ANALISIS FINANSIAL PEMBANGUNAN INTERMEDIATE MUNICIPAL WASTE TREATMENT FACILITY DI KOTA MALANG

  

ANALISIS FINANSIAL PEMBANGUNAN INTERMEDIATE MUNICIPAL

WASTE TREATMENT FACILITY DI KOTA MALANG

  1

   2

  3 Utami Retno P. , Ratih Indri H. , Rachman Zulkarnaen 1,2

  Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang

3 Mahasiswa Manajemen Rekayasa Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik

  Negeri Malang

  1

  2 ,

  

  

  

ABSTRACT

The purpose of this thesis is to find out the volume of organic waste; the income obtained from the

compost production; the operational and maintenance cost; the financial values of Net Present Value

(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (BCR), Payback Period (PP) parameters; and

the sensitivity analysis. The required data were of shop drawings, technical specifications, total

employment of 34 persons, and space divisions, selling price of compost.

The results showed 3.2 tons of compost at IDR. 1.817.361.315/year total selling price, at IDR.

1.652.146.650/year operational cost; IDR. 2.536.648.820 NPV; 16,29% IRR with value 14,11% MARR ;

1,09 BCR value, and 12 years 7 months 7 days PP, means the feasible, using 5% and 10% decrease

sensitivity analysis ITF is feasible.

  Key words: financial analysis, sensitivity analysis, ITF, TPST

ABSTRAK

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui volume sampah organik; pendapatan yang

diperoleh dari produksi kompos; biaya operasional dan pemeliharaan; nilai finansial dari Net Present

Value (NPV), Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (BCR),

Payback Period (PP); dan analisis sensitivitas. Data yang dibutuhkan adalah gambar toko, spesifikasi

teknis, jumlah tenaga kerja yaitu 34 orang, divisi ruang angkasa, dan harga jual kompos. Hasil penelitian

menunjukkan 3,2 ton kompos dengan total harga jual Rp. 1.817.361.315 / tahun. Biaya operasional Rp

1.652.146.650 / tahun; Rp. 2,536,648,820 NPV; 16,29% IRR dengan nilai 14,11% MARR; Nilai BCR

1,09, dan 12 tahun 7 bulan 7 hari PP, yang berarti penelitian ini layak dilakukan, dan menggunakan 5%

dan 10% penurunan analisis sensitivitas ITF layak dilakukan.

  Kata kunci: analisis keuangan, analisis sensitivitas, ITF, TPST PENDAHULUAN

  Berkembangnya jumlah penduduk yang ada di kota Malang menyebabkan limbah sampah semakin meningkat dan sementara ini belum dapat dimanfatkan dengan baik. Oleh karena itu pemerintah merencanakan untuk membuat rumah pengolahan limbah sampah atau Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) atau disebut dengan

  

Intermediate Treatment Facility (ITF) yang pada akhinya sampah yang telah diolah

  akan menjadi pupuk cair, pupuk padat. Proses pemanfatan limbah sampah ini diharapkan dapat mengurangi biaya pengangkutan sampah dan juga sekaligus dapat menambah umur usia TPA Supit urang.

  Pemerintah menyediakan lahan untuk rumah pengolahan limbah sampah ini berlokasi di Jl. Rawisari kecamatan Sukun, kelurahan Mulyorejo, Malang Jawa Timur. Dari perhitungan yang telah ditentukan oleh pemerintah kebutuhan lahan untuk TPST ini 6329 m². Proses pengolahan sampah organik ini melalui beberapa tahapan mulai dari proses pemilahan sampah, proses pembusukan sampah dengan bantuan air licit, proses pengendapan diruang acidogenesis sampai proses pengeringan. Alat-alat yang digunakan dalam pengolahan dan pemrosesan sampah ini mulai dari alat pencacah sampah basah, alat pengayak kompos, alat pemadat, alat Belt Conveyour dengan panjang 33 m, dan forklift sebagai alat pengangkutnya.

  Aspek finansial dimaksudkan untuk memberikan batasan atas garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik proyek. Metode yang digunakan untuk menghitung adalah nilai Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Payback Period (PP). Tujuan dari penulisan artikel ini adalah menghitung volume sampah organik yang diperoses di ITF, menghitung pendapatan dari hasil proses pengolahan sampah yang ada di ITF, menghitung biaya operasional keseluruhan yang dikeluarkan dari proses pengolahan limbah sampah organik, menghitung nilai kelayakan finansial (NPR, IRR, BCR, PP), menghitung analisis sensitivitas dari proyek pembangunan ITF.

