JURNAL SAIN PETERNAKAN INDONESIA (Indonesia Animal Science Journal)
JU L I
VOLUME 8 , NO. 2 – DESEMBER, 2013
Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap Kadar Kolesterol Telur Itik Mojosari (Anas Javanica). (DiahKasmirah, YosiFenita, UripSantoso)
77 – 86 Penambahan Tepung Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) Dalam Ransum Terhadap performan pertumbuha ayam broiler.( Septi Susanti, Johan Setianto, Warnoto)
87 – 96 Kualitas Karkas Ayam Broiler yang Mengkonsumsi Ransum dengan Suplementasi Tepung Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) (Gustina, Olfa Mega, R. Saepudin) 97 – 110 Karakteristik Morfologis Dan Reproduksi Kerbau Pampangan Di Propinsi Sumatera Selatan. (Muhakka, Riswandi dan Asep Indra M. Ali) 111 – 120 Model Penentuan Suhu Kritis Pada Sapi Perah Berdasarkan Kemampuan 2 3 4 Produksi Dan Manajemen Pakan (D. Suherman , B.P. Purwanto , W. Manalu , 5 I.G. Permana )
121 – 138 Pengaruh Penambahan Tepung Ikan Sidat (Anguilla Spp) Pada Pembuatan Tortilla Chips Terhadap Nilai Gizi, Kadar Air Dan Daya Terima Organoleptik (Yenni Okfrianti, Kamsiah, Dirga Gusti Veli) 139 - 152 Kualitas Karkas serta Uji Organoleptik Ayam Peraskok, Ayam Buras Kampung, dan Ayam Broiler pada Umur Potong Belah Empat (Kususiyah) 153 -158 Pengaruh Variasi Konsentrasi Tepung KedelaisebagaiBahan Pengikat terhadap Kadar Air dan MutuOrganoleptik Nugget Ikan Gabus (Ophiocephalus sriatus)
( Yenni Ofrianti, Jamila Wati)
159-168 Analisis Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging dengan Sistem Kemitraan Berbeda di Kecamatan Tellusiattinge Kabupaten Bone (Analysis of Broiler Breeders Income with Different Partnership System in Bone Regency, District , Tellusiattinge) (S. N. Sirajuddin, V. S Lestari dan M.Nizam) 169 - 175
- –
ISSN 1978 - 3000 JURNAL SAIN PETERNAKAN INDONESIA (Indonesia Animal Science Journal) Dewan Redaksi Ketua Dr. Ir. Rustama Saepudin, MSc.
Dr. Irma Badarina, SPt, MP.
Reviewer
1. Prof. Dr. Ir. Urip Santoso, MSc
2. Prof. Dr.agr. Johan Setianto
3. Dr.Ir. Yosi Fenita, MP
4. Dr. Ir. Dwatmadji, MSc
5. Heri Dwi Putranto, SP.t, MS.c, Ph.D
6. Dr. Ir. Bieng Brata, MP
7. Dr. Ir. Dadang Suherman, MS.i
8. Dr. Ir. Basyarudin Zain, MP Penyunting
1. Ir. Hidayat, MSc
2. Ir. Desia Kaharuddin, MP
3. Ir. Sutriyono, MS
4. Ir. Warnoto, MP
5. Ir. Kususiyah, MS 6. drh. Tatik Suteky, MS.c
7. Ir. Siwitri Kadarsih, MS
8. Ir. Tris Akbarillah, MP
9. Ir. Edi Sutrisno, MS.c Administrasi dan Distribusi Suharyanto, SP.t, MS.i Jarmuji, S.Pt., M.Si.
Gema Pertiwi, S.E. Jurnal Sain Peternakan Indonesia adalah majalah ilmiah resmi yang dikeluarkan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, sebagai sumbangannya kepada pengembangan ilmu Peternakan yang diterbitkan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris yang memuat hasil-hasil penelitian,telaah/tinjauan pustaka, kasus lapang atau gagasan dalam bidang peternakan. Jurnal Sain Peternakan Indonesia (ISSN 1978 – 3000) dalam satu tahun terbit dua kali (Januari-Juni dan Juli -Desember). Edisi khusus dalam Bahasa Inggris dapat diterbitkan apabila perlu. Redaksi menerima tulisan di bidang peternakan yang belum pernah dipublikasikan.
Alamat Redaksi : Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian UNIB.
Jalan W.R. Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371A. Telp (0736) 21170 pst 219. e-mail : [email protected] dan [email protected]
Terbit Pertama Kali : Juni 2006 Harga langganan Rp. 200.000,- per tahun belum belum termasuk ongkos kirim
ISSN 1978 - 3000 EDITORIAL Salam Redaksi
Jurnal Sain Peternakan Indonesia (JSPI) telah berusia 8 tahun dan tercermin dari
volume edisi ini, yaitu volume 8 no 2. Usia 8 tahun adalah relatif muda untuk dikatakan
sudah mapan, tetapi JSPI senantia berusaha untuk tampil dengan sebaik-baiknya.
Pada volume ini, kembali JSPI menampilkan berbagai artikel ilmiah bidang
peternakan, mulai dari aspek fisiologis, produksi, nutrisi, pemuliaan, teknologi hasil,
dan aneka hewan potensial, termasuk kajian pada aspek sosial ekonominya. Khusu
pada edisi ini dimuat tangga pan terhadap artikel berjudul “Pengaruh SuplementasiDaun Katuk Terhadap Ukuran Ovarium dan Oviduk Serta Tampilan Produksi Telur
Ayam Burgo” pada JSPI Vol 6 No. 2 halaman 103-114. Tanggapan ini diperlukan
sebagai ajang diskusi untuk mendapatkan informasi ilmiah yang dibutuhkan.
