Indikator Ekonomi dan Kemakmuran Indones

UNIVERSITAS INDONESIA

MAKALAH
Indikator Ekonomi dan Kemakmuran Indonesia
Dibandingkan Negara Cina, India, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Thailan serta Permasalahan dalam Perkonomian Indonesia
Tugas dalam rangka Mata Ajaran Perekonomian Indonesia

Disusun Oleh
Abdul Rozaq Setiawan / 1506810080

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
KEKHUSUSAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
JAKARTA
APRIL 2016

Statement of Authorship
“Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah
terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang
lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini belum pernah digunakan sebagai bahan untuk makalah pada mata
ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa saya menyatakan
bahwa saya menggunakannya.
Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak
dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”
Mata Ajaran

: Perekonomiian Indonesia

Kelas

: AKP15-2P-A

Judul Makalah/Tugas

: Indikator Ekonomi dan Kemakmuran Indonesia
dibandingkan Negara
Filipina,

Singapura,


Cina, India, Malaysia,
dan

Thailan

Permasalahan dalam Perkonomian Indonesia
Tanggal

: 29 April 2016

Dosen

: Prof. Susijati B. Hirawan, SE., M.Sc., Ph.D

Nama

: Abdul Rozaq Setiawan

NPM


: 1506810080

Tanda Tangan

:

1

serta

ABSTRAK
Output growth perekonomian Indonesia rata-rata sebesar 5,4% berada di
urutan nomor 5 dari 7 negara yang diperbandingkan. Tingkat inflasi Indonesia
secara rata-rata mulai dari tahun 2000 s.d. 2014 merupakan yang tertinggi yaitu
7,4%. Tingkat pengangguran Indonesia rata-rata 8,3% yang merupakan tertinggi
nomor 2 setelah negara Filipina.
Indikator kemakmuran yang dihitung melalui GDP per kapita berdasarkan
purchasing power parity Amerika Serikat tahun 2011 berada di nomor 5. Rata-rata
GDP per kapita Indonesia masih berkisar US$7.000-an. Nilai GDP per kapita

tertinggi adalah Singapura sebesar US$64.731.
Tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi di Indonesia ternyata tidak
mampu menyerap tenaga kerja yang signifikan. Hal ini disebabkan lemahnya
kinerja ekonomi sektor padat karya antara lain pertanian, konstruksi dan
manufaktur. Atas beberapa indikator tersebut, Indonesia menghadapi masalah
terkait dengan inflasi, pengangguran, GDP per kapita dan kemiskinan.

2

DAFTAR ISI
Contents

Statement of Authorship.................................................................................................................i
ABSTRAK........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
BAB I

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A.


Latar Belakang...................................................................................................1

B.

Rumusan Masalah..............................................................................................1

C.

Tujuan Penyusunan............................................................................................2

BAB II

Indikator Ekonomi dan Kemakmuran Indonesia dibandingkan dengan Cina,
India, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailan..................................................3

A.

Konsep.................................................................................................................3


B.

Data dan Analisis................................................................................................5
1.

Output Growth................................................................................................5

2.

Inflasi...............................................................................................................7

3.

Tingkat pengangguran...................................................................................9

4.

Indikator kemakmuran................................................................................13

C.


Masalah dalam perekonomian Indonesia......................................................14

BAB III SIMPULAN DAN SARAN........................................................................................18
A.

Simpulan............................................................................................................18

B.

Saran..................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data perekonomian suatu negara akan memberikan gambaran mengenai

tingkat pembangunan negara tersebut. Indonesia telah merdeka selama 70 tahun.
Sangat menarik untuk melihat bagaimana tingkat perekonomian negara Indonesia
dari tahun ke tahun.
Blanchard mengemukakan bahwa untuk mengetahui tingkat kesehatan
perekonomian suat negara dapat dilihat dari output growth, tingkat inflasi dan
tingkat penganguran. Outpput growth digunakan untuk mengetahui
perkembangan output suatu negara. Logikanya, semakin maju negara tersebut
maka akan semakin banyak output yang dihasilkan. Tingkat inflasi menunjukkan
bagaimana kenaikan harga-harga yang terjadi pada suatu negara. Kenaikan hargaharga akan mempengaruhi tingkat penghasilan riil warga suatu negara. Inflasi
yang sangat tinggi mengakibatkan pendapatan warga negara menjadi tidak
berguna dalam pemenuhan kebutuhan karena tidak lagi mencukupi untuk
membeli barang-barang kebutuhan. Sedangkan tingkat pengangguran
menunjukkan bagaimana serapan tenaga kerja di suatu negara. Semakin banyak
orang yang bekerja maka akan semakin banyak pula konsumsinya sehingga akan
mendorong industri untuk menghasilkan output lebih banyak.
Indikator kemakmuran suatu negara dapat dilihat dari GDP per kapita
(Blanchard). Akan tetapi, untuk membandingkan tingkat GDP per kapita suatu
negara tidak adil jika menggunakan harga yang dikonversi ke US $. Hal ini
karena ada kemungkinan harga barang/jasa di suatu negara berbeda dengan
negara yang lain. Oleh karena itu, pengukuran GDP per kapita menggunakan

