BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, laporan keuangan merupakan hal yang penting dalam suatu komunikasi antara pihak internal perusahaan (karyawan dan manajemen) dengan pihak eksternal perusahaan (investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat) mengenai informasi keuangan suatu perusahaan. Selain itu, laporan keuangan juga menggambarkan kinerja keuangan dan kinerja manajemen suatu perusahaan apakah dalam kondisi yang baik atau tidak, serta sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi pihak internal dan eksternal perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangan merupakan laporan yang paling penting/utama dalam suatu perusahaan.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan beragam karena informasi yang dibutuhkan masing-masing pihak berbeda dalam pengambilan keputusan. Seperti, investor memerlukan informasi keuangan untuk melihat profitabilitas dan stabilitas keuangan, manajer untuk melihat status keuangan perusahaan, bank dan pemasok untuk melihat kemampuan perusahaan untuk membayar kembali pinjaman. Brigham dan Houston (1999) menyatakan bahwa: tujuan dari analisis laporan keuangan menurut sudut pandang investor adalah untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi di masa depan, dan yang lebih penting sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan.
Dalam PSAK No.1 (2009), jenis laporan keuangan terdiri atas enam macam, yaitu laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan laba rugi komprehensif selama periode, laporan perubahan ekuitas selama periode, laporan arus kas selama periode, catatan atas laporan keuangan, dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif. Salah satu bagian dari laporan keuangan perusahaan, seperti yang disajikan dalam laporan laba rugikomprehensif selama periode.
Laba merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan karena semakin besar laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan maka menunjukkan kinerja perusahaan yang sedang membaik sehingga investor menjadi tertarik untuk menanamkan modalnya. Selain itu, laba juga dapat berfungsi sebagai alat untuk menilai kemampuan menghasilkan laba perusahaan di masa depan yang berguna bagi para investor dan pihak lainnya yang berkepentingan. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan cenderung menaikkan laba. Tetapi di sisi lain, kenaikan laba akan menyebabkan kenaikan pajak penghasilan yang harus dibayarkan suatu perusahaan.
Informasi laba merupakan informasi yang penting dalam laporan keuangan bagi pihak manajemen yang mengakibatkan manajemen cenderung melakukan
disfunctional behavior , yaitu suatu tindakan memaksimalkan laba dengan
memanfaatkan fleksibilitas standar akuntansi yang digunakan oleh perusahaan.
Disfunctional behavior timbul akibat adanya informasi asimetris antara pihak- pihak yang berkepentingan atau teori keganenan. Akibatnya, perusahaan termotivasi untuk melakukan manajemen laba (earnings management).
Pola manajemen laba terdiri atas empat macam, yaitu taking bath, income
maximization, income minimization, dan income smoothing (Scott, 2003). Dari
keempat pola manajemen laba tersebut, pola manajemenlaba yang paling sering
smoothing merupakan suatu cara yang dilakukan oleh manajemen dengan sengaja
untuk mengurangi fluktuasi laba perusahaan melalui metode akuntansi dan transaksi sehingga kinerja perusahaan terlihat baik di mata investor yang mengakibatkan investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Income smoothing merupakan suatu tindakan yang rasional, didasarkan
pada asumsi dalam teori akuntansi positif bahwa agen (manajer perusahaan) merupakan individu yang rasional yang memperhatikan dirinya sendiri (Assih dan Gudono, 2000). Hal ini sejalan dengan pemikiran para manajer perusahaan untuk menstabilkan laba setiap tahunnya, mengurangi hutang pajak, menghindari permintaan kenaikan upah dari karyawan, dan menarik investor untuk menanamkan modalnya melalui tindakan income smoothing.
Di satu sisi, income smoothing menghasilkan informasi yang menyesatkan bagi para investor dan di sisi lain menghasilkan informasi yang menguntungkan bagi pihak perusahaan. Sehingga terkadang pengguna laporan keuangan harus selektif dan teliti dalam melihat laporan keuangan perusahaan karena mungkin saja laporan yang disajikan tidak sesuai dengan laporan yang semestinya. Hal ini sejalan dengan tindakan income smoothing yang masih menjadi bahan diskusi bagi para praktisi dan para akademisi. Para praktisi menilai income smoothing sebagai kecurangan, sementara para akademisi menilai income smoothing tidak bisa dikategorikan sebagai kecurangan. Tetapi, mereka setuju bahwa income
smoothing adalah upaya untukmenstabilkan laba dengan menggunakan metode
Penulis melihat bahwa terdapat fenomena yang terjadi dalam income
smoothing karena income smoothing masih dijadikan perdebatan sampai saat ini
bagi para praktisi dan para akademisi mengenai etis atau tidak etisnya tindakan
income smoothing pada laporan keuangan dalam suatu perusahaan. Dengan
adanya fenomena ini, penulis tertarik untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan income smoothing dengan cara menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap income smoothing.