Artikel yang ada telah melewati proses telaah dan editing, namun demikian masukan
dari pembaca masih sangat diperlukan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhirnya, semoga artikel yang disajikan ini semakin memberikan wahana baru dalam
pengembangan keilmuan bidang peternakan dan bermafaat bagi pengembangan
bidang peternakan itu sendiri. Selamat membacaRedaksi
ISSN 1978 - 3000 Jurnal Sain Peternakan Indonesia (Indonesia Animal Science Journal)
Volume 8 No 2. Juli – Desember 2013
DAFTAR ISI
Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap Kadar Kolesterol Telur Itik Mojosari (Anas Javanica). (DiahKasmirah, YosiFenita, UripSantoso) 77 – 86 Penambahan Tepung Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) Dalam Ransum Terhadap performan pertumbuha ayam broiler.( Septi Susanti, Johan Setianto, Warnoto)
87
- – 96 Kualitas Karkas Ayam Broiler yang Mengkonsumsi Ransum dengan Suplementasi Tepung Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) (Gustina, Olfa Mega, R. Saepudin)
97 – 110 Karakteristik Morfologis Dan Reproduksi Kerbau Pampangan Di Propinsi Sumatera Selatan. (Muhakka, Riswandi dan Asep Indra M. Ali) 111
- – 120 Model Penentuan Suhu Kritis Pada Sapi Perah Berdasarkan Kemampuan 2 3 Produksi Dan Manajemen Pakan (D. Suherman , B.P. Purwanto , W. 4 5 Manalu , I.G. Permana ) 121 – 138 Pengaruh Penambahan Tepung Ikan Sidat (Anguilla Spp) Pada Pembuatan Tortilla Chips Terhadap Nilai Gizi, Kadar Air Dan Daya Terima Organoleptik (Yenni Okfrianti, Kamsiah, Dirga Gusti Veli) 139 - 152 Kualitas Karkas serta Uji Organoleptik Ayam Peraskok, Ayam Buras Kampung, dan Ayam Broiler pada Umur Potong Belah Empat (Kususiyah)
- – Desember 2013 |
- gram-----------------
- – Desember 2013 |
- – Desember 2013 |
153 -158 Pengaruh Variasi Konsentrasi Tepung KedelaisebagaiBahan Pengikat terhadap Kadar Air dan MutuOrganoleptik Nugget Ikan Gabus (Ophiocephalus sriatus) (Yenni Ofrianti, Jamila Wati) 159-168 Analisis Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging dengan Sistem Kemitraan Berbeda di Kecamatan Tellusiattinge Kabupaten Bone (Analysis of Broiler Breeders Income with Different Partnership System in Bone ,
Regency, District Tellusiattinge) (S. N. Sirajuddin, V. S Lestari dan M.Nizam)
169 - 175
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 8, No 2. Juli – Desember 2013 |
77 ISSN 1978 - 3000 Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap Kadar Kolesterol Telur Itik Mojosari (Anas Javanica)
Effect of Katuk (Sauropusandrogynus) Meal Supplementation On Egg Cholesterol Level Of Mojosari (Anas Javanica)
Diah Kasmirah, Yosi Fenita, Urip Santoso
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu Jalan W.R. Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371A
Em
ABSTRACT
The aim of this study was to evaluate the effect of different levels of Katuk (Sauropus androgynus) meal supplementation on egg cholesterol of Mojosari ducks. rd th The research was conducted from 23 July to 17 September 2012. A total of 36 Mojosari ducks was assigned to completely randomized design. The experimental animals were distributed into four treatment groups as follows: R0 (diet without katuk leaf meal), R1 (diet + 2,5% katuk leaf meal), R2 (diet + 5% katuk leaf meal), R3 (diet + 7,5% katuk leaf meal) with three replication (nine ducks each). The results showed that katuk meal supplementation with levels of 2,5%, 5% and 7,5% which were mixedinto ration reduce egg yolk weight and egg cholesterol level. The result analysis of ANOVA showed that katuk meal supplementation had significantly reduced egg yolk weight and egg cholesterol level of Mojosari ducks at the 8th week of observation (P<0.01). Moreover, katuk (Sauropus androgynus) meal supplementation which was mixed into ration did not significantly affect egg yolk weight percentage. In conclusion, katuk (Sauropus androgynus) meal supplementation up to 5% in diet reduce egg yolk weight and egg cholesterol level of Mojosari ducks, but did not significantly affect egg yolk weight percentage.
Keywords: Mojosari ducks, egg yolk, egg cholesterol level, and Sauropus
androgynus leaf meal
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian tepung daun katuk terhadap kadar kolesterol kuning telur itik Mojosari. Penelitian ini dilaksanakan selama 23 Juli sampai 17 September 2012. Itik yang digunakan sebanyak 36 ekor, terdiri atas 4 perlakuan yaitu R0 (Ransum tanpa tepung daun katuk), R1 (Ransum + 2,5% tepung daun katuk ), R2 (Ransum + 5% tepung daun katuk), R3 (Ransum + 7,5% tepung daun katuk), dengan 3 ulangan (Masing- masing
ISSN 1978 - 3000
ulangan terdiri dari tiga itik Mojosari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung daun katuk (Saurpusandrogynus) dengan taraf 2,5%, 5%, dan 7,5% dalam ransum menurunkan berat kuning telur dan kadar kolesterol. Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa pemberian tepung daun katuk berpengaruh sangat nyata (P<0,01) menurunkan berat kuning telur pada pengamatan minggu ke 8 dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) menurunkan kadar kolesterol telur itik. Penambahan tepung daun katuk dalam ransum berpengaruh tidak nyata terhadap persentase berat kuning telur. Disimpulkan bahwa pemberian tepung daun katuk pada level ≥ 5% dalam ransum, menurunkan berat kuning telur dan kadar kolesterol telur itik Mojosari, tetapi tidak menurunkan persentase berat kuning telur.Kata kunci: Itik Mojosari, kuning telur, kadar kolesterol telur, tepung daun katuk (Sauropus androgynus)
Kata kunci : Itik mojosari, kuning telur, level kolesterol telur, tepung daun
Sauropus androgynus
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 8, No 2. Juli – Desember 2013 |
79 ISSN 1978 - 3000 |
Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Katuk
Itik merupakan salah satu jenis ternak unggas yang menyumbangkan protein hewani untuk kebutuhan masyarakat Indonesia.Hasil yang diberikan diantaranya berupa daging, telur dan bulu.Telur memiliki protein yang cukup tinggi dan harga yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein dari ternak lainnya.
