai waktu yang diketahui”.
Jual beli salam diperbolehkan dengan catatan, jenisnya harus sudah ditentukan dan harga
ditentukan pula sesuai dengan harga pasar saat akad jual-beli bukan pada saat penyerahan
barang.
2. Jual beli dengan hutang dan kredit (Murabahah)
Dalam transaksi perdagangan atau jual beli, adakalanya berlangsung dengan tunai.
Namun juga terkadang dengan tangguh atau utang. Seorang penjual berhak untuk
memberi pilihan harga, yaitu harga tunai dan hutang sekaligus atau harga kredit dengan
cicilan. Hal ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat al Baqarah ayat 282.

B. Etika Bisnis
Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai pemimpin agama, seorang negarawan sekaligus

sebagai seorang pedagang yang sukses. Dimana beberapa posisi ini jarang dimiliki secara
sekaligus oleh nabi yang lain. Sebagai seorang pedagang, beliau memberikan contoh yang sangat
baik dalam transaksi bisnisnya. Beliau melakukan transaksi yang jujur, adil, memuaskan
konsumen, menepati janji dan memberikan barang dagangan dengan standar kualitas yang sesuai
dengan permintaan pelanggan.

2 | Page

Beberapa hadith yang dapat dijadikan acuan dalam berdagang :
-

“Berusaha untuk mendapatkan penghasilan halal merupakan suatu kewajiban,
disamping tugas-tugas lain yang diwajibkan” Diriwayatkan dari al-Baihaqi

-

“Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya termasuk golongan para nabi, orang-orang
yang benar-benar tulus, dan para syuhada” Diriwayatkan dari al_Tirmidzi, al-Darimi,
al-Daruquthni


-

“Allah memberikan rahmat-Nya pada setiap orang yang bersikap baik ketika menjual,
membeli dan membuat suatu pernyataan” Diriwayatkan dari al-Bukhari

Khulafa ar-Rashidun mereka adalah para pedagang, seperti abu bakar, memiliki usaha dagang
bahan pakaian. Umar ibn Khatab,pernah menjadi pedagang jagung, uthman ibn-affan dikenal
sebagai konglomerat tekstil.
Secara umum, etika dalam berdagang adalah :
a. Memiliki kepribadian spiritual (taqwa)
b. Berperilaku baik dan simpatik (Shidq)
c. Berlaku adil dalam bisnis (al-‘adl)
d. Bersikap melayani dan rendah hati (khidmah)
e. Menepati janji dan tidak curang
f. Jujur dan terpercaya (al-amanah)
g. Tidak suka berburuk sangka (suudzan)
h. Tidak suka menjelek-jelekkan (ghibah)
i. Tidak melakukan sogok (riswah)
Ada beberapa persyaratan yang harus ada dalam jual beli agar transaksi menjadi sah.
a. Penjual dan pembeli harus tamyiz dan berakal

b. Ijab dan qabul disertai dengan keridhaan
c. Kesempurnaan perdagangan
Kaidah Pokok Dalam Perdagangan
a.Segala sesuatu yang diharamkan, haram pula memperjual belikannya
b.Haram menjual atau membeli barang yang telah dijual
c.Tidak diperbolehkan menjual barang yang tidak dimiliki
d.Tidak boleh ada dua akad dalam satu jual beli
Transaksi-transaksi yang dilarang dalam islam adalah transaksi yang disebabkan oleh faktor:
3 | Page

1) haram zatnya (objek transaksinya).
2) haram selain zatnya (cara bertransaksi-nya).


Tadlis. Tadlis adalah sebuah situasi di mana salah satu dari pihak yang bertransaksi
berusaha untuk menyembunyikan informasi dari pihak yang lain (unknown to one party)
dengan maksud untuk menipu pihak tersebut atas ketidaktahuan atas informasi tersebut.
Hal ini bisa berbentuk kuantitas (quantity), kualitas (quality), harga (price), ataupun
waktu penyerahan (time of delivery) atas objek yang ditransaksikan.




Ikhtikar. Ikhtikar adalah sebuah situasi di mana produsen/penjual mengambil keuntungan
di atas keuntungan normal dengan cara mengurangi supply (penawaran) agar harga
produk yang dijualnya naik.
Ikhtikar ini biasanya dilakukan dengan membuat entry barrier (hambatan masuk pasar),
yakni menghambat produsen/penjual lain masuk ke pasar agar ia menjadi pemain tunggal
di pasar (monopoli), kemudian mengupayakan adanya kelangkaan barang dengan cara
menimbun stock (persediaan), sehingga terjadi kenaikan harga yang cukup tajam di pasar.
Ketika harga telah naik, produsen tersebut akan menjual barang tersebut dengan
mengambil keuntungan yang melimpah.



Bai’ Najasy. Bai’ Najasy adalah sebuah situasi di mana konsumen/pembeli menciptakan
demand (permintaan) palsu, seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu produk
sehingga harga jual produk itu akan naik.
Cara yang bisa ditempuh bermacam-macam, seperti menyebarkan isu, melakukan order
pembelian, dan sebagainya. Ketika harga telah naik maka yang bersangkutan akan
melakukan aksi ambil untung dengan melepas kembali barang yang sudah dibeli,

sehingga akan mendapatkan keuntungan yang besar.



Taghrir. Taghrir adalah situasi di mana terjadi incomplete information karena adanya
ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi.
Taghrir terjadi bila pihak yang bertransaksi merubah sesuatu yang seharusnya bersifat
pasti menjadi tidak pasti. Dalam hal ini ada beberapa hal yang bersifat tidak pasti, yaitu
kuantitas (quantity), kualitas (quality), harga (price), ataupun waktu penyerahan (time of
delivery) atas objek yang ditransaksikan.



