MAKALAH KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA KEBUDA

MAKALAH KOMUNIKASI ANTAR
BUDAYA

Disusun Oleh:

LUTHFIYAH SHAFIRA

07031281520157

Dosen Pembimbing :
Febrimarani Melinda, S.Sos, M.A

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2016/2017

1|Page

TUGAS MANDIRI I
FISIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA KAMPUS INDRALAYA

Mata Kuliah
Jurusan / Kelas
Dosen

: Komunikasi Antar Budaya
: Ilmu Komunikasi / B
: Dr. Fauziah Asyiek, M. Si
Febrimarani Malinda, S.Sos, MA

Jenis Tugas :
Tugas Mandiri
Metode
:
Review dan Analisis
Tujuan
:
Mengembangkan cara belajar dan pemahaman
mahasiswa pada tingkat komunikasi antar budaya. Guna mengukur
kemampuan dan ketajaman analisis mahasiswa terhadap objek kajian di
dalam Komunikasi Antar Budaya.

Rincian Tugas:
1. Buatlah paper Komunikasi Antar Budaya yang mengandung isi
tentang Ruang Lingkup KAB, Paradigma dalam KAB, serta Kajian
singkat tentang Bahasa dan Budaya di Indonesia.
2. Buatlah paper pada kertas A4 dengan aturan penulisan: Huruf Times
New Roman, Ukuran Huruf 12, Spasi 1,5
3. Gunakan 4 buah Buku sebagai bahan refrensi, minimalisir
penggunaan artikel di dalam Website, dan sertakan di dalam Daftar
Pustaka pada halaman terakhir.
4. Buatlah paper sebanyak 17 lembar, yang masing-masing terdiri dari :
1 lembar Halaman depan, 1 lembar Halaman Daftar Tugas Mandiri I,
13 lembar Halaman ISI (terdiri atas, 5 lembar Pembahasan tentang
Ruang Lingkup KAB, 4 lembar Pembahasan tentang Paradigma dalam
KAB, dan 4 lembar Pembahasan tentang Kajian Bahasa dan Budaya
di Indonesia), 1 lembar Halaman Kesimpulan, 1 lembar Halaman
Daftar Pustaka.
5. Tugas di serahkan 5 hari setelah tugas di berikan. Paling telat pada
pukul 10.30 WIB di Kampus Indralaya.
6. SELAMAT MENGERJAKAN!!!!!
Palembang, 19 Agustus 2016

DOSEN PENGASUH
FEBRIMARANI MALINDA, S.SOS, MA

2|Page

A. RUANG LINGKUP KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
 KOMUNIKASI.
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication
berasal dari bahasa Latin communicatio dan bersumber dari kata
communis yang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah “sama
makna”. Yang dimaksud “sama makna” adalah tujuan inti dari
dibangunnya komunikasi yang baik, yaitu adanya persamaan persepsi
(sudut pandang) dan cara berpikir (pemahaman) dalam setiap interaksi
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman saat berkomunikasi.
Carl I. Holand berpendapat bahwa “komunikasi adalah proses
yang

memungkinkan

seseorang


komunikator

menyampaikan

rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah
perilaku orang lain (komunikati). Sedangkan, Harold Lasswell
mengemukakan definisi dari komunikasi adalah dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut: “who says(siapa yang mengatakan)?,
what in (apa yang dikatakan)?, which channel (melalui saluran atau
media apa yang digunakan)?, to whom (untuk siapa pesan tersebut
disampaikan)?,

