Analisis Laporan Keuangan PT. Antam PERS
Aset Lancar
Aset lancar ANTAM di tahun 2015 tercatat sebesar Rp. 11.252.826.560 naik Rp. 4.909.716.624 atau
77,40% dibandingkan aset lancar tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 6.343.109.936. Hal ini seiring dengan
kenaikan nilai kas dan setara kas sebesar 208,78% menjadi Rp. 8.086.634.372 pada akhir tahun 2015.
Aset Tidak Lancar
Aset tidak lancar ANTAM di tahun 2015 tercatas sebesar Rp. 19.104.024.330, naik sebesar Rp.
3.443.050.586 atau 21,98% dibandingkan dengan aset tidak lancar tahun 2014 yaitu sebesar Rp.
15.660.973.744. Kenaikan sebagian besar disebabkan oleh kenaikan aset tetap(revaluasi) sebaigai akibat
perubahan metode pengukuran tanah dari sebelumnya metode harga perolehan menjadi metode
revaluasi.
Total Aset
Total aset ANTAM di tahun 2015 sebesar Rp. 30.356.850.890 atau meningkat 37,96% atau Rp.
8.352.767.210 dibandingkan dengan total aset tahun 2014 sebesar Rp. 22.004.083.680 akibat kenaikan
aset lancar dan tidak lancar.
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas jangka pendek ANTAM naik sebesar Rp. 476.413.061 atau 12,33% dari Rp. 3.862.917.319 di
tahun 2014 menjadi Rp. 4.339.330.380 di tahun 2015, seiring dengan peningkatan pinjaman jangka
pendek yan mencapai Rp. 2.808.100.000.
Liabilitas Jangka Panjang
Total liabilitas jangka panjang di tahun 2015 sebesar Rp. 7.700.801.548 atau naik Rp. 1.609.552.076 atau
26,42% dibandingkan dengan liabilitas jangka panjang tahun 2014 yang mencapai Rp. 6.091.249.472.
peningkatan liabilitas jangka panjang disebabkan adanya pemberian pinjaman jangka panjang.
Total Liabilitas
Total liabilitas pada tahun 2015 sebesar Rp. 12.040.131.928 yang berart mengalami peningkatan sebesar
Rp. 2.085.965.137 atau 20,96% dibandingkan dengan total liabilitas tahun 2014 sebesar Rp.
9.954.166.791. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan dengan kenaikan liabilitas jangka panjang karena
adanya pinjaman bank jangka pendek pada akhir tahun 2015.
Total Ekuitas
ANTAM membukukan total ekuitas tahun 2015 sebesar 18.316.693.905 atau meningkat sebesar Rp.
6.266.802.073 atau 52,01% dibandingkan dengan total ekuitas tahun 2014 yang berjumlah Rp.
12.049.890.731. kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan saldo laba yang belum ditentukan
penggunaannya, surplus revaluasi aset tetap, tambahan modal disetor dan modal saham.
Penjualan Bersih
Penjualan bersih ANTAM mengalami kenaikan sebesar 11,79% yaitu Rp. 9.420.630.933 di tahun 2014
menjadi Rp. 10.531.504.802 di tahun 2015. Kenaikan penjualan bersih konsolidasian ini diakibatkan oleh
peningkatan penjualan ekspor komoditi emas.
Beban Pokok Penjualan
Beban pokok penjualan di tahun 2015 naik 19,81% menjadi Rp. 10.336.364.157 dibandingkan tahun
2014 yang tercatat sebesari Rp. 8.627.269.773. Kenaikan ini disebabkan karena kenaikan biaya
pembelian bahan baku diantaranya logam mulia.
Beban Usaha
Beban usaha tahun 2015 sebesar 930.423.884 turun di tahun 2015 sebesar 3,64% menjadi Rp.
896.579.167, penurunan biaya sebesar Rp. 33.844.717.
Beban administrasi dan umum merupakan komponen terbesar dari beban usaha di tahun 2015 dengan
nilai Rp. 776.280.373 atau 86,58% dari total beban usaha. Beban umum dan administrasi berasal dari
kenaikan gaji,upah dan bonus. Beban penjualan dan pemasaran mengalami penurunan sebesar 18,01%
karena penurunan biaya pengapalan dan asuransi.
Laba Usaha
Laba usaha ANTAM pada tahun 2015 tercatat turun 411,76% menjadi rugi usaha Rp. 701.438.522
dibandingkan rugi usaha Rp. 137.062.724 di tahun 2014 terutama disebabkan kenaikan beban usaha.
Penghasilan Lain-lain
Ditahun 2015 dan 2014, ANTAM mencatat beban lain-lain bersih sebesar Rp. 967.335.402 dan Rp.
653.729.835, naik 47,97% karena kenaikan bagian kerugian entitas asosiasi dan ventura bersama.
Penghasilan bunga mengalami kenaikan sebesar 6,63% dari penempatan deposito berjangka.