Riba. Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis, baik transaksi
hutang piutang maupun jual beli.
Riba dalam hutang piutang dimaksudkan untuk meminta kelebihan tertentu atas utang
yang dipinjamkan pada saat awal transaksi (riba qard), atau memberikan tambahan
pembayaran atas utang yang tidak bisa dikembalikan pada waktu jatuh tempo (riba
jahiliyah). Riba dalam jual beli dikenakan atas pertukaran dua barang sejenis dengan
timbangan/takaran yang berbeda (riba fadl), atau memberikan tambahan atas barang yang

diserahkan kemudian (riba nasiah).
4 | Page

Jual Beli yang Dilarang Dalam Islam
Risalah tentang jual beli yang dilarang dalam Islam ini kami adaptasi dari kitab Fiqh Wa
Fatawa Al Buyu’; hlm. 125 a/d 137, karya Syaikh Shalih Al Fauzan bin Fauzan. Awalnya
merupakan ceramah beliau di masjid Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz Alu Su’ud, Riyadh,
bulan Jumadil Ula 1411 H. Kami angkat ke hadapan pembaca, supaya kaum muslimin mengerti
dan kemudian menjauhi perniagaan yang terlarang. Sehingga dalam melakukan jual beli, seorang
muslim harus memperhatiakn ketentuan-ketentuan syari’at, hendaklah menjauhi muamalah dan
usaha-usaha yang buruk yang diharamkan. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam melarang jual
beli, yang dilakukan dengan cara yang buruk, mendatangkan madharat (bahaya) bagi orang lain,
serta mengambil harta seseorang dengan cara yang bathil. Berikut beberapa transaksi perniagaan
atau jula beli yang dilarang.
1. Jika akad jual beli itu menyulitkan ibadah, misalnya mengambil waktu shalat.
Seorang pedagang sibuk dengan jual beli sampai terlambat melakukan shalat jama’ah di
masjid, baik tertinggal seluruh shalat atau masbuq. Berniaga yang sampai melalaikan seperti ini
dilarang. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah di tunaikan

shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al Jumu’ah: 9-10)
Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu
dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang
yang rugi.” (QS. Al Munafiqun:9)
“Maka mereka itulah orang-orang yang rugi”. Allah menyatakan mereka mengalami kerugian,
meskipun mereka kaya, berhasil mengumpulkan banyak harta dan memiliki banyak anak.
Sesungguhnya harta dan anak-anak mereka tidak akan bisa menggantikan dzikir yang
terlewatkan. Seorang pedagang akan meraih keuntungan yang hakiki, jika mampu meraih dua
kebaikan, yaitu memadukan antara rezeki dengan ibadah kepada Allah. Melangsungkan akad jual
beli pada waktunya, dan menghadiri shalat pada waktunya. Allah berfirman: “Maka mintalah
rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya.” (QS. Al An kabut :17)
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah.” (QS. Al Jumu’ah:10)
5 | Page

Jadi, perniagaan itu ada dua, yaitu perniagaan dunia dan akhirat. Perniagaan dunia
menggunakan harta dan usaha. Sedangkan perniagaan akhirat menggunakan amal shalih. Allah
berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan

yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik
bagimu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan
memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan
kamu) ke tempat tinggal yang baik di surga ‘And. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada
lagi) karunia lain yang kamu sukai, (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat
(waktunya). Dan sampailah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Ash
Shaf:10-13).
Inilah perniagaan yang menguntungkan, jika ditambah lagi dengan perniagaan dunia
yang diperbolehkan, maka itu berarti kebaikan di atas kebaikkan. Jika seseorang hanya
melakukan perdagangan di dunia dan mengabaikan perdagangan di akhirat, inilah orang-orang
yang rugi. Sebagaimana firman Allah, yang artinya “mereka itulah orang-orang yang rugi”.
Seandainya seseorang melakukan ibadah, shalat , dzikir dan melaksanakan kewajibankewajibannya, niscaya Allah membukakan pintu rezeki baginya.
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (QS. Thaha:132)
Shalat yang di anggap oleh sebagian orang sebagai penghalang mencari rezeki, ternyata
sebaiknya, ia bisa membuka pintu rezeki, kemudahan dan barakah. Jika engkau berdzikir dan
beribadah kepada Allah, maka Allah akan memberikan kemudahan dan membukakan pintu rezeki
buatmu, dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi rezeki. (QS. Al Jumu’ah :11)

Allah menjelaskan sifat-sifat hamba-Nya yang beriman,
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan
disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak
dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, mendirikan
shalat, dan membayar zakat. Mereka takut pada suatu hari yang (hari itu) hati dan penglihatan
menjadi goncang.” (QS. An Nur:36-37)
Ketika menafsirkan ayat ini, sebagian ulama salaf mengatakan, oaring-orang mukmin itu
melakukan akad jual beli. Jika salah seorang diantara mereka mendengar adzan, sedangkan
timbangan masih ada di tangannya, maka dia akan menurunkan timbangan itu dan pergi
mengerjakan shalat. Kesimpulannya, jika jual beli menghalangi seseorang dari shalat, maka hal
itu termasuk jual beli yang dilarang, batil dan hasilnya haram.

6 | Page

2. Di antara jual beli yang di larang dalam Islam, yaitu menjual barang yang diharamkan.
Jika Allah sudah mengahramkan sesuatu, maka Dia juga mengharamkan hasil
penjualannya. Seperti menjual sesuatu yang terlarang dalam agama. Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam telah melarang menjual bangkai, khamr, babi, patung. Barangsiapa yang
menjual bangkai, maksudnya daging hewan yang tidak disembelih dengan cara yang syar’i, inii
berarti ia telah menjual bangkai dan memakan hasil yang haram.
Begitu juga hukum khamr, maksudnya segala yang bisa memabukkan sebagaimana sabda
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Semua yang memabukkan itu adalah khamr, dan
semua khamr itu haram.”
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam melaknat sepuluh orang yang berkaitan dengan khamr.
“Sesunggunhnya Allah melaknat khamr, pemerasnya, yang minta diperaskan, penjualnya,
pembelinya, peminum, pemakan hasil penjualannya, pembawanya, orang yang minta dibawakan
serta penuangnya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Termasuk dalam masalah ini, bahkan lebih berat lagi hukumnya, yaitu menjual narkoba, ganja,
opium, dan jenis obat-obat psikotropika lainnya yang merebak pada saat ini. Orang yang
menjualnya dan orang yang menawarkannya adalah mujrim (pelaku criminal). Karena narkoba
merupakan senjata pemusnah bagi manusia. Jadi orang yang menjual narkoba, melariskannya
serta para pendukungnya terkena laknat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Hasil
penjualannya merupakan harta haram. Orang yang membuatnya laris berhak dijatuhi hukuman
mati, karena ia termasuk pelaku kerusakan di muka bumi.
3. Di antara jual beli yang dilarang ialah, menjual berbagai macam alat musik.
Seperti seruling, kecapi, perangkat-perangkat musik dan semua alat-alat yang
dipergunakan untuk perbuatan sia-sia. Meskipun alat-alat itu diberi istilah lain, seperti alat-alat
kesenian. Maka haram bagi kaum mulim untuk menjual semua alat dan perangkat-perangkat itu.
Seharusnya alat-alat tersebut dimusnahkan dari negeri kaum muslimin agar tidak tersisa.
4. Di antara jual beli yang dilarang ialah, menjual gambar.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam melarang berjualan ashnam, maksudnya ialah gambar.
Pada dasarnya ashnam itu adalah gambar patung, baik patung khayalan, burung, binatang ternak
atau manusia. Semua gambar makhluk yangbernyawa itu, haram untuk dijual dan hasil
penjualannya juga haram. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam melaknat para pelukis dan
memberitahukan, mereka adalah manusia yang paling berat siksanya pada hari Kiamat nanti.
Begitu juga, tidak boleh menjual majalah-majalah yang bergambar-gambar ini, terutama yang
memuat gambar-gambar cabul. Gambar, disamping diharamkan, ia juga menebar fitnah. Karena
tabiat seorang manusia, jika melihat gambar atau photo gadis cantik yang menampakkan sebagian

