344961786 laporan praktikum biologi ekologi doc

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOLOGI
“ EKOLOGI ‘’

Oleh :
Kelas : D
Kel : 2
1

Lesha Inggriani

2

Nadia Ainu Nisa 200110090158

3

Restia Anjani

4

200110090157


200110090159

Pestaria BR Ginting 200110090160

5

Wahyu Ramdani

200110090161

6

Annisa Fauziah

200110090162

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR

2009

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Permasalahan lingkungan hidup mendapat perhatian yang besar dihampir
semua negara di dunia dalam dasawarsa 1970 an. Ini terjadi setelah diadakan
Konperensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stockholm pada tahun 1972. Terdapat
kesan bahwa masalah lingkungan hidup adalah suatu hal yang baru. Namun
sebenarnya, permasalahan itu telah ada sejak manusia ada dibumi. Oleh sebab itu
faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan hidup adalah besarnya
populasi manusia.
Pertumbuhan populasi manusia yang cepat, menyebabkan kebutuhan akan
pangan, bahan bakar, tempat pemukiman, dan lain kebutuhan serta limbah domestik
juga bertambah dengan cepat. Pertumbuhan populasi manusia telah mengakibatkan
perubahan yang besar dalam lingkungan hidup.
Permasalahan lingkungan hidup menjadi besar karena kemajuan teknologi.
Akan tetapi yang harus diingat bahwa teknologi bukan saja dapat merusak
lingkungan, melainkan diperlukan juga untuk mengatasi masalah lingkungan hidup.

Contoh: Mesin mobil yang tidak menggunakan bahan bakar fosil (bensin), tetapi
menggunakan gas.
Pertumbuhan populasi manusia menyebabkan timbulnya permasalahan
lingkungan, seperti: kerusakan hutan, pencemaran, erosi, dan lain-lain; karena

manusia selalu berinteraksi dengan makhluk hidup lainnya dan benda mati dalam
lingkungan. Ini dilakukan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,
dalam upaya mempertahankan jenis dan keturunannya.
Pemenuhan kebutuhan manusia dapat terpenuhi karena adanya pemanfaatan
lingkungan yang berbentuk pengelolaan lingkungan hidup. Melalui pengelolaan
lingkungan hidup, terjadi hubungan timbal balik antara lingkungan biofisik dengan
lingkungan sosial. Ini berarti sudah berkaitan dengan konsep ekologi, terutama
tentang konsep hubungan timbal balik (inter-related) antara lingkungan biofisik
dengan lingkungan sosial. Dengan demikian apabila membicarakan lingkungan
hidup, maka konsep ekologi akan selalu terkait, sehingga permasalahan lingkungan
hidup adalah permasalahan ekologi.

1.2 Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis dan spesies tumbuhan dan hewan yang ada di sekitar
lingkungan.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan jenis dan spesies tumbuhan dan
hewan yang ditemukan kelompok kami dalam suatu ekosistem.
3. Sebagai tugas makalah praktikum biologi
1.3 Waktu dan tempat
Waktu

: Rabu, 18 November 2009, pukul 08.00-10.00 WIB

Tempat

: Belakang kandang unggas Fakultas Peternakan UNPAD Jatinangor

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi berasal dari kata ‘ecology’ (Inggris). Kata ini terbentuk dari dua kata
Yunani : ‘oikos’ berarti : rumah, rumah-tangga, keluarga atau tempat tinggal; dan kata
‘logos’ berarti : ilmu, pengetahuan atau uraian tentang. Jadi ekologi adalah ilmu
pengetahuan yang menguraikan tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup
(manusia, binatang, dan tumbuhan) dengan sesamanya dan dengan benda-benda mati
di sekitarnya. Alam lingkungan yang terdiri dari lingkungan hidup dan fisik adalah

merupakan satu rumah tempat tinggal yang maha besar bagi sekalian makhluk hidup.
Sebagai satu rumah tempat tinggal makhluk hidup, alam dan lingkungan memiliki
tatanan, keteraturan dan hukum-hukum yang memelihara keseimbangan dan
keharmonisannya (ekosistem).
Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem
dengan lingkungannya. Definisi ekologi seperti di atas, pertama kali disampaikan
oleh Ernest Haeckel.
Ekologi adalah cabang ilmu biologi yang banyak memanfaatkan informasi
dari berbagai ilmu pengetahuan lain, seperti : kimia, fisika, geologi, dan klimatologi
untuk pembahasannya. Penerapan ekologi di bidang pertanian dan perkebunan di

antaranya adalah penggunaan kontrol biologi untuk pengendalian populasi hama guna
meningkatkan produktivitas.
Ekologi berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme dengan
lingkungannya. Pengamatan ini bertujuan untuk menemukan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam hubungan timbal balik tersebut.
Dalam studi ekologi digunakan metoda pendekatan secara rnenyeluruh pada
komponen-kornponen yang berkaitan dalam suatu sistem. Ruang lingkup ekologi
berkisar pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem.
Dan apabila keseimbangan dan keharmonisan tatanan itu terganggu melalui

kerusakan atau pencemaran, maka manusia dan makhluk hidup lainnya akan
terancam. Untuk mempelajari dan mengetahui keseimbangan dalam hubunganhubungan itu dibutuhkan suatu ilmu pengetahuan, yang disebut : ekologi.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain
suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk
hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga
berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu
populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu
sistem yang menunjukkan kesatuan.