Penghasilan Komprehensif
Penghasilan komprehensif tahun berjalan DAN TAHUN 2014 sebesar Rp. 912.556.051 dan
Rp(153.743.924) . Jika dibandingkan dengan tahun 2014, penghasilan komprehensif tahun berjalan
tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar Rp. 1.066.299.975 atau 693,56%.
ANALISIS RASIO
1. RASIO LIKUIDITAS
a. Current Ratio
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
Tahun 2014 : Jumlah aktiva lancar sebanyak 1,6 kali hutang lancar atau setiap 1 rupiah hutang lancar
dijamin oleh 1,6 aktiva lancar atau 1,6 : 1 antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
Tahun 2015 : Jumlah aktiva lancar sebanyak 2,6 kali hutang lancar atau setiap 1 rupiah hutang lancar
dijamin dengan 2,6 aktiva lancar atau 2,6 : 1 antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
Rasio total aktiva lancar terhadap hutang lancar naik dari 164,21% pada tahun 2014 menjadi 259,32%
pada tahun 2015. Kenaikan sebesar 95,11% menunjukkan adanya peningkatan kemampuan perusahaan
untuk membayar hutang lancar yang meliputi utang usaha, liabilitas imbalan karyawan, pajak lain-lain,
uang muka pelanggan dan utang lain-lain.
Current ratio naik karena aset lancar naik sebesar Rp. 4.909.716.624 dari tahun 2014 ke tahun 2015.
Current ratio yang tinggi juga tidak selalu berarti baik bagi perusahaan karena menunjukkan pengelolaan
dana yang kurang optimal.
Jika rata-rata industri untuk current ratio adalah dua kali, tahun 2014 menunjukkan keadaan yang kurang
baik karena berada di bawah rata-rata industri. Sedangkan tahun 2015 menunjukkan kondisi lebih baik
karena berada diatas rata-rata industri.
b. Quick Ratio
Rasio quick rasio > 100% (lebih 100%) menunjukkan bahwa perusahaan sudah mampu membayar hutang
lancar dengan aktiva yang lebih likuid(tanpa persediaan).
Pada tahun 2015 ANTAM mengalami peningkatan quick ratio sebesar 100,34% walaupun hutang lancar
mengalami peningkatan sebesar Rp. 476.413.061. Hal ini seiring dengan peningkatan kas dan setara kas
sebesar Rp. 5.467.724.089 dari tahun 2014 ke tahun 2015.
Jika rata-rata industri adalah 1,5 kali maka pada tahun 2014 menunjukkan bahwa kondisi perusahaan lebih
buruk dari perusahaan lain, untuk melunasi hutang lancar perusahaan harus menjual persediaan
ditambah aktiva lancar lainnya. Penjualan persediaan dengan harga normal relatif sulit, kecuali jika
perusahaan menjual di bawah harga pasar, mengingat pangsa pasar produk ANTAM yang spesifik untuk
industri besar maka hal ini sangat beresiko merugi. Tapi jika rata-rata industri sama, maka pada tahun
2015 ANTAM tidak perlu menjual persediaan untuk membayar hutang lancar perusahaan. Dengan rasio
sebesar 218,93% ANTAM sangat mampu membayar hutang lancar dengan aktiva yang lebih likuid.
c. Cash Ratio
Pada tahun 2014 menunjukkan bahwa dengan menggunakan kas dan setara kas perusahaan belum
mampu membayar hutang lancarnya. Rasio kas sebesar 67,80% menunjukkan kondisi kurang baik karena
untuk membayar hutang lancar perusahaan harus menjual aktiva lancar lainnya yang menambah risiko
kerugian bagi perusahaan.
Tetapi pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 118,56% seiring peningkatan kas dan setara kas
yang cukup tinggi yaitu Rp. 5.467.724.089 yang menunjukkan peningkatan kemampuan perusahaan dalam
membayar hutang lancar. Rasio kas yang tinggi juga tidak terlalu baik karena menunjukkan bahwa ada
dana yang menganggur atau belum digunakan secara optimal.
Jika rata-rata industri untuk cash ratio adalah 70% maka keadaan perusahaan tahun 2015 lebih baik dari
tahun 2014, karena tahun 2014 rasio kas berada dibawah rata-rata industri.
d. Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over)
Jika rata-rata industri adalah 5 kali keadaan perusahaan pada tahun 2014 dan 2015 menunjukkan kondisi
yang lebih buruk dari pada perusahaan lain sejenis karena berada jauh dibawah rata-rata industri.
e. Inventory to Net Working Capital
Jika rata-rata industri untuk inventory to net working capital adalah 30%, keadaan perusahaan pada tahun
2014 baik karena berada di atas rata-rata industri, sedangkan tahun 2015 mengalami penurunan yang
drastis dari tahun 2014 dan menunjukkan bahwa keadaan perusahaan kurang baik karena berada dibawah
rata-rata industri.
2. RASIO SOLVABILITAS
a. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Rasio ini menunjukkan bahwa 45,24% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2014.