7 | Page

kecantikan atau sebagian anggota tbujnya, biasanya akan membangkitkan syahwatnya, yang
kadang mendorongnya untuk melakukan perbuatan keji dan tindakan kriminal.
Begitulah yang diinginkan setan yang berwujud jin dan manusia dengan menebarkan dan
memperjual-belikan gambar ini. Apalagi menjual film porno atau video yang berisi gambargambar wanita telanjang serta berperilaku bejat dan keji. Gambar-gambar inilah yang telah
memfitnah (menipu) banyak wanita dan para pemuda serta membuat mereka menyukai perbuatan
keji. Film-film seperti ini tidak boleh dijual, bahkan wajib atas seorang muslim untuk mencegah,
memusnahkan dan menyingkirkannya dari tengah-tengah kaum muslimin. Orang yang membuka
tempat untuk menjual film porno, berarti telah membuka tempat untuk bermaksiat dan
mengusahakan harta haram, dan mengundang murka Allah. Bahkan ia berarti telah membuka
tempat fitnah dan tempat mangkal bagi setan.
5. Termasuk jual beli yang dilarang, yaitu menjual kaset-kaset berisi lagu-lagu cabul, suara
penyanyi yang diiringi musik. Isinya bercerita tentang asmara, cinta atau menyanjung wanita.
Lagu-lagu ini haram untuk didengar, direkan, dijual. Hasil penjualannya termasuk dalam
kategori hasil yang haram dan dilarang oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Karena
lagu-lagu ini menebarkan kerusakan, perbuatan nista, merusak akhlak, serta membuka jalan bagi
keburukan agar sampai ke rumah-rumah kaum muslimin.
6. Termasuk jual beli yang dilarang adalah, menjual barang yang dimanfaatkan oleh pembeli
untuk sesuatu yang haram.
Jika seorang penjual mengetahui dengan pasti, bahwa si pembeli akan menggunakan
barang yang dibelinya untuk sesuatu yang diharamkan, maka akad jual beli ini hukumnya haram
dan batil. Jual beli seperti ini termasuk tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan.
Allah berfirman: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al Maidah:2)
Misalnya seseorang yang membeli anggur atau kurma untuk mebuat khamr, membeli senjata
untuk membunuh seorang muslim, menjual senjata kepada perampok, atau para pemberontak
atau kepada pelaku kerusakan. Begitu juga hukum menjual barang kepada seseorang yang
diketahui aka menggunakannya untuk mendukung sesuatu yang diharamkan Allah, atau
menggunakan barang itu untuk sesuatu yang haram, maka seorang pembeli seperti ini tidak boleh
dilayani.
7. Termasuk jual beli yang dilarang, yaitu menjual barang yang tidak ia miliki.
Misalnya, seorang pembeli datang kepada seorang pedagang mencari barang tertentu.
Sedangkan barang yang dicari tersebut tidak ada pada pedagang itu. Kemudian antara pedagang
dan pembeli saling sepakat untuk melakukan akad dan menentukan harga dengan dibayar

8 | Page

sekarang ataupun nanti, sementara itu barang belum menjadi hak milik pedagang atau si penjual.
Pedagang tadi kemudian pergi membeli barang dimaksud dan menyerahkan kepada si pembeli.
Jual beli seperti ini hukumnya haram, karena si pedagang menjual sesuatu yang barangnya tidak
ada padanya, dan menjual sesuatu yang belum menjadi miliknya, jika barang yang diinginkan itu
sudah ditentukan. Dan termasuk menjual hutang dengan hutang, jika barang yang diinginkan
tidak jelas harganya dibayar dibelakang.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam telah melarang cara berjual beli seperti ini.
Dalam suatu riwayat, ada seorang sahabt bernama Hakim bin Hazam radhiallahu anhu nerkata
kepada rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam:
“Wahai Rasulullah, seseorang datang kepadaku. Dia ingin membeli sesuatu dariku, sementara
barang yang di carai tidak ada padaku. Kemudian aku pergi ke pasar dan membeli barang itu.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Jangan menjual sesuatu yang tidak ada padamu.” (HR. Tirmidzi)
Demikian ini menunjukkan adanya larangan yang tegas, bahwa seseorang tidak boleh menjual
sesuatu kecuali telah dimiliki sebelum akad, baik dijual cash ataupun tempo. Masalah ini tidak
boleh diremehkan. Pedagang yang hendak menjual sesuatu kepada seseorang, hendaknya ia
menjamin keberadaan barangnya di tempatnya atau di tokonya, gudangnya, show roomnya atau
toko bukunya. Kemudian jika ada orang yang mau membelinya, dia bisa menjualnya cash atau
tempo.
8. Termasuk jula beli yang dilarang ialah, jual beli secara ‘inah.
Apakah maksud jual beli dengan ‘inah itu? Yaitu engkau menjual sesuatu barang kepada
seseorang dengan pembayaran tempo (bayar di belakang), kemudian engkau membeli barang itu
lagi (dari pembeli tadi) dengan harga yang lebih murah, tetapi dengan pembayaran kontan yang
engkau serahkan kepada pembeli. Ketika sudah sampai tempo pembayaran, engkau minta dia
membayar penuh (sesuai dengan harga yg kita berikan saat dia membeli barang pada kita)
Ini disebut jula beli ‘inah (benda), karena benda yang dijual kembali lagi kepada si
pedagang semula. Ini adalah haram. Karena bertujuan untuk menyiasati riba. Seakan engkau
menjual dirham sekarang dengan beberapa dirham di masa yang akan datang, lalu engkau jadikan
barang tadi sebagai alat untuk menyiasati riba. jika engkau memberikan hutang kepada seseorang
dengan menyerahkan barang dagangan dengan pembayaran tempo, seharusnya engkau
membiarkan orang tadi menjual barang tersebut kepada orang selain engkau, atau membiarkan
dia berbuat apa saja atas barang tersebut, disimpan atau di jual kepada orang lain jika dia
memang membutuhkan uang.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Jika kalian melakukan jual beli dengan cara ‘inah, dan kalian telah memegang ekor sapi, dan
kalian rela dengan bercocok tanam, Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian. Allah tidak
9 | Page