dan

terakhir

with

what


effect

(bagaimana

pengaruhnya)?” (Deddy Mulyana, 2013:68-69). Dari dua definisi di
atas terdapat inti dari definisi komunikasi, yaitu pesan yang ingin
disampaikan oleh sumber kepada penerima harus dapat diterima
dengan baik dan dapat memberi pengaruh seperti yang diharapkan
agar tidak muncul kesalahpahaman dalam pemahaman makna.
Pada awalnya komunikasi hanya memiliki tiga unsur penting,
yaitu sumber, pesan (informasi), dan penerima. Namun, unsur-unsur
tersebut berkembang hingga menjadi lebih banyak, antara lain sumber
yang juga bisa menjadi penerima (komunikan), pesan atau informasi,
penerima sekaligus sumber (komunikator atau komunikati), efek atau
pengaruh dari komunikasi, media atau saluran yang digunakan,
adanya feedback atau respon yang didapat, adanya gangguan baik dari
internal maupun eksternal, dan terakhir lingkungan atau konteks dari
komunikasi.
Fungsi komunikasi sendiri dalam komunikasi antar budaya

apabila dikaitkan dengan fungsi komunikasi menurut William I.
3|Page

Gorden, yaitu komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi
ritual, dan komunikasi instrumental (Deddy Mulyana, 2013: 5).
Fungsi pertama : komunikasi sosial adalah untuk membangun diri
menjadi lebih baik sehingga dapat berhubungan dengan orang lain.
Fungsi kedua : komunikasi ekspresif membuat seseorang lebih dapat
menyampaikan maksud dari perkataannya melalui ekspresi yang
ditunjukkan sehingga mengurangi timbulnya kesalahpahaman. Fungsi
ketiga ; komunikasi ritual biasanya dilakukan secara kolektif lewat
tradisi atau kebiasaan yang sering dilakukan. Dan terakhir fungsi
keempat

:

komunikasi

instrumental


bertujuan

untuk

menginformasikan, mengubah sikap, dan juga menghibur secara garis
besar dimaksudkan untuk membujuk seseorang untuk mengubah
sikapnya menjadi lebih baik.
 BUDAYA.
Istilah budaya berasal dari bahasa sansekerta buddhayah, yaitu
bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi dan akal. Budaya
merupakan suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang
berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan antara budaya
dengan kebudayaan. DalamKamus Besar Bahasa Indonesia (2003 :
169), budaya bisa diartikan sebagai; 1) pikiran, akal budi; 2) adat
isitiadat; 3) sesuatu mengenai kebudyaan yang sudah berkembang
(beradab, maju); dan 4) sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang
sudah sukar diubah (Djoko Widagdho, 2010). Budaya adalah daya
dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, dan kebudayaan, adalah
hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.
Budaya berkenaan dengan kehidupan manusia karena faktor

utama yang tanpa disadari telah melekat pada manusia sedari ia lahir.
Budaya yang dibawanya sedari ia lahir adalah budaya yang diberikan
oleh orang tuanya atau sering dikatakan adalah kebiasaan/cara yang
diturunkan dari generasi ke generasi. Seperti yang dikatakan oleh
Tubbs, Stewart and Moss, Sylvia (dalam Rini Darmastuti, 2013: 29)
bahwa “culture is a way of life developed and shared by a group of
people and passed down from generation to generation” yang dapat
4|Page

diartikan menjadi “budaya adalah sebuah cara hidup yang
dikembangkan dan diberikan oleh sekelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi . Budaya yang diwariskan itulah yang
mempengaruhi cara hidup manusia dari bagaiamana cara bertahan
hidup, cara berinteraksi, cara berkomunikasi, hingga kebiasaan yang
dilakukan yang akan bercampur saat ia berinteraksi dengan orang lain
yang memiliki budaya yang berbeda.
Budaya memiliki unsur-unsur yang berkaitan secara langsung
dengan persepsi kita saat berkomunikasi (Rini Darmastuti, 2013: 3335), yaitu:
1. Kepercayaan, nilai, dan sikap. Unsur ini menjadi faktor
utama yang mempengaruhi kita saat berkomunikasi karena

dapat menjadi penghalang persamaan persepsi apabila
memiliki kepercayaan, nilai, dan sikap yang berbeda dari
sumber (komunikator).
2. Pandangan dunia. Yang dimaksud dalam unsur ini adalah
bagaimana

