ANALISA PASAL 53 KHI TENTANG PELAKSANAAN KAWIN HAMIL DILUAR NIKAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

[U NIVERSITAS M ATARAM ]

J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A

ANALISA PASAL 53 KHI TENTANG PELAKSANAAN KAWIN HAMIL DILUAR NIKAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

Haeratun 1 Fakultas Hukum Universitas Mataram ABSTRAK

Adanya peluang mafsadat yang terkandung dalam pasal 53 KHI karena adanya ketidak jelasan batasan sebab kehamilan yang diperbolehkan dilakukan nya kawin hamil dalam pasal

53 KHI. Dampaknya tidak jarang pasal 53 KHI dijadikan legalitas kawin hamil akibat zina. Hal ini jelas kurang sesuai dengan Hukum Islam yang sangat melarang praktek zina. Untuk menganalisa problematika tersebut, maka dalam penelitian ini diajukan dua rumusan masalah yakni bagaimanakah pandangan Hukum Islam terhadap formulasi pasal 53 KHI tersebut dan faktor-faktor yang mendorong terjadinya kawin hamil dimasyarakat,untuk menghilangkan aspek mafsadat dalam pasal 53 KHI, dalam konteks saddu al- dzari’at, diperlukan perubahan redaksi berupa penambahan ketentuan batasan penyebab kehamilan dan sanksi yang menyertainya. Formulasi pasal 53 KHI sebagai solusi kwin hamil dapat direalisasikan dengan menambah-kan redaksi terkait dengan pembatasan sebab kawin hamil yang dapat dilaksanakan tanpa adanya sanksi dan pemberlakuan sanksi bagi kawin hamil yang disebabkan zina berupa taubat sosial.

Kata kunci : Kawin Hamil, Zina, Mafsadat, Maslahah

ABSTRACT

Mafsadat opportunities contained in article 53 of KHI because of the obscurity limits allowed because pregnancy made her pregnant mate in article 53 KHI. The impact is not uncommon to Article 53 KHI made pregnant as a result of adultery legality mating. This is clearly not in accordance with Islamic law strictly prohibits the practice of adultery. To analyze these problems, in this study the two proposed formulation of the problem which is how the view of Islamic law to the formulation of Article 53 of the KHI and the factors that encourage pregnant mating society, to eliminate aspects mafsadat in article 53 of KHI, in the context of al-dzari saddu 'at, the necessary editorial changes such as the addition of boundary conditions cause pregnancy and accompanying sanctions. The formulation of Article 53 KHI as pregnant kwin solution can be realized by adding the editorial-related restrictions that can cause pregnant mating carried out in the absence of sanctions and sanctions for pregnant mating caused adultery form of social repentance.

Keywords : Married Pregnant, Zina, Mafsadat, Maslahah

Pokok Muatan

ANALISA PASAL 53 KHI TENTANG PELAKSANAAN KAWIN HAMIL DILUAR NIKAH DITINJAU DARI HUKUM ISLAM ....................................................................... 115

A. PENDAHULUAN........................................................................................................... 116

1. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 116

1 Dosen tetap Fakultas Hukum Universitas Mataram [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A

2. Rumusan Masalah.................................................................................................... 118

B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................................. 119

C. SIMPULAN .................................................................................................................... 128 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 128

A. PENDAHULUAN

untuk mengurangi

hawa nafsunya terhadap wanita.” (H.R Bukhori).

1. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan hadits tersebut diatas Pernikahan yang merupakan akad

dapat diketahui juga bahwa perkawinan itu antara seorang laki-laki dengan seorang

mempunyai tujuan yang suci dan tinggi, perempuan, mempunyai tujuan untuk

Oleh karena itu, bagi orang yang akan mengikatkan dan menyalurkan nafsunya,

menikah harus mempunyai kesanggupan sehingga akan menyebabkan halalnya

dalam arti yang sebenar-benarnya, bukan hubungan suami isteri yang sebelumnya

hanya semata-mata untuk memuaskan diharamkan. Disamping itu pernikahan

nafsu saja. Sebab salah satu faktor yang juga harus bisa membuat ketenteraman dan

banyak menjerumuskn manusia kedalam kebahagiaan hidup dalam suasana yang

kejahatan adalah pengaruh nafsu seksual damai serta keharmonisan dalam keluarga.

yang tidak terkendalikan, dan untuk Jika dengan adanya pernikahan menyebab-

menyalurkan nafsu tersebut hendaknya kan timbulnya akibat-akibat yang tidak

dengan melalui jalan yang paling baik dan baik,

tepat menurut ajaran Islam atau pandangan perselisihan, maka hal inilah yang tidak

Allah SWT, yaitu melalui jalan dikehendaki dalam pernikahan dan sangat

perkawinan. Dengan demikian, apabila ada bertentangan dengan syari’at Islam yang

1 orang yang tidak mampu untuk menikah, bertujuan suci dan mulia.

hendaknya mereka itu berpuasa agar

Pernikahan juga merupakan wujud nafsunya dapat terkendali. realisasi janji Allah menjadikan kaum

Lebih lanjut berdasarkan al- Qur’an perempuan sebagai isteri dari jenis (tubuh)

dan al-Hadits tersebut diatas, maka laki-laki, agar nyatalah kecocokan dan

pernikahan adalah salah satu asas pokok sempurnalah kemanusiaan. Dia juga

hidup yang penting dalam bermasyarakat menjadikan rasa mawaddah dan rahmah

karena pernikahan itu adalah jalan untuk antara keduanya supaya saling membantu

mengatur kehidupan berumah tangga serta dalam melengkapi kehidupan Ayat

keturunannya.

tersebut juga dipertegas oleh sabda Pengertian perkawinan, menurut

Rasulullah SAW .yang Artinya : Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 “Rasulullah telah bersabda kepada kita : Pasal 1 : “P erkawinan ialah ikatan lahir “ Hai para pemuda, barangsiapa diantara- bathin antara seorang pria dengan seorang mu mampu untuk kawin maka kawinlah, wanita sebagai suami isteri dengan tujuan karena sesung-guhnya perkawinan itu

akan menjatuhkan mata (terhadap zina) membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan dan dapat terpelihara dari nafsu kelamin Yang Maha Esa” 3 . Pengertian perkawinan

yang jelek, dan barang siapa yang tidak mampu kawin maka hendaklah berpuasa

2 Imam Abi Husein Muslim Minal Hajaj, Shahih Muslim, Juz I, Bandung : al-ma’arif, t.t., hlm. 583. 3 Departemen Agama RI Perwakilan Jawa Tengah, 1 Wahbah Az-Zuhaily, Tafsir Al-Munir, Juz 21, Beirut

Undang-undang perkawinan, Semarang CV. Al Alawiyah, 1974, – Libanon : Dar Al-Fakir Al-Mu’asir

hlm. 5.