Rasio keuangan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan dalam melihat kinerja suatu perusahaan. Return
on equity (ROE) mencerminkan seberapa besar laba bersih yang diperoleh dari
total ekuitas suatu perusahaan. Secara umum, perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung melakukan tindakan income smoothing. Nilai profitabilitas perusahaan dapat diukur menggunakan rasio return on equity (ROE). Menurut Lubis (2012), return on equity berpengaruh signifikan terhadap income
smoothing . Hasil penelitian ini sejalan Luqman dan Shahzad (2012). Namun
penelitian yang dilakukan oleh Fitriasrini (2012) menyatakan bahwa return on equity tidak berpengaruh terhadap income smoothing.
Debt to total assets (DAR) mencerminkan seberapa besar utang yang
digunakan untuk membiayai total aset. Nilai debt to total assets yang tinggi menggambarkan bahwa sebagian besar aset perusahaan dibiayai oleh utang yang menyebabkan investor takut untuk berinvestasi maupun kreditor untuk meminjamkan uang kepada perusahaan tersebut. Sehingga para manajer kreditor. Menurut Suryandari (2012), debt to total assets tidak berpengaruh terhadap income smoothing. Hasil penelitian ini sejalan dengan Kurniawan dan Sherlita (2013). Namun penelitian yang dilakukan oleh Fitriasrini (2012) menyatakan bahwa debt to total assets berpengaruh negatif terhadap income
smoothing .
Net profit margin (NPM) mencerminkan tingkat kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bersih yang diharapkan dari tingkat penjualan. Secara logis, net profit margin menggambarkan tingkat laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dari persentase penjualan atau sebagai indikator pembagian dividen. Jadi, perusahaan cenderung akan melakukan tindakan income smoothing melalui rasio net profit margin. Menurut Hutagalung (2011), net profit margin tidak berpengaruh terhadap income smoothing. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suryandari (2012). Namun penelitian yang dilakukan oleh Azhari (2010) menyatakan bahwa net profit margin berpengaruh signifikan terhadap income smoothing.
Penulis melihat bahwa terdapat ketidakonsistenan hasil penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap income
smoothing sehingga penulis ingin meneliti kembali faktor-faktor apa saja yang
berpengaruh dan tidak berpengaruh terhadap income smoothing dengan tambahan adanya variabel moderating pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Malaysia. Peneliti mengambil variabel ukuran perusahaan sebagai variabel moderating diakibatkan ukuran perusahaan dapat
Ukuran perusahaan terdiri atas dua yaitu kecil dan besar. Ukuran perusahaan kecil cenderung memiliki kinerja yang kurang baik sehingga sumber pendanaan kebanyakan dari pinjaman diakibatkan total aktiva yang rendah serta laba perusahaan yang kecil. Di sisi lain, ukuran perusahaan besar otomatis memiliki kinerja yang baik diakibatkan total aktiva dan laba yang besar sehingga biasanya nilai rasio leverage perusahaan kecil karena sumber pendanaan kebanyakan berasal dari modal atau pihak internal.
Ukuran perusahaan juga mendorong perusahaan dalam melakukan income
smoothing. Pada umumnya, perusahaan kecil cenderung melakukan income
smoothing karena pihak manajemen tidak akan pernah mau melanggar perjanjian
utang sebab dengan laba yang meningkat mengakibatkan pihak kreditur percaya untuk memberikan pinjaman. Namun, perusahaan besar lebih sering melakukan
income smoothing karena pihak manajemen tahu apabila labanya terlalu besar
akan menarik perhatian para regulator khususnya pemerintah untuk melakukan kebijakan terhadap perusahaan tersebut sehingga para manajemen cenderung meminimalkan laba.