persepsi

dunia

pada

suatu

hal

dapat

mempengaruhi kita berkomunikasi.
3. Organisasi sosial. Organisasi apa yang kita ikuti menjadi

tempat atau lingkungan yang dapat mempengaruhi persepsi
kita akan suatu hal dan dapat membentuk perilaku maupun
persepsi yang baru.
4. Tabiat manusia. Unsur ini merupakan unsur yang dibawa
sedari kecil yang menjadi kebiasaan dan sulit untuk diubah
serta, menjadi salah satu faktor utama yang dapat
menimbulkan kesalahpahaman saat berkomunikasi.
5. Orientasi kegiatan. Kegiatan yang kita lakukan seharihari juga dapat memberi pengaruh persepsi kita dalam
memandang suatu hal.
6. Persepsi tentang diri dan orang lain. Unsur ini sangat
dipengaruhi dari latar belakang yang kita miliki karena
secara tidak langsung menanamkan stereotip dan prasangka
yang sedari dulu sudah ada.
 KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA.

5|Page

Istilah antar budaya diperkenalkan oleh Edward T. Hall
pada tahun 1959 lewat bukunya yang berjudul “The Silent
Languange”, tetapi Hall tidak menerangkan secara mendalam

tentang pengaruh budaya terhadap proses komunikasi antar
pribadi. Setelah Hall dilanjutkan oleh ahli lainnya seperti
David Berlo yang menulis buku berjudul “The Process of
Communication” pada tahun 1960, Berlo dalam bukunya
mentikberatkan pada kajian kebudayaan dalam komunikasi
antar budaya. (Rini Darmastuti, 2013: 58)
Larry A Samovar, dkk dalam bukunya Communication
between Cultures (terjemahan, 2010: 13) mendefinisikan
tentang komunikasi antar budaya sebagai satu bentuk
komunikasi yang melibatkan interaksi antara orang-orang
yang persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda
dalam suatu komunikasi (dalam Rini Darmastuti, 2013: 63).
Menurut Stewart(1974), komunikasi antarbudaya adalah
komunikasi

yang

terjadi

dalam

suatu

kondisi

yang

menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilainilai, adat, dan kebiasaan (dalam Daryanto, 2016: 207). Jadi,
definisi dari komunikasi antarbudaya adalah komunikasi
yang melibatkan komunikator (partisipan) yang memiliki
perbedaan budaya baik dari segi bahasa, nilai-nilai, adat
maupun kebiasaan, tetapi masih memiliki kesamaan latar
belakang negara atau bangsa yang sama.
Penekanan pada komunikasi antar budaya adalah
proses pengalihan pesan yang dilakukan seseorang melalui
saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal dari
latar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek
tertentu. Unsur-unsur dari komunikasi antar budaya adalah
unsur gabungan dari unsur komunikasi dan unsur budaya,
yaitu komunikator(partisipan), pesan(informasi yang berupa
bahasa

6|Page

verbal

dan

nonverbal),

persepsi

(makna),

efek(pengaruh), dan budaya (kepercayaan, nilai, sikap,
kebiasaan).
 Dimensi-dimensi

komunikasi

antar

budaya

(Teori

Komunikasi, 2016: 209-210) :
1) Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para
partisipan. Dimensi ini merujuk pada berbagai
tingkat kompleksitas dari organisasi sosial.
2) Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antar
budaya. Dimensi ini merujuk pada latar belakang
pengalaman atau kegiatan individu yang berbeda.
3) Saluran yang dilalui oleh pesan komunikasi
anarbudaya. Dimensi ini merujuk pada saluran atau
media apa yang digunakan saat berkomunikasi.
Budaya dan komunikasi saling memiliki keterkaitan
dan tidak dapat dipisahkan. Karena berjalannya suatu
komunikasi yang baik didukung dengan saling mengenal dan
memahami budaya yang lain apabila tidak, akan muncul
kesalahpahaman

dan sebaliknya.

