BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Mengembangkan kognitif dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw materi iman kepada hari akhir di SMPN Satu Atap 2 Kamipang Kabupaten Katingan - Digital Library IAIN Palangka Raya
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab ke II Pasal 3 yang dikutip dalam buku Wina Sanjaya (2006:273) yang berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggung jawab. ”
Untuk membentuk manusia yang sesuai dengan pasal di atas bukanlah tugas mudah. Mereka perlu belajar dengan konstan dan waktu yang tidak sebentar, mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi.
Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berikut adanya pengalaman. Pembentukan tingkah laku ini meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berikut adanya pengalaman. Pembentukan tingkah laku ini meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara
Perubahan perilaku yang dimaksud mencakup pengetahuan (kognitif), kecakapan (afektif) dan tingkah laku (psikomotorik). Perubahan itu diperoleh melalui pengalaman (latihan) bukan dengan sendirinya berubah karena kematangan atau keadaan sementara. (Suprahatiningrum, 2012:14-15)
Ranah kognitif yang berkedudukan di otak ini merupakan sumber sekaligus pengendali ranah lainnya, yakni ranah afektif dan psikomotorik. Tidak seperti organ-organ tubuh lainnya, otak sebagai pusat kedudukan kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktivitas akal pikiran, melainkan juga menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan. Akal lah yang membedakan martabat manusia dengan hewan, jika ada yang menyalahgunakan kemampuan otak untuk merugikan atau bahkan menyakiti orang lain, maka martabat orang tersebut tak lebih dari martabat hewan bahkan bisa lebih rendah dari hewan yang tidak mempunyai otak dan akal untuk berpikir. Itulah mengapa ranah kognitif peserta didik sangat penting untuk dikembangkan.Tanpa ranah kognitif, sulit dibayangkan seorang siswa dapat berpikir. Selanjutnya, tanpa kemampuan berpikir mustahil siswa tersebut dapat memahami dan meyakini faedah materi pelajaran yang disajikan kepadanya. Tanpa berpikir juga sulit bagi siswa untuk menangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi Ranah kognitif yang berkedudukan di otak ini merupakan sumber sekaligus pengendali ranah lainnya, yakni ranah afektif dan psikomotorik. Tidak seperti organ-organ tubuh lainnya, otak sebagai pusat kedudukan kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktivitas akal pikiran, melainkan juga menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan. Akal lah yang membedakan martabat manusia dengan hewan, jika ada yang menyalahgunakan kemampuan otak untuk merugikan atau bahkan menyakiti orang lain, maka martabat orang tersebut tak lebih dari martabat hewan bahkan bisa lebih rendah dari hewan yang tidak mempunyai otak dan akal untuk berpikir. Itulah mengapa ranah kognitif peserta didik sangat penting untuk dikembangkan.Tanpa ranah kognitif, sulit dibayangkan seorang siswa dapat berpikir. Selanjutnya, tanpa kemampuan berpikir mustahil siswa tersebut dapat memahami dan meyakini faedah materi pelajaran yang disajikan kepadanya. Tanpa berpikir juga sulit bagi siswa untuk menangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi
Ranah kognitif memiliki enam jenjang menurut Taksonomi Bloom yang
secara hirarki yaitu:(C1).Mengingat,(C2). Memahami, (C3). Mengaplikasikan, (C4). Menganalisis, (C5). Mengevaluasi, (C6). Mencipta.
Ranah kognitif peserta didik perlu dikembangkan untuk semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran agama, hal ini dapat dipahami karena pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional seperti bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia dan juga sebagai sarana untuk mengembangkan dan meningkatkan keimanan serta ketaqwaan peserta didik.
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dikuasai oleh peserta didik, terutama yang beragama Islam, karena Pendidikan Agama Islam adalah penata individual sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk dan taat pada agama Islam serta menerapkannya secara sempurna di dalama kehidupan individu dan masyarakat(Tohirin, 2006:9). Pendidikan dan pengajaran perlu diupayakan sedemikian rupa agar ranah kognitif peserta didik dapat berfungsi dan secara positif dan bertanggung jawab (Syah, 2010:82). Agar ranah kognitif siswa dapat tercapai dan berfungsi, maka diperlukan pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan kognitif siswa, salah satunya dengan
pembelajaran kooperatif. Slavin, Abrani dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari berbagai perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.(Ahmad Suriansyah dkk, 2014:258)
pembelajaran dengan mengelompokkan siswa menjadi kelompok-kelompok kecil, dengan berkelompok, siswa akan berdiskusi dan berinteraksi satu sama lain. Dari interaksi ini maka siswa akan saling bertukar pikiran dan memikirkan bersama-sama masalah yang dihadapi.
