Apa Itu Imperialisme dan Bagaimana Melaw
Apa Itu Imperialisme dan Bagaimana Melawannya?
Senin, 26 November 2012
Ted Sprague
Indonesia, seperti banyak negaranegara Dunia Ketiga
lainnya, berada di bawah dominasi kapital asing lewat investasiinvestasi mereka dan perangkat
perangkat internasional seperti IMF, Bank Dunia, Asian Bank Development, dan banyak lainnya.
Selama ratusan tahun, sejak jaman penjajahan Belanda sampai hari ini, kekayaan alam kita
diborong ke luar untuk memperkaya kapitaliskapitalis asing. Buruh kita diperas keringatnya lewat
politik upah murah untuk memproduksi produkproduk merek luar negeri. Pemerintahan kita lemah
di hadapan negaranegara besar. Hutang luar negeri yang begitu besar membuat bangsa kita
bergantung pada belas kasihan IMF dan Bank Dunia. Inilah potret kenyataan Indonesia di dalam
percaturan politik dan ekonomi dunia.
Namun, potret ini hanyalah satu gambaran permukaan saja, dan ini tidak lengkap. Bila kita
bersandar hanya pada gambaran di atas tanpa memahami perkembangan imperialisme, maka kita
akan terjebak pada sentimen antiimperialisme yang vulgar yang bukannya membawa kita lebih
dekat pada pembebasan nasional yang sesungguhnya tetapi justru menjadi halangan terbesar bagi
perjuangan antiimperialisme. Sayangnya, sejarah perjuangan kita penuh dengan kegagalan dalam
memahami karakter imperialisme yang sesungguhnya.
Dengan dalih bahwa Indonesia didominasi oleh kapital asing, maka kesimpulan yang diambil oleh
sejumlah kaum Kiri adalah bahwa imperialisme oleh karenanya adalah musuh utama rakyat hari ini.
Pembebasan nasional menjadi agenda utama dan perjuangan kelas menjadi sekunder dan
dikesampingkan. Elemenelemen nasionalis – darimanapun ia datang, apa dari kapitalis nasional
atau bahkan militer – harus dirangkul dan dijadikan sekutu dalam sebuah front nasional. Kebijakan
yang diadopsi adalah kolaborasi kelas atas nama melawan modal asing, dimana perjuangan kelas
buruh dan tani dilumpuhkan demi front nasional dengan kapitalis nasional. Yang lebih parah adalah
ketika para Kiri ini menggunakan nama Marx, Engels, dan Lenin untuk membenarkan taktik front
nasional yang oportunis ini. Inilah mengapa kita harus kembali lagi ke dasardasar Marxisme untuk
memahami apa itu imperialisme sesungguhnya.
Karya ini bermaksud memberikan gambaran yang lengkap mengenai imperialisme. Dimulai dari
memahami kapitalisme dan perkembangannya secara historis, kita akan dapat memahami
bagaimana imperialisme lahir. Kita akan dapat memahami bagaimana, seperti kata Lenin,
imperialisme itu adalah tahapan tertinggi kapitalisme.
Kelahiran Kapitalisme
Lenin dengan ringkas menjelaskan bahwa imperialisme adalah tahapan tertinggi kapitalisme. Yang
dimaksud dengan Lenin adalah bahwa imperialisme itu adalah kapitalisme pada periode hari ini.
Dari sini saja sudah jelas kalau perjuangan melawan imperialisme tidak bisa dipisahkan dari
perjuangan melawan kapitalisme.
Untuk memahami imperialisme, yang merupakan tahapan tertinggi kapitalisme, maka kita harus
memahami kapitalisme pada tahapan terendahnya, atau kapitalisme pada kelahirannya. Seperti
halnya kita ingin memahami secara penuh seorang yang sudah dewasa, kita juga harus memahami
masa mudanya – bahkan dari kelahirannya. Kita ingin tahu siapa orang tua dia, dimana dia
dilahirkan dan kapan, bagaimana cara dia dibesarkan, masa remajanya seperti apa, dsbnya. Inilah
mengapa tidak ada buku biografi yang hanya merekam hidup seorang saat dia sudah dewasa.
Kapitalisme lahir ketika sistem feodalisme sudah menjadi hambatan bagi perkembangan kekuatan
produksi manusia. Feodalisme dengan mode produksi yang berbasiskan tanah perlahanlahan kalah
bersaing dengan mode produksi manufaktur yang berbasiskan pabrik, yang jauh lebih produktif.
Kekuatan baru lahir dari dalam masyarakat feodal, yakni kelaskelas pedagang dan kapitalis.
Merekalah yang akhirnya menumbangkan tatanan masyarakat feodal yang mencekik mereka
karena tatanan masyarakat feodal yang tidak demokratis dan konservatif adalah halangan bagi
perkembangan kapitalisme yang membutuhkan kebebasan dalam semua aspek kehidupan: politik,
ekonomi, sosial, dan sains.
Kemajuan sains sangatlah penting bagi perkembangan teknologi yang dibutuhkan oleh mode
produksi manufaktur yang menggunakan mesinmesin. Di bawah feodalisme, ilmu alam dan sains
dicekik karena monarki dan Gereja yang merupakan kekuatan politik besar merasa terancam
kedudukannya. Sains mengajarkan hukum logika, yang tidak bisa tidak menyerang doktrin Gereja
bahwa ada makhluk gaib di atas sana yang memberikan kekuasaan absolut kepada satu dua orang.
Inilah mengapa dalam sejarah revolusi borjuis demokratik – yakni revolusi kapitalis – kita temui
semua ilmuwan dan pakar sains ada di sisi revolusi.
Fitur utama kapitalisme adalah persaingan bebas antar kapitalis. Hanya dengan terus berkompetisi,
para kapitalis bisa mengembangkan teknologi. Mereka yang tidak terus berinovasi akan kalah. Inilah
mengapa kapitalisme jauh lebih progresif daripada feodalisme, karena ia terus tumbuh. Sistem
pemerintahan feodal adalah sistem yang berdasarkan kesewangwenangan absolut. Posisi
seseorang ditentukan oleh keturunan (dari keluarga bangsawan mana dia datang) dan bukan oleh
kesuksesan pribadinya. Tidak ada kepastian hukum akan hakhak dasar seorang penduduk. Tidak
ada demokrasi. Tidak ada perlindungan hukum. Ini semua tidak kondusif bagi kapitalisme, sehingga
dibutuhkan sebuah negara republik yang demokratis.
Selain itu kapitalisme membutuhkan sebuah pasar nasional dengan undangundang perdagangan
yang sama. Di bawah feodalisme, tiaptiap kota dan daerah punya aturan tersendiri dan pajak
tersendiri, sehingga ini menyulitkan kaum pedagang. Ada rajaraja kecil di tiaptiap kota yang
menjadi parasit, yang bertindak sewenangwenang. Kapitalisme yang bersifat ekspansif dan dinamis
tidak bisa terkekang oleh kerangka feodal yang kaku. Pembentukan negara bangsa oleh karenanya
juga menjadi tugas utama dari revolusi borjuis demokratik, demi terbentuknya pasar nasional.
Negara bangsa adalah sebuah fenomena baru di dalam sejarah manusia. Di jaman feodalisme,
rakyat mengabdi bukan pada bangsa tetapi kepada bangsawan, kota, dan daerah.
Pembebasan kaum tani – atau reforma agraria – juga menjadi tugas penting bagi lahirnya
kapitalisme. Ini bukan karena kaum kapitalis peduli pada nasib kaum tani, tetapi didikte oleh logika
kapitalisme itu sendiri. Kapitalisme, yang sistem produksinya berbasis pabrik, membutuhkan tenaga
kerja – atau buruh – yang bebas bergerak. Sementara di bawah feodalisme, kaum tani terikat pada
tanah dan tuan bangsawan mereka. Kaum tani atau hamba tidak boleh meninggalkan tanah
mereka. Oleh karenanya kaum tani harus dibebaskan dari ikatan feodal mereka mereka supaya
mereka dapat pindah ke kotakota dan menjadi tenaga buruh. Selain itu, untuk menyerang kaum
bangsawan, cara terbaik adalah membagibagikan tanah mereka – yang merupakan sumber
kekuatan ekonomi kaum bangsawan – kepada kaum tani yang lama telah menjadi hamba mereka.
Ini juga memberikan dukungan besar dari kaum tani kepada revolusi borjuis demokratik. Dengan
reforma agraria ini, kaum kapitalis mendapatkan banyak keuntungan: dukungan politik dari kaum
tani, melemahkan musuh mereka, dan tenaga kerja buruh.
Dari sini, maka kita bisa meringkas bahwa sejumlah tugas penting kaum borjuasi nasional di dalam
revolusi borjuis demokratik, dalam usaha mereka untuk membentuk kapitalisme, adalah:
1) Pembentukan republik demokratis, menggantikan monarki
2) Pembentukan negara bangsa
3) Reforma agraria
Kapitalisme tumbuh menjadi monopoli dan kartel
Kekuatan produksi manusia tumbuh pesat di bawah kapitalisme. Dengan kompetisi bebas, kapitalis
terus menciptakan teknologiteknologi baru yang membuat manusia menjadi lebih produktif secara
keseluruhan. Namun, semakin tingginya kekuatan produksi manusia, semakin besar pula
kesenjangan antara yang kaya dan miskin. Inilah kekonyolan dari kapitalisme. Semakin kaya
masyarakat secara keseluruhan, semakin besar pula jurang pemisah antara rakyat pekerja dan
kapitalis.
Persaingan bebas adalah motor penggerak kapitalisme. Tiaptiap kapitalis terus berkompetisi.
Awalnya dalam sebuah industri, ada ribuan pengusaha. Mereka terus berseteru untuk merebut
pasar. Yang kalah tersingkirkan dan dilahap oleh yang menang. Ini terus menerus berlangsung
hingga akhirnya hanya tersisa beberapa pengusaha besar. Dengan cara ini, akhirnya kompetisi
berubah menjadi monopoli. Terjadi konsentrasi pasar dan kapital di tangan segelintir pengusaha.
Pengusahapengusaha kecil tidak mampu lagi bersaing dengan pengusahapengusaha besar, yang
punya modal besar dan bisa membangun pabrikpabrik yang lebih besar. Dengan pabrik yang
besar, jelas mereka dapat memproduksi lebih murah dan membanjiri pasar. Mereka juga bisa
membanting harga sampai pengusaha kecil saingan mereka bangkrut, atau cukup “melahap”
saingan mereka dengan membelinya. Inilah yang disebut “ekonomi skala besar”, dimana semakin
besar sebuah perusahaan semakin mudah ia meraih laba besar.
Kapitalisme mencapai puncak kompetisi bebas mereka pada 186070 dan saat itu monopoli belum
menjadi fitur utama. Pada periode 1800an, kapitalisme didominasi perusahaanperusahaan kecil
milik keluarga atau individu. Hanya pada 1900an akhirnya kapitalisme memasuki fase dimana
monopoli menjadi fitur dominan. Pada 1830, perusahaan terbesar di dunia adalah pabrik besibaja
Cyfartha, dengan jumlah pekerja 5000 orang dan aset total $2 juta. Hari ini Walmart
memperkerjakan 2,2 juta pekerja, McDonald 1,7 juta, Volkswagen 500 ribu, Siemens 360 ribu. Para
pelopor kapitalis tidak akan pernah bermimpi kalau akan ada perusahaan dengan jumlah pekerja 1
juta.
Di dalam kapitalisme monopoli, sebuah pasar dikuasai oleh beberapa perusahaan saja. Kita bisa
ambil contoh industri otomobil, yang dikuasai oleh segelintir pemain sejak 1920an. Di Amerika,
pusat kapitalisme dunia, industri otomobil dikuasai oleh tiga besar: General Motors, Ford, dan
Chrysler. Di Jepang, ini juga dikuasai oleh segelintir saja: Toyoto, Honda, Nissan, Suzuki, Mazda,
Daihatsu, Mitsubishi, Subaru. Tetapi lebih penting adalah kenyataan bahwa kepemilikan
perusahaanperusahaan otomobil ini sangatlah kompleks. Misalnya Nissan adalah juga milik
Renault dari Prancis. Mazda sahamnya dimiliki oleh Ford. Toyota juga mengontrol saham Daihatsu
dan Subaru. Ini hanya beberapa contoh saja yang kita ketahui. Jadi selain ada monopoli, lewat
kepemilikan saham semua perusahaan mobil ini saling terkait satu sama lain. Sebuah penelitian
tahun 2011 oleh Professor Vitali menunjukkan sebuah jaringan kepemilikan korporasikorporasi
multinasional yang kompleks, dimana “setiap perusahaan punya kepemilikan secara langsung
dan/atau tidak langsung perusahaan lainnya”. Dari 43 ribu korporasi multinasional, ada 147
korporasi yang mengontrol 40 persen ekonomi dunia dan tiaptiap perusahaan ini saling terikat
kepemilikannya.
