BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keuangan Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Perkebunan di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Perkembangan perekonomian yang semakin cepat akan memacu perusahaan untuk mengembangkan usaha. Perkembangan perusahaan dapat tercapai apabila perusahaan mempunyai keuntungan yang semakin meningkat setiap tahunnya. Dengan adanya keuntungan yang besar, perusahaan dapat mengembangkan jenis usahanya menjadi lebih besar atau merambah kejenis usaha yang lain dan berbeda. Perusahaan yang besar dan kuat akan memiliki keuangan yang stabil, sebaliknya jika perusahaan relatif kecil akan mudah terguncang oleh krisis ekonomi. Untuk mengembangkan usahanya perusahaan dapat menaikkan modal kerja, menjual saham atau melakukan pinjaman ke bank atau pihak ketiga. Untuk mendapatkan pinjaman dari bank atau pihak ketiga, kesehatan perusahaan di masa depan harus diutamakan. Jika perusahaan sehat, maka kegiatan operasional dan perputaran keuangan perusahaan akan lancar.

  Untuk menilai kesehatan perusahaan di masa depan dapat dilihat dari perhitungan rasio

  • – rasio keuangan yang ada dalam laporan keuangan perusahaan. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan, dapat dilakukan dengan cara membandingkan laporan-laporan keuangan. Analisis rasio adalah alat yang berguna untuk menemukan jawaban yang tidak didapat pada laporan keuangan. Rasio keuangan yang dihasilkan dapat membantu Bank atau pihak ketiga untuk menganalisis dan menentukan resiko pemberian kredit kepada perusahaan.
Menurut keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP- 100/MBU/2002 bahwa tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilian terhadap kinerja perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan yang meliputi penilaian aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Sedangkan menurut keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/PMK.010/2012 bahwa kesehatan perusahaan asuransi dan reasuransi dilihat dari tingkat solvabilitas, perusahaan setiap saat wajib memenuhi tingkat solvabilitas paling rendah 100% dari modal minimum berbasis risiko.

  Kemampuan dalam mengetahui tingkat kesehatan perusahaan akan memberikan keuntungan banyak pihak, terutama kreditur dan investor. Bagi investor, kurang/tidak sehatnya perusahaan akan mempunyai konsekuensi berkurangnya investasi atau bahkan investasi hilang secara keseluruhan, sedangkan bagi kreditur, pernyataan kurang/tidak sehat akan mengakibatkan hilangnya tagihan pokok pinjaman piutang beserta bunganya (Wing et al. 2003).

  Bagi perusahaan sendiri dalam proses kebangkrutan akan menanggung biaya yang tidak sedikit.

  Tingkat kesehatan suatu perusahaan yang sudah go public menjadi penting untuk diketahui dan dimonitor oleh pihak-pihak yang berkepentingan didalamnya.

  Kondisi perekonomian yang kadang tidak stabil dan tingkat persaingan yang makin ketat makin kuat memberi dorongan kepada banyak pihak yang berkepentingan untuk menaruh perhatian besar pada kelangsungan hidup perusahaan (Wing et al. 2003). Faktor utama yang mempengaruhi harga saham di pasar modal adalah kesehatan perusahaan yang dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan. Selain itu, dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan

  (IHSG) dapat menjadi leading indicator economic pada suatu negara. Pergerakan indeks sangat dipengaruhi oleh ekspektasi investor atas kondisi fundamental negara maupun global. Adanya informasi baru akan berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya akan berpengaruh pada IHSG.

  Menurut Bisnis Indonesia berdasarkan data PT. Bursa Efek Indonesia (BEI),

  IHSG melesat 453,1 poin sepanjang tahun 2012 dari level 3.821,99 pada tahun 2011 menjadi 4.275,09 yang mengalami kenaikan sebesar 11,86%, sedangkan nilai IHSG pada awal pekan ini Senin 21 Januari 2013 dibuka melemah sebesar 7,66 poin atau 0,17% dari level 4.465,48 pada pekan lalu ke level 4.457, 81.

  Pelemahan IHSG ditopang oleh pelemahan tujuh sektor pembentuk IHSG yang dipimpin oleh sektor keuangan dan aneka industri, tiga sektor yang bergerak positif adalah perdagangan, pertambangan dan konsumsi.