116 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ]

J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A

tersebut dipertegas dalam Pasal 2 Kom-

masih terkandung pilasi Hukum Islam (KHI) : “Perkawinan

ijtihad

tersebut

mudharatnya yaitu berupa peluang adanya menurut hukum Islam adalah pernikahan,

praktek perzinahan yang semakin luas yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan

yang dilakukan oleh umat Islam di ghalidzan untuk mentaati perintah Allah

Indonesia. Secara tidak langsung kehadiran dan melaksanakannya merupakan ibadah”.

pasal 53 KHI sama saja membuka suatu Ada juga yang mendefinisikan bahwa

jalan legalitas. Perzinahan sebagai imbas nikah adalah ijab qabul (aqad) yang mem-

dari adanya pemberian izin perkawinan perbolehkan/menghalalkan

bagi wanita hamil. Dapat dikatakan dengan mengucapkan kata-kata nikah.

bercampur

demikian karena dalam ketentuan pasal tersebut tidak terdapat batasan sebab-sebab

Bertitik tolak dari pengertian kehamilan. Oleh karena itu, bukan tidak

pernikahan tersebut diatas, dapat diketahui mungkin kehamilan wanita yang akan

bahwa pernikahan adalah sesuatu yang dikawinkan berdasarkan pasal 53 KHI,

diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dapat disebabkan oleh adanya perzinahan karena pernikahan tersebut banyak yang disengaja oleh seorang wanita dan mengandung hikmah, antara lain untuk

pasangan lelakinya.

kemakmuran, untuk menjalin

per-

saudaraan, memperteguh kelanggengan Di sisi lain, keberadaan pengem- rasa cinta antar keluarga dan memperkuat

bangan Hukum Islam seperti Ijtihad tidak hubungan kemasyarakatan yang diberkahi

lain adalah bertujuan untuk menghilangkan oleh Islam. Karena masyarakat yang saling

mudharat yang akan atau bahkan telah berhubungan dan menyayangi adalah

mengancam kehidupan umat Islam. Salah masyarakat yang kuat dan bahagia 4 . satu kaidah yang sangat menjaga

kemaslahatan umat Islam adalah kaidah Oleh

Saddu Al- Dzari’at. Kaidah ini pada dipandang sebagai sesuatu yang sakral,

hakekatnya menekankan pada adanya tetapi persoalannya akan menjadi lain

penutupan jalan yang membawa kepada bilamana orang yang menikah itu telah

sesuatu secara hissi atau ma’nawi, baik hamil sebelum menikah. Tidak jarang

maupun buruk 5

wanita hamil tanpa suami yang sah. Baru beberapa bulan melaksanakan pernikahan

Pengertian yang hampir sama juga sudah melahirkan, karena pada waktu akad

Ibnu Al-Qayyim, nikah itu berlangsung mempelai wanita

diberikan

oleh

dikutip oleh Amir telah hamil terlebih dahulu. Namun

sebagaimana

Syarifuddin yang menyatakan bahwa demikian, dalam keadaan tersebut, Islam

secara lughawi istilah saddu al-dzariat khususnya di Indonesia telah memberikan

memiliki konotasi makna yang netral tanpa kemudahan dengan keberadaan pasal 53

memberikan suatu penilaian terhadap hasil KHI yang memperbolehkan perkawinan

perbuatan. Oleh karena itu beliau wanita hamil. Keberadaan pasal tersebut

mendefinisikan saddu al-dzariat sebagai dipandang sebagai suatu pembuka bagi

apa-apa yang menjadi perantara dan jalan kemaslahatan kehidupan manusia terkait

kepada sesuatu. Jadi pada dasarnya, sad al- dengan kehormatan dan nasab anak.

dzariat tidak hanya menghilangkan sesuatu dari

melainkan proses Pasal 53 KHI merupakan bentuk dari

perbuatan

menghalangi terjadinya perbuatan. Dalam ijtihad yang dilakukan oleh para Ulama. istilah konvensional, istilah sad al-dzariat Meski demikian pada kenyataannya hasil

dapat

dianalogikan

dengan upaya

4 Departemen Agama RI Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Kompilasi Hukum Islam, 2000,

5 Idris Ahmad, fiqh Menurut Madzhab Syafi’I, Jakarta : hlm. 14.

Wijaya, 1969. Hlm. 166

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A

pencegahan atau preventif. Melalui kaidah tersebut adalah untuk melindungi anak- ini, hukum akan ditetapkan sebagai upaya

anak yang tidak berdosa yang harus pencegahan suatu perbuatan yang dapat 6 menanggung kesalahan orang tuanya.

menuju atau menyebabkan suatu kerusakan

Perkawinan dapat terjadi melalui (mafsadah).

Dewasa ini, perkembangan perkawinan yang legal, maupun melalui

informasi, teknologi dan komunikasi hubungan akibat perkosaan, atau hubungan

memberikan dampak yang sangat besar suka sama suka diluar nikah yang disebut

bagi masyarakat

luas,

termasuk

dengan perzinahan/prostitusi. Apalagi didalamnya adalah remaja. Dampak

pergaulan bebas antara muda-mudi, seperti tersebut akan menjadi positif apabila yang terjadi saat ini seringkali membawa digunakan dengan sebagaimana mestinya. hal-hal yang tidak dikehendaki, yakni Namun, apabila digunakan tidak sesuai terjadinya kehamilan sebelum sempat dengan tempat yang seharusnya, hal itu dilakukan pernikahan. Dengan demikian justru akan dapat menjerumuskan mereka hamil sebelum diadakan akad nikah telah ke dalam hal yang buruk. Maraknya menjadi problema yang membutuhkan pergaulan yang tanpa kendali seringkali pemecahan, sehingga terjadi kegelisahan di menjadikan para remaja terjerumus. Begitu kalangan masyarakat maupun para ulama juga kebiasaan yang sudah terkontaminasi yang ditangan merekalah terletak tanggung dengan adat luar. Dapat diambil contoh, jawab yang sangat besar, terlebih lagi pada masa dahulu, masyarakat Indonesia menyangkut masalah hukum islam/syari- sangat tabu dengan pacaran. Namun ’at. Kebiasa an orang tua yang merasa malu sekarang ini hal tersebut bukanlah karena putrinya hamil diluar nikah, mereka masalah besar. Justru orang akan biasanya berusaha menikahkan putrinya menganggap orang lain aneh maupun dengan laki-laki yang menghamilinya kuper (istilah saat ini) apabila tidak maupun yang bukan menghamilinya. pacaran. Kebebasan yang tanpa batas Sekarang ini menikahi wanita hamil karena itulah yang menyebabkan berbagai jenis zina bukanlah masalah baru karena pada kejahatan, anarkhisme, kebrutalan dan zaman Rasulullah SAW juga pernah kenakalan remaja saat ini. Sehingga hal-hal terjadi, Padahal Islam menganjurkan yang tidak seharusnya terjadi pun tidak menikah dan melarang zina, karena zina dapat dielakkan. Banyak praktek aborsi

adalah sumber kehancuran. 7 disana-sini hanya untuk menghilangkan jejak terjadinya kehamilan diluar nikah.