Konsumen dewasa ini sudah mulai memperhatikan mututelur yang dikonsumsinya. Ada kecenderungan bahwa konsumen lebih suka mengkonsumsi telur rendah kolesterol. Telur merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung zat gizi kolesterol. Kolesterol yang terdapat di dalam kuning telur hanya didapatkan dari hasil sintesis kolesterol didalam hati, hati mensintesis kolesterol dari asetil- KoA. Menurut pernyataan (Safitri, 2007) bahwa telur itik mengandung kolesterol sebesar 27,79 mg/g kuning telur.
Beberapa dari hasil penelitian terdahulu, bahwa (Suprayogi, 2000) telah menemukan senyawa aktif yang terkandung di dalam daun katuk salah satunya yaitu senyawa sterol. Androstan- 17- one, 3-ethyl-3- hidroxy-5-alpha 17-ketosteroid (kelompok keto pada C17), secara langsung merupakan precursor atau senyawa intermediate dalam biosintesis hormon steroid. Senyawa tersebut dapat digolongkan ke dalam fitosterol. Fitosterol terdiri dari sterol dan stanol merupakan lemak tanaman yang terdapat pada pangan yang berasal dari tanaman. Sterol tanaman secara alami merupakan substansi yang ada dalam pangan, secara prinsip merupakan komponen minor dari minyak tanaman.
Penggunaan tepung daun katuk level 9% dalam ransum, ternyata mampu menurunkan kolesterol pada telur, karkas dan hati pada ayam kampung (Subekti, 2003). Hasil ini diduga karena adanya kandungan methylpyroglutamate yang tinggi pada daun katuk (Santoso et al, 2009) sehingga mampu menurunkan kolesterol. Menurut pernyataan yang dikemukakan Santoso dan Sartini (2001) yaitu dengan pemberian daun katuk dalam pakanayam broiler sebagai pakan tambahan mampu mengurangi akumulasi lemak tubuh sehingga kadar kolesterol karkas semakin berkurang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daun katuk dalam ransum terhadap kandungan kolesterol dalam telur itik Mojosari.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan selama 8 minggu pada tanggal 23 Juli sampai 17 September 2012, bertempat di Commercial Zone Animal Laboratory (CZAL) Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
80 PENDAHULUAN
ISSN 1978 - 3000 Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 8, No 2. Juli
81 Peralatan yang digunakan
pada penelitian ini adalah tempat ransum, tempat minum, timbangan Neraca Ohaus (Triple Beam) 500 g, timbangan duduk kapasitas 10 kg, ember, gayung, sekop, cangkul, dan sapu.
Bahan yang dipergunakan pada penelitian ini yaitu 36 ekor itik Mojosari, dan berumur 49 minggu. Itik yang digunakan telah mengalami fase rontok bulu periode pertama, sehingga dilakukan pemaksaan rontok bulu (Force Molting). Perlakuan penelitian dimulai setelah produksi mencapai 60%. Bahan pakan yang terdiri dari bungkil kedelai, tepung ikan, jagung giling, CaPO 4, mineral, dedak halus, tepung daun katuk, dan minyak Bimoli. Dalam penelitian ini bahan yang digunakan 36 ekor itik Mojosari dan bahan pakan yang digunakan yaitu dedak halus, jagung giling, tepung daun katuk, tepung mineral, Top Mix, dan CaPO 4 . Proses pembuatan tepung daun katuk (TDK) dengan cara penjemuran daun secara langsung dibawah sinar matahari. Daun katuk yang telah kering digiling sampai halus hingga menjadi tepung kemudian dicampur dalam ransum.
Perlakuan pada penelitian ini menggunakan empat perlakuan dengan tiga petak ulangan, masing- masing petak menggunakan 3 ekor itik. Perlakuan dibedakan berdasarkan level pemberian tepung daun katuk yang berbeda dalam ransum, yaitu: R0=Ransum Kontrol (tidak mengandung TDK) R1=Ransum mengandung 2,5% TDK R2 = Ransum mengandung 5% TDK R3 = Ransum mengandung 7,5% TDK
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang sistem litter yang berukuran 80 cm x 1 m sebanyak 12 petak dan setiap petak berisi 3 ekor itik yang dilengkapi tempat minum dan tempat pakan. Pakan diberikan sesuai kebutuhan itik fase bertelur yaitu 170 gram/ekor/hari (Windhyarti, 1999). Diberikan dua kali sehari yaitu pada jam 07:00 pagi dan jam 16:30 sore, sedangkan air minum diberikan ad libitum.