akan mengangkatnya sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Dawud dan
memiliki beberapa penguat)
9. Di antara jual beli yang terlarang, yaitu najasy (menawar harga tinggi untuk menipu
pengunjung lainnya)
Misalnya, dalam suatu transaksi atau pelelangan, ada penawaran atas suatu barang dengan
herga tertentu, kemudian ada sesorang yang menaikkan harga tawarnya, padahal ia tidak berniat
untuk membelinya.. Dia hanya ingin menaikkan harganya untuk memancing pengunjung lainnya
dan untuk menipu para pembeli, baik orang ini bekerjasama dengan penjual ataupun tidak.
Orang yang menaikkan harga, padahal tidak berniat untuk membelinya telah melanggar larangan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Janganlah kalian melakukan Jual beli najasy”.
Orang yang tidak berniat membeli dan tidak tertarik pada suatu barang, hendaknya tidak ikut
campur dan tidak menaikkan harga. Biarkan para pengunjung (pembeli) yang berminat untuk
saling tawar-menawar sesuai harga yang dinginkan.
Mungkin ada sebagian orang yang kasihan kepada si penjual, kemudian ia bermaksud
membantu agar si penjual kian bertambah keuntungannya, sehingga ia menambahkan harga.
Menurutnya, yang ia lakukan akan menguntungkan penjual. Atau ada kesepakatan antara si
penjual dengan beberapa kawannya untuk menaikkan harga barang. Harapannya, agar pembeli
yang datang menawar degan harga yg lebih tinggi. Ini juga termasuk najasy dan juga haram,
mengandung unsur penipuan dan mengambil harta dengan cara batil. Termasuk jual beli najasysebagaimana dsebutkan oleh ulama ahli fikih- yaitu perkataan seorang penjual “aku telah
membeli barang ini dengan harga sekian”, padahal ia berbohong. Tujuannya untuk menipu para
pembeli agar membelinya dengan harga tinggi. Atau perkataan penjual “aku berikan barang ini
dengan harga sekian”, atau perkataan “barang ini harganya sekian”, padahal ia berbohong. Dia
hendak menipu para pengunjung agar menawar dengan harga lebih tinggi dari harga palsu yang
dilontarkannya. Ini juga termasuk najasy yang dilarang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.
Termasuk perbuatan khianat, menipu dan perbuatan bohong yang akan dihisab di hadapan Allah.
Para pedagang wajib menjelaskan harga sebenarnya jika ditanya oleh pembeli “anda
membelinya dengan harga berapa?” Beritahukan harga yang sebenarnya. Jangan dijawab “barang
ini di jual kepada saya dengan harga sekian”, padahal ia berbohong. Termasuk dalam masalah ini,
yaitu jika seorang pedagang di pasar atau pemilk toko sepakat tidak akan menaikkan harga tawar,
jika ada penjual yang datang menawarkan barang, agar penjual terpaksa menjualnya dengan
harga murah. Dalam hal ini, mereka melakukan kerjasama. Ini juga termasuk najasy dan
mengambil harta manusia dengan cara haram.
10. Di antara jula beli yang dilarang adalah, seorang muslim melakukan akad jual beli di atas
akad saudaranya.
10 | P a g e

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Janganlah sebagian di antara kalian
berjualan di atas jualan sebagian.”
Misalnya, seseorang mencari barang, dan ia membelinya dari seorang pedagang. Lalu pedagang
ini memberikan hak pilih (jadi atau tidak) kepada si pembeli dalam tempo selama dua atau tiga
hari atau lebih. Pada masa-masa ini, tidak boleh ada pedagang lain yang masuk dan mengatakan
kepada si pembeli tadi “tinggalkan barang ini, dan saya akan memberikan barang sejenis dengan
kualitas yang lebih baik dan harga lebih murah.” Penawaran seperti ini merupakan perbuatan
haram, karena berjualan di atas akad beli saudaranya. Selama penjual memberikan hak pilih
kepada calon pembeli, maka biarkanlah calon pembeli berpikir, jangan ikut campur. Jika calon
pembeli mau, ia bisa melanjutkan akad jula beli atau membatalkan akad. Jika akadnya sudah
rusak dengan sendirinya, maka engkau boleh menawarkan barang kepadanya.
Begitu juga membeli diatas pembelian saudaranya, hukumnya haram. Misalnya, jika ada
seseorang mendatangi pedagang hendak membeli suatu barang dengan harga tertentu, lalu ia
memberikan hak pilih kepada pedagang (jadi atauu tidak) selama beberapa waktu. Maka selama
masa pemilihan itu, tidak boleh ada orang lain ikut campur, pergi ke pedagang seraya
mengatakan “saya akan membeli barang ini darimu dengan harga yang lebih tinggi dari tawaran
si fulan”. Demikian ini merupakan perbuatan haram. Karena dalam perbutan ini tersimpan
banyak madharat bagi kaum muslimin, pelanggaran hak-hak kaum muslimin, menyakitkan hati
mereka. Karena jika orang ini mengetahui bahwa engkau ikut campur dan merusak akad antara
dia dengan pembeli atau penjual, dia akan merasa marah, dongkol dan benci. Bahkan mungkin
dia mendoakan keburukan bagimu, karena engkau telah menzhaliminya.
11. Di antara jual beli yang dilarang ialah, menjual dengan cara menipu.
Engkau menipu saudaramu dengan cara menjual barang yang engkau ketahui cacat tanpa
menjelaskan cacat kepadanya, Jual beli seperti ini tidak boleh, karena mengandung unsur
penipuan dan pemalsuan. Para penjual seharusnya memberitahukan kepada pembeli, jika barang
yang hendak di jual tersebut dalam keadaan cacat. Kalau tidak menjelaskan, berarti ia terkena
ancaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dalam sabdanya: “Penjual dan pembeli
memiliki hak pilih selama belum berpisah. Jika keduanya jujr, niscaya keduanya akan diberikan
berkah pada jula beli mereka. Jika keduanya berbohong dan menyembunyikan (cacat barang) ,
niscaya berkah jula beli mereka dihapus.”
Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam melewati seorang pedagang
dipasar. Di samping pedagang tersebut terdapat seonggok makanan. Beliau Shallallahu ‘Alaihi
Wassalam memasukkan tangannya yang mulia ke dalam makanan itu, dan Beliau Shallallahu
‘Alaihi Wassalam merasakan ada sesuatu yang basah di bagian bawah makanan. Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bertanya kepada pedagang: “Apa ini, wahai pedagang?” Orang itu
menjawab:”Makanan itu terkena air hujan, wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam!”
kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Mengapa enggkau tidak
11 | P a g e