Berkembangnya

suatu

budaya juga didukung melalui komunikasi yang benar agar
pesan yang disampaikan melalui budaya (lambang atau
simbolik) dapat tersampaikan dengan baik.

B. PARADIGMA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Sebelum menjelaskan paradigma dari komunikasi antar
budaya kita terlebih dahulu harus memahami tentang arti paradigma.
Dalam bahasa inggris paradigma disebut paradigm. Paradigma berasal
dari bahasa Latin, yaitu para dan deigma. Secara etimologis, para
berarti di samping atau di sebelah dan deigma memiliki arti
memperlihatkan yang berarti model, contoh, ideal. Tokoh yang
mengembangkan istilah paradigma dalam dunia ilmu pengetahuan
adalah Thomas Kuhn dalam bukunya “The Structure of Scientific
Revolution”. Menurut Thomas Kuhn, paradigma adalah suatu asumsi
dasar dan asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai)
sehingga menjadi sumber hukum, metode, dan penerapan ilmu yang
menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
7|Page

Menurut Muhammad Adib, dalam bukunya filsafat ilmu ia
mengemukakan

bahwa

ada

empat

paradigma

ilmu

yang

dikembangkan untuk ilmu pengetahuan, antara lain.
a. Paradigma Positivisme (Positivistik). Yaitu aliran yang
menyatakan bahwa ilmu alam adalah satu-satunya sumber
pengetahuan yang benar dan memandang bahwa suatu
pernyataan dikatakan ilmu pengetahuan apabila sebenarnya
b.

dapat dibuktikan secara empiris.
Paradigma Post-Positivisme. Yaitu aliran yang memperbaiki
kelemahan positivisme yang hanya mengandalkan pengamatan
langsung terhadap objek dan memandang bahwa suatu hal
yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh

c.

manusia (peneliti).
Paradigma Critical Theory (Paradigma Teori Kritis). Yaitu
aliran

yang

masyarakat

digunakan
keseluruhan,

untuk
tidak

mengkritik,
hanya

mengubah

memahami

dan

menjelaskannya, dan berpengaruh terhadap perubahan sosial
dalam mengubah sistem dan struktur tersebut menjadi lebih
d.

adil.
Paradigma Konstruktivisme. Yaitu aliran yang menekankan
bahwa pengetahuan adalah bentukan kita sendiri. Pengetahuan
merupakan hasil dari konstruksi kognitif dengan membuat
struktur, kategori, konsep, skema, yang diperlukan untuk
membentuk pengetahuan.
Pada komunikasi antarbudaya, paradigma lahir karena adanya

kelemahan dalam penelitian komunikasi antar budaya yang dilakukan.
Tulsi B. Saral pada tahun 1979 (dalam Komunikasi Antarbudaya,
1996: 245-246) menyebutkan lima kelemahan penelitian komunikasi
antarbudaya saat itu :
1.
Dalam budaya barat, tekanan terlalu banyak pada
penggunaan indera visual dan auditif; padahal bangsabangsa berbeda dalam mengindera stimuli. Orang Afrika
Barat misalnya, kurang begitu mengandalkan indera
visual; dan lebih percaya pada indera auditif.

8|Page

2. Hampir semua studi komunikasi antarbudaya terbatas pada
apa yang dipersepsi atau diekspresikan. Ini terjadi karena
car berpikir Barat yang materilistik (ingat klasifikasi
Weltanschauung dari Asante) menafsirkan pengalmanpengalaman mistis.
3. Penelitian juga bertumpu pada pada yang dianggap sebagai
objective truth. Pandangan dunia tentang realitas tunggal
menguasai asumsi-asumsi penelitian.
4. Para teorisi Barat cenderung memisahkan jiwa dari tubuh,
individu