perhitungan purchasing power parity (PPP). Pengukuran ini menghitung seluruh
harga barang konsumsi berdasarkan harga di negara basis (biasanya AS).
Pada akhirnya, akan menarik untuk melihat masalah yang dihadapi
perekonomian Indonesia dilihat dari beberapa indikator yang telah disebutkan di
atas. Perekonomian tidak mungkin lepas dari masalah. Dan akan menarik juga
bagaimana usulan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa saja indikator ekonomi suatu negara?
2. Apa saja indikator kemakmuran suatu negara?
3. Bagaimana indikator ekonomi Indonesia dibandingkan negara Cina, India,
Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailan?
4. Bagaimana indikator kemakmuran Indonesia dibandingkan dengan negara
Cina, India, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailan?

1

5. Apa saja permasalah dalam perekonomian Indonesia dan bagaimana saran
pemecahannya?
C. Tujuan Penyusunan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Indikator ekonomi suatu negara.
2. Indikator kemakmuran suatu negara.
3. Indikator ekonomi Indonesia dibandingkan negara Cina, India, Malaysia,
Filipina, Singapura dan Thailan.
4. Indikator kemakmuran Indonesia dibandingkan dengan negara Cina, India,
Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailan.
5. Permasalah dalam perekonomian Indonesia.
6. Saran pemecahan masalah dalam perekonomian Indonesia.

2

BAB II
Indikator Ekonomi dan Kemakmuran Indonesia
dibandingkan dengan Cina, India, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailan
A. Konsep
Indikator ekonomi (Investopedia) merupakan bagian dari data ekonomi yang
digunakan oleh investor untuk menerjemahkan kemungkinan investasi pada saat ini
atau di masa yang akan datang dan menilai tingkat kesehatan seluruh ekonomi. Hal
ini sejalan dengan definisi dari oxford yaitu statistic yang digunakan untuk

memprediksi tren masa depan ekonomi suatu negara.
Indikator ekonomi yang digunakan untuk melihat tingkat kesehatan
ekonomi suatu negara (Blanchard) adalah output growth, unemployment rate dan
inflation rate. ;
1. Output growth
Output growth suatu negara dihitung dari tingkat perubahan produk
domestik bruto/gross domestic product (GDP). Produk domestik bruto
(Blanchard) adalah ukuran output agregat dalam akun pendapatan nasional atau
nilai pasar dari barang dan jasa yang diproduksi oleh tenaga kerja dan properti
yang terletak dalam sebuah negara. Menurut Mankiw, GDP adalah nilai pasar dari
seluruh barang dan jasa akhir dalam sebuah ekonomi pada periode waktu tertentu.
Untuk menghitung GDP (Mankiw), ada 3 pendekatan yang digunakan yaitu:
a. Income
Merupakan jumlah pembayaran kepada para pemilik factor produksi
b. Expenditure
Merupakan penjumlahan belanja atas barang atau jasa akhir. Barang akhir
(final good) adalah barang yang diperuntukkan untuk konsumsi akhir.
c. Output
Jumlah nilai tambah (value added) dalam setiap sector. Nilai tambah
merupakan selisih antara nilai output yang dijual dengan biaya pembelian
bahan mentah dan barang setengah jadi yang diperlukan untuk
menghasilkan output.
Output growth/ GDP growth dihitung berdasarkan real GDP growth.
GDP growth bisa bernilai positif dan negative. Ketika GDP growth positif,