Namun jangan kita pikir kalau monopoli ini hanya dilakukan kapitalis asing atau hanya dalam
tingkatan korporasi multinasional. Monopoli juga dilakukan oleh kapitalis nasional di bumi Indonesia.
Media di Indonesia (koran, majalah, TV, radio, penerbitan buku, dll.) dimonopoli oleh 12
perusahaan: Grup MNC, Kompas Gramedia, Jawa Pos, Mahaka Media, Elang Mahkota Teknologi,
CT Corp, Visi Media Asia, MRA Media, Femina, Tempo Inti Media, dan Beritasatu Media Holding.
Pasar rokok Indonesia dikuasai tiga pemain: Gudang Garam, Djarum dan Sampoerna; walau belum
lama ini Djarum dan Sampoerna sudah dijual ke Imperial Tobacco dan Phillip Morris, yang
memonopoli industri rokok dunia.
Tidak hanya itu, perusahaanperusahaan raksasa ini juga membentuk sebuah kartel, yakni sebuah
kerjasama antar monopoli yang mana dengan perjanjianperjanjian terselubung mereka mengatur
harga, membagi pasar, menentukan jumlah produksi, dan lain sebagainya. Pembentukan kartel oleh
pemainpemain besar dilakukan karena mereka sadar bahwa mereka bisa meraup lebih banyak
laba kalau mereka melakukan kerjasama ini. Persaingan bebas walau masih terjadi pada
tingkatan tertentu bukan lagi fitur yang dominan. Kebanyakan persaingan justru terjadi dalam
ranah iklan, dimana tiaptiap perusahaan mencoba meyakinkan kita kalau sambal ABC lebih enak
daripada sambal Indofood, kalau motor Honda lebih baik daripada motor Yamaha. Pada
kenyataannya mereka sudah membagi pasar dan mengatur harga sedemikian rupa sehingga dapat
meraup laba sebanyak mungkin, atau superprofit. Yang dirugikan adalah konsumen.
Selain itu, produksi di bawah kapitalisme juga semakin lama semakin bersifat sosial, yakni tidak ada
satu pabrik atau industri yang berdiri sendiri. Tiap industri adalah bagian dari rantai produksi
kapitalis yang kompleks dan saling tergantung. Kita ambil contoh saja industri telpon genggam, yang
melibatkan puluhan industri dan subindustri: plastik (untuk komponenkomponennya), tambang
(telpon genggam menggunakan banyak mineral langka), informasi teknologi (untuk programnya),
enerji (baterai), komunikasi (penggunaan satelit dan antena pemancar), dan lain sebagainya. Tidak
ada satupun industri yang berdiri sendiri. Kenyataan ini mendorong kaum kapitalis untuk membentuk
konglomeratkonglomerat, yakni sebuah perusahaan raksasa yang bergerak di berbagai macam
industri. Kali ini kita tidak perlu melihat ke luar negeri, kita cukup melihat Salim Grup, dengan lebih
dari 400 perusahaan yang bergerak di hampir semua industri: Indofood (mie instan), Bogasari
(tepung), Indomaret (retail), Indocement (semen), Indosiar (televisi), perkebunan sawit, perhutanan,
real estate, perbankan, asuransi, dll. Juga Bakrie Group, sebuah konglomerat multinasional yang
bergelut di perkebunan sawit dan karet, tambang batu bara, minyak, dan gas, telekomunikasi,
properti, tambang mineral, konstruksi, dll. Djarum Group, yang di atas sudah kita sebut sebagai
salah satu monopoli rokok, juga bergerak di perbankan (bank BCA), elektronik, properti, agribisnis,
telekomunikasi, dan multimedia. Konglomerasi terus berusaha menguasai berbagai cabang industri
dari hulu hingga hilir guna mendapatkan dominasi absolut.
Dengan kartel dan konglomerat, persaingan di dalam kapitalisme hari ini bukan lagi antara
perusahaan yang secara teknik lebih maju dengan perusahaan yang secara teknik lebih
terbelakang. Pada periode awal kapitalisme, seorang kapitalis yang menemukan metode atau teknik
untuk memproduksi sebuah barang dengan lebih murah, lebih cepat, dan lebih berkualitas akan
menang. Hari ini yang ada adalah perusahaan raksasa menggilas perusahaanperusahaan kecil. Ini
benar dalam skala nasional, dan juga benar dalam skala internasional. Perusahaanperusahaan
kecil dari negero Dunia Ketiga tidak akan mampu bersaing dengan perusahaanperusahaan besar
dari negeri kapitalis besar. Mereka hanya jadi bulanbulanan, jadi rodaroda gir kecil di dalam mesin
konglomerasi besar. Sukses sebuah perusahaan tidak lagi ditentukan oleh kemampuannya untuk
melakukan inovasi, tetapi oleh besarnya kapital yang ia miliki. Misalnya, sebuah perusahaan yang
punya modal besar bisa menghancurkan saingannya yang lebih kecil dengan membanting harga
bahkan bila ia merugi sampai saingannya bangkrut. Dengan modalnya yang besar, walau menjual
rugi ia bisa bertahan lebih lama daripada perusahaan yang lebih kecil. Sebuah perusahaan
konglomerat, yang juga punya kendali atas industriindustri suplai lain, juga dapat mensabotase
saingannya dengan memotong suplai tertentu.
Inilah tahapan kapitalisme hari ini, sebuah tahapan monopoli dan konglomerasi, dimana konsentrasi
kapital dan produksi semakin hari semakin terpusat. Persaingan bebas sudah bukan lagi fitur utama
kapitalisme. Dengan fakta ini, maka karakter progresif kapitalisme yakni persaingan bebas yang
merupakan motor perkembangan tenaga produksi telah lama hilang. Bila perkembangan umat
manusia ditentukan oleh kemampuan manusia untuk terus mengembangkan tenaga produksi, maka
kapitalisme sungguh telah menjadi beban bagi perkembangan umat manusia.
Mungkin akan ada orangorang yang keberatan dengan pernyataan ini. Mereka mengatakan:
“Lihatlah perkembangan teknologi 50 tahun terakhir ini, apa ini bukan bukti dari karakter progresif
kapitalisme?” Akan tetapi pernyataan bahwa kapitalisme telah menjadi beban bagi perkembangan
umat manusia bukan berarti bahwa tidak ada pertumbuhan atau perkembangan sama sekali.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa sistem ekonomi kapitalisme tidak mampu
menggunakan secara penuh potensi produksi manusia. Potensi sumber daya manusia dan alam
yang begitu besar tidak mampu digunakan untuk menyelesaikan kemiskinan dan kemelaratan
mayoritas umat manusia. Setengah dari populasi Indonesia hidup di bawah $2 per hari, atau Rp 18
ribu per hari. Di seluruh dunia, ada 2,6 milyar manusia yang bernasib sama. Setiap 8 detik, seorang
anak meninggal karena minum air tidak bersih. 3,6 juta orang mati setiap tahunnya karena tidak
mendapatkan akses ke air bersih dan sanitasi. Kita bisa menulis satu buku penuh berisi statistik
kemiskinan dan kemelaratan mayoritas manusia. Kapitalisme, kendati katanya telah menemukan
berbagai teknologi canggih, tidak mampu menyelesaikan masalah kemiskinan. Justru hari ini ia telah
memasuki sebuah krisis besar dimana standar hidup rakyat pekerja bahkan di negaranegara
kapitalis maju semakin memburuk, apalagi di negaranegara Dunia Ketiga.
Usaha siasia menanggulangi monopoli
Monopoli hari ini telah menjadi sebuah kenyataan yang tak terbantahkan dan diakui oleh semua
ekonom besar borjuis. Merekamereka yang mengatakan sebaliknya adalah seorang penipu atau
seorang dungu. Akan tetapi, para kapitalis tidak dapat mengakui dengan terus terang kalau
persaingan bebas yang merupakan pilar dari kapitalisme sudah bertekuk lutut di hadapan
monopoli. Konsep persaingan bebas bukan hanya pilar ekonomi kapitalisme tetapi juga pilar
ideologinya, yakni bahwa dengan saling berkompetisi tiaptiap manusia akan menjadi semakin lebih
baik. Setiap orang yang berusaha dan bekerja keras akan punya kesempatan untuk berhasil dan
menjadi pemenang. Manusia yang individualis, yang berdiri untuk kepentingan dirinya sendiri, yang
terus bersaing dengan sesamanya dengan bebas, inilah manusia yang sempurna dalam ideologi
kapitalisme. Sosialisme, di lain pihak, dianggap sebagai sesuatu yang bertentangan dengan
karakter alami manusia yang individualis dan ingin terus bersaing bebas. Sosialisme, yang
menyediakan programprogram sosial dan memastikan semua orang dapat bekerja dengan gaji
yang layak, akan mematikan karakter manusia untuk terus memperbaiki dirinya dan membuat
manusia menjadi malas, bodoh, dan terbelakang. Hanya dengan persaingan bebas maka umat
manusia dapat menjadi lebih baik.
Oleh karenanya mengakui dominasi monopoli berarti mengakui bahwa kapitalisme hari ini sudah
tidak ada nilai progresifnya lagi. Ternyata apa yang disebut karakter alami manusia untuk bersaing
bebas tidak bisa menghentikan laju kapitalisme menuju monopoli, yang pada gilirannya berarti
bahwa tidak ada yang namanya itu karakter alami manusia untuk menjadi makhluk yang individualis
dan saling bersaing seperti binatang liar. Pada kenyataannya, tidak ada yang namanya karakter
alami manusia. Kesadaran manusia ditentukan oleh keberadaan sosialnya, oleh mode produksi
dominan yang ada.
Oleh karenanya, tidak jarang kita temui sejumlah kapititalis lewat ideolog mereka yang
mengeluh mengenai monopoli. Mereka berusaha mengimplementasikan berbagai undangundang
antimonopoli dan berharap dapat kembali ke masa muda kapitalisme dimana tiaptiap kapitalis
punya kesempatan yang sama dalam persaingan bebas. Akan tetapi, harapan dari jutaan kapitalis
kecil ini hanyalah mimpi belaka. Mereka tidak bisa memutar balik roda sejarah. Bahkan pada
kenyataannya, para kapitalis kecil ini berharap kalau mereka sendirilah yang menjadi monopoli
besar. Mereka hanya kecewa tidak ada lagi kesempatan bagi mereka untuk menjadi monopoli
besar.
Pemikiran kaum kaum borjuis kecil ini juga merasuki pemikiranpemikiran Kiri. Sejumlah kaum Kiri
borjuiskecil berpikir kalau masalah utama di dalam kapitalisme adalah para korporasi raksasa ini.
Lantas kritik mereka terhadap kapitalisme hanya terbatas pada korporasi raksasa, tetapi tidak pada
sistem kapitalisme itu sendiri. Melihat kejahatankejahatan besar yang dilakukan oleh korporasi
korporasi raksasa, mereka lantas mengagungagungkan perusahaanperusahaan kecil dan
menengah, atau UKM. Perusahaanperusahaan kecildanmenengah milik keluarga jadi model
kapitalisme yang humanis dan baik hati. Segala yang raksasa dan modal asing adalah sumber dari
kejahatan kapitalisme itu, sehingga perspektifnya adalah kembali ke periode awal kapitalisme
dimana tidak ada dominasi korporasi raksasa dan modal asing.
Akan tetapi roda sejarah tidak bisa diputar kembali. Ada alasan mengapa di bawah kapitalisme
akhirnya monopolilah yang mendominasi. Ini karena ekonomiskalabesar secara umum lebih efisien
dan produktif dibandingkan ekonomiskalakecil. Tidak mungkin pedagangpedagang kecil dapat
membangun gedunggedung besar, membangun dam raksasa, pesawat terbang, kapal tanker,
produksi massal komputer dan barangbarang elektronik, dll. Semua ini membutuhkan konsentrasi
produksi dan kapital. Ingin memutar roda sejarah kembali berarti ingin mencampakkan semua
pencapaian umat manusia dan mengembalikan peradaban kita ke 200 tahun yang lalu. Kita harus
melihat ke depan dan bukan ke belakang, bahwa justru konsentrasi produksi dan kapital ini harus
direnggut dari segelintir pemiliknya dan diserahkan kepada rakyat pekerja. Kita akan kupas lebih
lanjut solusi terhadap kapitalisme monopoli di bagian selanjutnya. Untuk sementara, mari kita
lanjutkan diskusi kita mengenai imperialisme.