Alasan peneliti memilih perusahaan perkebunan sebagai objek penelitian karena akhir-akhir ini perusahaan perkebunan sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat dan merupakan sektor yang cukup penting di Indonesia maupun di Malaysia. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti apakah perkembangan perusahaan yang biasanya ditandai dengan kenaikan laba memang laba. Indonesia dan Malaysia sama-sama merupakan negara agraris dan memiliki beberapa komoditas perkebunan unggulan yang dikonsumsi maupun diekspor ke luar negeri. Di Indonesia, perkebunan dibagi atas dua macam yaitu perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Perkebunan besar merupakan perkebunan yang dikelola oleh perusahaan yang berbadan hukum sedangkan perkebunan rakyat merupakan perkebunan yang diselenggarakan oleh rakyat. Komoditas perkebunan yang dikembangkan di Indonesia diantaranya teh, karet, kelapa, kopi, coklat, jambu mete, kapas, lada, tembakau, tebu, cengkeh, dan kelapa sawit.
Di Malaysia, sektor perkebunan memiliki sejumlah komoditas unggulan, yakni kelapa sawit, kakao, karet, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Malaysia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia pada awal tahun 1980-an, tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena saat ini Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia sedangkan Malaysia berada di posisi kedua. Akan tetapi, Malaysia masih merupakan produsen bibit kelapa sawit terbaik sehingga bibit unggul ini diekspor oleh Malaysia ke negara lain.
Tabel 1.1 Luas, Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan di IndonesiaTahun Laju No Uraian
Pertumbuhan 2013 2014* 2014* (%)
I. Luas Areal/Immature Areal (Ha)
1 Karet / Rubber 3,555,946 3,616,694
1.71
2 Kelapa/ Coconut 3,654,478 3,631,814 -0.62
3 Kelapa Sawit / Oil Palm 10,465,020 10,956,231
4.69
4 Kopi / Coffee 1,241,836 1,246,809
0.4
5 Teh / Tea 122,035 121,034 -0.82
6 Lada / Pepper 171,920 172,471
0.32
7 Cengkeh / Clove 501,843 502,562
0.14
- 8 Kakao / Cocoa 1,740,612 1,719,087
9 Jambu Mete/Cashewnut 554,315 551,517 -0.5
10 Tebu / Sugar Cane 469,228 476,735
1.6
11 Tembakau / Tobacco 192,809 195,260
1.27
12 Kapas / Cotton 8,738 5,600 -35.92
II. Produksi / Production (Ton)
1 Karet / Rubber 3,237,583 3,153,192 -2.61
2 Kelapa/ Coconut 3,051,585 3,031,310 -0.66
3 Kelapa Sawit / Oil Palm 27,782,004 29,344,479
5.62
4 Kopi / Coffee 675,915 685,089
1.36
5 Teh / Tea 145,460 143,751 -1.18
6 Lada / Pepper 91,039 91,908
0.95
7 Cengkeh / Clove 109,699 110,579
0.8
8 Kakao / Cocoa 720,862 709,331 -
9 Jambu Mete/Cashewnut 116,113 116,000 -0.1
10 Tebu / Sugar Cane 2,551,024 2,632,424
3.19
11 Tembakau / Tobacco 164,448 166,262
1.1
12 Kapas / Cotton 1,871 970 -48.16
III. Produktivitas/Yield (Kg/Ha)
1 Karet / Rubber 1,083 1,053 -2.77
2 Kelapa/ Coconut 1,130 1,128 -0.18
3 Kelapa Sawit / Oil Palm 3,536 3,568
0.9
4 Kopi / Coffee 739 741
0.27
5 Teh / Tea 1,465 1,464 -0.08
6 Lada / Pepper 818 824
0.73
7 Cengkeh / Clove 350 353
0.86
8 Kakao / Cocoa 821 817 -0.49
9 Jambu Mete/Cashewnut 359 359
10 Tebu / Sugar Cane 5,467 5,549
1.5 Tahun Laju No Uraian
Pertumbuhan 2013 2014* 2014* (%)
11 Tembakau / Tobacco 928 934
0.65
12 Kapas / Cotton 288 222 -22.92 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Keterangan : * = Angka Sementara
- = Data tidak tersedia Dari tabel 1.1, dapat disimpulkan bahwa luas areal perkebunan yang bertambah dari tahun 2013 ke tahun 2014 adalah tanaman karet, kelapa sawit, kopi, lada, cengkeh, tebu, dan tembakau. Sedangkan produksi hasil perkebunan yang meningkat dari tahun 2013 ke tahun 2014 adalah kelapa sawit, kopi, lada, cengkeh, tebu, dan tembakau. Hal ini sejalan dengan produktivitas hasil perkebunan yang meningkat dari tahun 2013 ke tahun 2014 adalah kelapa sawit, kopi, lada, cengkeh, tebu, dan tembakau.