3

ekonomi negara tersebut dikatakan sedang ekspansif. Sebaliknya ketika GDP
growth bernilai negative dikatakan ekonomi negara tersebut sedang resesif.
2. Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang. Deflasi merupakan
kebalikan dari inflasi yaitu penurunan harga barang-barang. Ada 2 indikator yang
digunakan untuk mengukur GDP deflator dan Consumer Price Index (CPI).
GDP deflator (Blanchard) didefinisikan sebagai rasio antara nominal
GDP dan real GDP. Penghitungan real GDP yang diukur pada harga di tahun
tertentu berimplikasi pada perhitungan GDP deflator. Pada saat basis GDP untuk
real GDP dihitung, GDP deflator akan bernilai 1. Pada saat yang demikian, nilai
indeks GDP deflator tidak memiliki arti ekonomi.
Consumer Price Index (CPI) (Blanchard) merupakan harga barang dan
jas tertentu yang dikonsumsi oleh warga suatu negara. Yang membedakan
perhitungan GDP deflator dengan CPI yaitu CPI dihitung berdasarkan harga
barang yang dikonsumsi sedangkan GDP deflator menghitung seluruh harga
barang akhir (final goods) yang dihasilkan oleh suatu negara. Ada kalanya final
goods tidak dikonsumsi oleh konsumen seperti final goods yang digunakan oleh
perusahaan, pemerintah atau untuk ekspor. Sedangkan barang yang dikonsumsi
oleh warga negara ada juga yang tidak dihasilkan di dalam negeri atau diimpor.
GDP deflator dan CPI sama-sama dihitung berdasarkan basis harga pada
waktu tertentu. Ketika menghitung GDP maupun CPI pada waktu basis harga,
nilai indeks keduanya sama-sam bernilai 1.
3. Tingkat pengangguran
Tingkat pengangguran diukur dalam persentase (%) dari angkatan kerja
(labor force). Tingkat pengangguran akan dihubungkan dengan pertumbuhan
output (Okun’s Law) dan dengan tingkat inflasi (Philips Curve). Okun’s law
(dalam Blanchard) menyebutkan bahwa jika pertumbuhan output tinggi, tingkat
pengangguran akan menurun. Menurut Philips curve, ketika tingkat pengangguran
sangat rendah, ekonomi mengalami overheat dan hal ini akan mendorong tingkat
inflasi mengalami kenaikan.
Indikator kemakmuran (Blanchard) suatu negara biasanya dilihat dari GDP
per kapita. Untuk membandingkan indikator kemamkmuran antar negara,

4

digunakanlah GDP per kapita dengan perhitungan purchasing power parity (PPP).
Penghitungan PPP menggunakan harga-harga barang/jasa pada negara basis (biasanya
AS) sehingga dapat diperbandingkan secara adil GDP per kapita antar negara. GDP
per kapita berdasarkan PPP menunjukkan tingkat konsumsi oleh warga suatu negara.
Hal ini juga berarti menunjukkan living standard warga negara suatu negara.
B. Data dan Analisis
1. Output Growth
Data output growth (Worldbank) dari tahun 2000 s.d. 2014 digambarkan
dalam table sebagai berikut:
Malaysi Philippine Singapor

Thailan

a
0.517675
5.390988
5.788499
6.783438
5.332139
5.584847
6.298786
4.83177
-1.51369
7.42597
5.293785
5.473454
4.713454
5.992609

s
2.893992
3.645898
4.970364
6.697636
4.777663
5.242953
6.616669
4.152757
1.14833
7.632264
3.659755
6.68381
7.055272
6.132343

e
-0.95229
4.211687
4.435328
9.549175
7.489157
8.860196
9.111527
1.78762
-0.60339
15.24038
6.207449
3.414361
4.443214
2.918389

d
3.444244
6.14888
7.18933
6.289289
4.187835
4.967917
5.435093
1.725668
-0.73828
7.506711
0.833682
7.322901
2.809404
0.865664

9.814014 5.368776 7.235526 4.850981

5.093551

5.436629 4.142024

Tahun

China

2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Ratarata

8.298374
9.090909
10.01997
10.07564
11.35239
12.68823
14.19496
9.623377
9.233551
10.63171
9.484506
7.750298
7.68381
7.268461

Indonesi
a
3.643466
4.499475
4.780369
5.030874
5.692571
5.500952
6.345022
6.013704
4.628871
6.223854
6.169784
6.030051
5.579211
5.024665

India
4.823966
3.803975
7.860381
7.922937
9.284832
9.263959
9.80136
3.890957
8.479787
10.25996
6.638353
5.081418
6.899217
7.286253

Jika data tersebut digambarkan dalam grafik, hasilnya sebagai berikut;