Setiap Rp. 100 pendanaan perusahaan, 45,24 dibiayai dengan utang dan Rp. 57,76 disediakan oleh
pemegang saham.
Tahun 2015 menunjukkan bahwa rasio hutang terhadap aset sebesar 39,66% menunjukkan bahwa
pendanaan sebesar 39,66% perusahaan dibiayai dengan utang, setiap Rp. 100 pendanaan perusahaan,
39,66 dibiayai dengan utang dan RP. 60,34 disediakan pemegang saham.
Dengan melihat rasio diatas dapat diketahui juga bahwa selama dua tahun perusahaan masih mampu
untuk menjamin total hutang menggunakan total aktiva yang dimiliki. Walaupun mengalami penurunan
sebesar 5,58% akibat penambahan pinjaman, perusahaan masih tergolong likuid dan solvable yang berarti
perusahaan dapat memenuhi kewajiban keuangannya baik yang bersifat jangka pendek dan jangka
panjang.
Jika rata-rata industri 30%, debt to asset ratio ANTAM masih dibawah rata-rata industri sehingga akan sulit
bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar
pendanaan dibiayai dengan hutang. Jika perusahaan bermaksud menambah hutang, perusahaan perlu
menambah ekuitas terlebih dahulu.
b. Debt to Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp. 83(dibulatkan) tahun 2014 untuk setiap Rp. 100
yang disediakan pemegang saham. Atau perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 82,61%. Sedangkan di
tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 16,88%, penurunan ini disebabkan oleh peningkatan ekuitas
karena penambahan modal disetor dan surplus dari revaluasi aset perusahaan. Total debt to equity ratio
pada ANTAM tahun 2014 dan 2015 meunjukkan tingkat rasio yang tergolong baik karena berada dibawah
100%, sedangkan apabila rasio berada diatas 100% berbahaya bagi kreditur karena jummal hutang lebih
besar dari modal pemilik.
Jika rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 60% perusahaan dianggap kurang baik karena
berada diatas rata-rata industri.
c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
Rasio long term debt to equity ratio mengalami penurunan pada tahun 2015 sebesar 8,51% disebabkan
peningkatan total ekuitas ANTAM sebesar Rp. 6.266.802.073 sehingga hutang jangka panjang yang
dipenuhi oleh modal juga menurun.
Long term debt to equity ratio ANTAM tahun 2014 dan 2015 menunjukkan bahwa perusahaan dapat
mengurangi beban hutang jangka panjang terhadap modal perusahaan yang dijadikan jaminan untuk
menutupi hutang jangka panjangnya karena berada jauh dibawah indeks angka normal yaitu dibawah
100%.
Jika rata-rata industri untuk long term debt to equity ratio sebesar 30% perusahaan dianggap kurang baik
walaupun mengalami penurunan di tahun 2015 karena berada diatas rata-rata industri.
d. Times Interest Earned
Note : Rugi sebelum pajak penghasilan di neraca sudah termasuk biaya bunga, jadi untuk EBIT tahun
2015 adalah (1.668.773.924)+(375.755.378)=(1.166.547.937). Dan untuk tahun 2014 adalah
(790.792.559)+(527.461.401)=(2.196.235.325). Sumber biaya bunga adalah dari laporan arus
kas.
Rasio times interest earned menunjukkan nilai negatif yang menunjukkan bahwa perusahaan tidak
mampu membayar bunga pinjaman. Pada tahun 2015 mengalami penurunan 105,93% yang semakin
membuat indeks rasionya semakin tinggi sehingga dapat diartikan bahwa kemampuan perusahaan dalam
membayar bunga semakin menurun. Pada akhirnya hal ini dapat menghilangkan kepercayaan dari para
kreditor.
Jika rata-rata industri untuk interest Earned adalah 10 kali, perusahaan dinilai sangat tidak baik karena
berada jauh dibawah rata-rata industri.
e. Fixed Charge Coverage (FCC)
Dalam laporan keuangan ANTAM tidak terdapat kewajiban lease yang masih menjadi tanggungan di tahun
2014 atau tahun berjalan. Karena sewa(lease) dimasukkan ke dalam harga perolehan aktiva tetap(properti
pertambangan) dan diamortisasi setiap tahun secara proporsional. Juga tidak ada rincian sewa yang
dimasukkan ke aktiva tetap(properti pertambangan) dalam catatan atas laporan keuangan.
3. RASIO AKTIVITAS
a. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Artinya perputaran piutang untuk tahun 2014 adalah 8 kali dibandingkan penjualan dan perputaran
piutang adalah 12,5 kali dibandingkan penjualan.
Pada tahun 2015 rasio perputaran piutang mengalami peningkatan sebesar 4,5 kali yang menunjukkan
bahwa perputaran piutang semakin baik.
Rata-rata Penagihan Piutang
Pada tahun 2015, collection period menunjukkan peningkatan menjadi 28,8 hari dibandingkan tahun 2014
yang mencapai 43,7 hari. Hal ini menunjukan bahwa penagihan piutang menjadi lebih cepat dan baik.