  ITF atau Intermediate Treatment Facility

  Terkait dengan pengolahan sampah, maka ada beberapa proses yang berkaitan di

  ITF ini yaitu : 1.

  Transformasi fisik yaitu : pemisahan sampah dengan berbagai metode seperti pemisahan secara mekanik menggunakan beberapa peralatan, seperti rotating screen,

  magnetic separation dan lain-lain. Selain itu sampah-sampah seperti plastik, kardus

  dan lain-lain mengalami proses pemisahan dan pencacahan. Proses kompaksi juga dapat terjadi di lokasi ini dengan penerapan dari baling.

  2. Transformasi biologis, yaitu proses pengomposan yang bisa menggunakan beberapa metode seperti windrow komposting atau komposter angin dan proses pengomposan lain. Pemilhan teknologi sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain : ketersedian lahan dan kemudahan operasional proses pengomposan serta meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul.

3. Transformasi kimia, yaitu dengan mengubah sampah menjadi briket sampah.

  Sampah dapat digunakan sebagai sumber energi dengan memanfaatkan nilai kalor yang ada di dalam sampah.

  Operasional Proses Komposting

  Operasional komposting secara umum sangat tergantung dari teknologi yang digunakan dan tergantung dari alat komposter dan lokasi dimana proses komposting dilaksanakan. Berikut tahapan proses composting yang ada di ITF : 1.

   Pemilahan

  Pada pengomposan sampah dipilah dan bahan organik biodegradable diproses menjadi kompos, berikut metode pemilahan yaitu : a.

  Cara manual yaitu dimana sampah dibongkar dan dipilah sepenuhnya dengan tenaga manusia.

  b.

  Cara semi mekanis yaitu dengan bantuan ban berjalan yang di bantu oleh petugas pemilah.

  c.

  Cara mekanis yaitu sampah yang berjalan diatas conveyor selanjutnya akan mengalami beberapa tahapan proses yaitu : pemisahan logam besi dengan menggunakan magnet, pemisahan sampah ringan dengan air separator, pemisah organik dengan saringan putar (rotary screen) atau saringan getar.

2. Pencacahan

  Pencacah ini berfungsi untuk memperbesar luas permukaan kontak dari sampah sehingga mempercepat proses komposting.

  a.

  Pencacahan pada skala kawasan yaitu motor penggerak mesin cacah di hidupkan hingga stationernya stabil, sampah organik dituangkan ke dalam hopper hingga tercacah dan keluar dalam bentuk serpihan dan ditampung untuk proses berikutnya.

  b.

  Pencacah pada sekala kota yaitu sampah dituangkan ke lubang penerimaan (Hopper), dengan menggunakan conveyor sampah dimasukkan kedalam mesin pencacah (chrusher), pencacah dalam mesin dengan menggunakan penghancur (Hammer), sampah yang telah hancur berjalan melalui conveyor menuju proses selanjutnya.

  3. Proses Komposting

  d.

  d.

  Bentuk fisik, secara sederhana untuk mengetahui kompos sudah matang atau tidak yaitu dari bentuk fisik yang mempengarui tanah.

  c.

  Standart pengukuran kematangan kompos adalah rasio C/N=20.

  Rasio C/N, selama proses berlangsung rasio tersebut akan mengalami penurunan.

  b.

  Suhu, setelah beberapa lama dalam keadaan termofilik suhu akan menurun mendekati suhu ruangan. Jika proses pengadukan tidak menyebabkan suhu meningkat kembali dan suhu telah stabil, maka dapat dianggap kompos mencapai kematangan.

  Kematangan kompos didefinisikan sebagai keadaan antara bahan organik mentah dengan busuk sempurna atau mati, indikator yang biasanya digunakan sebagai indikasi kematangan kompos adalah : a.

  4. Proses Pematangan

  Proses pematangan kompos perlu waktu 1-2 minggu.

  Kompos akan terbentuk sekitar 3-4 minggu.