menaruhnya diatas, agar bisa diketahui oleh pembeli? Barangsiapa yang menipu kami, maka dia
tidak termasuk golongna kami”.
Hadits yang mulia ini sebagai salah satu kaidah dalam muamalah jula beli dengan sesame
muslim. Tidak sepantasnya bagi seorang muslim menyembunyikan aib barangnya. Jika ada
aibnya, seharusnya diperlihatkan, sehingga si pembeli bisa mengetahui dan mau membeli barang
dengan harga yang sesuai dengan kadar cacatnya, bukan membelinya dengan harga barang bagus.

Jenis Kepemilikan dalam Islam
Dalam masalah kepemilikan, individu, masyarakat dan Negara sebagai subyek ekonomi
mempunyai hak-hak kepemilikan tersendiri yang ditetapkan berdasarkan ketentuan syariah.
Konsep kepemilikan menjadi sangat jelas dipaparkan oleh Taqiyuddin an-Nabhani dalam
kitabnya sistem ekonomi islam . Dalam kitab ini dijelaskan bahwa Islam membagi konsep
kepemilikan menjadi : kepemilikan individu (private property); kepemilikan publik (collective
property); dan kepemilikan Negara (state property).
- Kepemilikan Individu (private property)
Kepemilikan individu adalah hak individu yang diakui syariah dimana dengan hak tersebut
seseorang dapat memiliki kekayaan yang bergerak maupun tidak bergerak. Hak ini dilindungi dan
dibatasi oleh hukum syariah dan ada kontrol. Selain itu seseorang akhirnya dapat memiliki
otoritas untuk mengelola kekayaan yang dimilikinya. Hukum syariah menetapkan pula cara-cara
atau sebab-sebab terjadinya kepemilikan pada seseorang, yaitu dengan bekerja, pewarisan,
kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup, pemberian Negara, harta yang diperoleh tanpa
usaha apapun
Hukum syariah juga membatasi pemanfaatan harta dalam hal: menghambur-hamburkan
harta di jalan yang terlarang seperti melakukan aktifitas suap, memberikan riba/bunga, membeli
barang dan jasa yang diharamkan seperti miras/pelacuran. Melarang transaksi dengan cara:
penipuan, pemalsuan, mencuri timbangan/ ukuran. Dan juga melarang aktifitas yang dapat
merugikan orang lain seperti menimbun barang untuk spekulasi.
Islam juga menuntunkan prioritas pemanfaatan harta milik individu, bahwa pertama-tama
harta harus dimanfaatkan untuk perkara yang wajib seperti untuk member nafkah keluarga,
membayar zakat, menunaikan haji, membayar utang dan lain-lain. Berikutnya dimanfaatkan
untuk pembelanjaan yang disunahkan seperti sedekah, hadiah. Baru kemudian yang mubah.
Aturan Islam juga berbicara tentang bagaimana sesorang akan mengembangkan harta. Antara lain
dengan jalan yang sah seperti jual beli, kerja sama usaha (syarikah) yang Islami dalam bidang
pertanian, perindustrian maupun perdagangan dan jasa. Dan juga larangan pengembangan harta
seperti memungut riba, judi, dan investasi di bidang yang haram seperti membuka rumah bordil,
diskotik dan lain-lain.
12 | P a g e

- Kepemilikan Publik (collective property)
Kepemilikan publik adalah seluruh kekayaan yang telah ditetapkan kepemilikannya oleh
Allah bagi kaum muslim sehingga kekayaan tersebut menjadi milik bersama kaum muslim.
Individu-individu dibolehkan mengambil manfaat dari kekayaan tersebut, namun terlarang
memilikinya secara pribadi. Ada tiga jenis kepemilikan publik:
a. Sarana umum yang diperlukan oleh seluruh warga Negara untuk keperluan sehari-hari
seperti air, saluran irigasi, hutan, sumber energy, pembangkit listrik dll.
b. Kekayaan yang aslinya terlarang bagi individu untuk memilikinya seperti jalan umum,
laut, sungai, danau, teluk, selat, kanal, lapangan, masjid dll.
c. Barang tambang (sumber daya alam) yang jumlahnya melimpah, baik berbentuk padat
(seperti emas atau besi), cair (seperti minyak bumi), atau gas (seperti gas alam).
Seperti dalam hadith riwayat Abu Dawud dan Ibn Majah

« ‫ل نوال لنمارء نوال ننارر‬
‫» ال لءملسل رءمونن ءشنرنكاءء رفى نثل ن ث‬
‫ث رفى ال لك ن ر‬
Hak pengelolaan kepemilikan umum (milkiyah amah) ada pada masyarakat secara umum
yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Negara karena Negara adalah wakil rakyat. Negara
harus mengelola harta milik umum itu secara professional dan efisien. Meskipun Negara
memiliki hak untuk mengelola milik umum, ia tidak boleh memberikan hak tersebut kepada
individu tertentu. Milik umum harus memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat
luas.
Pemanfaatan kepemilikan umum dilakukan dengan dua cara yaitu: pertama: jika
memungkinkan, individu dapat mengelolanya maka individu tersebut hanya diperkenankan
sekedar mengambil manfaat barang-barang itu dan bukan memilikinya. Missal memanfaatkan
secara langsung milik umum seperti air, jalan umum dll. Kedua, jika tidak mudah bagi individu
untuk mengambil manfaat secara langsung seperti gas dan minyak bumi, maka Negara harus
memproduksinya sebagai wakil dari masyarakat untuk kemudian hasilnya diberikan secara cumacuma kepada seluruh rakyat, atau jika dijual hasilnya dimasukkan ke bait al-mal (kas Negara)
untuk kepentingan masyarakat.
-Kepemilikan Negara (state property)
Milik Negara adalah harta yang merupakan hak seluruh kaum muslim yang
pengelolaannya menjadi wewenang khalifah semisal harta fai, kharaj, jizyah dan sebagainya.
Sebagai pihak yang memiliki wewenang, ia bisa saja mengkhususkannya kepada sebagian kaum
muslim, sesuai dengan kebijakannya. Makna pengelolaan oleh khalifah ini adalah adanya
kekuasaan yang dimiliki khalifah untuk mengelolanya. Termasuk dalam hal ini adalah padang
pasir, gunung, pantai, tanah mati yang tidak dihidupkan secara individual, semua tanah ditempat
13 | P a g e