Pembelajaran kooperatif terbagi menjadi 4 tipe pembelajaran yaitu, STAD (Student Team Achievement Divisions),STAD (Student Teams Achievment Divisions ), tipe Jigsaw, tipe investigasi kelompok, dan tipe pendekatan struktural. Dari ke empat tipe di atas, tipe pembelajaran yang yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalahtipe Jigsaw.
Salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan adalah SMPN Satu Atap 2 Kamipang Kabupaten Katingan, yang didirikan pada tahun 2008 di Desa Telaga, Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, provinsi Kalimantan Tengah. SMPN Satu Atap 2 Kamipang memiliki 3 Salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan adalah SMPN Satu Atap 2 Kamipang Kabupaten Katingan, yang didirikan pada tahun 2008 di Desa Telaga, Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, provinsi Kalimantan Tengah. SMPN Satu Atap 2 Kamipang memiliki 3
VII, 36 peserta didik, kelas VIII, 39 peserta didik, dan kelas IX, 22 peserta didik. Berdasar hasil observasi awal, dalam pembelajaran PAI kelas IX khusunya materi iman kepada hari akhir, guru masih menggunakan metode ceramah, sehingga siswa tidak terlibat langsung dalam pembelajaran, siswa bicara masing-masing dan tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran dan kebanyakantidak membaca kembali materi yang telah dijelaskan guru dan hasilnya siswa tidak memahami materi yang diajarkan. Selain metode ceramah guru juga kadang menggunakan sistem kerja kelompok sebagai variasi metode pembelajaran, tetapi tidak banyak perubahan yang terjadi. Hanya siswa yang rajin saja yang saling berdiskusi sedangkan yang malas hanya diam dan mendengarkan bahkan ada yang bicara dengan teman dari kelompok lain dan hasilnya adalah hanya siswa yang rajin saja yang memahami materi pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa guru harusmampu menerapkan metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pembelajaran, metode yang menarik dan inovatif serta tidak membosankan yang dapat mengembangkan daya pikir kreatif peserta didik, membuat peserta didik berani untuk berpendapat dan mengungkapkan ide atau gagasan sesuai dengan topic yang dibahas dan mengembangkan Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa guru harusmampu menerapkan metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pembelajaran, metode yang menarik dan inovatif serta tidak membosankan yang dapat mengembangkan daya pikir kreatif peserta didik, membuat peserta didik berani untuk berpendapat dan mengungkapkan ide atau gagasan sesuai dengan topic yang dibahas dan mengembangkan
Oleh sebab itu, penulis menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hal ini karena tipe jigsaw bertujuan untuk melatih peserta didik agar terbiasa berdiskusi, bertanggung jawab memahamkan tentang suatu materi pokok kepada teman satu kelompok. Tipe jigsaw lebih menekankan kepada student centered daripada teacher centered, banyak aktivitas yang dapat dilakukan dan tentunya menekankan pentingnya membangun pengetahuan mereka sendiri. Arah pembelajara tidak hanya dari guru, tetapi siswa juga dapat belajar dengan satu sama lain.
Mengingat pentingnya ranah kognitif untuk peserta didik dan pembelajaran kooperatif mampu mengembangkan kognitif, termasuk materi PAI, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“MENGEMBANGKAN KOGNITIF DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MATERI IMAN KEPADA HARI AKHIR DI SMPN Satu Atap 2 KAMIPANG KABUPATEN KATINGAN”
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Materi Bakteri di MAN Maliku Kabupaten Pulang Pisau
Penelitian di atas dilakukan oleh Imam Supiyan (0701140057) pada tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian bersiklus ini dilaksanakan dengan 4 tahapan, yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, 4) refleksi. Teknik pengumpulan data dengan cara: observasi, tes, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunkukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Data dapat dilihat dari pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang menunjukkan bahwa rata-rata skor tiap KBM yaitu 3,9 kategori baik sekali dari semua kategori yang diamati di RPP I, II, dan III. Aktivitas belajar siswa meningkat, rata-rata frekuensi aktivitas belajar siswa pada P I sebesar 16,92, P II sebesar 20,42, dan P III sebesar 25,75. Hasil belajar siswa meningkat, sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas X B MANMaliku Kabupaten Pulang Pisau tahun ajaran 2010/2011 presentase belajarnya hanya 71,4%, setelah diterapkan model pembelajaran pada tahun ajaran 2011/2011 presentase hasil belajar meningkat menjadi 86,66 %.
2. Pengaruh Model Pemelajaran Jigsaw tipe II pada Materi Protista Terhadap Hasil Belajar Siswa di Kels X MA (Madrasah Aliyah) Hidayatullah Bahaur Kabupaten Pulang Pisau.