  Windrow komposting : a. Sampah organik ditumpuk diatas lorong udara sampai ketinggian 1,5m membentuk lajur-lajur (row) dengan panjang sesuai rencana.

  c.

  Aliran udara diberikan melalui perpipaan dengan bantuan blower.

  b.

  Proses static pile a. Sampah organik ditumpuk diatas lahan yang telah dilengkapi dengan sistem perpipaan propous untuk penghawaan.

  Proses pematangan kompos perlu waktu 1-2 minggu.

  d.

  Tumpukan sampah dibalik untuk menjaga agar kelembaban atau suhu selalu berada dalam batas yang diijinkan.

  c.

  Aliran udara dari lorong akan menyediakan udara atau oksigen bagi proses dekomposisi yang berlangsung.

  b.

  Bau, jika kompos diambil dalam dua genggaman tangan kemudian dimasukan kedalam kantong plastik dan diamkan selama 2 x 24 jam. Bila kantong plastik menggelembung dan panas atau waktu dibuka menimbulkan bau yang menyengat, maka kompos tersebut belum matang.

5. Pengayakan

  Berfungsi untuk memisahkan sampah halus dan sampah kasar, serta berfugsi untuk memisahkan antara sampah yang belum menjadi kompos dengan produk kompos.

  Biaya Operasional

  Menurut Soeharto, (2002), biaya operasi, produksi, dan pemeliharaan adalah pengeluaran yang diperlukan agar kegiatan operasi dan produksi tersebut dapat berjalan dengan lancar sehingga dapat menghasilkan produk sesuai dengan perencanaan. Biaya operasional meliputi bahan bakar, upah tenaga kerja, tunjangan karyawan, asuransi, dan lain-lain.

  Dalam penelitian ini dilakukan studi kelayakan, studi kelayakan adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil dan merupakan kegiatan awal sebelum dilaksanakannya suatu kegiatan konstruksi, dimana terdapat beberapa aspek yang akan ditinjau baik dari segi teknis, ekonomi, sosisal, dan lingkungan (Husnan dan Muhammad, 2000).

  Hal ini bertujuan untuk membatasi kegiatan penanaman modal yang terlalu besar, sehingga membatasi kegiatan yang tidak menguntungkan (Husnan dan Muhammad, 2000), dan yang perlu diperhatikan adalah:

  a) Ruang lingkup kegiatan proyek.

  b) Cara kegiatan proyek dilaksanakan.

  c) Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menetukan berhasil tidaknya pelaksanaan suatu kegiatan proyek.

  d) Sarana yang diperlukan selama pekerjaan konstruksi.

  e) Perencanaan untuk memutuskan suatu kegiatan proyek, penjadwalan, sampai dengan dilaksanakannya proyek tersebut.

  Menurut Husnan dan Muhammad (2000), manfaat dari dilaksanakannya studi kelayakan ini antara lain sebagai berikut: 1)

  Bagi Developer atau Owner Sebelum melakukan pelaksanaan konstruksi pengembang akan memikirkan detail teknis dan finansial. Dengan diadakannya studi kelayakan melakukan monitoring progress pelaksanaan baik dari segi biaya, mutu, dan waktu.

  2) Bagi Investor dan Kreditor

  Bagi investor dan kreditor ini merupakan sebuah kesempatan dalam melakukan kerjasama. Perlu diketahui bahwa sebelum investor dan kreditor memutuskan untuk melakukan penanaman modal perlu dilakukan pengkajian terlebih dahulu, baik dari segi teknik dan finansial. Terutama yang lebih diperhtikan dari aspek finansial, sehingga dengan diadakannya studi kelayakan ini pihak investor dan kreditor menjadi mudah untuk melakukan pengkajian.

  3) Bagi Masyarakat

  Dengan akan dilaksanakannya pekerjan konstuksi tersebut, perlu dipertimbangkan juga mengenai aspek lingkungan dan sosial di sekitar proyek. Agar juga diperhatikan mengenai atau regulasi yang ada di kawasan tersebut.

  Net Present Value (NPV)

  Menurut Husnan dan Muhammad, (2000), metode ini menghitung selisih antar nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) dimasa yang akan datang. Net Present Value (NPV) adalah nilai bersih yang merupakan selisih antara present value manfaat dan present value biaya. Kelebihan dari metode NPV adalah :

  1.Memasukkan faktor nilai waktu dari uang.