Rata-rata penagihan dalam industri adalah 360/15 = 24 hari. Kondisi perusahaan untuk rata-rata jangka
waktu penagihan kurang baik dibandingkan dengan rata-rata penagihan industri.
b. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Rasio perputaran persediaan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa 5 kali persediaan diganti dalam satu
tahun dengan rata-rata tersimpan sebanyak 67 sedangkan di tahun 2015 mengalami peningkatan yang
tidak begitu signifikan yaitu 6 kali perusahaan mengganti persediaan dalam satu tahun dengan tingkat
penyimpanan persediaan 60 hari.
Apabila rata-rata industri untuk perputaran persediaan adalah 30 kali, berarti inventory turn over kurang
baik. Perusahaan menahan persediaan dalam jumlah yang berlebihan.
c. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)
Perputaran modal kerja tahun 2014 sebesar 1,5 kali. Artinya setiap Rp. 1 modal kerja dapat menghasilka
1,5 penjualan. Sedangkan untuk tahun 2015 setiap Rp. 1 modal kerja dapat menghasilkan 0,9 penjualan.
Perputaran modal kerja yang rendah mungkin disebabkan karena rendahnya perputaran persediaan atau
piutang dan saldo kas yang terlalu besar.
d. Fixed Assets Turn Over
Rasio fixed assets turn over tahun 2014 menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 aset tetap menghasilkan
penjualan sebesar Rp. 1,1. Pada tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 0,9, artinya kemampuan
perusahaan menurun dibandingkan tahun 2014.
Jika rata-rata industri adalah 5 kali menunjukkan bahwa keadaan kurang baik dibanding perusaahaan lain
yang sejenis.
e. Total Assets Turn Over
Perputaran total aktiva tahun 2014 sebanyaK 0,4 kali. Artinya setiap Rp. 1 aktiva dapat menghasilkan Rp.
0,4 penjualan. Sedangkan tahun 2015 aktiva menghasilkan 0,3 penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan belum bisa mengoptimalkan aktiva yang dimiliki.
Jika rata-rata industri adalah 5 kali menunjukkan bahwa keadaan kurang baik dibanding perusaahaan lain
yang sejenis.
KESIMPULAN
1. Rasio likuiditas ANTAM menunjukkan bahwa perusahaan sudah bisa membayar hutang jangka pendek
maupun panjang dengan menggunakan aktiva lancarnya. Peningkatan saldo kas yang terlalu tinggi tidak
terlalu baik karena menunjukkan terdapat dana yang tidak bisa di optimalkan oleh manajemen (iddle
money). Perputaran kas menunjukkan rasio yang tidak memuaskan karena menunjukkan bahwa ANTAM
tidak mampu membayar kewajiban dan biaya-biaya terkait penjualan dengan modal kerja.
2. Hampir 50% pendaanaan perusahaan dibiayai oleh hutang pada tahun 2014, dan mengalami penurunan
di tahun 2015. Walaupun perusahaan masih tergolong likuid dengan total aset yang dimiliki tetapi hal ini
akan menjadi sulit apabila perusahaan ingin menambah pinjaman.
3. Rasio aktivitas menunjukkan kolektibilitas piutang yang kurang efektif mengingat collection period tahun
2014 sebanyak 44 hari, tetapi mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 29 hari. Perputaran
persediaan menunjukkan angka yang kurang memuaskan karena hanya 5 sampai 6 kali persediaan diganti
dalam 1 tahun. Aset yang dimiliki perusahaan tidak digunakan dengan efektif karena hanya menghasilkan
penjualan yang lebih sedikit.
SARAN/REKOMENDASI
1. Manajemen ANTAM harus lebih meningkatkan kinerjanya dalam mengelola dana yang tertampung baik
dalam bentuk aktiva lancar (kas dan setara kas, persediaan dll), aktiva lancar lainnya dan aktiva tetap
sehingga aktiva lebih produktif.
2. Rasio solvabilitas perusahaan masih menunjukkan kondisi yang baik tetapi perusahaan harus mengurangi
hutang baik jangka pendek maupun panjang agar keadaan membaik dengan menurunnya hutang.
Manajemen harus meningkatkan keefektifan dalam mengurangi beban pokok penjualan dengan
melakukan riset pasar. Riset sangat membantu dalam memproyeksikan perubahan harga komoditi baik
dimasa sekarang atau masa datang, sehingga perusahaan dapat memutuskan apakah tahun ini harus
menimbun bahan baku dengan harga normal atau membeli di tahun berjalan dengan harga yang sudah
mengalami kenaikan.
3. Memitigasi risiko pembeli gagal bayar dengan cara menerapkan kebijakan pembayaran diawal atau dengan
praktek penjualan offtake (perjanjian untuk memesan barang di masa yang akan datang), dengan
perjanjian tertulis ini perusahaan dapat menentukan bagaimana cara dan jangka waktu pembayaran.