Faktor Biotik
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di
bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai
produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai
dekomposer.
Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi
individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme
makhluk hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling
mempengaruhi membentuk suatu sistemyang menunjukkan kesatuan. Secara lebih
terperinci, tingkatan organisasi makhluk hidup adalah sebagai berikut.

A.

Individu
Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing,

sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam
mempertahankan hidup, seti jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang
kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri
terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya. Untuk mengatasi masalah
tersebut, organisme harus memiliki struktur khusus seperti : duri, sayap, kantung, atau
tanduk.

Ada bermacam-macam adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya,
yaitu: adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku.
1.

Adaptasi morfologi
Adaptasi

morfologi


merupakan

penyesuaian

bentuk

tubuh

untuk

kelangsungan hidupnya. Contoh adaptasi morfologi, antara lain sebagai berikut.
a. Gigi-gigi khusus
Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat
gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi
geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk mencabik-cabik
mangsanya.
b. Moncong
Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba
Amerika Tengah dan Selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap,

dan serangga lain yang merayap. Hewan ini mempunyai moncong panjang
dengan ujung mulut kecil tak bergigi dengan lubang berbentuk celah kecil
untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan ini mempunyai lidah
panjang dan bergetah yangdapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk
menangkap serangga.

c. Paruh
Elang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan
ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya.
d. Daun
Tumbuhan insektivora (tumbuhan pemakan serangga), misalnya kantong
semar, memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan dalam
yang licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap.
Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga tersebut akan
dilumatkan, sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan.
e. Akar
Akar tumbuhan gurun kuat dan panjang,berfungsi untuk menyerap air
yang terdapat jauh di dalam tanah. Sedangkan akar hawa pada tumbuhan
bakau untuk bernapas.


2. Adaptasi fisiologi

Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk
mempertahankan hidupnya. Contohnya adalah sebagai berikut.
a. kelenjar bau
Musang dapat mensekresikan bau busukdengan cara menyemprotkan cairan
melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri
dari musuhnya.
b. Kantong tinta
Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Bila
musuh datang, tinta disemprotkan ke dalam air sekitarnya sehingga musuh tidak
dapat melihat kedudukan cumi-cumi dan gurita.
c. Mimikri pada kadal
Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen yang dikandungnya.
Perubahan warna ini dipengaruhi oleh faktor dalam berupa hormon dan faktor
luar berupa suhu serta keadaan sekitarnya.

3. Adaptasi tingkah laku
Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku.
Contohnya sebagai berikut :

a. Pura-pura tidur atau mati
Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati, misalnya tupai Virginia. Hewan
ini sering berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing.
b. Migrasi
Ikan salem raja di Amerika Utara melakukan migrasi untuk mencari tempat
yang sesuai untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa
yang berumur empat sampai tujuh tahun berkumpul di teluk disepanjang Pantai Barat
Amerika Utara untuk menuju ke sungai. Saat di sungai, ikan salem jantan
mengeluarkan sperma di atas telur-telur ikan betinanya. Setelah itu ikan dewasa
biasanya mati. Telur yang telah menetas untuk sementara tinggal di air tawar. Setelah
menjadi lebih besar mereka bergerak ke bagian hilir dan akhirnya ke laut.

B. Populasi
Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu tertentu
disebut populasi Misalnya, populasi pohon kelapa dikelurahan Tegakan pada tahun
1989 berjumlah 2552 batang.
Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi
ini disebut dinamika populasi. Perubahan ini dapat dihitung dengan menggunakan
rumus perubahan jumlah dibagi waktu. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam
populasi. Misalnya, tahun 1980 populasi Pinus di Tawangmangu ada 700 batang.
Kemudian pada tahun 1990 dihitung lagi ada 500 batang pohon Pinus. Dari fakta
tersebut kita lihat bahwa selama 10 tahun terjadi pengurangan pohon pinus sebanyak
200 batang pohon. Untuk mengetahui kecepatan perubahan maka kita membagi
jumlah batang pohon yangberkurang dengan lamanya waktu perubahan terjadi :
700 - 500
1990-1980