5

GDP Growth
20.00

% Growth

15.00

10.00

5.00

0.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
-5.00
China
Singapore

Indonesia
Thailand

India

Tahun

Malaysia

Philippines

Dari data di atas dapat ditari informasi sebagai berikut:
a. Pertumbuhan output negara Cina mulai tahun 2007 terus megalami
penurunan. Penurunan paling tinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu 9,6%
dibandingkan tahun 2007 (14,2%). Pertumbuhan rata-rata sebesar 9,8% per
tahun.
b. Pertumbuhan output negara Indonesia relative konstan dengan sedikit
penurunan pada tahun 2009. Pertumbuhan rata-rata sekitar 5,4% per tahun.
c. Pertumbuhan output negara India mengalami penurunan dan kenaikan sangat
tajam dimulai tahun 2007. Pertumbuhan output terendah negara ini terjadi
tahun 2008 yaitu 3,9%. Rata-rata pertumbuhan sebesar 7,2% per tahun.
d. Pertumbuhan output negara Malaysia relative stabil sejak tahun 2000. Akan
tetapi menurun tajam pada tahun 2009 (resesi) pada tingkat -1,5%. Rata-rata
pertumbuhan sekitar 4,85% per tahun.
e. Petumbuhan output negara Filipina mengalami kenaikan dan penurunan
sangat tajam mulai tahun 2004. Hal ini mencerminkan pertumbuhan yang
tidak stabil di negara ini. Tingkat pertumbuhan tertinggi pada tahun 2010
yaitu dikisaran 7,6%. Tingkat pertumbuhan terendah pada tahun 2009
dikisaran 1,15%.

6

f. Pertumbuhan output negara Singapura tidak stabil mulai tahun 2007. Tingkat
pertumbuhan terendah (resesi) terjadi pada tahun 2009 pada kisaran -0,6%.
Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2010 dikisaran 15%
dibanding tahun sebelumnya. Rata-rata pertumbuhan berkisar 5,4% per tahun.
g. Pertumbuhan output negara Thailan sangat tidak stabil. Tingkat pertumbuhan
terendah terjadi pada tahun 2009 dikisaran -0,73% kemudian naik dan turun
sangat tajam. Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi di tahun 2010 dikisaran
7,5% dari tahun sebelumnya. Tingkat pertumbuhan rata-rata negara ini
sebesar 4,1%.
Negara-negara

yang

disebutkan

di

atas

mengalami

penurunan

pertumbuhan mulai tahun 2007-2008 yang dipengaruhi oleh krisis keuangan AS.
hal ini ditandai dengan menurunnya tingkat pertumbuhan pada mulai tahun 2007
s.d. 2009. Pertumbuhan ekonomi negara Indonesia berada di peringkat ke 4 dari 7
negara yang disebutkan di atas.
2. Inflasi
Tingkat inflasi yang digunakan dalam makalah ini adalah CPI annual
(%) dari Worldbank. Data inflasi ditampilkan sebagai berikut;
Tahun

2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
rata-rata

China

0.3
0.7
-0.8
1.2
3.9
1.8
1.5
4.8
5.9
-0.7
3.3
5.4
2.6
2.6
2.0
1.4
2.2

Indonesi
a

Indi
a

Malaysi
a

Philippine
s

3.7 4.0
11.5 3.7
11.9 4.4
6.6 3.8
6.2 3.8
10.5 4.2
13.1 6.1
6.4 6.4
9.8 8.4
4.8 10.9
5.1 12.0
5.4 8.9
4.3 9.3
6.4 10.9
6.4 6.4
6.4 5.9
7.4 6.8

1.5
1.4
1.8
1.0
1.5
3.0
3.6
2.0
5.4
0.6
1.7
3.2
1.7
2.1
3.1
2.1
2.2

4.0
5.3
2.7
2.3
4.8
6.5
5.5
2.9
8.3
4.2
3.8
4.6
3.2
3.0
4.1
1.4
4.2

7

Singapore

1.4
1.0
-0.4
0.5
1.7
0.4
1.0
2.1
6.5
0.6
2.8
5.3
4.5
2.4
1.0
-0.5
1.9

Thailand

1.6
1.6
0.7
1.8
2.8
4.5
4.6
2.2
5.5
-0.8
3.3
3.8
3.0
2.2
1.9
-0.9
2.4

Data di atas ditampilkan dalam grafik sebagai berikut:

CPI Annual
14.0
12.0

Axis Title

10.0
8.0
6.0
4.0
2.0
0.0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
-2.0
China
Indonesia
India
Malaysia
Philippines
Singapore
Thailand
Tahun