Variabel yang diamati yaitu 1). Berat Kuning Telur (g/kuning telur), diukur untuk menghitung kadar kolestrol per 100 g kuning telur, di timbang setiap 2 minggu sekali selama penelitian berlangsung dengan cara memisahkan kuning telur dari putih telur dengan menggunakan timbngan analitik. 2). Persentase Kuning Telur (%), Persentase kuning telur dihitung untuk mengetahui persentase berat kuning telur didalam sebutir telur. Nilai persentase kuning telur didapat dari perhitungan dengan menggunakan rumus berikut:
mg % 100
Minggu 2 19,60 21,85 20,95 18,80 1,36 ns Minggu 4 17,63 19,13 18,75 17,38 0,85 ns Minggu 6 18,63 20,08 19,75 18,00 0,97 ns Minggu 8 23,21 a 21,61 ab 18,45 bc 16,93 c 0,27 P<0,01
Pengamatan Perlakuan R0 R1 R2 R3 SD P
Pengujian kadar kolesterol yaitu sampel dikirim ke Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pengaruh pemberian tepung daun katuk terhadap berat kuning telur itik Mojosari disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis ragam menunjukkan, bahwa pemberian tepung daun katuk berpengaruh tidak nyata (P>0,05) tehadap kuning telur pada pengamatan minggu 2, 4, dan 6, tetapi berbeda sangat nyata (P<0,01) pada minggu ke 8. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa, R0 berbeda tidak nyata dengan R1 (P>0,05), tetapi R0 berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan R2 dan R3. Tabel 1. Pengaruh penggunaan tepung daun katuk terhadap berat kuning telur
Pengaruh penggunaan tepung daun katuk dalam ransum itik Mojosari terhadap berat kuning telur disajikan pada Tabel 1
HASIL DAN PEMBAHASAN Berat Kuning Telur
Data dianalisis menggunakkan sidik ragam (ANOVA) dan jika berbeda nyata dilanjutkan uji DMRT.
3. Kolesterol (mg/butir telur)= mg/1 g kuning telur x berat kuning telur = mg/butir telur
= mg/1 g kuning telur
2. Kolesterol (mg/1 g kuning telur)=
ISSN 1978 - 3000 |
100 berat sampel
) x
1.Kolesterol(mg%)= 0,4( konsentrasi standar
Pengujian kadar kolesterol yaitu sampel dikirim ke Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dilakukan berdasarkan metode Lieberman Burchard, Nilai kolesterol diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
x100% Kadar Kolesterol (mg/100 g), diukur pada minggu ke-7, ( hari ke-7 sebelum akhir penelitian). Pada penelitian ini proses
Berat Kuning telur berat telur/butir
% Kuning telur =
82
Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Katuk
Ket : ns: menunjukkan perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05), superskrip bebeda pada pengamatan minggu ke 8 menunjukkan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01) R0 = ransum kontrol, R1= ransum kontrol + 2,5% Tepung Daun Katuk (TDK), R2 ransum kontrol + 5 % TDK, R3 = ransum kontrol + 7,5% TDK.
ISSN 1978 - 3000 Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 8, No 2. Juli
83 Pada penelitian ini adanya
pengaruh pada minggu ke 8, di duga bahwa pemberian tepung daun katuk terhadap berat kuning telur membutuhkan waktu paling sedikit yaitu 8 minggu untuk bisa menurunkan berat kuning telur. Salah satu faktor lainnya yang menyebabkan turunnya berat kuning telur yaitu turunnya berat telur pada minggu ke 8.
Persentase Kuning Telur
Pengaruh penggunaan tepung daun katuk dalam ransum itik Mojosari terhadap persentase kuning telur disajikan pada Tabel 2 dibawah ini.
Pengaruh penggunaan tepung daun katuk dalam ransum itik Mojosari terhadap persentase kuning telur disajikan pada Tabel 2 diatas. Hasil analisis ragam menunjukkan,bahwa pengaruh pemberian tepung daun katuk berpengaruh tidak nyata (P>0,05) tehadap persentase kuning telur terlihat pada pengamatan minggu 2, 4, 6 dan 8.
Persentase bobot kuning telur dalam penelitian ini tidak berbeda jauh dengan yang dikemukakan oleh Suryaningsih (2008), menyatakan bahwa hasil penelitian nya menunjukkan bahwa bobot persentase kuning telur yaitu berkisar antara 31,57-35,53%. Hasil penelitian ini menunjukkan kisaran persentase kuning telur yang ada pada Tabel 6 adalah berkisar antara 30,38- 34,60% .
Kadar Kolesterol
Pengaruh penggunaan tepung daun katuk dalam ransum itik Mojosari terhadap kadar koleterol disajikan pada Tabel 3.
Hasil analisis ragam menunjukkan, bahwa pemberian tepung daun katuk berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar kolesterol (mg%) telur itik. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan, bahwa R0 berbeda sangat nyata (P<0,01), lebih rendah dari pada R1 tetapi berbeda sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dari R2 dan R3. Sementara R2 dan R3 berbeda tidak nyata (P>0,05).
Hasil analisis ragam menunjukkan, bahwa pemberian tepung daun katuk berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar kolesterol (mg/1 g kuning telur) telur itik. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan, bahwa R0 berbeda sangat nyata (P<0,01), lebih rendah dari pada R1 tetapi berbeda sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dari R2 dan R3. R2 dan R3 berbeda tidak nyata (P>0,05). ISSN 1978 - 3000 |
Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Katuk
0,22 P<0,01 Kolesterol (mg/ 1 g kuning telur) 15,35 b
1,43 P<0,01
Ket : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata (P>0,05) R0 =
ransum kontrol, R1= ransum kontrol + 2,5% Tepung Daun Katuk (TDK), R2 ransum kontrol + 5 % TDK, R3 = ransum
kontrol + 7,5% TDK.216,68 b
248,15 b
385,7
a2,24 P<0,01 Kolesterol (mg/ butir telur) 375,86 a
12,82 c
13,53 c
17,84 a
1,28 c
menunjukkan, bahwa pemberian tepung daun katuk berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar kolesterol (mg/butir telur) telur itik. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa R0 dan R1 berbeda tidak nyata (P>0,05), R0 dan R1 berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan R2 dan R3, R2 dengan R3 berbeda tidak nyata (P>0,05).