2. Rumusan Masalah

Bagi mereka yang tidak mau menanggung Berdasarkan uraian diatas, maka dosa lebih banyak lagi, mau tidak mau

permasalahan yang akan dikaji adalah : harus menikahkan anaknya.

1. Bagaimanakah pandangan Hukum Namun adanya ketetapan dari

Islam terhadap pelaksanaan kawin pemerintah mengenai kawin hamil sering

hamil didalam pasal 53 KHI tersebut, menimbulkan pemahaman yang salah

serta dampaknya terhadap nasab kaprah. Ketetapan tersebut seringkali

anaknya ?

dianggap sebagai sebuah legalitas.

2. Faktor-faktor apa sajakah yang Masyarakat banyak yang menganggap

mendorong terjadinya hamil diluar bahwa tidak menjadi masalah melakukan

nikah di lingkungan masyarakat ? hubungan intim di luar nikah, toh pada

akhirnya mereka tetap diperbolehkan

6 Syaikh Ali Ahmad Al Jurjawi, Hikmah at Tasyri’ wa

menikah meskipun dalam keadaan hamil.

Falsafatuhu, Juz I, Beirut : Libanon. Dar Al-Fikr, hlm. 5.

Padahal maksud dari adanya ketetapan 7 Sayyid Sabiq, Fiqh As Sunnah, Jilid 2, Beirut.

Libanon : Dar Al Fikr, 1992, hlm. 2.

118 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ]

J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A

suka

ma in perempuan“. (HR.Ath- Thabrani). 8 Perihal tersebut diungkapkan

B. HASIL PENELITIAN

DAN

oleh Sayyid Sabiq dalam fikih sunnah,

PEMBAHASAN

Tidak dihalalkan kawin dengan perempuan pezina, begitu pula bagi perempuan tidak

1. Pandangan Hukum Islam Terhadap

halal kawin dengan laki-laki pezina,

Pelaksanaan Kawin Hamil Di Dalam

terkecuali sesudah mereka bertaubat,

Pasal 53 KHI Serta Dampaknya

dengan beberapa alasan sebagai berikut :

Terhadap Nasab Anaknya.

1. Allah SWT mensyaratkan agar kedua Dari banyaknya hukum di Indonesia,

orang laki-laki dan perempuan yang memiliki

mau kawin harus betul-betul menjaga wilayahnya sendiri guna penertiban dan

kehormatannya. Sebagaimana dalam menjadikan kehidupan bermasyarakat

firman Allah SWT. Didalam surat Al- berbangsa dan bernegara menjadi aman,

Maidah ayat 5 yang artinya : damai, sebagaimana yang diharapkan.

“Pada hari ini dihalalkan bagimu segala Sebelum kepada isi pasal 53 Kompilasi

yang baik-baik, makanan (sembelihan) Hukum Islam tentang pernikahan wanita

Ahli Kitab itu halal bagimu, dan hamil diluar nikah dan penjelasannya,

makananmu halal bagi mereka. Dan disini akan diuraikan terlebih dahulu

bagimu menikahi) mengenai huku-man bagi pelaku zina,

(dihalalkan

perempuan-perempuan yang menjaga sebagaimana oleh Abu Hanifah dan para

diantara perempuan- pengikutnya berpendapat tentang hal ini

kehormatan

yang beriman dan bahwa pengasi-ngan, dalam hukuman zina

perempuan

perempuan-perempuan yang menjaga tidak wajib dilakukan. Mereka hanya

kehormatan diantara orang-orang yang memperbolehkan saja untuk menyatukan

diberi kitab sebelum kamu, apabila hukuman jilid dengan pengasingan apabila

kamu membayar maskawin mereka pelaksanaan-nya membawa kemaslahatan

untuk menikahinya, tidak dengan umum.

maksud berzina dan bukan untuk Para Ulama banyak menyatakan

perempuan piaraan. tentang kawin hamil adalah perbuatan zina,

menjadikan

Barangsiapa yang kafir setelah beriman sebagaimana ungkapan Al-Jamal dalam

maka sungguh sia-sia amalan mereka bukunya 146 Wasiat Nabi untuk wanita

dan dihari kiamat dia termasuk orang- yang diriwayatkan oleh Utsman r.a bahwa

orang yang ru gi”.

Nabi SAW. bersabda yang artinya : “Pintu Maksud dari ayat di atas bahwa langit akan dibuka pada pertengahan

sebagaimana halnya Allah telah meng- malam, lalu akan ada suara yang

halalkan barang-barang yang baik, memanggil- manggil, “Apakah ada orang

makanan orang-orang Yahudi dan yang sedang berdoa dan ia pasti akan

Nasrani, maka dihalalkan pula kawin dikabulkan doanya, apakah ada orang yang

dengan perempuan-perempuan mukmin sedang memohon dan ia pasti akan

dan Ahli Kitab yang menjaga dikabulkan permohonannya, apakah ada

kehormatannya, dimana mereka sebagai orang yang sedang dalam bencana dan ia

suami isteri sama-sama sebelumnya pasti akan dilepaskan dari bencananya.

menjaga kehormatan, tidak pernah Maka tidak akan ada seorang muslim yang

berbuat zina dan tidak pernah sebagai berdoa, kecuali doanya akan dikabulkan

gundik.

Allah. Kecuali perempuan pezina yang menjual kemaluannya atau laki-laki yang

8 Muhammad Abu Zahrah, Ushul al – Fiqh, Beirut. Dar

al - Fikr

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A

2. Diperbolehkan kawin dengan budak pasal 53 KHI yang memperbolehkan perempuan bilamana tidak sanggup

perkawinan wanita hamil akan dapat kawin dengan perempuan merdeka.

menjadi sarana bagi anak yang berada Pandangan Ulama empat mazhab yakni

dalam kandungan untuk mendapatkan memandang kawin hamil atau zina

hak nasab ayahnya. Hal ini juga adalah dari perihal anak dalam

dikuatkan dengan ketentuan tentang kandungannya, yaitu bahwa anak zina

lelaki yang boleh mengawini adalah sama hukumnya dengan anak hasil

lelaki yang telah menghamilinya. mula’anah

(anak

li’an)

dalam

2) Perlindungan terhadap kehormatan kaitannya dengan masalah hak waris

mewarisi antara dirinya dengan Kehormatan merupakan salah satu ayahnya, dan adanya hak mewarisi