  2.Mempertimbangkan semua aliran kas proyek.

  3.Mengukur besaran absolute dan bukan relatif, sehingga mudah mengikuti kontribusinya terhadap usaha meningkatkan kekayaan perusahaan atau pemegang saham. Menurut Husnan dan Muhammad, (2000), rumus NPV adalah sebagai berikut Persamaan 1.

  (1) keterangan: NPV = nilai sekarang bersih. (C)t = arus kas masuk tahun ke-t. (Co)t = arus kas keluar tahun ke-t n = umur unit usaha hasil investasi i = arus pengembalian (rate of return) t = waktu Kajian usulan proyek dengan metode NPV (Soeharto,2000) :

  1. NPV > 0 bernilai positif (+), berarti usulan proyek dapat diterima dan semakin tinggi nilai NPV maka semakin baik atau menguntungkan.

  2. NPV < 0 bernilai (-), berarti usulan proyek ditolak.

  3. NPV = 0 bernilai nol (0), berarti netral atau dengan kata lain nilai proyek sama dengan nilai investasi.

  Benefit Cost Ratio (BCR)

  Menurut Giatman dan Aliludin, (2011;79) metode benefit cost ratio (BCR) salah satu metode yang sering digunakan dalam tahap-tahap evaluasi awal perencanaan investasi atau sebagai analisis tambahan dalam rangka menvalidasi hasil evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lainnya. Rasio manfaat-biaya (B/C) adalah perbandingan nilai manfaat sekarang dengan nilai biaya sekarang. Pendekatan perhitungan manfaat-biaya menggunakan rumus sebagai berikut Persamaan 2.

  = (2) Keterangan : BCR = Rasio manfaat terhadap biaya (benefit-cost-ratio).

  (PV) B = Nilai sekarang benefit. (PV) C = Nilai sekarang biaya. Kriteria BCR menurut Soeharto, (2000), akan memberikan petunjuk sebagai berikut :

  1. BCR > 1, maka usulan proyek diterima atau layak.

  2. BCR < 1, maka usulan proyek ditolak.

  3. BCR = 1, maka bersifat netral.

  Internal Rate of Return (IRR)

  Menurut Giatman dan Aliludin, (2011;90), metode Internal Rate Of Return adalah suatu tingkat diskon yang menghasilkan net present value sama dengan 0 (nol). Untuk menghitung IRR harus dihitung NPV1 dan NPV2.Perumusan IRR sebagai berikut Persamaan 3.

  (3) keterangan:

  IRR = Internal Rate of Return yang akan dicari. i ₁ = Tingkat bunga yang kecil. i ₂ = Tingkat bunga yang besar. NPV ₁= Nilai sekarang bersih yang diperoleh dari faktor i₂ (yang negatif). NPV ₂= Nilai sekarang bersih yang diperoleh dari faktor i₁ (yang positif). Menganalisis usulan proyek dengan IRR menurut Soeharto, (2000), adalah sebagai berikut :

  1. Jika IRR > MARR atau arus pengembalian (i) yang diinginkan, maka proyek dapat diterima, dalam arti investasi ini menguntungkan.

  2. Jika IRR < MARR atau arus pengembalian (i) yang diinginkan, maka proyek ditolak, dalam arti investasi ini rugi.

  Payback Period (PP)

  Menurut Giatman dan Aliludin, (2011;85) metode ini mencoba mengukur berapa cepat investasi bisa kembali. Satuan hasil dari Payback Period adalah satuan waktu (tahun, bulan, hari) kalau payback period ini lebih pendek dari yang telah diisyaratkan, maka proyek dikatakan menguntungkan, sedangkan kalau lebih lama proyek ditolak. Persamaan payback period sebagai berikut Persamaan 4.

  (4) Keterangan : n = Tahun pengembalian ditambah 1.

  Cf = Biaya pertama. An = Arus kas pada tahun n. ∑an = Komulatif laba pada tahun n.

  Analisis Sensitivitas

  Menurut Giatman, (2005) Analisis sensitivitas dibutuhkan dalam rangka mengetahui sejauh mana dampak parameter-parameter investasi yang telah ditetapkan sebelumnya boleh berubah karena adanya faktor situasi dan kondisi selama umur investasi, sehingga perubahan tersebut hasilnya akan berpengaruh secara signifikan pada keputusan yang telah diambil. Parameter-parameter investasi yang memerlukan analisis sensitivitas adalah sebagai berikut :

  1.Investasi.