Penelitian ini dilakukan oleh Uswatun Hasanah (0901140163) pada tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian ini dilakukan oleh Uswatun Hasanah (0901140163) pada tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan
40 soal kemudian dibagi menjadi 2, yaitu 20 soal untuk Pre-test dan
20 soal untuk Post-test dengan indikator yang sama untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran jigsaw diperoleh nilai rata-rata pre-test sebesar 29,50 dan nilai rata-rata post-test sebesar 70,00 terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 40,50. Kelas kontrol yang diajarkan dengan metode konvensional nilai pretest sebesar 30,87 dan nilai rata-rata post-test sebesar 63,37 terjadi peningkatan hasil belajar seber 32,50. Peningkatan hasil belajar dilihat dari N-Gain kelas eksperimen memperoleh nilai sebesar0,57 dan kelas kontrol memperoleh nila 0,47 kedua nilai tersebut masuk dalam kategori sedang. Setelah dilakukan penghitungan uji hipotesis dengan menggunakan rumus Anova pada program SPSS Versi 20 diperoleh sig 0,01 nilai ini lebih kecil dari 0,05 (0,01 ≤ 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Jigsaw berpengaruh 20 soal untuk Post-test dengan indikator yang sama untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran jigsaw diperoleh nilai rata-rata pre-test sebesar 29,50 dan nilai rata-rata post-test sebesar 70,00 terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 40,50. Kelas kontrol yang diajarkan dengan metode konvensional nilai pretest sebesar 30,87 dan nilai rata-rata post-test sebesar 63,37 terjadi peningkatan hasil belajar seber 32,50. Peningkatan hasil belajar dilihat dari N-Gain kelas eksperimen memperoleh nilai sebesar0,57 dan kelas kontrol memperoleh nila 0,47 kedua nilai tersebut masuk dalam kategori sedang. Setelah dilakukan penghitungan uji hipotesis dengan menggunakan rumus Anova pada program SPSS Versi 20 diperoleh sig 0,01 nilai ini lebih kecil dari 0,05 (0,01 ≤ 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Jigsaw berpengaruh
3. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jenis Numbered Head Together (NHT) Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas IX IPS 1 di MA
Darul Ulum Palangka Raya Tahun Ajaran 2013/2014.
Penelitian ini dilakukan oleh Mawan Mujani (090 111 1327), metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode mixing, yaitu kualitatif dan kuantitaif. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas XI MA Darul Ulum Palangka Raya yang terdiri dari tiga kelas, dengan jumlah 64 siswa dengan teknik puposive sampling. Dalam teknik pengumpulan data menggunakan beberapa teknik, yaitu lembar pengamatan, tes hasil belajar (THB), dan dokumentasi. Teknik analisis pada lembar pengelolaan pembelajaran di analisis menggunakan statistik deskriptif rata-rata, lembar keterampilan kooperatif siswa di analisis menggunakan frekuensi relative (angka persenan), dan lembar tes hasil belajar (THB) di analisis menggunakan ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal yang sebelumnya soal dilakukan uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa:
1. Hasil analisis pengelolaan pembelajaran koopertif jenis numbered head together (NHT) adalah termasuk dalam kategori baik, dengan nilai rata-rata 3,31. Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh seorang guru selama tiga kali pertemuan sudah berjalan dengan baik sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan.
2. Hasil analisis terhadap keterampilan kooperatif siswa di dalam proses belajar mengejar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif jenis numbered head together (NHT) yang dominan pada kriteria 3 dengan jumlah presentase sebesar 78,34%.
3. Hasil analisis terhadap hasil belajar fiqih siswa setelah penerapan model pembelajaran jenis numbered head together (NHT) pada
ketuntasan individu siswa pada kelas XI IPS 1 menunjukan bahwa dari 18 orang jumlah siswa yang mengikuti tes secara keseluruhan
terdapat 17 siswa yang tuntas dan 1 orang siswa tidak tuntas, dan ketuntasan klasikal terhadap hasil analisis tes hasil belajar (THB)
siswa pada kelas XI IPS 1 , menunjukan nilai ketuntasan klasikan sebesar 94,44%
Walaupun sama-sama meneliti tentang pembelajaran kooperatif, terdapat perbedaan yang menonjol dan menjadi ciri khas dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu mengembangkan kognitif. Peneliti mengamati bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berdampak terhadap perkembangan kognitif peserta didik khususnya pada Walaupun sama-sama meneliti tentang pembelajaran kooperatif, terdapat perbedaan yang menonjol dan menjadi ciri khas dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu mengembangkan kognitif. Peneliti mengamati bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berdampak terhadap perkembangan kognitif peserta didik khususnya pada
C. Fokus Penelitian
Mengingat luasnya pembahasan, maka untuk lebih memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi, perlu adanya fokus masalah dalam pembahasannya. Maka penulis membatasi permasalahan dalam penulisan skripsi, yaitu mengembangkan kognitif tingkat SMP yaitu mengingat (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3) dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw materi iman kepada hari akhir kelas
IX di SMPN Satu Atap 2 Kamipang Kabupaten Katingan
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan dikembangkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimama proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw materi iman kepada hari akhir di SMPN Satu Atap 2 Kamipang Kabupaten Katingan ?