9 aspek kebutuhan pokok manusia antara dia dengan ibunya.

menurut ajaran Islam. Wanita hamil Apabila ditinjau dari segi maslahat dan

diluar nikah yang tidak segera mafsadat, ada beberapa catatan analisa

dikawinkan dengan orang yang mengenai pasal 53 KHI yang dapat

menghamilinya akan berdampak pada dijabarkan sebagai berikut :

hilangnya kehormatan diri dan keluarganya. Hal ini tidak berlebihan

a. Sudut Pandang Maslahat

konteks budaya Dari sudut pandang maslahat, ada

karena

dalam

Indonesia, yang cenderung pada beberapa hal yang dapat dikategorikan

budaya moralitas ketimuran, wanita sebagai kemaslahatan yang terkandung

hamil di luar nikah yang tidak segera dalam pasal 53 KHI. Beberapa Kemas-

kawin dianggap sebagai sebuah hal lahatan tersebut adalah sebagai berikut :

yang tabu. Pandangan-pandangan negatif akan dapat muncul dari keadaan

1) Perlindungan terhadap hak nasab anak yang dialami oleh wanita. Pandangan Perlindungan hak nasab anak ini ber-

tersebut tidak hanya menyangkut diri hubungan dengan ketentuan Islam yang

wanita saja tetapi juga menyangkut

menyebutkan bahwa anak yang tidak harga diri keluarga si wanita. lahir dalam perkawinan yang sah maka

Oleh sebab itu, dengan adanya pasal dia bukan merupakan anak sah dan

53 KHI ini akan dapat menjadi sarana tidak berhak atas nasab ayahnya.

untuk menjaga kehormatan wanita dan Dengan tidak adanya hak nasab kepada

keluarganya setelah adanya kejadian yang ayah, maka anak tersebut tidak akan

berpeluang meruntuhkan kehormatan, dapat menjadi pewaris segala sesuatu

yakni hamil diluar nikah. Hal ini juga yang berkaitan dengan ayahnya, Selain

diperkuat dengan aspek kesegeraan itu, jika anak tersebut tidak memiliki

perkawinan yang tanpa harus menunggu nasab kepada ayahnya maka dalam

masa kelahiran anak dalam kandungan. aspek administrasi di Indonesia akan

Berdasarkan uraian di atas dapat mengalami

diketahui bahwa kemaslahatan yang ter- dikarenakan di Indonesia masih kandung dalam pasal 53 KHI cenderung menggunakan jalinan nasab dari ayah

berhubungan dengan kepentingan manusia sebagaimana Islam juga menggunakan-

dalam menghilangkan kesulitan atau nya. Dengan demikian, keberadaan

kesempitan yang melandanya.

9 Muhammad bin Ali As-Syaukani, Irsyad al-Fuhul fi tahqiq al – haqq min Ilm Al-Ushul, Beirut: Dar al-Kutub al –

10 Ibrahim bin Musa al-Lakhoni al – Gharnathi al – Ilmiyyah, 1994. hlm. 295

Mahki (Asy-Syathibi), al – Muwafaqat, tt., Juz 3 hal.257 – 258.

120 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ]

J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A

b. Sudut Pandang Mafsadat oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman”. (Q.S. An -Nur:2).11

Dari sudut pandang mafsadat, ada beberapa hal yang dapat memunculkan

Di dalam sebuah hadits juga mafsadat (kerusakan) dalam pasal 53 KHI.

dijelaskan yang artinya : Mafsadat yang berpeluang muncul tersebut

“Telah meng abarkan kepada kami adalah berhubungan dengan pelaksanaan

dari Bisri bin Umar Zahroniy dari perintah Allah tentang zina. Sebagaimana

Hammad bin Salamah dari Qatadah dari al- diketahui secara umum bahwa zina

Hasan dari Khittan bin Abdullah dari merupakan salah satu perbuatan yang

Ubadah bin Ash-Shamit, sesungguhnya sangat dilarang oleh Allah dan dalam Rasulullah SAW bersabda, Allah telah konteks hukum pidana Islam termasuk memberikan jalan ke luar bagi mereka salah satu perbuatan yang dikenakan (pezina), jejaka dengan gadis, hukumannya hukuman had. Larangan Allah mengenai dera seratus kali dan pengasingan selama zina dapat ditemukan dalam Q.S. al- Isra’ satu tahun. Sedangkan duda dengan janda, ayat 32 yang artinya : hukumannya dera seratus kali dan rajam”

“Janganlah kamu mendekati zina, Kedua dalil diatas menunjukkan

sesungguhnya zina itu adalah suatu bahwa setiap pezina diberikan hukuman

perbuatan yang keji dan seburuk-buruknya yang berbeda sesuai dengan status

jalan”. (Q.S. Al -Isra:32). perkawinan yang disandang oleh pezina.

Selain larangan zina, Allah juga Apabila pezina belum menikah (ghairu memberikan

telah menjalani ketentuan bagi para pezina. Hal ini seolah-

maka dia dapat olah terdapat satu pertentangan sekaligus

hukumannya,

melaksanakan perkawinan. Namun jika juga mengindikasikan adanya kemurahan

pelaku zina adalah orang yang telah Allah. Pertentangan tersebut terletak pada

menikah,maka sangat tidak mungkin dia adanya perbuatan yang dilarang Allah pada

akan dapat melaksanakan perkawinan satu sisi, namun di sisi lain seakanakan

karena hukuman yang disediakan bagi Allah memberikan kemurahan berupa

mereka adalah hukuman dera dan rajam ampunan kepada pelaku zina dengan

(dilempari batu hingga meninggal dunia). memperbolehkan perkawinan antar pezina.

Jadi dengan keberadaan kedua dalil diatas Namun demikian, jika kedua dalil diatas

dapat dipahami bahwa kemurahan Allah dipadukan dengan ketentuan hukuman bagi

diperuntukkan bagi pelaku zina yang pelaku zina, maka tidak aka nada anggapan

belum kawin, itupun dengan catatan adanya pertentangan dalil yang dilakukan

apabila mereka mampu bertahan hidup oleh Allah. Berikut ini adalah dalil yang

setelah adanya hukuman yang harus berhubungan dengan hukuman yang 12 diterimanya.

ditentukan Allah terkait dengan pezina, Terkait dengan keberadaan Pasal 53

yang artinya : KHI yang membolehkan perkawinan

“ Perempuan yang berzina dan laki- wanita hamil dengan penyebab yang tidak laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap

ditentukan dan dibatasi serta tanpa adanya seorang dari keduanya seratus kali dera,

sanksi terlebih dahulu, secara tidak janganlah belas kasihan kepada keduanya

langsung mengindikasikan adanya per- mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada

11 Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman, Dasar-dasar

Allah dan hari akhirat, dan hendaklah

pembinaan Hukum Islam Fiqh Islami, Bandung. PT. Al-Ma’arif, 1986. hlm. 347

(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan

12 Ibn Al-Qoyyim al-Jauziyyah A’lam al – Muqi’in, Beirut. Dar al-Kutub al – Ilmiyyah, 1996, Juz 2 hal. 103.

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A

tentangan dengan pelaksanaan perintah bahwa sebenarnya kehamilan akibat zina Allah. Sebab dengan tidak adanya batasan

sengaja harus dikembalikan kepada hukum atau ketentuan penyebab kehamilan wanita

taklifi terlebih dahulu baru kemudian yang dapat dikawinkan, maka secara tidak

kepada hukum wad’i dengan catatan mana- langsung terkandung makna bahwa

kala dalam hukum taklifi tidak terdapat kehamilan akibat zina yang disengaja pun

kejelasan. terkait dengan zina, jelas sekali boleh dikawinkan tanpa adanya sanksi

bahwa dalam hukum taklifi telah ada terlebih dahulu. Hal ini tentunya akan

ketentuan yang mengaturnya. Meskipun memberikan dampak negatif meskipun

hukumannya dipandang kurang relevan tidak secara langsung yang berupa

dengan keadaan masyarakat Indonesia, anggapan sebagai kebiasaan kehamilan

namun hal ini tidak lantas menjadikan akibat zina yang disengaja diluar nikah.

hilangnya aspek sanksi bagi wanita hamil Fenomena ini tentu akan menjadi

akibat zina. Sebab, tanpa adanya sanksi permasalahan tersendiri bagi keberlang-

tersebut dikhawatirkan fungsi hukum sungan pelaksanaan hukum Islam bagi

pencegahan suatu umat Islam di Indonesia.

sebagai

sarana

pelanggaran tidak akan dapat terlaksana. Seperti telah dijelaskan di atas,

Yang dimaksud dengan kawin hamil bahwa keberadaan hukum salah satunya

disini adalah kawin dengan seorang wanita berfungsi

yang hamil diluar nikah, baik dikawini kesempitan dalam kehidupan manusia.

untuk

menghilangkan

oleh laki-laki yang menghamilinya Namun hal ini tidak serta merta dapat

maupun oleh laki-laki yang bukan mengha- dilakukan tanpa adanya suatu syarat

milinya. Hukum kawin dengan wanita penyebab. Dalam Islam, hal ini disebut

yang hamil diluar nikah, para Ulama dengan aspek sabab (penyebab). Sabab

berbeda pendapat, sebagai berikut : terbagi kedalam dua jenis, yakni penyebab

yang empat yang diluar batas kemampuan manusia

1. Ulama

mazhab

(Hanafi,Maliki,Syafi’I, dan Hambali) dimana

bahwa perkawinan kekuasaan mutlak Allah seperti penyebab

berpendapat

keduanya sah dan boleh bercampur berubahnya waktu siang menjadi malam

sebagaimana suami isteri, dengan dan penyebab yang berada dalam batas ketentuan bila si pria itu yang kemampuan manusia. Penyebab yang menghamilinya dan kemudian ia yang berada dalam batas kemampuan manusia

mengawininya.

terbagi lagi menjadi dua pandangan yakni dalam pandangan hukum taklifi dan

2. Ibnu Hazm (Zhahiriyah) berpendapat pandangan hukum .13 wad’i

bahwa keduanya boleh (sah) dikawin- kan dan boleh pula bercampur, dengan

Jika melihat dan dikembalikan pada ketentuan bila telah bertaubat dan

aspek sabab, maka kehamilan akibat zina menjalani hukuman dera (cambuk),

yang disengaja merupakan jenis penyebab karena keduanya telah berzina.

yang berada dalam batas kemampuan Pendapat ini berdasarkan hukum yang manusia. Artinya, sebenarnya manusia pernah diterapkan oleh Sahabat Nabi

memiliki kemampuan untuk mencegah hal

SAW antara lain :

itu, terlebih lagi telah ada ketentuan hukum yang mengaturnya, baik secara taklifi

Ketika Jabir bin Abdilah ditanya maupun wad’i. Dari aspek ini terlihat

tentang kebolehan mengawinkan orang yang telah berzina, beliau berkata : “boleh

13 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, Beirut . Daar al-fikr, 1958.

122 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ]

J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A

mengawinkannya, asalkan keduanya telah wanita itu didera (dicambuk) sebanyak bertaubat dan memperbaiki sifat- sifatnya”.

100 kali”.

b. Ibnu Qudamah sependapat dengan keberatannya kepada Khalifah Abu Bakar

Seorang laki-laki tua menyatakan

Imam Abu Yusuf dan menambahkan dan berkata : Ya Amirul Mukminin,

bahwa seorang pria tidak boleh putriku telah dicampuri oleh tamuku, dan

mengawini wanita yang diketahuinya ingin-kan agar keduanya dikawinkan.

telah berbuat zina dengan orang lain Ketika Khalifah itu memerintahkan kepada

kecuali dengan dua syarat : sahabat lain untuk melakukan hukuman

1. Wanita tersebut telah melahirkan dera (cambuk), kemudian dikawinkan-

bila ia hamil. Jadi dalam keadaan nya. Selanjutnya mengenai pria yang

hamil ia tidak boleh kawin kawin dengan wanita yang dihamili oleh

2. Wanita tersebut telah menjalani Ulama :

orang lain, terjadi perbedaan pendapat para

hukuman dera (cambuk), apakah ia hamil atau tidak.

a. Iman Abu Yusuf, mengatakan keduanya tidak boleh dikawinkan.

c. Imam Muhammad bin Al-Hasan Al- Sebab bila dikawinkan perkawinannya

mengatakan bahwa itu batal (fasid). Pendapat beliau itu

Syaibani

perkawinannya itu sah tetapi haram berdasarkan Firman Allah SWT. Yang

baginya bercampur, selama bayi yang artinya : “Laki -laki yang berzina tidak

dikandungnya belum lahir, berdasarkan mengawini

hadits yang artinya : “Janganlah perempuan

melainkan

kepada

engkau campuri wanita yang hamil, perempuan musyrik, dan perempuan

sehingga lahir (kandungannya)”. yang berzina tidak dikawini melainkan

d. Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i oleh laki-laki yang berzina atau laki-

berpendapat bahwa perkawinan itu laki musyrik, dan yang demikian itu

dipandang sah, karena tidak terikat diharam-kan atas orang-orang yang

dengan perkawinan orang lain (tidak beriman”. (Q.S. An -Nur

ada masa iddah). Wanita itu boleh juga Maksud ayat tersebut adalah tidak

dicampuri, karena tidak mungkin nasab pantas seorang pria yang beriman

(keturunan) bayi yang dikandung itu kawin dengan seorang wanita yang

ternodai oleh sperma suaminya. berzina. Demikian pula sebaliknya,

Sedangkan bayi tersebut bukan wanita yang beriman tidak pantas

keturunan orang yang mengawini kawin dengan pria yang berzina. 15 ibunya itu (anak diluar nikah).