dan

lingkungan,

kesadaran

individu

dari

kesadaran kosmis.
5. Kebanyakan studi komunikasi didasarkan pada model
linear yang mekanistis. Model ini sangat cocok untuk
melukiskan komunikasi antar budaya yang holistik.
Lima kelemahan di atas ditujukan kepada penelitian-penelitian
terdahulu

yang

didominasi

oleh

paradigma

positivistik

(positivisme). Oleh karena itu, muncullah paradigma baru yang
membantu memperbaiki kelemahan paradigma positivistik, paradigma
tersebut adalah paradigma naturalistik.
Paradigma positivistik membentuk kita untuk memahami
ilmu pengetahuan hanya pada sesuatu yang dapat diukur berdasarkan
bilangan yang nyata. Seperti yang sudah dijelaskan di atas,
paradigma positivistik adalah paradigma yang mengacu pada
logika-empiris atau bisa dijelaskan bahwa suatu kajian dipandang
sebagai ilmu pengetahuan apabila dapat dibuktikan melalui observasi,
nilai kuantifikasi, dan merumuskan generalisasi dan hasil pengamatan
secara nyata. Karena konsep ini merujuk kepada konsep sosial maka,
peneliti mengambangkan skala-skala pengukuran dengan variabelnya
adalah sikap. Untuk komunikasi antar budaya misalnya, kita dapat
mengguanakn skala world-minded attitudes dari Sampson dan Smith
atau internationalism dari Free dan Cantrill. Dengan mengubah
konsep menjadi variabel dijelaskan dalam apa yang lazim disebut
operasionalisasi.

9|Page

Padahal dalam kenyataannya konsep merupakan hal yang
tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan bilangan. Konsep
merupakan suatu pandangan yang hanya bisa dijelaskan dengan
kalimat dan ada di pikiran kita. Dengan penjelasan yang sudah ada
kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam positivistik sebuah
pandangan dinyatakan ilmu pengetahuan (konsep) yang realistis
apabila dapat dibuktikan secara kuantitatif dan logika-empiris.
Padahal konsep merupakan hal yang tak memiliki batas dan tidak bisa
dibatasi karena setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda
dalam menanggapi suatu hal.
Paradigma naturalistik adalah paradigma yang beranggapan
bahwa realitas adalah hasil konstruksi kita; karena setiap orang
mengkonstruksi realitas kita mengenal banyak realitas (Komunikasi
Antarbudaya, 1996: 247). Tujuan penelitian tidak lagi hanya untuk
memperoleh pengatahuan nomothetik (hukum-hukum yang dapat
digeneralisasikan),

tetapi

juga

mencari

dan

mengembangkan

pengetahuan idiografik (penjelasan tentang kasus-kasus). Pengamat
dan objek yang diamaati melakukan hubungan tinbal balik karena
saling mempengaruhi. Paradigma naturalistik menjadi lebih relevan
untuk melakukan penelitian komunikasi antar budaya karena melihat
konsep tidak hanya dari sudut pandang peneliti, tetapi juga dari sudut
pandang objek yang diteliti.
Paradigma positivistik hanya melihat pecahan-pecahan realitas
tentu saja sulit untuk melihat konteks. Penelitian paradigma
naturalistik yang menempatkan proses itu menjadi satu-satunya
alternatif. Tetapi dengan bergabungnya metode penelitian paradigma
positivistik dan paradigma naturalistik dapat lebih efektif dalam
pengujian dan pembuatan konsep melalui verifikasi dan logikaempiris hasil dari observasi yang dilakukan.
Dalam beberapa buku lain paradigma dijelaskan dengan kata
lain asumsi dasar. Alo Liliweri (2003: 15) memberikan asumsi-asumsi
dalam rangka memahami kajian komunikasi antarbudaya sebagai
berikut.
10 | P a g e

1.