futuhat yang tidak bertuan yang ditetapkan oleh khalifah/kepala Negara menjadi milik bait al-mal
dan setiap bangunan yang dibangun oleh Negara dan dananya berasal dari bait al-mal.
Meskipun harta milik umum dan milik Negara pengelolaannya dilakukan Negara,
keduanya berbeda. Harta milik umum pada dasarnya tidak boleh diberikan Negara kepada
siapapun, meskipun Negara dapat membolehkan orang-orang untuk mengambil manfaatnya.
Adapun terhadap milik Negara, khalifah berhak untuk memberikan harta tersebut kepada
individu tertentu sesuai dengan kebijakannya.

Peran Negara Dalam Perekonomian Menurut Perspektif Islam
Dalam lintasan sejarah, pemerintahan Islam pada masa lalu tidak perah lepas dari peran
dan intervensi Negara terhadap aktivitas ekonomi masyarakat. Semua ini dijalankan untuk
mencapai tujuan ekonomi Islam serta untuk menghindarkan dari praktek-praktek kebatilan dalam
mu’amalah di dalam masyarakat. Bentuk intervensi Negara Islam dalam perekonomian
masyarakat tidak menganut bentuk peran dan intervensi dalam masyarakat sosialisme. Sosialisme
mendudukkan Negara pada posisi sangat sentral dan dominan terhadap seluruh kegiatan ekonomi
sehingga keterlibatan individu praktis ditiadakan.
Landasan hukum intervensi Negara terhadap perekonomian mengacu pada firman Allah
swt.

‫ل أ‬
‫يِاَ أ ليِهاَ ال رذيِن آ لمأنوُا أ لطيِعوُا الل ره ل‬
‫ل‬
‫ر‬
‫وُأ ر‬
‫طيِ أ‬
‫ر أ‬
‫عوُا الرر أ‬
‫ل ي ل‬
‫وُأوُرليِ امل م‬
‫ر ل ل‬
‫سوُ ل ل‬
‫ل ل‬
‫م ر‬
‫ء ل‬
‫م ل‬
‫فيِ ل‬
‫ه‬
ْ‫يِ ء‬
‫ن ت للناَلز م‬
‫م ر‬
‫دوُهأ إ رللىَ الل ر ر‬
‫ر‬
‫فإ ر م‬
‫فأر ي‬
‫عت أ م‬
‫من مك أ م‬
‫ش م‬
‫خيِر ل‬
‫ر ذلل ر ل‬
‫م تأ م‬
‫ن‬
‫وُم ر امل ل ر‬
‫ن رباَلل ر ر‬
‫ؤ ر‬
‫مأنوُ ل‬
‫ل إر م‬
‫وُأ م‬
‫ح ل‬
‫وُالرر أ‬
‫س أ‬
‫ن ك أن مت أ م‬
‫ك ل م ر ل‬
‫وُال ميِ ل م‬
‫ه ل‬
‫سوُ ر‬
‫ل‬
‫خ ر‬
‫م‬
‫وُيِلل‬
‫ت لأ ر‬
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri diantara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah dan Rasul , jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.
Nash di atas dalam pandangan segolongan ulama’ memberikan hak campur tangan kepada
pemerintah dalam kegiatan ekonomi yang dilaksanakan individu . Hal itu untuk menjaga
masyarakat Islam dan menegakkan keseimbangan dalam masyarakat dan mewajibkan untuk taat
kepada pemerintah mereka selama ulil amri mereka adalah yang melaksanakan kedaulatan
hukum syara’. Anggota masyarakat dianggap bekerja untuk kepentingan Negara dan mereka
hanya sebagai alat Negara. Adapun Islam mendudukkan individu dalam posisinya sebagai
pemilik individu yang berhak untuk memanfaatkan kepemilikannya tanpa campur tangan Negara
14 | P a g e

secara langsung. Individu adalah factor utama dalam kegiatan ekonomi dan Negara bertindak
sebagai fasilitator yang melindungi hak-hak individu dan mengaturnya agar sesuai dengan prinsip
syariah
Peran Negara yang paling utama yang berkaitan dengan politik ekonomi adalah
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat secara menyeluruh, berikut kemungkinan
pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersiernya sesuai dengan kadar kesanggupannya. Dalam hal
ini peran Negara bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan dalam sebuah
negara semata, tanpa terjamin tidaknya tiap orang untuk menikmati kehidupan tersebut. Fungsi
inilah yang akan diperankan oleh Negara dengan seperangkat kebijakannya. Hal ini juga
ditegaskan oleh dua ekonom muslim yang berbeda masa yaitu Ibn Taimiyah dan Muhammad
Baqir Ash Shadr. Ibn Taimiyah menekankan masalah pengurangan kemiskinan, regulasi harga
kebijakan moneter dan dan menyusun perencanaan ekonomi.
Sedangkan Sadr, fungsi pemerintah dalam bidang ekonomi terdapat beberapa tanggung
jawab. Yaitu pertama, penyediaan akan terlaksananya jaminan sosial dalam masyarakat, kedua
berkenaan dengan tercapainya keseimbangan sosial, ketiga terkait dengan adanya intervensi
pemerintah dalam bidang ekonomi. Secara lebih terperinci maka selanjutnya berikut beberapa
peran Negara dalam perspektif Islam adalah:
- Menyusun Kebijakan dan Perencanaan Ekonomi
Islam memberikan kewenangan kepada Negara untuk memutuskan berbagai kebijakankebijakan umum perekonomian dalam bidang perdagangan, perindustrian, pertanian dan
ketenagakerjaan. Tujuannya adalah agar seluruh kegiatan perekonomian dapat terarah dan
sistematis dalam mewujudkan politik ekonomi Islam. Selain itu Negara merupakan pihak yang
memiliki kewenangan dalam meletakkan dasar-dasar aturan yang mendukung dan dapat
melindungi pertumbuhan dan aktifitas ekonomi. Hal ini merupakan tuntutan agama yang
dianjurkan dan didorong oleh al-Qur’an.
Berkaitan dengan pilar system ekonomi Islam, Negara harus merumuskan dalam bentuk
undang-undang mengenai konsepsi kepemilikan dan mekanisme pendistribusian. Negara
berfungsi mengatur masalah kepemilikan dalam segi jenis, cara memperoleh, maupun
pengelolaannya. Kepemilikan individu dijamin untuk pemanfaatan masing-masing individu
pemiliknya, kepemilikan umum untuk kesejahteraan seluruh masyarakat, kepemilikan Negara
menjadi wewenang Negara dalam pengelolaannya. Negara juga akan menentukan kebijakan
mekanisme distribusi kekayaan yang adil.
Termasuk dalam kerangka kebijakan ekonomi, Negara dituntut untuk melakukan
perencanaan ekonomi. Pengembangan dan kemandirian ekonomi merupakan prasyarat penting
bagi stabilitas Negara. Sebuah Negara yang kurang berkembang dan tak mandiri sangat rentan
menghadapi rekayasa kekuatan asing sehingga kondisi dalam negeri mudah goyah. Urgensitas
15 | P a g e