  Kritsonis (2004) menyatakan manajemen mungkin dapat menghindari bencana situasi bisnis dengan menilai kesehatan keuangan jangka panjang.

  Menetapkan tujuan dan strategi untuk mencerminkan kondisi pasar, persaingan dan kemampuan operasional merupakan elemen penting dalam menjaga pertumbuhan dan memastikan usaha yang sehat. Sebuah pemahaman menyeluruh jangka panjang perusahaan, tujuan, persaingan, regulasi pedoman, operasi dan efisiensi manajemen diperlukan secara akurat untuk menilai kesehatan perusahaan di masa depan. Keseimbangan adalah kunci untuk kesuksesan jangka panjang.

  Soekarso (2009) mengemukakan keuangan dalam perusahaan adalah salah satu fungsi strategis yang meliputi pengelolaan kekayaan dan transformasi nilai tambah (added value) dan juga pengendalian kesehatan perusahaan. Laporan keuangan seperti neraca (balance sheet), daftar rugi laba (income statement), dan rasio keuangan (financial ratio), mencerminkan kinerja dan kondisi kesehatan perusahaan. Analisis rasio keuangan (financial ratio analysis) berhubungan dengan kesehatan perusahaan melalui rasio-rasio efektivitas, efisiensi, produktivitas, rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas. Analisis menunjukkan bahwa nilai rasio keuangan aktual di atas standar berarti perusahaan sehat, dan nilai rasio keuangan aktual di bawah standar berarti perusahaan tidak sehat.

  Rasio

  • – rasio keuangan perusahaan terdiri dari rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Profitabilitas dan pertumbuhan. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Penelitian Chen dan Wong (2004) menemukan bahwa rasio likuiditas secara positif berkaitan dengan kesehatan keuangan perusahaan asuransi di Singapura. Selain itu rasio likuiditas signifikan mempengaruhi kesehatan keuangan perusahaan asuransi di negara
  • – negara berkembang. Dengan menghitung rasio Leverage, dapat diukur sejauh mana perusahaan dapat memanfaatkan pembiayaan utang jangka panjang untuk memperoleh keuntungan perusahaan dan dapat meningkatkan laba atas ekuitas. Sebuah perusahaan harus memiliki prospek menguntung untuk masa depan. Tingkat profitabilitas memiliki pengaruh yang kuat terhadap elemen keuangan perusahaan. Penelitian (Widarjo dan Setiawan, 2009) mengemukakan bahwa Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap financial

  distress perusahaan. Rasio pertumbuhan digunakan untuk membandingkan harga

  saham perusahaan yang dijual dengan nilai saham. Rasio ini berfungsi sebagai indikator bagaimana investor dapat melihat kinerja dan pertumbuhan perusahaan dimasa depan.

  Menurut Altman (2006) Z-Score merupakan indikator untuk mengukur potensi kebangkrutan suatu perusahaan. Nilai tersebut (Z-Score) diperoleh dari penjumlahan hasil perkalian suatu nilai konstanta tertentu masing-masing dengan 5 unsur rasio : working capital to total assets, retained earning to total assets,

  earning before interest and tax to total assets, market value to book value of total debt and total revenue to total assets. Rasio

  • –rasio tesebut menggambarkan rasio dari kemampuan manajemen di dalam mengelola aktiva perusahaan, sehingga

  Altman Z-score dapat juga digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan, yaitu dari sisi potensi kebangkrutan suatu perusahaan.

  Penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Wong (2004) menemukan bahwa faktor

  • – faktor yang signifikan mempengaruhi kesehatan keuangan perusahaan asuransi dalam perekonomian Asia adalah ukuran perusahaan, kinerja investasi, rasio likuiditas, pertumbuhan premi, pertumbuhan surplus dan rasio gabungan. Menurut Fachrudin (2008) semakin baik kinerja semasa kesulitan keuangan, semakin besar peluang perusahaan untuk survive.

  Firm size (ukuran perusahaan) adalah salah satu tolak ukur yang

  menunjukkan besar kecilnya perusahaan (Sembiring, 2008). Perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil akan rentan terhadap kebangkrutan. Diharapkan perusahaan yang besar tingkat kesehatan keuangannya juga lebih baik.