2. Bagaimana perkembangan kognitif siswa materi iman kepada hari akhir di SMPN Satu Atap 2 Kamipang Kabupaten Katingan ?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk memaparkan proses pembelajaran PAI materi iman kepada hari akhir dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SMPN Satu Atap
2 Kamipang Kabupaten Katingan.
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana perkembangan kognitif siswa materi iman kepada hari akhir di SMPN Satu Atap 2 Kamipang Kabupaten Katingan.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti Untuk memperluas wawasan penulis dalam karya ilmiah tentang
“Mengembangkan Kognitif Dengan Pembelajaran Koopertif Tipe Jigsaw Materi Iman Kepada Hari Akhir di SMPN Satu Atap 2
Kamipang Kabupaten Katingan ”.
2. Bagi Guru Sebagai bahan informasi kepada guru bahwasanya kognitif siswa dapat dikembangkan dengan pembelajaran kooperatif.
3. Bagi Siswa Peserta didik akan lebih mudah mengingat pembelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga pemahaman siswa tentang pelajaran tersebut lebih komprehensif khususnya mata pelajaran PAI.
4. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberikan kontribusi bagi pihak sekolah dalam proses pembelajaranyang lebih berkualitas.
G. Definisi Operasional
1. Mengembangkan
Mengembangkan berasal dari kata kembang yang artinya buka lebar; bentang. Mengembangkan berarti membuka lebar-lebar; membentangkan; menjadikan besar (luas, merata, dsb); menjadikan maju (baik, sempurna, dsb).
2. Kognitif
Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari.
artinya memperbaiki, menyempurnakan kognitif siswa supaya lebih mudah dalam memahami pembelajaran sehingga mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah, maupun di lingkungn masyarakat dan rumah.
Mengembangkan
kognitif
3. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelejari materi pelajaran.
Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi siswa, dan juga akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antarkelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri (Robert E. Slavin, 2005:4-5).
Ada beberapa pendekatan untuk model kooperatif, yaitu STAD (Student Teams Achievment Divisions), tipe Jigsaw, tipe investigasi kelompok, dan tipe pendekatan struktural. Tipe yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tipe Jigsaw. Tipe Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun kelompok.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan ini adalah tata urutan persoalan maupun langkah-langkah penulisan yang kan diuraikan dalam tiap-tiap bab yang dirangkap secara teratur dan sistematis. Adapun penulisannya sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, hasil penelitian yang
relevan, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.
Bab II : Kajian teori berisi deskripsi teoritik, kerangka pikir dan pertanyaan penelitian. Bab III : Metode penelitian berisi metode dan alasan menggunakan metode, waktu dan tempat penelitian,instrumen peneltian, sumber data, objek dan subjek penelitian, peranan peneliti dalam penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengabsahan data, dan teknik analisis data.
Bab IV : Pemaparan data berisi gambaran umum lokasi penelitian dan hasil penelitian. Bab V
: Pembahasan berisi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw materi iman kepada hari akhir, mengembangkan kognitif, perkembangan kognitif dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw materi iman kepada hari akhir.
Bab VI : Penutup berisi kesimpulan dan saran.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Mengembangkan Kognitif
Kata mengembangkan bersala dari kata “kembang” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah mekar, terbuka, atau membentang (tentang yang berlipat atau kuncup), menjadi besar (luas, banyak, dan sebagainya, memuai; menjadi bertambah sempurna (tentang pribadi, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya). Sedangkan mengembangkan (KBBI) adalah membuka lebar-lebar; membentangkan menjadikan besar (luas, merata, dan sebagainya),
sempurna, dan sebagainya).(Kamus Besar Bahasa Indonesia) Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition yang padanannya
knowing, berarti mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976)Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan. (Syah, 2010:65). Kemudian dalam Dictionary of Psychology karya Chaplin (2002), dijelaskan bahwa “kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk knowing, berarti mengetahui. Dalam arti luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976)Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan. (Syah, 2010:65). Kemudian dalam Dictionary of Psychology karya Chaplin (2002), dijelaskan bahwa “kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk
Menurut teori Vigotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya. Vigotsky mengimplikasikan salah satu teori utamanya yaitu menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan startegi-strategi pemecahan masalah yang efektif. (Jahja, 2011:114)
Sejumlah ahli psikologi juga menggunakan istilah thinking atau pikiran ini untuk menunjuk pengertian yang sama dengan cognition (kognisi), yang mencakup berbagai aktivitas mental, seperti : penalaran, pemecahan masalah, pembentukan konsep-konsep, dan sebagainya. Dalam hal ini Mayers (1996) menjelaskan bahwa, “thingking or
cognition, is the mental activity associated with processing, understanding and communicating information….these mental
activities, including the logical and sometimes illogical ways in wich we create concepts, solve problems, make decisions, and form judgeness.” Atkison, dkk., (1991) mengartikan berpikir sebagai “kemampuan membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindak berdasarkan penggambaran ini. Pemecahan masalah yang berdasarkan pikiran dibedakan dengan activities, including the logical and sometimes illogical ways in wich we create concepts, solve problems, make decisions, and form judgeness.” Atkison, dkk., (1991) mengartikan berpikir sebagai “kemampuan membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindak berdasarkan penggambaran ini. Pemecahan masalah yang berdasarkan pikiran dibedakan dengan
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan mengembangkan kognitif adalah memperbaiki, menyempurnakan kognitif siswa supaya lebih mudah dalam memahami pembelajaran sehingga mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah, maupun di lingkungn masyarakat dan rumah.