Aset lancar ANTAM di tahun 2015 tercatat sebesar Rp. 11.252.826.560 naik Rp. 4.909.716.624 atau
77,40% dibandingkan aset lancar tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 6.343.109.936. Hal ini seiring dengan
kenaikan nilai kas dan setara kas sebesar 208,78% menjadi Rp. 8.086.634.372 pada akhir tahun 2015.
Aset Tidak Lancar
Aset tidak lancar ANTAM di tahun 2015 tercatas sebesar Rp. 19.104.024.330, naik sebesar Rp.
3.443.050.586 atau 21,98% dibandingkan dengan aset tidak lancar tahun 2014 yaitu sebesar Rp.
15.660.973.744. Kenaikan sebagian besar disebabkan oleh kenaikan aset tetap(revaluasi) sebaigai akibat
perubahan metode pengukuran tanah dari sebelumnya metode harga perolehan menjadi metode
revaluasi.
Total Aset
Total aset ANTAM di tahun 2015 sebesar Rp. 30.356.850.890 atau meningkat 37,96% atau Rp.
8.352.767.210 dibandingkan dengan total aset tahun 2014 sebesar Rp. 22.004.083.680 akibat kenaikan
aset lancar dan tidak lancar.
Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas jangka pendek ANTAM naik sebesar Rp. 476.413.061 atau 12,33% dari Rp. 3.862.917.319 di
tahun 2014 menjadi Rp. 4.339.330.380 di tahun 2015, seiring dengan peningkatan pinjaman jangka
pendek yan mencapai Rp. 2.808.100.000.
Liabilitas Jangka Panjang
Total liabilitas jangka panjang di tahun 2015 sebesar Rp. 7.700.801.548 atau naik Rp. 1.609.552.076 atau
26,42% dibandingkan dengan liabilitas jangka panjang tahun 2014 yang mencapai Rp. 6.091.249.472.
peningkatan liabilitas jangka panjang disebabkan adanya pemberian pinjaman jangka panjang.
Total Liabilitas
Total liabilitas pada tahun 2015 sebesar Rp. 12.040.131.928 yang berart mengalami peningkatan sebesar
Rp. 2.085.965.137 atau 20,96% dibandingkan dengan total liabilitas tahun 2014 sebesar Rp.
9.954.166.791. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan dengan kenaikan liabilitas jangka panjang karena
adanya pinjaman bank jangka pendek pada akhir tahun 2015.
Total Ekuitas
ANTAM membukukan total ekuitas tahun 2015 sebesar 18.316.693.905 atau meningkat sebesar Rp.
6.266.802.073 atau 52,01% dibandingkan dengan total ekuitas tahun 2014 yang berjumlah Rp.
12.049.890.731. kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan saldo laba yang belum ditentukan
penggunaannya, surplus revaluasi aset tetap, tambahan modal disetor dan modal saham.
Penjualan Bersih
Penjualan bersih ANTAM mengalami kenaikan sebesar 11,79% yaitu Rp. 9.420.630.933 di tahun 2014
menjadi Rp. 10.531.504.802 di tahun 2015. Kenaikan penjualan bersih konsolidasian ini diakibatkan oleh
peningkatan penjualan ekspor komoditi emas.
Beban Pokok Penjualan
Beban pokok penjualan di tahun 2015 naik 19,81% menjadi Rp. 10.336.364.157 dibandingkan tahun
2014 yang tercatat sebesari Rp. 8.627.269.773. Kenaikan ini disebabkan karena kenaikan biaya
pembelian bahan baku diantaranya logam mulia.
Beban Usaha
Beban usaha tahun 2015 sebesar 930.423.884 turun di tahun 2015 sebesar 3,64% menjadi Rp.
896.579.167, penurunan biaya sebesar Rp. 33.844.717.
Beban administrasi dan umum merupakan komponen terbesar dari beban usaha di tahun 2015 dengan
nilai Rp. 776.280.373 atau 86,58% dari total beban usaha. Beban umum dan administrasi berasal dari
kenaikan gaji,upah dan bonus. Beban penjualan dan pemasaran mengalami penurunan sebesar 18,01%
karena penurunan biaya pengapalan dan asuransi.
Laba Usaha
Laba usaha ANTAM pada tahun 2015 tercatat turun 411,76% menjadi rugi usaha Rp. 701.438.522
dibandingkan rugi usaha Rp. 137.062.724 di tahun 2014 terutama disebabkan kenaikan beban usaha.
Penghasilan Lain-lain
Ditahun 2015 dan 2014, ANTAM mencatat beban lain-lain bersih sebesar Rp. 967.335.402 dan Rp.
653.729.835, naik 47,97% karena kenaikan bagian kerugian entitas asosiasi dan ventura bersama.
Penghasilan bunga mengalami kenaikan sebesar 6,63% dari penempatan deposito berjangka.
Penghasilan Komprehensif
Penghasilan komprehensif tahun berjalan DAN TAHUN 2014 sebesar Rp. 912.556.051 dan
Rp(153.743.924) . Jika dibandingkan dengan tahun 2014, penghasilan komprehensif tahun berjalan
tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar Rp. 1.066.299.975 atau 693,56%.