  2.Benefit atau pendapatan.

  3.Biaya atau pengeluaran.

  4.Suku bunga.

  Analisis sensitivitas umumnya mengandung asumsi bahwa hanya satu parameter saja yang berubah (variable), sedangkan parameter yang lainnya diasumsikan relatif tetap dalam satu persamaaan analisis. Untuk mengetahui sensitivitas parameter yang lainnya, maka diperlukan persamaan kedua, ketiga, dan seterusnya.

  Metode Pembahasan

  Langkah-langkah perhitungan yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut :

  1. Perhitungan volume sampah yang masuk kedalam ITF dihitung dari kapasitas daya tampung ITF dengan komposisi sampah organik dan anorganik yang nantinya akan diolah sebagai kompos dengan pembagaian komposisi sampah organik dan anorganik. Limbah sampah yang dapat digunakan hanya jenis limbah sampah organik, jadi yang di hitungan hanya jenis limbah sampah organik.

  2. Perhitungan pemasukan dihitung dari hasil limbah sampah organik yang dapat diolah yang nantinya akan dikomersilkan, sasaran penjualan kompos ditujukan kepada kios-kios bunga dan para kelompok tani. Jadi untuk menghitung pemasukan dihitungan biaya pemasukan dikurangi dengan biaya pengeluran, maka didapatkan nilai keuntungan dari hasil penjualan kompos.

  3. Perhitungan biaya operasional dan perawatan dihitung dari biaya yang dikeluarkan selama produksi seperti upah tenaga kerja, biaya pengemasan, biaya listrik, air, dan lain-lainnya. Sedangkan untuk biaya pemeliharaan dihitungan dari kebutuhan yang membutuhkan perawatan seperti alat, konstruksi bangunan dan lain sebagainya.

4. Perhitungan Analisis Finansial Berdasarkan sudut pandang investor maupun pihak

  DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan), yakni hasil yang diterima oleh investor atau pihak DKP dan komponen-komponen manfaat dan biaya yang memperhitungkan nilai waktu dan uang atau konsep ekivalen pada aspek finansial dapat berpengaruh langsung bagi investor, dan berikut ini adalah analisa data dari segi finansial yang akan dilakukan adalah : a. Aliran kas masuk untuk menghitung pendapatan dari retribusi yang akan dikalikan dengan volume sampah organik yang masuk dan dukungan dari pihak luar.

  b.

  Aliran kas keluar diperoleh dari biaya total konstruksi, biaya pemeliharaan, biaya operasional.

  c.

  Analisa finansial proyek dilakukan dengan menghitung NPV, IRR, BCR, PP seta melalui analisa sensitifitas terhadap beberapa faktor yang dominan merupakan parameter kelayakan investasi.

  5. Analisis sensitifitas dilakukan dengan mengubah parameter-parameter yang secara dominan berpengaruh terhadap keputusan investasi dalam analisa finansial. Analisa sensitifitas yang akan dilakukan terhadap proses pengolahan sampah yang ada di

  ITF sebagai berikut : tingkat suku bunga, pendapatan dan pemasukan retribusi menurun, biaya operasional dan perawatan naik.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya Investasi

  Biaya investasi ITF terdiri dari biaya konstruksi dan biaya perencanaan, biaya konstruksi ITF sebesar Rp. 9.652.769.922. Berikut adalah rekapan biaya investasi dari pembangunan ITF Tabel 1.

  

Tabel 1 Biaya Infestasi ITF

Total Biaya No Komponen Biaya (Rp)

  1 Biaya Konstruksi 9.652.769.922

  2 Biaya Perencanaan 675.693.895 Total Biaya Investasi 10.328.463.817

  Pembulatan 10.328.464.000

  

Sumber : Hasil Perhitungan

Volume Sampah Organik ITF

  Berikut adalah hasil perhitungan volume sampah basah atau sampah organik yang di proses di ITF dapat dilihat pada Tabel 2.