Sama halnya dengan sejumlah aspek perkembangan lainnya, kemampuan kognitif juga mengalami perkembangan tahap demi tahap menuju kesempurnaannya. Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga mampu menjalankan fungsinya dengan wajar dalam dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari, dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.(Desmita, 2011:96-97)
Secara singkat, ranah kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan intelektual. Berikut enam tingkatan kognitif menurut
Taksonomi Bloom (2006) yang telah direvisi, yaitu mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6).
a. Remember (mengingat) (C1)
Mengingat adalah kemempuan memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Kategori Remember terdiri dari proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling (mengingat). Untuk menilai Remember, siswa diberi soal yang berkaitan dengan proses kognitif Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling (mengingat).
1) Recognizing (mengenal kembali) Recognizing adalah memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang kemudian membandingkannya dengan informasi yang tersaji. Dalam Recognizing, siswa mencari potongan informasi dalam memri jangka panjang yang identik atau hampir sama dengan informasi yang baru disampaikan. Ketika menemui informasi baru, siswa menentukan mana informasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang sebelumnya diperoleh kemudian mencari yang cocok.
2) Recalling (mengingat) Recalling adalah memperoleh kembali pengetahuan yang sesuai dari memori jangka panjang ketika merespon suatu 2) Recalling (mengingat) Recalling adalah memperoleh kembali pengetahuan yang sesuai dari memori jangka panjang ketika merespon suatu
b. Understand (memahami)
Memahami adalah kemampuan merumuskan makna dari pesan pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentu lisan, tulisan maupun grafik. Siswa mengerti ketika mereka mampu menentukan hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan mereka yang lalu. Kategori Understand terdiri dari proses kognitif Interpreting (menginterpretasikan), Examplifying ( memberi contoh), Classifying (mengklasifikasikan), Summarizing (menyimpulkan),
(menduga), Comparing (membandingkan), dan explaining (menjelaskan).
Inferring
1) Interpreting (menginterpretasikan) Interpreting adalah kemampuan siswa untuk mengubah informasi yang disajikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Interpreting dapat berupa mengubah kalimat ke kalimat,gambar ke kalimat, angka ke kalimat, kalimat ke angka, dan lain sebaginya.
2) Exemplifying (memberi contoh)
Exemplifying adalah kemampuan siswa untuk memberikan contoh yang spesifik atau contoh mengenai konsep secara umum, exemplifying dapat pula berarti mengidentifikasi pengertian dari bagian-bagian pada konsep umum.
3) Classifying (mengklasifikasi) Classifying adalah ketika siswa mengetahui bahwa sesuatu merupakan bagian dari suatu kategori. Classifying dapat diartikan pula sebagai mendeteksi ciri atau pola yang menunjukkan bahwa ciri atau pola tersebut sesuai dengan kategori atau konsep tertentu. Jika Exemplifying dimulai dari konsep umum dan meminta siswa untuk memcari contoh khususnya, maka Classifying dimulai dari contoh khusus dan meminta siswa untuk mencari konsep umumnya.
4) Summarizing (menyimpulkan) Siswa dapat memberikan pernyataan tunggal yang menyatakan informasi yang disampaikan atau topik secara umum.
5) Inferring (menduga) Inferring berarti dapat mencari pola dari beberapa contoh kasus. Siswa dapat membayangkan konsep atau prinsip yang merupakan bagian dari contoh dengan cara mengkode karakteristik yang sesuai dari masing-masing contoh dan lebih 5) Inferring (menduga) Inferring berarti dapat mencari pola dari beberapa contoh kasus. Siswa dapat membayangkan konsep atau prinsip yang merupakan bagian dari contoh dengan cara mengkode karakteristik yang sesuai dari masing-masing contoh dan lebih
6) Comparing (membandingkan)
kemampuan menunjukkan persamaan dan perbedaan anatar dua objek atau lebih. Comparing dapat juga diartikan sebagai mencari korespondensi satu-satu antara objek yang satu dengan objek yang lain.