ANALISIS RASIO
1. RASIO LIKUIDITAS
a. Current Ratio
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
Tahun 2014 : Jumlah aktiva lancar sebanyak 1,6 kali hutang lancar atau setiap 1 rupiah hutang lancar
dijamin oleh 1,6 aktiva lancar atau 1,6 : 1 antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
Tahun 2015 : Jumlah aktiva lancar sebanyak 2,6 kali hutang lancar atau setiap 1 rupiah hutang lancar
dijamin dengan 2,6 aktiva lancar atau 2,6 : 1 antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
Rasio total aktiva lancar terhadap hutang lancar naik dari 164,21% pada tahun 2014 menjadi 259,32%
pada tahun 2015. Kenaikan sebesar 95,11% menunjukkan adanya peningkatan kemampuan perusahaan
untuk membayar hutang lancar yang meliputi utang usaha, liabilitas imbalan karyawan, pajak lain-lain,
uang muka pelanggan dan utang lain-lain.
Current ratio naik karena aset lancar naik sebesar Rp. 4.909.716.624 dari tahun 2014 ke tahun 2015.
Current ratio yang tinggi juga tidak selalu berarti baik bagi perusahaan karena menunjukkan pengelolaan
dana yang kurang optimal.
Jika rata-rata industri untuk current ratio adalah dua kali, tahun 2014 menunjukkan keadaan yang kurang
baik karena berada di bawah rata-rata industri. Sedangkan tahun 2015 menunjukkan kondisi lebih baik
karena berada diatas rata-rata industri.
b. Quick Ratio
Rasio quick rasio > 100% (lebih 100%) menunjukkan bahwa perusahaan sudah mampu membayar hutang
lancar dengan aktiva yang lebih likuid(tanpa persediaan).
Pada tahun 2015 ANTAM mengalami peningkatan quick ratio sebesar 100,34% walaupun hutang lancar
mengalami peningkatan sebesar Rp. 476.413.061. Hal ini seiring dengan peningkatan kas dan setara kas
sebesar Rp. 5.467.724.089 dari tahun 2014 ke tahun 2015.
Jika rata-rata industri adalah 1,5 kali maka pada tahun 2014 menunjukkan bahwa kondisi perusahaan lebih
buruk dari perusahaan lain, untuk melunasi hutang lancar perusahaan harus menjual persediaan
ditambah aktiva lancar lainnya. Penjualan persediaan dengan harga normal relatif sulit, kecuali jika
perusahaan menjual di bawah harga pasar, mengingat pangsa pasar produk ANTAM yang spesifik untuk
industri besar maka hal ini sangat beresiko merugi. Tapi jika rata-rata industri sama, maka pada tahun
2015 ANTAM tidak perlu menjual persediaan untuk membayar hutang lancar perusahaan. Dengan rasio
sebesar 218,93% ANTAM sangat mampu membayar hutang lancar dengan aktiva yang lebih likuid.
c. Cash Ratio
Pada tahun 2014 menunjukkan bahwa dengan menggunakan kas dan setara kas perusahaan belum
mampu membayar hutang lancarnya. Rasio kas sebesar 67,80% menunjukkan kondisi kurang baik karena
untuk membayar hutang lancar perusahaan harus menjual aktiva lancar lainnya yang menambah risiko
kerugian bagi perusahaan.
Tetapi pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 118,56% seiring peningkatan kas dan setara kas
yang cukup tinggi yaitu Rp. 5.467.724.089 yang menunjukkan peningkatan kemampuan perusahaan dalam
membayar hutang lancar. Rasio kas yang tinggi juga tidak terlalu baik karena menunjukkan bahwa ada
dana yang menganggur atau belum digunakan secara optimal.
Jika rata-rata industri untuk cash ratio adalah 70% maka keadaan perusahaan tahun 2015 lebih baik dari
tahun 2014, karena tahun 2014 rasio kas berada dibawah rata-rata industri.
d. Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over)
Jika rata-rata industri adalah 5 kali keadaan perusahaan pada tahun 2014 dan 2015 menunjukkan kondisi
yang lebih buruk dari pada perusahaan lain sejenis karena berada jauh dibawah rata-rata industri.
e. Inventory to Net Working Capital
Jika rata-rata industri untuk inventory to net working capital adalah 30%, keadaan perusahaan pada tahun
2014 baik karena berada di atas rata-rata industri, sedangkan tahun 2015 mengalami penurunan yang
drastis dari tahun 2014 dan menunjukkan bahwa keadaan perusahaan kurang baik karena berada dibawah
rata-rata industri.
2. RASIO SOLVABILITAS
a. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Rasio ini menunjukkan bahwa 45,24% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang untuk tahun 2014.
Setiap Rp. 100 pendanaan perusahaan, 45,24 dibiayai dengan utang dan Rp. 57,76 disediakan oleh
pemegang saham.