Informasi yang didapat dari data di atas sebagai berikut:
a. Inflasi di negara Cina berfluktuasi. Rata-rata inflasi tahunan sebesar 2,2%.
b. Inflasi di Indonesia berfluktuasi dengan titik tertinggi pada tahun 2006
(13,1%). Inflasi di negara Indonesia rata-rata 7,4%. Indonesia menjadi negara
dengan inflasi tertinggi pada tahun 2015. Inflasi tinggi pada tahun 2005 (BI,
2006) disebabkan utamanya oleh naiknya harga minyak dunia di Oktober
2015 ditambah dengan naiknya harga-harga pangan (kekurangan pasokan dan
terganggunya jalur distribusi). Lonjakan inflasi tahun 2006 disebabkan
utamanya oleh kenaikan harga pangan seperti beras, daging dan bumbu
(musim kemarau panjang).
c. Inflasi di negara India melonjak sejak tahun 2004 s.d. 2010 (12%) untuk
kemudian turun ke level 5,9% pada tahun 2015. Rata-rata inflalsi tahunan
berada di angka 6,8%.
d. Inflasi di negara Malaysia berfluktuasi. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun
2008 di angka 5,4%. Pada tahun 2015, Malaysia mampu mempertahankan
inflasi di angka 2,1%. Rata-rata inflasi tahunan sebesar 2,2%.
e. Inflasi di negara Filipina berfluktuasi dengan titik tertinggi pada tahun 2008
(8,3%) dan titik terendah di tahun 2015 (1,4%). Rata-rata inflasi sebesar 4,2%.
f. Inflasi di negara Singapura berfluktuasi dengan titik tertinggi pada tahun 2008
(6,5%). Pada tahun 2015, Singapura mengalami deflasi dengan tingkat inflasi
-0,5%. Rata-rata inflasi tahunan Singapura 1,9%.
8

g. Inflasi negara Thailan berfluktuasi dengan tingkat inflasi tertinggi pada tahun
2008 (5,5%). Thailan mengalami deflasi pada 2015 dengan tingkat inflasi
-0,9%.
3. Tingkat pengangguran
Data tingkat pengangguran (Worldbank) dari tahun 2000 s.d. 2014
sebagai berikut:
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
ratarata

4.50
4.50
4.40
4.30
4.30
4.10
4.00
3.80
4.40
4.40
4.20
4.30
4.50
4.60
4.70

6.10
8.10
9.10
9.50
9.90
11.20
10.30
9.10
8.40
7.90
7.10
6.60
6.10
6.30
6.20

4.30
4.00
4.30
3.90
3.90
4.40
4.30
3.70
4.10
3.90
3.50
3.50
3.60
3.60
3.60

Malaysi
a
3.00
3.50
3.50
3.60
3.50
3.50
3.30
3.20
3.30
3.70
3.40
3.10
3.00
3.20
2.00

4.33

8.13

3.91

3.25

China

Indonesia

India

Philippine
s
11.20
11.00
11.50
11.20
11.90
7.70
8.00
7.40
7.30
7.50
7.30
7.00
7.00
7.10
7.10

Singapor
e
3.70
3.70
4.80
5.20
4.40
4.10
3.60
3.00
3.20
4.30
3.10
2.90
2.80
2.80
3.00

Thailan
d
2.40
2.60
1.80
1.50
1.50
1.30
1.20
1.20
1.20
1.50
1.00
0.70
0.70
0.70
0.90

8.68

3.64

1.35

Data di atas dapat disajikan secara grafik sebagai berikut:

9

Unemployment
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
China
Philippines

Indonesia
Singapore

India
Thailand

Malaysia

Dari data di atas, informasi yang didapatkan sebagai berikut:
a. Tingkat pengangguran di negara Cina semakin meningkat. Peningkatan
pengangguran di Cina relatif tidak terlalu besar. Rata-rata tingkat penggauran
di Cina sebesar 4,33% dari total angkatan kerja.
b. Tingkat pengangguran di Indonesia relatif tinggi. Peningkatan tajam
pengangguran terjadi pada tahun 2005 pada kisaran 11,2% dan sejak saat itu
mulai menurun. Rata-rata tingkat pengangguran di Indonesia mencapai
8,13%. Pada tahun 2014, tingkat pengangguran Indonesia tertinggi ke-2 dari 7
negara yang dibandingkan.
c. Tingkat pengangguran di negara India relatif stabil. Rata-rata tingkat
penganggurannya mencapai 3,91%.
d. Tingkat pengangguran di negara Malaysia cukup stabil dan pada tahun 2014
mengalami penurunan cukup tajam dari 3,2% di tahun 2013 menjadi 2% di
tahun 2014. Rata-rata tingkat pengangguran Malaysia sebesar 3,25%.
e. Tingkat pengangguran di negara Filipina sangat tinggi pada tahun 2004 yang
mencapai anngka 11,9%. Akan tetapi, Filipina berhasil menurunkan tingkat
penganggurannya menjadi 7,7% di tahun 2005 dan bertahan di angka 7,1% di
tahun 2014. Rata-rata tingkat pengangguran di negara Filipina sebesar 8,68%.