Comparing
adalah
7) Explaining (menjelaskan) Explaining adalah kemampuan merumuskan dan menggunakan model sebab akibat sebuah sistem. Siswa yang memiliki kemampuan menjelaskan dapat menggunnakan hubungan sebab akibat antar bagian dalam suatu sistem.
c. Apply (menerapkan)
Menerapkan adalah kemampuan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan masalah. Siswa memerlukan latihan soal sehingga siswa terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan digunakan untuk menyelasaikan soal. Kategori menerapkan (Apply) terdiri dari proses kognitif kemampuan melakukan (Executing) dan kemampuan menerapkan (Implementing).
1) Executing (melakukan) Dalam executing, jika siswa menemui soal yang sudah dikenal, siswa akan mengetahui prosedur yang akan digunakan. Keadaan yang sudah dikenal ini sering memberikan petunjuk 1) Executing (melakukan) Dalam executing, jika siswa menemui soal yang sudah dikenal, siswa akan mengetahui prosedur yang akan digunakan. Keadaan yang sudah dikenal ini sering memberikan petunjuk
2) Implementing (menerapkan) Dalam implementing, siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan soal yang belum dikenal siswa. Karena itu, siswa harus memahami benar masalah tersebut sehingga siswa dapat menemukan prosedur yang tepat digunakan
masalah tersebut. Implementing berhubungan dengan dua kategori lain, yaitu Understand dan Create. Karena siswa belum mengenal soal yang dihadapi sehingga siswa belum mengetahui prosedur apa yang akan digunakan. Karena itu, kemungkinana prosedur yang akan dignakan hanya satu, mungkin membutuhkan beberapa prosedur yang dimodifikasi. Implementing berhubungan dengan teknik dan metode daripada skill dan algoritma. Teknik dan metode memiliki dua ciri: 1) prosedur mungkin lebih cenderung berupa flowchart daripada langkah yang berututan, karena itu prosedur memiliki beberapa titik tujuan, 2) jawaban
untuk
menyelesaikan menyelesaikan
d. Analyze (menganalisis)
Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan keseluruhannya. Analisis menekankan pada kemampuan merinci sesuatu unsur pokok menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian tersebut. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan menbagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan factor penyebab dan akibat dari sebuah scenario yang rumit. Kategori Analyze terdiri kemampuan membedakan (Differenting), mengorganisasi (Organizing), dan memberi symbol (Attributing).
1) Differenting (membedakan) Membedakan melputi kemampuan membedakan bagian- bagian dari keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai.
2) Organizing (mengorganisasi) Mengorganisasi meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur secara bersama-sama menjadi struktur yang saling terkait.
3) Attributing (memberi symbol)
kemampuan siswa untuk menyebutkan tentang sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu masalah yang diajukan. Attributing membutuhkan pengetahuan dasar yang lebih agar dapat menerka maksud dari inti permasalahan yang diajukan.
Attributing
adalah
e. Evaluate (menilai)
Menilai didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement berdasar pada standard an kriteria tertentu. Kriteria digunakan untuk menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan konsistensi. Sedangkan standar digunakan dalam menentukan kuantitas maupun kualitas. Evaluasi mencakuo kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu. Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu. Kategori Evaluating terdiri dari Checking (mengecek) dan Critiquing (mengkritik).
1) Checking (mengecek) Checking adalah kemampuan untuk mengetes konsistensi internal atau kesalahan pada operasi atau hasil. Mendeteksi keefektifan prosedur yang digunakan.
2) Critiquing (mengkritik)
Critiquing adalah kemampuan memutuskan hasil atau hasil berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Mendeteksi apakah hasil yang diperoleh melalui suatu prosedur menyelsaikan suatu masalah mendekati jawaban yang benar.
f. Create (mencipta)
Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara pandang yang baru dari suatu kejadian. Create disini diartikan sebagai meleta
kanbeberapa elemen dalam satu kesatuan yang menyeluruh sehingga terbentuklah dalam satu bentuk yang koheren atau fungsional. Siswa dikatakan mampu mencipta jika dapat membuat produk baru dengan merombak beberapa bagian atau elemen ke dalam bentuk atau struktur yang belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses Create umumnya berhubungan dengan pengalaman belajar siswa sebelumnya.