Tahun 2015 menunjukkan bahwa rasio hutang terhadap aset sebesar 39,66% menunjukkan bahwa
pendanaan sebesar 39,66% perusahaan dibiayai dengan utang, setiap Rp. 100 pendanaan perusahaan,
39,66 dibiayai dengan utang dan RP. 60,34 disediakan pemegang saham.
Dengan melihat rasio diatas dapat diketahui juga bahwa selama dua tahun perusahaan masih mampu
untuk menjamin total hutang menggunakan total aktiva yang dimiliki. Walaupun mengalami penurunan
sebesar 5,58% akibat penambahan pinjaman, perusahaan masih tergolong likuid dan solvable yang berarti
perusahaan dapat memenuhi kewajiban keuangannya baik yang bersifat jangka pendek dan jangka
panjang.
Jika rata-rata industri 30%, debt to asset ratio ANTAM masih dibawah rata-rata industri sehingga akan sulit
bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar
pendanaan dibiayai dengan hutang. Jika perusahaan bermaksud menambah hutang, perusahaan perlu
menambah ekuitas terlebih dahulu.
b. Debt to Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan bahwa kreditor menyediakan Rp. 83(dibulatkan) tahun 2014 untuk setiap Rp. 100
yang disediakan pemegang saham. Atau perusahaan dibiayai oleh utang sebanyak 82,61%. Sedangkan di
tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 16,88%, penurunan ini disebabkan oleh peningkatan ekuitas
karena penambahan modal disetor dan surplus dari revaluasi aset perusahaan. Total debt to equity ratio
pada ANTAM tahun 2014 dan 2015 meunjukkan tingkat rasio yang tergolong baik karena berada dibawah
100%, sedangkan apabila rasio berada diatas 100% berbahaya bagi kreditur karena jummal hutang lebih
besar dari modal pemilik.
Jika rata-rata industri untuk debt to equity ratio sebesar 60% perusahaan dianggap kurang baik karena
berada diatas rata-rata industri.
c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
Rasio long term debt to equity ratio mengalami penurunan pada tahun 2015 sebesar 8,51% disebabkan
peningkatan total ekuitas ANTAM sebesar Rp. 6.266.802.073 sehingga hutang jangka panjang yang
dipenuhi oleh modal juga menurun.
Long term debt to equity ratio ANTAM tahun 2014 dan 2015 menunjukkan bahwa perusahaan dapat
mengurangi beban hutang jangka panjang terhadap modal perusahaan yang dijadikan jaminan untuk
menutupi hutang jangka panjangnya karena berada jauh dibawah indeks angka normal yaitu dibawah
100%.
Jika rata-rata industri untuk long term debt to equity ratio sebesar 30% perusahaan dianggap kurang baik
walaupun mengalami penurunan di tahun 2015 karena berada diatas rata-rata industri.
d. Times Interest Earned
Note : Rugi sebelum pajak penghasilan di neraca sudah termasuk biaya bunga, jadi untuk EBIT tahun
2015 adalah (1.668.773.924)+(375.755.378)=(1.166.547.937). Dan untuk tahun 2014 adalah
(790.792.559)+(527.461.401)=(2.196.235.325). Sumber biaya bunga adalah dari laporan arus
kas.
Rasio times interest earned menunjukkan nilai negatif yang menunjukkan bahwa perusahaan tidak
mampu membayar bunga pinjaman. Pada tahun 2015 mengalami penurunan 105,93% yang semakin
membuat indeks rasionya semakin tinggi sehingga dapat diartikan bahwa kemampuan perusahaan dalam
membayar bunga semakin menurun. Pada akhirnya hal ini dapat menghilangkan kepercayaan dari para
kreditor.
Jika rata-rata industri untuk interest Earned adalah 10 kali, perusahaan dinilai sangat tidak baik karena
berada jauh dibawah rata-rata industri.
e. Fixed Charge Coverage (FCC)
Dalam laporan keuangan ANTAM tidak terdapat kewajiban lease yang masih menjadi tanggungan di tahun
2014 atau tahun berjalan. Karena sewa(lease) dimasukkan ke dalam harga perolehan aktiva tetap(properti
pertambangan) dan diamortisasi setiap tahun secara proporsional. Juga tidak ada rincian sewa yang
dimasukkan ke aktiva tetap(properti pertambangan) dalam catatan atas laporan keuangan.
3. RASIO AKTIVITAS
a. Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Artinya perputaran piutang untuk tahun 2014 adalah 8 kali dibandingkan penjualan dan perputaran
piutang adalah 12,5 kali dibandingkan penjualan.
Pada tahun 2015 rasio perputaran piutang mengalami peningkatan sebesar 4,5 kali yang menunjukkan
bahwa perputaran piutang semakin baik.
Rata-rata Penagihan Piutang
Pada tahun 2015, collection period menunjukkan peningkatan menjadi 28,8 hari dibandingkan tahun 2014
yang mencapai 43,7 hari. Hal ini menunjukan bahwa penagihan piutang menjadi lebih cepat dan baik.