10

f. Tingkat pengangguran di negara Singapura cukup stabil di bawah angka 6%.
Rata-rata tingkat pengangguran di Singapura sebesar3,64%.
g. Tingkat pengangguran di Thailan merupakan yang terendah dari 7 negara
yang diperbandingkan. Rata-rata tingkat penganggurannya mencapai 1,35%.
Mulai tahun 2011, Thailan berhasil menekan tingkat penganggurannya di
bawah angka 1%.
Untuk mengetahui tingkat serapan pertumbuhan output terhadap tenaga
kerja di Indonesia, data yang telah disajikan di atas akan dianalisis menggunakan
Okun’s law sebagai berikut;

Okun's Law
12.00

Unemployment

10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
3.50

4.00

4.50

5.00

5.50

6.00

6.50

GDP Growth

Dari grafik yang ditampilkan, informasi yang dapat ditarik adalah
pertumbuhan output Indonesia tidak mampu menyerap tenaga kerja yang cukup.
Hal ini sejalan dengan laporan BI 2005 yang menyatakan redahnya kapasitas
pertumbuhan untuk menyerap pertumbuhan tenaga kerja baru. Hal ini karena
lemahnya kinerja sektor eonomi padat karya seperti pertanian, bidang konstruksi
dan manufaktur.

11

4. Indikator kemakmuran
Pembandingan kemakmuran antar negara menggunakan GDP per kapita
yang dihitung berdasar purchasing power parity (PPP). Data dari worldbank (PPP
dihitung berdasarkan harga 2011 dalam US $) sebagai berikut:
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
ratarata

China

Indonesia

3678.16
3954.55
8
4285.25
6
4685.36
3
5126.90
2
5675.45
1
6359.95
4
7224.91
4
7879.71
7

5805.809

8564.59
9429.50
1
10274.4
9
11016.9
9
11805.0
9
12599.1
8
7,504.0

8074.5

1

5935.748
6119.478
6326.481
6556.641
6838.422
7119.903
7472.807
7819.068

8465.296
8870.284
9282.706
9674.607
10033.48
7,626.35

India
2521.34
3
2597.58
6
2651.13
2
2812.61
8
2986.81
9
3213.06
2
3457.05
8
3739.27
4
3828.35
1
4094.45
7
4452.92
5
4685.86
4
4861.06
3
5131.82
6
5438.61
6
3,764.8

Malaysia

Philippine
s

Singapore

Thailand

16146.22

4227.328

51663.14

9228.21

15890.42

4258.291

49809.34

9437.39

16416.95

4321.802

51435.58

9904.991

17040.81

4444.899

54514.86

10505.61

17864.46

4651.529

58977.59

11066.08

18478.48

4786.342

61921.8

11449.08

19163.61

4953.814

65331.39

11961.47

20014.37

5200.104

68375.39

12577.55

20621.29

5336.181

65990.85

12775.4

19968.77

5318.255

63643.96

12662.99

21101.88

5638.208

72055.46

13584.21

21866.34

5754.112

74949.24

13654.27

22706.4

6041.778

75629.84

14597.18

23418.83

6365.003

77721.44

14943.35

24459.78
19,677.2

6648.551

78957.75

5,196.41

64,731.84

15011.61
12,223.9

0

4

Data tersebut digambarkan dalam grafik sebagai berikut:

12

6

GDP per Capita $
90000
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0

China

Indonesia

India

Malaysia

Philippines

Singapore

Thailand

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

GDP perkapita tertinggi secara berturut-turut dipegang oleh Singapura.
Indonesia pada tahun 2014 menempati urutan ke-5 dari 7 negara yang
diperbandingkan. Tingkat pertumbuhan output Indonesia dihubungkan dengan
perkembangan GDP per kapita digambarkan sebagai berikut:

GDP per kapita

GDP per kapita vs. GDP Growth
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0

GDP Growth

Dari data yang disajikan di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan GDP
tidak dapat meningkatkan GDP per kapita secara signifikan. Hal ini dapat dilihat
dari kenaikan GDP per kapita yang melandai. Hal ini juga sejalan dengan laporan

13

BI 2005 yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan tidak dapat meningkatkan
tingkat kemakmuran secara signifikan.
C. Masalah dalam perekonomian Indonesia
Masalah-masalah dalam perekonomian Indonesia yang dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Terkait dengan inflasi
Tingkat inflasi di Indonesia tidak stabil. Rata-rata tingkat inflasi
Indonesia

masih

yang

paling

tinggi

diantara

7

negara

yang

diperbandingkan yaitu dikisaran angka 7,4%. Hal ini disebabkan oleh (BI)
utamanya kenaikan harga minyak dunia, kenaikan harga-harga pangan
karena kurangnya pasokan dan buruknya jalur distribusi.
Selain itu juga, menurut saya, inflasi dipengaruhi oleh nilai tukar
rupiah yang tidak stabil. Hal ini terkait dengan sebagian barang konsumsi
di Indonesia berasal dari impor.
Untuk mengatasi masalah-masalah