Bank dan Kapital Finans
“Monopoli! Ini adalah kata terakhir di dalam ‘tahapan tertinggi perkembangan kapitalisme’. Tetapi
pemahaman kita akan kekuatan dan signifikansi monopoli moderen yang sesungguhnya tidak akan
lengkap dan memadai kalau kita tidak mempertimbangkan peran yang dimainkan oleh bankbank.”
(Lenin, Imperialisme: Tahapan Tertinggi Kapitalisme)
Bank memainkan peran yang penting di dalam kapitalisme monopoli hari ini. Seperti halnya
kapitalisme yang telah berubah, peran bank juga telah berubah. Awalnya peran utama bank adalah
sebagai penengah dalam transaksi pembayaran. Ia adalah tempat penyimpanan uang (dari kapitalis
sendiri dan juga dari rakyat pekerja), dan dari uang yang tersimpan ini bank lalu dapat memberikan
pinjaman kepada kapitalis yang membutuhkan modal. Peran awal bank adalah sebagai penengah
dalam sirkulasi kapital.
Telah kita tunjukkan di atas bahwa kecenderungan kapitalisme adalah menuju konsentrasi kapital
dan produksi, menuju monopoli. Ini terjadi juga di dalam industri perbankan, dimana bankbank kecil
tergerus dan tersisa segelintir bankbank raksasa yang mendominasi. Bankbank kecil yang masih
ada pun tidak berdiri secara mandiri, tetapi menjadi semacam “cabang” dari bankbank besar;
seperti halnya banyak perusahaanperusahaan kecil yang sebenarnya ada di bawah dominasi
monopoli raksasa lewat berbagai cara: kepemilikan saham, kontrol suplai dan produksi, kredit, dll.
Dengan semakin terkonsentrasikannya perbankan, maka semakin krusial peran bank di dalam
kapitalisme monopoli. Jumlah uang yang masuk ke tiaptiap bank semakin besar karena hanya ada
beberapa bank raksasa. Uang yang masuk bukan hanya dari korporasi besar saja, tetapi dari semua
kapitalis – besar atau kecil – dan rakyat pekerja. Lewat segelintir bank ini, mayoritas kapital dari
berbagai industri bergerak keluar masuk. Sebagai “penjaga pintu kapital”, bank memperoleh kendali
bagaimana mendistribusikan kapital ini. Ia menentukan industri atau perusahaan mana yang akan
mendapatkan kredit modal, dengan syaratsyarat apa saja.
Di sini kita bisa menyaksikan perubahaan kuantitas menjadi kualitas. Ketika bank masih kecil dan
hanya memberikan pinjaman kredit kepada beberapa kapitalis, ia hanya melakukan fungsi yang
murni teknis dan sekunder. Ketika ia menjadi besar dan bertanggungjawab memberikan kredit pada
ribuan bahkan ratusan ribu kapitalis dari berbagai sektor dari korporasi raksasa sampai
pengusaha menengah dan kecil maka segelintir bank monopoli ini menundukkan semua operasi
ekonomi, komersial dan industrial, di bawah kehendaknya. Ini mereka lakukan dengan berbagai
cara, yang dimungkinkan karena koneksi finansial mereka yang merambah seluruh industri, kontrol
mereka dalam memberikan kredit, dan operasioperasi finansial lainnya. Mereka dapat “dengan rinci
menentukan posisi finansial dari berbagai kapitalis, dan kemudian mengontrol mereka,
mempengaruhi mereka dengan mempersempit atau memperluas, memberikan atau menghentikan
kredit, dan akhirnyasepenuhnya menentukan nasib mereka, menentukan pendapatan mereka,
mengeringkan kapital mereka, atau mengijinkan mereka untuk meningkatkan kapital mereka dengan
cepat dan besar, dsbnya.” (Lenin, Imperialisme: Tahapan Tertinggi Kapitalisme)
Dengan ini, maka bank hari ini bukan lagi hanya penengah tetapi menjadi pengontrol distribusi
kapital utama, atau lebih tepatnya pengontrol distribusi alatalat produksi. Kalau dulunya bank hanya
seperti koperasi simpan pinjam, hari ini ia telah menjadi investor besar yang menentukan jalannya
ekonomi kapitalisme.
Pembentukan konglomerat seperti yang telah kita jelaskan di atas, sebagai bagian dari
kecenderungan konsentrasi produksi dan kapital, juga mendorong merger antara bank dan industri.
Djarum Group misalnya tidak hanya berkutat dengan industri rokok tetapi juga bergerak dalam
perbankan dengan kepemilikan bank BCAnya. Inilah yang disebut sebagai era kapital finans. Hari
ini, kapitalis yang mendominasi adalah kapitalis yang bergerak di dalam sektor finans (atau kapitalis
finans), dari perbankan sampai grupgrup investasi. Kapitalis industrialis yakni kapitalis yang murni
bergerak di dalam sektor industri ada di bawah dominasi kapitalis finans yang mengontrol kapital.
Lenin menjelaskan kapital finans seperti berikut ini:
“Adalah karakteristik dari kapitalisme secara umum bahwa kepemilikan kapital terpisah dari aplikasi
kapital di dalam produksi, bahwa uang kapital terpisah dari kapital industri atau produksi, dan bahwa
para rentenir yang pendapatan utamanya datang dari uang kapital terpisah dari para pengusaha dan
dari semua orang yang terlibat langsung dalam manajemen kapital. Imperialisme, atau dominasi
kapital finans, adalah tahapan tertinggi kapitalisme dimana pemisahan ini menjadi sangat luas.
Supremasi kapital finans atas semua bentuk kapital berarti dominasi kaum rentenir dan oligarki
finans; ini berarti segelintir negaranegara “yang kuat” secara finans menguasai yang lainnya.”
(Lenin, Imperialisme: Tahapan Tertinggi Kapitalisme)
Inilah kapitalisme hari ini, dimana para pemilik modal yang sesungguhnya sudah terpisah
sepenuhnya dari proses produksi itu sendiri. Mereka hanya meminjamkan uang dan melakukan
investasi. Sementara para pemilik pabrik orangorang yang secara langsung menjalankan proses
produksi tersebut, atau kapitalis industrialis sesungguhnya tidak punya kapital sendiri. Mereka
mengandalkan kapital dari kaum kapitalis finans dan oleh karenanya terdominasi. Hari ini, bank
bank dan grupgrup investor adalah yang berkuasa atas semua kapitalis, industri atau komersial,
dari yang kecil sampai raksasa. Penelitian Profesor Vitali menunjukkan ada 147 korporasi multi
nasional yang mengontrol 40 persen ekonomi dunia. Tabel di bawah mendaftar 10 korporasi
terbesar tersebut, dan semua adalah bank dan institusi finansial:
10 Korporasi Terbesar dan Terpenting di Dunia
Rank
Nama
Asal
Aset yang dikelola (dolar AS)
1
Barclays PLC
Inggris
2,3 trilyun
2
Capital Group Companies
AS
1 trilyun
3
FMR Corp
AS
1,5 trilyun
4
AXA
Prancis
1,4 trilyun
5
State Street Corporation
AS
2,2 trilyun
6
JPMorgan Chase & Co
AS
2,3 triltun
7
Legal & General Group PLC Inggris
590 miliar
8
Vanguard Group
AS
1.7 trilyun
9
USB AG
Swiss
1,4 trilyun
10
Merrill Lynch & Co.
AS
2,2 trilyun
Kapital yang ada di bawah kendali tiaptiap institusi finansial raksasa ini jauh melebihi GDP (total
output produksi) mayoritas negaranegara di dunia. Bandingkan dengan Indonesia yang punya GDP
840 milyar dolar AS, secara kasar kita dapat mengukur kekuatan ekonomi dari kapital finans.
Jaringan investasi mereka juga sangat luas. Tabel di bawah akan memberikan ilustrasi singkat akan
kompleksnya kepemilikan beberapa perusahaan besar AS yang kita kenal seharihari:
Kepemilikan Saham PerusahaanPerusahaan AS
Kapital Finans
Apple
Microsoft
Coca
Cola
Nike
Exxon
Google
Barclays PLC (Inggris) X
X
X
X
X
X
FMR Corp
X
X
X
X
X
X
AXA
X
X
X
State Street
Corporation
X
X
X
X
X
JPMorgan Chase & Co X
X
X
X
X
Vanguard Group
X
X
X
X
X
X
Goldman Sachs
X
X
X
Morgan Stanley
X
X
Deutsche Bank
X
X
X
X
(Jerman)
Dari tabel yang ringkas di atas kita bisa melihat bahwa kepemilikan perusahaanperusahaan besar
ini, yang bergelut di berbagai bidang dari komputer, minuman, sepatu, sampai tambang minyak, ada
di tangan institusiinstitusi finansial. Bukan hanya satu dua, tapi banyak institusi finansial. Inilah
gambaran kapitalisme hari ini, yang didominasi oleh kapital finans.
Sampai di sini, kita telah saksikan bagaimana kapitalisme telah berkembang ke tahapan
tertingginya: monopoli dan kapital finans. Selanjutnya kita akan kupas karakter lainnya, yakni ekspor
kapital.
Ekspor kapital
Ketika persaingan bebas masih merupakan fitur dominan kapitalisme, ekspor komoditas adalah fitur
utama kapitalisme. Marx menulis: “Kebutuhan untuk terus memperluas pasar untuk produk
produknya mendorong kaum borjuasi menyebar ke seluruh permukaan bumi. Ia harus bersarang
dimanamana, bertempat di manamana, mengadakan hubunganhubungan di manamana.”
Periode awal kapitalisme adalah kapitalisme merkantilisme (komersial), yang mengakumulasi kapital
lewat perdagangan. Perdagangan antar negaranegara Eropa menghasilkan profit yang besar bagi
para kapitalis. Tetapi hubungan perdagangan ini tidak hanya antar negaranegara Eropa, tetapi juga
meluas ke kolonikoloni. VOC adalah perusahaan sahamgabungan kapitalis pertama di dunia yang
tujuannya adalah pergi ke Hindia Timur untuk melakukan perdagangan. Dengan dominasi militer,
VOC membeli dengan harga sangat murah atau yang lebih tepatnya disebut sebagai perampokan
hasilhasil perkebunan dan pertanian kaun tani Jawa. Perusahaan kapitalis VOC menggunakan
sistem produksi feodal di Jawa, dimana kaum hamba adalah budak para raja Jawa, untuk meraup
nilailebih. Tidak hanya VOC dari Belanda, tetapi hampir semua negara penjajah besar saat itu
melakukan hal yang sama: Spanyol, Inggris, Portugal, Amerika Serikat, Prancis. Kapitalisme awal
meraup nilailebih yang besar dengan menggunakan mode produksi feodal dan perbudakan yang
ada di negaranegara koloni. Bahkan AS mengimpor budak negro dan melakukan perbudakan di
tanahnya sendiri sejak abad ke16, dan hanya dihapus pada 1860an.
Nilailebih atau kapital yang diperoleh lewat kebijakan merkantilisme menjadi dasar bagi
perkembangan kapitalisme selanjutnya, yakni kapitalisme industri yang berdasarkan manufaktur di
pabrikpabrik besar. Revolusi Industri dari 17501850 menempatkan kaum kapitalis industrialis
sebagai pemain utama dalam kapitalisme. Revolusi industri ini memberikan dorongan besar pada
perkembangan tenaga produksi, yang pada gilirannya berarti semakin cepat dan semakin besar
nilailebih atau kapital yang diraup oleh kapitalis. Seperti yang telah kita jabarkan di atas, terjadilah
proses konsentrasi produksi dan kapital dimana tahapan selanjutnya yang dimasuki kapitalisme
adalah tahapan monopoli dan kapital finans.
Kapital yang diakumulasi oleh monopolimonopoli raksasa tidak bisa lagi membawa keuntungan
besar bila diinvestasikan di negaranya masingmasing, karena sudah terjadi oversaturasi kapital
atau banjir kapital. Untuk bisa terus meraup profit, maka dilakukanlah ekspor kapital ke seluruh
penjuru dunia, tidak hanya dari negaranegara kapitalis maju ke negaranegara terbelakang tetapi
juga antar negaranegara kapitalis maju. Ekspor kapital ini dilakukan dengan banyak cara: investasi,
membeli saham, pemberian kredit, surat obligasi, dan berbagai operasi finansial lainnya.