Rata-rata penagihan dalam industri adalah 360/15 = 24 hari. Kondisi perusahaan untuk rata-rata jangka
waktu penagihan kurang baik dibandingkan dengan rata-rata penagihan industri.
b. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Rasio perputaran persediaan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa 5 kali persediaan diganti dalam satu
tahun dengan rata-rata tersimpan sebanyak 67 sedangkan di tahun 2015 mengalami peningkatan yang
tidak begitu signifikan yaitu 6 kali perusahaan mengganti persediaan dalam satu tahun dengan tingkat
penyimpanan persediaan 60 hari.
Apabila rata-rata industri untuk perputaran persediaan adalah 30 kali, berarti inventory turn over kurang
baik. Perusahaan menahan persediaan dalam jumlah yang berlebihan.
c. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)
Perputaran modal kerja tahun 2014 sebesar 1,5 kali. Artinya setiap Rp. 1 modal kerja dapat menghasilka
1,5 penjualan. Sedangkan untuk tahun 2015 setiap Rp. 1 modal kerja dapat menghasilkan 0,9 penjualan.
Perputaran modal kerja yang rendah mungkin disebabkan karena rendahnya perputaran persediaan atau
piutang dan saldo kas yang terlalu besar.
d. Fixed Assets Turn Over
Rasio fixed assets turn over tahun 2014 menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 aset tetap menghasilkan
penjualan sebesar Rp. 1,1. Pada tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 0,9, artinya kemampuan
perusahaan menurun dibandingkan tahun 2014.
Jika rata-rata industri adalah 5 kali menunjukkan bahwa keadaan kurang baik dibanding perusaahaan lain
yang sejenis.
e. Total Assets Turn Over
Perputaran total aktiva tahun 2014 sebanyaK 0,4 kali. Artinya setiap Rp. 1 aktiva dapat menghasilkan Rp.
0,4 penjualan. Sedangkan tahun 2015 aktiva menghasilkan 0,3 penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan belum bisa mengoptimalkan aktiva yang dimiliki.
Jika rata-rata industri adalah 5 kali menunjukkan bahwa keadaan kurang baik dibanding perusaahaan lain
yang sejenis.
KESIMPULAN
1. Rasio likuiditas ANTAM menunjukkan bahwa perusahaan sudah bisa membayar hutang jangka pendek
maupun panjang dengan menggunakan aktiva lancarnya. Peningkatan saldo kas yang terlalu tinggi tidak
terlalu baik karena menunjukkan terdapat dana yang tidak bisa di optimalkan oleh manajemen (iddle
money). Perputaran kas menunjukkan rasio yang tidak memuaskan karena menunjukkan bahwa ANTAM
tidak mampu membayar kewajiban dan biaya-biaya terkait penjualan dengan modal kerja.
2. Hampir 50% pendaanaan perusahaan dibiayai oleh hutang pada tahun 2014, dan mengalami penurunan
di tahun 2015. Walaupun perusahaan masih tergolong likuid dengan total aset yang dimiliki tetapi hal ini
akan menjadi sulit apabila perusahaan ingin menambah pinjaman.
3. Rasio aktivitas menunjukkan kolektibilitas piutang yang kurang efektif mengingat collection period tahun
2014 sebanyak 44 hari, tetapi mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 29 hari. Perputaran
persediaan menunjukkan angka yang kurang memuaskan karena hanya 5 sampai 6 kali persediaan diganti
dalam 1 tahun. Aset yang dimiliki perusahaan tidak digunakan dengan efektif karena hanya menghasilkan
penjualan yang lebih sedikit.
SARAN/REKOMENDASI
1. Manajemen ANTAM harus lebih meningkatkan kinerjanya dalam mengelola dana yang tertampung baik
dalam bentuk aktiva lancar (kas dan setara kas, persediaan dll), aktiva lancar lainnya dan aktiva tetap
sehingga aktiva lebih produktif.
2. Rasio solvabilitas perusahaan masih menunjukkan kondisi yang baik tetapi perusahaan harus mengurangi
hutang baik jangka pendek maupun panjang agar keadaan membaik dengan menurunnya hutang.
Manajemen harus meningkatkan keefektifan dalam mengurangi beban pokok penjualan dengan
melakukan riset pasar. Riset sangat membantu dalam memproyeksikan perubahan harga komoditi baik
dimasa sekarang atau masa datang, sehingga perusahaan dapat memutuskan apakah tahun ini harus
menimbun bahan baku dengan harga normal atau membeli di tahun berjalan dengan harga yang sudah
mengalami kenaikan.
3. Memitigasi risiko pembeli gagal bayar dengan cara menerapkan kebijakan pembayaran diawal atau dengan
praktek penjualan offtake (perjanjian untuk memesan barang di masa yang akan datang), dengan
perjanjian tertulis ini perusahaan dapat menentukan bagaimana cara dan jangka waktu pembayaran.