terkait

inflasi,

sebaiknya

pemerintah mendorong tumbuhnya industri Indonesia bukan hanya industri
yang ada di Indonesia (kuliah prof. Ine Minara S. Ruki). Pemerintah dapat
mempermudah akses permodalan, mempermudah perizinan, “mengawal”
pertumbuhan, dan melindungi industri Indonesia dari “serangan” industri
asing.
Permasalahan pasokan pangan dan jalur distribusi yang buruk,
menurut saya, sebaiknya pemerintah:
a. Membentuk kluster wilayah pasokan pangan dan barang/jasa yang lain.
Selama ini pusat-pusat produksi terkonsentrasi di jawa dan sumatera.
Sedanagkan wilayah negara kita berupa kepulauan. Pemerintah dalam
membangun kluster wilayah produksi harus mempertimbangkan jarak dan
biaya distribusi. Ketika kluster tersebut, pasokan pangan dan lainnya akan
semakin dekat ke pasar yang tersebar di pulau-pulau Indonesia yang pada
akhirnya akan menekan harga pangan dan menurunkan tingkat inflasi.
b. Membangun tangki-tangki pasokan minyak bumi untuk 1 tahun ke depan
sehingga akan mengurangi sensitivitas perekonomian terhadap kenaikan
harga minyak dunia. Selama ini pasokan BBM Indonesia masih berkisar
14

hari belum sampai tahun. Hal ini terntu akan menambah risiko dorongan
inflasi ketika harga minyak bumi dunia mengalami kenaikan dan tidak
bisa memanfaatkan momentum ketika harga minyak bumi dunia turun.
c. Membangun industri energi dalam negeri khususnya industri
perminyakan. Indonesia selama ini masih belum mampu untuk mencukupi
kebutuhan BBM dalam negeri. Kilang penyulingan minyak bumi di
Indonesia nyaris tidak ada penambahan sejak zaman penjajahan Belanda.
Hal ini menjadikan Indonesia kurang dapat memanfaatkan momentum
turunnya harga minyak bumi pada tahun 2014-2016.
d. Menyediakan tenaga listrik yang mencukupi kebutuhan pengembangan
industri. Penyediaan tenaga listrik ini juga harus tersebar merata agar
meminimalisasi biaya transisi sehingga bisa menekan harga jual listrik.
e. Merevitalisasi jalur distribusi yang telah ada. Banyak jalan lintas yang
rusak berat contohnya jalan lintas sumatera. Selain itu, kapasitas jalan di
negara ini sangat kecil jika dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk.
f. Membangun jalur disitribusi baru. Pembangunan jalur baru tidak harus
menunggu ketersediaan anggaran pemerintah. Pola kerja sama privat –
pemerintah dapat sangat membantu. Saya rasa sudah saatnya pemerintah
melimpahkan sebagian tugas penyedian barang publik kepada swasta
dengan pola kerja sama yang jelas dan tidak membebani ekonomi.
g. Membangun sistem pengelolaan komoditas. Penyediaan pangan sangat
tergantung dari musim dan jarak. Tanaman pangan hanya bisa ditanam
pada musim-musim tertentu. Tanaman pangan segar berupa buah dan
sayur sangat rentan rusak jika disimpan terlalu lama misal untuk
didistribusikan dari jawa ke luar jawa. Penyediaan pangan juga rentan
over supply karena panen salah satu jenis yang ditanam secara berlebihan.
Pemerintah dapat menyediakan informasi kepada petani tentang waktu
yang tepat untuk memulai menanam, tanaman apa yang perlu ditanam dan
berapa luas yang perlu ditanam. Hal ini untuk menjaga kestabilan harga
dan menjaga tingkat penghasilan para petani.
Pemerintah juga diharapkan menjadi penghubung terhadap pasar
komoditas pertanian. Jika perlu, pemerintah menjadi semacam “agen”