Ekspor kapital menjadi fitur dominan di tahapan tertinggi kapitalisme. Kapital diekspor ke negara
negara yang miskin kapital atau sektor industri di sebuah negara yang miskin kapital untuk
membangun infrastruktur (rel, jalan raya, pelabuhan, sekolah), pabrik, tambang, perkebunan, dll.
dengan tujuan meningkatkan nilailebih yang dapat diraup. Ekspor kapital ke negaranegara
terbelakang biasanya memberikan profit yang lebih tinggi karena mereka miskin kapital, harga tanah
murah, upah buruh murah, sumber daya alam murah. Inilah bagaimana kapitalisme dicangkokkan
pada akhir abad ke19 dan awal abad ke20 di negaranegara koloni. Tidak seperti kaum borjuasi
Eropa yang bangkit sendiri dan menumbangkan sistem sosial dan ekonomi feodal, kaum borjuasi
negaranegara koloni lahir dari kapital asing. Mereka lahir terlambat dan secara artifisial, dan
menjadi tergantung pada modal asing. Ini menentukan karakter mereka dan dengan itu karakter
revolusi di negaranegara koloni, bahkan sampai hari ini.
Dengan menyebarkan kapital, kapitalis menyebar kontradiksi kapitalisme ke setiap sudut dunia dan
mengikat seluruh dunia ke dalam sistem kapitalisme, dimana hari ini krisis di satu negara dengan
mudah menyebar ke seluruh dunia. Inilah watak krisis finansial 2008 barubaru ini, yang masih terus
berlanjut dengan “contagion” yang terus menyebar. Bayangkan, krisis di Yunani, sebuah negara
kecil yang jumlah penduduknya hanya 11 juta, kurang lebih sebesar Jakarta, dapat menyeret
seluruh perekonomian dunia. Selama 2 tahun belakangan ini, perhatian semua negara terpaku pada
Yunani. Mengapa? Karena kapital negaranegara besar seperti Jerman, Inggris, Prancis, dan
Amerika ada di Yunani. Jatuhnya Yunani akan berimbas pada negaranegara pengekspor kapital ini
dan lalu tentunya menyebar ke seluruh dunia. Yunani sekarang sudah ada di ruang gawat darurat,
dan di ruang tunggu kita temui Italia dan Spanyol, dua negara yang jauh lebih besar daripada
Yunani.
Ekspor kapital juga harus dilihat dalam koneksinya dengan kapitalisme monopoli yang sudah
berkembang, yang tujuan utamanya adalah dominasi absolut. Dengan ekspor kapital yang berupa
pinjaman kredit, negara penerima kredit biasanya harus menyetujui sejumlah syarat yang
menguntungkan pemberi kredit, seperti akses ke sumber daya alam, konsesikonsesi pembangunan
jalur transportasi dan komunikasi, penghapusan tarif bea masuk, dan berbagai kebijakan lainnya
yang tujuannya adalah memperkuat dominasi monopoli. Ekspor kapital juga menciptakan pasar bagi
negara pengekspor kapital, karena negara penerima kapital akan menggunakan kapital ini untuk
membeli jasa dan barang dari negara pengekspor kapital.
Pembagibagian dunia oleh monopoli dan negaranegara kapitalis maju
Monopoli, kartel, konglomerasi, dan kapital finans pertamatama membagibagi pasar nasional di
antara mereka. Tetapi seperti yang telah kita jelaskan, kapitalisme harus terus menyeruak,
“bersarang dimanamana”. Setelah selesai membagibagi pasar nasional, kapitaliskapitalis raksasa
dari berbagai negara besar lalu membagibagi pasar dunia di antara mereka. Pembagian ini, pada
analisa terakhir, tergantung dari kekuatan kapital dari perusahaanperusahaan monopoli tersebut.
Tiaptiap negara, demi kepentingan kapitalis finans nasional mereka sendiri, bersaing
memperebutkan kolonikoloni, yang merupakan pasar untuk produk mereka, daerah tujuan ekspor
kapital mereka, dan sumber bahan mentah. Ekspansi koloni dan perseteruan ini mencapai
puncaknya pada Perang Dunia I (191418) yang berlanjut ke Perang Dunia II (19381945). Perang
perang ini bukanlah perang untuk demokrasi seperti yang tertulis di bukubuku sejarah, tetapi
perang imperialis untuk membagibagi dunia di antara kekuatankekuatan kapitalis besar.
Pada masamasa damai, negaranegara
kapitalis besar dengan monopolimonopoli mereka mencapai persetujuan di antara mereka
bagaimana membagibagi pasar dunia. Tetapi persetujuan ini hanyalah genjatan senjata sementara.
Dengan perubahan relasi kekuatan, terjadi pembagian ulang pasar dunia di antara negaranegara
besar ini. Pembagian ulang ini bisa terjadi dengan lambat atau bisa terjadi dengan cepat, secara
tertutup atau secara terbuka, dengan proses yang relatif “damai” atau dengan proses yang penuh
kekerasan dan darah. Dari lembarlembar sejarah kita bisa saksikan pembagianpembagian ulang
ini. Sampai akhir abad ke19, kapitalis Inggris dan Prancis mendominasi pasar dunia. Namun, pada
permulaan abad ke20, muncullah pemainpemain baru, yakni AS, Jerman, dan Jepang, yang mulai
menggeser kedudukan Inggris. Pemainpemain baru ini menginginkan bagian pasar mereka, dan
berkobarlah dua Perang Dunia. Perang Dunia ini mengubah tatanan ekonomi dan politik dunia, atau
lebih tepatnya mengubah pembagian pasar dunia, dimana AS akhirnya keluar sebagai pemenang
utama. Di pihak lain Uni Soviet juga keluar sebagai pemenang Perang Dunia Kedua. Akan tetapi
karena Uni Soviet serta negaranegara satelitnya bukan bagian dari kapitalisme dunia, kita tidak
akan berbicara mengenainya. Namun harus dicatat, ini bukan berarti perkembangan di Uni Soviet
dan negaranegara “komunis” lainnya terpisah atau terisolasi dari perkembangan kapitalisme dunia.
Justru pada analisa terakhir, nasib mereka tergantung pada perkembangan kapitalisme dunia dan
ini sudah dibuktikan oleh sejarah. Karya ini bukan tempatnya untuk berbicara mengenai Uni Soviet.
Ini akan dibicarakan di kesempatan yang lain.
Setelah lebih dari setengah abad dominasi absolut AS, hari ini kita lihat China mulai muncul sebagai
kekuatan kapitalis baru. Ia baru saja menggeser Jepang sebagai ekonomi terbesar kedua dunia,
dan dalam 10 tahun diramalkan akan menjadi ekonomi terbesar nomor satu. China bukan lagi hanya
daerah tujuan investasi dan sumber buruh murah, tetapi telah melakukan ekspor kapital besar
besaran ke Afrika, Timur Tengah, Asia Tenggara, Australia, dan bahkan Eropa dan AS. Melihat ini,
kapitalis Barat dan politisipolitisi mereka mengeluh mengenai China yang katanya bermain kotor
dalam permainan perdagangan, dengan subsidi besar untuk perusahaanperusahaan China,
kebijakan dumping (banting harga untuk menghancurkan saingannya), kebijakankebijakan yang
lebih menguntungkan perusahaan nasional ketimbang asing, secara artifisial mengontrol nilai mata
uang Yuan, dan lain sebagainya. Kapitaliskapitalis Barat ini lupa kalau mereka menjadi monopoli
monopoli dunia raksasa hari ini karena dulu pemerintahan mereka juga mengimplementasikan
kebijakankebijakan yang sama. Kemunafikan mereka hanya menutupi ketidakmampuan mereka
untuk mempertahankan posisi superior mereka di dunia. Pembagian ulang pasar dunia sedang
terjadi di depan mata kita.
Selain pasar dunia untuk ekspor kapital dan produk, yang terus diincar oleh para monopoli adalah
kontrol terhadap bahanbahan mentah: minyak, gas, tambang, dll. Untuk menjaga dominasi absolut
terhadap seluruh industri, dari hulu hingga hilir, maka monopoli harus menguasai suplaisuplai
bahan mentah. Dengan menguasai suplai bahan mentah, sebuah monopoli dapat mengontrol
distribusi dan harga bahan mentah tersebut dan mendominasi industriindustri hilir yang
membutuhkannya. China, misalnya, menguasai mayoritas tambang mineralmineral langka yang
dibutuhkan untuk industri panel surya. 95% suplai mineralmineral langka datang dari China. Untuk
mengalahkan kompetitorkompetitor industri panel surya dari AS dan Eropa, China membatasi
ekspor mineralmineral langka tersebut. Pada saat yang sama, China juga
melakukan dumping panelpanel surya di bawah harga pasar untuk menghancurkan kompetitornya.
Dalam waktu 10 tahun, China yang sebelumnya sama sekali tidak memproduksi panel surya hari ini
memproduksi 50% panel surya di dunia. Jadi, kebijakan untuk mendominasi, secara ekonomi dan
politik, daerahdaerah yang kaya sumber daya alamnya datang dari kenyataan bahwa kapitalisme
hari ini telah memasuki epos monopoli.
Monopoli tidak hanya tertarik pada wilayahwilayah yang sudah diketahui ada sumber daya
alamnya, tetapi juga pada wilayahwilayah yang berpotensi punya sumber daya alam. Karena
perkembangan teknologi yang begitu pesat, sepetak tanah yang hari ini mungkin tampak tidak
punya nilai esok hari dapat memberi profit milyaran rupiah. Inilah mengapa setiap sudut dunia
diperebutkan dengan begitu gigih.
Konsentrasi kapital dan produksi yang akhirnya menyebabkan banjir kapital di negara asal juga
mengharuskan monopolimonopoli untuk melakukan ekspor kapital ke negaranegara miskin kapital,
dan dengannya mendominasi negaranegara tersebut. Dunia dibagibagi untuk tujuan ekspor
kapital. Seperti yang dijelaskan Lenin:
“Kaum kapitalis membagibagi dunia, bukan karena nafsu jahat mereka, tetapi karena konsentrasi
[kapital dan produksi] telah mencapai tingkatan yang sedemikian rupa sehingga memaksa mereka
untuk mengadopsi metode ini guna mendapatkan laba. Dan mereka membagibaginya ‘sesuai
dengan besarnya kapital’, ‘sesuai dengan besarnya kekuatan’, karena di bawah produksi komoditas
dan kapitalisme tidak ada cara lain untuk membagibagi dunia.” (Lenin, Imperialisme: Tahapan
Tertinggi Kapitalisme)
Dan lagi:
“Kepentingankepentingan untuk mengekspor kapital juga memberikan sebuah dorongan untuk
menaklukkan kolonikoloni, karena di pasar negeri koloni metodemetode monopoli lebih mudah
digunakan (dan kadangkadang inilah satusatunya metode yang bisa digunakan) untuk
mengeliminasi kompetisi, menjaga suplai, mengamankan ‘koneksikoneksi’ yang dibutuhkan,
dsbnya. Superstruktur nonekonomik yang tumbuh di atas basis kapital finans, politiknya dan
ideologinya, mendorong keinginan untuk penaklukan koloni. ‘Finans kapital tidak menginginkan
kebebasan, ia menginginkan dominasi,” seperti yang dikatakan dengan sangat tepat oleh
Hilferding.” (Lenin, Imperialisme: Tahapan Tertinggi Kapitalisme)
Imperialisme
Kita akhirnya tiba pada kesimpulan mengenai apa itu imperialisme. Imperialisme adalah tahapan
tertentu dalam perkembangan kapitalisme, yakni kapitalisme yang telah “membusuk” dimana
persaingan bebas telah digantikan dengan monopoli. Persaingan bebas, yang merupakan karakter
utama kapitalisme, terus mendorong konsentrasi kapital dan produksi, menciptakan industriindustri
besar yang terus melumat industriindustri kecil. Proses konsentrasi kapital dan produksi ini akhirnya
mendorong perubahan kuantitas menjadi perubahan kualitas, yakni terciptanya monopolimonopoli,
kartel, konglomerasi, yang bersatu dengan kapital bankbank yang sendirinya juga mengalami
konsentrasi kapital dan menjadikan kapital finans sebagai tuan raja dari semua kapital.
Monopoli yang lahir dari kompetisi bebas tidak menghilangkan sepenuhnya kompetisi bebas, tetapi
eksis di atasnya dan bersamanya. Yang kita saksikan hari ini bukan lagi persaingan bebas seperti
periode awal kapitalisme, antar pengusahapengusaha yang terus bersaing untuk bagaimana
memproduksi barang dengan lebih efisien lewat perkembangan teknik. Yang ada hari ini adalah
antagonisme yang tajam dan brutal antara monopolimonopoli raksasa, yang dilakukan dengan
pembenturan kapitalkapital, dengan saling mencaplok, dengan kebijakan dominasi, penjajahan, dan
sampai ekspresi terakhirnya, peperangan yang menyeret seluruh umat manusia ke barbarisme yang
paling berdarahdarah. Inilah imperialisme.