= 200batang
10 tahun

= 20 batang/tahun
Dari rumus hitungan di atas kita dapatkan kesimpulan bahwa rata-rata
berkurangnya pohon tiap tahun adalah 20 batang. Akan tetapi, perlu diingat bahwa
penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi ada berbagai hal. Dari alam mungkin
disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, serangan penyakit,

Sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya
populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki
oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik iniantara lain : kepadatan
(densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik,
penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalitas danmortalitas merupakan
penentu utama pertumbuhan populasi.
Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini
khusus untuk organisme yang dapat bergerak, misalnyahewan dan manusia. Imigrasi
adalah perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa
didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi
sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi.
Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih
organisme, sehingga populasi akan menurun. Secara garis besar, imigrasi dan
natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan emigrasi
akan menurunkan jumlah populasi. Populasi hewan atau tumbuhan dapat berubah,
namun perubahan tidak selalu menyolok. Pertambahan atau penurunan populasi dapat
menyolok bila ada gangguan drastis dari lingkungannya, misalnya adanya penyakit,
bencana alam, dan wabah hama.

C. Komunitas
Makhluk hidup dari berbagai jenis yang hidup secara alami di suatu tempat
membentuk kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan lingkungan
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kelompok yang hidup secara bersama
telah menyesuaikan diri dan menghuni suatu tempat alami disebut komunitas.
Karakteristik komunitas pada suatu lingkungan adalah keanekaragaman.
Makin beranekaragam komponen biotik (biodiversitas), maka makin tinggi
keanekaragaman. Sebaliknya makin kurang beranekaragaman maka dikatakan
keanekaragaman rendah.
Contoh:
* Keaneragaman rendah; terdapat pada komunitas dengan lingkungan ekstrim,
misalnya: gurun, tanah kering, tanah tandus, pegunungan tinggi.
* Keaneragaman tinggi sering disebut diversity is stability. Daerah yang mempunyai
keanekaragaman tinggi adalah hutan tropika (di kawasan tropika jarang sekali terjadi
komunitas alami dirajai oleh hanya satu jenis).
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat diamati dan
seringkali perubahan itu berupa pergantian komunitas lain. Contoh: sebuah kebun
jagung yang ditinggalkan setelah panen dan tidak ditanami lagi. Di situ akan
bermunculan berbagai jenis gulma yang membentuk komunitas. Apabila lahan itu
dibiarkan cukup lama, maka dalam komunitas tersebut akan terjadi pergantian
komposisi jenis yang mengisi lahan tersebut.

Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah
secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi
lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan
sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Apabila suatu komunitas
telah mencapai klimaks, maka berarti tercapai homeostatis (keseimbangan).
Proses suksesi dapat dibedakan menjadi suksesi primer dan suksesi sekunder.
Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan
hilangnya komunitas asal tersebut secara menyeluruh (total), sehingga di tempat
komunitas asal itu terbentuk habitat baru atau subtract baru. Pada habitat baru ini
tidak ada lagi organisme yang membentuk komunitas asal yang tertinggal. Contoh:
letusan G. Krakatau pada tahun 1883, tanah longsor, endapan lumpur, dan lain-lain.
Pada subtrat yang baru ini akan berkembang suatu komunitas yang baru pula. Proses
pergantian komunitas lama secara total dengan komunitas baru disebut suksesi
primer. Suksesi sekunder terjadi jika suatu komunitas atau ekosistem alami
terganggu, baik secara alami maupun buatan (misalnya akibat kegiatan manusia).
Gangguan yang terjadi tidak merusak komunitas secara total, sehingga subtrat lama
dan kehidupan masih ada. Subtrat inilah yang menjadi tumbuhan pelopor untuk
membentuk komunitas yang terganggu tersebut. Proses pembentukan komunitas yang
berasal dari subtrat asal disebut suksesi sekunder.

D. Ekosistem
Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem (sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Oleh karena itu ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan yang saling mempengaruhi. Berdasarkan pengertian di
atas, suatu sistem terdiri dari komponenkomponen yang bekerja secara teratur sebagai
suatu kesatuan. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup (biotik) dan tak hidup
(abiotik) yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur.
Keteraturan itu terjadi karena adanya arus materi dan energi, yang terkendali
oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem. Masing-masing komponen
mempunyai fungsi (relung). Selama masing-masing komponen tetap melakukan
fungsinya dan bekerjasama dengan baik, keteraturan ekosistem tetap terjaga. Apabila
kita hanya melihat fungsinya, suatu ekosistem terdiri atas dua komponen:
a) Komponen autotrofik: organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis
makanannya sendiri berupa bahan organik dan bahan-bahan anorganik dengan
bantuan energi matahari atau klorofil. Oleh karena itu semua organisme yang
mengandung klorofil disebut organisme autotrofik.
b) Komponen heterotrofik: organisme yang mampu memanfaatkan bahanbahan
organik sebagai bahan makanannya. Bahan makanan itu disintesis dan disediakan
oleh organisme lain. Apabila dilihat dari segi penyusunannya, maka dapat dibedakan
menjadi empat komponen yaitu:

a. Bahan tak hidup (abiotik, non hayati): komponen fisik dan kimia, misalnya: tanah,
air, matahari, dan lain-lain. Komponen ini merupakan medium (substrat) untuk
berlangsungnya kehidupan.
b. Produsen: organisme autotrofik (tumbuhan hijau)
c. Konsumen: organisme heterotrofik, misalnya: manusia, hewan yang makan
organisme lainnya.
d. Pengurai (perombak atau dekomposer): organisme heterotrofik yang mengurai
bahan organik yang berasal dari organisme mati. Habitat dan relung, dua istilah
tentang kehidupan organisme. Habitat adalah tempat hidup suatu organisme. Habitat
suatu organisme dapat juga disebut “alamat”. Relung (niche atau nicia) adalah profesi
atau status suatu organism dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu, sebagai
akibat adaptasi struktural, tanggal fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu.
Penyesuaian diri secara umum disebut adaptasi. Kemampuan adaptasi
mempunyai nilai untuk kelangsungan hidup. Makin besar kemampuan adaptasi makin
besar kementakan kelangsungan hidup organisme.
Faktor Abiotik
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia.
faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut.
a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang
diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup
pada kisaran suhu tertentu.

b. Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari
penentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh
tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.
c. Air
Air

berpengaruh

terhadap

ekosistem

karena

air

dibutuhkan

untuk

kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan,
perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan
sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan
tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air
diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
d. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda
menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga
menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama
tumbuhan.

e. Ketinggian
Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat
tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia
yang berbeda.
f. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam
penyebaran biji tumbuhan tertentu.
g. Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang
berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi
organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis
lintang tertentu saja.

BAB III
PEMBAHASAN
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos
("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar
makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam
ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan
lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain
suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk
hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga
berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu
populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu
sistem yang menunjukkan kesatuan.
Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan
zoologi

dan

botani

yang

menggambarkan

hal

bahwa

ekologi

mencoba

memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai
makanan manusia dan tingkat tropik.

Kami melakukan penelitian ekosistem untuk mengetahui ekosistem pada
lingkungan sekitar juga memenuhi tugas praktikum biologi ekologi. Kami mendapat
tempat penelitian di sekitar belakang kandang unggas (KPTU) dan sebelah kanan
kandang domba (PG30) Universitas Padjajaran. Daerah pengamatan seluas 25 m2 di
ketinggian kurang lebih 474 m dpl.
Di lokasi penelitian terdapat banyak tumbuh semak-seak dan rumput liar,
banyak juga terdapat pohon-pohon besar seperti pohon pinus, pohon pepaya, dll.
Serta banyak pula hewan-hewan yang hidup di lokasi seperti jenis-jenis serangga,
cacing, dll.
A. Kondisi Lingkungan Fisik Lokasi
Karateristik struktural/fisik
Topografi local dan
Ketinggian tempat
Kemiringan lahan dan
konfigurasi tiga
kontur
dimensional dari habitat
6051`35.08” LS
107055`15.03” BT

Data iklim

Aliran sungai
Danau/cekungan
Sawah
Penutup tanah/lahan
Tipe dan warna tanah
Temperature

Keterangan
474 m dpl
Lahan berupa sengkedan
memiliki kemiringan
lahan + 60o
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Semak-semak dan habitat
kunyit
Merah bata

Data spesies
Tumbuhan
No.

Spesies

Jumlah yang ditemukan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Alang-alang (imperata cvlindrica beauf)
Putri malu
Kumis kucing
Lengkuas
Pohon ketela
Pohon jengkol
Pohon mangga
Pohon nangka (artocarpus herterophylla
lamk.)
Pohon petai cina
Pohon alpukat
Pohon gamang
Pohon cabe rawit
Pohon tangkil (gnetum gnemon linn.)
Pohon pinus
Pohon sereh
Palas
Lavender
Rumput liar
Pohon kunyit
Pohon jahe
Pohon bunga sepatu
Pohon lengkuas
Pohon sirih
Pohon pisang

Hewan
No.