seperti ini membutuhkan langkah pencapaian dan satu cara yang efektif untuk mencapainya
adalah dengan perencanaan ekonomi.
- Pengelolaan Hak Milik Umum dan Negara
Salah satu sumber masalah ketidakseimbangan antara kekayaan alam yang melimpah
dengan keberhasilan ekonomi sebagaimana yang banyak terjadi di negeri muslim adalah
ketidakjelasan konsep kepemilikan. di beberapa Negara Asia dan Afrika, kekayaan tambang,
hutan, dan kekayaan alam lainnya tidak cukup mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
masyarakat sehingga tergolong Negara berkembang atau mungkin Negara terbelakang.
Penyebabnya adalah dikuasainya kekayaan alam oleh sebagian kecil individu masyarakat.
Kejelasan konsep kepemilikan sangat berpengaruh terhadap konsep pemanfaatan harta
milik (tasharuf al-mal), yakni siapa yang berhak mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam
tersebut. Jika digunakan konsep kepemilikan dalam Islam, akan tampak jelas bahwa begitu
banyak kekayaan alam yang seharusnya menjadi milik umum akhirnya dikuasai oleh segelintir
orang secara individu. Padahal dalam system Islam, milik umum hanya berhak dikelola oleh
Negara melalui semacam badan usaha milik Negara yang dikelola secara professional dan
hasilnya digunakan demi kesejahteraan rakyat. Seluruh jenis kekayaan alam yang menjadi hak
milik umum seperti hutan, hasil tambang, energy (listrik, gas, panas bumi dan sebagainya) harus
dikelola oleh Negara. Hasilnya akan diberikan secara Cuma-Cuma kepada masyarakat. Jika hal
ini dijalankan oleh Negara, masyarakat akan dapat memperoleh bahan bakar, energy listrik, air
bersih dan kebutuhan pokok lainnya tanpa mengeluarkan biaya (dengan biaya murah). Sedangkan
hasil lainnya yang tidak mungkin didistribusikan secara merata di tengah masyarakat, akan
dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur umum seperti jalan, jembatan, rumah
sakit,sekolah termasuk segala biaya operasionalnya. Terkait dengan hal ini, Islam melarang
adanya upaya privatisasi dalam pengelolaan kekayaan alam milik umum sekalipun swasta
cenderung lebih efisien dalam pengelolaan namun hal ini akan dapat menyebabkan harga produk
lebih mahal.
-Menjaga Mekanisme Pasar
Selama mekanisme pasar berjalan dengan normal, perekonomian akan berjalan dengan
sebaik-baiknya. Namun ketika terjadi gangguan dalam mekanisme pasar, maka perekonomian
akan guncang dan distribusi kekayaan akan tersumbat. Karena itu, secara preventif Negara wajib
menjaga agar mekanisme pasar dapat berjalan. Negara diharapkan menjadi wasit yang adil dalam
menerapkan hokum dan menindak para pelanggarnya sehingga setiap pelaku bisnis memperoleh
jaminan keamanan dan kepastian hokum dalam menjalankan usahanya.
Islam mendorong perdagangan berlangsung dengan aturan syariah dan mencegah
terjadinya liberalisasi perdagangan. Dalam hal ini, Islam telah melarang beredarnya barang haram
16 | P a g e

di bursa perdagangan, melarang penimbunan, monopoli, praktek kecurangan, penipuan dan
spekulasi. Untuk itu, Negara akan mengawasi agar praktik-praktik seperti itu tidak terjadi. Negara
juga akan mengawasi mekanisme penawaran dan permintaan untuk mencapai tingkat harga yang
didasari rasa keridhaan. Inilah mekanisme pasar yang diajarkan oleh Islam. Islam bahkan
melarang Negara mempergunakan otoritasnya untuk menetapkan harga. Terdapat riwayat tentang
hal ini. Pada zaman Rasulullah saw harga-harga pernah mengalami kenaikan sangat tinggi.
Orang-orang lalu berseru kepada Rasulullah saw.,”Wahai Rasulullah saw. Tentukanlah harga
untuk kami.” Rasulullah lalu menjawab “Allahlah sesungguhnya penentu harga.penahan,
pembentang dan pemberi rezki. Sesungguhnya aku berharap agar bertemu kepada Allah tidak
ada seorangpun yang meminta kepadaku akan adanya kezaliman dalam urusan darah dan
harta.” (HR. Ashabus Sunan)
- Pengawasan dan Penghukuman Kejahatan Ekonomi
Islam memberikan kebebasan kepada rakyat untuk melaksanakan kegiatan ekonomi,
mencari nafkah dan mengembangkan hartanya dengan berbagai cara. Negara hanya mengatur
dari sisi komoditas dan jasa apa saja yang dihindari serta cara-cara apa saja yang terlarang. Bagi
yang melanggar ketentuan syariah yang dilegalisasikan Negara akan terkena hukuman berupa had
(pelanggar hak Allah dan hukumannya sesuai dengan nash), jinayat ( pelanggar badan orang
lain), ta’zir (pelanggar hokum Allah tetapi hukumannya belum ditentukan dalam nash) maupun
mukhalafah ( pelanggar ketentuan pemerintah).
Bidang-bidang ekonomi yang dapat diintervensi oleh Negara:


Regulasi jual beli barang yang diharamkan seperti miras, alat-alat berbahaya,
media cetak yang merusak agama dan etika. Ibn Taimiyah menjelaskan bahwa
yang masuk dalam wilayah ini adalah segala bentuk kemunkaran terhadap Allah
dan rasulnya termasuk didalamnya transaksi riba dan judi.