1,35 c
1,78 a
Kolesterol (mg/%) 1,54 b
Tabel 3. Pengaruh penggunaan tepung daun katuk terhadap kadar kolesterol telur Pengamatan Perlakuan R0 R1 R2 R3 SD P
Jika dibandingkan dari hasil penelitian yang dilakukan safitri (2007) kolesterol telur itik yang diberikan tepung daun beluntas sampai level 2% tidak berpengaruh terhadap kolesterol telur itik, dimana kadar kolesterol pada perlakuan ransum kontrol sebesar 27,79 mg/g kuning telur.
(P<0,01) menurunkan kadar kolesterol. Kisaran nilai kolesterol telur itik yang dihasilkan pada penelitiannya yaitu 19,92 – 24,1 mg/g kuning telur.
layer perpengaruhsangat nyata
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nugraha (2008), bahwa hasil penelitiannya menunjukkan pada penggunaan tepung daun katuk level 5 sampai 15 % dalam ransum pada itik periode
Kolesterol telur itik yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 12,82 – 15,35 mg/g kuning telur. Untuk kadar kolesterol mg/butir telur pada level 2,5% memiliki kadar kolesterol paling tinggi yaitu 385,78 mg/butir telur, kemudian terjadi penurunan pada perlakuan 5% sebesar 248,15 mg/butir telur, dan penurunan kadar kolesterol terendah diperoleh pada perlakuan 7,5% yaitu 216,68 mg/butir telur. Pada penelitian ini hasil penurunan kadar kolesterol terjadi pada perlakuan R2 sebesar 11,84% (13,53 mg/1gr kuning telur) dan pada perlakuan R3 sebesar 16,48% (12,82 mg/1 g kuning telur).
84 Hasil analisis ragam
ISSN 1978 - 3000
Menurut Suprayogi (2000), tersedia untuk kolesterol menjadi menyatakan bahwa senyawa aktif lebih sedikit(Anwar dan Piliang 1992). yang berperan dalam penurunan kolesterol telur lebih dari satu antara KESIMPULAN DAN SARAN lain yaitu Fitosterol,
Kesimpulan methylpyroglutamate, dan papaverin like compound. Daun katuk memiliki
Pemberian tepung daun katuk senyawa aktif yang sama dengan pada level ≥ 5% menurunkan kadar papaverin sehingga disebut dengan kolesterol telur itik Mojosari, tetapi
papaverin like compound yang
tidak menurunkan persentase berat kemungkinan memiliki efek kimia, kuning telur. farmakologi dan efek biologi yang menyerupai papaverin.
Dari hasil penelitian Subekti et
Saran al . (2006) menyatakan bahwa
pemberian ekstrak daun katuk dan Perlu dilakukan penelitian tepung daun katuk pada puyuh lanjutan pengaruh penggunaan jepang terjadi penurunan kolesterol ekstrak daun katuk terhadap kadar yaitu pada kuning telur, karkas dan kolesterol telur itik, karena diduga hati Puyuh. Penurunan kolesterol senyawa aktif yang terkandung dalam terjadi karena adanya senyawa aktif ekstrak daun katuk akan lebih lebih fitosterol yang terdapat pada daun tinggi dari pada dalam tepung daun katuk. katuk.
Menurut pernyataan Subekti (2007) fitosterol merupakan zat non
DAFTAR PUSTAKA
absorble , tidak dapat diabsorbsi oleh
saluran pencernaan. Fitosterol adalah Anwar, H.M. dan W.G. Piliang. 1992. saingan dari kolesterol atau Biokimia dan Fisiologi Gizi. berkompetisi memperebutkan asam
Pusat Antar Universitas Ilmu empedu. Kolesterol yang berasal dari Hayat. Institut Pertanian makanan untuk dapat diabsorbsi oleh Bogor, Bogor. dinding usus halus harus bereaksi
Nugraha, A.P.D.,2008. Respon lebih dahulu dengan asam empedu.
Penggunaan Tepung Daun Sedangkan fungsi dari fitosterol itu
Katuk (Sauropus Androgynus sendiri dalam hal ini yaitu memiliki L. Merr.) Dalam Ransum tugas mengikat sebagian asam TerhadapKolesterol Itik Lokal. empedu, sehingga asam empedu yang Skripsi. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 8, No 2. Juli
85
Safitri, A. 2007. Komposisi Kimia Subekti, S. 2007. Komponen sterol Telur Itik Lokal Pada Berbagai dalam ekstrak daun katuk Level Pemberian Tepung (Sauropus androgynus L. Merr) DaunBeluntas. Skripsi. dan hubungannya dengan Fakultas Peternakan. Institut sistem reproduksi Pertanian Bogor, Bogor. puyuh.Disertasi. Program
Santoso, U and Sartini. 2001. Pasca Sarjana. Institut Reduction of fat accumulation Pertanian Bogor, Bogor. in broiler chickens by Sauropus Suprayogi, A. 2000. Studies on the androgynus (katuk) leaf meal Biological Effets of Sauropus supplementation. Asian-Aust. androgynus (L.) Merr: Effects J. Anim. Sci. 3 : 346 on Milk Production and the 350.
Possibilities of Induced Santoso, U., dan Suharyanto. 2009. Pulmonary Disorder in
Penggunaan Ekstak Saropus Lactating Sheep. Cuviller androgynus untuk Verlag Gottingen. Meningkatkan Efisiensi Windhyarti, S. S. 1999. Beternak Itik Produksi dan Mutu Telur pada Tanpa Air. Penebar Swadaya, Peternakan Ayam Arab Jakarta. Petelur. Fakultas Pertanian. Jurusan peternakan. Universitas Bengkulu, Bengkulu. Subekti, S. 2003. Kualitas telur dan karkas ayam lokal yang diberi tepung daun katuk dalam ransum.Tesis.Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Subekti, S. 2006. Penggunaan tepung daun katuk dan ekstrak daun katuk Sauropus androgynus) sebagai substitusi ransum yang dapat menghasilkan produk puyuh jepang yang rendah kolesterol.Fakultas peternakan IPB. Bogor.