Kalau ingin diringkas, ada 4 karakter utama imperialisme adalah:
1) Monopoli, dengan kartel dan konglomerasi
2) Kapital finans, yakni dimana bankbank dan institusiins
Senin, 26 November 2012
Ted Sprague
Indonesia, seperti banyak negaranegara Dunia Ketiga
lainnya, berada di bawah dominasi kapital asing lewat investasiinvestasi mereka dan perangkat
perangkat internasional seperti IMF, Bank Dunia, Asian Bank Development, dan banyak lainnya.
Selama ratusan tahun, sejak jaman penjajahan Belanda sampai hari ini, kekayaan alam kita
diborong ke luar untuk memperkaya kapitaliskapitalis asing. Buruh kita diperas keringatnya lewat
politik upah murah untuk memproduksi produkproduk merek luar negeri. Pemerintahan kita lemah
di hadapan negaranegara besar. Hutang luar negeri yang begitu besar membuat bangsa kita
bergantung pada belas kasihan IMF dan Bank Dunia. Inilah potret kenyataan Indonesia di dalam
percaturan politik dan ekonomi dunia.
Namun, potret ini hanyalah satu gambaran permukaan saja, dan ini tidak lengkap. Bila kita
bersandar hanya pada gambaran di atas tanpa memahami perkembangan imperialisme, maka kita
akan terjebak pada sentimen antiimperialisme yang vulgar yang bukannya membawa kita lebih
dekat pada pembebasan nasional yang sesungguhnya tetapi justru menjadi halangan terbesar bagi
perjuangan antiimperialisme. Sayangnya, sejarah perjuangan kita penuh dengan kegagalan dalam
memahami karakter imperialisme yang sesungguhnya.
Dengan dalih bahwa Indonesia didominasi oleh kapital asing, maka kesimpulan yang diambil oleh
sejumlah kaum Kiri adalah bahwa imperialisme oleh karenanya adalah musuh utama rakyat hari ini.
Pembebasan nasional menjadi agenda utama dan perjuangan kelas menjadi sekunder dan
dikesampingkan. Elemenelemen nasionalis – darimanapun ia datang, apa dari kapitalis nasional
atau bahkan militer – harus dirangkul dan dijadikan sekutu dalam sebuah front nasional. Kebijakan
yang diadopsi adalah kolaborasi kelas atas nama melawan modal asing, dimana perjuangan kelas
buruh dan tani dilumpuhkan demi front nasional dengan kapitalis nasional. Yang lebih parah adalah
ketika para Kiri ini menggunakan nama Marx, Engels, dan Lenin untuk membenarkan taktik front
nasional yang oportunis ini. Inilah mengapa kita harus kembali lagi ke dasardasar Marxisme untuk
memahami apa itu imperialisme sesungguhnya.
Karya ini bermaksud memberikan gambaran yang lengkap mengenai imperialisme. Dimulai dari
memahami kapitalisme dan perkembangannya secara historis, kita akan dapat memahami
bagaimana imperialisme lahir. Kita akan dapat memahami bagaimana, seperti kata Lenin,
imperialisme itu adalah tahapan tertinggi kapitalisme.
Kelahiran Kapitalisme
Lenin dengan ringkas menjelaskan bahwa imperialisme adalah tahapan tertinggi kapitalisme. Yang
dimaksud dengan Lenin adalah bahwa imperialisme itu adalah kapitalisme pada periode hari ini.
Dari sini saja sudah jelas kalau perjuangan melawan imperialisme tidak bisa dipisahkan dari
perjuangan melawan kapitalisme.
Untuk memahami imperialisme, yang merupakan tahapan tertinggi kapitalisme, maka kita harus
memahami kapitalisme pada tahapan terendahnya, atau kapitalisme pada kelahirannya. Seperti
halnya kita ingin memahami secara penuh seorang yang sudah dewasa, kita juga harus memahami
masa mudanya – bahkan dari kelahirannya. Kita ingin tahu siapa orang tua dia, dimana dia
dilahirkan dan kapan, bagaimana cara dia dibesarkan, masa remajanya seperti apa, dsbnya. Inilah
mengapa tidak ada buku biografi yang hanya merekam hidup seorang saat dia sudah dewasa.
Kapitalisme lahir ketika sistem feodalisme sudah menjadi hambatan bagi perkembangan kekuatan
produksi manusia. Feodalisme dengan mode produksi yang berbasiskan tanah perlahanlahan kalah
bersaing dengan mode produksi manufaktur yang berbasiskan pabrik, yang jauh lebih produktif.
Kekuatan baru lahir dari dalam masyarakat feodal, yakni kelaskelas pedagang dan kapitalis.
Merekalah yang akhirnya menumbangkan tatanan masyarakat feodal yang mencekik mereka
karena tatanan masyarakat feodal yang tidak demokratis dan konservatif adalah halangan bagi
perkembangan kapitalisme yang membutuhkan kebebasan dalam semua aspek kehidupan: politik,
ekonomi, sosial, dan sains.
Kemajuan sains sangatlah penting bagi perkembangan teknologi yang dibutuhkan oleh mode
produksi manufaktur yang menggunakan mesinmesin. Di bawah feodalisme, ilmu alam dan sains
dicekik karena monarki dan Gereja yang merupakan kekuatan politik besar merasa terancam
kedudukannya. Sains mengajarkan hukum logika, yang tidak bisa tidak menyerang doktrin Gereja
bahwa ada makhluk gaib di atas sana yang memberikan kekuasaan absolut kepada satu dua orang.
Inilah mengapa dalam sejarah revolusi borjuis demokratik – yakni revolusi kapitalis – kita temui
semua ilmuwan dan pakar sains ada di sisi revolusi.
Fitur utama kapitalisme adalah persaingan bebas antar kapitalis. Hanya dengan terus berkompetisi,
para kapitalis bisa mengembangkan teknologi. Mereka yang tidak terus berinovasi akan kalah. Inilah
mengapa kapitalisme jauh lebih progresif daripada feodalisme, karena ia terus tumbuh. Sistem
pemerintahan feodal adalah sistem yang berdasarkan kesewangwenangan absolut. Posisi
seseorang ditentukan oleh keturunan (dari keluarga bangsawan mana dia datang) dan bukan oleh
kesuksesan pribadinya. Tidak ada kepastian hukum akan hakhak dasar seorang penduduk. Tidak
ada demokrasi. Tidak ada perlindungan hukum. Ini semua tidak kondusif bagi kapitalisme, sehingga
dibutuhkan sebuah negara republik yang demokratis.
Selain itu kapitalisme membutuhkan sebuah pasar nasional dengan undangundang perdagangan
yang sama. Di bawah feodalisme, tiaptiap kota dan daerah punya aturan tersendiri dan pajak
tersendiri, sehingga ini menyulitkan kaum pedagang. Ada rajaraja kecil di tiaptiap kota yang
menjadi parasit, yang bertindak sewenangwenang. Kapitalisme yang bersifat ekspansif dan dinamis
tidak bisa terkekang oleh kerangka feodal yang kaku. Pembentukan negara bangsa oleh karenanya
juga menjadi tugas utama dari revolusi borjuis demokratik, demi terbentuknya pasar nasional.
Negara bangsa adalah sebuah fenomena baru di dalam sejarah manusia. Di jaman feodalisme,
rakyat mengabdi bukan pada bangsa tetapi kepada bangsawan, kota, dan daerah.
Pembebasan kaum tani – atau reforma agraria – juga menjadi tugas penting bagi lahirnya
kapitalisme. Ini bukan karena kaum kapitalis peduli pada nasib kaum tani, tetapi didikte oleh logika
kapitalisme itu sendiri. Kapitalisme, yang sistem produksinya berbasis pabrik, membutuhkan tenaga
kerja – atau buruh – yang bebas bergerak. Sementara di bawah feodalisme, kaum tani terikat pada
tanah dan tuan bangsawan mereka. Kaum tani atau hamba tidak boleh meninggalkan tanah
mereka. Oleh karenanya kaum tani harus dibebaskan dari ikatan feodal mereka mereka supaya
mereka dapat pindah ke kotakota dan menjadi tenaga buruh. Selain itu, untuk menyerang kaum
bangsawan, cara terbaik adalah membagibagikan tanah mereka – yang merupakan sumber
kekuatan ekonomi kaum bangsawan – kepada kaum tani yang lama telah menjadi hamba mereka.
Ini juga memberikan dukungan besar dari kaum tani kepada revolusi borjuis demokratik. Dengan
reforma agraria ini, kaum kapitalis mendapatkan banyak keuntungan: dukungan politik dari kaum
tani, melemahkan musuh mereka, dan tenaga kerja buruh.
Dari sini, maka kita bisa meringkas bahwa sejumlah tugas penting kaum borjuasi nasional di dalam
revolusi borjuis demokratik, dalam usaha mereka untuk membentuk kapitalisme, adalah:
1) Pembentukan republik demokratis, menggantikan monarki
2) Pembentukan negara bangsa
3) Reforma agraria
Kapitalisme tumbuh menjadi monopoli dan kartel
Kekuatan produksi manusia tumbuh pesat di bawah kapitalisme. Dengan kompetisi bebas, kapitalis
terus menciptakan teknologiteknologi baru yang membuat manusia menjadi lebih produktif secara
keseluruhan. Namun, semakin tingginya kekuatan produksi manusia, semakin besar pula
kesenjangan antara yang kaya dan miskin. Inilah kekonyolan dari kapitalisme. Semakin kaya
masyarakat secara keseluruhan, semakin besar pula jurang pemisah antara rakyat pekerja dan
kapitalis.
Persaingan bebas adalah motor penggerak kapitalisme. Tiaptiap kapitalis terus berkompetisi.
Awalnya dalam sebuah industri, ada ribuan pengusaha. Mereka terus berseteru untuk merebut
pasar. Yang kalah tersingkirkan dan dilahap oleh yang menang. Ini terus menerus berlangsung
hingga akhirnya hanya tersisa beberapa pengusaha besar. Dengan cara ini, akhirnya kompetisi
berubah menjadi monopoli. Terjadi konsentrasi pasar dan kapital di tangan segelintir pengusaha.
Pengusahapengusaha kecil tidak mampu lagi bersaing dengan pengusahapengusaha besar, yang
punya modal besar dan bisa membangun pabrikpabrik yang lebih besar. Dengan pabrik yang
besar, jelas mereka dapat memproduksi lebih murah dan membanjiri pasar. Mereka juga bisa
membanting harga sampai pengusaha kecil saingan mereka bangkrut, atau cukup “melahap”
saingan mereka dengan membelinya. Inilah yang disebut “ekonomi skala besar”, dimana semakin
besar sebuah perusahaan semakin mudah ia meraih laba besar.
Kapitalisme mencapai puncak kompetisi bebas mereka pada 186070 dan saat itu monopoli belum
menjadi fitur utama. Pada periode 1800an, kapitalisme didominasi perusahaanperusahaan kecil
milik keluarga atau individu. Hanya pada 1900an akhirnya kapitalisme memasuki fase dimana
monopoli menjadi fitur dominan. Pada 1830, perusahaan terbesar di dunia adalah pabrik besibaja
Cyfartha, dengan jumlah pekerja 5000 orang dan aset total $2 juta. Hari ini Walmart
memperkerjakan 2,2 juta pekerja, McDonald 1,7 juta, Volkswagen 500 ribu, Siemens 360 ribu. Para
pelopor kapitalis tidak akan pernah bermimpi kalau akan ada perusahaan dengan jumlah pekerja 1
juta.
Di dalam kapitalisme monopoli, sebuah pasar dikuasai oleh beberapa perusahaan saja. Kita bisa
ambil contoh industri otomobil, yang dikuasai oleh segelintir pemain sejak 1920an. Di Amerika,
pusat kapitalisme dunia, industri otomobil dikuasai oleh tiga besar: General Motors, Ford, dan
Chrysler. Di Jepang, ini juga dikuasai oleh segelintir saja: Toyoto, Honda, Nissan, Suzuki, Mazda,
Daihatsu, Mitsubishi, Subaru. Tetapi lebih penting adalah kenyataan bahwa kepemilikan
perusahaanperusahaan otomobil ini sangatlah kompleks. Misalnya Nissan adalah juga milik
Renault dari Prancis. Mazda sahamnya dimiliki oleh Ford. Toyota juga mengontrol saham Daihatsu
dan Subaru. Ini hanya beberapa contoh saja yang kita ketahui. Jadi selain ada monopoli, lewat
kepemilikan saham semua perusahaan mobil ini saling terkait satu sama lain. Sebuah penelitian
tahun 2011 oleh Professor Vitali menunjukkan sebuah jaringan kepemilikan korporasikorporasi
multinasional yang kompleks, dimana “setiap perusahaan punya kepemilikan secara langsung
dan/atau tidak langsung perusahaan lainnya”. Dari 43 ribu korporasi multinasional, ada 147
korporasi yang mengontrol 40 persen ekonomi dunia dan tiaptiap perusahaan ini saling terikat
kepemilikannya.