Regulasi semua bentuk dan jenis manipulasi dalam aktifitas ekonomi (seperti
menyembunyikan kecacatan dan penipuan harga).



Regulasi yang melarang peredaran bahan makanan dan minuman ,serta makanan
dan minuman yang membahayakan kesehatan umum.



Regulasi terhadap penyimpangan pemanfaatan kekayaan milik umum.

Rapuhnya Penopang Sistem Keuangan Kapitalisme

17 | P a g e

Saat ini uang tidak lagi hanya merupakan alat tukar, tetapi telah menjadi komoditas yang
diperjualbelikan sekaligus menjadi komoditas yang dispekulasikan. Dalam jual beli uang di pasar
uang, dengan adanya kurs suatu mata uang, spekulan dapat meraup keuntungan miliyaran dolar
Selain itu, uang dengan mudahnya dapat berpindah tempat hanya dengan menggunakan
kemajuan teknologi. Piranti computer dengan teknologi komunikasi satelit membuat transaksi
uang berapapun besarnya menjadi sangat cepat dan murah. Transaksi dilakukan tidak hanya saat
ini tapi juga dapat untuk masa dating.
Para spekulan hanya dengan mengawasi dari layar monitor dapat mengacaukan mata uang
suatu Negara. Seperti George soros di tahun 1992 menjual pousterling sejumlah 10 miliar dolar
AS. Poundsterling yang diperdagangkan sekitar 2,85 pond terhadap mata uang jerman menjadi
sebesar 2,77. Bank of England harus mengeluarkan 15 miliar dolar AS untuk mempertahankan
poundsterling. Bank of England juga harus menaikkan suku bunga. Namun akhirnya pemerintah
Inggris mengaku kalah dan terpaksa keluar dari exchange rate system. Dari sini Soros meraup
laba sebesar 950 juta dolar AS. Tindakan ini terulang pada mata uang peso dari Mexico pada
tahun 1995 dan tahun 1997 di Indonesia mata uang rupiah pun ambruk. George soros dan para
spekulan lainnya seolah tidak peduli dengan akibat yang ditimbulkan atas permainan mereka.
Akibat krisis financial, terjadilah kebangkrutan sejumlah perusahaan yang diiringi dengan
pemutusan hubungan kerja jutaan orang.
Pemerintah sekalipun memiliki cadangan dana yang besar, akan kewalahan mengahdapi
serangan para spekulan ini. Misalnya tahun 1983, lima bank sentral Negara besar dunia (Amerika
serikat, Jerman Jepang, Inggris, Swiss) bersama-sama menguasai 139 miliar dolar AS, sementara
uang yang beredar di pasar uang hanya 39 miliar dolar AS. Namun pada tahun 1986 jumlahnya
sama dan tahun 1992, kelima bank sentral memiliki cadangan dana 278 miliar dolar sedangkan di
pasar uang 623 miliar dolar AS, artinya para spekulan memiliki posisi yang lebih kuat
dibandingkan bank-bank sentral. Akibatnya, keuangan dunia menjadi sangat mudah
digoncangkan. Fenomena ini menunjukkan betapa rapuhnya system keuangan kapitalisme yaitu
yang menggunakan system uang kertas inconvertible .

Kesimpulan
Islam dengan jelas mendudukkan konsep yang tepat tentang kepemilikan (al milkiyah).
Kepemilikan (property) hakikatnya seluruhnya adalah milik Allah secara absolute.
Kemudian Allah SWT memberikan wewenang kepada manusia untuk menguasai (istikhlaf) hak
milik tersebut dan memberikan izin kepemilikan pada orang tertentu yang sifatnya real. Allah
SWT berfirman:

18 | P a g e

“ Berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakanNya
kepadamu”. (TQS An Nur:33)
Untuk itu Allah telah memberikan serangkaian aturan ekonomi untuk memberikan
sumberdaya itu. Islam juga menjelaskan konsepsi kebahagiaan sebagai meraih ridha Allah serta
konsepsi pahala dan siksa di akhirat. Seorang muslim akan merasa bahagia, baik miskin atau
kaya, selama mendapat ridha Allah. Ia zakat, sedekah dan sejenisnya, meski tidak ada imbalan
materi. Konsepsi itu mendorong seorang muslim senantiasa terikat dengan syariat dalam
mendapatkan dan mengumpulkan harta atau kegiatan ekonomi lainnya. Ini juga akan
menghalanginya dari melakukan kejahatan ekonomi seperti mencuri, menipu, korupsi, menimbun
dll.
Disamping itu, Allah SWT telah menetapkan rizki bagi setiap orang, tidak akan bisa
ditambah atau dikurangi oleh orang lain, dan seseorang tidak akan mati sebelum semua rizki yang
telah ditetapkan itu diberikan kepadanya. Hal ini memberikan keyakinan bahwa sumberdaya
yang ada pasti cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh manusia. Ini juga menjadikan manusia
tidak berpikir, “saya atau anda yang bisa makan,” tetapi berpikir, ”saya dan anda sama-sama bisa
makan.” Dengan itu, Sistem Ekonomi Islam(SEI) tidak akan menjadi seperti Sistem Ekonomi
Sosialis (SES) yang menghalangi manusia menikmati kekayaan ; juga tidak seperti Sistem
Ekonomi Kapitalis (SEK) yang menghalalkan segala cara demi materi dan menjadikan manusia
sebagai serigala bagi manusia lain. SEI akan menjadi sistem yang istiqomah, benar, dan
menyejahterakan manusia.

Daftar Pustaka
Al-Badri, A. A. 1992. Hidup Sejahtera dalam Naungan Islam (Terjemahan). Penerbit Gema Insani
Press. Jakarta.
Mannan,