86 | Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Katuk
ISSN 1978 - 3000
Penambahan Tepung Kelopak Bunga Rosella ( Hibiscus sabdariffa
Linn) Dalam Ransum Terhadap performan pertumbuha ayam
broiler
The Effect Of Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) Petal Flour In Diet On Growth Performance Of Broiler Chicken
Septi Susanti, Johan Setianto, Warnoto
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu Jalan W.R. Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371A
Em
ABSTRACT
This research aims to investigate the effect of rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) petal flour supplementation in 18,47% protein diet on growth performance of broiler chickens. A total ofbroiler chickens were distributed into 4 treatment groups with 4 chickens in each group as replications. The treatmen groups were P0 (control group), P1 (basal diet +0,5% rosella petal flour), P2 (basal diet + 1% rosella petal flour) and P3 (basal diet +1,5% rosella petal flour). Result showed that based on the research results, it is revealed that rosella petal flour supplementation of 0,5%, 1%, 1,5% had significantly decreased feed intake, body weight and weight gain, how ever, the rosella petal flour supplementation of 1,5% increased feed conversion (P<0,05) Keyword :Supplement, broiler, performance, rosella
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performan ayam broiler yang diberikan tambahan tepung kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) sebagai
feed supplement dalam ransum dengan kandungan protein 18,47%. Ayam yang
digunakan sebanyak 48 ekor broiler.Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Setiap perlakuan yaitu P0 (ransum basal), P1 (ransum basal+0,5% tepung kelopak bunga rosella), P2 (ransum basal+1% tepung kelopak bunga rosella) dan P3 (ransum basal+1,5% tepung kelopak bunga rosella). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung kelopak bunga rosella 0,5%, 1% dan 1,5% nyata menurunkan konsumsi ransum, berat badan akhir,
87 Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 8, No 2. Juli – Desember 2013 | ISSN 1978 - 3000 | Penambahan Tepung Kelopak Bunga Rosella
88
pertambahan berat badan tetapi penambahan tepung kelopak bunga rosella 1,5% meningkatkan konversi ransum (P<0,05). Kata Kunci :Feed suplement, broiler, prforman, tepung kelopak bunga rosella
PENDAHULUAN
Ayam broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani untuk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Permintaan terhadap daging ayam semakin bertambah seiring dengan peningkatan penghasilan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya asupan protein hewani. Ayam broiler memiliki siklus produksi lebih singkat dibandingkan dengan unggas lain, karena mempunyai sifat genetik yang semakin baik khususnya untuk sifat pertumbuhan. Ayam broiler memiliki banyak kelebihan yaitu pertumbuhannya cepat dan efisien dalam mengubah makanan menjadi daging (Amrullah, 2004).
Ayam merupakan hewan homeotermi, artinya ayam memiliki kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuhnya tetap stabil walaupun suhu lingkungan berubah-ubah. Suhu di Indonesia yang beriklim tropis dapat menganggu proses homeostatis dan metabolisme. Apabila suhu lingkungan meningkat, ayam broiler akan memperlambat proses metabolisme dan menurunkan konsumsi pakannya agar suhu tubuh ayam broiler kembali pada kisaran normal. Konsumsi pakan yang menurun akan berakibat tidak terpenuhinya asupan nutrien yang akan berdampak pada penurunan pertumbuhan (St-Pierre et al., 2003). Kondisi seperti ini juga menurunkan daya tahan tubuh ayam, sehingga mengakibatkan penurunan produksi dan meningkatkan mortalitas.
Usaha yang dapat dilakukan agar tidak terjadi penurunan pertumbuhan pada broiler yaitu dengan menambahkan feed supplement dalam ransum broiler. Feed supplement dalam ransum untuk memperbaiki konsumsi, daya cerna serta daya tahan tubuh ayam broiler. Feed supplement yang ditambahkan dalam ransum berupa feed supplement alami. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah pemanfaatan tanaman obat tradisional sebagai feed supplement alami, salah satu tanaman obat tradisional tersebut adalah tanaman rosella (Hibiscus
sabdariffa Linn). Saat ini rosella
(Hibiscus sabdariffa Linn) menjadi begitu populer.Hal ini disebabkan hampir seluruh bagian tanaman ini dapat digunakan untuk kebutuhan
ISSN 1978 - 3000 Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 8, No 2. Juli – Desember 2013 |
Penelitian bertujuan mengetahui performan pertumbuhan ayam broiler yang diberikan tambahan tepung kelopak bunga rosella (Hibiscus
Bunga rosela yang digunakan diambil dari Zona Pertanian Terpadu Medan Baru. Proses pembuatan tepung kelopak rosella yaitu kelopak bunga
Penelitian dilakukan pada tanggal 4 Juni 2012 sampai 3 Agustus 2012, di Zona Pertanian Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Medan Baru Kota Bengkulu bertempat di Laboratorium Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
kelopak rosella sebagai feed supplement dalam ransum diharapkan mampu meningkatkan performan pertumbuhan ayam broiler.
feed supplement. Penambahan tepung
Linn) dalam ransum sebagai
sabdariffa
2002). Berdasarkan uraian diatas bahwa rosella mengandung sejumlah zat aktif yang secara sinergi memberi efek yang baik bagi kesehatan tubuh seperti antistress, anti bakteri dan anti kanker.Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan memanfaatkan tepung kelopak bunga rosella dalam ransum untuk melihat efek terhadap performan ayam broiler.