Spesies

1

Capung

2

Lalat

3

Semut hitam besar

Jumlah yang ditemukan

4

Kadal

5

Belalang

6

Lebah

7

Bangbara

8

Kupu-kupu

9

Cacing

10

Laba-laba

11

Kodok

12

Burung

13

Kumbang

14

Bekicot

15

Nyamuk

16

Jangkrik

17

Ular

18

Cicak

19

Ulat bulu

20

Semut merah

21

Kucing

22

Ulat jengkal

23

Ulat gayung

24

Kepompong

25

Tikus

26

Larva

27

Belalang sentadu

28
29
30

Spesies yang diamati


Kunyit

Nama ilmiah : Curcuma domestica Val.
Nama umum : Kunyit



Klasifikasi

Divisio

: Spermatophyta

Sub-diviso

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zungiberaceae

Genus

: Curcuma

Species

: Curcuma domestica Val.

Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan
(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan
liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian
1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata
Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78
SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi
pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun.
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang
merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau
kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat
telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip
dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk
batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm,
berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata.
Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuningkuningan.
Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran
tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m
dpl. Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dengan baik
akan menghasilkan umbi yang berlimpah. Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah
ringan dengan bahan organic tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari
genangan air/sedikit basa.
Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas
cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempattempat terbuka atau sedikit naungan. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang

memiliki curah hujan 1000-4000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan <
1000 mm/tahun, maka system pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik.
Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik
adalah pada penanaman awal musim hujan. Suhu udara yang optimum bagi tanaman
ini antara 19-30 oC.



Gambar kunyit :

Tanaman :



akar :

buah :

Peranan Tanaman Obat Dalam Pengembangan Hutan Tanaman
Perkembangan Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) di bidang budidaya

tanaman obat dan pembangunan hutan tanaman telah memungkinkan untuk
melakukan manipulasi terhadap faktor lingkungan sebagai menunjang kehidupan
masyarakat setempat. Salah satu kelompok tanaman yang berasosiasi dengan
ekosistem hutan (konservasi, lindung dan/atau produksi) adalah yang berkhasiat obat,
kosmetik dan berbagai produk bahan makanan dan minuman sehat.
Rekayasa teknologi budidaya, alat, sosial-budaya, pasca panen dan industri
untuk pengembangan berbagai jenis tanaman obat yang dilandasi Iptek dapat
menunjang pembangunan sistem berusaha tani/berwana tani untuk percepatan
pembangunan hutan tanaman. Karakteristik berbagai tanaman obat yang menunjang
pertumbuhannya untuk menghasilkan produk berguna bagi masyarakat memberi
peluang untuk dibangun dan dikembangkan bersama jenis-jenis tanaman dalam hutan
tanaman didaerah tertentu. Bagaimanapun, hal ini tetap berlandas pada sosial budaya
setempat yang mempengaruhi ekosistem pertanian, perkebunan dan kehutanan.
Berbagai keuntungan yang dihasilkan dengan berperannya tanaman obat dalam hutan
tanaman adalah : pendapatan, kesejahteraan, konservasi berbagai sumber daya,

pendidikan non formal, keberlanjutan usaha dan penyerapan tenaga kerja serta
keamanan sosial. Pemberdayaan aset (asset) hutan tanaman yang bijaksana dapat
membantu program pembangunan hutan di berbagai daerah di Indonesia yang di
dalamnya terkandung pula upaya menyehatkan sumberdaya alam nasional.
Keuntungan majemuk yang dihasilkan oleh pengembangan tanaman obat
dalam pengembangan hutan tanaman meliputi : (1) keberhasilan pengelolaan hutan
tanaman melalui penyediaan sumber pendapatan yang berkelanjutan; (2) penyediaan
lapangan kerja bagi masyarakat yang bekerja pada bidang pertanian, industri rumah
tangga/kecil atau menengah, perdagangan; (3) peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan; (4) peningkatan pendapatan asli daerah; dan (5) pengembangan usaha
regional.
Bantuan kepada petani dari berbagai sumber atau mitra usaha memerlukan
sistem yang jelas dan berpedoman pada prinsip saling menguntungkan dan ditata
secara profesional. Berbagai bantuan dalam kemitraan yang sangat esensial sifatnya
adalah : pendampingan teknologi oleh peneliti dan penyuluh spesialis, pengadaan dan
pengorganisasian modal usaha (kredit), koperasi desa untuk pengadaan sarana
produksi dan penampngan hasil, serta tenaga perindustrian setempat. Status kemitraan
yang diharapkan adalah atas dasar 'bapak angkat-anak angkat'.
Peranan tanaman obat dalam pengembangan hutan tanaman perlu
diwujudkan dalam suatu program terpadu antar sumber pengambil kebijakan,
teknologi, permodalan dan petani setempat.



Kegunaan kunyit bagi manusia :
-

Sakit maag. Seibu jari rimpang kunyit dicuci, parut, beri sedikit air, peras.
Minum 2 kali sehari, pagi sebelum makan dan malam sebelum tidur.