15

untuk memasarkan produksi pertanian baik untuk pasar dalam negeri
maupun pasar impor. Pemerintah juga bisa mendorong bertumbuhnya
industri pengolahan komoditas pertanian sehingga menjadi komoditas
yang memiliki nilai tambah tinggi.
Sistem pengelolaan komoditas juga pada akhirnya akan mengurangi
ketergantungan beberapa komoditas pangan pokok dari pasar impor. Pada
akhirnya akan terbangun kemandirian pangan.
2. Tingkat pengangguran yang makin meningkat
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bisa menyerap pertumbuhan
angkatan kerja. Hal ini (BI, 2005) disebabkan rendahnya kinerja sektor
ekonomi padat karya seperti pertanian, konstruksi dan manufaktur. Sektorsektor tersebut masih terkendala dengan akses pasar, khususnya pertanian.
Selain itu juga terpengaruh dengan nilai tukar karena input penting sektorsektor tersebut masih mengandalkan impor.
Pertumbuhan kesempatan kerja masih belum dapat menyerap
pertumbuhan angkatan kerja. Hal ini juga terkait dengan pemikiran
sebagian besar angkatan kerja setelah meyelesaikan pendidikan akan
mencari pekerjaan bukannya membuka usaha. Pemerintah diharapkan
memberikan insentif berupa kemudahan perizinan maupun kemudahan
dalam promosi komoditas baik di dalam negeri maupun pasar ekspor.
Indonesia selama ini masih berkonsentrasi untuk ekspor bahan mentah atau
barang setengah jadi yang kurang memiliki nilai tambah. Pemerintah dapat
merancang kurikulum pendidikan untuk menanamkan jiwa enterprenuer.
3. Masalah kemiskinan
Tingkat kemiskinan di Indonesia sangat tinggi yaitu 11,47% (data
BPS tahun 2013). Masalah kemiskinan akan membebani anggaran dalam
jangka panjang.
Pemerintah sebaiknya meningkatkan daya saing warga negara,
khususnya warga miskin, dengan memberikan kemudahan untuk
mengakses layanan kesehatan dan pendidikan. Pemberian kemudahan
akses ke layanan pendidikan dan kesehatan akan meringankan beban
pengeluaran warga miskin (penghasilan mereka bahkan tidak mencukupi

16

kebutuhan pangan yang layak). Hal ini untuk memberikan bekal agar dapat
meningkatkan taraf hidup mereka.

17

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Makalah ini menyimpulkan bahwa:
1. Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kalah dibandingkan
negara Cina, India, Filipina dan Malaysia. Selain itu, pertumbuhan
ekonomi Indonesia ternyata masih belum mampu menyerap tenaga
kerja secara signifikan karena buruknya kinerja sektor ekonomi padat
karya seperti pertanian, konstruksi dan manufaktur.
2. Tingkat inflasi Indonesia rata-rata encapai 7,4% merupakan yang
terburuk dari 7 negara yang diperbandingkan. Inflasi ini didorong oleh
ketergantungan kepada impor minyak (sensitif terhadap kenaikan
harga minyak dunia) dan kenaikan harga pangan pokok karena
keterbatasan ketersediaan dan buruknya jalur distribusi.
3. Tingkat pengangguran di Indonesia masih tinggi dengan rata-ratanya
8,13%.
4. Tingkat kemakmuran yang diukur dari GDP per kapita berdasarkan
PPP menunjukkan Indonesia berada 3 terbawah dari negara-negara
yang diperbandingkan. Kisaran GDP per kapita rata-rata masih di
angka 7 ribuan US $ (base year 2011).
5. Masalah yang masih menghantui Indonesia dalah tingginya tingkat
kemiskina yang mencapai 11,47% di tahun 2013.
B. Saran
Penulis menyarankan untuk;
1. Mengatasi masalah inflasi dengan cara:
a. Membentuk kluster wilayah pasokan pangan dan barang/jasa yang
lain untuk menjamin ketersedian pasokan dan mengurangi biaya
distribusi.
b. Membangun tangki-tangki pasokan minyak bumi untuk 1 tahun ke
depan sehingga akan mengurangi sensitivitas perekonomian
terhadap kenaikan harga minyak dunia serta untuk memanfaatkan
momentum ketika harga minyak dunia turun.
c. Membangun industri energi dalam negeri khususnya industri
perminyakan untuk memenuhi kebutuhan dalam neger dan untuk
komoditas ekspor.
18

d. Menyediakan

tenaga

listrik

yang

mencukupi

kebutuhan

pengembangan industri.
e. Merevitalisasi jalur distribusi yang telah ada.
f. Menambah jalur disitribusi baru baik dengan anggaran pemerintah
maupun dengan pola kerja sama pemerintah dan swasta.
g. Membangun sistem pengelolaan komoditas untuk menjamin
pasokan dan menjaga kestabilan harga sekaligus menjaga tingkat
penghasilan petani.
2. Mengatasi tingkat pengangguran yang makin meningkat dengan cara
mendorong tumbuhnya industri indonesia dengan menumbuhkan jiwa
enterpreuner warga negara Indonesia.
3. Mengatasi masalah kemiskinan dengan

cara

memberdayakan

masyarakat miskin lewat kemudahan untuk mengakses layanan
pendidikan dan kesehatan

19

DAFTAR PUSTAKA
1. Bank Indonesia, Economic Report on Indonesia 2005-2014
2. Blanchard, 2013, Macroeconomics
3. BPS, bps.go.id
4. Worldbank, data.worldbank.org
5. Mankiw, 2011 ,Macroeconomics and the Financial System

20