89
Tingginya kandungan vitamin C bunga rosella dapat berperan dalam metabolisme glukoneogenesis yaitu suatu proses penyediaan energi selama terjadinya cekaman suhu tinggi. Mekanismenya melalui pengkonversian protein dan lemak menjadi energi untuk produktivitas. Ayam memiliki enzim gulonolakton oksidase sehingga mampu mensintesis vitamin C dalam tubuhnya, namun pada kondisi cekaman panas produksi vitamin C tersebut menurun, sehingga kebutuhannya meningkat (Sahin,
untuk tubuh, (Wijayanti, 2010). Setiap 100 g bunga rosella mengandung 244,4 mg vitamin C, dengan berat yang sama jeruk hanya mengandung 48 mg, belimbing hanya 25,8 mg, sedangkan papaya mengandung 71 mg. Vitamin C pada bunga rosella 3 kali lipat dari anggur hitam, 9 kali lipat dari jeruk sitrus (Mardiah et al., 2009).
caroten dan 18 asam amino esensial
D, B1, B2, magnesium, omega-3, beta-
Tanaman rosella memiliki manfaat yang sangat besar dalam menjaga kesehatan tubuh. Bunga rosella mempunyai banyak kelebihan yaitu mengandung kalsium, vitamin C,
pengobatan terutama untuk pengobatan alternatif.Selain itu rosella memiliki kandungan senyawa kimia yang dapat memberikan banyak manfaat (Mardiah et al., 2009).
MATERI DAN METODE
ISSN 1978 - 3000 | Penambahan Tepung Kelopak Bunga Rosella
90
rosella yang baru dipetik dikeringkan dengan cara dijemur dengan sinar matahari selama ± 2-3 hari (Mardiah et
al., 2009). Kelopak bunga rosella yang
sudah kering dipisahkan dari bijinya dan dihaluskan sampai menjadi bubuk.
Penelitian ini menggunakan 48 ekor ayam broiler. Setiap ulangan berisi 3 ekor ayam broiler yang ditempatkan secara acak ke dalam 16 buah petak dalam kandang litter. Adapun rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terbagi dalam 4 perlakuan dengan 4 ulangan, yaitu : P0 : ransum basal P1 : ransum basal + 0,5 % tepung kelopak bunga rosella P2 : ransum basal + 1 % tepung kelopak bunga rosella P3 : ransum basal + 1,5 % tepung kelopak bunga rosella
Adapun variabel yang diamati terdiri dari konsumsi ransum, berat badan akhir, pertambahan berat badan, dan konversi ransum. Data yang diperoleh dianalisis varians dan jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT.
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum
Rataan konsumsi ransum selama penelitian tertera pada tabel, hasil analisis ragam menunjukkan pemberian tepung kelopak bunga rosella berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum broiler (P<0,05). Rataan konsumsi ransum broiler selama penelitian
Penambahan tepung kelopak bunga rosella dalam ransum 0,5%, 1% dan 1,5% diduga menurunkan selera makan (appetite) sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi ransum. Bila diamati dari nilai rataan yang diperoleh dari Tabel 5 pada setiap perlakuan P1(1887,50), P2(1710,00), P3 (1270,00) menunjukkan hasil bahwa semakin tinggi level tepung kelopak bunga rosella yang ditambahkan dalam ransum maka semakin menurunkan konsumsi ransum.
Rendahnya konsumsi ransum diduga dipengaruhi oleh palabilitas (tingkat kesukaan) terhadap bau, rasa, tekstur dan warna ransum yang diberikan. Ransum yang diberikan pada penelitian ini dalam kondisi kurang baik karena bahan-bahan yang digunakan dalam menyusun ransum berkualitas rendah dan kemungkinan menyebabkan rendahnya kandungan nutrisi dalam ransum. Hal ini diperkuat dengan pendapat (Anggorodi, 1994)yang menyatakan
ISSN 1978 - 3000 Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 8, No 2. Juli – Desember 2013 |
91
bahwa kandungan protein dalam ransum jika tidak memenuhi kebutuhan ayam, maka pertumbuhan ayam akan terhambat. Menurunnya konsumsi ransum menyebabkan berat badan dan pertambahan berat badan yang diperoleh semakin rendah, karena asupan nutrien (terutama energi dan protein) semakin sedikit. Berat badan erat hubungannya dengan jumlah konsumsi ransum (Bell & Weaver, 2002). Menurunnya konsumsi ransum mengakibatkan rendahnya pertambahan berat badan karena konsumsi nutrien berkurang (Leeson & Summers, 1991).
Berat badan Akhir
Konsumsi ransum akan berhubungan dengan kondisi berat badan akhir. Berat badan akhir broiler selama penelitian tertera pada tabel, hasil analisis ragam menunjukkan pemberian tepung kelopak bunga rosella berpengaruh nyata terhadap berat badan akhir broiler (P<0,05).
Rataan berat badan akhir broiler
Rendahnya berat badan akhir pada penelitian ini dikarenakan kandungan protein dalam ransum yang diberikan tidak sesuai dengan hitungan berdasarkan komposisi ransum sebagimana tertera pada Tabel 3 kandungan protein yang diharapkan 22,54%, ternyata setelah dianalisis laboratorium kandungan protein yang ada pada ransum hanya mencapai 18,47% sehingga menyebabkan ayam mengalami kekurangan protein yang akan digunakan untuk pertambahan berat badan. Protein merupakan zat nutrisi utama yang berguna untuk pertumbuhan dan pembentukkan sel- sel baru pada organ-organ tubuh. Semakin tinggi kandungan protein yang dikonsumsi, pertumbuhan yang terjadi juga semakin besar dan sebaliknya jika protein yang dikonsumsi kurang maka pertumbuhan akan terhambat (Nasution, 2009), dengan protein rendah dan konsumsi ransum juga rendah maka kandungan nutrisi yang masuk (intake) tidak memenuhi kebutuhan ayam broiler yang menyebabkan pertumbuhan ayam broiler terhambat.