Komunikasi antar budaya dimulai dengan anggapan dasar
bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikator dengan

2.

komunikan.
Dalam komunikasi antar budaya terkandung isi dan relasi antar

3.
4.

pribadi.
Gaya personal mempengaruhi komunikasi antar pribadi.
Komunikasi antar budaya bertujuan untuk mempengaruhi

5.
6.

tingkat ketidakpastian.
Komunikasi berpusat pada kebudayaan.
Efektivitas antar budaya merupakan tujuan komunikasi.

C. KAJIAN BAHASA DAN BUDAYA DI INDONESIA
 BAHASA.
Dalam proses komunikasi, pesan menjadi salah satu unsur atau
komponen utama komunikasi. Pesan adalah rangkaian simbol yang
kita gunakan dalam proses penyampaian informasi dari sumber
informasi kepada penerima informasi. Menurut Rudolph F. Verderber
(dalam Rini Darmastuti, 2013: 6), ia berpendapat bahwa pesan
merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili
perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber. Simbol adalah sesuatu
yang digunakan untuk mewakili maksud tertentu atau sebagai
perantara penyampaian pesan agar dapat dimengerti komunikan.
Simbol dibagi menjadi simbol verbal dan simbol nonverbal. Simbol
verbal salah satunya adalah bahasa.
Bahasa hingga kini belum dijelaskan secara eksplisit siapa
penemu dan kapan bahasa muncul dan digunakan di bumi ini, tetapi
ada teoritikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah ekstensi
dari perilaku sosial (Deddy Mulyana, 2013: 263). Koentjaraningrat
dalam bukunya Sosiolinguistik (1985), bahasa merupakan bagian dari
kebudayaan. Artinya, kedudukan bahasa berada pada posisi subordinat
di bawah kebudayaan, tetapi sangat berkaitan. Bahasa pada intinya
menjadi salah satu hal yang harus dikuasai oleh komunikan apabila
ingin melakukan komunikasi agar lebih efektif saat berkomunikasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahasa memiliki arti,

11 | P a g e

sebagai berikut. 1) (n) sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri; 2) percakapan (perkataan)
yang baik, tingkah laku yang baik, sopan-santun, baik budinya.
Bahasa memiliki fungsi dalam kehidupan manusia. Book
mengemukakan bahasa memiliki tiga fungsi intinya, yaitu untuk
mengenal dunia dan sekitar kita; untuk berhubungan dengan orang
lain; dan untuk menciptakan koherensi (keterkaitan) dalam kehidupan
kita (Deddy Mulyana, 2013: 267). Dari pendapat di atas tentang
fungsi bahasa, pada umumnya bahasa berfungsi untuk menjadi alat
penyambung komunikasi antar komunikan dengan lingkungan
sekitarnya.
Indonesia memiliki 200juta lebih penduduk jiwa yang tinggal
di berbagai daerah di Indonesia timur hingga barat yang memiliki
kekhasan dan kebudayaan yang berbeda pada setiap daerah. Dari hasil
riset badan bahasa Indonesia, ada 700-an lebih bahasa yang digunakan
masyarakat Indonesia dan ada beberapa bahasa yang sudah punah.
Padahal dengan adanya keberagaman bahasa di Indonesia semakin
menambah nilai kekayaan budaya Indonesia. Oleh karena itu, para
peneliti terus mengusahakan berbagai upaya agar mengurangi tingkat
kepunahan bahasa melalui revitalisasi bahasa. Salah satu bentuk
revitalisasi yang dapat dilakukan adalah dengan pendokumentasian
bahasa. Menurut Lewis et al., (2015) berpendapat bahwa ada dua
dimensi dalam pencirian keterancaman bahasa, yaitu jumlah penutur
yang menggunakan bahasanya semakin sedikit serta, jumlah dan sifat
penggunaan atau fungsi penggunaan bahasa.
Menurut Hinton (2011: 291—293), revitalisasi bahasa adalah
upaya untuk mengembalikan bahasa yang terancam punah pada
tingkat penggunaan yang lebih baik dalam masyarakat setelah
mengalami penurunan penggunaan. Hinton mengusulkan enam upaya
nyata yang dapat dilakukan dalam mengembalikan penggunaan
bahasa yang hampir punah, yaitu belajar beberapa kata (seperti salam
dan perkenalan atau percakapan pendek) ; mengumpulkan publikasi