-

Demam. Seibu jari rimpang kunyit dicuci, parut, beri sedikit air, peras.
Beri sesendok makan madu asli dan kuning telur ayam kampung. Kocok,
minum sekaligus.

-

batuk. Sekelingking kunyit, jahe, parut lalu seduh dengan air. Saring dan
tambahkan gula batu dan air perasan jeruk nipis. Minum 2 kali sehari.

-

Diare. Sari kunyit, air kapur, beberapa tetes sari pinang (boleh tidak
dipakai). Minum sekaligus.

-

Sembelit. Seibu jari kunyit, cuci, lumatkan, rebus dengan segelas air,
tambahkan segenggam daun asam segar (boleh diganti air asam jawa),
didihkan, biarkan 5 menit, saring. Minum sekaligus sekali sehari.

-

Eksem. Seibu jari kunyit tua, cuci, parut, tambahkan sesendok air kapur
sirih dan beberapa tetes air jeruk nipis, oleskan ke bagian tubuh yang
eksem.

-

Gatal-gatal. Sekelingking kunyit, 2 kemiri dibakar, lumatkan sampai
halus, oleskan pada bagian tubuh yang gatal. Lakukan 2 kali sehari.

-

Jerawat. Seibu jari kunyit cuci, iris halus, seduh dengan segelas air, beri
sesendok makan gula pasir. Minum air kunyit dengan tapai singkong
setiap hari. Sebuku jari kunyit dicuci, kupas, lalu kunyah-kunyah. Telan
sarinya, ampas dibuang.

-

Keputihan. 3 rimpang kunyit dicuci, parut, beri air, 5 pucuk daun beluntas
dicuci, tumbuk dan beri air. Air parutan kunyit dan air tumbukan daun
beluntas diberi sedikit air asam dan gula aren. Minum sebelum tidur
selama 7-10 hari @ 1/2 gelas.

-

Anyang-anyangan. 3 rimpang kunyit dicuci, parut, beri air, 5 pucuk daun
beluntas dicuci, tumbuk dan beri air. Air parutan kunyit dan air tumbukan
daun beluntas diberi sedikit air asam.

-

Diabetes. Seibu jari kunyit dicuci, iris-iris, beri 1/2 sendok teh garam,
rebus dengan seliter air. Setelah air mendidih, saring. Minum setiap hari
1/2 gelas.

-

Amandel. Seibu jari kunyit diparut, seduh dengan segelas air, beri perasan
air jeruk nipis dan sesendok makan madu. Minum sekali sehari.

-

Borok. Sehelai daun kunyit, olesi dengan minyak kelapa, panggang,
setelah agak dingin tempelkan pada luka.

-

Anemia. Setelunjuk kunyit dicuci, parut, beri air sedikit, peras. Telur ayam
kampung dikocok, beri perasan kunyit dan sedikit madu. Minum 2 kali
sehari.

-



Bagian Rimpang : untuk Radang hati, radang sendi, anti septic

Kegunaan kunyit bagi peternakan :
Dari beberapa petani yang telah belajar bersama membuat kebun kunyit

sampai saat ini masih tetap mengusahakan bercocok tanam kunyit di kebun masingmasing. Prospek Pengembangan Tanaman Kunyit Sebagai Tanaman Tumpang Sari
pada tumbuhan Karet. Cara seperti ini di bangun dengan tujuan untuk meningkatkan

pendapatan petani melalui penganekaragaman hasil kebun Karet (pangan, buahbuahan dan kayu) .
Pengembangan tumpang sari tanaman karet dapat di lakukan dengan berbagai
jenis tanaman, ternak dan perikanan pada kolom 14 m. Salah satunya adalah tanaman
kunyit.Prospek pengembangan tanaman kunyit sagat menguntungkan karena dari segi
harga, komoditi kunyit tidak mengalami fluktuatif, bahkan kecenderungannya
megalami kenaikan. Dengan satu catatan tidak dilakukan pengembangan monokultur
tanaman kunyit, sehingga kondisi fluktuasi harga dapat dikendalikan.Di samping
harga, tanaman kunyit sangat mudah di usahakan tidak membutuhkan penanganan
khusus seperti pada tanaman sayuran. Pembiayaan yang di butuhkan dalam budidaya
tanaman kunyit tidak terlalu besar.Penanganan panen tidak terlalu sulit hanya saja di
hindari pada saat panen kontak terlalu banyak antara Umbi dengan air, jika sudah
terkena air segera di lakukan penjemuran.

Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turuntemurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan
setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian
masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini

digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga
maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan
karena

menurut

beberapa

penelitian

tidak

terlalu

menyebabkab

efek

samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.
Peranan curcuma domestika val di dalam ekosistem adalah sebagai tanaman
yang dapat di jadikan sebagai pengganti antibiotik, bahan obat, sebagai bahan-bahan
komestik yang dapat merawat kulit dan di dalam bidang peternakan dapat juga
digunakan sebagai sintetis terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan dan tebal
lemak punggung

. Penambahan obat-obatan/ antibiotik dalam ransum makanan

ternak sering dilakukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.bahwa ransum yang
mengandung Curcuma val dalam jumlah yang tepat akan menyebabkan relaksasi usus
pada saluran pencernaan dan membantu pencernaan makanan dan absorsi bahan
makanan yang pada akhirnya akan meningkatkan Konsumsi, penambaha rasa pait
pada kunyit tidak menurunkan palatibilitas ransum. Walaupun ada gejala peningkatan
jumlah konsumsi akibat peningkatan pemberian tepung kunyit dibanding kontrol
akan tetapi hasil uji statistik konsumsi harian babi tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata antar perlakuan.
Dari hasil ini diperoleh bahwa tepung kunyit dapat meningkatkan nafsu
makan ternak bobot badan dan menurunkan konversi ransum. Semakin tinggi dosis
tepung kunyit dalam ransum babi mengakibatkan penurunan tebal lemak punggung,

rendahnya lemak punggung mengakibatkan peningkatan proporsi daging karkas hal
ini sangat menguntungkan bagi kosumen yang saat ini menghindari konsumsi lemak
yang tinggi, akibat meningkatnya penyakit jantung koroner Hasil analisa statistik
tebal lemak punggung akibat perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata,
jadi pemberian tepung kunyit dapat digunakan pengganti antibiotik virginiamisin
untuk menurunkan tebal lemak punggung.



BELALANG

Nama ilmiah : Dissosteira carolina
Nama umum : Belalang



Klasifikasi

Kerajaan :
Filum
:
Kelas
:
Upaordo :
Famili
:
Genus

:

Species

:

Animalia
Arthropoda
Insecta
Caelifera

Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo
Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari
tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa
spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya

terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan
sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang
cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang
tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih
besar dari belalang jantan.
Ciri-ciri ordo Orthoptera:
-Memiliki satu pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan sempit disebut tegmina.
Sayap belakang tipis berupa selaput. Sayap digunakan sebagai penggerak pada waktu
terbang, setelah meloncat dengan tungkai belakangnya yang lebih kuat dan besar.
-Hewan jantan mengerik dengan menggunakan tungkai belakangnya pada ujung
sayap depan, untuk menarik betina atau mengusir saingannya.
-Hewan betinanya mempunyai ovipositor pendek dan dapat digunakan untuk
meletakkan telur.
-Tipe mulutnya menggigit.

Termasuk kelompok Hemimetabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis
tidak sempurna. Dalam daur hidupnya Hemimetabola serangga mengalami tahapan
perkembangan sebagai berikut:
1. Telur
2. Nimfa, ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan
dewasanya. Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit.
3. Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh

dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya.
Belalang hidup dalam satu ekosistem di ladang atau rermputan.

 Gambar

Peranan belalang dengan lingkungan
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan
saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai.
Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi,
belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang,
zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah

terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan
peredaran

organisme

hidup

dari

kedua

komunitas

tersebut.

Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme,
tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati,
misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda
misalnya laut dan darat.
Interaksi
Interaksi

belalang
antara

komponen

Biotik
biotik

dengan

dengan
abiotik

Abiotik

membentuk

ekosistem.

Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran
energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga
struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.
Dengan

adanya

interaksi-interaksi

tersebut,

suatu

ekosistem

dapat

keseimbangannya.

pemanfaatan belalang oleh manusia
Berdasarkan penelitian kandungan protein dalam tepung Belalang Kayu
(Melanoplus cinereus) ternyata lebih besar dibanding dengan kandungan protein yang
dimiliki udang windu.

Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.
Oleh karena itu peningkatan konsumsi protein perlu digalakkan, salah satunya
melalui penganekaragaman pangan berprotein tinggi. Penganekaragaman pangan
berprotein tinggi yang sudah dikembangkan di Indonesia, salah satunya adalah
pembuatan tepung udang, sedangkan tentang pemanfaatan belalang belum sampai
pada tahap pembuatan tepung, padahal belalang juga tinggi akan protein (62,2
persen).
Berdasarkan

alasan

tersebut,

maka

diangkatlah

penelitian

dengan

permasalahan adakah perbedaan antara kadar protein tepung belalang kayu dan
tepung udang windu. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan antara kadar protein tepung belalang kayu dan tepung udang windu.