Ayat tersebut diatas diperkuat oleh Dengan demikian, status anak itu hadits Nabi SAW yang artinya

adalah sebagai anak zina, bila pria yang :“Sesungguhnya

mengawini ibunya itu bukan pria yang mengawini seorang wanita, ketika ia

seorang

laki -laki

menghamilinya. Namun bila pria yang mencampurinya dan ia mendapat-

mengawini ibunya itu, pria yang kannya dalam keadaan hamil, lalu dia

menghamilinya maka terjadi perbedaan laporkan kepada Nabi SAW. Kemudian

pendapat :

Nabi menceraikan keduanya dan

a) Bayi itu termasuk anak zina, bila wanita itu diberi maskawin, kemudian

ibunya

dikawini setelah usia kandungannya berumur 4 bulan keatas. Bila kurang dari 4 bulan, maka bayi

14 Muhammad Ali Daud, Asas-Asas Hukum Islam, Jakarta Rajawali Pers.

15 Kitab Digital al-Maktabah al Syamilah, Versi 2.09 [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A

tersebut adalah anak suaminya yang

b) Perkawinan wanita hamil dapat sah.

dilakukan hanya dengan laki-laki yang

b) Bayi itu termasuk anak zina, karena

menghamilinya.

anak itu adalah anak diluar nikah, Maksudnya, menurut isi pasal 53 orang walaupun dilihat dari segi bahasa,

yang berhak mengawini wanita yang bahwa anak itu adalah anaknya karena

hamil adalah orang yang meng- hasil dari sperma dan ovum bapak dari

hamilinya, Artinya, secara tidak ibunya itu.

langsung wanita hamil tidak boleh

c) Dalam Kompilasi Hukum Islam, kawin dengan orang yang tidak masalah kawin hamil dijelaskan

menghamilinya.

sebagai berikut :

c) Perkawinan wanita hamil dilaksanakan Pasal 53

tanpa adanya pelaksanaan had terlebih

1) Seorang wanita hamil diluar nikah, dahulu manakala kehamilan disebab- dapat dikawinkan dengan pria yang

kan oleh perzinaan yang disengaja dan menghamilinya.

jelas.

2) Perkawinan dengan wanita hamil Maksudnya, meskipun dalam Al- yang disebut pada ayat (1) dapat

Qur’an dan Al -Hadits disebutkan dilangsungkan tanpa menunggu

hukuman bagi pezina, hukuman lebih dahulu kelahiran anaknya.

tersebut tidak perlu dilakukan sebelum

3) Dengan dilangsungkannya per-

perkawinan.

d) Perkawinan wanita hamil dapat tidak diperlukan perkawinan ulang

kawinan pada saat wanita hamil,

tanpa menunggu setelah anak yang dikandung lahir.

dilaksanakan

kelahiran anak dalam kandungan. Maksudnya, apabila telah diketahui

Dari bunyi pasal diatas dapat dijelaskan kehamilan seorang wanita diluar nikah ketentuan dalam KHI Pasal 53 sebagai

dan juga diketahui laki-laki yang harus berikut :

bertanggung jawab, maka wanita

a) Perkawinan wanita hamil diperboleh- tersebut dapat langsung dikawinkan kan kepada siapa saja wanita yang

meskipun umur janin dalam kandungan dalam keadaan hamil tanpa ada

sudah mendekati masa kelahiran. ketentuan sebab-sebab kehamilannya.

e) Perkawinan yang telah dilaksanakan tersebut sudah menjadi perkawinan

Maksudnya, apapun yang menyebab- yang sah dan tidak perlu adanya

kan kehamilan wanita sebelum pengulangan nikah.

perkawinan yang sah dapat menjadi syarat kebolehan perkawinan wanita

Hal ini menunjukkan bahwa perkawinan hamil selama memenuhi syarat

wanita hamil memiliki legalitas dalam perkawinan. Kehamilan wanita yang

lingkup hukum positif. terjadi akibat perkosaan, wati’ syubhat,

maupun perzinaan diperbolehkan Terjadinya wanita hamil diluar nikah terjadinya perkawinan wanita hamil.

(yang hal ini sangat dilarang oleh agama, Jadi meskipun kehamilan tersebut

perundang-undangan karena adanya perbuatan zina yang

norma,

etika,

negara), selain karena adanya pergaulan dilakukan secara sengaja dan tidak ada

bebas, juga karena lemah (rapuhnya) iman syubhat di dalamnya, tetap saja wanita

masing-masing pihak. Oleh yang hamil itu dapat dinikahkan.

pada

karenanya, untuk mengantisipasi perbuatan yang keji dan terlarang itu, pendidikan

124 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ]

J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A

agama yang mendalam dan kesadaran

2. Faktor-Faktor Yang Mendorong

hukum semakin diperlukan.

Terjadinya Hamil Diluar Nikah

Secara langsung dapat dipahami Dilingkungan Masyarakat bahwa pasal 53 KHI yang terdiri dari 3

Terjadinya kehamilan sebelum ayat

pernikahan (kawin hamil) pada seseorang wanitanya. Ungkapan yang dapat kita

adalah karena adanya hubugan antara laki- pahami tentang wanita adalah sebagai mata

laki dan perempuan layaknya suami isteri air kebahagiaan dalam kehidupan, sumber

yang terjadi di luar perkawinan. Berkaitan kasih sayang dan kelembutan, wanita

dengan hal tersebut banyak hal memang adalah tiang dan rahasia kesuksesan

yang secara langsung maupun tidak seorang laki-laki dalam kehidupan. Wanita

langsung menjadi pendorong terjadinya dapat membangkitkan keberanian dan

kasus kawin hamil. Perkembangan zaman semangatnya, menanamkan rasa cinta dan

yang semakin maju semakin membuka tanggung jawab terhadap pekerjaan,

kesempatan untuk terjadinya hubungan di melahirkan sifat sabar dan tabah,

luar nikah, oleh karena itu pemahaman melenyapkan rasa lelah dan letih, membuat

pendidikan agama adalah sangat penting tabi’atnya yang halus serta perasaannya

untuk mengantisipasi dampak negatif dari halus,

perkembangan tersebut. Adapun anak zina adalah anak yang

Namun dalam kehidupan ini, yang lahir diluar perkawinan yang sah, sedang-

tidak dapat di hindari adalah adanya kan perkawinan yang diakui di Indonesia

interaksi budaya dan norma antara timur yaitu perkawinan yang dilakukan menurut

dan barat, yang dalam kehidupan sehari- hukum masing-masing agamanya dan

hari tidak jarang telah dipengaruhi dan kepercayaannya serta dicatat menurut per-

dikuasai oleh budaya barat. Pergeseran aturan perundang-undangan yang berlaku

nilai-nilai tersebut terlihat jelas pada dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974.