12 | P a g e

linguistik, catatan lapangan dan rekaman suara sebagai bagian dari
penciptaan

sumber

daya

berbasis

masyarakat

dan

arsip;

mengembangkan sistem tulis dan pembuatan kamus berbasis
masyarakat dan tata bahasa pedagogis; membuat rekaman audio atau
video dari penutur yang tersisa dengan tujuan mendokumentasikan
dan mengarsipkan contoh penggunaan bahasa mereka dengan
membuat korpus bahan berbagai jenis; mengikuti kelas bahasa atau
kemah bahasa; dan menjalankan sekolah imersi penuh (sekolah yang
bahasa pengantarnya adalah bahasa yang terancam punah itu sendiri)
untuk anak-anak pada masyarakat yang memiliki sumber daya untuk
mendukung mereka.

 BUDAYA.
Budaya sebenarnya muncul dari kebiasaan-kebiasaan lama
yang terus dilakukan dan diwariskan dari generasi ke generasi dan
menjadi sebuah tradisi. Menurut Clifford Geerzt (dalam Rini
Darmastuti, 2013: 29), mengartikan budaya sebagai pola transmisi
sejarah dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya melalui
simbol-simbol yang mereka gunakan.
Budaya memiliki karakteristik yang sangat berciri khas dari
satu daerah dengan daerah lainnya. Karakteristik-karakteristik budaya
tersebut adalah:
1. Komunikasi

dan

Bahasa.

Komunikasi

dan

bahasa

memiliki jenis dan karakteristik yang berbeda dari satu
daerah dengan daerah lainnya, berupa bahasa verbal atau
bahasa nonverbal (gerak tubuh).
2. Pakaian dan Penampilan. Cara

berpakaian

dan

berpenampilan juga menjadi ciri khas yang berbeda dari
masing-masing daerah.
3. Makanan dan Kebiasaan Makan. Makanan dan kebiasaan
makan juga menjadi karakteristik yang berbeda dari
daerah-daerah tertentu.
4. Waktu dan Kesadaran akan Waktu. Cara pandang orang
tentang nilai relatif waktu dari masing-masing orang dan
daerah.
13 | P a g e

Budaya juga memiliki fungsi menurut Toomey tahun 1999
(dalam Rini Darmastuti, 2013: 36-37), antara lain.
1. Budaya dapat memberikan makna terhadap identitas yang
dianutnya.
2. Budaya dianggap mampu menciptakan inklusi sehingga
orang-orang dapat membedakan mana in-group dan outgroup.
3. Budaya membentuk sikap seseorang tentang in-group dan
out-group berkaitan dengan orang yang secara kultural
tidak sama.
4. Budaya dianggap

dapat

memfasilitasi

proses-proses

adaptasi diantar diri, komunikasi kebudayaan, dan
lingkungan yang besar.
5. Budaya dan komunikasi saling memiliki keterkaitan dan
tidak terpisah karena saling mempengaruhi.
 KEBERAGAMAN BAHASA DAN BUDAYA.
Bahasa dan budaya memiliki saling keterkaitan dan menjadi
kekayaan dari keberagaman kebudayaan bangsa. Salah satu contoh
keberagaman budaya dan bahasa di Indonesia adalah di Sumatera
Selatan dengan Palembang sebagai ibukota provinsi.
Palembang merupakan kota yang bersejarah dan telah berusia
lebih dari 1334 tahun. Awal mula sejarah kota Palembang adalah
Kerajaan Sriwijaya yang berjaya sejak abad ke-9, menurut
beberapa bukti sejarah kota Palembang ada sejak 17 Juni 682
Masehi. Palembang memiliki keberagaman budaya dan bahasa,
antara lain.
1. Rumah adatnya dinamakan Rumah Limas (Rumah Bari).
2. Pakaian khasnya disebut Kain Songket.
3. Seni musik khasnya adalah Musik Jidur dan lagunya
4.