  

Tabel 2 Standart Komposting

  Standar Komposting Total Uraian

  (Ton) (Ton)

  2.5 - Layak Kompos

  3.5

  3.5

  0.3 - Residu

  0.47

  0.3 Sisa

  3.2 Sumber : Data Proyek, 2016

  Hasil perhitungan menunjukan volume sampah organik yang diolah sebesar 3,2 ton/hari, dengan nilai residu 0,3 ton. Berikut adalah komposisi sampah organik yang akan diolah Tabel 3.

  

Tabel 3 Analisis Komposisi Sampah Organik

Non Uraian Komersil Satuan Satuan Total Komersil Prosentase

  Kompos Padat 1,3 Ton 0,62 Ton 1,92 Ton 60% Kompos Cair

  1 Ton 0,28 Ton 1,28 Ton 40% 0,9

  Total 2,3 Ton Ton 3,2 Ton Sumber : Hasil Perhitungan

  Analisis komposisi sampah organik diambil perbandingan dengan asumsi sebesar 60% kompos padat dan 40% kompos cair. Komposisi sampah organik ini memiliki 2 variabel dengan sistem komersil dan non komersil, total volume yang di komersilkan sebesar 2,3 ton. Nilai komersil inilah yang akan di analisis sebagai pemasukan bagi ITF. Berikut perhitungan kebutuhan volume sampah organik tiap bulannya :

  • Rencana hasil produksi kompos padat tiap harinya 1,3 ton jadi total tiap bulannya 39 ton. Komposisi kompos padat berisi 5 kilogram jadi tiap bulannya 39.000 kilogram dibagi dengan komposisi 5 kilogram total tiap bulannya 7.800 Zak/Bln.

  Kompos Padat Komersil

  • Rencana hasil produksi kompos cair tiap harinya 1 ton jadi total tiap bulannya 30 ton. Komposisi kompos cair berisi 5 liter jadi tiap bulannya 30.000 liter dibagi dengan komposisi 5 liter total tiap bulannya 6.000 Jer/Bln.

  Kompos Cair Komersil

  Biaya Operasional

  Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan oleh pihak pengelola ITF agar

  ITF ini dapat beroperasional sesuai dengan yang direncanakan. Biaya operasional terdiri dari upah tranaga kerja, biaya produksi pengomposan, biaya perawatan alat dan biaya lain-lain. Untuk biaya pemeliharaan di asumsikan 5% dari total biaya operasional tiap tahunnya. Besarnya biaya operasional diperhitungkan akan mengalami kenaikan sebesar 5% per tahun. Berikut tabel biaya operasional ITF yang telah diakumulasikan selama satu tahun Tabel 4.

  Tabel 4 Biaya Operasional Total Biaya No Uraian Jumlah Satuan Biaya (Rp) (Rp)

  1 Upah Tenaga Kerja

  1 OB 3.500.000 3.500.000 Manajer Operasional

  1 OB 3.000.000 3.000.000 Manajer Teknik

  4 OB 2.368.510 9.474.040 Tenaga Pemilah di Conveyor

  4 OB 2.368.510 9.474.040 Tenaga Pemilah Plastik tercampur

  8 OB 2.368.510 18.948.080 Tenaga Pengemasan Barang

  4 OB 2.368.510 9.474.040 Tenaga Pengomposan

  5 OB 2.500.000 12.500.000 Operator Peralatan dan Teknik

  2 OB 2.500.000 5.000.000 Operator dan Pengawas penimbang

  1 OB 2.368.510 2.368.510 Administrasi

  4 OB 2.368.510 9.474.040 Keamanan

  2 Biaya Produksi Pengomposan

  2 Lmbr/Bln 65.000 130.000 Terpal Plastik 7820 Paket 500 3.910.000 Kemasan Plastik 5kg 6020 Paket 3.500 21.070.000 Kemasan Jeriken 5L

  

Bahan Bakar Alat Penunjang 1000 L/Bln 8.300 8.300.000

  3 Biaya Perawatan Alat

  1 Ls 2.500.000 2.500.000 Tenaga Mekanik dan Sparepart

  4 Biaya Lain-Lain

  1 Ls 12.000.000 12.000.000 Listrik dan Air Sub Total Biaya Per Bulan 131.122.750

  Sub Total Biaya Operasional Pertahun 1.573.473.000 Biaya Pemeliharaan Pertahun 78.673.650

  Total Biaya Keseluruhan 1.652.146.650 Sumber : Hasil Perhitungan Pendapatan

  Pendapatan ITF diperoleh dari hasil penjualan kompos padat dan cair. Jumlah operasi setiap tahun diperhitungkan 365 hari karena ITF selalu beroperasi setiap hari baik hari kerja maupun hari libur dan hari

  • – hari besar lainnya, karna timbunan sampah tiap harinya selalu ada oleh sebab itu ITF beroperasi setiap harinya. Berikut tabel pendapatan ITF dalam satu tahunnya Tabel 5.