Proses Create dapat dipecah menjadi tiga fase, yaitu: masalah diberikan, dimana siswa mencoba untuk memahami soal dan mengeluarkan solusi yang mungkin; perencanaan penyelesaian, di mana siswa memeriksa kemungkinan dan memikirkan rancangan yang dilaksanakan; dan pelaksanaan penyelesaian, dimana siswa berhasil melaksanakan rencana. Karena itu proses kretatif dapat diartikan sebagai awalan yang memiliki fase yang berbeda dimana akan muncul kemungkinan penyelesaian yang bermacam-macam Proses Create dapat dipecah menjadi tiga fase, yaitu: masalah diberikan, dimana siswa mencoba untuk memahami soal dan mengeluarkan solusi yang mungkin; perencanaan penyelesaian, di mana siswa memeriksa kemungkinan dan memikirkan rancangan yang dilaksanakan; dan pelaksanaan penyelesaian, dimana siswa berhasil melaksanakan rencana. Karena itu proses kretatif dapat diartikan sebagai awalan yang memiliki fase yang berbeda dimana akan muncul kemungkinan penyelesaian yang bermacam-macam
Tabel2.1 Dimensi Aspek Kognitif
(C1) Mengingat – Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang
- Mengenali
Mengidentifikasi
Menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan pengetahuan
tersebut - Mengingat
Mengambil
Mengambil
pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang (C2) Memahami-mengkontruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang disucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.
kembali
- Menafisrka Mempresentasikan Mempresentasikan n
suatu kasus
- Mencontoh
Menemukan contoh kan
Memberi contoh
kasus - Mengklasif Mengelompokkan
Menentukan sesuatu ikasikan
dalam satu kategori - Merangku Mengeneralisasikan Membuat poin pokok m
dari suatu permasalahan - Menyimpul
Membuat kesimpulan kan
Menyarikan
yang logis dan informasi yang
diterima - Membandi
Menentukan ngkan
Mencocokkan
hubungan antara dua ide - Menjelaska
Membuat model n
Membuat model
sebab akibat dari suatu system (C3) Mengaplikasikan-menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu.
- Mengeksekusi Melaksanakan Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familiar
- Mengimplementa Menggunakan Menerapkan suatu - Mengimplementa Menggunakan Menerapkan suatu
(C4)Menganalisis-memecah materi menjadi bagian-bagian penyusunannya dan menentukan hubungan antar bagia itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan
- Membedak Menyendirikan, Membedakan bagian an
memilah,
materi pelajaran
memfokuskan,
yang relevan dari
yang tidak relevan - Mengorgan Menemukan,
memilih
Menetukan isasi
memadukan,
bagaimana elemen-
membuat garis
elemen bekerja atau
besar,
berfungsi dalam
mendeskripsikan
suatu struktur
peran
- Mengatribu Mendekonstruksi Menentukan sudut sikan
pandang, nilai atau maksud di balik materi pelajaran
(C5)Mengevaluasi-mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau standar
- Memeriksa Mengkoordina Menemukan kesalahan - Memeriksa Mengkoordina Menemukan kesalahan
- Mengkritik Menilai Menemukan kesalahan antara suatu produk dan kriteria eksternal
(C6)Mencipta-memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinil
- Merumusk Membuat Membuat hipotesis an
berdasarka kriteria - Merencana Mendesain
hipotesis
Merencanakan prosedur kan
untuk menyelesaikan tugas - Memprodu Mengkonstruk Menciptakan suatu produk ksi
si
Tabel 2.2. Daftar Kata Kerja Operasional Aspek Kognitif. No.
Kompetensi
Kata Kerja Operasional (KKO)
Kognitif
Mengenali, mengingat kembali, membaca, menyebutkan,
1 Mengingat (C1) melafalkan/melafazkan, menuliskan,
menghafal. Menjelaskan, mengartikan,
2 Memahami (C2) 2 Memahami (C2)
Menerapkan menggunakan, mengonsepkan,
3 (C3)
menentukan, memprseskan Mendiferensiasikan, mengorganisasikan, mengatribusikan,
Menganalisis mendiagnosis, memerinci, menelaah,
4 (C4)
mendeteksi, mengaitkan, memecahkan, menguraikan. Mengcek, mengkritik, membuktikan,
Mengevaluasi mempertahankan, memvalidasi,
5 (C5)
mendukung, memproyeksikan. Membangun, merencanakan, memproduksi, mengkombinasikan,
Menciptakan
6 (C6)
merancang, mengkontruksi, membuat, menciptkan, mengabstraksi.