Namun jangan kita pikir kalau monopoli ini hanya dilakukan kapitalis asing atau hanya dalam
tingkatan korporasi multinasional. Monopoli juga dilakukan oleh kapitalis nasional di bumi Indonesia.
Media di Indonesia (koran, majalah, TV, radio, penerbitan buku, dll.) dimonopoli oleh 12
perusahaan: Grup MNC, Kompas Gramedia, Jawa Pos, Mahaka Media, Elang Mahkota Teknologi,
CT Corp, Visi Media Asia, MRA Media, Femina, Tempo Inti Media, dan Beritasatu Media Holding.
Pasar rokok Indonesia dikuasai tiga pemain: Gudang Garam, Djarum dan Sampoerna; walau belum
lama ini Djarum dan Sampoerna sudah dijual ke Imperial Tobacco dan Phillip Morris, yang
memonopoli industri rokok dunia.
Tidak hanya itu, perusahaanperusahaan raksasa ini juga membentuk sebuah kartel, yakni sebuah
kerjasama antar monopoli yang mana dengan perjanjianperjanjian terselubung mereka mengatur
harga, membagi pasar, menentukan jumlah produksi, dan lain sebagainya. Pembentukan kartel oleh
pemainpemain besar dilakukan karena mereka sadar bahwa mereka bisa meraup lebih banyak
laba kalau mereka melakukan kerjasama ini. Persaingan bebas walau masih terjadi pada
tingkatan tertentu bukan lagi fitur yang dominan. Kebanyakan persaingan justru terjadi dalam
ranah iklan, dimana tiaptiap perusahaan mencoba meyakinkan kita kalau sambal ABC lebih enak
daripada sambal Indofood, kalau motor Honda lebih baik daripada motor Yamaha. Pada
kenyataannya mereka sudah membagi pasar dan mengatur harga sedemikian rupa sehingga dapat
meraup laba sebanyak mungkin, atau superprofit. Yang dirugikan adalah konsumen.
Selain itu, produksi di bawah kapitalisme juga semakin lama semakin bersifat sosial, yakni tidak ada
satu pabrik atau industri yang berdiri sendiri. Tiap industri adalah bagian dari rantai produksi
kapitalis yang kompleks dan saling tergantung. Kita ambil contoh saja industri telpon genggam, yang
melibatkan puluhan industri dan subindustri: plastik (untuk komponenkomponennya), tambang
(telpon genggam menggunakan banyak mineral langka), informasi teknologi (untuk programnya),
enerji (baterai), komunikasi (penggunaan satelit dan antena pemancar), dan lain sebagainya. Tidak
ada satupun industri yang berdiri sendiri. Kenyataan ini mendorong kaum kapitalis untuk membentuk
konglomeratkonglomerat, yakni sebuah perusahaan raksasa yang bergerak di berbagai macam
industri. Kali ini kita tidak perlu melihat ke luar negeri, kita cukup melihat Salim Grup, dengan lebih
dari 400 perusahaan yang bergerak di hampir semua industri: Indofood (mie instan), Bogasari
(tepung), Indomaret (retail), Indocement (semen), Indosiar (televisi), perkebunan sawit, perhutanan,
real estate, perbankan, asuransi, dll. Juga Bakrie Group, sebuah konglomerat multinasional yang
bergelut di perkebunan sawit dan karet, tambang batu bara, minyak, dan gas, telekomunikasi,
properti, tambang mineral, konstruksi, dll. Djarum Group, yang di atas sudah kita sebut sebagai
salah satu monopoli rokok, juga bergerak di perbankan (bank BCA), elektronik, properti, agribisnis,
telekomunikasi, dan multimedia. Konglomerasi terus berusaha menguasai berbagai cabang industri
dari hulu hingga hilir guna mendapatkan dominasi absolut.
Dengan kartel dan konglomerat, persaingan di dalam kapitalisme hari ini bukan lagi antara
perusahaan yang secara teknik lebih maju dengan perusahaan yang secara teknik lebih
terbelakang. Pada periode awal kapitalisme, seorang kapitalis yang menemukan metode atau teknik
untuk memproduksi sebuah barang dengan lebih murah, lebih cepat, dan lebih berkualitas akan
menang. Hari ini yang ada adalah perusahaan raksasa menggilas perusahaanperusahaan kecil. Ini
benar dalam skala nasional, dan juga benar dalam skala internasional. Perusahaanperusahaan
kecil dari negero Dunia Ketiga tidak akan mampu bersaing dengan perusahaanperusahaan besar
dari negeri kapitalis besar. Mereka hanya jadi bulanbulanan, jadi rodaroda gir kecil di dalam mesin
konglomerasi besar. Sukses sebuah perusahaan tidak lagi ditentukan oleh kemampuannya untuk
melakukan inovasi, tetapi oleh besarnya kapital yang ia miliki. Misalnya, sebuah perusahaan yang
punya modal besar bisa menghancurkan saingannya yang lebih kecil dengan membanting harga
bahkan bila ia merugi sampai saingannya bangkrut. Dengan modalnya yang besar, walau menjual
rugi ia bisa bertahan lebih lama daripada perusahaan yang lebih kecil. Sebuah perusahaan
konglomerat, yang juga punya kendali atas industriindustri suplai lain, juga dapat mensabotase
saingannya dengan memotong suplai tertentu.
Inilah tahapan kapitalisme hari ini, sebuah tahapan monopoli dan konglomerasi, dimana konsentrasi
kapital dan produksi semakin hari semakin terpusat. Persaingan bebas sudah bukan lagi fitur utama
kapitalisme. Dengan fakta ini, maka karakter progresif kapitalisme yakni persaingan bebas yang
merupakan motor perkembangan tenaga produksi telah lama hilang. Bila perkembangan umat
manusia ditentukan oleh kemampuan manusia untuk terus mengembangkan tenaga produksi, maka
kapitalisme sungguh telah menjadi beban bagi perkembangan umat manusia.
Mungkin akan ada orangorang yang keberatan dengan pernyataan ini. Mereka mengatakan:
“Lihatlah perkembangan teknologi 50 tahun terakhir ini, apa ini bukan bukti dari karakter progresif
kapitalisme?” Akan tetapi pernyataan bahwa kapitalisme telah menjadi beban bagi perkembangan
umat manusia bukan berarti bahwa tidak ada pertumbuhan atau perkembangan sama sekali.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa sistem ekonomi kapitalisme tidak mampu
menggunakan secara penuh potensi produksi manusia. Potensi sumber daya manusia dan alam
yang begitu besar tidak mampu digunakan untuk menyelesaikan kemiskinan dan kemelaratan
mayoritas umat manusia. Setengah dari populasi Indonesia hidup di bawah $2 per hari, atau Rp 18
ribu per hari. Di seluruh dunia, ada 2,6 milyar manusia yang bernasib sama. Setiap 8 detik, seorang
anak meninggal karena minum air tidak bersih. 3,6 juta orang mati setiap tahunnya karena tidak
mendapatkan akses ke air bersih dan sanitasi. Kita bisa menulis satu buku penuh berisi statistik
kemiskinan dan kemelaratan mayoritas manusia. Kapitalisme, kendati katanya telah menemukan
berbagai teknologi canggih, tidak mampu menyelesaikan masalah kemiskinan. Justru hari ini ia telah
memasuki sebuah krisis besar dimana standar hidup rakyat pekerja bahkan di negaranegara
kapitalis maju semakin memburuk, apalagi di negaranegara Dunia Ketiga.
Usaha siasia menanggulangi monopoli
Monopoli hari ini telah menjadi sebuah kenyataan yang tak terbantahkan dan diakui oleh semua
ekonom besar borjuis. Merekamereka yang mengatakan sebaliknya adalah seorang penipu atau
seorang dungu. Akan tetapi, para kapitalis tidak dapat mengakui dengan terus terang kalau
persaingan bebas yang merupakan pilar dari kapitalisme sudah bertekuk lutut di hadapan
monopoli. Konsep persaingan bebas bukan hanya pilar ekonomi kapitalisme tetapi juga pilar
ideologinya, yakni bahwa dengan saling berkompetisi tiaptiap manusia akan menjadi semakin lebih
baik. Setiap orang yang berusaha dan bekerja keras akan punya kesempatan untuk berhasil dan
menjadi pemenang. Manusia yang individualis, yang berdiri untuk kepentingan dirinya sendiri, yang
terus bersaing dengan sesamanya dengan bebas, inilah manusia yang sempurna dalam ideologi
kapitalisme. Sosialisme, di lain pihak, dianggap sebagai sesuatu yang bertentangan dengan
karakter alami manusia yang individualis dan ingin terus bersaing bebas. Sosialisme, yang
menyediakan programprogram sosial dan memastikan semua orang dapat bekerja dengan gaji
yang layak, akan mematikan karakter manusia untuk terus memperbaiki dirinya dan membuat
manusia menjadi malas, bodoh, dan terbelakang. Hanya dengan persaingan bebas maka umat
manusia dapat menjadi lebih baik.
Oleh karenanya mengakui dominasi monopoli berarti mengakui bahwa kapitalisme hari ini sudah
tidak ada nilai progresifnya lagi. Ternyata apa yang disebut karakter alami manusia untuk bersaing
bebas tidak bisa menghentikan laju kapitalisme menuju monopoli, yang pada gilirannya berarti
bahwa tidak ada yang namanya itu karakter alami manusia untuk menjadi makhluk yang individualis
dan saling bersaing seperti binatang liar. Pada kenyataannya, tidak ada yang namanya karakter
alami manusia. Kesadaran manusia ditentukan oleh keberadaan sosialnya, oleh mode produksi
dominan yang ada.
Oleh karenanya, tidak jarang kita temui sejumlah kapititalis lewat ideolog mereka yang
mengeluh mengenai monopoli. Mereka berusaha mengimplementasikan berbagai undangundang
antimonopoli dan berharap dapat kembali ke masa muda kapitalisme dimana tiaptiap kapitalis
punya kesempatan yang sama dalam persaingan bebas. Akan tetapi, harapan dari jutaan kapitalis
kecil ini hanyalah mimpi belaka. Mereka tidak bisa memutar balik roda sejarah. Bahkan pada
kenyataannya, para kapitalis kecil ini berharap kalau mereka sendirilah yang menjadi monopoli
besar. Mereka hanya kecewa tidak ada lagi kesempatan bagi mereka untuk menjadi monopoli
besar.
Pemikiran kaum kaum borjuis kecil ini juga merasuki pemikiranpemikiran Kiri. Sejumlah kaum Kiri
borjuiskecil berpikir kalau masalah utama di dalam kapitalisme adalah para korporasi raksasa ini.
Lantas kritik mereka terhadap kapitalisme hanya terbatas pada korporasi raksasa, tetapi tidak pada
sistem kapitalisme itu sendiri. Melihat kejahatankejahatan besar yang dilakukan oleh korporasi
korporasi raksasa, mereka lantas mengagungagungkan perusahaanperusahaan kecil dan
menengah, atau UKM. Perusahaanperusahaan kecildanmenengah milik keluarga jadi model
kapitalisme yang humanis dan baik hati. Segala yang raksasa dan modal asing adalah sumber dari
kejahatan kapitalisme itu, sehingga perspektifnya adalah kembali ke periode awal kapitalisme
dimana tidak ada dominasi korporasi raksasa dan modal asing.
Akan tetapi roda sejarah tidak bisa diputar kembali. Ada alasan mengapa di bawah kapitalisme
akhirnya monopolilah yang mendominasi. Ini karena ekonomiskalabesar secara umum lebih efisien
dan produktif dibandingkan ekonomiskalakecil. Tidak mungkin pedagangpedagang kecil dapat
membangun gedunggedung besar, membangun dam raksasa, pesawat terbang, kapal tanker,
produksi massal komputer dan barangbarang elektronik, dll. Semua ini membutuhkan konsentrasi
produksi dan kapital. Ingin memutar roda sejarah kembali berarti ingin mencampakkan semua
pencapaian umat manusia dan mengembalikan peradaban kita ke 200 tahun yang lalu. Kita harus
melihat ke depan dan bukan ke belakang, bahwa justru konsentrasi produksi dan kapital ini harus
direnggut dari segelintir pemiliknya dan diserahkan kepada rakyat pekerja. Kita akan kupas lebih
lanjut solusi terhadap kapitalisme monopoli di bagian selanjutnya. Untuk sementara, mari kita
lanjutkan diskusi kita mengenai imperialisme.