  Tabel 5 Rincian Pendapatan ITF Harga Jumlah Pendapatan No Uraian Volume Satuan Satuan Bulan (Rp) (Rp)

  1 Pupuk Padat 7800 Zak 12 9.471 886.489.065

  2 Pupuk Cair 6000 Jer 12 12.929 930.872.250 Total Pendapatan Pertahun 1.817.361.315

  Nb* Harga Jual/Satuan = ((Biaya operasional/bln+biaya

  pemeliharaan/bln)/volume)*110%

  

Sumber : Hasil Perhitungan

Arus Kas Finansial

  Arus kas finansial adalah laporan keuangan yang berisikan aliran kas masuk dan kas keluar dari suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu.

  Net Present Value

  Net Present Value (NPV) adalah nilai bersih yang merupakan selisih antara kas masuk dan present value kas keluar.

  present value

  Tahun 1 = F (P/F, i%, n) = F (P/F, 14,11%, 1)

  Faktor Diskonto = = = 0.8763 C (t) = Pendapatan tahun 1 = Rp 1.817.361.315 C o(t) = Biaya Operasional tahun 1 = Rp 1.652.146.650 PV Cash In =

  = Rp 1.592.639.834 PV Cash Out = = Rp 1.447.854.395 NPV = PV Cash In

  • – PV Cash Out = Rp 1.592.639.834
  • – Rp 1.447.854.395

  = Rp 144.785.439

  NPV = ∑ PV Kas Masuk - ∑ PV Kas Keluar

  = Rp29.506.133.920,44

  • – Rp.26.969.485.100,04 = Rp 2.536.648.820

  Hasil perhitungan menunjukkan bahwa aliran kas dalam proyek pembangunan

  ITF dengan parameter Net Present Value memiliki nilai > 0, yaitu sebesar Rp 2.536.648.820 dengan nilai diskonto sebesar 14,11% maka proyek ini dapat dinyatakan layak untuk dilaksanakan sampai usia guna 30 tahun.

  Benefit Cost Ratio Benefit cost ratio adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui nilai manfaat

  (benefit) dari sebuah proyek. BCR merupakan angka perbandingan antara jumlah

  

present value kas masuk dengan present value kas keluar, jika nilai BCR lebih besar

  dari 1 (satu) maka proyek tersebut layak untuk dilaksanakan, sebaliknya jika BCR kurang dari 1 (satu) berarti proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Berikut perhitungan nilai BCR : = 1.09

  Internal Rate of Return

  Internal Rate of Return adalah suatu nilai yang identic dengan seberapa besar suku bunga yang dapat diberikan oleh investasi tersebut dibandingkan dengan suku bunga bank yang berlaku umum Minimum Attractive Rate of Return (MARR).

  Nilai diskonto pada perhitungan sebelumnya sebesar 14,11% apabila diinginkan arus pengembalian yang lebih tinggi, maka Minimum Attractive Rate of Return (MARR) adalah 14,11% dan suatu investasi dapat dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar atau sama dengan MARR. Asumsi nilai IRR yang diambil sebesar 20% dikarenakan nilai IRR sudah melebihi nilai MARR yang sudah ada. Tahun 1 = F (P/F, i%, n = F (P/F, i%, 1) Faktor Diskonto 14,11% = = = 0.8763 Faktor Diskonto 20% = = = 0.8333 Kas Bersih = Rp NPV 14,11% = = = Rp 144.785.439 NPV 20% = = = Rp

  Setelah dilakukan perhitungan dan diketahui nilai

  • – nilai present value dilanjutkan dengan melakukan interpolasi perhitungan IRR sebagai berikut: i

  1 = 14,11%

  i = 20%

  2 NPV 1 = Rp 2.536.648.820

  NPV

  2 = Rp 4.304.554.937

  Payback Period

  Perhitungan payback period pembangunan Mall Blitar Town Square memerlukan 12 tahun 5 bulan 7 hari untuk mengembalikan modal investasi yang dikeluarkan.