Ransum untuk ayam pedaging dibedakan menjadi dua macam yaitu ransum untuk periode starterdan periode finisher. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kebutuhan nutrien ransum sesuai dengan periode pertumbuhan ayam (Rasyaf, 2004). Pada penelitian ini pemberian ransum ISSN 1978 - 3000
dengan kandungan protein 18,47% Pemberian tepung kelopak diberikan sejak DOC awal hingga bunga resella yang diberikan mulai priode akhir, sehingga kebutuhan DOC awal hingga periode akhir protein broiler tidak terpenuhi yang mengakibatkan penurunan menyebabkan pertumbuhan ayam pertambahan berat badan semakin menjadi terhambat. Disamping itu besar. Pada tepung kelopak bunga penambahan tepung kelopak rosella rosella mengandung kadar antioksidan pada perlakuan P1, P2, dan P3 juga yang tinggi yang berkemampuan memberikan pengaruh terhadap berat memperlambat atau pun mencegah badan akhir broiler. oksidasi molekul lain (Wijayanti, 2010).
Tabel 7. Rataan pertambahan berat badan broiler Pertambahan berat badan (gram)
Ulangan Perlakuan
1
2
3
4 Jumlah Rataan a
828,75 P0 800,00 843,00 836,00 836,00 3315,00 b
P1 590,00 723,00 583,00 643,00 2539,00 634,75 c
P2 560,00 556,00 483,00 546,00 2145,00 536,25 d
368,00 P3 390,00 340,00 396,00 346,00 1472,00 Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom rataan menunjukkan beda nyata (P<0,05).
Tabel 8. Rataan konversi ransum broiler
Konversi ransum
Ulangan Perlakuan
1
2
3
4 Jumlah Rataan b
P0 2,96 2,51 2,45 2,69 10,62 2,66
b3,00 P1 3,19 2,61 3,40 2,80 12,00 ab
P2 3,05 3,09 3,60 3,06 12,81 3,20
a3,47 P3 3,36 3,94 3,13 3,44 13,87
Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom rataan menunjukkan beda nyata (P<0,05).
92 | Penambahan Tepung Kelopak Bunga Rosella
ISSN 1978 - 3000 Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 8, No 2. Juli – Desember 2013 |
93 Antioksidan yang terdapat
dalam tepung kelopak bunga rosella adalah vitamin C. Vitamin C berperan penting dalam proses pembakaran lemak dalam tubuh dan sebagai sumber energi. Menurut Ilyas (1987) vitamin C yang dibutuhkan oleh ayam broiler sebesar 20-150 ppm. (Mardiah
et al., 2009) kelopak bunga rosella
berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat badan broiler (P<0,05). Rosella mengandung vitamin C berkisar 244,4 mg/100gr. Sumbangan vitamin C kelopak bunga rosella yang terdapat dalam ransum perlakuan (P1, P2, dan P3) yaitu 12,22 ppm (P1), 24,44ppm (P2) dan 36,66 ppm (P3). Oleh karena itu perlakuan (P1, P2, dan P3) yang mengandung tepung kelopak bunga rosella nyata menurunkan bobot ayam broiler dibandingkan perlakuan kontrol (P0).
Pertambahan berat badan
Rataan pertambahan berat badan selama penelitian tertera pada tabel, hasil analisis ragam menunjukkan pemberian tepung kelopak bunga
Rendahnya pertambahan berat badan juga dipengaruhi oleh kandungan protein tercerna dalam ransum, hal ini sesuai dengan pendapat Tilman et al. (1991) bahwa efisiensi penggunaan protein makanan tergantung dari kandungan asam-asam amino esensial dan asam-asam amino non-esensial yang dapat digunakan untuk kebutuhan metabolitnya. Kekurangan protein dalam ransum dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan.
Menurut Abidin (2002), faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan adalah konsumsi ransum. Pendapat ini juga didukung oleh Ichwan (2003) yang menyatakan bahwa, secara umum penambahan berat badan akan dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ransum yang dimakan dan kandungan nutrisi yang terdapat dalam ransum tersebut. Pada Tabel 5 konsumsi ransum berbanding lurus dengan konsumsi zat nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena konsumsi ransum rendah maka jumlah zat nutrisi yang masuk kedalam tubuh juga rendah. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ayam terganggu. Ayam tidak dapat tumbuh secara maksimal karena zat makanan yang masuk kedalam tubuh tidak mencukupi untuk proses sintesis protein dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan pertambahan berat badan sangat rendah sekali.
Penambahan tepung kelopak bunga resella dalam ransum yang diberikan sejak DOC awal hingga priode akhir tidak berdampak positif. Akibatnya penurunan pertambahan berat badan semakin besar. Pada tepung kelopak bunga rosella mengandung kadar antioksidan yang ISSN 1978 - 3000 | Penambahan Tepung Kelopak Bunga Rosella
94
tinggi yang berkemampuan memperlambat ataupun mencegah oksidasi molekul lain (Wijayanti, 2010). Antioksidan yang terdapat dalam tepung kelopak bunga rosella adalah vitamin C. Oleh karena itu perlakuan (P1, P2, P3) yang mengandung tepung kelopak bunga rosella nyata menurunkan bobot ayam broiler dibandingkan perlakuan kontrol (P0).
Konversi ransum
Konversi ransum selama penelitian tertera pada tabel, hasil analisis ragam menunjukkan pemberian tepung kelopak bunga rosella berpengaruh nyata terhadap konversi ransum ayam broiler (P<0,05).
Menurut Rasyaf (2004), konversi ransum yang dianggap baik untuk ayam pedaging umur 5 minggu yaitu antara 1,91 sampai 2,06, sedangkan rataan konversi ransum selama penelitian P0 (2,66) P1 (3,00) P2 (3,20) dan P3 (3,47). Nilai konversi ransum pada penelitian ini kurang efisien, karena nilai dari konversi ransum selama penelitian diatas 2 yang berarti bahwa ransum yang dikonsumsi lebih banyak, sementara pertambahan berat badan rendah. Hal ini disebabkan karena kandungan nutrisi ransum yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan untuk menaikkan berat badan yang lebih tinggi.