Tabel 2.3. Indikator Perkembangan KognitifSMP Materi Iman
Kepada Hari Akhir
Kompetensi Tujuan Indikator Aspek Dasar
Kognitif menjelaskan
Pembelajaran
Menjelas Menyebutkan
C1 pengertian
pengertian iman beriman
kan
pengertia Menyebutkan kepada hari
C1 akhir
n iman
pengertian hari
hari akhir
akhir Menjelaskan
pengertian iman
C2 kepada hari
akhir Memberi contoh orang
yang beriman
C2 kepada hari akhir
Menjawab soal-
soal (kuis/evaluasi) tentang dengan
C3 pengertian iman kepada hari akhir
nama hari akhir
nama-
dan artinya
urutan hari
C1
akhir
akhir sesuai nama hari akhir
Menjawab soal-
soal (kuis/evaluasi)
C3 tentang nama- nama hari akhir
Menjelas Menceritakan
yaumul ba’as peristiwa Menjelaskan
yaumul hasyr
C2 yaumul hisab
dan yaumul dan yaumul
soal-soal (kuis/evaluasi) tentang
C3 peristiwa
terkait hari akhir
kepada hari
contoh hikmah beriman
C2 kepada hari akhir
Menyimpulkan hikmah beriman
C2 kepada hari akhir
Menjawab soal-soal
(kuis/evaluasi) tentang hikmah
C3 beriman
kepada hari akhir
Menyebutkan Menyebu Membaca ayat ayat al- Qur’an
al- Qur’an yang yang berkaitan
tkan ayat
C1 dengan hari
–ayat al-
menegaskan
iman kepada akhir
Qur’an
yang
hari akhir
menegas
Mengartikan
kan iman
ayat al- Qur’an
hari akhir
menegaskan iman kepada hari akhir
Menjawab soal-soal
(kuis/evaluasi) tentang ayat al-
Qur’an yang C3 menegaskan
iman kepada hari akhir
Menyebu Menyebutkan
tkan ayat-
tanda-tanda
C1
ayat al-
datangnya hari
Qur’an
tanda-tanda hari
C2
kan
akhir kecil dan
tanda-
hari akhir besar
a hari
(kuis/evaluasi
akhir
C3 ) tentang
tanda tanda hari akhir
Menyebu
Menghafal ayat
tkan ayat-
al- Qur’an yang
menjelaskan Qur’an C1
ayat al-
peristiwa yang
yang
terjadi pada
menjelas
hari akhir
peristiwa yang
C2
peristiwa
terjadi pada
yang
hari akhir
terjadi
Menjawab
pada hari
soal-soal
akhir
(kuis/evaluasi) tentang
C3 peristiwa yang terjadi pada hari akhir
Menceritakan Menjelas Membaca proses
C1 kejadian
kan
hadis tentang
kiamat sughra kiamat
pengertia
Memberi sughra dan
n kiamat
C2 kiamat kubra
sughra
contoh kiamat
dan
sughra sughra
Menunjukkan terkandung
tandanya
C2 dalam al-
seperti
tanda-tanda
kiamat sughra Qur’an dan
terkandu
Menjelaskan al-Hadis
ng dalam
C2
al- Qur’an
pengertian
dan al-
kiamat sughra
Hadis
Menjawab soal-soal (kuis/evaluasi)
C3 tentang kiamat sughra
kiamat kubra
n kiamat
Menunjukkan
C2
kubra dan
tanda-tanda
tandanya
kiamat kubra
C2 kiamat sughra ng dalam dan kiamat
al-
Qur’an
(kuis/evaluasi)
C3 tentang kiamat
kiamat sughra
kiamat kubra dan kubra Membaca ayat
seperti
al- Qur’an dan
terkandu
hadis tentang
ng dalam
C1 kiamat sughra
al- Qur’an
dan kiamat
Menjawab soal-soal
(kuis/evaluasi) tentang proses
C3 kejadian
kiamat sughra dan kiamat kiamat sughra dan kiamat
2. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku berbeda (heterogen)(Suriansyah dkk, 2014:256). Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. (Isjoni, 2011:14)
Slavin, Abrani dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari berbagai perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, Slavin, Abrani dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari berbagai perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif,
menambah pengetahuan kognitifnya.(Ahmad Suriansyah dkk, 2014:258) Sedangkan Sunal dan Hans (2000) mengemukakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang khusus untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl (1994) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan
informasi
untuk
dalam perilaku sosial.(Ibid.,2014:15) Guru mempunyai tugas untuk memilih pendekatan yang sesuai dalam pembelajaran kooperatif. Ada beberapa pendekatan untuk model kooperatif, yaitu STAD (Student Teams Achievment Devisions ), tipe Jigsaw, tipe investigasi kelompok, dan tipe pendekatan struktural.
sikap
tolong-menolong
Dari keempat pendekatan pembelajaran kooperatif di atas, yang akan diterapkan dalm penelitian ini adalah pendekatan kooperatif tipe Jigsaw.
Tiga konsep sentral karakteristik pembelajaran kooperatif, sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
a) Penghargaan Kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan kelompok untuk memperoleh penghargan kelompok. Penghargaan ini dperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok di dasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelpmpok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, membantu, dan peduli.
b) Pertanggungjawaban Individu
Keberhasilan kelompok bergantung pada pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan akivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga akan menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
c) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakanan metode skorsing yang mecakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdulu. Dengan menggunakan metode skorsing ini siswa yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
b. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
1. Setiap anggota memiliki peran;
2. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa;
3. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas cara belajaranya dan juga teman-teman sekelompoknya;
4. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan inter-personal kelompok;
5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan;
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin, tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetensi, yaitu keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi, yaitu keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok. Model pembelajaran kelompok ini dikembangkan untuk mencapai tiga (3) tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Inrahim, yaitu sebagai berikut.