Bank dan Kapital Finans
“Monopoli! Ini adalah kata terakhir di dalam ‘tahapan tertinggi perkembangan kapitalisme’. Tetapi
pemahaman kita akan kekuatan dan signifikansi monopoli moderen yang sesungguhnya tidak akan
lengkap dan memadai kalau kita tidak mempertimbangkan peran yang dimainkan oleh bankbank.”
(Lenin, Imperialisme: Tahapan Tertinggi Kapitalisme)
Bank memainkan peran yang penting di dalam kapitalisme monopoli hari ini. Seperti halnya
kapitalisme yang telah berubah, peran bank juga telah berubah. Awalnya peran utama bank adalah
sebagai penengah dalam transaksi pembayaran. Ia adalah tempat penyimpanan uang (dari kapitalis
sendiri dan juga dari rakyat pekerja), dan dari uang yang tersimpan ini bank lalu dapat memberikan
pinjaman kepada kapitalis yang membutuhkan modal. Peran awal bank adalah sebagai penengah
dalam sirkulasi kapital.
Telah kita tunjukkan di atas bahwa kecenderungan kapitalisme adalah menuju konsentrasi kapital
dan produksi, menuju monopoli. Ini terjadi juga di dalam industri perbankan, dimana bankbank kecil
tergerus dan tersisa segelintir bankbank raksasa yang mendominasi. Bankbank kecil yang masih
ada pun tidak berdiri secara mandiri, tetapi menjadi semacam “cabang” dari bankbank besar;
seperti halnya banyak perusahaanperusahaan kecil yang sebenarnya ada di bawah dominasi
monopoli raksasa lewat berbagai cara: kepemilikan saham, kontrol suplai dan produksi, kredit, dll.
Dengan semakin terkonsentrasikannya perbankan, maka semakin krusial peran bank di dalam
kapitalisme monopoli. Jumlah uang yang masuk ke tiaptiap bank semakin besar karena hanya ada
beberapa bank raksasa. Uang yang masuk bukan hanya dari korporasi besar saja, tetapi dari semua
kapitalis – besar atau kecil – dan rakyat pekerja. Lewat segelintir bank ini, mayoritas kapital dari
berbagai industri bergerak keluar masuk. Sebagai “penjaga pintu kapital”, bank memperoleh kendali
bagaimana mendistribusikan kapital ini. Ia menentukan industri atau perusahaan mana yang akan
mendapatkan kredit modal, dengan syaratsyarat apa saja.
Di sini kita bisa menyaksikan perubahaan kuantitas menjadi kualitas. Ketika bank masih kecil dan
hanya memberikan pinjaman kredit kepada beberapa kapitalis, ia hanya melakukan fungsi yang
murni teknis dan sekunder. Ketika ia menjadi besar dan bertanggungjawab memberikan kredit pada
ribuan bahkan ratusan ribu kapitalis dari berbagai sektor dari korporasi raksasa sampai
pengusaha menengah dan kecil maka segelintir bank monopoli ini menundukkan semua operasi
ekonomi, komersial dan industrial, di bawah kehendaknya. Ini mereka lakukan dengan berbagai
cara, yang dimungkinkan karena koneksi finansial mereka yang merambah seluruh industri, kontrol
mereka dalam memberikan kredit, dan operasioperasi finansial lainnya. Mereka dapat “dengan rinci
menentukan posisi finansial dari berbagai kapitalis, dan kemudian mengontrol mereka,
mempengaruhi mereka dengan mempersempit atau memperluas, memberikan atau menghentikan
kredit, dan akhirnyasepenuhnya menentukan nasib mereka, menentukan pendapatan mereka,
mengeringkan kapital mereka, atau mengijinkan mereka untuk meningkatkan kapital mereka dengan
cepat dan besar, dsbnya.” (Lenin, Imperialisme: Tahapan Tertinggi Kapitalisme)
Dengan ini, maka bank hari ini bukan lagi hanya penengah tetapi menjadi pengontrol distribusi
kapital utama, atau lebih tepatnya pengontrol distribusi alatalat produksi. Kalau dulunya bank hanya
seperti koperasi simpan pinjam, hari ini ia telah menjadi investor besar yang menentukan jalannya
ekonomi kapitalisme.
Pembentukan konglomerat seperti yang telah kita jelaskan di atas, sebagai bagian dari
kecenderungan konsentrasi produksi dan kapital, juga mendorong merger antara bank dan industri.
Djarum Group misalnya tidak hanya berkutat dengan industri rokok tetapi juga bergerak dalam
perbankan dengan kepemilikan bank BCAnya. Inilah yang disebut sebagai era kapital finans. Hari
ini, kapitalis yang mendominasi adalah kapitalis yang bergerak di dalam sektor finans (atau kapitalis
finans), dari perbankan sampai grupgrup investasi. Kapitalis industrialis yakni kapitalis yang murni
bergerak di dalam sektor industri ada di bawah dominasi kapitalis finans yang mengontrol kapital.
Lenin menjelaskan kapital finans seperti berikut ini:
“Adalah karakteristik dari kapitalisme secara umum bahwa kepemilikan kapital terpisah dari aplikasi
kapital di dalam produksi, bahwa uang kapital terpisah dari kapital industri atau produksi, dan bahwa
para rentenir yang pendapatan utamanya datang dari uang kapital terpisah dari para pengusaha dan
dari semua orang yang terlibat langsung dalam manajemen kapital. Imperialisme, atau dominasi
kapital finans, adalah tahapan tertinggi kapitalisme dimana pemisahan ini menjadi sangat luas.
Supremasi kapital finans atas semua bentuk kapital berarti dominasi kaum rentenir dan oligarki
finans; ini berarti segelintir negaranegara “yang kuat” secara finans menguasai yang lainnya.”
(Lenin, Imperialisme: Tahapan Tertinggi Kapitalisme)
Inilah kapitalisme hari ini, dimana para pemilik modal yang sesungguhnya sudah terpisah
sepenuhnya dari proses produksi itu sendiri. Mereka hanya meminjamkan uang dan melakukan
investasi. Sementara para pemilik pabrik orangorang yang secara langsung menjalankan proses
produksi tersebut, atau kapitalis industrialis sesungguhnya tidak punya kapital sendiri. Mereka
mengandalkan kapital dari kaum kapitalis finans dan oleh karenanya terdominasi. Hari ini, bank
bank dan grupgrup investor adalah yang berkuasa atas semua kapitalis, industri atau komersial,
dari yang kecil sampai raksasa. Penelitian Profesor Vitali menunjukkan ada 147 korporasi multi
nasional yang mengontrol 40 persen ekonomi dunia. Tabel di bawah mendaftar 10 korporasi
terbesar tersebut, dan semua adalah bank dan institusi finansial:
10 Korporasi Terbesar dan Terpenting di Dunia
Rank
Nama
Asal
Aset yang dikelola (dolar AS)
1
Barclays PLC
Inggris
2,3 trilyun
2
Capital Group Companies
AS
1 trilyun
3
FMR Corp
AS
1,5 trilyun
4
AXA
Prancis
1,4 trilyun
5
State Street Corporation
AS
2,2 trilyun
6
JPMorgan Chase & Co
AS
2,3 triltun
7
Legal & General Group PLC Inggris
590 miliar
8
Vanguard Group
AS
1.7 trilyun
9
USB AG
Swiss
1,4 trilyun
10
Merrill Lynch & Co.
AS
2,2 trilyun
Kapital yang ada di bawah kendali tiaptiap institusi finansial raksasa ini jauh melebihi GDP (total
output produksi) mayoritas negaranegara di dunia. Bandingkan dengan Indonesia yang punya GDP
840 milyar dolar AS, secara kasar kita dapat mengukur kekuatan ekonomi dari kapital finans.
Jaringan investasi mereka juga sangat luas. Tabel di bawah akan memberikan ilustrasi singkat akan
kompleksnya kepemilikan beberapa perusahaan besar AS yang kita kenal seharihari:
Kepemilikan Saham PerusahaanPerusahaan AS
Kapital Finans
Apple
Microsoft
Coca
Cola
Nike
Exxon
Barclays PLC (Inggris) X
X
X
X
X
X
FMR Corp
X
X
X
X
X
X
AXA
X
X
X
State Street
Corporation
X
X
X
X
X
JPMorgan Chase & Co X
X
X
X
X
Vanguard Group
X
X
X
X
X
X
Goldman Sachs
X
X
X
Morgan Stanley
X
X
Deutsche Bank
X
X
X
X
(Jerman)
Dari tabel yang ringkas di atas kita bisa melihat bahwa kepemilikan perusahaanperusahaan besar
ini, yang bergelut di berbagai bidang dari komputer, minuman, sepatu, sampai tambang minyak, ada
di tangan institusiinstitusi finansial. Bukan hanya satu dua, tapi banyak institusi finansial. Inilah
gambaran kapitalisme hari ini, yang didominasi oleh kapital finans.
Sampai di sini, kita telah saksikan bagaimana kapitalisme telah berkembang ke tahapan
tertingginya: monopoli dan kapital finans. Selanjutnya kita akan kupas karakter lainnya, yakni ekspor
kapital.
Ekspor kapital
Ketika persaingan bebas masih merupakan fitur dominan kapitalisme, ekspor komoditas adalah fitur
utama kapitalisme. Marx menulis: “Kebutuhan untuk terus memperluas pasar untuk produk
produknya mendorong kaum borjuasi menyebar ke seluruh permukaan bumi. Ia harus bersarang
dimanamana, bertempat di manamana, mengadakan hubunganhubungan di manamana.”
Periode awal kapitalisme adalah kapitalisme merkantilisme (komersial), yang mengakumulasi kapital
lewat perdagangan. Perdagangan antar negaranegara Eropa menghasilkan profit yang besar bagi
para kapitalis. Tetapi hubungan perdagangan ini tidak hanya antar negaranegara Eropa, tetapi juga
meluas ke kolonikoloni. VOC adalah perusahaan sahamgabungan kapitalis pertama di dunia yang
tujuannya adalah pergi ke Hindia Timur untuk melakukan perdagangan. Dengan dominasi militer,
VOC membeli dengan harga sangat murah atau yang lebih tepatnya disebut sebagai perampokan
hasilhasil perkebunan dan pertanian kaun tani Jawa. Perusahaan kapitalis VOC menggunakan
sistem produksi feodal di Jawa, dimana kaum hamba adalah budak para raja Jawa, untuk meraup
nilailebih. Tidak hanya VOC dari Belanda, tetapi hampir semua negara penjajah besar saat itu
melakukan hal yang sama: Spanyol, Inggris, Portugal, Amerika Serikat, Prancis. Kapitalisme awal
meraup nilailebih yang besar dengan menggunakan mode produksi feodal dan perbudakan yang
ada di negaranegara koloni. Bahkan AS mengimpor budak negro dan melakukan perbudakan di
tanahnya sendiri sejak abad ke16, dan hanya dihapus pada 1860an.
Nilailebih atau kapital yang diperoleh lewat kebijakan merkantilisme menjadi dasar bagi
perkembangan kapitalisme selanjutnya, yakni kapitalisme industri yang berdasarkan manufaktur di
pabrikpabrik besar. Revolusi Industri dari 17501850 menempatkan kaum kapitalis industrialis
sebagai pemain utama dalam kapitalisme. Revolusi industri ini memberikan dorongan besar pada
perkembangan tenaga produksi, yang pada gilirannya berarti semakin cepat dan semakin besar
nilailebih atau kapital yang diraup oleh kapitalis. Seperti yang telah kita jabarkan di atas, terjadilah
proses konsentrasi produksi dan kapital dimana tahapan selanjutnya yang dimasuki kapitalisme
adalah tahapan monopoli dan kapital finans.
Kapital yang diakumulasi oleh monopolimonopoli raksasa tidak bisa lagi membawa keuntungan
besar bila diinvestasikan di negaranya masingmasing, karena sudah terjadi oversaturasi kapital
atau banjir kapital. Untuk bisa terus meraup profit, maka dilakukanlah ekspor kapital ke seluruh
penjuru dunia, tidak hanya dari negaranegara kapitalis maju ke negaranegara terbelakang tetapi
juga antar negaranegara kapitalis maju. Ekspor kapital ini dilakukan dengan banyak cara: investasi,
membeli saham, pemberian kredit, surat obligasi, dan berbagai operasi finansial lainnya.