  PP = (n-1) C = Rp 10.328.464.000

  f

  n = 12 ∑An = Rp 2.022.594.407 An = Rp 5.185.143.929 = 11+1,60186 = 12,60186 = 12 tahun 7 bulan 7 hari

  Analisis Sensitivitas

  Analisis sensitivitas yang akan dilakukan terhadap proyek pembangunan ITF adalah dengan merubah tingkat penjualan kompos. Penjualan kompos dapat berubah jika minat konsumen menurun dikarenakan tingkat atau daya beli masyarakat menurun, sehingga pengusaha atau pebisnis tidak akan menanamkan modal pada ITF. Perubahan tingkat penurunan jumlah penjualan kompos sebesar 5% dan 10% dari volume yang diproduksi. Berikut hasil perhitungan analisis sensitivitas ITF ditinjau dari penurunan jumlah penjualan kompos ddapat dilihat pada Tabel 6.

  

Tabel 6 Analisis Sensitivitas

Parameter Analisis Finansial Keterangan Kondisi NPV (Rp) BCR

  IRR PP Layak Tidak Kondisi Jadi 12 tahun 7 2.536.648.820 1,09 16,29% 

  Normal bulan 7 hari Penurunan Jadi 12 tahun 8 1.219.347.287 1,05   5% 15,26% bulan 22 hari

  Penurunan Jadi 13 tahun 7 (97.954.245,49) 1,00 14,01%   10% bulan 21 hari

  : Kondisi kenaikan dan penurunan berpengaruh terhadap volume yang oduksi dan dijual

  

Sumber : Hasil Perhitungan

  Batas penurunan jumlah volume kompos yang diproduksi adalah sebesar 5%, jika penurunan > 5% kemungkinan pembangunan ITF yang akan terjadi akan menjadi tidak layak dengan penurunan tersebut dan makan mengalami kerugian.

  Simpulan

  Simpulan yang di dapat dari hasil analisis finansial pembangunan Intermediate

  Treatment Facility (ITF) adalah sebagai berikut: 1.

  Volume sampah organik yang di proses sebesar 3,2 ton, dengan pembagian kompos padat 1,92 ton, kompos cair 1,28 ton, tetapi untuk yang di komersilkan sebesar 2,3 ton dan sisanya 0,9 ton akan di subsidikan kepada warga sekitar yang terkena dampak pembangunan ITF.

  2. Besar pendapatan ITF sebesar Rp 1.817.361.315 dan diasumsikan mengalami kenaikan sebesar 10% tiap tahunnya selama 30 tahun proyeksi perhitungan.

  3. Biaya operasional yang dibutuhkan dalam proses pengomposan sebesar Rp.

  1.573.473.000/tahun dan besarnya biaya pemeliharaan Rp 78.673.650/tahun. Jadi total biaya operasional dan pemeliharaan yang dikeluarkan adalah Rp 1.652.146.650.

  4. Hasil perhitungan aspek finansial didapatkan nilai NPV Rp 2.536.648.820, nilai BCR 1,09, nilai IRR 16,29% dengan MARR (Minimum Attractive Rate of Return) 14,11%, dan PP 12 tahun 7 bulan 7 hari. Proyek pembangunan ITF dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan.

  5. Analisis sensitivitas dengan penurunan 5% hasil menunjukan bangun tersebut masih layak, tetapi jika penurunan 10% proyek tersebut akan tidak layak. Jadi dari jumlah tersebut proyek dapat dikatakan masih layak dan menguntungkan untuk dilaksanakan.

  Daftar Rujukan

  Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2016. Pedoman Kajian Lingkungan Fasilitas Pengolahan Sampah Kota Malang Giatman. 2005. Ekonomi Teknik, Jakarta : Penerbit Raja Grafindo.

  Giatman dan Aliludin. 2011. Ekonomi Teknik, Jakarta : Penerbit Raja Grafindo. Husnan dan Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek Industri, Yogyakarta, Erlangga Soeharto. 2002. Studi Kelayakan Proyek Industri, Jakarta, Erlangga