  Menurut Chen dan Wong (2004) investment performance merupakan kinerja investasi yang mengungkapkan efektifitas dan efisiensi keputusan investasi. Investment performance dinilai dengan return on assets (return on

  

investment). Return On Assets (ROA) yaitu tingkat pengembalian atas semua

  asset perusahaan setelah dikurangi bunga dan pajak. Rasio ROA yang tinggi dapat diperoleh dari BEP yang tinggi dan biaya bunga yang rendah. Semakin tinggi rasio ini semakin baik karena berarti semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi semakin baik karena menunjukkan peningkatan presentase laba operasi terhadap penjualannya.

  Operating Profit Margin yaitu rasio yang digunakan untuk menghitung

  profitabilitas tanpa memperhitungkan pajak dan bunga (David, 2009). Operating

  profit margin diperoleh dari pendapatan sebelum bunga dan pajak terhadap total

  penjualan. Jika perusahaan terus menerus mendapatkan laba yang rendah, maka kecendrungan kesehatan keuangan perusahaannya juga tidak akan baik. Hasil penelitian Chen dan Wong (2004) menunjukkan bahwa margin usaha positif signifikan bagi kesehatan keuangan perusahaan asuransi.

  Price Earning Ratio (PER) menunjukkan berapa banyak investor bersedia

  untuk membayar setiap rupiah dari keutungan perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio ini perusahaan akan semakin kuat prospek pertumbuhannya dimasa depan.

  Perusahaan yang berkembang akan memiliki nilai PER yang tinggi.

  Surplus growth atau rasio pertumbuhan yaitu kemampuan perusahaan untuk

  mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan ekonomi dan industri (David, 2009). Rasio ini pada dasarnya dilakukan dengan membandingkan data keuangan secara historis (time series). Jika nilai perbandingan semakin besar, maka tingkat pertumbuhan penjualan perusahaaan semakin baik.

  Liquidity adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo (David, 2009).

  Likuiditas dapat dinilai dengan current ratio. Current Ratio (rasio lancar) adalah ketersediaan aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban lancar. Secara umum investor dan kreditur ingin melihat rasio lancar yang tinggi, semakin tinggi nilai rasio ini, maka semakin bagus. Investor dan kreditur dapat percaya bahwa perusahaan memiliki uang untuk dapat melunasi kewajiban jangka pendek. Diharapkan dengan adanya ukuran perusahaan yang besar, ROA, operating

  margin , PER, surplus growth yang tinggi serta nilai current ratio yang tepat

  perusahaan akan berada dalam kondisi sehat dan terus berkembang dari tahun ketahun.

  Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP- 117/M-MBU/2002 Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stackeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Inti dari kebijakan tata kelola perusahaan adalah agar pihak-pihak yang berperan dalam menjalankan perusahaan memahami dan menjalankan fungsi dan peran sesuai wewenang dan tanggung jawab. Diharapkan dengan adanya GCG terjadi tata kelola yang baik antara mekanisme kerja, pembagian tugas, kewenangan, dan tanggung jawab yang harmonis, baik secara intern maupun ekstern dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan demi kepentingan shareholders dan stakeholders. Strategi tersebut diantaranya mencakup strategi penerapan sistem Good Corporate Governance

  ( GCG) dalam perusahaan.

  Secara alamiah, perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisninya akan dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance framework), kerangka tersebut dibentuk hukum dan regulasi, anggaran dasar, kode etik, perjanjian-perjanjian yang dibuat dengan kreditur, karyawan, konsumen dan lain sebagainya (Surya dan Yustiavandana, 2008). Struktur GCG dalam suatu perusahaan bisa jadi dapat menentukan sukses tidaknya suatu perusahaan. Pedoman pokok pelaksanaan Good Corporate Governance mencakup: Asas-asas GCG, RUPS, Komposisi dan persyaratan dewan komisaris, Komposisi dan persyaratan dewan direksi, Hak dan tanggungjawab pemegang saham, komite yang dibentuk komisaris dan lain-lain.