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional untuk melihat perbedaan
antara kadar protein tepung belalang kayu dan tepung udang windu dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini alah tepung belalang kayu
dan tepung udang windu yang dibuat dengan cara yang sama, dan sampel dalam
penelitian ini adalah tepung belalang kayu (Melanoplus cinereus) dan tepung udang
windu (Panaeneous onodon) yang diambil dengan teknik random sampling sebesar 10

kelompok tepung belalang kayu dan 10 kelompok tepung udang windu yang masingmasing sebanyak 1 gram. Kadar protein diuji dengan Independent Sample t Test, di
mana hasilnya p = 0,000 (p < 0,05), hingga disimpulkan bahwa ada perbedaan nyata
antara kadar protein tepung belalang kayu dan tepung udang windu, di mana protein
tepung belalang kayu lebih tinggi dibanding tepung udang windu dengan kadar
masing-masing 17,922 dan 9,846 persen.
Saran yang diberikan dalam penelitian ini ialah perlu adanya penelitian
mengenai kadar protein secara kualitatif, bukan secara kuantitatif saja dan masyarakat
hendaknya memanfaatkan tepung belalang kayu sebagai salah satu alternatif sumber
protein hewani disamping tepung udang windu. menjual belalangnya ke restoranrestoran di Beijing yang menganggap bahwa belalang merupakan makanan khas.

 Peranan belalang dalam bidang peternakan
Cara hidup Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit, komensal,
atau simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini, misalnya
nyamuk,

lalat,

semut,

kupu-kupu,

capung,

belalang,

dan

lebah.

Habitat penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di laut, periran tawar, gurun
pasir, dan padang rumput.

belalang yang sudah dewasa memakan batang mendong yang masih muda sehingga
mengakibatkan batang mendong berlubang-lubang atau bahkan patah, dengan
demikian serangan hama ini akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman mendong.
Masa dewasa dari belalang dari jenis Locusta migratoria manilenses berlangsung
selama 25 – 35 hari. Belalang betina yang sudah dewasa dan sudah satina untuk
bertelur akan meletakkan telur-telurnya dalam tanah. Satu kelompokan telur berisi 5 –
7 butir telur. Selama hidupnya, belalang jenis ini dapat bertelur hingga 500 butir telur.
Selama masa dewasa belalang ini mengalami fase-fase menggerombol, transisi dan
menyendiri. Cara pengendalian hama Locusta migratoria manilensis adalah sebagai
berikut :
1. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan cara ditangkap kemudian
dimusnahkan.

2. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida
misalnya Basudin 60 EC, Basudin 60 SCO, Demicron 50 SCW, Agrolena 26
WP dan Sevidol 20 / 20 WP. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dalam
keadaan yang terpaksa karena pengendalian cara lain sudah tidak dapat
dilakukan lagi. Dan untuk mencegah dampak negatif pada lingkungan yang
lebih luas.

3. Pengendalian secara biologis dengan menyebarkan musuh alami belalang
tersebut.

Jumlah populasi tumbuhan yang di temukan dalam luasan 1 meter persegi.
Tumbuhan
No.
1
2
3
4

Populasi
Alang-alang (imperata cvlindrica beauf)
Putri malu
Kumis kucing
Lengkuas

Jumlah yang ditemukan
Banyak
3
4
8

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Pohon ketela
Pohon jengkol
Pohon mangga
Pohon nangka (artocarpus herterophylla

1
2
1
1

lamk.)
Pohon petai cina
Pohon alpukat
Pohon gamang
Pohon cabe rawit
Pohon tangkil (gnetum gnemon linn.)
Pohon pinus
Pohon sereh
Palas
Lavender
Rumput liar
Pohon kunyit
Pohon jahe
Pohon bunga sepatu
Pohon lengkuas
Pohon sirih
Pohon pisang

1
1
1
4
1
1
1
1
4
1
7
2
1
1
1
3

Jumlah populasi hewan yang ditemukan dalam 1 meter persegi.
No.

Populasi

Jumlah yang ditemukan

1

Capung

2

2

Lalat

20

3

Semut hitam besar

5

4

Kadal

1

5

Belalang

5

6

Lebah

3

7

Bangbara

2

8

Kupu-kupu

2

9

Cacing

9

10

Laba-laba

2

11

Kodok

1

12

Burung

1

13

Kumbang

2

14

Bekicot

1

15

Nyamuk

20

16

Jangkrik

10

17

Ular

1

18

Cicak

3

19

Ulat bulu

10

20

Semut merah

8

21

Kucing

1

22

Ulat jengkal

1

23

Ulat gayung

4

24

Kepompong

3

25

Tikus

1

26

Larva

6

27

Belalang sentadu

1

28
29
30