2003 – 2012 (000 USD) Kode
No Uraian Hs
Antar ASEAN Luar ASEAN 1 151190 Other (CPO) 755,018.3 6,891,171.7 2 400122 Natural rubber in other forms - 2,002,665.9 3 151110 Crude oil
1,718,092.7 - 4 151319 Coconut (copra) oil and its fraction 16,449.2 92,478.2 5 151321 Palm kernel or babassu oil and - 140,892.2
fraction
6 180100 Cocoa beans, whole or broken 24,735.2 - 7 151329 Palm kernel or babassu oil and 431,873.5 -
fraction
8 151620 Vegetable fats and oils and their 136,459.8 1,430,628.3
fraction
9 190190 Soybean 116,356.7 104,847.1 10 180400 Cocoa butter, fat, and oil 10,820.2 391,903.6 11 400110 Natural rubber latex 5,413.3 122,822.3 12 081090 Fruits 11,108.9 10,616.8 13 080300 Bananas, including plaintains, fresh 6,214.7 -
Sumber: World Bank yang diolah Setditjen PPHP dan diolah Peneliti
Dari hasil tabel 1.2, hasil perkebunan yang diekspor oleh perusahaan perkebunan di Malaysia baik terhadap antar negara ASEAN maupun negara di luar ASEAN adalah minyak nabati kelapa sawit (CPO), karet alam, minyak mentah, minyak kelapa, minyak inti kelapa sawit, biji kokoa, lemak dan minyak nabati, kedelai, mentega, lemak, dan minyak kokoa, buah- buahan, lateks karet perkebunan ke negara ASEAN setelah Indonesia.
Penelitian ini merupakan replikasi dengan modifikasi dari penelitian Fitriasrini (2012) yang berjudul “Pengaruh Company Size, Financial Leverage, dan Profitability terhadap Income Smoothing (Studi Kasus pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2008-2010)”. Variabel independen yang diuji adalah company size, debt to equiy
ratio, debt to total assets, return on assets, return on equity , dan net profit margin
yang memiliki pengaruh terhadap income smoothing pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2008 – 2010.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini menggunakan perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI dan Bursa Malaysia periode 2010–2013, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2008–2010. Dan penelitian ini menggunakan tiga variabel independen dari penelitian terdahulu yaitu return
on equity (ROE), debt to total assets (DAR), dan net profit margin (NPM) serta
menambahkan satu variabel moderating yaitu ukuran perusahaan.Dari uraian di atas, maka peneliti mengambil judul : “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating terhadap Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di BEI dan Bursa Malaysia”.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah return on equity (ROE), debt to total assets (DAR), net profit margin
(NPM) berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap income
smoothing ? 2.
Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap hubungan antara return on
equity (ROE) dan income smoothing? 3.
Apakah ukuran perusahaanberpengaruh terhadap hubungan antara debt to total
assets (DAR) danincome smoothing? 4.
Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap hubungan antaranet profit
margin (NPM) dan income smoothing?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui pengaruh return on equity (ROE), debt to total
assetss (DAR), dan net profit margin (NPM) baik secara parsial maupun simultan terhadap income smoothing.
2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap hubungan antara return on equity (ROE) terhadap income smoothing.
3. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap hubungan antara debt to total assets (DAR) terhadap income smoothing.
4. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap hubungan
1.3.2 Manfaat Penelitian 1.
Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan khususnya perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Malaysia mengenai tindakan income smoothing .
2. Bagi investor Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai praktik perataan laba (income smoothing) pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia. Sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi yang terbaik .
3. Bagi akademisi Dapat menambah literatur mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba (income smoothing) pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memacu penelitian yang lebih baik mengenai praktik perataan laba pada masa yang akan datang.
4. Bagi peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti sendiri untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi income Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia.
5. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan praktik income smoothing yang sedang diteliti.