Ekspor kapital menjadi fitur dominan di tahapan tertinggi kapitalisme. Kapital diekspor ke negara
negara yang miskin kapital atau sektor industri di sebuah negara yang miskin kapital untuk
membangun infrastruktur (rel, jalan raya, pelabuhan, sekolah), pabrik, tambang, perkebunan, dll.
dengan tujuan meningkatkan nilailebih yang dapat diraup. Ekspor kapital ke negaranegara
terbelakang biasanya memberikan profit yang lebih tinggi karena mereka miskin kapital, harga tanah
murah, upah buruh murah, sumber daya alam murah. Inilah bagaimana kapitalisme dicangkokkan
pada akhir abad ke19 dan awal abad ke20 di negaranegara koloni. Tidak seperti kaum borjuasi
Eropa yang bangkit sendiri dan menumbangkan sistem sosial dan ekonomi feodal, kaum borjuasi
negaranegara koloni lahir dari kapital asing. Mereka lahir terlambat dan secara artifisial, dan
menjadi tergantung pada modal asing. Ini menentukan karakter mereka dan dengan itu karakter
revolusi di negaranegara koloni, bahkan sampai hari ini.
Dengan menyebarkan kapital, kapitalis menyebar kontradiksi kapitalisme ke setiap sudut dunia dan
mengikat seluruh dunia ke dalam sistem kapitalisme, dimana hari ini krisis di satu negara dengan
mudah menyebar ke seluruh dunia. Inilah watak krisis finansial 2008 barubaru ini, yang masih terus
berlanjut dengan “contagion” yang terus menyebar. Bayangkan, krisis di Yunani, sebuah negara
kecil yang jumlah penduduknya hanya 11 juta, kurang lebih sebesar Jakarta, dapat menyeret
seluruh perekonomian dunia. Selama 2 tahun belakangan ini, perhatian semua negara terpaku pada
Yunani. Mengapa? Karena kapital negaranegara besar seperti Jerman, Inggris, Prancis, dan
Amerika ada di Yunani. Jatuhnya Yunani akan berimbas pada negaranegara pengekspor kapital ini
dan lalu tentunya menyebar ke seluruh dunia. Yunani sekarang sudah ada di ruang gawat darurat,
dan di ruang tunggu kita temui Italia dan Spanyol, dua negara yang jauh lebih besar daripada
Yunani.
Ekspor kapital juga harus dilihat dalam koneksinya dengan kapitalisme monopoli yang sudah
berkembang, yang tujuan utamanya adalah dominasi absolut. Dengan ekspor kapital yang berupa
pinjaman kredit, negara penerima kredit biasanya harus menyetujui sejumlah syarat yang
menguntungkan pemberi kredit, seperti akses ke sumber daya alam, konsesikonsesi pembangunan
jalur transportasi dan komunikasi, penghapusan tarif bea masuk, dan berbagai kebijakan lainnya
yang tujuannya adalah memperkuat dominasi monopoli. Ekspor kapital juga menciptakan pasar bagi
negara pengekspor kapital, karena negara penerima kapital akan menggunakan kapital ini untuk
membeli jasa dan barang dari negara pengekspor kapital.
Pembagibagian dunia oleh monopoli dan negaranegara kapitalis maju
Monopoli, kartel, konglomerasi, dan kapital finans pertamatama membagibagi pasar nasional di
antara mereka. Tetapi seperti yang telah kita jelaskan, kapitalisme harus terus menyeruak,
“bersarang dimanamana”. Setelah selesai membagibagi pasar nasional, kapitaliskapitalis raksasa
dari berbagai negara besar lalu membagibagi pasar dunia di antara mereka. Pembagian ini, pada
analisa terakhir, tergantung dari kekuatan kapital dari perusahaanperusahaan monopoli tersebut.
Tiaptiap negara, demi kepentingan kapitalis finans nasional mereka sendiri, bersaing
memperebutkan kolonikoloni, yang merupakan pasar untuk produk mereka, daerah tujuan ekspor
kapital mereka, dan sumber bahan mentah. Ekspansi koloni dan perseteruan ini mencapai
puncaknya pada Perang Dunia I (191418) yang berlanjut ke Perang Dunia II (19381945). Perang
perang ini bukanlah perang untuk demokrasi seperti yang tertulis di bukubuku sejarah, tetapi
perang imperialis untuk membagibagi dunia di antara kekuatankekuatan kapitalis besar.
Pada masamasa damai, negaranegara
kapitalis besar dengan monopolimonopoli mereka mencapai persetujuan di antara mereka
bagaimana membagibagi pasar dunia. Tetapi persetujuan ini hanyalah genjatan senjata sementara.
Dengan perubahan relasi kekuatan, terjadi pembagian ulang pasar dunia di antara negaranegara
besar ini. Pembagian ulang ini bisa terjadi dengan lambat atau bisa terjadi dengan cepat, secara
tertutup atau secara terbuka, dengan proses yang relatif “damai” atau dengan proses yang penuh
kekerasan dan darah. Dari lembarlembar sejarah kita bisa saksikan pembagianpembagian ulang
ini. Sampai akhir abad ke19, kapitalis Inggris dan Prancis mendominasi pasar dunia. Namun, pada
permulaan abad ke20, muncullah pemainpemain baru, yakni AS, Jerman, dan Jepang, yang mulai
menggeser kedudukan Inggris. Pemainpemain baru ini menginginkan bagian pasar mereka, dan
berkobarlah dua Perang Dunia. Perang Dunia ini mengubah tatanan ekonomi dan politik dunia, atau
lebih tepatnya mengubah pembagian pasar dunia, dimana AS akhirnya keluar sebagai pemenang
utama. Di pihak lain Uni Soviet juga keluar sebagai pemenang Perang Dunia Kedua. Akan tetapi
karena Uni Soviet serta negaranegara satelitnya bukan bagian dari kapitalisme dunia, kita tidak
akan berbicara mengenainya. Namun harus dicatat, ini bukan berarti perkembangan di Uni Soviet
dan negaranegara “komunis” lainnya terpisah atau terisolasi dari perkembangan kapitalisme dunia.
Justru pada analisa terakhir, nasib mereka tergantung pada perkembangan kapitalisme dunia dan
ini sudah dibuktikan oleh sejarah. Karya ini bukan tempatnya untuk berbicara mengenai Uni Soviet.
Ini akan dibicarakan di kesempatan yang lain.
Setelah lebih dari setengah abad dominasi absolut AS, hari ini kita lihat China mulai muncul sebagai
kekuatan kapitalis baru. Ia baru saja menggeser Jepang sebagai ekonomi terbesar kedua dunia,
dan dalam 10 tahun diramalkan akan menjadi ekonomi terbesar nomor satu. China bukan lagi hanya
daerah tujuan investasi dan sumber buruh murah, tetapi telah melakukan ekspor kapital besar
besaran ke Afrika, Timur Tengah, Asia Tenggara, Australia, dan bahkan Eropa dan AS. Melihat ini,
kapitalis Barat dan politisipolitisi mereka mengeluh mengenai China yang katanya bermain kotor
dalam permainan perdagangan, dengan subsidi besar untuk perusahaanperusahaan China,
kebijakan dumping (banting harga untuk menghancurkan saingannya), kebijakankebijakan yang
lebih menguntungkan perusahaan nasional ketimbang asing, secara artifisial mengontrol nilai mata
uang Yuan, dan lain sebagainya. Kapitaliskapitalis Barat ini lupa kalau mereka menjadi monopoli
monopoli dunia raksasa hari ini karena dulu pemerintahan mereka juga mengimplementasikan
kebijakankebijakan yang sama. Kemunafikan mereka hanya menutupi ketidakmampuan mereka
untuk mempertahankan posisi superior mereka di dunia. Pembagian ulang pasar dunia sedang
terjadi di depan mata kita.
Selain pasar dunia untuk ekspor kapital dan produk, yang terus diincar oleh para monopoli adalah
kontrol terhadap bahanbahan mentah: minyak, gas, tambang, dll. Untuk menjaga dominasi absolut
terhadap seluruh industri, dari hulu hingga hilir, maka monopoli harus menguasai suplaisuplai
bahan mentah. Dengan menguasai suplai bahan mentah, sebuah monopoli dapat mengontrol
distribusi dan harga bahan mentah tersebut dan mendominasi industriindustri hilir yang
membutuhkannya. China, misalnya, menguasai mayoritas tambang mineralmineral langka yang
dibutuhkan untuk industri panel surya. 95% suplai mineralmineral langka datang dari China. Untuk
mengalahkan kompetitorkompetitor industri panel surya dari AS dan Eropa, China membatasi
ekspor mineralmineral langka tersebut. Pada saat yang sama, China juga
melakukan dumping panelpanel surya di bawah harga pasar untuk menghancurkan kompetitornya.
Dalam waktu 10 tahun, China yang sebelumnya sama sekali tidak memproduksi panel surya hari ini
memproduksi 50% panel surya di dunia. Jadi, kebijakan untuk mendominasi, secara ekonomi dan
politik, daerahdaerah yang kaya sumber daya alamnya datang dari kenyataan bahwa kapitalisme
hari ini telah memasuki epos monopoli.
Monopoli tidak hanya tertarik pada wilayahwilayah yang sudah diketahui ada sumber daya
alamnya, tetapi juga pada wilayahwilayah yang berpotensi punya sumber daya alam. Karena
perkembangan teknologi yang begitu pesat, sepetak tanah yang hari ini mungkin tampak tidak
punya nilai esok hari dapat memberi profit milyaran rupiah. Inilah mengapa setiap sudut dunia
diperebutkan dengan begitu gigih.
Konsentrasi kapital dan produksi yang akhirnya menyebabkan banjir kapital di negara asal juga
mengharuskan monopolimonopoli untuk melakukan ekspor kapital ke negaranegara miskin kapital,
dan dengannya mendominasi negaranegara tersebut. Dunia dibagibagi untuk tujuan ekspor
kapital. Seperti yang dijelaskan Lenin:
“Kaum kapitalis membagibagi dunia, bukan karena nafsu jahat mereka, tetapi karena konsentrasi
[kapital dan produksi] telah mencapai tingkatan yang sedemikian rupa sehingga memaksa mereka
untuk mengadopsi metode ini guna mendapatkan laba. Dan mereka membagibaginya ‘sesuai
dengan besarnya kapital’, ‘sesuai dengan besarnya kekuatan’, karena di bawah produksi komoditas
dan kapitalisme tidak ada cara lain untuk membagibagi dunia.” (Lenin, Imperialisme: Tahapan
Tertinggi Kapitalisme)
Dan lagi:
“Kepentingankepentingan untuk mengekspor kapital juga memberikan sebuah dorongan untuk
menaklukkan kolonikoloni, karena di pasar negeri koloni metodemetode monopoli lebih mudah
digunakan (dan kadangkadang inilah satusatunya metode yang bisa digunakan) untuk
mengeliminasi kompetisi, menjaga suplai, mengamankan ‘koneksikoneksi’ yang dibutuhkan,
dsbnya. Superstruktur nonekonomik yang tumbuh di atas basis kapital finans, politiknya dan
ideologinya, mendorong keinginan untuk penaklukan koloni. ‘Finans kapital tidak menginginkan
kebebasan, ia menginginkan dominasi,” seperti yang dikatakan dengan sangat tepat oleh
Hilferding.” (Lenin, Imperialisme: Tahapan Tertinggi Kapitalisme)
Imperialisme
Kita akhirnya tiba pada kesimpulan mengenai apa itu imperialisme. Imperialisme adalah tahapan
tertentu dalam perkembangan kapitalisme, yakni kapitalisme yang telah “membusuk” dimana
persaingan bebas telah digantikan dengan monopoli. Persaingan bebas, yang merupakan karakter
utama kapitalisme, terus mendorong konsentrasi kapital dan produksi, menciptakan industriindustri
besar yang terus melumat industriindustri kecil. Proses konsentrasi kapital dan produksi ini akhirnya
mendorong perubahan kuantitas menjadi perubahan kualitas, yakni terciptanya monopolimonopoli,
kartel, konglomerasi, yang bersatu dengan kapital bankbank yang sendirinya juga mengalami
konsentrasi kapital dan menjadikan kapital finans sebagai tuan raja dari semua kapital.
Monopoli yang lahir dari kompetisi bebas tidak menghilangkan sepenuhnya kompetisi bebas, tetapi
eksis di atasnya dan bersamanya. Yang kita saksikan hari ini bukan lagi persaingan bebas seperti
periode awal kapitalisme, antar pengusahapengusaha yang terus bersaing untuk bagaimana
memproduksi barang dengan lebih efisien lewat perkembangan teknik. Yang ada hari ini adalah
antagonisme yang tajam dan brutal antara monopolimonopoli raksasa, yang dilakukan dengan
pembenturan kapitalkapital, dengan saling mencaplok, dengan kebijakan dominasi, penjajahan, dan
sampai ekspresi terakhirnya, peperangan yang menyeret seluruh umat manusia ke barbarisme yang
paling berdarahdarah. Inilah imperialisme.
Kalau ingin diringkas, ada 4 karakter utama imperialisme adalah:
1) Monopoli, dengan kartel dan konglomerasi
2) Kapital finans, yakni dimana bankbank dan institusiins