  Dengan digunakan penerapan sistem Good Corporate Governance, diharapkan kinerja perusahaan akan meningkat dan prediksi kebangkrutan tidak akan terjadi ditahun-tahun berikutnya. Menurut Undang

  • – Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 anggaran dasar Perseroan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan lain, tidak mengurangi kewajiban setiap perseroan untuk menaati asas itikad baik, asas kepantasan, asas kepatutan, dan prinsip tata kelola Perseroan yang baik (good corporate governance) dalam menjalankan perseroan, organ perseroan yang terdiri dari rapat umum pemegang saham, direksi, dan dewan komisaris dilakukan berdasarkan pedoman good corporate governance. Secara umum, kemampuan suatu Negara untuk menarik modal asing sangat tergantung pada sistem Corporate Governance yang mereka anut dan sampai tingkat mana manajemen suatu perusahaan menghormati dan mematuhi hak-hak hokum para pemegang saham, lender, bondholders dan non-controlling shareowners (Santosa, 2008).

  Menurut Darsono dan Ashari (2005) secara garis besar penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan, sedangkan faktor eksternal berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasional perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.

  Oleh karena itu untuk mengatasi masalah yang ada dalam perusahaan menerapkan . Dengan menerapkan good corporate governance

  good corporate governance

  pada perusahaan bertujuan untuk meningkatkan prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, bertanggung jawab, dan kewajaran. Implementasi dari corporate

  governance dilakukan oleh seluruh pihak dalam perusahaan, dengan actor

  utamanya adalah manajemen puncak perusahaan yang berwenang utnuk menetapkan kebijakan perusahaan dan mengimplementasikan kebijakan tersebut (Wardhani, 2006). Menurut Surya dan Yustiavandana (2008) agar perusahaan memiliki kelangsungan jangka panjang, shareholders dan stakeholders perlu mempertimbangkan tata kelola yang baik (good corporate governance).

  Dengan memasukkan variabel Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi, peneliti ingin melihat implementasi Corporate Governance terhadap kemungkinan perusahaan mengalami masalah keuangan. Dengan menganalisis faktor

  • –faktor keuangan dan penerapan Good Corporate Governance yang tepat dan baik diharapkan kondisi perusahaan akan lebih sehat dan terus berkembang dari tahun ketahun.

  Sihombing (2008) melakukan penelitian tentang peranan analisis rasio keuangan dalam memprediksi kesehatan perusahaan tekstil dan alas kaki yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian tersebut adalah CR, DAR, DER, EM, GPM, NPM, ROI, ROE, ITO dan TATO secara signifikan membedakan status tingkat kesehatan perusahaan dan rasio keuangan GPM merupakan ukuran profitabilitas perusahaan yang merupakan faktor yang paling dominan dapat membedakan status tingkat kesehatan perusahaan.

  Penelitian tentang kesehatan perusahaan dilakukan oleh Wing et al. (2003). Penelitian ini menganalisis kesehatan keuangan perusahaan di Hongkong tahun 2002. Analisis rasio keuangan menunjukkan bahwa krisis keuangan Asia yang berkepanjangan telah membebani perusahaan untuk membayar hutangnya. Dalam menghadapi lingkungan bisnis yang sulit, perusahaan di Hongkong berusaha mempertahankan daya saing mereka dan mengembalikan margin keuntungan dengan menggunakan kontrol persediaan dan lebih mengefektifkan penggunaan aktiva tetap. Untuk meningkatkan rasio likuiditas, dengan mengurangi resiko pendanaan melalui diversifikasi dan memperpanjang kredit untuk mengurangi fluktuasi suku bunga jangka pendek.

  Penelitian yang dilakukan oleh Adityaputra (2012) tentang penerapan

  Corporate Governance terhadap kondisi kesulitan keuangan menunjukkan hasil

  penelitian bahwa variabel proporsi kepemilikan manajerial, jumlah dewan direksi, dan keberadaan komite audit tidak terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap kondisi kesulitan keuangan perusahaan. Variabel proporsi kepemilikan institusional dan proporsi komisaris independen terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap kondisi kesulitan keuangan perusahaan dengan pengaruh positif.

  Penelitian

  • – penelitian terdahulu hanya menggunakan faktor-faktor keuangan dengan analisis rasio untuk memprediksi kesehatan perusahaan tanpa menggunakan variabel pemoderasi atau variabel mediasi. Melalui penelitian ini peneliti menambahkan faktor non keuangan yaitu Good Corporate Governance
sebagai variabel pemoderasi untuk mengetahui apakah hubungan dapat memperkuat atau memperlemah diantara faktor

  • – faktor keuangan dengan kesehatan perusahaan. Peneliti juga ingin mengkaji apakah proksi Good tinggi, apakah akan mempengaruhi kesehatan keuangan

  Corporate Governance perusahaan.

  Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisis faktor

  • – faktor keuangan yang berpengaruh terhadap kesehatan perusahaan dengan

  Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi, dengan judul “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keuangan Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi

pada Perusahaan Perkebunan di Bursa Efek Indonesia”

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang penelitian tersebut, maka peneliti menyimpulkan rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor – faktor keuangan (Firm Size, Investment Performance,

  Operating Margin, Price Earning Ratio, Surplus Growth, dan Liquidity ) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kesehatan

  keuangan perusahaan perkebunan di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah Good Corporate Governance dapat memoderasi hubungan antara Faktor

  • – faktor keuangan (Firm Size, Investment Performance,

  Operating Margin, Price Earning Ratio, Surplus Growth, dan Liquidity ) dengan kesehatan keuangan perusahaan perkebunan di Bursa

  Efek Indonesia?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor – faktor keuangan (Firm Size, Investment Performance, Operating Margin, Price Earning

  Ratio, Surplus Growth, dan Liquidity) secara simultan dan parsial

  terhadap kesehatan keuangan perusahaan perkebunan di Bursa Efek Indonesia 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh moderasi Good terhadap hubungan antara Faktor

  Corporate Governance

  • – faktor keuangan (Firm Size, Investment Performance, Operating Margin,

  Price Earning Ratio, Surplus Growth, dan Liquidity) dengan kesehatan

  keuangan perusahaan perkebunan di Bursa Efek Indonesia

  1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Bagi peneliti dan penelitian selanjutnya, menambah wawasan dan

  • – pengetahuan peneliti dalam bidang ekonomi khususnya tentang faktor faktor keuangan apa saja yang mempengaruhi kesehatan keuangan perusahaan, apakah Good Corporate Governance juga mempengaruhi kesehatan keuangan perusahaan serta dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian yang sejenis dengan jenis perusahaan yang mungkin berbeda.

  2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pertimbangan tentang faktor

  • –faktor apa saja yang mempengaruhi
kesehatan keuangan perusahaannya, sehingga perusahaan dapat meningkatkan kondisi perusahaannya menjadi lebih baik.

1.5 Originalitas

  Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan Chen dan Wong (2004) yang berjudul the determinants of financial health of asian insurance companies .

  Peneliti melakukan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Wong (2004) karena peneliti ingin melihat apakah faktor

  • – faktor keuangan yang mempengaruhi kesehatan keuangan yang digunakan oleh Chen dan Wong (2004) pada perusahaan asuransi dapat digunakan untuk perusahaan perkebunan dan melihat apakah hasil dari penelitian ini akan sama dengan penelitian Chen dan Wong (2004).

  Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah : Penelitian sebelumnya menggunakan Firm size, Investment Performance, Liquidity Ratio,

  

Premium Growth, Surplus Growth, Combinated Ratio dan Operating Margin.

  Variabel dependen pada penelitian yang dilakukan Wong adalah kesehatan keuangan perusahaan asuransi. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan variabel independen, terdiri dari Firm Size, Investment

  Performance, Operating Margin, Price Earning Ratio, Surplus Growth, dan Liquidity . Variabel dependen yang digunakan adalah kesehatan perusahaan

  perkebunan. Pada penelitian ini, peneliti tidak memasukkan variabel Premium

  

Growth dan Combinated Ratio karena perusahaan perkebunan tidak mempunyai

  rasio premium dan combinated dan peneliti menambahkan variabel baru yaitu

  

Price Earning Ratio untuk melihat prospek pertumbuhan perusahaan perkebunan.

  Penelitian Wong tidak menggunakan variabel pemoderasi. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi. Objek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan objek pada penelitian sebelumnya pada perusahaan asuransi yang ada di Asia.

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keuangan Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Perkebunan di Bursa Efek Indonesia

1 49 137

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia

0 1 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keuangan Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Perkebunan di Bursa Efek Indonesia

0 0 18

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keuangan Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Perkebunan di Bursa Efek Indonesia

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kesehatan Keuangan Perusahaan - Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keuangan Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Perkebunan di Bursa Efek

0 0 21