pendapat dan pandangan mereka tentang Para Ulama sepakat bahwa anak zina tidak

seks dan corak pergaulan antar jenis dinasabkan kepada ayahnya, tetapi

kelamin yang mereka lakukan. Akibatnya, dinasabkan kepada ibunya. Sebagaimana

banyak berita tentang kehamilan sebelum sabda Nabi Muhammad SAW. yang

menikah.

artinya : “Anak itu bagi yang melahirkan”. Ini sesuai dengan KHI Pasal 100 yang

Terjadinya peristiwa hamil diluar berbunyi : “Anak yang lahir diluar per -

nikah, selain karena adanya pergaulan kawinan hanya mempunyai hubungan

bebas, juga karena lemahnya iman pada nasab dengan ibunya dan keluarga

masing-masing pihak. Oleh karenanya ibunya”.

untuk mengantisipasi perbuatan yang keji dan terlarang itu, pendidikan agama yang

Imam Syafi’i berpendapat paling mendalam dan kesadaran hukum semakin cepat umur kehamilannya itu adalah enam

diperlukan oleh setiap individu. Adapun bulan,apabila perkawinan telah lebih dari

sejumlah faktor yang menyebabkan enam bulan, lalu anak lahir maka anak

terjadinya hubungan seksual diluar nikah tersebut mempunyai nasab kepada

menurut Sarlito adalah : suaminya. Sebaliknya, apabila kurang dari

enam bulan, maka nasab anak tersebut

1. Banyaknya rangsangan pornografi baik dihubungkan kepada ibunya.

yang berupa film,bahan bacaan,mau- pun yang berupa obrolan sesama teman sebaya, yang merupakan akibat dari

16 Abdul Karim Zaidan, Pengantar Studi Syari’ah, Jakarta. Rabbani Press, 2008

arus globalisasi.

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A

2. Tersedianya

Faktor eksternal yang mendorong melakukan perbuatan seks. Misalnya

kesempatan

untuk

manusia untuk melakukan perbuatan zina pada waktu orang tua tidak ada di

adalah disebabkan kondisi sosial yang rumah, di dalam mobil, atau pada saat

mentolerir pergaulan bebas antara pria dan piknik. 17 wanita. Adat istiadat yang dahulunya

memandang tabu pergaulan bebas antara Menurut Dr. Muhammad Abduh

pria dan wanita, kini menjadi semakin Malik penyebab hamil di luar nikah sama

longgar.

dengan timbulnya perilaku perzinahan. Faktor penyebab tersebut terdiri dari faktor

Kondisi sosial yang penuh sesak internal dan faktor eksternal, yaitu :

dengan situasi, suasana mediasi kepornoan telah berfungsi sebagai perangsang,

1. Faktor Internal pendorong manusia extrovert yang Manusia secara naluriah memiliki

memiliki nafsu birahi terhadap lawan nafsu syahwat terhadap lawan jenisnya.

jenisnya,

Jika nafsu syahwat itu begitu besar, nafsu Namun tidak memiliki keimanan dan syahwat tersebut dapat mengalahkan akal

kendali moral yang kuat, untuk meng- budinya atau akal sehat dan kendali

hindari diri dari perbuatan yang melanggar normalnya. Artinya jika akal sehat dan

hukum agama dan adat istiadat yang keyakinan moral tidak cukup kuat untuk

berlandasan moral agama (ahlakul mengendalikan gejolak nafsu syahwat

karimah ) sehingga terjerumus untuk maka manusia tersebut akan terjerumus

melakukan hubungan seksual diluar akad kepada perbuatan zina, apabila mereka

nikah yang sah (perzinahan). 18 tidak menempuh jalur pernikahan yang

sah.

b. Aturan hukum pidana yang sangat

lemah

Hal ini bisa terjadi kepada mereka yang tidak mempunyai landasan iman yang

Aturan hukum pidana dalam kitab kuat dan keyakinan moral yang lemah.

undang-undang hukum pidana (KUHP) Terlebih lagi apabila kondisi ini terjadi

tidak mencantumkan hubungan seksual di kepada orang yang mempunyai tipe

luar pernikahan yang sah yang dilakukan ektrovert (orang yang lebih mementingkan

oleh bujang dan gadis atau orang-orang hal-hal lahiriyah). Terjadi karena masalah

yang tidak terikat pernikahan yang itu berkaitan dengan sikap, maka manusia

dilakukan atas dasar suka sama suka yang memiliki sikap ektrovert harus

sebagai perbuatan zina dan perbuatan zina memiliki pemahaman yang lebih kuat dan

yang ada dalam KUHP dimasukkannya ke mendalam

dalam delik aduan absolut. Akibatnya pengalaman hidup beragama yang lebih

sebagai anggota masyarakat, tidak takut intensif dan lebih kuat.

melakukan perbuatan zina atau hubungan seks di luar pernikahan yang sah karena

2. Faktor Eksternal tidak ada atau tidak pasti adanya aturan

Terdapat dua faktor eksternal yang hukum positif yang akan menjeratnya. memungkinkan

untuk

terjadinya

Nina Surtiretna dalam bukunya pernikahan hamil di luar nikah yaitu :

Bimbingan seks: Pandangan Islam dan

a. Kondisi sosial Medis , juga memberikan keterangan, setidaknya ada tiga faktor pemicu

17 Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum 18 Abu Asma Anshari, Etika Perkawinan, Jakarta. Islam, Jakarta. Rajawali Pers 1991.

Pustaka Panji Mas, 1993

126 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ]

J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A

terjadinya hamil di luar nikah yaitu : faktor akan mendapatkan sanksi dari masyarakat internal individu, di luar individu dan

berupa pandangan minor terhadap dirinya faktor masyarakat. Yang dimaksud dengan

dan akan mendapatkan kesulitan untuk ketiga faktor tersebut adalah :

menikah dengan pria yang masih suci karena ada larangan dalam hukum islam.