Gending Sriwijaya.
Seni budaya yang khas adalah dul-muluk dan festival

5.

perahu bidar.
Seni tari yang terkenal adalah Tari Tanggai dan Tari
Gending Sriwijaya yang biasanya ditampilkan saat acara
penyambutan tamu atau acara tertentu (pernikahan)

KESIMPULAN
14 | P a g e

Komunikasi adalah hubungan timbal balik antarkomunikan yang
dilakukan untuk bertukar informasi melalui media tertentu yang diharapakan
dapat memberi pengaruh yang diinginkan kepada komunikator partisipan.
Budaya adalah tata cara (kebiasaan)

yang sudah ada sejak lama yang

kemudian diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan. Budaya mengiringi
setiap kebiasaan seseorang dalam berkomunikasi karena budaya menjadi latar
belakang yang melekat pada setiap individu yang berbeda. Sedangkan,
komunikasi

bisa

efektif

dan

berhasil

apabila

komunikator

dapat

menyampaikan pesan ataupun informasi dengan baik.
Komunikasi antar budaya sendiri merupakan subilmu dari ilmu sosialkomunikasi yang membedakan komunikasi antar budaya dengan subilmu
komunikasi lainnya adalah adanya perbedaan latar belakang (budaya) yang
relatif besar mempengaruhi komunikasi para komunikator. Dengan adanya
perbedaan yang relatif besar inilah yang dapat menjadi faktor penghalang
keberhasilan komunikasi yang berusaha dibangun oleh komunikator apabila
komunikator tidak dapat memahami kebudayaan komunikator lain. Jadi,
komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang dilakukan oleh
komunikator yang memiliki perbedaan latar belakang kebudayaan, tetapi
masih memiliki kesamaan latar belakang negara (bangsa).
Dengan keberagaman budaya dan bahasa di Indonesia menjadi
kekayaan yang tak ternilai yang menambah nilai dari bangsa Indonesia.
Tidak hanya dalam nilai non materiil, tetapi juga menambah nilai materiil
suatu bangsa karena mengundang keingintahuan orang asing untuk melihat
keberagaman dari budaya dan bahasa di Indonesia.

15 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Kepustakaan.
Mulyana, Deddy. 2013. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.
Bandung : Rosda.
Darmastuti, Rini. 2013.

Mindfullness

dalam

Komunikasi

Antarbudaya. Yogyakarta : Buku Litera.
Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. 1996. Komunikasi
Antarbudaya. Bandung : Rosda.
Daryanto dan Muijo Rahardjo. 2016. Teori Komunikasi.
Yogyakarta : Gava Media.
Widagdho, Djoko. 2010. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Bumi
Aksara.
Adib, Muhammad. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakata : Pustaka
Pelajar.
Prasetya, Joko Tri. 2009. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Rieka
Cipta.
B. Sumber Internet.
http://aqualibra.blogspot.co.id/p/babi-pendahuluan-paradigmaberasal-dari.html?m=1 diakses pada tanggal 21 Agustus 2016
pukul 21.15
http://akuibe.blogspot.com/2012/06/tugas-makalah-pengantarfilsafat-ilmu.html?m=1 diakses diakses pada tanggal 21 Agustus
2016 pukul 21.17
http://kbbi4.portalbahasa.com/entri diakses pada tanggal 21
Agustus 2016 pukul 21.23
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1823
diakses pada tanggal 21 Agustus 2016 pukul 21.35
http://bimbimelevens.blogspot.co.id/2013/03/keanekaragamanbud
ayadaerahsumatera_12.html diakses pada tanggal 21 Agustus
2016 pukul 21.48

16 | P a g e