Pertama , faktor internal individu: diantaranya ketidakmampuan mengendali-

2. Terhadap pelaku pria kan hawa nafsu dan kurang kuatnya iman.

Dia akan lebih mudah terdorong Kedua , faktor diluar individu: yang

untuk melakukan kejahatan berikutnya, memungkinkan

perilaku zina membutuhkan biaya terutama perzinahan,

bahkan

mendorong

bagi kaum pria untuk mendapatkan wanita perempuan berada di dalam satu rumah

yang punya motif ekonomi dan karena itu tanpa ada orang lain (khalwat). Islam

pria cenderung akan menggunakan peluang melarang keras terhadap perbuatan yang

atau kesempatan untuk mendapatkan harta menghantarkan pada perbuatan zina/ber-

melalui cara yang haram. Pada pandangan khalwat. Selain itu hotel, diskotik, bar,

lain, pria pezina akan mendapatkan sanksi pornografi dalam bentuk majalah dan film,

pidana atau minimal sanksi akhirat. tv, video dan lain sebagainya yang dapat

berperan dalam meningkatkan daya

3. Terhadap keluarga besar si pelaku rangsang seksual dua orang yang berlainan

Perbuatan zina akan menimbulkan jenis, yang bila mencapai tingkat tertentu duka cita yang amat dalam bagi anggota mend esak untuk segera menikmati “buah keluarga besar si pelaku. Rasa malu yang terlarang”. amat dalam bagi anggota keluarga

Ketiga, faktor normatif: masyarakat besarnya terutama orang tua pelaku wanita semakin pesimis, toleran, masyarakat tidak

terhadap masyarakat yang mengetahui dan peduli lagi terhadap kebersamaan dua

mencemohkannya. Rasa penyesalan bagi orang yang berlawanan jenis yang bukan

orang tua yang bertanggung jawab suami isteri pada suatu saat dan pada satu

mendidik anak perempuannya, pupusnya tempat. Dengan kata lain, masyarakat

harapan orang tua pelaku wanita untuk semakin longgar terhadap hal-hal yang

mendapatkan anak menantu yang masih berkaitan dengan seksualitas sehingga

suci karena adanya larangan dari agama terjadilah perzinahan. 19

Islam.

4. Terhadap masyarakat luas dan agama mempunyai dampak yang sama dengan zina yang mana sangat buruk dampaknya

Pernikahan hamil diluar nikah

Perbuatan zina memiliki dampak bagi pelakunya dan masyarakat banyak.

terhadap masyarakat luas dan agama Diantaranya adalah :

sendiri, zina juga dinilai menyebabkan rusaknya keturunan dan kehormatan

1. Terhadap pelaku wanita wanita dan keluarga dalam masyarakat yang menjadi salah satu tujuan syariat

Pelaku wanita akan cenderung lebih islam. Zina juga akan mempertinggi

mudah melakukan perbuatan buruk atau jumlah aborsi dalam masyarakat, ini berarti kejahatan berikutnya daripada melakukan pelaku zina tidak menghargai lagi nyawa perbuatan baik, dan mereka juga anak manusia yang juga menjadi salah satu cenderung kembali untuk mengulangi tujuan syariat islam. Perbuatan itu juga perbuatannya. Secara sosial, wanita itu merendahkan akal sehat manusia di bawah

nafsu syahwat sehingga merusak tujuan

19 Abdurrahman, Subulan Al – Salam, Kitabun Nikah,

Jilid II, Beirut Dar – Al – Fikr, tt. [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA

[F AKULTAS H UKUM ]

J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A

syariat Islam di bidang pemeliharaan akal masuk sebagai akibat dari globalisasi. sehat manusia. 20 Semua itu memiliki pengaruh yang

besar terhadap penyimpangan seks,

C. SIMPULAN

pergaulan bebas dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa : keberadaan Pasal 53 KHI merupakan sarana untuk melindungi

DAFTAR PUSTAKA

hak-hak manusia namun terkandung aspek mafsadat yang berkaitan dengan pelak-

Abdul Karim Zaidan, Pengatar Studi sanaan syari’at Islam tentang zina. Untuk

Syari’ah , Jakarta, Rabni Press, 2008 menghilangkan aspek mafsadat dalam

Pasal 53 KHI, dalam konteks saddu al- Abdul Wahab Asy- sya’ri , Kitab Al miza, dzari’at, diperlukan perubahan redaksi

juz 3, Mesir, Matba’ah at -taqadim berupa penambahan ketentuan batasan

al-ilmiyah , cet.1. 1321H penyebab kehamilan dan sanksi yang

Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah menyertainya. Formulasi Pasal 53 KHI

Hukum Islam , Jakarta: Rajawali Pres, sebagai solusi kawin hamil dapat

direalisasikan dengan

menambahkan

redaksi terkait dengan pembatasan sebab Abdurrahman Al-Kahlani Al- San’ani, kawin hamil yang dapat dilaksanakan

Subulu Al-Salam kitabun Nikiah, tanpa adanya sanksi dan pemberlakuan

Jilid II, Bairut: Dar al-Fikr, tt sanksi bagi kawin hamil yang disebabkan

Abu Asma Anshari, Etika Perkawina, zina berupa taubat sosial.

Jakarta: Pustaka Panji Mas.1993 Pada dasarnya faktor pernikahan

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, hamil diluar nikah tidak hanya dari diri

Jakarta: PT Raja Gerafido Persada, mereka saja, melainkan adanya factor lain

Cet. Ke 3, 1998

yang mempengaruhi, diantaranya : ______,Pembaharuan Hukum IslamDi

1. Kualitas diri remaja itu sendiri,

(Pengantar Sahal perkembangan emosional yang tidak

Indoesia,

Yogyakarta: Gama sehat,

Mahfudh),

Media, Cet.ke,1. 2001 mengenai norma dan ajaran agama, dan

kurangnya

pendalaman

Al-Qarafi, Anwar al- Baruq fi Anwa’ al- ketidakmampuan mengendalikan diri, Furuk , juz 6 Dalm kitab Digital al- serta bergaul dengan golongan yang maktabah; asy-Syathibi kurang baik.

2. Meluasnya peredaran film porno, Amir Syarifuddi, Ushul Fiqh jilid 1 majalah-majalah yang menampilkan

Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1977 gambaran-gambaran

yang

tidak

_______, Ushul Fiqh jilid 2 Jakarta: Logos seronok, serta menjamurnya tempat-

Wacana Ilmu, 2001 tempat hiburan yang berbau maksiat.

3. Masyarakat, lingkungan, dan budaya CD Program Mausu’ah Hadis, al - barat (luar) sangat mempengaruhi

Syarif,1991-1997, VCR II Global hubungan seks diluar nikah, dan sangat

Islamic Sofiware Company. minimnya filterisasi budaya barat yang

Departemen Agama RI Al- Qur’an dan Terjemahnya , Surabaya: Surya Cipta

Aksara, 1993

20 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid I, Jakarta Logos

Wacana Ilmu, 1997.

128 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

[U NIVERSITAS M ATARAM ]

J J J A A A T T T I I I S S S W W W A A A R R R A A] A